Anda di halaman 1dari 49

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi adalah salah satu proses dimana pemerintah daerah dan
masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan
kerja yang baru dan merangsang petumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut.
Dalam perekonomian tertutup dikenal tiga sektor yang berperan mempengaruhi
output nasional, yaitu sektor rumah tangga, sektor swasta atau perusahaan dan
sektor pemerintah. Ketiga sektor ini sama-sama berinteraksi dalam kegiatan
ekonomi. Sektor rumah tangga mendapatkan dari penjualan penjualan faktor
produksi yang dimilikinya. Sedangkan sektor swasta mendapatkan penghasilan dari
hasil produksinya yang ditawarkan di pasar barang dan jasa. Penghasilan ini akan
digunakan untuk membayar sektor rumah tangga atas penggunaan factor-faktor
produksi dalam aktifitas produksinya (Edi Grade Tampubolon.2016).
Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan
terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah
yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi
sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah).
Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal
dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan
kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi (Hanly Fendy Djohar
Siwu, 2017).
(Boediono, 1993:1 - 2) Pertumbuhan ekonomi juga bersangkut paut dengan
proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Dapat dikatakan, bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi
tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan. Dalam hal
ini berarti terdapatnya kenaikan dalam pendapatan nasional yang ditunjukkan oleh
besarnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Indonesia sebagai suatu negara yang
2

sedang berkembang, sejak tahun 1969 dengan giat melaksanakan pembangunan


secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan
kestabilan.

Pertumbuhan Ekonomi
Kalimantan Barat Tahun 2017 - 2021

1.41%
-1
.82 5.17%
%
5.09%5.07%

2017 2018 2019 2020 2021

Sumber: BPS data diolah


Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat Tahun 2017-2021.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat mengalami fluktuasi. Laju


pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat tahun 2017 mencapai 5,17 persen
, kemudian pada tahun 2018 turun menjadi 5,07 persen kemudian pada tahun 2019
naik menjadi 4,09 persen selanjutnya turun pada tahun 2020 turun pada -1,82
persen dan kembali naik 1,14 persen. Selama lima tahun terakhir pertumbuhan
ekonomi Provinsi Kalimantan Barat terus menerus mengalami percepatan dari
tahun ke tahun. sedangkan pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Provinsi
Kalimantan Barat mengalami perlambatan sebesar -1,82 persen dan ini disebabkan
karena wabah pandemic covid 19. Wabah COVID-19 telah memberikan dampak
serius pada hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Pengaruh yang
ditimbulkan tidak hanya pada satu bidang, namun hampir di seluruh aktivitas yang
ada. Salah satu aspek yang menjadi perhatian di tengah merebaknya virus Corona
adalah investasi. Adanya berbagai pembatasan di suatu negara sudah tentu
berimbas pada aktivitas ekonomi.

Investasi terdiri atas investasi domestik dan investasi asing. Di daerah ada
3

Investasi yang berasal dari swasta dan investasi pemerintah. Investasi swasta dapat
berupa dari investasi dalam negeri dan investasi asing (luar negeri). Investasi
pemerintah ditujukan untuk barang publik yang bertujuan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Selain investasi ada belanja
modal yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dimana belanja modal yang
merupakan pengeluaran pemerintah yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
dan dapat dilihat pemerintah memiliki peranan dalam fungsi alokasi yang mampu
memberikan bagaimana penggunaan komposisi barang publik, fungsi distribusi
yang dapat memberikan pemerataan dan keadilan untuk distribusi kekayaan dan
pendapatan dan fungsi stabilisasi dalam penyesuaian kebijakan ekonomi. Ada
beberapa variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tetapi peneliti hanya
menggunakan variabel investasi swasta dan investasi pemerintah dalam hal ini
diwakili oleh belanja modal. Variabel Investasi Swasta (PMA dan PMDN) dan
investasi pemerintah dalam hal ini diwakili oleh belanja modal yang merupakan
variabel yang dapat bersinergi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
daerah. Fakta yang ada di Provinsi Kalimantan Barat pertumbuhan ekonomi
Investasi Swasta dan Belanja Modal befluktuasi. Dari pemaran diatas Provinsi
Kalimantan Barat dapat lebih maksimal dalam memberikan fungsi alokasi, fungsi
distribusi dan fungsi stabilisasi dalam merespon investasi swasta yang ada dan
pengeluaran pemerintah untuk belanja modal.
Selain dari Investasi pemerintah yang diwakili oleh belanja modal salah satu
aspek yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah adalah alokasi
dana desa yang setiap tahunnya diberikan pemerintah pusat melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana
yang di salurkan pemerintah ke desa untuk membantu pembangunan ekonomi dan
infrastruktur. Sesuai dengan peraturan menteri dalam negeri no.37 tahun 2007
tentang pedoman pengelolaan keuangan desa di dalam pasal 18 menyatakan bahwa
alokasi dana desa berasal dari APBD kabupaten/kota yang bersumber dari dana
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh pemerintah
4

kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10%.

Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah seberapa besar


kontribusi dari Investasi Pemerintah, Investasi Swasta dan apakah Dana Desa dapat
memoderasi Investasi Pemerintah tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi daerah,
seperti pada penelitian Aminah (2016)2 menyebutkan bahwa Investasi swasta dan
pengeluaran pemerintah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dan Kemiskinan di Provinsi Jambi, kemudian diperkuat oleh
penelitian dari Pambudy, Syairozi (2019)3 menyebutkan bahwa Belanja modal
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, serta menurut Laga, Lobwaer
(2020)1 Alokasi dana desa memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Pernyataan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang diatas, dengan ini penulis tertarik untuk
melakukan penelitian terkait Pengaruh Investasi Swasta, Investasi
Pemerintah Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi dengan Anggaran Dana

Desa Sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pada Pemerintah


Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat).
1.2.2. Pertanyaan Penelitian
Apa saja faktor-faktor APBD yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat? Secara rinci
pertanyaan penelitian dalam riset ini dapat di elaborasi sebagai berikut:
1. Apakah Investasi Swasta berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi?
2. Apakah Investasi Pemerintah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi?
3. Apakah Anggaran Dana Desa (ADD) memoderasi pengaruh Investasi
Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi?
1.3. Tujuan Penelitian
Secara khusus tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
5

Untuk mengetahui komponen Investasi swasta dan Investasi Pemerintah terhadap


pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat dan
mengetahui sampai sejauh mana anggaran dana desa mempengaruhi Investasi
Pemerintah Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat terhadap pertumbuhan
ekonomi. Secara lengkap, tujuan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh Investasi Swasta terhadap pertumbuhan ekonomi.
2. Menganalisis pengaruh Investasi Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi.
3. Menganalisis peran ADD sebagai pemoderasi pengaruh Investasi Pemerintah
terhadap pertumbuhan ekonomi.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
1) Penelitian ini digunakan sebagai bukti empirik untuk memperkuat dengan
membandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Bukti empirik penelitian ini hanya berkaitan dengan Pemerintah
Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat.
2) Hasil penelitian ini akan dijadikan sebagai bahan masukan dalam
pengambilan kebijakan tentang pengelolaan keuangan pemerintah terkait
dengan kebijakan perencanaan besaran struktur anggaran yang
berkontribusi terhadap kebijakan pemerintah Kabupaten/kota agar setiap
APBD disusun secara value for money menuju good governance.
3) Hasil penelitian ini akan menjadi kontribusi untuk pengembangan
penelitian-penelitian sejenis yang akan dilakukan.
1.4.2. Manfaat Praktis
1) Sebagai informasi yang dapat menambah wawasan dan memacu peran
serta masyarakat dalam pengawasan pengelolaan keuangan pemerintah.
2) Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam pengelolaan keuangan
pemerintah.
1.5. Gambaran Kontekstual Penelitian
Subyek penelitian ini adalah Investasi Pemerintah Daerah kabupaten di
6

