BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi adalah salah satu proses dimana pemerintah daerah dan
masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan
kerja yang baru dan merangsang petumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut.
Dalam perekonomian tertutup dikenal tiga sektor yang berperan mempengaruhi
output nasional, yaitu sektor rumah tangga, sektor swasta atau perusahaan dan
sektor pemerintah. Ketiga sektor ini sama-sama berinteraksi dalam kegiatan
ekonomi. Sektor rumah tangga mendapatkan dari penjualan penjualan faktor
produksi yang dimilikinya. Sedangkan sektor swasta mendapatkan penghasilan dari
hasil produksinya yang ditawarkan di pasar barang dan jasa. Penghasilan ini akan
digunakan untuk membayar sektor rumah tangga atas penggunaan factor-faktor
produksi dalam aktifitas produksinya (Edi Grade Tampubolon.2016).
Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan
terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah
yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi
sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah).
Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal
dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan
kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi (Hanly Fendy Djohar
Siwu, 2017).
(Boediono, 1993:1 - 2) Pertumbuhan ekonomi juga bersangkut paut dengan
proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Dapat dikatakan, bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi
tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan. Dalam hal
ini berarti terdapatnya kenaikan dalam pendapatan nasional yang ditunjukkan oleh
besarnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Indonesia sebagai suatu negara yang
2
Pertumbuhan Ekonomi
Kalimantan Barat Tahun 2017 - 2021
1.41%
-1
.82 5.17%
%
5.09%5.07%
Investasi terdiri atas investasi domestik dan investasi asing. Di daerah ada
3
Investasi yang berasal dari swasta dan investasi pemerintah. Investasi swasta dapat
berupa dari investasi dalam negeri dan investasi asing (luar negeri). Investasi
pemerintah ditujukan untuk barang publik yang bertujuan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Selain investasi ada belanja
modal yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dimana belanja modal yang
merupakan pengeluaran pemerintah yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
dan dapat dilihat pemerintah memiliki peranan dalam fungsi alokasi yang mampu
memberikan bagaimana penggunaan komposisi barang publik, fungsi distribusi
yang dapat memberikan pemerataan dan keadilan untuk distribusi kekayaan dan
pendapatan dan fungsi stabilisasi dalam penyesuaian kebijakan ekonomi. Ada
beberapa variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tetapi peneliti hanya
menggunakan variabel investasi swasta dan investasi pemerintah dalam hal ini
diwakili oleh belanja modal. Variabel Investasi Swasta (PMA dan PMDN) dan
investasi pemerintah dalam hal ini diwakili oleh belanja modal yang merupakan
variabel yang dapat bersinergi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
daerah. Fakta yang ada di Provinsi Kalimantan Barat pertumbuhan ekonomi
Investasi Swasta dan Belanja Modal befluktuasi. Dari pemaran diatas Provinsi
Kalimantan Barat dapat lebih maksimal dalam memberikan fungsi alokasi, fungsi
distribusi dan fungsi stabilisasi dalam merespon investasi swasta yang ada dan
pengeluaran pemerintah untuk belanja modal.
Selain dari Investasi pemerintah yang diwakili oleh belanja modal salah satu
aspek yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah adalah alokasi
dana desa yang setiap tahunnya diberikan pemerintah pusat melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana
yang di salurkan pemerintah ke desa untuk membantu pembangunan ekonomi dan
infrastruktur. Sesuai dengan peraturan menteri dalam negeri no.37 tahun 2007
tentang pedoman pengelolaan keuangan desa di dalam pasal 18 menyatakan bahwa
alokasi dana desa berasal dari APBD kabupaten/kota yang bersumber dari dana
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh pemerintah
4
yang diharapkan dapat menimbulkan multiplier effect yang besar dan lebih
berkelanjutan. Investasi merupakan salah satu faktor yang bisa mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu Negara dengan bertumbuhnya ekonomi suatu
negara maka akan terjadi peningkatan kesejahteraan, kesempatan kerja,
produktivitas dan distribusi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi juga penting
untuk mempersiapkan perekonomian dalam menjalani tahapan kemajuan
selanjutnya. Pembangunan ekonomi melibatkan kegiatan-kegiatan produksi
(barang dan jasa) di semua sektor-sektor ekonomi. Untuk keperluan kegiatan-
kegiatan tersebut perlu dibangun pabrik- pabrik, gedung-gedung perkantoran,
mesin-mesin dan alat-alat produksi, lembaga penelitian dan pengembangan, alat-
alat transportasi dan komunikasi, dan masih banyak lagi. Untuk pengadaan semua
itu maka diperlukan dana untuk membiayainya yang disebut dana investasi.
