Abstrak
Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang paling mempengaruhi masyarakat
secara langsung karena berdampak pada berkurangnya standar hidup dan bertambahnya
tekanan psikologis. Ada berbagai program pemerintah dalam mengatasi pengangguran
diantaranya program Kawasan Ekonomi Khusus yang diharapkan dapat menarik investasi dan
menciptakan banyak lapangan pekerjaan. Salah satu provinsi yang daerahnya termasuk dalam
program KEK adalah Sulawesi Utara. Namun kenyataannya, Sulawesi Utara merupakan salah
satu provinsi yang dengan tingkat pengangguran terbuka tertinggi di Pulau Sulawesi dengan
rata-rata tingkat pengangguran terbuka selalu melebihi rata-rata nasional. Rata-rata tingkat
pengangguran terbuka Sulawesi Utara di wilayah Sulawesi Utara dalam periode 2011-2019
selalu masuk dalam provinsi dengan peringkat 1 Tingkat pengangguran terbuka di Pulau
Sulawesi dan pada tahun 2019 masuk peringkat 8 nasional. Oleh karena itu, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis gambaran tingkat pengangguran terbuka (TPT) dan
faktor-faktor yang memengaruhinya di kabupaten/kota di Provinsi sulawesi Utara serta
mempelajari bagaimana faktor-faktor tersebut memengaruhi TPT di Sulawesi Utara periode
2011-2019. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif menggunakan grafik dan
tabel serta analisis inferensia menggunakan regresi data panel fixed effect model dengan estimasi
SUR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel IPM secara negatif dan signifikan terhadap
tingkat pengangguran terbuka sedangkan variabel inflasi berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap TPT.
Kata kunci—TPT, IPM, laju PDRB, jumlah penduduk, inflasi, regresi data panel, Sulawesi
Utara ,SUR
Abstract
Unemployment is a macroeconomic problem that most directly affects society because it
has an impact on reducing living standards and increasing psychological pressure. There are
various government programs in overcoming unemployment including the Special Economic
Zone program which is expected to attract investment and create many jobs. One of the provinces
whose area is included in the SEZ program is North Sulawesi. However, in reality, North Sulawesi
is one of the provinces with the highest open unemployment rate in Sulawesi Island with the
average open unemployment rate always exceeding the national average. The average open
unemployment rate of North Sulawesi in the North Sulawesi region in the 2011-2019 period has
always been included in the province with the 1st rank The open unemployment rate on Sulawesi
Island and in 2019 it was ranked 8th nationally. Therefore, the purpose of this study is to analyze
the description of the open unemployment rate (TPT) and the factors that influence it in
districts/cities in North Sulawesi Province and to study how these factors affect the TPT in North
Sulawesi for the 2011-2019 period. The analytical method used is descriptive analysis using
graphs and tables and inferential analysis using panel data regression fixed effect model with
SUR estimation. The results showed that the HDI variable had a negative and significant effect
1
◼ ISSN: 1978-1520
on the open unemployment rate, while the inflation variable had a positive and significant effect
on the TPT..
Keywords— TPT, HDI, GRDP rate, population, inflation, panel data regression, North
Sulawesi, SUR
1. PENDAHULUAN
Tujuan dan cita cita bangsa Indonesia termuat di dalam Pembukaan UUD 1945. Salah
satu tujuan nasional Negara Republik Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum.
Kesejahteraan menurut Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial
menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual
dan social warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri , sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya. Menurut publikasi BPS Cilacap, ada berbagai indikator yang
menentukan tingkat kesejahteraan yang meliputi aspek kependudukan, kesehatan, pendidikan,
ketenagakerjaan, taraf dan pola, serta perumahan dan kemiskinan. Masalah pengangguran
merupakan masalah ketenagakerjaan yang sangat berkaitan erat dan memengaruhi kesejahteraan.
Masalah pengangguran merupakan masalah yang menjadi isu penting di setiap negara
dikarenakan masalah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi satu sama lain.
Menurut Mankiw (2015) Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang paling banyak
mempengaruhi banyak orang secara langsung karena bagi kebanyakan orang yang kehilangan
pekerjaan berarti berdampak berkurangnya standar hidup dan bertambahnya tekanan psikologis.
