OTONOMI DAERAH
TESIS
Oleh
NIM. S4208012
SURAKARTA
2010
1
Sementara itu terjadi pula pergeseran perilaku ekonomi yang
unggulan dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi penawaran (supply) dan sisi
kondisi bio-fisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah
36
pendekatan yang dilakukan untuk menentukan suatu komoditi dikatakan
1. Value added, yaitu nilai tambah cukup besar dari total outputnya, yaitu di
3. Spesialisasi Ekspor, peran suatu industry dalam ekspor netto (baik antar
industri.
37
Identifikasi industry unggulan berdasarkan kriteria di atas merupakan
(PDRB) dan PDRB perkapita Atas Dasar Harga Konstan 1993. Alat
38
unggulan dan mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Kabupaten
Muna adalah jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah, tomat, pisang,
jeruk, jambu mete, kapuk, sapi, ikan kembung, ikan tuna, ikan cakalang,
jati, kacang tanah sapi, ikan kembung, ikan cakalang, ikan tuna, jeruk dan
komoditi pertanian. Namun hanya komoditi jambu mete, kacang tanah, ikan
cakalang, ikan kembung, jeruk dan kayu jati yang mempunyai keunggulan
komoditi yang sama di tingkat propinsi adalah kacang tanah, jeruk, jambu
mete, sapi, ikan kembung, ikan tuna, ikan cakalang, kayu jati, ubi jalar,
terong, jambu, pisang, kopi dan ikan selar. Komoditi unggulan yang perlu
kacang tanah, jeruk, jambu mete, ikan kembung, ikan cakalang, dan kayu
jati. Komoditi kopi, ikan selar dan rotan mempunyai potensi dan
luar negeri/ekspor.
39
2. E. Buhana (2003) meneliti tentang “Analisis Komoditas Unggulan
pertanian dan agricul Jawa Tengah tingkat produksi dalam periode 1993-
Bruto (PDRB) per kapita berdasarkan harga konstan pada tahun 1993.
dan sellable ke daerah lain adalah kentang, bawang merah, cabai, pisang,
cengkeh, vanili, teh, kapas, bebek, kerbau, ayam lokal, dan ikan bandeng.
Komoditas dengan kinerja positif adalah beras, jagung, ubi kayu, kentang,
jambu mete, kapas, sapi, kambing, udang, bandeng, blanak dan terinasi.
40
komoditas yang maju dan tumbuh cepat adalah kentang, bawang merah,
merah, cabai, cengkeh, teh dan bandeng. Berdasarkan analisis dari lima
pertanian dan agricul Jawa Tengah tingkat produksi dalam periode 1993-
Bruto (PDRB) per kapita berdasarkan harga konstan pada tahun 1993.
dan sellable ke daerah lain adalah kentang, bawang merah, cabai, pisang,
cengkeh, vanili, teh, kapas, bebek, kerbau, ayam lokal, dan ikan bandeng.
Komoditas dengan kinerja positif adalah beras, jagung, ubi kayu, kentang,
41
jambu mete, kapas, sapi, kambing, udang, bandeng, blanak dan terinasi.
komoditas yang maju dan tumbuh cepat adalah kentang, bawang merah,
merah, cabai, cengkeh, teh dan bandeng. Berdasarkan analisis dari lima
Sidoharjo.
42
masuk ke dalam daerah berkembang, daerah maju dan cepat tumbuh. Dari
nasional”.
data sekunder yang bersifat time series tahun 1997–2001. Data yang
tergolong basis dan memiliki sebaran wilayah paling luas menjadi salah
didasarkan aspek luas areal panen maka keuggulan yang diperoleh baru
43
5. Ropingi (2004) meneliti tentang “Aplikasi analisis shift share esteban
Regioal Bruto/PDRB .
tentang “Analisis sektor basis dan non basis di provinsi Nangroe Aceh
Darussalam.
yang menjadi sektor basis dan sektor non basis dan Bagaimana laju
pertumbuhan dari sector basis dan sector non basis dari tahun ke tahun di
44
Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Data yang digunakan data time series
yang dikaji adalah total produksi yang meliputi sembilan sector. Hasil
dari tahun 1992 sampai dengan 2001 di Provinsi Aceh adalah sektor
Sedangkan laju pertumbuhan sektor basis dan sektor non basis dari
tahun 1992 sampai dengan 2001 mengalami kenaikan dan penurunan atau
fluktuasi.