Indikator Investasi Pemerintah terdapat di APBD Provinsi. Investasi
Pemerintah terdapat dalam pos pengeluaran yang berupa Penyertaan Modal
(Investasi) Pemerintah Daerah.
2.1.4. Dana Desa
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa,
bahwa dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang dapat oleh
kabupaten/Kota yang dalam pembagian untuk setiap desa dibagikan secara
proporsional yang disebut sebagai Alokasi Dana Desa (ADD). Pengelolaan
Alokasi Dana Desa (ADD) sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37
Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa pada pasal 20,
adalah Pengelolaan ADD merupakan satu kesatuan dengan pengelolaan
keuangan desa khususnya dari segala jenis kegiatan yang mencakup
perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggung-jawaban
dan pengawasan dana desa. Tujuan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa adalah:
1) Menangani kemiskinan dan mengurangi kesenjangan.
2) Meningkatkan Mengembangkan lebih lanjut perencanaan dan
penganggaran pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan
11
masyarakat.
3) Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan.
4) Meningkatkan pengamalan atas nilai-nilai keagamaan, sosial budaya untuk
mewujudkan peningkatan sosial kepada masyarakat.
5) Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat desa.
Investasi Pemerintah
(X1)
Pertumbuhan
Ekonomi (y)
BAB III
METODE PENELITIAN
tanpa dengan tujuan tidak untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
atau generalisasi (Sugiyono, 2017).
Adapun dalam penelitian ini analisis deskriptif dilakukan untuk
mengetahui kondisi dari nilai ukur Investasi swasta, Investasi Pemerintah, Dana
Desa, dan Pertumbuhan Ekonomi. Berikut adalah kriteria analisis deskriftif pada
penelitian ini:
dalam model regresi linier, anggapan ini yang ditunjukkan dengan nilai
kesalahan (𝜀) yang berdistribusi normal. Regresi yang layak adalah distribusi
normal atau mendekati, sehingga layak untuk dilakukan pengujian secara
statistik.
Alasan penetapan pilihan dapat didasarkan pada kemungkinan (Asymptotic
Importance), yaitu jika probabilitas > 0,05, maka distribusi dan model regresi
adalah normal, Jika probabilitas < 0.05 maka distribusi dan model regresi adalah
tidak normal (Singgih, 2012).
Uji normalitas yang paling sederhana adalah membuat grafik distribusi
frekuensi atas skor yang ada. Pengujian kenormalan tergantung pada
kemampuan kita dalam mencermati plotting data. Jika jumlah data cukup banyak
dan penyebarannya tidak 100% normal (tidak normal sempurna), maka
kesimpulan yang ditarik kemungkinan akan salah. Pada saat sekarang ini sudah
banyak cara yang dikembangkan para ahli untuk melakukan pengujian
normalitas. Beberapa diantaranya adalah Uji Kolmogorov-Smirnov dan Uji
Lilliefors.