Pengangguran merupakan masalah ekonomi makro yang dihadapi oleh setiap negara di
dunia, termasuk Indonesia. Tingkat pengangguran Indonesia pada periode 2015-2019 berada di
urutan tiga besar di ASEAN. Untuk mengatasi masalah pengangguran, pemerintah terus
melakukan upaya pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat dan memperluas kesempatan kerja sehingga diharapkan dapat menekan angka
pengangguran. Namun pada kenyataannya pembangunan ekonomi masih terpusat di Pulau Jawa
dan Kawasan Barat Indonesia yang berbanding terbalik dengan Kawasan Timur Indonesia yang
dapat dilihat grafik share PDRB yang terdapat pada lampiran 1. Dalam lampiran tersebut,
kawasan barat Indonesia memiliki share PDRB sebesar 73 persen sedangkan sisanya kawasan
timur Indonesia dengan share PDRB nya sebesar 27 persen. Dapat disimpulkan bahwa terdapat
ketimbangan ekonomi yang jauh antara dua kawasan ini. Oleh karena itu, pemerintah terus
mengupayakan pemerataan ekonomi di berbagai daerah khususnya di daerah kawasan indonesia
timur. Salah satunya dengan membuat program Kawasan Ekonomi Khusus yang diharapkan dapat
menjadi daya tarik investasi dan mempercepat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan di daerah dan menyerap lebih banyak tenaga kerja.
Sulawesi Utara merupakan salah satu provinsi yang wilayahnya termasuk dalam kawasan
ekonomi khusus. Meskipun wilayahnya termasuk dalam kawasan KEK, namun dapat dilihat
dalam lampiran 2 bahwa Sulawesi Utara merupakan provinsi dengan tingkat pengangguran
terbuka tertinggi di Pulau Sulawesi dengan rata-rata tingkat pengangguran terbuka selalu melebihi
rata-rata nasional dan dapat dilihat di grafik perbandingan antara TPT Sulawesi Utara dengan
rata-rata nasional pada lampiran 3.
Berdasarkan tabel pada lampiran 2, rata-rata tingkat pengangguran terbuka Sulawesi
Utara pada periode 2011-2019 selalu masuk dalam provinsi dengan peringkat pertama tingkat
pengangguran terbuka di Pulau Sulawesi dan pada tahun 2019 menduduki peringkat ke-8 secara
nasional. Angka tingkat pengangguran terbuka di Sulawesi Utara juga masih belum mencapai
target RPJMN periode 2015-2019 yang menargetkan angka tingkat pengangguran terbuka
sebesar 4,0 sampai 5,5 pada akhir tahun 2019.
Mengingat bahwa pengangguran merupakan masalah ekonomi yang memengaruhi
banyak sektor dan apabila tidak segera ditangani ,akan mengancam kesejahteraan masyarakat.
Maka perlu dilakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat
pengangguran terbuka di daerah Sulawesi Utara. Dalam penelitian ini, pengangguran akan diukur
2
IJCCS ISSN: 1978-1520
dengan menggunakan angka tingkat pengangguran terbuka. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis gambaran Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya di kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara serta untuk mempelajari
bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi TPT di Sulawesi Utara untuk tahun 2011-
periode 2019.
2. METODOLOGI
Pengangguran
Sadono Sukirno (2007) menjelaskan bahwa pengangguran adalah suatu kondisi saat
seseorang yang telah digolongkan menjadi kelompok angkatan kerja ingin dan secara aktif sedang
mencari pekerjaan, tetapi belum bisa memperolehnya . sedangkan menurut BPS (2014)
pengangguran merupakan penduduk tidak bekerja namun sedang mencari pekerjaan atau sedang
mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah
diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja. Menurut Borjas (2013) ada beberapa jenis
pengangguran yang dapat dibedakan berdasarkan sumbernya yaitu pengangguran friksional,
pengangguran musiman, pengangguran struktural, dan pengangguran siklis. sedangkan menurut
Ali Hasyim(2016) dalam bukunya menyebutkan bahwa ada beberapa pengangguran berdasarkan
ciri-cirinya yaitu pengangguran terbuka, pengangguran tersembunyi, setengah menganggur dan
musiman. Ukuran yang dapat digunakan untuk melihat tingkat pengangguran adalah tingkat
pengangguran terbuka yang merupakan persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah
angkatan kerja (BPS, 2014).
Penduduk
Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang Asing yang bertempat tinggal di
Indonesia (UUD 1945). Sedangkan menurut Simajuntak (2017) Penduduk merupakan
sekumpulan orang yang menempati sebuah wilayah sebagai tempat tinggal yang berdomisili
disuatu negara. Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik
Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi
bertujuan untuk menetap (BPS, 2010).
