Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis

Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 00 45’ sampai 20

45’lintang selatan dan antara 1010 10’ sampai 1040 55’ bujur timur. Sebelah utara

berbatasan dengan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, Sebelah Timur dengan

Laut Cina Selatan, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan

dan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu. Luas

Wilayah Provinsi Jambi 53.435 Km2 dengan luas daratan 50.160,05 Km2 dan luas

perairan sebesar 3.274,95 Km2 terdiri dari:

1. Kabupaten Kerinci = 3.355,27 Km2


2. Kabupaten Merangin = 7.679 Km2
3. Kabupaten Sarolangun = 6.184 Km2
4. Kabupaten Batanghari = 5.804 Km2
5. Kabupaten Muaro Jambi = 5.326 Km2
6. Kabupaten Tanjung Jabung Timur = 5.445 Km2
7. Kabupaten Tanjung Jabung Barat = 4.649,85 Km2
8. Kabupaten Tebo = 6.461 Km2
9. Kabupaten Bungo = 4.659 Km2
10. Kota Jambi = 205,43 Km2
11. Kota Sungai Penuh = 391,5 Km2

Luas wilayah terbesar di Provinsi Jambi berada di Kabupaten Merangin

sebesar 7.679 Km2 atau sebesar 15,31 persen dari total luas wilayah Provinsi

Jambi, diikuti oleh Kabupaten Tebo dan Kabupaten Sarolangun masing-masing

sebesar 6.461 Km2 dan 6.184 Km2.

4.2 Potensi Daerah

Dengan telah beroperainya jalur lintas Timur Sumatera seluruh wilayah

Jambi telah terangkai ke dalam suatu sistem transportasi darat yang

92
menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, sehingga aksesbilitas daerah

Jambi melalui jalan darat semakin baik. Provinsi jambi sebagai produsen

komoditas pertanian semakin dekat dengan pasar potensial yaitu Pulau Jawa dan

Provinsi lainnya yang berdekatan dengan daerah Jambi. Sebagai tindak lanjut

telah terangkainya Provinsi Jambi kedalam jalur transportasi darat yang

menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa tersebut, maka pusat-pusat

produksi dan kegiatan ekonomi di Provinsi Jambi dapat terangkai dalam suatu

rangkaian distribusi regional dan nasional secara efisien. Dengan demikian

perkembangan seluruh wilayah Provinsi Jambi yang lebih merata dapat

terangsang melalui perdagangan antar daerah dan Provinsi.

Dalam jangka panjang, setelah jalan darat ini dilengkapi dengan sarana

perhubungan laut, wilayah Jambi akan semakin dekat dengan pusat-pusat pasar

yang akan lebih memacu kegiatan perekonomian Provinsi Jambi. Hampir seluruh

Kabupaten dan Kota dalam Provinsi Jambi tercakup dalam kesatuan Daerah

Aliran Sungai (DAS) Batanghari yang terbentang dari Kabupaten Kerinci sampai

Laut Cina Selatan. Di dalamnya tersedia sumber air sepanjang tahun, yang dapat

dimanfaatkan dan dipergunakan sebagai air irigasi pertanian, media budidaya air

tawar, maupun air baku bagi kebutuhan rumah tangga, industri dan sarana

transportasi. Pemanfaatan air ini masih terbuka, industri dan sarana transportasi.

Pemanfaatan air ini masih terbuka peluang lebar untuk jenis kegiatan lainnya,

seperti pariwisata dan lainnya.

4.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari

negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada

93
penduduknya yang ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-

penyesuaian teknoogi, institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap

berbagai tuntutan keadaan yang ada (Kuznetz dalam Todaro, 2010). Menurut

Tarigan (2004) pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan

masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah

(value added) yang terjadi di wilayah tersebut:

Tabel 4.1
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Periode 2000-2019
Tahun PDRB (Rupiah) Pertumbuhan (%)
2000 18.314.278.000.000 -
2001 22.070.326.250.000 20,51
2002 26.680.366.100.000 20,89
2003 30.485.105.140.000 14,26
2004 35.383.506.650.000 16,07
2005 43.037.197.820.000 21,63
2006 49.878.826.630.000 15,90
2007 61.390.564.240.000 23,08
2008 78.576.740.310.000 27,99
2009 84.453.318.000.000 7,48
2010 90.618.410.000.000 7,30
2011 97.740.870.000.000 7,86
2012 104.615.080.000.000 7,03
2013 111.766.130.000.000 6,84
2014 119.991.440.000.000 7,36
2015 125.037.400.000.000 4,21
2016 130.501.130.000.000 4,37
2017 136.501.710.000.000 4,60
2018 142.902.000.000.000 4,69
2019 149.142.590.000.000 4,37
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, data diolah 2023

Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi

selama periode analisis berfluktuasi setiap tahunnya. Berdasarkan data pada Tabel

4.1, PDRB tertinggi terjadi pada tahun 2019 yaitu sebesar Rp

149.142.590.000.000, sedangkan PDRB terendah terjadi pada tahun 2000 yaitu

sebesar Rp 18.314.278.000.000. Dilihat dari perkembangannya, perkembangan

94
PDRB tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 27,99%, sedangkan

perkembangan produk domestik regional bruto terendah di tahun 2015 yaitu

sebesar 4,21%, sama halnya dengan yang terjadi di Indonesia dimana

pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015 mengalami perlambatan dikarenakan

adanya penurunan harga komoditas-komoditas penting Indonesia yang perlahan

mengalami penurunan karena pelemahan dari sisi permintaan dunia. Batu bara,

timah, nikel, tembaga, minyak kelapa sawit, mengalami penurunan harga di pasar

dunia. Hal ini berpengaruh pada daerah-daerah penghasil komoditas-komoditas

tersebut di Indonesia.

4.4 Kondisi Belanja Modal Provinsi Jambi

Belanja modal merupakan suatu pengeluaran yang dapat dikatakan sebagai

pengeluaran rutin dalam rangka pembentukkan modal yang ada. Dalam hal ini

pembelanjaan modal yang dimaksud dapat berupa tanah, peralatan dan mesin,

gedung dan bangunan, jaringan, maupun dalam bentuk fisik lainnya. Belanja

modal juga dapat dikatakan suatu pengeluaran yang dilakukan untuk menambah

aset tetap atau investasi yang ada sehingga kan memberikan manfaatnya tersendiri

pada periode tertentu. Untuk kondisi belanja modal di Provinsi Jambi dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

95
Tabel 4.2
Perkembangan Belanja Modal di Provinsi Jambi Tahun 2000-2019
Tahun Belanja Modal (Juta Rupiah) Perkembangan (%)
2000 124.238 -
2001 135.331 8,93
2002 145.760 7,71
2003 157.908 8,33
2004 172.578 9,29
2005 231.109 33,92
2006 363.907 57,46
2007 422.441 16,08
2008 560.254 32,62
2009 445.681 -20,45
2010 465.860 4,53
2011 518.751 11,35
2012 682.820 31,63
2013 938.903 37,50
2014 818.059 -12,87
2015 791.487 -3,25
2016 945.539 19,46
2017 895.648 -5,28
2018 993.989 10,98
2019 939.168 -5,52
Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2019

Data pada Tabel 4.2 menerangkan bahwa perkembangan realisasi jumlah

belanja modal Provinsi Jambi periode 2001-2019 berfluktuasi. Pertumbuhan

realisasi belanja modal tertingggi tercatat pada tahun 2006 dengan pertumbuhan

realisasi belanja modal sebesar 57,46 persen, dimana hal yang sama di Indonesia

pertumbuhan belanja modal terbesar juga terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar

48,83 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan realisasi belanja modal tersebut

terjadi disebabkan banyaknya kebutuhan anggaran oleh pemerintah untuk

memperbaiki infrastruktur. Sedangkan realisasi belanja modal terendah di

Provinsi Jambi tercatat pada tahun 2014 yaitu sebesar -20,45 persen, sedangkan

di Indonesia realisasi belanja modal terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu

sebesar -3,41 persen. Hal ini disebabkan banyaknya program pembangunan

infrastruktur daerah yang tidak dapat terealisasi dan juga kurangnya anggaran

untuk belanja modal diakrenakan banyaknya anggran yang diserap untuk belanja

96
pegawai. Seharusnya pemerintah daerah Provinsi Jambi berupaya untuk

memperbesar realisasi belanja modal dibanding belanja pemerintah lainnya, hal

ini dikarenakan jika realisasi belanja modal rendah maka pembangunan

infrastruktur di Provinsi Jambi terhambat dikarenakan keterbatasan anggaran.

