Anda di halaman 1dari 16

Analisis Peluang Kerja di Provinsi Sumatera Barat dan Sumatera Utara Untuk memenuhi tugas mata kuliah KETENAGAKERJAAN

Oleh: Saiful Rahman Pasaribu 09/281732/SP/23311

JURUSAN PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011

LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mencoba bangkit dari segala keterpurukannya. Masalah kemiskinan merupakan tema dan agenda utama pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. Beberapa penyebab kemiskinan tersebut adalah dari sulitnya mencari lapangan kerja yang banyak menimbulkan pengangguran, disparitas antar wilayah pedesaan dan perkotaan yang menimbulkan ketidakseimbangan dan menyebabkan terjadinya arus migrasi tenaga kerja lebih banyak ke wilayah perkotaan, maupun masalah lain seperti perundang-undangan dan peraturan di bidang ketenagakerjaan.

Akan tetapi, realitasnya permasalahan tenaga kerja menjadi bagian utama yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan pembangunan. Permasalahan tenaga kerja pun tidaklah barang baru bagi negara-negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Tingginya angka pengangguran adalah permasalahan utama dan sangat classic. Tingginya angka pengangguran ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah angkatan kerja seiring dengan pertumbuhan penduduk dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja, padahal perluasan lapangan kerja akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, untuk mengetahui gambaran permasalahan tenaga kerja, maka permasalahan ini dapat dianalisis dari peluang kerja. Dimana analisis peluang kerja ini nantinya akan memberikan pemaparan mengenai tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), tingkat pengangguran, tingkat lapangan usaha, tingkat jabatan pekerjaan dan tingkat status pekerjaan. Dalam menganalisis peluang kerja ini, saya memilih Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat berdasarkan data hasil sensus penduduk tahun 1990. Alasan pemilihan kedua daerah ini dikarenakan kedua provinsi ini merupakan provinsi yang memiliki karakteristik kondisi alam yang hampir tidak jauh berbeda. Selain itu, kedua provinsi letaknya strategis dalam suatu kepulauan Sumatera ,perbedaan kedua provinsi ini sangat menarik untuk di teliti karena sistem kedua provinsi juga berbeda dengan tenaga kerja yang amat besar di negara Indonesia.

PEMBAHASAN

A. Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Dalam pembangunan, tenaga kerja memainkan dua fungsi yaitu sebagai input pembangunan dan juga sebagai konsumen pembangunan. Ketidakmampuan pembangunan dalam memanfaatkan tenaga kerja akan menimbulkan kurang optimalnya pembangunan dan juga kemiskinan, karena sebagian tenaga kerja tidak mempunyai sumber pendapatan. Pembangunan akan optimal jika mayoritas tenaga kerja bekerja atau bersedia bekerja. Mereka adalah kelompok tenaga kerja yang aktif dalam perekonomian yang biasa disebut sebagai angkatan kerja.

TPAK atau Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah salah satu ukuran ketenegakerjaan yang banyak digunakan. Pengukuran TPAK dilakukan dengan cara menghitung jumlah absolut seluruh angkatan kerja dibagi dengan seluruh tenaga kerja atau penduduk usia kerja kemudian dikalikan 100%. Berdasarkan TPAK dapat dilakukan perkiraan, berapa besar penduduk usia kerja yang berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi.

Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1990, kondisi tenaga kerja Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat seperti tabel di bawah ini :

Provinsi

Angkatan kerja

Bekerja

Mencari Pekerjaan

Bukan Angkatan Kerja 1.508.267

Total Tenaga Kerja 2.705.166

Sumatera Utara

1.196.899

1.110.141

86.758

Sumatera Barat

1.507.583

1.461.821

45.762

1.447.865

2.955.448

Sedangkan tingkat partisipasi angkatan kerjanya (TPAK) seperti tabel di bawah ini : Golongan Umur 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+ Sumatera Barat
9,09 31,34 54,78 68,55 73,36 76,46 78,5 77,51 74,97 67,94 59,14 55,84

Sumatera Utara
8,67 35,68 62,77 71,67 76,2 79,03 80,27 79,4 78,12 72,63 64,78 45,28

Gambar grafik tingkat perbandingan angkatan kerja sebagai berikut :


90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 sumbar sumut

Dari gambaran grafik tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola partisipasi angkatan kerja di Provinsi Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan dengan Sumatera Barat. Memulai terjun ke dunia kerja pada umur 10-14 tahun, terus meningkat hingga umur 40-44, dan perlahan-lahan mulai menurun hingga sampai umur 65+.