Jumlah penduduk bisa memengaruhi tingkat pengangguran karena dengan meningkatnya
jumlah penduduk , maka tenaga kerja maupun angkatan kerja jumlahnya akan meningkat. Apabila
tenaga kerja dan angkatan kerja yang ada jumlahnya tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan
yang disediakan maka tidak semua angkatan kerja maupun tenaga kerja yang bisa memiliki
pekerjaan sehingga hal ini dapat menyebabkan pengangguran meningkat.
3
◼ ISSN: 1978-1520
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran dapat dijelas dalam hukum
okun yang dikemukakan oleh Arthur Okun tahun 1962. Hukum okun menyatakan bahwa bahwa
terdapat hubungan negatif antara pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, 1 persen
kenaikan pada tingkat pengangguran akan menyebabkan menurunnya pertumbuhan ekonomi
sebesar 2 persen atau lebih. Sebaliknya satu persen kenaikan pada output dalam pertumbuhan
ekonomi akan menyebabkan penurunan tingkat pengangguran sebesar 1 persen atau kurang. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurcholis (2014) yang menyatakan bahwa
variabel pertumbuhan ekonomi dan upah minimum berpengaruh secar signifikan dan negatif
terhadap tingkat pengangguran terbuka.
Inflasi
Inflasi menurut sadono sukirno (2013) merupakan suatu proses ketika terjadinya suatu
kenaikan harga yang berlaku terhadap kegiatan perekonomian. Sedangkan Inflasi menurut BPS
adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara
terus menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami
kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan
demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa
secara umum.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur inflasi yaitu indeks harga konsumen,
indeks harga perdagangan besar, indeks harga produsen, indeks harga aset, dan deflator PDRB.
Deflator PDRB dapat diperoleh dengan membagi nilai PDRB atas harga berlaku dengan PDRB
rill dikali dengan 100.
Hubungan antara inflasi dan pengangguran dijelaskan dalam kurva Phillips. Kurva
Phillips menjelaskan bahwa hubungan perubahan pengangguran dalam suatu perekonomian
memiliki efek berkebalikan dengan inflasi. Hal ini dapat dilihat pada kurva Phillip pada lampiran
4.
2. Menghitung IPM
IPM dihitung sebagai rata-rata geometric dari indeks kesehatan, Pendidikan, dan
pengeluaran. Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
IPM= 3√𝐼(𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛)𝑥𝐼(𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛)𝑥𝐼(𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛)
4
IJCCS ISSN: 1978-1520
Keterangan :
𝑇𝑃𝑇𝑖𝑡 : tingkat pengangguran terbuka
𝑃𝐸𝑅𝑖𝑡 : pertumbuhan ekonomi regional
𝐼𝑁𝐹𝑖𝑡 : inflasi regional kab/kota
𝐼𝑃𝑀𝑖𝑡 : indeks pembangunan manusia regional kab/kota
𝐽𝑃𝑖𝑡 : jumlah penduduk regional kab/kota
𝑖 : 15 kab/kota di Provinsi Sulawesi Utara
𝑡 : 2011,2012,..,2019.
𝑣𝑖𝑡 : Residual antara kabupaten/kota ke-i tahun ke-t
𝜇𝑖 : Efek individu kabupaten/kota, fixed pada FEM dan random pada REM
Pertumbuhan ekonomi regional atau bisa kita sebut laju pertumbuhan produk domestik
regional bruto adalah ukuran pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah
perekonomian dalam selang waktu tertentu. Laju pertumbuhan ekonomi juga mencerminkan
tingkat kesejahteraan di masyarakat. Berdasarkan grafik pada lampiran 7, didapatkan informasi
6
IJCCS ISSN: 1978-1520
bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara berfluktuasi, namun berdasarkan garis
tren yang cenderung menurun menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara
mengalami penurunan. Laju pertumbuhan ekonomi tertinggi berada pada periode 2012 dengan
nilai laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6.59 persen sementara laju PDRB terendah berada pada
tahun 2019 dengan nilai sebesar 5.66 persen. Sedangkan berdasarkan grafik pada lampiran 8,
menunjukkan bahwa kondisi laju pertumbuhan di daerah kota/kabupaten di Provinsi Utara. Secara
rata-rata, laju pertumbuhan ekonomi di daerah kota /kabupaten di Provinsi Utara berkisar antara
nilai 4.8 sampai 7.25 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan antar
daerah kabupaten/kota di wilayah Sulawesi Utara yang mengindikasikan bahwa tingkat
kesejahteraan di daerah tersebut kurang merata. Daerah dengan rata-rata angka laju pertumbuhan
ekonomi tertinggi adalah Kabupaten Kepulauan Sitaro dengan nilai laju pertumbhan ekonomi
sebesar 7.25 persen. Sedangakan daerah dengan nilai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi
merupakan Kabupaten Kepulauan Talaud dengan nilai sebesar 4.88 persen. Selanjutnya,
diketahui bahwa hampir setengah daerah kabupaten/kota yang laju pertumbuhan ekonominya di
atas laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara diantara adalah Minahasa Utara, Bolaang
Mongondow Utara, Kepulauan Sitaro,Kota Manado,Kota Tomohon, dan Kota Kotamobagu.