4.5 Pertumbuhan Penduduk

Komposisi penduduk Provinsi Jambi didominasi oleh penduduk muda. Hal

menarik yang dapat diamati pada piramida penduduk ini adalah jumlah penduduk

usia 15-24 tahun yang lebih kecil dibanding penduduk usia yang lebih muda

maupun penduduk yang berusia 25 hingga 29 tahun. Ini menggambarkan bahwa

pada tahun 1990-an, laju pertumbuhan penduduk relatif rendah. Namun, pada

akhir tahun 1990 hingga kini laju pertumbuhan lebih tinggi, sehingga penduduk

usia muda (0-14 tahun) lebih banyak dibanding penduduk usia dewasa (15-24

tahun). Jika pemerintah berhasil mempertahankan tingkat pertumbuhan penduduk

yang rendah atau lebih rendah dibandingkan sebelumnya, maka seharusnya

jumlah penduduk usia 0-4 tahun lebih rendah dibandingkan penduduk usia di

atasnya. Untuk mengetahui perkembangan penduduk di Provinsi Jambi dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

97
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk di Provinsi Jambi Tahun 2000-2019
Tahun Belanja Modal (Juta Rupiah) Perkembangan (%)
2000 124.238 -
2001 135.331 8,93
2002 145.760 7,71
2003 157.908 8,33
2004 172.578 9,29
2005 231.109 33,92
2006 363.907 57,46
2007 422.441 16,08
2008 560.254 32,62
2009 445.681 -20,45
2010 465.860 4,53
2011 518.751 11,35
2012 682.820 31,63
2013 938.903 37,50
2014 818.059 -12,87
2015 791.487 -3,25
2016 945.539 19,46
2017 895.648 -5,28
2018 993.989 10,98
2019 939.168 -5,52
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, data diolah 2023

Data pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Provinsi

Jambi dari tahun ke tahun selama periode 2000-2019 selalu mengalami

peningkatan. Untuk laju pertumbuhan penduduk terbesar tercatat pada tahun 2010

yaitu sebesar 2,66 persen dengan jumlah penduduk sebesar 3.092.265 jiwa dari

jumlah penduduk tahun sebelumnya sebanyak 3.012.164 jiwa. Sedangakan

perkembangan jumlah penduduk terendah tercatat pada tahun 2001 yaitu hanya

sebesar 1,30 persen dengan jumlah penduduk sebanyak 2.539.644 jiwa dari tahun

sebelumnya sebesar 2.507.166 jiwa.

Meningkatnya jumlah penduduk di Provinsi Jambi dari tahun ke tahun

bukan hanya karena faktor kelahiran saja, melainkan banyaknya penduduk dari

provinsi lain pindah ke Provinsi Jambi untuk mencari pekerjaan dan berinvestasi.

Hal ini dikarenakan Provinsi Jambi merupakan provinsi yang sedang berkembang

98
sehingga potensi dan peluang penduduk untuk mencari pekerjaan dan berinvestasi

lebih besar.

4.6 Investasi

Investasi adalah kegiatan mengalokasikan atau menanamkan sumber daya

(resorce) saat ini (sekarang), dengan harapan mendapatkan manfaat dikemudian

hari (masa datang). Investasi dilakukan untuk memenuhi berbagai kebutuhan

masyarakat baik individu, kelompok, dan bahkan negara. Dengan demikian,

investasi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, berupa sumber

pendapatan untuk membeli barang dan jasa yang diperlukan (Noor, 2015).

Dengan adanya investasi di dalam suatu negara maka terjadi peningkatan modal

yang dimiliki negara tersebut dan terjadi peningkatan penyediaan perlengkapan

produksi yang dapat meningkatkan hasil produksi. Semakin tinggi hasil produksi

maka pendapatan suatu negara akan meningkat sehingga akan mengakibatkan

pendapatan.

Investasi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan institusi yang

melaksanakan kegiatan investasi serta berdasarkan sumber aliran modal yaitu

Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Sedangkan menurut Mankiw (2012) bahwa investasi dapat dibedakan menjadi,

investasi tetap bisnis (business fixed investment), investasi perumahan (residential

investment) dan investasi persediaaan ( inventory investment). Investasi juga dapat

diklasifikasikan berdasarkan institusi yang melaksanakan kegiatan investasi serta

berdasarkan sumber aliran modal yaitu Penanaman Modal Asing (PMA) dan

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Untuk investasi PMA terbagi menjadi

dua yaitu FDI dan portofolio. FDI adalah jenis investasi asing yang pengelolaan

99
dan manajemen investasi dilakukan langsung oleh pihak asing sedangkan

portofolio adalah jenis investasi yang hanya bersifat pasif tanpa pengelolaan

langsung dengan contoh obligasi dan sekuritas. Data investasi asing yang

digunakan dalam penelitian ini adalah FDI, sedangkan data PMA portofolio tidak

digunakan karena investasi portofolio hanya bersifat jangka pendek dan

ketersediaan data relative sulit. Berikut disajikan data jumlah investasi PMDN dan