Provinsi Kalimantan Barat. Sedangkan Objek penelitian ini adalah Investasi


Swasta, Investasi Pemerintah dan Anggaran Dana Desa (ADD) di Kabupaten
Provinsi Kalimantan Barat tahun 2017 s/d tahun 2021.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Belanja Modal
Pada Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor
91/PMK.05/2007 Tentang Bagan Akun Standar menyebutkan Belanja
Modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam
rangka memperoleh atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang
memberi manfaat lebih dari
satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset
tetap atau aset lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah. Aset tetap
tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu
satuan kerja bukan untuk dijual. Menurut Abdul Halim (2007:101) “Belanja
modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi”. Menurut
Mardiasmo (2002:67) “Belanja Modal adalah pengeluaran yang manfaatnya
cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah anggaran rutin
untuk biaya operasional dan pemeliharaannya”.
Belanja Modal dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang
sifatnya menambah aset tetap atau aset lainnya yang memberikan manfaat
lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran
untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah
masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 53 menyatakan
bahwa Belanja Modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam
7

rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang


mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan. Dalam kegiatan
pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Nilai pembelian
/ pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam
Belanja Modal hanya sebesar harga beli/bangun aset. Aset tetap yang
dimiliki sebagai akibat adanya Belanja Modal merupakan prasyarat utama
pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik. Anggaran Belanja
Modal dalam APBD untuk menambah asset tetap. Anggaran belanja Modal
ini didasarkan pada kebutuhan akan sarana dan prasarana, baik untuk
kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah maupun untuk fasilitas public.
Setiap tahun biasanya dilaksanakan pengadaan asset tetep oleh pemerintah
daerah sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan public yang
memberikan dampak jangka panjang secara financial.
2.1.2. Investasi Swasta
Dalam konteks makro ekonomi, pengertian investasi menurut
Dornbusch (2008) adalah pengeluaran yang menambah persediaan barang
dan modal. Dengan demikian kegiatan seperti pembangunan rumah,
pembelian mesin atau peralatan, pembangunan pabrik dan kantor, serta
penambahan barang persediaan suatu perusahaan termasuk dalam
pengertian investasi. Sedangkan kegiatan pembelian saham atau obligasi
suatu perusahaan tidak termasuk dalam pengertian investasi ini.
Investasi khususnya investasi asing memang berperan sebagai medium
transfer kebutuhan akan sumber daya seperti teknologi, kemampuan
manajerial, jalur ekspor dan modal dari negara industri ke negara
berkembang, oleh karena itu investasi akan meningkatkan produktivitas dan
terkait pula dengan pertumbuhan ekonomi. Investasi berperan penting
dalam ekonomi makro yaitu mempengaruhi permintaan agregat. Selain itu
investasi juga mempengaruhi siklus bisnis (business cycle) serta
8

pembentukan modal (capital accumulation). Tingkat investasi yang tinggi


akan menyebabkan pembentukan modal. Jadi investasi berfungsi ganda
yakni terhadap pendapatan nasional (output) jangka pendek melalui
permintaan agregat juga terhadap pertumbuhan pendapatan nasional
jangka panjang melalui dampak pembentukan atas output potensial dan
penawaran agregat.
Investasi swasta, adalah investasi yang dilakukan oleh sektor swasta
nasional yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ataupun investasi
yang dilakukan oleh swasta asing atau disebut Penanaman Modal Asing
(PMA). Investasi yang dilakukan swasta bertujuan untuk mencari
keuntungan dan memperoleh pendapatan serta didorong oleh motif
pertambahan pendapatan. Jika pendapatan bertambah konsumsipun
bertambah dan bertambah pula effective demand. Investasi timbul
diakibatkan oleh bertambahnya permintaan yang sumbernya terletak pada
penambahan pendapatan disebut induced investment.
Dana investasi swasta menurut asalnya terdiri dari dua 2 macam, yaitu
PMA (investasi yang sumber modalnya berasal dari luar negeri) dan PMDN
(investasi yang sumber modalnya berasal dari dalam negeri). Penanaman
Modal Asing adalah salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah modal
untuk pembangunan ekonomi yang bersumber dari luar negeri. PMA terdiri
atas:
1. Investasi portofolio (portfolio investment), yakni investasi yang
melibatkan hanya aset-aset finansial saja, seperti obligasi dan saham,
yang didenominasikan atau ternilai dalam mata uang nasional. Kegiatan-
kegiatan investasi portofolio atau finansial ini biasanya berlangsung
melalui lembaga lembaga keuangan seperti bank, perusahaan dana
investasi, yayasan pensiun, dan sebagainya.
2. Investasi asing langsung (foreign direct investment), merupakan PMA
yang meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata berupa
pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai macam barang modal,
9

pembelian tanah untuk keperluan produksi, dan sebagainya. Investasi


asing secara langsung dapat dianggap sebagai salah satu sumber modal
pembangunan ekonomi yang penting. Semua negara yang menganut
sistem ekonomi terbuka, pada umumnya memerlukan investasi asing,
terutama perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa untuk
kepentingan ekspor. Di negara maju seperti Amerika Serikat, modal
asing (khususnya dari Jepang dan Eropa Barat) tetap dibutuhkan guna
memacu pertumbuhan ekonomi domestik dan menghindari kelesuan
pasar dan penciptaan kesempatan kerja. Apalagi di negara berkembang
seperti Indonesia, modal asing sangat diperlukan terutama untuk
mencukupi kurangnya modal dalam negeri.
Untuk itu, berbagai kebijakan di bidang penanaman modal perlu
diciptakan dalam upaya menarik pihak swasta baik luar negeri maupun
dalam negeri untuk berinvestasi di Indonesia. Indikator Investasi Swasta
terdapat dalam laporan Bank Indonesia yaitu besarnya kredit yang
diberikan perbankan. Yang dimaksud kredit disini adalah berupa kredit
investasi dan kredit modal kerja.
2.1.3. Investasi Pemerintah
Investasi Pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2007 adalah penempatan sejumlah dana dan/atau barang oleh
pemerintah pusat dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat
berharga dan investasi langsung, yang mampu mengembalikan nilai
pokok ditambah dengan manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat
lainnya dalam jangka waktu tertentu. bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum.
Investasi pemerintah adalah penggunaan anggaran pemerintah yang
digunakan untuk mendanai kegiatan yang menyangkut dimensi waktu yang
lebih panjang dari satu tahun anggaran. Investasi pemerintah ditujukan
untuk pembentukan aset (stok barang modal / capital stock) di masa depan
10

yang diharapkan dapat menimbulkan multiplier effect yang besar dan lebih
berkelanjutan. Investasi merupakan salah satu faktor yang bisa mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu Negara dengan bertumbuhnya ekonomi suatu
negara maka akan terjadi peningkatan kesejahteraan, kesempatan kerja,
produktivitas dan distribusi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi juga penting
untuk mempersiapkan perekonomian dalam menjalani tahapan kemajuan
selanjutnya. Pembangunan ekonomi melibatkan kegiatan-kegiatan produksi
(barang dan jasa) di semua sektor-sektor ekonomi. Untuk keperluan kegiatan-
kegiatan tersebut perlu dibangun pabrik- pabrik, gedung-gedung perkantoran,
mesin-mesin dan alat-alat produksi, lembaga penelitian dan pengembangan, alat-
alat transportasi dan komunikasi, dan masih banyak lagi. Untuk pengadaan semua
itu maka diperlukan dana untuk membiayainya yang disebut dana investasi.
Indikator Investasi Pemerintah terdapat di APBD Provinsi. Investasi
Pemerintah terdapat dalam pos pengeluaran yang berupa Penyertaan Modal
(Investasi) Pemerintah Daerah.
2.1.4. Dana Desa
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa,
bahwa dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang dapat oleh
kabupaten/Kota yang dalam pembagian untuk setiap desa dibagikan secara
proporsional yang disebut sebagai Alokasi Dana Desa (ADD). Pengelolaan
Alokasi Dana Desa (ADD) sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37
Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa pada pasal 20,
adalah Pengelolaan ADD merupakan satu kesatuan dengan pengelolaan
keuangan desa khususnya dari segala jenis kegiatan yang mencakup
perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggung-jawaban
dan pengawasan dana desa. Tujuan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa adalah:
1) Menangani kemiskinan dan mengurangi kesenjangan.
2) Meningkatkan Mengembangkan lebih lanjut perencanaan dan
penganggaran pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan
11

masyarakat.
3) Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan.
4) Meningkatkan pengamalan atas nilai-nilai keagamaan, sosial budaya untuk
mewujudkan peningkatan sosial kepada masyarakat.
5) Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat desa.

6) Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa untuk pengembangan


kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat.
7) Memberdayakan kepercayaan dan kolaborasi area lokal masyarakat.
8) Meningkatkan penerimaan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui
Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).
2.1.5. Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2004), pembangunan moneter dicirikan sebagai
kemajuan kegiatan ekonomi yang menyebabkan tenaga kerja dan produk
yang dikirim secara lokal meningkat dan pertumbuhan daerah setempat
meningkat. Salah satu penanda penting untuk menentukan keadaan moneter
suatu negara dalam periode tertentu adalah PDB (Produk Domestik Bruto),
baik pada biaya saat ini maupun pada biaya yang konsisten. Produk domestik
bruto adalah nilai tenaga kerja dan produk dalam suatu negara yang
dihasilkan oleh faktor-faktor penciptaan yang memiliki tempat dengan
penduduk negara itu dan di luar negara (Sukirno, 2004).
Pembangunan moneter daerah adalah cara paling umum untuk
mengubah keadaan keuangan suatu daerah secara terus menerus menuju
perkembangan yang lebih tinggi untuk periode tertentu. Salah satu penanda
untuk menentukan keadaan keuangan di suatu ruang dalam periode tertentu
adalah Produk Domestik Lokal Bruto (PDRB), baik dengan biaya saat ini
maupun dengan biaya yang konsisten.
2.2. Kajian Empiris
No Nama Peneliti Metode Variabel Hasil Penelitian
12

dan Tahun Terbit Penelitian


1 Laga, Lobwaer Kuantitatif regresi berganda data ADD (X1), Alokasi dana desa memiliki
(2020) panel dengan variabel ADD, Jumlah Penduduk pengaruh yang positif dan signifikan
Jumlah Penduduk Miskin, IPM dan Miskin (X2), terhadap pertumbuhan ekonomi,
IPM(X3), penduduk miskin dan Indeks
Pertumbuhan Ekonomi tahun 2015
Pertumbuhan Pembangunan Manusia (IPM) tidak
– 2019. Ekonomi (Y) memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
2. Aminah (2016) Kuantitatif regresi berganda data Investasi swasta Investasi swasta dan pengeluaran
time series dengan variabel (X1), Pengeluaran pemerintah secara simultan
Investasi swasta, Pengeluaran pemerintah(X2),
berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan
pemerintah, Pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi.
ekonomi (Y1) dan
dan Kemiskinan. Kemiskinan (Y2)
3 Pambudy, Kuantitatif regresi berganda data Belanja Modal Belanja modal berpengaruh positif
Syairozi (2019) time series dengan variabel (X1), Investasi terhadap pertumbuhan
Belanja Modal, Investasi Swasta, Swasta (X2), ekonomi, Investasi swasta
Pertumbuhan Ekonomi dan berpengaruh signifikan dengan
Pertumbuhan
Kesejahteraan Masyarakat. hubungan yang positif terhadap
Ekonomi (X3) dan pertumbuhan ekonomi, Pertumbuhan
Kesejahteraan ekonomi berpengaruh signifikan dan
Masyarakat (Y) memiliki hubungan yang positif
terhadap kesejahteraan masyarakat.
4 Arfiansyah (2020) Kuantitatif regresi berganda data Dana Desa (X1) Dana Desa berpengaruh negatif
panel dengan variabel Dana Desa, dan Pertumbuhan terhadap kemiskinan, Pertumbuhan
Pertumbuhan Ekonomi dan Ekonomi (X2) Ekonomi berpengaruh negatif
kemiskinan. terhadap variabel terhadap kemiskinan
dependen
kemiskinan (Y)
5 Dewi, Suharsono, Penelitian deskriptif dengan Dana desa (X1) Implementasi penggunaan dana desa
Suwendra (2019) pendekatan kuantitatif pada pelayanan untuk
variabel Dana desa pelayanan public(X2) meningkatkan pelayanan publik
perekonomian
public, perekonomian desa, dan sangat bermanfaat untuk masyarakat
desa (X3), dan
pengentaskan kemiskinan dalam pengentaskan
upaya meningkatkan pertumbuhan kemiskinan dalam
ekonomi upaya
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi (Y)
6 Mamonto, Kuantitatif regresi berganda data Alokasi Dana Alokasi Dana Desa secara statistik
Rotinsulu, panel dengan variabel Dana Desa, Desa (X1), belum menunjukkan pengaruh
Tolosang (2020) Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan signifikan terhadap tingkat
kemiskinan tahun 2015-2018. Ekonomi(X2) dan kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi
Kemiskinan (Y) tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kemiskinan, Alokasi
Dana Desa dan pertumbuhan
ekonomi secara bersama-sama tidak
memiliki pengaruh signifikan
terhadap tingkat kemiskinan.
7 Fitria, Sebayang, Kuantitatif regresi berganda data Dana Desa (X1), Dana desa, tingkat pengangguran
Julia (2020) panel dengan variabel Dana Desa, Pertumbuhan terbuka, indeks pembangunan
Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Ekonomi (X2), manusia dapat mempengaruhi
tingkat
Pengangguran Terbuka, IPM dan penurunan tingkat kemiskinan di
Pengangguran
13

Tingkat Kemiskinan tahun 2015- Terbuka (X3), Indonesia. Sedangkan pertumbuhan


2019. IPM (X4) dan ekonomi masih belum dapat
Tingkat menurunkan kemiskinan di
Kemiskinan (Y)
Indonesia.
8 Arini S, Kusuma Kuantitatif regresi berganda data Belanja Belanja modal berpengaruh positif
(2019) time series dengan variabel Modal(X1), terhadap investasi swasta, PAD
Belanja Modal, PAD, Investasi PAD(X2) dan memiliki hubungan yang positif
Swasta dan Pertumbuhan Pertumbuhan terhadap Investasi Swasta, Belanja
Ekonomi tahun 2010-2016. ekonomi (Y1) Modal berpengaruh negatif dan tidak
serta Investasi signifikan terhadap pertumbuhan
Swasta (Y2) ekonomi, Pendapatan Asli Daerah
memiliki hubungan yang positif
terhadap Pertumbuhan Ekonomi,
Pertumbuhan Ekonomi memiliki
hubungan yang positif terhadap
Investasi Swasta.
9 Buana, Saragih, Kuantitatif regresi berganda data Pengeuaran Terdapat pengaruh Pengeluaran
Aritonang (2018) panel dengan variabel Pengeuaran Pemerintah(X1), Pemerintah dengan Pertumbuhan
Pemerintah, Investasi Swasta, Investasi Ekonomi, Terdapat pengaruh
Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Swasta(X2), Investasi Swasta terhadap
ekonomi tahun 2011-2015 Tenaga Kerja(X4) Pertumbuhan Ekonomi di jawa,
dan Pertumbuhan Terdapat pengaruh Tenaga Kerja
ekonomi(Y) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Jawa.
10 Suhendra, Anwar Model analisis yang digunakan Investasi swasta Investasi pemerintah, pertumbuhan
(2014) adalah metode regresi berganda (X1), investasi ekonomi, ketersediaan kredit untuk
dengan menggunakan data panel. public(X2), modal investasi swasta, dan nilai tukar
Data sekunder manusia(X3), berpengaruh positif dan signifikan
untuk penelitian ini diperoleh dari tenaga kerja(X4) terhadap investasi swasta, Tingkat
beberapa sumber dengan data dan Pertumbuhan suku bunga dan inflasi berpengaruh
publikasi dari tahun 1990 sampai Ekonomi(Y). negatif dan signifikan
dengan tahun 2011. terhadap investasi swasta, Investasi
Swasta, investasi publik, modal
manusia, dan tenaga kerja
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
11 Ilegbinosa, Penelitian ini menggunakan teknik PDI(X1), Dari analisis hasil penelitian
Michael, Watson kointegrasi dan Error PDE(X2), menunjukkan bahwa Penanaman
(2015) Correction Mechanism (ECM) ADM(X3), Modal Dalam Negeri Swasta (PDI)
untuk mengestimasi model, Data ECS(X4), dan PDE Pengeluaran Produktif
yang digunakan untuk penelitian Pertumbuhan Pemerintah berpengaruh positif
ini sebagian besar adalah data Ekonomi Nigeria terhadap pertumbuhan ekonomi,
runtun waktu sekunder dengan (Y). tetapi tidak signifikan untuk periode
variabel PDI, PDE, ADM, ECS, penelitian; Pengeluaran modal
Pertumbuhan Ekonomi Nigeria pelindung pemerintah (PRE) tidak
tahun1970-2013. secara signifikan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi (PDB) di
Nigeria dan negatif untuk periode
yang diteliti; jasa ekonomi (ECS)
yang merupakan bagian dari belanja
modal pemerintah yang padat pada
14

investasi swasta untuk periode


penelitian dan signifikan di bawah
tingkat 5%; administrasi (ADM) dan
pengabdian masyarakat yang
merupakan bagian dari komponen
belanja modal pemerintah memadati
investasi swasta tetapi tidak
signifikan untuk periode penelitian.

