Anda di halaman 1dari 20

Kesempatan kerja provinsi di sumatera periode 2001 sampai 2016 dimana ratarata kesempatan kerja

terbesar terjadi di Provinsi Sumatera Utara dengan rata-rata jumlah kesempatan kerja sebanyak
5.735.030 orang, sementara rata-rata kesempatan kerja terkecil terjadi di Provinsi Bangka Belitung
dengan rata-rata jumlah kesempatan kerja hanya sebanyak 592.392 orang. Sedangkan Provinsi Jambi
termasuk urutan kesempatan kerja terkecil nomur urut empat dengan jumlah kesempatan kerja hanya
sebanyak 1.301.704 orang. Kecilnya jumlah kesempatan kerja di Provinsi Jambi disebabkan oleh
beberapa faktor Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik dilihat dari angka partisipasi sekolah di
Provinsi Jambi selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2014
angka partisipasi sekolah sebesar 70,41 persen. pada tahun 2015 meningkat dari tahun sebelumnya
menjadi sebesar 70,75 persen. pada tahun 2016 angka partisipasi sekolah meningkat kembali menjadi
sebesar 71,20 persen, pada tahun 2017 dan 2018 kembali meningkat dari tahun sebelumnya menjadi
sebesar 71,54 dan 71,94 persen. Tenaga kerja juga merupakan suatu faktor yang mempengaruhi output
suatu daerah. Angkatan kerja yang besar akan terbentuk dari jumlah penduduk yang besar pula. Namun
pertumbuhan penduduk yang besar dikhawatirkan akan menimbulkan efek yang buruk terhadap
pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya dikatakan bahwa masalah kependudukan yang timbul bukan karena
banyaknya jumlah anggota keluarga, melainkan karena mereka terkonsentrasi pada daerah perkotaan
saja sebagai akibat dari cepatnya laju migrasi dari desa ke kota. Namun demikian penduduk yang cukup
dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan memiliki kemampuan atau skill akan mampu mendorong laju
pertumbuhan ekonomi. Dari jumlah penduduk usia produktif yang besar maka akan mampu
meningkatkam jumlah tenaga kerja dan angkatan kerja yang tersedia dan pada akhirnya akan mampu
meningkatkan produksi output suatu daerah. Tenaga kerja di Provinsi Jambi selama lima tahun terakhir
mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 tenaga kerja sebesar 1.491.038 jiwa lalu pada tahun 2015
tenaga kerja meningkat menjadi sebanyak 1.550.403 jiwa. Pada tahun 2016 tenaga kerja di Provinsi
Jambi meningkat kembali menjadi sebanyak 1.624.522 jiwa. Pada tahun 2017 meningkat kembali
menjadi sebayak 1.657.817 jiwa. Pada tahun 2018 tenaga kerja di Provinsi Jambi meningkat dari tahun
sebelumnya menjadi sebanyak 1.721.362 jiwa.

Dampak dari pengaruh variabel tenaga kerja, investasi, dan tingkat pendidikan terhadap pertumbuhan
ekonomi, baru akan terasa jika diteliti dalam jangka waktu yang cukup panjang. Penelitian yang
menggunakan path analisis diharapkan dapat membantu untuk melihat pengaruh ketiga sektor tersebut
terhadap pertumbuhan ekonomi. Investasi yang diberikan dari PMDN maupun PMA akan dikelola agar
dapat meningkatkan pembangunan dari berbagai sektor. Investasi sendiri dapat memengaruhi adanya
peningkatan kualitas human capital melalui tingginya tingkat pendidikan penduduk sehingga dapat
memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi.

Menurut Hellen, et al. (2018) Menyatakan di dalam penelitian nya bahwa tenaga kerja secara signifikan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, sementara investasi dan pengeluaran pemerintah tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan menurut Munzir (2018) pada
penelitian nya mengatakan bahwa pada variabel pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Pidie. Pertumbuhan ekonomi di suatu daerah
akan ditentukan oleh berbagai faktor yang ada di daerah tersebut.

Kota manado merupakan salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dengan laju pertambahan penduduk
yang cukup tinggi di Indonesia. Pertambahan penduduk yang terjadi secarah alamiah maupun melalui
proses urbanisasi menyebabkan meningkatnya jumlah angkatan kerja yang secara tidak langsung
mengharuskan pemerintah untuk memperluas kesempatan kerja di kota manado, salah satu peran
pemerintah dalam hal ini adalah mengfasilitasi investor – investor asing maupun swasta dalam
perekonomian kota manado.