Propinsi Jawa Barat dan mengukur tingkat kontribusi sektor pertanian dan
45
Metode penelitian menggunakan metode pendekatan LQ, analisis
analisis kuantitatif, dengan data dari BPS, Dinas pertanian serta Dinas –
Jawa Barat adalah sector industri pengolahan, sector bangunan dan sector
maka sektor dan subsektor adalah subsektor industri pupuk kimia dan
barang dari karet dan mineral bukan logam. Walaupun sektor pertanian
unggulan yang merupakan proses lebih lanjut dari hasil produk – produk
pertanian yang dilakukan proses produksi lagi yang bisa memberikan nilai
46
I. Kerangka Pemikiran
Kebijakan pembangunan
Kabupaten Sukoharjo
Pembangunan Ekonomi di
Kabupaten Sukoharjo
unggulan sektor pertanian pada periode sebelum otonomi daerah dan selama
sektor tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor perikanan dan
47
Pada penelitian ini juga menganalisis keunggulan suatu daerah dengan
antara daerah dengan daerah yang lebih tinggi jumlah penduduknya, contohnya
menjadi sektor basis maupun sektor ekonomi lain yang potensial dan dominant,
Kabupaten Sukoharjo, maka dalam penelitian ini akan diteliti dan dianalisis sektor
salah satu kunci suatu daerah agar dapat mengembangkan ekonomi daerahnya
tepat sasaran. Dimana penetapan komoditi unggulan suatu daerah yang dilakukan
48
Pelaksanaan desentralisasi di Indonesia dimulai sejak 1 Januari 2001
tangguh, efisien dan fleksibel, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani,
keunggulan yang berbeda – beda. Oleh sebab itu dibutuhkan kebijakan dari
di daerah tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan kebijakan pemerintah dan daerah
49
memudahkan pemerintah daerah untuk merumuskan strategi kebijakan agar
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yang digunakan adalah tahun 1997 sampai 2007. Kurun waktu tersebut dibagi
menjadi kurun 1993 – 2000 dimana tahun tersebut merupakan periode sebelum
Otonomi Daerah
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai data
sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber dengan cara mengambil data
statistik yang telah ada serta dokumen – dokumen lain yang terkait dan yang
diperlukan. Dalam hal ini buku – buku statistik yang diterbitkan oleh BPS
ini.
51
C. Definisi Operasioanl
bidang tertentu atau mencakup beberapa unit produksi yang terdapat dalam
suatu perekonomian
2. Sub sektor adalah unit produksi yang terdapat dalam suatu sektor
pada sektor. Sub sektor yang dikaji dalam penelitian ini adalah sub sektor
khas yaitu proses produksi yang berdasarkan pada proses pertumbuhan dan
perikanan.
52
Subsektor unggulan yang berkembang dengan baik tentunya mempunyai
(Kuncoro,2004:183).
dari suatu wilayah dengan wilayah lainnya atau dengan wilayah studi
potensinya.
vi / vt
LQ =
Vi / Vt
Sukoharjo
53
propinsi. Sektor ini dalam perekonomian di tingkat kota/kabupaten
basis.
daerah yang lebih besar. Analisis ini memberikan data tentang kinerja
(Arsyat,1999:139) yaitu:
acuan.
54
b. Pergeseran proporsional mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau
dijadikan acuan.
dijadikan acuan. Oleh karena itu jika pergeseran diferensial dari suatu
industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya
dari pada industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.
(2001).
atau
Dimana:
Sukoharjo
Sukoharjo
55
Ppi : Pertumbuhan proporsional PDRB sektor i di wilayah Kab.
Sukoharjo
Sukoharjo
analisis.
dasar analisis
pertumbuhan nasional
pertumbuhan proporsional.
ri : Y’ij / Yij
Ri : Y’i / Yi
Ra : Y’.../ Y..
Y’i : PDRB sektor i wilayah Jawa Tengah pada akhir tahun analisa
Y’.. : PDRB total wilayah Jawa Tengah pada tahun akhir analisis
Y.. : PDRB total wilayah Jawa Tengah pada tahun dasar analisis
56
Indikator:
Sukoharjo lambat
Kabupaten lain.
3. Analisis Overlay
dan kriteria konstribusi (Yusus dalam Lilis Siti Badriah, 2003:149 ) sebagai
berikut:
dan tingkat konstribusi yang tinggi. Sektor ini layak mendapat prioritas
dalam pembangunan.
57
perkembangan yang perlu mendapat perhatian untuk konstribusinya
dipacu pertumbuhannya.
pembangunan.
Dalam model ini ada dua macam rasio yang digunakan untuk
58
a. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPR)
D E iR E iR ( t )
RPR =
D E R E R (t )
Dimana:
tahun penelitian.
penelitian.
sebaliknya.
59
DEij Eij (t )
RPs =
DEiR EiR (t )
Dimana:
penelitian.
penelitian.
Jika RPs > 1, maka RPs dikatakan (+), berarti bahwa laju
sebaliknya.
Dari hasil analisis MRP dengan melihat nilai RPR dan RPs akan
1). Nilai RPR (+) dan RPS (+) berarti kegiatan sektor tersebut pada
menonjol ( Potensial )
2). Nilai RPR (+) dan nilai RPS (-) berarti sektor tersebut pada tingkat
60
yang menonjol, tetapi tingkat wilayah studi (Kabupaten Sukoharjo)
3). Nilai RPR (-) dan nilai RPS (+) berarti sektor tersebut pada tingkat
4). Nilai RPR (-) dan nilai RPS (-) berarti sektor tersebut pada tingkat
rendah.
61