Tingkat partisipasi angkatan kerja tertinggi secara berurutan di Sumatera Utara adalah pada umur 40-44 yaitu sebesar 80,27 persen, yang kemudian diikuti umur 45-49 yaitu mencapai 79,40 persen, dan disusul oleh umur 35-39 yaitu 79,03 persen. Kondisi tingkat partisipasi angkatan kerja tertinggi di Sumatera Barat pada umur 4044 yaitu sebesar 78,50 persen, yang kemudian diikuti umur 45-49 yaitu mencapai 77,51 persen, dan disusul oleh umur 35-39 yaitu 76,46 persen. Terdapat beberapa perbedaan TPAK di kedua provinsi, walaupun perbedaan yang ada tidaklah sangat mencolok. Perbedaan dalam tingkat partisipasi angkatan kerja antara Sumatera Barat dan Sumatera Utara kemungkinan dapat dipengaruhi oleh kondisi sosial, tingkat perekonomian daerah, pasar kerja, teknologi, umur, jumlah penduduk yang masih bersekolah, jumlah penduduk yang mengurus rumah tangga, biaya hidup rumah tangga, tingkat upah, pendidikan dan kegiatan ekonomi daerah.

B. Perbandingan Tingkat Pengangguran Pengangguran merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah penah berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Tingkat pengangguran digunakan untuk seberapa besar tingkat angkatan kerja yang tidak berpartisipasi atau terserap oleh dunia kerja. Pengukuran tingkat pengangguran dapat dilakukan dengan cara menghitung jumlah seluruh angkatan kerja yang sedang mencari kerja dibagi dengan jumlah seluruh angkatan kerja kemudian dikalikan 100%. Proporsi atau jumlah pengangguran dari angkatan kerja berguna sebagai acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru. Disamping itu, trend indikator ini akan menunjukkan keberhasilan progam ketenagakerjaan dari tahun ke tahun.

Tabel tingkat pengangguran : Golongan Umur 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+ Sumatera Barat
7,64 8,03 10,94 3,46 0,72 0,56 0,39 0,42 0,35 0,28 0,47 0,99

Sumatera Utara
4,85 4,85 4,85 4,85 4,85 4,85 0,38 0,36 0,3 0,42 0,5 0,9

Grafik perbandingan tingkat pengangguran sebagai berikut :


18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 sumut sumbar

Dari gambaran grafik di bawah, dapat disimpulkan bahwa pola tingkat pengangguran di Provinsi Sumatera Barat lebih rendah dibandingkan dengan yang ada di Sumatra Utara. Dimana tingkat penganguran paling tinggi terdapat pada umur 10-14 tahun kemudian lamakelamaan menjadi turun sampai pada umur 65+. Pengecualian terdapat pada umur 20-24 Sumatera Barat, dimana tingkat penganggurannya meningkat pada umur itu.