Dalam hal ini tugas mempertinggi tingkat kesejahteraan bukan hanya kewajiban pemerintah, tetapi juga
seluruh komponen masyarakat. Untuk itu, pemerintah harus mampu mendorong dan memberdayakan
seluruh komponen masyarakat, khususnya sektor swasta, untuk berperan lebih besar dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,
lebih adil, dan lebih merata akan dapat dicapai dengan lebih baik dan lebih cepat.

Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam
kegiatan ekonomi masyarakat. Menurut Schumpeter dalam Boediono (1992) pertumbuhan ekonomi
diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya faktor
produksi yang dipergunakan dalam proses produksi tanpa ada perubahan cara-cara atau teknologi itu
sendiri. Indikator pertumbuhan ekonomi tidak hanya mengukur tingkat pertumbuhan output dalam
suatu perekonomian, namun sesungguhnya juga memberikan indikasi tentang sejauh mana aktivitas
perekonomomian yang terjadi pada suatu periode tertentu telah menghasilkan pendapatan bagi
masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi daerah dapat dicerminkan dari perubahan PDRB. terlihat bahwa PDRB kota
Manado tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 pertumbuhan ekonominya mengalami peningkatan
yaitu, dari 7,16% menjadi 10,93%. Akan tetapi tahun 2009 dan 2010 pertumbuhan ekonomi kota
manado mengalami penurunan yaitu pada tahun 2009 sebesar 9,76% dan pada tahun 2010 sebesar
7,29%. Kemudian pada tahun 2011 dan 2012 pertumbuhan ekonomi kota manado mulai mengalami
peningkatan yaitu, pada tahun 2011 sebesar 8,39% dan tahun 2012 sebesar 8,71%.

Terbukanya kesempatan kerja merupakan salah satu indikator terjadinya pembangunan ekonomi. Jika
ketersediaan kesempatan kerja tidak seimbang dengan peningkatan penduduk usia kerja maka akan
menimbulkan permasalahan yang disebut pengangguran.

.
Kota Manado saat ini sedang giat-giatnya melakukan pembangunan, maka peranan yang sangat penting
untuk menjalankan suatu perekonomian adalah investasi, karena merupakan salah satu faktor penentu
dari keseluruhan tingkat output dan kesempatan kerja dalam jangka pendek. Apabila penemuan-
penemuan baru atau pembebanan pajak yang ringan atau pasar-pasar yang semakin berkembang
memberikan insentif bagi investasi-investasi yang ada membuat permintaan agregat meningkat
sementara output dan kesempatan kerja tumbuh dengan cepat. Kegiatan investasi memungkinkan suatu
masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan
pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.

Selain variabel Investasi Swasta, variabel lain yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
adalah Belanja Pemerintah. Pengeluaran/Belanja Pemerintah adalah bagian dari kebijakan fiskal
(Sukirno, 2004) yakni suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara
menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah tiap tahunnya yang tercermin dalam
dokumen APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah/regional. Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah
dalam rangka menstabilkan harga, tingkat output maupun kesempatan kerja dan memacu pertumbuhan
ekonomi.

Selain Belanja Pemerintah, maka Kesempatan Kerja merupakan suatu faktor yang mempengaruhi output
suatu daerah. Dengan adanya penciptaan kesempatan kerja baru berart i adanya penciptaan
pendapatan masyarakat yang akan mendorong daya beli masyarakat. Penciptaan kesempatan kerja
baru juga dapat mendorong induced invesment, yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah (Gravitiani, 2006). Permintaan tenaga kerja juga mengidentifikasikan adanya
determinasi permintaan tenaga kerja antara lain menurut (Arfida, 2003): (1). tingkat upah, (2).
tehnologi, (3). produktivitas, (4). kualitas tenaga kerja, (5). fasilitas modal.

Penelitian mengenai pengaruh dana perimbangan, investasi swasta, dan tenaga kerja

terhadap pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh Kusumadewi (2010) menyimpulkan

bahwa dana perimbangan, investasi swasta, dan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dalam penelitian ini dinyatakan bahwa hubungan

antara dana perimbangan dengan pertumbuhan ekonomi provinsi tergolong kecil. Hal ini

disebabkan karena pemerintah daerah provinsi dirasa kurang tepat dalam menempatkan

dana sehingga tidak menciptakan efek multiplier untuk menunjang pertumbuhan ekonomi.