Tabel 2.1: Kajian Empiris

2.3. Kerangka Konseptual Dan Hipotesis Penelitian


2.3.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan tinjauan pustaka dan permasalahan yang akan diteliti, penulis
mencoba untuk mengetahui pegaruh Investasi swasta dan investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan anggaran dana desa sebagai variabel
moderating Pemerintah Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat. Kerangka
pikir penelitian ini digambarkan dalam bagan berikut:

Investasi Pemerintah
(X1)
Pertumbuhan
Ekonomi (y)

Investasi Swasta (X2)

Anggaran Dana Desa


(Z)

Gambar 2.1: Kerangka Pemikiran

2.3.2. Hubungan Antar Variabel Penelitian


a. Variabel Bebas (Independent Variable)
15

Variabel independen (X1) adalah Investasi Pemerintan, (X2) Investasi


Swasta sebagai variable bebas.
b. Variabel dependent atau variabel terikat (Y), yaitu variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah Pertumbuhan Ekonomi, dengan proksi: PDRB sebagai variabel
terikat.
c. Variabel Moderasi
Variabel moderasi, yaitu variabel yang memoderasi atau mengarahkan
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Variabel
moderating dalam penelitian ini adalah Dana Desa (Z) yang memoderasi
pengaruh Investasi Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi variabel
bebas dan terikatnya.
2.3.3. Hipotesis Penelitian
2.3.3.1. Pengaruh Investasi Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi
Bukti empirik penelitian oleh Buana, Saragih, Aritonang (2018)
terdapat pengaruh Pengeluaran Pemerintah dengan Pertumbuhan
Ekonomi. Berdasarkan gambaran diatas hipotesis yang diajukan
untuk melihat pengaruh Investasi Pemerintah terhadap pertumbuhan
ekonomi dinyatakan sebagai berikut:
H1: Investasi Pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi.
2.3.3.2. Pengaruh Investasi Swasta terhadap pertumbuhan ekonomi
Bukti empirik penelitian oleh Arini S, Kusuma (2019)
Pertumbuhan Ekonomi memiliki hubungan yang positif terhadap
Investasi Swasta. Berdasarkan gambaran diatas hipotesis yang
diajukan untuk melihat pengaruh Investasi Swasta terhadap
pertumbuhan ekonomi dinyatakan sebagai berikut:
H2: Investasi Swasta berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi.
16

2.3.3.2. Pengaruh Investasi Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi


Bukti empirik penelitian oleh Buana, Saragih, Aritonang (2018)
Terdapat pengaruh Pengeluaran Pemerintah dengan Pertumbuhan
Ekonomi. Berdasarkan gambaran diatas hipotesis yang diajukan
untuk melihat pengaruh Investasi Pemerintah terhadap pertumbuhan
ekonomi dinyatakan sebagai berikut:
H2: Investasi Pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi.

2.3.3.3. Anggaran Dana Desa (ADD) memoderasi hubungan antara Investasi


Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi.
Bukti empirik penelitian tentang Implementasi penggunaan dana
desa untuk meningkatkan pelayanan publik sangat bermanfaat untuk
masyarakat (Dewi, Suharsono, Suwendra (2019) berbanding terbalik
dari penelitian Mamonto, Rotinsulu, Tolosang (2020) yaitu Alokasi
Dana Desa dan pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
Berdasarkan gambaran diatas hipotesis yang diajukan untuk melihat
Interaksi antara ADD dan Investasi Pemerintah berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi dinyatakan sebagai berikut:
H3 : Interaksi antara ADD dan Investasi Pemerintah berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
17

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah
sejenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang dapat dicapai
(diperoleh) dengan menggunakan teknik statistic atau metode yang berbeda untuk
evaluasi pengukuran (estimasi). Pada dasarnya menghasilkan hasil analisis dengan
numeric (angka) yang akan diolah dengan metode statistika. Data Panel adalah data
yang dikumpulkan dari unit observasi yang sama dalam kurun waktu yang berbeda-
beda.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bengkayang pada bulan Juni 2022
3.3. Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data kuantitatif yang
diperoleh dalam bentuk angka-angka yang dapat dihitung, yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian ini. Data yang digunakan berupa data statistik
pertumbuhan ekonomi yang dipublikasi oleh BPS dan data Investasi swasta yang
dipublikasi oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal melalui situs
www.bkpm.go.id serta Investasi Pemerintah yang diperoleh dari situs DJPK
18

Kemenkeu periode tahun 2017 sampai dengan tahun 2021.


Penelitian ini mengunakan data panel untuk rentang waktu bulan, yaitu tahun
2017 sampai tahun 2021, yang merupakan data sekunder, yang diperoleh dari
beberapa sumber, yaitu hasil publikasi pertumbuhan ekonomi dari BPS sedangkan
data investasi swasta oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal, Investasi
Pemerintah diperoleh melalui situs DJPK Kemenkeu.
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah data Pertumbuhan ekonomi dari hasil
publikasi BPS dan Investasi swasta dipublikasi oleh Badan Koordinasi Penanaman
Modal, Investasi Pemerintah yang dipublikasi oleh Kementerian Keuangan RI
tahun 2017 hingga 2021.
Pengambilan Sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik Purpossive
Sampling, sampel dipilih agar dapat mewakili populasinya, Jumlah data dalam
peneltian ini adalah 48. Sampel yang diambil ditentukan oleh kriteria sebagai
berikut:
1. Data pertumbuhan ekonomi Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat yang
dipublikasikan oleh BPS dari tahun 2017 - 2021.
2. Data Investasi swasta, Investasi Pemerintah dan Dana Desa yang dipublikasikan
oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Kementerian Keuangan RI dari
tahun 2017 - 2021.
3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian ini menggunakan variabel Investasi swasta, Investasi
Pemerintah merupakan variabel independen, Dana desa sebagai variabel
moderating, dan Pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependen.
3.6. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan regresi berganda dengan
adanya variabel moderator mengunakan sarana aplikasi SPSS.
3.6.1. Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang dikumpulkan
19

tanpa dengan tujuan tidak untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
atau generalisasi (Sugiyono, 2017).
Adapun dalam penelitian ini analisis deskriptif dilakukan untuk
mengetahui kondisi dari nilai ukur Investasi swasta, Investasi Pemerintah, Dana
Desa, dan Pertumbuhan Ekonomi. Berikut adalah kriteria analisis deskriftif pada
penelitian ini:

VARIABEL JENIS DEFINISI VARIABEL


VARIABEL
Investasi Pemerintah Independen (X1) Realisasi Investasi Pemerintah
melalui belanja modal (Rp) yang
diperoleh dari publikasi DJPK
Kemenkeu RI mulai tahun 2017
s/d 2021 dalam bentuk angka
Investasi Swasta Independen (X2) Realisasi Investasi Swasta (Rp)
yang diperoleh dari publikasi
Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) mulai tahun
2017 s/d 2021 dalam bentuk
angka
Dana Desa Moderator (Z) Realisasi Dana Desa (Rp) yang
diperoleh dari publikasi DJPK
Kemenkeu RI mulai tahun 2017
s/d 2021 dalam bentuk angka
Pertumbuhan Ekonomi Dependen (Y) Indeks yang diperoleh dari
publikasi BPS mulai tahun 2017
s/d 2021 dalam bentuk persentase
yang dikonversi dalam bentuk
angka

Tabel 3.1: Variabel dan Definisi Operasional

3.6.2. Uji Normalitas


Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah penyampaian variabel
terikatnya untuk tiap nilai variabel bebas tertentu berdistribusi normal atau tidak
20

dalam model regresi linier, anggapan ini yang ditunjukkan dengan nilai
kesalahan (𝜀) yang berdistribusi normal. Regresi yang layak adalah distribusi
normal atau mendekati, sehingga layak untuk dilakukan pengujian secara
statistik.
Alasan penetapan pilihan dapat didasarkan pada kemungkinan (Asymptotic
Importance), yaitu jika probabilitas > 0,05, maka distribusi dan model regresi
adalah normal, Jika probabilitas < 0.05 maka distribusi dan model regresi adalah
tidak normal (Singgih, 2012).
Uji normalitas yang paling sederhana adalah membuat grafik distribusi
frekuensi atas skor yang ada. Pengujian kenormalan tergantung pada
kemampuan kita dalam mencermati plotting data. Jika jumlah data cukup banyak
dan penyebarannya tidak 100% normal (tidak normal sempurna), maka
kesimpulan yang ditarik kemungkinan akan salah. Pada saat sekarang ini sudah
banyak cara yang dikembangkan para ahli untuk melakukan pengujian
normalitas. Beberapa diantaranya adalah Uji Kolmogorov-Smirnov dan Uji
Lilliefors.
1. Uji Kolmogorov Smirnov
Dalam uji Kolmogorov Smirnov hipotesis yang diajukan adalah:

Langkah-langkah dari uji Kolmogorov Smirnov adalah:


a. Menentukan rata-rata dan standar deviasi data
b. Menyusun data dimulai dari yang terkecil diikuti dengan frekuensi
masing-masing, frekuensi kumulatif (F) dari masing-masing skor. Nilai Z
ditentukan dengan rumus;
21

2. Uji Lilliefors
Uji normaliatas dengan uji Lilliefors merupakan uji kenormalan secara non
parametrik. Uji Lilliefors juga merupakan penyempurnaan dari rumus
Kolmogrov-Smirnov sehingga sifatnya menyederhanakan. Rumusan
Hipotesis untuk uji Lilliefors ini adalah:

Untuk pengujian hipotesis tersebut dilakukan langkah-langkah yang hampir


sama dengan langkah pada uji Kolmogorov-Smirnov, yaitu:
a. Menentukan rata-rata dan standar deviasi data
b. Menyusun data dimulai dari yang terkecil diikuti dengan frekuensi
masing-masing, frekuensi kumulatif (F) dari masing-masing skor. Nilai Z
ditentukan dengan rumus;

c. Tentukan Probabilitas dibawah nilai Z yang dapat dilihat pada table Z (P


≤ Z)
d. Tentukan nilai selisih masing-masing baris F/n= Fz dengan (P ≤ Z) dan
tentukan harga mutlaknya.
e. Ambil harga yang paling maksimum dari harga-harga mutlak tersebut,
sebut harga terbesar itu dengan Lo
f. Selanjutnya bandingkan nilai Lo dengan table uji Lilliefors.
g. Selanjutnya Kriteria Pengujian adalah:

3.6.3. Uji Multikolinearitas


22

Uji multikolinearitas dilakukan untuk memutuskan apakah model regresi


untuk melacak hubungan antara faktor variable independen. Model yang tepat
adalah bahwa tidak ada hubungan antara faktor-faktor independen. Menentukan
ada tidaknya multikolinearitas pada model regresi harus dilihat dari nilai
tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai Tolerance adalah tingkat
kesalahan yang dibenarkan secara statistik. Nilai VIF adalah fator yang
menyebabkan inflasi penyimpangan baku kuadrat. Jika tolerance 10% atau 0,1
maka VIF adalah 10. Jika nilai VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

3.6.4. Uji Heteroskesdastisitas


Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi
terjadi ketidakseimbangan perubahan dari residual satu persepsi ke persepsi
lainnya. Model regresi yang layak adalah homoskedastisitas atau tidak
seluruhnya diselesaikan dengan diagram scatterplot. Fokus berikutnya harus
dihilangkan secara acak, di bawah atau di atas angka 0 pada poros Y dan tidak
memiliki contoh standar. Dengan asumsi kondisi ini terpenuhi, tidak ada
heretoskedastisitas dengan tujuan bahwa model regresi layak untuk digunakan.
Lokasi heteroskedastisitas harus dimungkinkan menggunakan strategi disipate
plot dengan memplot nilai ZPRED (nilai perkiraan) dengan SRESID (nilai sisa).
3.6.5. Analisis Regresi Berganda
Analisa regresi berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independen
minimal dua (Sugiyono, 2012). Persamaan regresi pada penelitian ini jika tanpa
moderasi yaitu:
PE = a + b1IS + b2IS + e
Keterangan:
PE = Pertumbuhan Ekonomi
IS = Insvestasi Swasta
IP = Insvetasi Pemerintah
e = residual
23

a = konstanta
b1 sampai b3 = koefisien regresi

3.6.6. Metode Estimasi Regresi Data Panel


Dalam analisis regresi data panel terdapat tiga pendekatan penilaian yang
mendekati yaitu model common the effect, fixed effect dan random effect.
1) Model Common Effect
Model common effect diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan nilai intersep
dan slope pada hasil regresi baik dengan dasar perbedaan antar individu
maupun antar waktu. Metode estimasi parameter pada model common effect
digunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Secara umum, persamaan
model common effect ditulis sebagai berikut:
Yit  0   k Xkit  uit
k 1
untuk i  1,2,..N;t  1,2,...T;k  1,2,...K
dengan:
Yit = Variabel respon pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Xkit = Nilai variabel bebas ke-k untuk cross section ke-i dan tahun ke-t
βk = Koefisien slope
β0 = Intersep model regresi
K = Banyaknya variabel bebas
N = Banyaknya observasi
T = Banyaknya periode tahun
uit = Galat pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
2) Model Fixed Effect
Metode dengan pendugaan regresi data panel pada model fixed effect
menggunakan teknik penambahan variabel dummy atau Least Square
Dummy Variabel (LSDV). Terdapat dua dugaan yang terdapat pada model
fixed effect yaitu sebagai berikut :
Slope konstan tetapi intersep bervariasi antar unit individu.
24

Yit  oi   k Xkit  uit

k 1

untuk i = 1,2,..N;t = 1,2,...T;k = 1,2,...K


Slope konstan tetapi intersep bervariasi antar individu dan antar periode
waktu.
K
Yit  0it   k Xkit  uit
k 1
untuk i  1,2,..N;t  1,2,...T;k  1,2,...K
3) Model Random Effect
Bila pada fixed effect perbedaan antar individu dan waktu dicerminkan lewat
intersep, maka pada random effect diakomodasi lewat error. Metode asumsi
regresi data panel pada model random effect menggunakan metode
Generalized Least Square (GLS). Terdapat dua asumsi dalam random effect
yaitu sebagai berikut :

Intersep dan slope berbeda antar individu.Yit   0i    ki X kit  uit


k 1

untuk i  1,2,..N;t  1,2,...T;k  1,2,...K


Intersep dan slope berbeda antar individu dan antar waktu.
K
Yit   0it    kit X kit  uit
k 1
untuk i  1,2,..N;t  1,2,...T;k  1,2,...K

3.6.7. Pemilihan Model Regresi Data Panel


Penentuan model regresi data panel yang paling tepat diantara model
Common Effect, Fixed Effect dan Random Effect terdiri dari beberapa uji,
yaitu:
1) Uji Chow
Uji Chow dilakukan untuk memutuskan apakah model common effect lebih
baik dipakai daripada metode fixed effect.
2) Uji Signifikansi Random Effect
Uji signifikansi random effect dilakukan untuk memutuskan apakah model
25

dengan teknik pendekatan random effect lebih baik digunakan dari pada
model common effect.
3) Uji Hausmann
Uji Hausmann dilakukan untuk menentukan apakah model fixed effect lebih
baik digunakan dari pada model random effect.
4) Uji Breusch Pagan
Uji Breusch Pagan dilakukan untuk menilai apakah terdapat efek individu,
waktu atau keduanya pada model fixed effect dan random effect.
3.6.8. Analisis Regresi Moderasi (Moderating Regresion Analysis)
Dana Desa (DD) sebagai penguat hubungan antara variabel bebas dan
variabel tidak bebas, maka Dana Desa (DD) tidak bisa berdiri sendiri di dalam
penelitian ini, tetapi menjadi penambah bagi IP, IS (independent Variabel) dan
PE (dependent variabel), sehingga menjadi variabel penguat atau penambah bagi
IS, IP(independent Variabel), maka varaibel X2 harus melekat pada variabel
PAD, DP, LL. Apabila menjadi penambah maka variabel baru muncul yaitu
variabel perkalian antara IP (variabel independen) dan DD (variabel
moderating), sehingga koefisien ini menjadi penambah pengaruhnya kepada
variabel dependen. Adapun model untuk sebuah variabel moderating yaitu:

PE = a + b1IS + b2IP + b3DD + b5DD*IP+ e


Keterangan:
PE = Pertumbuhan Ekonomi
DD = Dana Desa
IS = Investasi Swasta
IP = Investasi Pemerintah
DD*PAD = Interaksi antara DD dan Investasi Pemerintah
e = residual
a = konstanta
b1 sampai b3 = koefisien regresi

Pada persamaan rumus diatas terlihat secara jelas bahwa DD menjadi


penguat pada Variabel IP atas hubungan terhadap variabel PE, tetapi DD juga
harus variabel bebas pada model tersebut. Jika pengujian hipotesis dilakukan
26

terhadap koefisien model, maka akan terjadi beberapa alternatif yang


diperlihatkan oleh tabel berikut dibawah ini:

No Hasil Uji Jenis Moderasi


1. a2 not significant Moderasi Murni (Pure Moderator)
a3 significant
2. a2 significant Moderasi Semu (Quasi Moderator).
a3 significant
3. a2 significant Prediktor Moderasi (Predictor Moderasi
a3 not significant Variabel).
4. a2 not significant Moderasi Potensial (Homologiser Moderator).
a3 not significant Variabel yang dimaksud potensial menjadi
variabel moderasi.