Sementara, daerah dengan laju pertumbuhan ekonominya di atas laju pertumbuhan ekonomi
Provinsi Sulawesi Utara adalah Bolaang Mongondow,Minahasa,Kepulauan Sangihe,Kepulauan
Talaud,Minahasa Selatan,Minahasa Tenggara,Bolaang Mongondow Timur, dan Kota Bitung.
Inflasi merupakan salah satu dari beberapa masalah ekonomi makro. Badan Pusat
Statistik (BPS) menyebut bahwa inflasi adalah keadaan perekonomian negara di mana ada
kecenderungan kenaikan harga-harga dan jasa dalam waktu panjang. Berdasarkan grafik pada
lampiran 9, kita mendapatkan infomasi mengenai tingkat inflasi di Sulawesi Utara yang mana
dalam periode 2011 -2019 juga mengalami fluktuasi. Tren dari nilai inflasi ini mengalami
penurunan terutama pada periode selama periode 2016 sampai 2018. Hal ini menunjukkan bahwa
upaya pemerintah Sulawesi Utara pada periode tersebut dalam mengurangi angka inflasi
terbilang berhasil. Nilai angka inflasi tertinggi terjadi pada periode 2014 diikuti dengan periode
2015 dengan nilai sebesar 6.73 dan 6.48. Sementara nilai inflasi terendah berada pada periode
2018 dengan nilai sebesar 2.41 persen diikuti dengan periode 2019 dengan nilai inflasi sebesar
3.08 persen. Sedangkan , Berdasarkan gambar grafik pada lampiran 10, dapat kita ketahui bahwa
kondisi inflasi di daerah kota/kabupaten di Provinsi Utara. Terdapat infomasi yang menarik, yakni
daerah dengan nilai inflasi tertinggi berada pada daerah Bolaang Mongondow Selatan dengan
nilai inflasi sebesar 5.13 persen diikuti dengan daerah Kepulauan sitaro dengan nilai 4.49 persen.
Sementara daerah dengan nilai inflasi terendah berada pada daerah Kota Tomohon dengan nilai
inflasi sebesar 3.44 persen diikuti dengan daerah Kepulauan sitaro dengan nilai 3.60 persen.
Penduduk merupakan faktor de facto berdirinya suatu negara. Penduduk juga merupakan
modal yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Namun apabila petumbuhan
penduduk tidak diiringi dengan pertambahan lapangan kerja yang memadai akan menyebabkan
terjadinya pertambahan jumlah pengangguran. Dari Gambar grafik pada lampiran 11, bisa kita
dapatkan informasi mengenai jumlah penduduk di Sulawesi Utara yang mengalami peningkatan
dari tahun 2011 sampai tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk bertambah
tiap tahunnya dengan jumlah penduduk tertinggi berada pada periode 2019 dengan sebanyak
2506981 penduduk sedangkan jumlah penduduk terendah berada pada periode 2011 dengan
jumlah penduduk sebanyak 2305924 penduduk. Berdasarkan lampiran 12 Gambar 14, jumlah
penduduk di 15 daerah kabupen/kota di Sulawesi Utara mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun dengan Kota Manado dengan rata-rata jumlah penduduk terbanyak dengan 425029
penduduk sedangkan untuk daerah dengan rata-rata jumlah penduduk terendah berasal dari
7
◼ ISSN: 1978-1520
daerah Bolaang Mongondow Selatan dengan rata-rata jumlah penduduk sebanyak 62202
penduduk.