Investasi swasta dan tenaga kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di tingkat provinsi akan tetapi masih dibutuhkan upaya-upaya dalam

peningkatan kualitas dan kinerjanya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi.


Fenomena yang menarik untuk dicermati khususnya di Provinsi Sulawesi Tenggara dilihat

dari beberapa hasil penelitian terdahulu (Ayu et al., 2014) dan Irvan (2015) yang

menyatakan setiap daerah dalam melaksanakan pembangunan mengharapkan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan pemerataan, sehingga akan

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Pertumbuhan ekonomi serta

kesejahteraan masyarakat dapat dikaitkan dengan kesempatan kerja, karena dengan

terciptanya kesempatan kerja yang banyak, maka akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi serta kesejahteraan masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi memberikan kesempatan yang lebih besar kepada Negara atau

pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya. Tetapi sejauh mana kebutuhan

ini dipenuhi tergantung pada kemampuan Negara atau pemerintah dalam mengalokasikan

sumber-sumber ekonomi diantara masyarakat dan distribusi pendapatan serta kesempatan

untuk memperoleh pekerjaan. Masalah kesempatan kerja atau pengangguran merupakan

masalah yang sangat sulit dihindari oleh suatu Negara atau daerah dan dapat menimbulkan

masalah sosial seperti tindakan kriminalitas dan masalah ekonomi.Kondisi tersebut dapat

menurunkan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat.Semakin rendah angka

pengangguran maka semakin makmur kehidupan masyarakat suatu Negara, begitu juga

sebaliknya (Hardini dan Soesatyo, 2017)

1) Bagaimanakah pengaruh investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap tenaga kerja

pada wilayah Sarbagita di Provinsi Bali?.

2)Bagaimanakah pengaruh investasi, pengeluaran pemerintah, tenaga kerja terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada wilayah Sarbagita di Provinsi Bali?.

3)Bagaimanakah pengaruh investasi, pengeluaran pemerintah, tenaga kerja, Produk


Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat kemiskinan pada wilayah Sarbagita di

Provinsi Bali?. 4) Adakah pengaruh tidak langsung investasi, pengeluaran pemerintah

terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) melalui tenaga kerja pada wilayah

Sarbagita di Provinsi Bali?. 5) Adakah pengaruh tidak langsung investasi, pengeluaran

pemerintah, tenaga kerja terhadap tingkat kemiskinan melalui Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) pada wilayah Sarbagita di Provinsi Bali?. Tujuan peneltian yaitu : 1) Untuk

menganalisis pengaruh investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap tenaga kerja pada

wilayah Sarbagita di Provinsi Bali. 2) Untuk menganalisis pengaruh investasi, pengeluaran

pemerintah, tenaga kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah

Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan) selama periode Penelitian. 3) Untuk

menganalisis pengaruh Gusti Ayu Putu Ambara Ratih, Made Suyana Utama, I Nyoman

Mahaendra Yasa., Pengaruh Investasi... 38 investasi, pengeluaran pemerintah, tenaga

kerja, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat kemiskinan pada wilayah

Sarbagita di Provinsi Bali. 4) Untuk menganalisis pengaruh tidak langsung investasi,

pengeluaran pemerintah terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) melalui tenaga

kerja pada wilayah Sarbagita di Provinsi Bali. 5) Untuk menganalisis pengaruh tidak

langsung investasi, pengeluaran pemerintah, tenaga kerja terhadap tingkat kemiskinan

melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada wilayah Sarbagita di Provinsi Bali.
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, investasi, tenaga

kerja dan pengeluaran pemerintah, antara lain: Wibisono (2005) dalam penelitiannya yang

berjudul Determinan Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Empiris Antar Propinsi di

Indonesia. Variabel tergantung yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi regional pada 26

Propinsi di Indonesia (tidak termasuk Timtim) tahun 1975–1995, dan variabel bebas yang

digunakan adalah educational attainment, life expectancy, tingkat inflasi, tingkat fertilitas, tingkat

kematian bayi dan dummy regional. Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square.