C. Perbandingan Tingkat Lapangan Usaha Proporsi penduduk bekerja menurut lapangan usaha merupakan angka yang menunjukan distribusi/penyebaran penduduk bekerja di setiap lapangan pekerjaan. Menurut Sensus Penduduk, yang dimaksud dengan lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan dari usaha/perusahaan/ instansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja. Kegunaan penghitungan ini untuk membantu pemerintah dalam memberikan fokus kebijakan ketenagakerjaan pemerintah. Misalnya, apabila proporsi penduduk yang bekerja terbanyak terdapat di sektor pertanian maka pemerintah dapat lebih menitikberatkan pembangunan ketenagakerjaan di sektor ini. Penghitungannya dilakukan dengan cara membagi jumlah penduduk yang bekerja di salah satu sektor dengan jumlah penduduk bekerja kemudian dikalikan dengan 100%. Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 1990, kondisi umum tingkat lapangan usaha Sumatera Barat dan Sumatera Utara seperti tabel di bawah ini :

Lapangan Usaha

Sumatera Barat

Sumatera Utara

Pertanian, dll Pertambangan, dll Industri Listrik, air, gas Bangunan Perdagangan Angkutan, dll Keuangan, dll Jasa kemasyarakatan

873736 11000 76105 3166 44665 194491 41697 9721 193578

166735 8456 176607 379430 182862 2263998 611428 1454 29359

Grafik perbandingan Tingkat lapangan usaha sebagai berikut :


70 60 50 40 30 20 10 0 sumbar sumut

Sektor pertanian khususnya pertanian,kehutanan,perburuhan masih merupakan sektor penggerak utama roda perkonomian masyarakat Provinsi Sumatera barat. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar tenaga kerja di provinsi Sumatera barat bergerak pada bidang ini mencapai 873,736 jiwa, dan kemudian di sektor perdangangan mencapai 0,14 % dan kemudian jasa kemasyarakatan mencapai 0,14 % . Bila dilihat dari jumlah penduduknya yang bekerja terlihat bahwa persentase terbesar menurut lapangan usahanya pada Sumatera Barat adalah sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan yaitu mencapai 873,736 jiwa, yang kemudian diikuti sektor perdagangan besar, jasa kemasyarakatan yang sama hampir setara dengan jumlah lapangan usaha dan mudah di masuki oleh tenaga kerja . Kondisi di Sumatera Utara paling didominasi oleh sektor perdagangan besar, komunikasi, dan bangunan dan industri, pada sektor tertinggi lapangan kerja di sumatera utara di dominasi perdangangan dengan mencapai 2.263.998 juta jiwa , angkutan dan komunikasi dengan total mencapai 611,428 jiwa , dan di susul oleh sektor bangunan 182,862 , dan kemudian sektor industri pengolahan mencapai 176,607 jiwa ,

Sementara itu sektor keuangan, asuransi, listrik dan gas, dan terakhir pertambangan menjadi sektor yang paling sedikit jumlah tenaga kerjanya di kedua provinsi ini, dikarenakan minim dan susah untuk memasuki lapangan usaha ini ,terlihat pada grafik sedikit nya angka kegiatan dalam tahun 1990 ,sehingga tidak dapat berkembang nya sektor tersebut .

D. Perbandingan Tingkat Jabatan Kerja Tingkat jabatan pekerjaan merupakan angka yang memaparkan pembagian angkatan kerja apakah tenaga terampil, semi terampil atau tenaga tidak terampil. Penghitungan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat tenaga terampil, semi terampil dan tidak terampil. Penghitungannya dilakukan dengan cara membagi jumlah penduduk yang bekerja di salah satu profesi utama dengan jumlah penduduk bekerja kemudian dikalikan dengan 100%. Secara garis besar, tingkat jenis pekerjaan ini nantinya dapat dibagi menjadi 3 kelompok. Dimana pembagian ketiga kelompok tersebut adalah sebagai berikut : Tenaga profesional, teknisi dan yang sejenis dan tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan dikelompokkan pada kelompok tenaga terampil. Tenaga tata usaha dan yang sejenis; tenaga usaha penjualan dan tenaga usaha jasa dikelompokkan pada kelompok tenaga semi terampil. tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan; tenaga produksi, operator alat-alat angkutan dan pekerja kasar dimasukkan pada tenaga tidak terampil. Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 1990, kondisi umum tingkat jabatan pekerjaan Sumatera Utara dan Sumatera Barat seperti tabel di bawah ini : Jabatan Pekerjaan Sumatera Barat Sumatera Utara Tingkat Jabatan Pekerjaan Sumatera Barat (%) Tenaga Profesional, dll Tenaga Kepemimpinan, dll Tenaga Tata Usaha, dll
75843 1625 73469 166735 8456 176607 5,60 0,12 5,43