1. Uji Kolmogorov Smirnov
Dalam uji Kolmogorov Smirnov hipotesis yang diajukan adalah:
2. Uji Lilliefors
Uji normaliatas dengan uji Lilliefors merupakan uji kenormalan secara non
parametrik. Uji Lilliefors juga merupakan penyempurnaan dari rumus
Kolmogrov-Smirnov sehingga sifatnya menyederhanakan. Rumusan
Hipotesis untuk uji Lilliefors ini adalah:
a = konstanta
b1 sampai b3 = koefisien regresi
k 1
dengan teknik pendekatan random effect lebih baik digunakan dari pada
model common effect.
3) Uji Hausmann
Uji Hausmann dilakukan untuk menentukan apakah model fixed effect lebih
baik digunakan dari pada model random effect.
4) Uji Breusch Pagan
Uji Breusch Pagan dilakukan untuk menilai apakah terdapat efek individu,
waktu atau keduanya pada model fixed effect dan random effect.
3.6.8. Analisis Regresi Moderasi (Moderating Regresion Analysis)
Dana Desa (DD) sebagai penguat hubungan antara variabel bebas dan
variabel tidak bebas, maka Dana Desa (DD) tidak bisa berdiri sendiri di dalam
penelitian ini, tetapi menjadi penambah bagi IP, IS (independent Variabel) dan
PE (dependent variabel), sehingga menjadi variabel penguat atau penambah bagi
IS, IP(independent Variabel), maka varaibel X2 harus melekat pada variabel
PAD, DP, LL. Apabila menjadi penambah maka variabel baru muncul yaitu
variabel perkalian antara IP (variabel independen) dan DD (variabel
moderating), sehingga koefisien ini menjadi penambah pengaruhnya kepada
variabel dependen. Adapun model untuk sebuah variabel moderating yaitu:
F R 2/k
A=
(1−k 2)/ ¿ ¿
Keterangan:
F = Uji F
n = Jumlah sampel
k = Jumlah variabel eksogen
𝑅2 = Koefisien determinasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari tabel 4.1 diatas didapatkan data bahwa rata-rata nilai investasi pemerintah
daerah kabupaten dalam bentuk belanja modal semuanya turun. Investasi pemerintah
daerah yang mengalami penurunan paling besar adalah Kabupaten Melawi (-50,62%),
dan yang paling kecil adalah Kabupaten Sekadau (-4,46%).
Tabel 4.2
Gambaran Umum Pertumbuhan Investasi Swasta pada Kabupaten
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 - 2021
INVESTASI SWASTA
Rata2 (%)
2019 2020 2021
Bengkayang -3221,37% 57,10% 65,34% -1032,98%
Sambas -224,63% 11,23% -17,99% -77,13%
Landak -295,49% -574,95% -43,54% -304,66%
Kapuas Hulu -1667,34% -1,06% 50,08% -539,44%
Sekadau -116,86% -43,60% -167,86% -109,44%
Sanggau -1141,78% 36,43% -193,00% -432,78%
Sintang -834,21% 68,58% -387,07% -384,23%
Ketapang -948,87% 10,10% 7,34% -310,48%
Kubu Raya -337,54% -32,25% -64,68% -144,82%
Kayong Utara 0,00% 100,00% 0,00% 33,33%
Mempawah -1599,42% 7,01% 91,54% -500,29%
Melawi -107,74% 94,84% -1174,69% -395,86%
Dari tabel 4.2 diatas didapatkan data bahwa investasi swasta, hanya satu kabupaten
29
dengan nilai rata-rata pertumbuhannya naik yaitu kabupaten Kayong Utara (33,33%),
sedangkan 11 kabupaten lain mengalami penurunan, dengan Kabupaten Bengkayang
mengalami penurunan paling signifikan (-1032,98%).
Tabel 4.3
Gambaran Umum Pertumbuhan Anggaran Dana Desa pada Pemerintah Kabupaten
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 - 2021
Dari tabel 4.3 diatas didapatkan data bahwa rata-rata anggaran dana desa dari 12
kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat semuanya naik. Kabupaten Landak mengalami
pertumbuhan yang paling besar (11,01%), dan Kabupaten Bengkayang mengalami
pertumbuhan paling kecil (3,59%).