8
IJCCS ISSN: 1978-1520
terdapat heteroskedastik pada struktur varians kovarians matrik . Berdasarkan tabel pada lampiran
15, diperoleh informasi bahwa terdapat heteroskedastik pada varians-kovarians matrik yang
dibuktikan dengan nilai LM yang sebesar 66,504 yang lebih besar daripada nilai χ2(0.1, 14) =
21.06 sehingga keputusan menjadi tolak hipotesis null pada taraf signifikansi sebesar 10 persen.
Dari pengujian LM , dapat kita simpulkan bahwa varians-kovarians residual bersifat
heteroskedastik. Tahapan selanjutnya adalah dilakukan uji 𝜆LM. Berdasarkan hasil pengujian
𝜆LM yang diperoleh dari lampiran 15, diperoleh nilai 𝜆LM yang sebesar 131,69 yang mana
nilainya lebih besar dariapada nilai χ2 tabel yang sebesar 123,94 . Keputusan dari pengujian ini
menghasilkan adalah tolak hipotesis null. Sehingga dengan taraf signifikansi sebesar 10 persen
maka dapat disimpulkan bahwa varians-kovarians residual bersifat heteroskedastik serta terdapat
cross sectional correlation. Metode estimasi lanjutan yang cocok untuk digunakan pada Fixed
Effect Model adalah Seemingly Unrelated Regression (SUR).
Untuk memperoleh model estimasi data panel yang BLUE atau tidak bias maka
diperlukan adanya uji asumsi klasik. Oleh karena itu, tahapan selanjutnya adalah pengujian
asumsi klasik. Dikarenakan model yang terbentuk adalah model FEM, maka pengujian asumsi
klasik yang dilakukan hanyalah uji normalitas dan multikolinieritas.
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas
Kriteria Jarque Berra p-value
Normalitas 1.6123 0.446
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel , diperoleh nilai Jarque Berra sebesar
1.6123 yang lebih kecil daripada χ2 tabel yang sebesar 4.605 sehingga dapat disimpulkan bahwa
residual dari model berdistribusi normal dengan taraf signifikansi sebesar 10 persen.
Pengujian asumsi klasik selanjutnya adalah uji asumsi multikolinieritas. Berdasarkan
output hasil VIF pada tabel 4, pengujian asumsi multikolinieritas yang dilakukan dengan melihat
nilai VIF mendapatkan kesimpulan bahwa semua variabel bebas dari multikolinieritas
dikarenakan nilai VIF semua variabel lebih kecil daripada 10.
Tabel 4. Hasil Pengujian Multikolinieritas
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
C 82.82119 3881.579 NA
PER 0.028956 53.45466 1.329529
JUM_PEND 7.51E-10 910.5749 2.286315
IPM 0.026219 5824.32 2.896138
INF 0.011986 11.80067 1.51952
Estimasi Model
Berdasarkan hasil estimasi degan menggunakan model Fixed Effect Model dengan
estimasi SUR, diperoleh informasi bahwa IPM dan inflasi memengaruhi tingkat pengangguran
terbuka kabupaten/kota di Sulawesi Utara pada periode 2011-2019. Pada tabel 5, dapat dilihat
bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 70.5 persen sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
IPM, jumlah penduduk, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi regional dapat menjelaskan variabel
tingkat pengangguran terbuka sebesar 70.5 persen sedangkan sisanya yang sebesar 29.5 persen
dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.
Tabel 5. Ringkasan Output Model Regresi data Panel
Std.
Variable Coefficient t-Statistic Prob.
Error
C 29.22018 9.100615 3.210792 0.0017
9
◼ ISSN: 1978-1520
Efek individu juga dapat kita lihat di tabel 5 , apabila variabel independen di dalam model
FEM memiliki nilai yang sama maka akan diperoleh informasi bahwa Kota Bitung merupakan
daerah dengan tingkat pengangguran terbuka tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara diikuti dengan
daerah Kota Tomohon sedangkan Kota Manado merupakan daerah dengan tingkat pengangguran
terbuka terendah di Sulawesi Utara diikuti dengan Kabupaten Minahasa dengan asumsi ceteris
paribus. Hasil ini tidak sesuai dengan kenyataan seperti yang ada pada analisis deskriptif
sebelumnya dimana Kota Manado merupakan daerah dengan tingkat pengangguran terbuka
tertinggi pada periode 2011-2019 di Sulawesi Utara.Hal ini bisa terjadi dikarenakan variabel IPM,
jumlah penduduk, laju pertumbuhan PDRB, dan inflasi di daerah tersebut tidak mungkin bias
disamakan pada periode waktu dalam penelitian ini. Perbedaan ini bisa saja disebabkan oleh
variabel lain di luar model yang memengaruhi tingkat pengangguran terbuka di Sulawesi Utara
ini.