Hasil penelitiannya adalah: (1). Variabel yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi adalah pendidikan, angka harapan hidup, dan tingkat kematian bayi. (2). Tingkat

fertilitas dan laju inflasi memberikan efek negatif pada pertumbuhan ekonomi. (3). Propinsi-

propinsi yang memiliki modal manusia yang tinggi akan tumbuh lebih cepat terhadap posisi

steady state-nya masing-masing. (4). Peningkatan educational attainment sebesar satu satuan

akan meningkatkan pertumbuhan PDRB sebesar 1,5% sampai dengan 2,6%.

Pancawati (2000) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Rasio Kapital Tenaga

Kerja, Tingkat Pendidikan, Stok Kapital dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap GDP Indonesia.

Variabel tergantung yang digunakan adalah pertumbuhan output (Y) dan variabel bebas yang

digunakan adalah: rasio kapital-tenaga kerja, tingkat pendidikan, perubahan stok kapital dan

pertumbuhan penduduk. Analisis yang digunakan adalah regresi dengan metode OLS. Hasil

penelitiannya adalah: (1). Rasio kapital-tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

output. (2). Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan output. (3).

Perubahan stok kapital berpengaruh positif terhadap pertumbuhan output. (4). Pertumbuhan

penduduk berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan output.

Alkadri (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Sumber-sumber pertumbuhan

ekonomi Indonesia 1969-1996. Hasil penelitiannya: (1). Variabel yang berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi: bantuan luar negeri, PMA, PMDN, Pajak, Pengeluaran
Pemerintah dan pertumbuhan angkatan kerja. (2). Variabel yang berpengaruh lemah terhadap

pertumbuhan ekonomi: tabungan, ekspor, dan impor.

Yuliarmi (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga,

Investasi dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap PDRB Propinsi Bali. Variabel tergantung yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi Propinsi Bali (1994-2005),

sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah konsumsi rumah tangga, investasi dan

pengeluaran pemerintah daerah. Analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana

dengan menggunakan metode OLS. Hasil penelitiannya adalah variabel bebas yang berupa

konsumsi rumah tangga, investasi dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi propinsi Bali.

Diah Prasasti (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Perkembangan PDRB per

kapita 30 Propinsi di Indonesia periode 1993-2003: pendekatan disparitas regional dan

konvergensi. Variabel tergantung yang digunakan adalah PDRB per kapita, sedangkan variabel

bebasnya adalah penduduk berumur 10 tahun ke atas yang berhasil menamatkan jenjang SMU,

angkatan kerja, dummy variabel sumber daya alam dan dummy variabel krisis (mulai tahun

1997=1). Hasil penelitiannya adalah: (1). Variabel penduduk yang tamat SMU bernilai positif

dan signifikan. (2). Variabel angkatan kerja tidak signifikan. (3). Variabel dummy SDA

menunjukkan hubungan positif dan signifikan. (4). Variabel dummy krisis menunjukkan

hubungan yang negatif dan signifikan di semua model.

Purbadharmaja (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Penelitian Implikasi Variabel

Pengeluran dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Bali, dengan hasil

penelitiannya adalah variabel-variabel ekonomi yang berpotensi mempengaruhi PDRB Propinsi

Bali diidentifikasikan sebagai variabel pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran

konsumsi pemerintah, nilai tukar rupiah terhadap US dollar, jumlah kredit modal kerja, ekspor

netto, nilai hasil produksi pertanian, investasi swasta domestik, investasi swasta asing, jumlah

angkatan kerja, dan jumlah wisatawan asing.


Setelah melewati metode PCA dan MWD diperoleh model berbentuk linier dengan hasil

menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap PDRB adalah variabel

pengeluaran dengan nilai t statistik sebesar 19.79 (signifikan), sedangkan variabel yang tidak

mempengaruhi PDRB secara nyata adalah variabel investasi dengan nilai t statistik sebesar

0.75 (nonsignifikan). Variabel investasi tidak signifikan terhadap PDRB disebabkan oleh

investasi yang dilakukan di Bali tidak efisien. Interpretasi terhadap implikasi variabel ekonomi

dalam model menunjukkan bahwa variabel ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar

dalam pembentukan PDRB Propinsi Bali adalah nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Hal ini

dimungkinkan terjadi karena adanya pola pikir dollar minded dalam masyarakat di Bali.