Tabel 3.2: Hasil Uji dan Jenis Moderasi


Hipotesis pada penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis
statistic sebagai berikut:

F R 2/k
A=
(1−k 2)/ ¿ ¿
Keterangan:
F = Uji F
n = Jumlah sampel
k = Jumlah variabel eksogen
𝑅2 = Koefisien determinasi

Regresi moderasi bermakna apakah individual variabel bebas berpengaruh


nyata atau tidak terdapat variabel terikatnya. Uji Hipotesis yang digunakan
adalah uji t. Uji t dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikan variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen dengan rumus t hitung
sebagai berikut:
r √ n−2
T=
r √ 1−r ˆ 2
Keterangan:
t = Uji t
r = Korelasi parsial yang ditentukan
n = Jumlah sampel

Signifikansi adalah 5% (a = 0,05), dengan tingkat kepercayaan sebesar


95% dari derajat (dk) = n-k-1. Angka tersebut dipilih untuk mewakili
27

pengujian variabel dan merupakan tingkat signifikansi yang sering digunakan


dalam penelitian. Aturan uji signifikansi dengan menggunakan program SPSS
adalah:
a. Bila nilai signifikansi t <0.05, maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.
b. Apabila nilai signifikansi t >0.05, maka H0 diterima, artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel
dependen.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Responden
Gambaran umum responden adalah deskripsi mengenai data umum yang
berhubungan dengan penelitian ini dari 12 (dua belas) pemerintah derah kabupaten di
Provinsi Kalimantan Barat. Adapun gambaran umum responden penelitian adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Gambaran Umum Pertumbuhan Investasi Pemerintah Kabupaten
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 - 2021
INVESTASI PEMERINTAH Rata2
2019 2020 2021 (%)
Bengkayang -68,86% -5,10% -48,81% -40,92%
Sambas -11,47% 15,66% -42,97% -12,93%
Landak -10,71% -15,56% 5,72% -6,85%
Kapuas Hulu 0,06% 11,74% -50,01% -12,73%
Sekadau -6,24% -19,07% 11,95% -4,46%
Sanggau -21,73% 15,20% -64,84% -23,79%
Sintang -29,58% 11,26% -25,43% -14,59%
Ketapang 26,27% 11,16% -64,14% -8,90%
Kubu Raya 18,95% -53,71% -46,48% -27,08%
Kayong Utara -53,59% -7,40% 1,83% -19,72%
Mempawah -24,79% 4,69% -11,03% -10,38%
Melawi -106,43% 35,90% -81,34% -50,62%
28

Dari tabel 4.1 diatas didapatkan data bahwa rata-rata nilai investasi pemerintah
daerah kabupaten dalam bentuk belanja modal semuanya turun. Investasi pemerintah
daerah yang mengalami penurunan paling besar adalah Kabupaten Melawi (-50,62%),
dan yang paling kecil adalah Kabupaten Sekadau (-4,46%).

Tabel 4.2
Gambaran Umum Pertumbuhan Investasi Swasta pada Kabupaten
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 - 2021

INVESTASI SWASTA
Rata2 (%)
2019 2020 2021
Bengkayang -3221,37% 57,10% 65,34% -1032,98%
Sambas -224,63% 11,23% -17,99% -77,13%
Landak -295,49% -574,95% -43,54% -304,66%
Kapuas Hulu -1667,34% -1,06% 50,08% -539,44%
Sekadau -116,86% -43,60% -167,86% -109,44%
Sanggau -1141,78% 36,43% -193,00% -432,78%
Sintang -834,21% 68,58% -387,07% -384,23%
Ketapang -948,87% 10,10% 7,34% -310,48%
Kubu Raya -337,54% -32,25% -64,68% -144,82%
Kayong Utara 0,00% 100,00% 0,00% 33,33%
Mempawah -1599,42% 7,01% 91,54% -500,29%
Melawi -107,74% 94,84% -1174,69% -395,86%

Dari tabel 4.2 diatas didapatkan data bahwa investasi swasta, hanya satu kabupaten
29

dengan nilai rata-rata pertumbuhannya naik yaitu kabupaten Kayong Utara (33,33%),
sedangkan 11 kabupaten lain mengalami penurunan, dengan Kabupaten Bengkayang
mengalami penurunan paling signifikan (-1032,98%).
Tabel 4.3
Gambaran Umum Pertumbuhan Anggaran Dana Desa pada Pemerintah Kabupaten
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 - 2021

ANGGARAN DANA DESA Rata2


2019 2020 2021 (%)
Bengkayang -4,70% 12,78% 2,68% 3,59%
Sambas 11,37% 15,68% -1,12% 8,64%
Landak 16,92% 16,84% -0,73% 11,01%
Kapuas Hulu 4,60% 14,48% 1,35% 6,81%
Sekadau -3,29% 17,92% 0,00% 4,88%
Sanggau -1,21% 14,27% 1,68% 4,91%
Sintang 0,15% 12,93% 2,90% 5,33%
Ketapang 6,63% 15,06% 1,95% 7,88%
Kubu Raya 10,88% 16,20% 1,15% 9,41%
Kayong Utara 2,99% 17,11% 5,56% 8,55%
Mempawah 7,08% 17,01% 0,05% 8,04%
Melawi -1,53% 14,17% 2,34% 4,99%

Dari tabel 4.3 diatas didapatkan data bahwa rata-rata anggaran dana desa dari 12
kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat semuanya naik. Kabupaten Landak mengalami
pertumbuhan yang paling besar (11,01%), dan Kabupaten Bengkayang mengalami
pertumbuhan paling kecil (3,59%).
Tabel 4.4
Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi pada Kabupaten
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 - 2021

PERTUMBUHAN EKONOMI Rata2


2019 2020 2021 (%)
Bengkayang 7,62% 7,46% 0,32% 5,14%
Sambas 7,78% 7,53% 0,68% 5,33%
Landak 8,11% 7,51% 1,79% 5,80%
Kapuas Hulu 7,95% 7,63% 0,66% 5,41%
Sekadau 9,26% 8,95% 2,08% 6,76%
Sanggau 6,74% 5,43% 3,83% 5,33%
Sintang 8,27% 8,79% 0,20% 5,76%
Ketapang 10,02% 9,05% 2,20% 7,09%
30

Kubu Raya 10,03% 9,49% -0,60% 6,31%


Kayong Utara 8,07% 8,15% 1,75% 5,99%
Mempawah 8,35% 8,37% 2,89% 6,54%
Melawi 8,05% 7,84% 1,69% 5,86%

Dari tabel 4.4 diatas didapatkan data bahwa pertumbuhan ekonomi dari 12
kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat semuanya naik. Kabupaten Ketapang
mengalami pertumbuhan yang paling besar (7,09%), dan Kabupaten Bengkayang
mengalami pertumbuhan paling kecil (5,14%).

4.1.2 Analisis Statistisk Deskriftif

Tabel 4.5
Statistik Deskriptif

Variabel Terendah Tertinggi Rata-Rata


Investasi Pemerintah 121,35 696,90 270,61
Investasi Swasta 0,00 880,00 100,19
Anggaran Dana Desa 3,49 31,23 13,34
Pertumbuhan Ekonomi 38,67 348,60 156,29

Dari table 4.5 diatas didapatkan data bahwa variabel investasi pemerintah
mempunyai skor terendah sebesar 121,35, dan nilai tertinggi sebesar 696,90, dengan
nilai rata-rata sebesar 270,61. Variabel investasi swasta mempunyai skor terendah
sebesar 0,00, dan nilai tertinggi sebesar 880,00, dengan nilai rata-rata sebesar 100,19.
Variabel anggaran dana desa mempunyai skor terendah sebesar 3,49, dan nilai tertinggi
sebesar 31,23, dengan nilai rata-rata sebesar 13,34. Variabel pertumbuhan ekonomi
mempunyai skor terendah sebesar 38,67, dan nilai tertinggi sebesar 348,60, dengan nilai
rata-rata sebesar 156,29.