PMA khususnya FDI di Provinsi Jambi periode penelitian yaitu tahun 2000-2019:

Tabel 4.4
Perkembangan Investasi di Provinsi Jambi Tahun 2000-2019
Tahun Investasi (Rupiah) Perkembangan (%)
2000 7.444.577.450 -
2001 8.076.956.060 8,49
2002 8.549.407.630 5,85
2003 8.738.407.980 2,21
2004 9.758.268.570 11,67
2005 9.199.191.970 -5,73
2006 10.315.485.760 12,13
2007 11.714.560.370 13,56
2008 11.895.685.390 1,55
2009 11.776.548.540 -1,00
2010 11.616.880.650 -1,36
2011 14.897.498.450 28,24
2012 27.384.362.320 83,82
2013 34.325.652.390 25,35
2014 39.944.023.870 16,37
2015 46.886.547.540 17,38
2016 52.782.394.010 12,57
2017 52.870.899.670 0,17
2018 52.776.290.320 -0,18
2019 52.876.458.130 0,19
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, data diolah 2023

Data pada Tabel 4.4 menunjukkan perkembangan investasi di Provinsi

Jambi tahun 2000-2019 terus meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan

investasi tertinggi terjadi pada tahun 2012 dengan peningkatan yang signifikan

dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 83,82 persen dengan investasi sebesar Rp

27.384.362.320 dari investasi sebelumnya yaitu Rp 14.897.498.450, peningkatan

ini terjadi disebabkan banyaknya investor menanamkan modalnya pada sektor

100
Pertambangan (Batu bara), perdagangan hotel dan restoran pada saat itu dan

adanya depresiasi nilai tukar rupiah. Sedangkan penurunan penerimaan investasi

terjadi pada tahun 2005 sebesar -5,73 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan

investasi tersebut disebabkan pada tahun 2005 kondisi infrastruktur Provinsi

Jambi sebagian besar di beberapa daerah sedang rusak berat, sehingga

menurunkan minat investor pada saat itu untuk berinvestasi. Hal ini dapat

menghambat perkembangan perekonomian Provinsi Jambi, dengan ini pemerintah

daerah Provinsi Jambi harusnya lebih giat dalam meningkatkan PMA dan PMDN

dengan cara memperbaiki infrastrukutr sehingga dapat mendorong meningkatnya

kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi.

Penurunan investasi pada tahun 2010 lebih dikarenakan terjadinya

penurunan permintaan pasar global yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi di

USA, sehingga investasi di Provinsi Jambi khususnya investasi sektor industri

pengolahan turut terpengaruh, namun tidak terlalu signifikan karena hanya

mengalami penurunan investasi sebesar 1,36%.

4.7 Kondisi Angka Harapan Hidup Kab/Kota di Provinsi Jambi

Angka Harapan Hidup adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat

ditempuh seseorang selama hidup. Indeks harapan hidup menunjukkan jumlah

tahun hidup yang diharapkan dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Untuk

melihat rata-rata angka harapan hidup di Kab/Kota di Provinsi Jambi secara

lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.5:

101
Tabel 4.5
Rata-rata Angka Harapan Hidup Kab/Kota di Provinsi Jambi Tahun
2015-2019 (Tahun)
KAB/ KOTA 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata
Kerinci 69,3 69,41 69,52 69,65 69,82 69,47
Merangin 70,92 70,93 70,94 71,04 71,18 70,96
Sarolangun 68,77 68,8 68,83 68,94 69,09 68,84
Batanghari 69,95 70,03 70,12 70,26 70,44 70,09
Muaro Jambi 70,81 70,68 70,9 71,02 71,18 70,85
Tanjung Jabung 65,43 65,56 65,69 66,08 66,23 65,69
Timur
Tanjung Jabung 67,66 67,71 67,75 68,87 68,03 68,00
Barat
Tebo 69,66 69,66 69,67 69,77 69,91 69,69
Bungo 67,08 67,18 67,27 67,42 67,61 67,24
Kota Jambi 72,31 72,32 72,33 72,43 72,57 72,35
Kota Sungai Penuh 71,61 71,66 71,71 71,84 72,01 71,71
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, data diolah 2020

Komponen kesehatan merupakan komponen yang penting sebagai salah satu

bentuk keadaan kualitas manusia di Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.