Pengeluaran konsumsi pemerintah daerah yang tinggi menunjukkan tingginya ketergantungan

keuangan pemerintah daerah pada pemerintah pusat.

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan sumber data

yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diterbitkan

atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya. Definisi lain dari data

sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan

dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data.

Dalam Penelitian ini lokasi yang diambil adalah Kota Makassar. Lembaga

pengumpul data dalam penelitian ini antara lain, Badan Pusat Stastistik Provinsi

Sulawesi Selatan, Badan Pusat Statistik di Kota Makassar, Dinas Penanaman


Modal Daerah, literatur-literatur serta informasi-informasi tertulis baik yang

berasal dari instansi terkait maupun internet, yang berhubungan dengan topik

penelitian untuk memperoleh data sekunder.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Dimana data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa

bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang

dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.37 Dalam penelitian ini

37Indriantoro, Metodologi Untuk Aplikasi dan Bisnis, (Yogyakarta: BPFE, 1999). h. 147.

42

menggunakan data sekunder karena datanya langsung diambil dari BPS Kota

Makassar.

C. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan suatu usaha dasar untuk

mengumpulkan data dengan prosedur standar. Metode pengumpulan data yang

digunaan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi atau studi pustaka,

sehingga tidak diperlukan teknik sampling serta kuesioner.

Data yang dipakai atau digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yang berupa data time series. Data sekunder adalah data yang diperoleh

lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh dari peneliti dari subjek penelitiannya.

Data sekunder biasanya berwujud data dokumetasi atau data laporan yang telah

tersedia.

D. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode statistika untuk keperluan estimasi.

Dalam metode ini statistika alat analisis yang biasa dipakai dalam khasanah

penelitian adalah analisis regresi. Analisis regresi pada dasarnya adalah studi atas

ketergantungan suatu variabel yaitu variabel yang tergantung pada variabel yang

lain yang di sebut dengan variabel bebas dengan tujuan untuk mengestimasi

dengan meramalkan nilai populasi berdasarkan nilai tertentu dari variabel yang

diketahui. Model analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis inferensial, yaitu analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh


tingkat investasi, tenaga kerja dan tingkat konsumsi terhadap Pertumbuhan

ekonomi di Kota Makassar yang dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut:

43

Y= f(X1,X2,X3,) ..................................................................... (1)

Dengan model analisis:

Y= β0 X1β1 X2β2X3β3e ............................................................. (2)

Karena adanya perbedaan pada masing-masing variabel, maka

persamaan regresi tersebut ditransformasikan kedalam logaritma berganda. Untuk

maksud mengestimasi fungsi persamaan tersebut, maka akan dilakukan dengan

pendekatan analisa regresi dalam bentuk logaritma natural seperti terlihat dalam

persamaan berikut:

LnY= β0+β1LnX1+ β2Ln X2 + β3Ln X3 μ.............................. ( 3)

Dimana:

Y = Pertumbuhan Ekonomi

X1 = Investasi (PMDN & PMA)


X2 = Tenaga Kerja

X3 = Tingkat Konsumsi Rumah Tangga

β0 = Konstanta

β1-β3 = Parameter

μ =Error term

Teknik Pengolahan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada

analisis regresi linear berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Uji

asumsi klasik terbagi menjadi empat yaitu:

44

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati

normal. Salah satu metode untuk mengetahui normalitas adalah dengan

menggunakan metode analisis grafik, baik dengan melihat grafik secara histogram

ataupun dengan melihat secara Normal Probability Plot. Normalitas data dapat

melihat dari penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik normal P

Plot atau dengan melihat histogram dari residualnya.

b. Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan

adanya korelasi antara variabel independen. Model yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi antara yang tinggi diantara variabel bebas. Torelance mengukur

variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel

bebas lainnya. Jadi nilai toleransi rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena

VIF = 1/Tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cotuff

yang umum dipakai adalah tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi

ketidaksamaan varience dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model

regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas


untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan

dengan analisis grafik.

45

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linear ada korelasi

anatara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada

periode t-1 (sebelumnya). Salah satu metode analisis untuk mendeteksi ada

tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian nilai Durbin Watson

(DW test).