Tingkat Jabatan Pekerjaan Sumatera Utara (%)


1,32 0,06 1,40

Tenaga Usaha Penjualan Tenaga Usaha Jasa Tenaga Usaha Pertanian,dll Tenaga Produksi, dll

189736 29975 871631 206550

379430 182862 2263998 611428

14,03 2,21 64,46 15,27

3,01 1,45 18,00 4,86

Grafik Perbandingan Tingkat Jabatan Pekerjaan sebagai berikut :


70 60 50 40 30 20 10 0

sumbar sumut

Dari gambaran data-data di atas, dapat diketahui bahwa jabatan pekerjaan yang paling tinggi di kedua provinsi adalah tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan tingkat lapangan usaha, dimana keduanya masih condong ke sektor pertanian. Bila dilihat dari jumlah penduduknya yang bekerja terlihat bahwa persentase terbesar menurut jabatan pekerjaan pada Sumatera Barat adalah tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan yaitu mencapai 64,46 persen, yang kemudian diikuti tenaga produksi, operator alat-alat angkutan dan pekerja kasar yaitu 15,27 persen dan tenaga usaha penjualan sebesar 14,03 persen. Kondisi di Sumatera Utara juga didominasi oleh tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan yaitu mencapai 18,00 persen, kemudian disusul tenaga tenaga produksi, operator alat-alat angkutan dan pekerja kasar sebesar 4,86 persen dan tenaga usaha penjualan sebesar 3,01 persen.

Sementara itu jabatan pekerjaan sebagai tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan menjadi yang paling sedikit jumlah tenaga kerjanya baik di Sumatera Barat (0,12%) maupun Sumatera Utara (0,06%). Dapat disimpulkan hal ini juga kemungkinan dikarenakan masih sedikitnya tenaga kerja yang berpendidikan dan memiliki kemampuan yang kompeten di kedua provinsi sehingga jabatan pekerjaan ini sangat sulit untuk dimasuki.

E. Perbandingan Status Pekerjaan Status Pekerjaan merupakan kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan. Indikator status pekerjaan pada dasarnya melihat empat kategori yang berbeda tentang kelompok penduduk yang bekerja yaitu tenaga kerja dibayar (buruh), pekerja yang berusaha sendiri, pekerja bebas dan pekerja keluarga. Berusaha sendiri umumnya dibedakan menjadi dua yaitu mereka yang berusaha (memiliki usaha) dengan dibantu pekerja dibayar dan mereka yang berusaha tanpa dibantu pekerja dibayar, sementara pekerja keluarga juga dikenal dengan pekerja tak dibayar. Secara lebih rinci, menurut Sensus Penduduk status pekerjaan terdiri dari : 1. Berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain adalah mereka yang berusaha/bekerja atas risiko sendiri dan tidak mempekerjakan pekerja keluarga maupun buruh. Contohnya sopir taksi yang membawa mobil atas risiko sendiri, kuli-kuli di pasar, stasiun atau tempat-tempat lainnya yang tidak mempunyai majikan tertentu. 2. Berusaha dibantu dengan buruh tidak tetap adalah status pekerjaan bagi mereka yang bekerja sebagai orang yang berusaha atas resiko sendiri dan dalam usahanya mempekerjakan buruh tidak tetap. Contohnya, pengusaha warung yang dibantu oleh anggota rumah tangganya atau orang lain yang diberi upah tidak tetap, penjaja keliling yang dibantu anggota rumah tangganya atau seseorang yang diberi upah hanya pada saat membantu saja. 3. Berusaha dibantu dengan buruh tetap adalah mereka yang bekerja sebagai orang yang berusaha atas risiko sendiri dan dalam usahanya mempekerjakan paling sedikit satu orang buruh tetap. Buruh tetap adalah buruh/karyawan yang bekerja pada orang lain atau instansi/kantor/perusahaan dengan menerima upah atau gaji secara tetap, baik ada kegiatan maupun tidak. Contohnya pemilik toko yang mempekerjakan satu / lebih buruh tetap dan pengusaha sepatu yang memakai buruh tetap.