Berdasarkan ringkasan output pada tabel 5, uji F menghasilkan keputusan untuk tolak
hipotesis null sehingga dapat disimpulkan bahwa secara simultan ,variabel IPM, jumlah
penduduk, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi regional berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat pengangguran terbuka. Sedangkan secara parsial, dengan menggunakan uji t dan taraf
signifikansi 10 persen menunjukkan bahwa variabel IPM dan inflasi berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka kabupaten/kota di sulawesi Utara.
Variabel IPM memengaruhi tingkat pengangguran di kabupaten/kota di Sulawesi Utara
periode tahun 2011-2019 secara signifikan dan hubungannya adalah negatif dengan koefisien
regresi sebesar 0.415385. Hal ini berarti setiap kenaikan 1 satuan IPM, maka akan menurunkan
tingkat pengangguran terbuka sebesar -0.415385 dengan asumsi terjadi kondisi ceteris paribus.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mahroji dan Nurkhasanah (2019)
yang menyatakan bahwa IPM berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tingkat
pengangguran terbuka kabupaten/kota di Sulawesi Utara.
10
IJCCS ISSN: 1978-1520
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
Lembaran Negara RI Tahun 2009, No. 12. Sekretariat Negara. Jakarta.
Undang-Undang Dasar 1945.
Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2012). Economic Development (11th ed.). Pearson.
Gujarati, D. N., & Porter, D. C. (2009). Basic Econometrics: Fifth Edition. McGraw-Hill.
Baltagi, B. H. (2005). Econometric Analysis of Panel Data: Third Edition. John Wiley & Son,Ltd.
Sukirno, Sadono. 2007. Makroekonomi Modern. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Nanga, Muana. 2005. Makro Ekonomi: Teori, Masalah, dan Kebijakan, Jakarta: PT Grafindo
Persada
Hasyim, Ali Ibrahim. 2016. Ekonomi Makro. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP
11
◼ ISSN: 1978-1520
12
IJCCS ISSN: 1978-1520
LAMPIRAN
Lampiran 1. Grafik Perbandingan Share PDRB Kawasan Timur dan Kawasan Barat Indonesia
tahun 2018
27%
Kawasan Timur Indonesia
Kawasan Barat Indonesia
73%
Lampiran 3. Grafik perbandingan TPT Sulawesi Utara dan Indonesia periode tahun 2011-2019
13
◼ ISSN: 1978-1520
Agustus
Agustus
Agustus
Agustus
Agustus
Agustus
Agustus
Agustus
Agustus
Agustus
Februari
Februari
Februari
Februari
Februari
Februari
Februari
Februari
Februari
Februari
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Lampiran 4. Grafik perbandingan TPT Sulawesi Utara dan Indonesia periode tahun 2011-2019
Lampiran 5. Grafik Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2011-
2019 (dalam persen)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
14
IJCCS ISSN: 1978-1520
15
◼ ISSN: 1978-1520
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Lampiran 8. Grafik Laju Pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara tahun
2011-2019 (dalam persen)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Lampiran 9 : Grafik Nilai Inflasi di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2011-2019 (dalam persen)
16
IJCCS ISSN: 1978-1520
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Lampiran 10 : Grafik Nilai Inflasi di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2011-2019 (dalam persen)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
17
◼ ISSN: 1978-1520
2550000
2500000
2450000
2400000
2350000
2300000
2250000
2200000
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Lampiran 13 : Grafik Nilai IPM kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi tahun 2011-2019 (dalam
persen)
18
IJCCS ISSN: 1978-1520
74.00
73.00
72.00
71.00
70.00
69.00
68.00
67.00
66.00
65.00
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Lampiran 14 : Grafik Nilai IPM Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara tahun 2011-2019
(dalam persen)
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
1. Uji lm test
LM 66,50
19
◼ ISSN: 1978-1520
2
𝜒0,1;14 21,064
Keputusan : Tolak H0
Kesimpulan : dengan tingkat signifikansi sebesar 10 persen dapat disimpulkan bahwa struktur
2. Uji 𝜆 LM
𝜆𝐿𝑀 131,69
2
𝜒0,1;105 123,94
Kesimpulan : dengan tingkat signifikansi sebesar 10 persen dapat disimpulkan bahwa terdapat
20