Peningkatan dan perbaikan derajat kesahatan dapat terlihat dari peningkatan umur

harapan hidup atau angka harapan hidup manusia. Semakin sehat seseorang atau

semakin tinggi akan kesadaran sehat manusia maka semakin tinggi angka harapan

hidup manusia atau dapat memperpanjang usia harapan hidup manusia. Angka

harapan hidup manusia di Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi mengalami

peningkatan pada periode 2015 hingga 2019. Rata-rata angka harapan hidup di

Kabupaten /Kota di Provinsi Jambi berada di usia 65 tahun ke atas. Kota Jambi

merupakan Kab/Kota yang memiliki nilai rata-rata angka harapan hidup paling

tinggi diantara Kabupaten Lainnya yaitu sebesar 72,35 tahun, artinya di Kota

Jambi rata-rata perkiraan banyak tahun yang ditempuh masyarakat di Kota Jambi

periode 2015 sampai 2019 yaitu 72 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

derajat kesehatan penduduk di Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi cukup baik.

102
4.8 Kondisi Rata-rata Lama Sekolah Kab/Kota di Provinsi Jambi

Pendidikan memiliki peran penting dan utama dalam membentuk

kepribadian masyarakat dalam memanfaatkan teknologi dan kemampuan untuk

menciptakan perkembangan yang lebih baik. Rata-rata lama sekolah merupakan

identifikasi dalam tinggi rendahnya pendidikan yang dicapai. Semakin tinggi rata-

rata pendidikan menunjukan tingginya tingkat pendidikan sehingga berdampak

pada kualitas hidup manusia. Untuk melihat rata-rata lama sekolah di Kab/Kota di

Provinsi Jambi dapat dilihat pada Tabel 4.6:

Tabel 4.6
Rata-rata Lama Sekolah Kab/Kota di Provinsi Jambi Tahun2015-2019
(Tahun)
KAB/ KOTA 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata
Kerinci 7,78 8,06 8,19 8,2 8,21 8,09
Merangin 7,08 7,44 7,62 7,67 7,68 7,50
Sarolangun 7,24 7,34 7,47 7,63 7,76 7,49
Batanghari 7,44 7,69 7,77 7,82 7,85 7,71
Muaro Jambi 8,01 8,02 8,08 8,09 8,33 8,11
Tanjung Jabung Timur 6,26 6,32 6,33 6,34 6,35 6,32
Tanjung Jabung Barat 7,37 7,43 7,44 7,56 7,7 7,50
Tebo 7,53 7,54 7,55 7,56 7,57 7,55
Bungo 7,87 7,99 8,08 8,09 8,15 8,04
Kota Jambi 10,63 10,65 10,66 10,67 10,91 10,70
Kota Sungai Penuh 9,17 9,33 9,55 9,84 10,08 9,59
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, data diolah 2020

Berdasarkan data pada Tabel 4.6 rata-rata lama sekolah di Kabupaten/Kota

di Provinsi Jambi periode 2015 sampai 2019 mengalami peningkatan dengan rata-

rata lama sekolah tertinggi adalah di Kota Jambi, dengan jumlah rata-rata 10,70

per tahun. Ini menunjukan bahwa dari tahun ketahun periode 2015 hingga 2019

rata-rata lama sekolah di Kota Jambi perkembanganya mengalami peningkatan

yang baik. Sedangkan jumlah rata-rata lama sekolah terendah di Kabupaten

Tanjung Jabung Timur yaitu sebesar 6,32 per tahun. Artinya rata-rata jumlah

tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di jenjang pendidikan

formal di Kabupaten Tanjung Jabung Timur yaitu sekitar 7 tahun. Sehingga rata-

103
rata diantara tahun 2015 hinga 2019 di Kabupaten Tanjung Jabung Timur hanya

menamatkan sekolah SD dan memasuki SMP. Kab/Kota di Provinsi Jambi yang

memiliki nilai rata-rata lama sekolah tertinggi adalah Kota Jambi yaitu 10,70

tahun, artinya sekitar 11 tahun penduduk usia 15 tahun ke atas di Kota Jambi

mengemban pendidikan formal hingga SMA. Tingginya nilai rata-rata lama

sekolah di Kota Jambi didukung karena Kota Jambi merupakan ibu kota di

Provinsi Jambi, sehingga penyebaran rata-rata lama sekolah cukup tinggi

dibandingkan dengan Kab/Kota lainnya.

104

Anda mungkin juga menyukai