4. Buruh/Karyawan/Pekerja dibayar adalah mereka yang bekerja pada orang lain atau instansi/kantor/perusahaan dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang. 5. Pekerja tidak dibayar adalah status pekerjaan bagi mereka yang bekerja membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan seseorang dengan tidak mendapat upah / gaji baik berupa uang maupun barang. Contohnya anggota rumah tangga dari orang yang dibantunya, seperti istri yang membantu suami di sawah dan bukan sebagai anggota rumah tangga tetapi keluarga dari orang yang dibantunya, seperti saudara yang membantu melayani penjualan di warung. Penghitungan ini digunakan untuk melihat komposisi angkatan kerja berdasarkan status pekerjaannya. Dari komposisi tersebut dapat diciptakan kebijakan ketenagakerjaan yang sesuai. Misalnya, jika mayoritas angkatan kerja berstatus buruh/karyawan/pekerja dibayar, maka seharusnya pemerintah menciptakan kebijakan yang dapat mendorong angkatan kerja untuk mulai berusaha sendiri, berwiraswasta, dan menciptakan pekerjaan. Disamping itu kebijakan perburuhan dan hubungan industrial juga harus diperbaiki agar tidak terjadi perselisihan antara buruh dengan majikan. Penghitungannya dilakukan dengan membandingkan jumlah angkatan kerja dengan status tertentu dengan jumlah angkatan kerja keseluruhan dikali 100%. Grafik perbandingan status pekerjaan sebagai berikut :
35 30 25 20 15 10 5 0 berusaha sendiri berusaha berusaha tanpa batuan dengan dibantu dengan buruh orang lain anggota rumah tetap tangga / buruh tidak tetap buruh / karyawan pekerja keluarga

sumbar sumut

KESIMPULAN TPAK atau Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah salah satu ukuran ketenegakerjaan yang banyak digunakan. Pengukuran TPAK dilakukan dengan cara menghitung jumlah absolut seluruh angkatan kerja dibagi dengan seluruh tenaga kerja atau penduduk usia kerja kemudian dikalikan 100%. Berdasarkan TPAK dapat dilakukan perkiraan, berapa besar penduduk usia kerja yang berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi. Diketahui pada tahun 1990,berdasarkan data sensus,Sumatera Barat memiliki jumlah total tenaga kerja sebesar 2.955.448 jiwa. Dimana angkatan kerja sebesar 1.507.583 jiwa, baik yang bekerja sebesar 1.461.821 jiwa dan yang menganggur sebesar 38.116 jiwa. Sedangkan jumlah yang bukan angkatan kerja sebesar 1.447.865 jiwa. Sedangkan Sumatera Utara memiliki jumlah total tenaga kerja sebesar 2.705.166 jiwa. Dimana angkatan kerja sebesar 1.196.899 jiwa, baik yang bekerja sebesar 1.110.141 jiwa dan yang menganggur sebesar 128.400 jiwa. Sedangkan jumlah yang bukan angkatan kerja sebesar 1.508.267 jiwa. Tingkat pertisipasi angkatan kerja di Sumatera Barat di mulai dari usia 10-14 tahun hingga mencapai usia 40-45 tahun.Tingkat pertisipasi angkatan kerja di Sumatera utara lebih dari usia 10-14 tahun meningkat hingga usia 40-44.Berarti tingkat pertisipasi angkatan kerja di Sumatera Utara lebih lama 5 tahun dibanding Sumatera utara. Bila kita melihat banyaknya angkatan kerja di Sumatera Utara lebih banyak,hal tersebut dikarenakan banyaknya lapangan kerja yang tersedia.Bukan berarti di Sumatera Barat tidak memiliki lapangan kerja yang banyak,namun lapangan kerja di Sumatera barat menyesuaikan jumlah penduduk.Buktinya jumlah pengangguran di Sumatera Barat lebih rendah dibanding Sumatera Utara.Perbedaan tinggkat penggangguran dikarenakan provinsi Sumatera Barat merupakan daerah yang memiliki pusat wisata yang besar sehingga banyak menyerap tenaga kerja. Tingkat pengangguran digunakan untuk seberapa besar tingkat angkatan kerja yang tidak berparsisipasi atau terserap oleh dunia kerja. Pengukuran tingkat pengangguran dapat dilakukan dengan cara menghitung jumlah seluruh angkatan kerja yang sedang mencari kerja dibagi dengan jumlah seluruh angkatan kerja kemudian dikalikan 100%. Dapat disimpulkan bahwa pola tingkat pengangguran di Provinsi Sumatera Barat lebih rendah dibandingkan dengan yang ada di Sumatra Utara. Dimana tingkat penganguran paling tinggi terdapat pada umur 10-14 tahun kemudian lama-kelamaan menjadi turun sampai