4.1.3 Uji Normalitas


Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas ini digunakan untuk menentukan teknik analisis
pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan menggunakan uji
Shapiro-Wilk dengan taraf sig. 0,00. Jika Asymp. Sig. (2-tailed) (signifikansi) <0,05,
31

maka data berdistribusi tidak normal, dan Jika Asymp. Sig. (2-tailed) (signifikansi)
>0,00, maka data berdistribusi normal.
Uji normalitas variabel-variabel termasuk intraksi antar variabel terhadap sampel
penelitian sebanyak 133 responden menunjukkan data bahwa distribusi tidak normal
(Asymp. Sig. (2-tailed) <0,00). Setelah dilakukan penghapusan data outlier sebanya 4
data responden dilakukan Kembali uji normalitas seperti tabel 4.10 dibawah ini:
Tabel 4.6
Uji Normalitas Variabel

No Jumlah Data Nilai Asymp. Sig. (2- Ket.


tailed)
1 240 data 0,000 Distribusi tidak normal
(Asymp. Sig<0,05)
2 160 data (80 data sebagai 0,058 Distribusi Normal
outlier) (Asymp. Sig>0,05)

Dari data tabel 4.6 diatas didapatkan data bahwa dari 240 data untuk pengujian
normalitas, didapatkan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (>0,05), yang menyatakan bahwa
distribusi data tidak normal. Untuk menormalkan data maka dihapus outlier sebanyak 80 data,
sehingga didapatkan 160 data yang diuji dengan hasil Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,091,
maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal dengan menggunakan 160 data dari 40
sampel.

4.1.6 Uji Multikolinearitas


Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menguji model regresi. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas atau tidak terjadi gejala
multi korelasi.
Tabel 4.7
Uji Multikolinearitas Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat

No Variabel Tolerance VIP Ket.


(T)
1 Investasi 0,541 1,847 nilai T > 0,1 Nilai
Pemerintah VIP < 10, Tidak ada
2 Investasi 0,788 1,269 Multikolinearitas
Swasta
3 Anggaran Dana 0,587 1,704
32

Desa

Dari hasil uji multikolinearitas pada tabel 4.7 diatas didapatkan data bahwa invetasi
pemerintah dengan nilai T (0,541>0,1) dan nilai F (1,847<10), investasi swasta dengan
nilai T (0,788>0,1) dan nilai F (1,269<10), Anggaran Dana Desa dengan nilai T
(0,587>0,1) dan nilai F (1,704<10), jadi dapat dikatakan bahwa terjadi gejala multi
korelasi pada variabel bebas dan variabel moderating terhadap variable terikat.

4.1.7 Uji Heterokedastisitas


Tabel 4.8
Uji Heterokedastisitas

No Variabel Sig. Ket.


1 Investasi Pemerintah 0,212 nilai Sig. > 0,05 Tidak
2 Investasi Swasta 0,232 ada Heterokedastisitas
3 Anggaran Dana Desa 0,182

Berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat dilihat bahwa nilai sig. variabel-variabel > 0,05
(sig. > 0,05), maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada data
yang akan diuji.

4.1.8 Uji Hipotesa


4.1.8.1 Uji Hipotesa I
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda
dengan tingkat signifikansi α = 0,05. Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan
diperoleh kesimpulan bahwa model sudah dapat digunakan untuk melakukan pengujian
analisa regresi berganda, maka langkah selanjutnya melakukan pengujian hipotesis.
Hipotesis yang akan diuji adalah partisipasi anggaran, umpan balik anggaran, kejelasan
sasaran anggaran, dan evaluasi anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
manajerial. Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini:
Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinan
Adjusted R2 Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
33

1 .615a 0,378 0,326 718.21678

Berdasarkan hasil pengujian ddidapat nilai adjusted R2 sebesar 0,450 mempunyai arti
bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 31,6%.
Dengan kata lain 31,6% perubahan dalam pertumbuhan ekonomi mampu dijelaskan
variabel investasi pemerintah, investasi swasta, dan anggaran dana desa. Sebagian besar
69,04% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini. Faktor lain
yang tidak diikutkan.
Tabel 4.10
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regressio 11268053,65 3 3756017,88 7,281 .001b
6 5
n
Residual 18570072,34 36 515835,343
4
Total 29838126,00 39
0

Dari table 4.15 diatas hasil uji ANOVA atau F test, dapat dijelaskan bahwa F hitung
diperoleh angka 7,281 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena probabilitas 0,000 lebih
kecil dari 0,05, maka hasil dari model regresi menunjukkan bahwa secara keseluruhan
ada pengaruh antara investasi pemerintah, investasi swasta, dan anggaran dana desa
terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari uraian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa investasi pemerintah, investasi swasta, dan anggaran dana desa berpengaruh
secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tabel 4.11
Hasil Uji t Terhadap Variabel Independen

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 461,506 285,090 1,619 0,114
IP 0,005 0,010 0,073 0,506 0,616
IS 0,017 0,004 0,530 3,909 0,000
34

ADD 0,017 0,015 0,169 1,144 0,260

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan maka model penelitian adalah
sebagai berikut:

KM = a + b1PA + b2UB + b3KS + b4EA + e

Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap


kinerja manajerial, maka dapat dilihat dari nilai signifikansi t hitung tersebut. Jika nilai
signifikansi dari t hitung tersebut lebih kecil dari 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa
ada pengaruh variabel tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil
pengujian data, maka dapat dinyatakan bahwa variabel investasi pemerintah dan
anggaran dana desa tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kinerja
manajerial (Sig.>0,05). Sedangkan variabel investasi swasta dengan nilai sig.
(0,000<0,05) mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap pertumbuhan
ekonomi.

4.1.8.2 Uji Hipotesa II


Dalam penelitian pengujian efek moderasi dan efek utama dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi moderasi lewat suatu metode yang disebut dengan analisis
regresi berjenjang (hierarchical regression analysis). Metode ini membutuhkan dua
buah persamaan regresi, yatu pertama yang hanya berisi efek-efek utama dan yang
kedua berisi dengan efek-efek utama dan efek moderasi. Persaman untuk penelitian ini
adalah sebagai berikut:

KM = a + b1PA + b2UB + b3KS + b4EA + b5SP + b6SP*PA + b7SP*UB + b8SP*KS +


b9SP*EA + e
Tabel 4.12
Hasil Uji Koefisien determinan
Adjusted R2 Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .683a 0,467 0,388 684,07756

Tabel 4.17 diatas Uji kooefisien Determinasi diatas yang terdiri dari pengujian R, R
35

Squre, dan Adjusted R Square dapat dijelaskan bahwa variabel anggaran dana desa
adalah variabel independen yang secara bersama-sama mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Untuk melihat efek moderasi dari variabel anggaran dana desa, maka
dilakukan pengujian terhadap model kedua. Hasil pengujian model kedua menunjukkan
bahwa ada peningkatan nilai R2 (dalam hal ini dilihat dari nilai adjusted R2). Dalam
model 1 nilai adjusted R2 = 0,326, sedangkan model 2 nilai adjusted R2 = 0,388. Hal ini
menunjukkan bahwa ada efek moderasi dari variabel anggaran dana desa. Hal ini
sejalan dengan kriteria, bahwa variabel anggaran dana desa mempunyai efek moderasi
terhadap semua variabel independent.
Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel anggaran dana desa
merupakan variabel moderasi yang memperkuat hubungan antara investasi pemerintah
dan investasi swasta dengan kinerja manajerial.

Tabel 4.13
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regressio 13927414,391 5 2785482,87 5,952 .000b
8
n
Residual 15910711,609 34 467962,106
Total 29838126,000 39

Dari table 4.13 diatas hasil uji ANOVA atau F test, dapat dijelaskan bahwa F hitung
diperoleh angka 5,952 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena probabilitas 0,000 lebih
kecil dari 0,05, maka hasil dari model regresi menunjukkan bahwa dengan adanya
moderasi secara keseluruhan pengaruh anggaran dana desa terhadap investasi
pemerintah dan investasi swasta terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari uraian tersebut,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa anggaran dana desa dapat memoderasi investasi
pemerintah dan investasi swasta anggaran terhadap pertumbuhan ekonomi.
Tabel 4.14
Uji t untuk Kinerja Manajerial
36

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -374,844 486,605 -0,770 0,446
IP 0,023 0,020 0,330 1,117 0,272
IS 0,031 0,008 0,930 3,804 0,001
ADD 0,071 0,029 0,705 2,481 0,018
IP*ADD -9,004E-07 0,000 -0,399 -0,972 0,338
IS*ADD -9,108E-07 0,000 -0,650 -2,040 0,049

Berdasarkan tabel 4.14 diatas, didapatkan data bahwa secara parsial investasi
pemerintah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi karena
tingkat signifikansinya 0,272 atau lebih dari 0,05 dengan nilai t positif 1,117. Secara
parsial investasi swasta, dan anggaran dana desa berpengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan tingkat signifikansinya 0,001 dan 0,0018 atau kurang
dari 0,05 dengan nilai t positif 3,804 dan positif 2,481.
Interaksi antara investasi pemerintah dan anggaran dana desa (Sig. 0,338>0,05) dan
nilai t negatif 0,972, (Sig. 0,338>0,05) dan nilai t negatif 0,972 tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan interaksi antara investasi swasta dan
anggaran dana desa (Sig. 0,049<0,05) dan nilai t negatif 2,040, berpengaruh secara
signifikan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

4.2 Pembahasan
a. Pengaruh Investasi Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh dari investasi
pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi (t. -0,972, Sig. (0,271>0,05), yang berarti
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa investasi
pemerintah kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat dalam bentuk belanja modal tidak
dapat menggerakan ekonomi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Arini (2019), tetapi tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Watson
(2015, Aminah (2016) dan Syairozi (2019), yang menyimpulkan bahwa investasi
37

pemerintah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.