2. Analisis Koefisien Determinasi (R2 )

Menjelaskan seberapa besar peranan variable independen terhadap

variabel dependen, semakin besar peranan variabel dalam menjelaskan variabel

dependen. Nilai berkisar antara 0 sampai 1.

3. Uji F Statistika

Uji statistik f pada dasarnya menunjukkan apabila semua variabel


independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel independen/terikat. Adupun aturan yang

digunakan adalah Fhitung<Ftabel maka H0 diterima, jika Fhitung<Ftabel maka Ha

diterima dan H0 ditolak dengan tingkat kepercayaan 95% jika signifikan < 0,05

maka Ha diterima dan H0 ditolak.

4. Uji T statistik

Pengujian koefisien regresi parsial (Uji-t) Untuk mengetahui pengaruh

variabel bebas secara parsial atau individu terhadap variabel terikat dengan asumsi

variabel yang lain konstan. Pengujian ini dilakukan dengan melihat derajat

signifikansi masing-masing variabel bebas.

H0 = Ketiga variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

46

Hi = Ketiga variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.

Dasar pengambilan keputusan menurut Santoso (2004):

a. Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 (α) maka H0 diterima.


b. Jika probabilitas (signifikansi) < 0,05 (α) maka H0 ditolak dan menerima Hi.

Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% (α = 0,05). Uji F digunakan untuk

menguji signifikansi pegaruh Tingkat Investasi, tenaga kerja dan tingkat konsumsi

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Pengeluaran pemerintah adalah kewajiban yang harus dibayar oleh pemerintah

kabupaten/kota di Provinsi Bali, baik oleh pemerintah pusat melalui APBN

maupun pemerintah daerah melalui APBD, untuk membiayai kegiatan

pemerintah dalam jangka waktu satu tahun anggaran. Pengeluaran pemerintah

yang dianalisis adalah pengeluaran pemerintah perkapita yang dinyatakan

dalam ribuan rupiah.

2) Investasi merupakan pembentukan modal tetap bruto oleh sektor swasta yang

digunakan untuk pengadaan, pembuatan, dan pembelian barang-barang modal

baru yang berasal dari dalam negeri (domestik) dan barang modal baru

ataupun barang bekas dari luar negeri. Investasi dianalisis yaitu investasi

perkapita yang dinyatakan dalam ribuan rupiah

nvestasi (X
1
) yang
dimaksud adalah nilai penanaman modal di Samarinda tahun
200
2
-
2011 dalam satuan rupiah.

3) Kesempatan kerja (employment) adalah kesempatan yang tercipta akibat


perkembangan ekonomi tertentu, dalam arti kesempatan kerja itu mungkin

saja sudah terisi atau ada yang belum terisi. Kesempatan kerja yang selama ini

dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) baik melalui sensus penduduk

maupun survai penduduk baik kesempatan kerja yang dirinci menurut

lapangan usaha, jenis jabatan, maupun status hubungan kerja adalah menyangkut kesempatan

kerja yang telah terisi. Kesempatan kerja dalam

penelitian ini merupakan tingkat partisipasi angkatan kerja yang ddiukur dari

rasio jumlah orang yang bekeja dengan jumlah angkatan kerja yang

dinyatakan dalam satuan persen.

Kesempatan kerja (Y
2
) yang dimaksud adalah jumlah keseluruhan tenaga kerja yang
mempuny
ai kesempatan bekerja pada tahun 200
2
-
2011 di
Samarinda
dalam satuan
orang

4) Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian

yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat

bertambah yang dapat diukur dari perkembangan PDRB suatu tahun dengan

tahun sebelumnya yang dinyatakan dalam satuan persen.

Pertumbuhan Ekonomi (Y
1
) adalah proses kenaikan output perkapita
dalam jangka
panjang pertumbuhan ekonomi dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
atas Dasar Harga Konstan di
Samarinda
Periode 200
2
-
2011
dalam satuan persen
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengeluaran pemerintah adalah total realisasi belanja atau pengeluaran pemerintah Provinsi

Sulawesi Utara yang diukur dalam satuan Rp/tahun.

2. Investasi adalah total pengeluaran untuk barang-barang modal yang dilakukan oleh penanam

modal di Sulawesi Utara yang diukur dalam satuan Rp/Tahun.

3. Tenaga kerja adalah banyaknya pekerja yang bekerja dalam lapangan kerja utama yang ada

di

Sulawesi Utara yang diukur dalam satuan jiwa/tahun.