pada umur 65+. Pengecualian terdapat pada umur 20-24 Sumatera Barat, dimana tingkat penganggurannya meningkat pada umur itu. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 1990, diketahui bahwa di Sumatra Barat terdapat 873,736 jiwa yang bekerja pada sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan, 11.000 jiwa yang bekerja pada sektor pertambangan dan penggalian, 76105 jiwa yang bekerja pada sektor industri pengolahan; 3166 jiwa bekerja pada sektor listrik, gas dan air; 44,665 jiwa yang bekerja pada sektor bangunan; 194.491 jiwa yang bekerja pada sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel; 41.967 jiwa yang bekerja pada sektor angkutan, penggudangan dan komunikasi; 9.721 jiwa yang bekerja pada sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan; 193.578 jiwa yang bekerja pada sektor jasa kemasnyarakatan. Sedangkan di Provinsi Sumatera Utara terdapat 166.735 jiwa yang bekerja pada sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan; 8456 jiwa yang bekerja pada sektor pertambangan dan penggalian; 176.607 jiwa yang bekerja pada sektor industri pengolahan; 379.430 jiwa bekerja pada sektor listrik, gas dan air; 182.862 jiwa yang bekerja pada sektor bangunan; 2.263.998 jiwa yang bekerja pada sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel; 611.428 jiwa yang bekerja pada sektor angkutan, penggudangan dan komunikasi; 1.454 jiwa yang bekerja pada sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan; 29.359 jiwa yang bekerja pada sektor jasa kemasnyarakatan. Pada sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor listrik, gas dan air keduanya tidak memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Ini kemungkinan dikarenakan kedua provinsi tersebut bukanlah provinsi penghasil bahan-bahan pertambangan. Pada sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel, sektor angkutan, penggudangan dan komunikasi Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan dengan Sumatra Barat. Hal ini dikarenakan Provinsi sumatera Utara lebih mengedepankan sektor pariwisatanya, sehingga sangat terbuka lapangan usaha seperti perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel, sektor angkutan, penggudangan dan komunikasi

Pada sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan serta sektor kemasnyarakatan, kedua provinsi juga tidak memiliki perbedaan yang mencolok. Pada sektor tingkat bangunan kerja di provinsi Sumatra Utara lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi Sumatera Barat. Hal ini dikarenakan bahwa Provinsi Sumatra Utara memiliki lahan potensial yang subur yang dapat digunakan untuk pertanian. Selain itu masih terdapat hutan yang banyak yang dapat digunakan sebagai perburuan.

REFERENSI

Data BPS sensus penduduk tahun 1990 http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=1 http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/801/801/1/3/ http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/802/802/ http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/805/805/ http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/806/806/ di unduh tanggal 18 Juni 2011 , jam 06:48

Diary Tindakan adalah bagaimana anda bisa berbuat suatu hal kecil menjadi bermakna dalam tempatnya .

Anda mungkin juga menyukai