Tabel 4.4
Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi pada Kabupaten
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 - 2021
Dari tabel 4.4 diatas didapatkan data bahwa pertumbuhan ekonomi dari 12
kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat semuanya naik. Kabupaten Ketapang
mengalami pertumbuhan yang paling besar (7,09%), dan Kabupaten Bengkayang
mengalami pertumbuhan paling kecil (5,14%).
Tabel 4.5
Statistik Deskriptif
Dari table 4.5 diatas didapatkan data bahwa variabel investasi pemerintah
mempunyai skor terendah sebesar 121,35, dan nilai tertinggi sebesar 696,90, dengan
nilai rata-rata sebesar 270,61. Variabel investasi swasta mempunyai skor terendah
sebesar 0,00, dan nilai tertinggi sebesar 880,00, dengan nilai rata-rata sebesar 100,19.
Variabel anggaran dana desa mempunyai skor terendah sebesar 3,49, dan nilai tertinggi
sebesar 31,23, dengan nilai rata-rata sebesar 13,34. Variabel pertumbuhan ekonomi
mempunyai skor terendah sebesar 38,67, dan nilai tertinggi sebesar 348,60, dengan nilai
rata-rata sebesar 156,29.
maka data berdistribusi tidak normal, dan Jika Asymp. Sig. (2-tailed) (signifikansi)
>0,00, maka data berdistribusi normal.
Uji normalitas variabel-variabel termasuk intraksi antar variabel terhadap sampel
penelitian sebanyak 133 responden menunjukkan data bahwa distribusi tidak normal
(Asymp. Sig. (2-tailed) <0,00). Setelah dilakukan penghapusan data outlier sebanya 4
data responden dilakukan Kembali uji normalitas seperti tabel 4.10 dibawah ini:
Tabel 4.6
Uji Normalitas Variabel
Dari data tabel 4.6 diatas didapatkan data bahwa dari 240 data untuk pengujian
normalitas, didapatkan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (>0,05), yang menyatakan bahwa
distribusi data tidak normal. Untuk menormalkan data maka dihapus outlier sebanyak 80 data,
sehingga didapatkan 160 data yang diuji dengan hasil Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,091,
maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal dengan menggunakan 160 data dari 40
sampel.
Desa
Dari hasil uji multikolinearitas pada tabel 4.7 diatas didapatkan data bahwa invetasi
pemerintah dengan nilai T (0,541>0,1) dan nilai F (1,847<10), investasi swasta dengan
nilai T (0,788>0,1) dan nilai F (1,269<10), Anggaran Dana Desa dengan nilai T
(0,587>0,1) dan nilai F (1,704<10), jadi dapat dikatakan bahwa terjadi gejala multi
korelasi pada variabel bebas dan variabel moderating terhadap variable terikat.
Berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat dilihat bahwa nilai sig. variabel-variabel > 0,05
(sig. > 0,05), maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada data
yang akan diuji.
Berdasarkan hasil pengujian ddidapat nilai adjusted R2 sebesar 0,450 mempunyai arti
bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 31,6%.
Dengan kata lain 31,6% perubahan dalam pertumbuhan ekonomi mampu dijelaskan
variabel investasi pemerintah, investasi swasta, dan anggaran dana desa. Sebagian besar
69,04% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini. Faktor lain
yang tidak diikutkan.