4. Pertumbuhan Ekonomi ialah pertumbuhan dari nilai riil perekonomian Sulawesi Utara yakni

pertumbuhan PDRB Riil (ADHK) setiap tahunnya yang diukur dalam satuan Rp/tahun

Untuk melihat suatu gambaran jelas mengenai variable-variabel yang digunakan dalam

penelitian, maka diberikan beberapa pengertian dan definisi secara operasional seperti: 1.

Investasi (X1) yang dimaksud adalah nilai penanaman modal di Samarinda tahun 2002-2011

dalam satuan rupiah. 2. Inflasi (X2) yang dimaksud adalah laju inflasi di kota samarinda tahun

2002-2011 dalam satuan persen. 3. Pertumbuhan Ekonomi (Y1) adalah proses kenaikan output

perkapita dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi dilihat dari Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Konstan di Samarinda Periode 2002-2011 dalam satuan

persen. 4. Kesempatan kerja (Y2) yang dimaksud adalah jumlah keseluruhan tenaga kerja yang

mempunyai kesempatan bekerja pada tahun 2002-2011 di Samarinda dalam satuan orang.

Jangkauan penelitian ini terbatas pada penjelasan (explanatory research) atau

mengkonfirmasi hubungan kausal antara variabel endogen dan variabel eksogen, baik secara

langsung maupun tidak langsung seperti yang telah diklasifikasi dalam rancangan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan dalam beberapa setting,

berbagai sumber, dan berbagai metode (Sugiyono, 2005: 156). Karena data yang dipergunakan

secara keseluruhan jenis data sekunder, maka Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan melalui Riset Kepustakaan (Library Research) terhadap dokumen atau catatan

statistik laporan tahunan yang sudah berlalu yang telah dipublikasi oleh lembaga resmi terkait.

Metode penelitian dengan metode kuantitatif yang berbentuk asosiatif yang

menggunakan 2 (dua) variabel bebas, 1 (satu) variabel intervening dan 1 (satu) variabel

terikat.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel terikat (dependent) yaitu

kesempatan kerja, variabel bebas (independent) yaitu pemerintah

dan investasi, dan variabel intervening yaitu.pendidikan

definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1)

Pengeluaran pemerintah adalah kewajiban yang harus dibayar oleh pemerintah kabupaten/kota di

Provinsi Bali, baik oleh pemerintah pusat melalui APBN maupun pemerintah daerah melalui APBD, untuk

membiayai kegiatan pemerintah dalam jangka waktu satu tahun anggaran. Pengeluaran pemerintah

yang dianalisis adalah pengeluaran pemerintah perkapita yang dinyatakan dalam ribuan rupiah. 2)

Investasi merupakan pembentukan modal tetap bruto oleh sektor swasta yang digunakan untuk

pengadaan, pembuatan, dan pembelian barang-barang modal baru yang berasal dari dalam negeri

(domestik) dan barang modal baru ataupun barang bekas dari luar negeri. Investasi dianalisis yaitu

investasi perkapita yang dinyatakan dalam ribuan rupiah 3) Kesempatan kerja (employment) adalah

kesempatan yang tercipta akibat perkembangan ekonomi tertentu, dalam arti kesempatan kerja itu

mungkin saja sudah terisi atau ada yang belum terisi. Kesempatan kerja yang selama ini dikumpulkan

oleh Badan Pusat Statistik (BPS) baik melalui sensus penduduk maupun survai penduduk baik

kesempatan kerja yang dirinci menurut lapangan usaha, jenis jabatan, maupun status hubungan kerja

adalah Sri Danawati,I.K.G.Bendesa dan Made Suyana Utama. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah..

menyangkut kesempatan kerja yang telah terisi. Kesempatan kerja dalam penelitian ini merupakan

tingkat partisipasi angkatan kerja yang ddiukur dari rasio jumlah orang yang bekeja dengan jumlah

angkatan kerja yang dinyatakan dalam satuan persen. 4) Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan

kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah yang dapat diukur dari perkembangan PDRB suatu tahun dengan tahun

sebelumnya yang dinyatakan dalam satuan persen. 5) Ketimpangan pendapatan merupakan

ketimpangan relatif pendapatan antar golongan masyarakat yang diukur dengan menggunakan Gini

Ratio (GR)

Anda mungkin juga menyukai