Tabel 4.10
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regressio 11268053,65 3 3756017,88 7,281 .001b
6 5
n
Residual 18570072,34 36 515835,343
4
Total 29838126,00 39
0
Dari table 4.15 diatas hasil uji ANOVA atau F test, dapat dijelaskan bahwa F hitung
diperoleh angka 7,281 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena probabilitas 0,000 lebih
kecil dari 0,05, maka hasil dari model regresi menunjukkan bahwa secara keseluruhan
ada pengaruh antara investasi pemerintah, investasi swasta, dan anggaran dana desa
terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari uraian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa investasi pemerintah, investasi swasta, dan anggaran dana desa berpengaruh
secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Tabel 4.11
Hasil Uji t Terhadap Variabel Independen
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 461,506 285,090 1,619 0,114
IP 0,005 0,010 0,073 0,506 0,616
IS 0,017 0,004 0,530 3,909 0,000
34
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan maka model penelitian adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.17 diatas Uji kooefisien Determinasi diatas yang terdiri dari pengujian R, R
35
Squre, dan Adjusted R Square dapat dijelaskan bahwa variabel anggaran dana desa
adalah variabel independen yang secara bersama-sama mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Untuk melihat efek moderasi dari variabel anggaran dana desa, maka
dilakukan pengujian terhadap model kedua. Hasil pengujian model kedua menunjukkan
bahwa ada peningkatan nilai R2 (dalam hal ini dilihat dari nilai adjusted R2). Dalam
model 1 nilai adjusted R2 = 0,326, sedangkan model 2 nilai adjusted R2 = 0,388. Hal ini
menunjukkan bahwa ada efek moderasi dari variabel anggaran dana desa. Hal ini
sejalan dengan kriteria, bahwa variabel anggaran dana desa mempunyai efek moderasi
terhadap semua variabel independent.
Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel anggaran dana desa
merupakan variabel moderasi yang memperkuat hubungan antara investasi pemerintah
dan investasi swasta dengan kinerja manajerial.
Tabel 4.13
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regressio 13927414,391 5 2785482,87 5,952 .000b
8
n
Residual 15910711,609 34 467962,106
Total 29838126,000 39
Dari table 4.13 diatas hasil uji ANOVA atau F test, dapat dijelaskan bahwa F hitung
diperoleh angka 5,952 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena probabilitas 0,000 lebih
kecil dari 0,05, maka hasil dari model regresi menunjukkan bahwa dengan adanya
moderasi secara keseluruhan pengaruh anggaran dana desa terhadap investasi
pemerintah dan investasi swasta terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari uraian tersebut,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa anggaran dana desa dapat memoderasi investasi
pemerintah dan investasi swasta anggaran terhadap pertumbuhan ekonomi.
Tabel 4.14
Uji t untuk Kinerja Manajerial
36
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -374,844 486,605 -0,770 0,446
IP 0,023 0,020 0,330 1,117 0,272
IS 0,031 0,008 0,930 3,804 0,001
ADD 0,071 0,029 0,705 2,481 0,018
IP*ADD -9,004E-07 0,000 -0,399 -0,972 0,338
IS*ADD -9,108E-07 0,000 -0,650 -2,040 0,049
Berdasarkan tabel 4.14 diatas, didapatkan data bahwa secara parsial investasi
pemerintah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi karena
tingkat signifikansinya 0,272 atau lebih dari 0,05 dengan nilai t positif 1,117. Secara
parsial investasi swasta, dan anggaran dana desa berpengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan tingkat signifikansinya 0,001 dan 0,0018 atau kurang
dari 0,05 dengan nilai t positif 3,804 dan positif 2,481.
Interaksi antara investasi pemerintah dan anggaran dana desa (Sig. 0,338>0,05) dan
nilai t negatif 0,972, (Sig. 0,338>0,05) dan nilai t negatif 0,972 tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan interaksi antara investasi swasta dan
anggaran dana desa (Sig. 0,049<0,05) dan nilai t negatif 2,040, berpengaruh secara
signifikan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
4.2 Pembahasan
a. Pengaruh Investasi Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh dari investasi
pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi (t. -0,972, Sig. (0,271>0,05), yang berarti
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa investasi
pemerintah kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat dalam bentuk belanja modal tidak
dapat menggerakan ekonomi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Arini (2019), tetapi tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Watson
(2015, Aminah (2016) dan Syairozi (2019), yang menyimpulkan bahwa investasi
37
5.1 Kesimpulan
Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut:
1) Investasi pemerintah kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi.
2) Investasi swasta berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
39
5.2 Rekomendasi
Dalam penelitian ini dapat dibuat rekomendasi-rekomendasi atau saran-saran yang
bisa disampaikan, yaitu:
1) Bagi pemerintah daerah di Provinsi Kalimantan Barat agar lebih memfokuskan
investasi dalam bentuk belanja modal yang berhubungan dengan ekonomi
masyarakat, serta dapat merealisasikan anggaran belanja modal yang telah
ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran secara maksimal.
2) Bagi pemerintah daerah di Provinsi Kalimantan Barat agar lebih membuka ruang
bagi investasi swasta dengan memangkas birokrasi yang dapat memberatkan calon
investor untuk masuk ke wilayah kerja kabupaten.
3) Bagi pemerintah pusat agar tetap melakukan kebijakan terkait anggaran dana desa,
karena terbukti dapat meningkatkan ekonomi masyakarat.
Dalam penelitian ini walaupun tidak semuanya memiliki dampak terhadap pertumbuhan
ekonomi, tidak dapat memperkuat hubungan antara variabel independen dan dependen
paling tidak terdapat 2 variabel independen yaitu investasi swasta dan anggaran dana
desa, serta 1 variabel independen yang berinteraksi dengan variabel moderasi yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu interaksi antara investasi swasta dan
anggaran dana desa.
1.5 Saran
Agar penelitian selanjutnya dapat mencakup pampak komitmen organisasi, job
relevant information, asimetri informasi, locus of control, dan budgetary slack Pada
Pemerintah Daerah Kabupaten terhadap pertumbuhan ekonomi.
41
DAFTAR PUSTAKA
Arini S, Kusuma. 2019, ”Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah
Terhadap Investasi Swasta Di Indonesia Dengan Pertumbuhan
Ekonomi Sebagai Variabel Intervening” RAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 5 No. 1., Mei 2019.
42
Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi
No.4. Yogyakarta: BPFE.
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Hanly Fendy Djohar Siwu. 2017. “Strategi Pertumbuhan Dan Pembangunan Ekonomi
Daerah”. Jurnal Pembangunan Ekonomi Dan Keuangan Daerah, Vol 18, No 6.
(2017).
Laga, Lobwaer. 2020. “Alokasi Dana Desa (ADD), Jumlah Penduduk Miskin,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dan Pertumbuhan Ekonomi”. Jurnal Ilmu
Ekonomi & Sosial, Vol.11, No.1, April 2020.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi, Yogyakarta. 2002. Otonomi dan
Manajemen Keuangan Daerah. Andi, Yogyakarta
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (2006) Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Jakarta.
43
Mamonto, Rotinsulu, Tolosang. 2020.” Pengaruh Alokasi Dana Desa Dan Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten/Kota Bolaang
Mongondow Raya Tahun 2015-2018” Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume
20 No. 03 Tahun 2020.
Pambudy, Syairozi. 2019. “Analisis Peran Belanja Modal Dan Investasi Swasta
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Serta Dampaknya Pada Kesejahteraan
Masyarakat”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2019 - jurnal.unissula.ac.id
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007, tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa.
Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2014, tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Sukirno (2004). Makro Ekonomi Teori Edisi ke 3. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Santoso, Singgih. 2012. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
www.bkpm.go.id
https://djpk.kemenkeu.go.id/portal/csv?
type=apbd&tahun=2021&provinsi=14&pemda=01 (diakses tanggal 8 april
2022).
https://djpk.kemenkeu.go.id/portal/csv?
type=tkdd&tahun=2021&provinsi=14&pemda=01 (diakses tanggal 7 april
2022).
44
Lampiran-Lampiran
1. Data Panel
45
a. Data Deskriftip
46