Hasil penelitian ini didapatkan fakta bahwa, realisasi belanja modal yang
dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat masih belum
mampu menggerakan perekonomian daerah. Banyak faktor yang bias mempengaruhi
hal tersebut, misalnya tidak terealisasinya belanja modal secara maksimal, dan tidak
tepat gunanya output belanja modal yang telah direncanakan yang mengakibatkan
belanja modal yang telah direalisasikan tidak menyentuh masyarakat secara lanngsung.
b. Pengaruh investasi swasta terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari investasi swasta
terhadap pertumbuhan ekonomi (t. 3,804, Sig. (0,001<0,05), yang berarti bahwa H0
ditolak dan H1 diterima. Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa investasi swasta pada
kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat dapat menggerakan ekonomi. Hal tersebut
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Watson (2015), Aritonang (2018),
Kusuma (2019), dan Aminah (2016), yang menyimpulkan bahwa investasi swasta
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil penelitian ini didapatkan fakta bahwa, investasi swasta walaupun jumlahnya
tidak terlalu signifikan dan cenderung menurun dari tahun ke tahun, mampu
menggerakan perekonomian daerah. Hal tersebut dapat diartikan bahwa, dalam
menggerakan perekonomian daerah tidak dapat mengandalkan pemerintah saja tetapi
juga harus meningkatkan peran aktif swasta.
c. Pengaruh anggaran dana desa terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari anggaran dana desa
terhadap pertumbuhan ekonomi (t. 2,481, Sig. (0,018<0,05), yang berarti bahwa H0
ditolak dan H1 diterima. Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa anggaran dana desa
pada kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat dapat menggerakan ekonomi. Hal tersebut
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lobwaer (2020) yang menyimpulkan
bahwa anggaran dana desa berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi
berbanding terbalik dengan penelitian Arfiansyah (2020) yang menyatakan sebaliknya.
Hasil penelitian ini didapatkan fakta bahwa, kebijakan anggaran dana desa yang
38

cenderung meningkat, mampu menggerakan perekonomian daerah. Hal tersebut dapat


diartikan bahwa, dalam menggerakan perekonomian daerah kebijakan anggaran dana
desa dari pemerintah sudah tepat.
d. Pengaruh interaksi Antara Investasi Pemerintah Dengan Anggaran Dana Desa
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara
investasi pemerintah dan dana desa terhadap pertumbuhan ekonomi (t. -0,972, Sig.
(0,338>0,05), yang berarti bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Hal tersebut diatas
menunjukkan bahwa investasi pemerintah yang ditunjang dengan dana desa pada
kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat belum dapat menggerakan ekonomi. Hasil
penelitian ini didapatkan fakta bahwa, investasi pemerintah yang ditunjang dengan
anggaran dana desa.
e. Pengaruh interaksi Antara Investasi swasta Dengan Anggaran Dana Desa Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara investasi
pemerintah dan dana desa terhadap pertumbuhan ekonomi (t. -2,040, Sig. (0,049<0,05),
yang berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa
investasi swasta dengan ditunjang oleh dana desa pada kabupaten di Provinsi
Kalimantan Barat dapat menggerakan ekonomi. Hasil penelitian menunjukan bahwa,
membuka ruang bagi investor swasta dan dengan ditunjang dengan anggaran dana desa
dapat menggerakan perekonomian pada
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut:
1) Investasi pemerintah kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi.
2) Investasi swasta berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
39

3) Anggaran dana desa berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.


4) Interaksi antara investasi pemerintah dan dana desa tidak berpengaruh (moderasi
potensial) terhadap pertumbuhan ekonomi.
5) Interaksi antara investasi swasta dan dana desa berpengaruh (moderasi murni)
terhadap pertumbuhan ekonomi.

5.2 Rekomendasi
Dalam penelitian ini dapat dibuat rekomendasi-rekomendasi atau saran-saran yang
bisa disampaikan, yaitu:
1) Bagi pemerintah daerah di Provinsi Kalimantan Barat agar lebih memfokuskan
investasi dalam bentuk belanja modal yang berhubungan dengan ekonomi
masyarakat, serta dapat merealisasikan anggaran belanja modal yang telah
ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran secara maksimal.
2) Bagi pemerintah daerah di Provinsi Kalimantan Barat agar lebih membuka ruang
bagi investasi swasta dengan memangkas birokrasi yang dapat memberatkan calon
investor untuk masuk ke wilayah kerja kabupaten.
3) Bagi pemerintah pusat agar tetap melakukan kebijakan terkait anggaran dana desa,
karena terbukti dapat meningkatkan ekonomi masyakarat.

1.3 Implikasi Penelitan


Implikasi dari temuan penelitian mencakup pada dua hal, yaitu implikasi teoritis dan
implikasi praktis. Implikasi teoritis berkaitan dengan kontribusinya bagi perkembangan
teori-teori mengenai dampak investasi pemerintah, investasi swasta, dan anggaran dana
desa terhadap pertumbuhan ekonomi. Implikasi praktis berkaitan dengan kontribusi
penelitian terhadap dampak investasi pemerintah, investasi swasta, dan anggaran dana
desa dengan tujuan meningkatkan ekonomi masyarakat.

1.3.1 Implikasi Teoritis


Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai dampak investasi
pemerintah, investasi swasta, dan anggaran dana desa terhadap pertumbuhan ekonomi.
40

Dalam penelitian ini walaupun tidak semuanya memiliki dampak terhadap pertumbuhan
ekonomi, tidak dapat memperkuat hubungan antara variabel independen dan dependen
paling tidak terdapat 2 variabel independen yaitu investasi swasta dan anggaran dana
desa, serta 1 variabel independen yang berinteraksi dengan variabel moderasi yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu interaksi antara investasi swasta dan
anggaran dana desa.

1.3.2 Implikasi Praktis


Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan pertimbangan bagi pemerintah
daerah dalam meningkatkan ekonomi khususnya terkait investasi dan pemanfaatan
anggaran dana desa. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu top
manajemen di kabupaten dalam mempertimbangkan berbagai hal untuk pengambilan
keputusan yang akan membantu dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

1.4 Keterbatasan Penelitian


Ada beberapa keterbatasan yang diduga akan dapat berpengaruh pada hasil
penelitian. Keterbatasan tersebut yaitu sebagai berikut:
1) Dalam penelitian ini alat penelitian menggunakan data panel yang dibatasi oleh
waktu penelitian yang hanya berdurasi 5 (lima) tahun dan terbatas pada pemerintah
kabupaten dalam 1 (satu) provinsi di Indonesia, diharapkan penelitian selanjutnya
akan mencakup seluruh wilayah di Indonesia, agar perencanaan dalam rangka
meningkatkan ekonomi dapat tepat sasaran.

2) Penelitian ini dapat dikembangkan, dengan memfokuskan pada faktor kenapa


investasi pemerintah yang justru porsinya lebih besar tidak mampu menggerakan
perekonomian di wailayah kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat.

1.5 Saran
Agar penelitian selanjutnya dapat mencakup pampak komitmen organisasi, job
relevant information, asimetri informasi, locus of control, dan budgetary slack Pada
Pemerintah Daerah Kabupaten terhadap pertumbuhan ekonomi.
41

DAFTAR PUSTAKA

Aminah 2016.” “Analisis Pengaruh Investasi Swasta dan Pengeluaran


Pemerintah Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan
Kemiskinan di Provinsi Jambi”. Jurnal Perspektif Pembiayaan dan
Pembangunan Daerah Vol. 4 No. 2, Oktober-Desember 2016.

Arini S, Kusuma. 2019, ”Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah
Terhadap Investasi Swasta Di Indonesia Dengan Pertumbuhan
Ekonomi Sebagai Variabel Intervening” RAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, UMB Yogyakarta Volume 5 No. 1., Mei 2019.
42

Buana, Saragih, Aritonang. 2018.” Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi


Pemerintah, Investasi Swasta Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di Pulau Jawa Tahun 2011 – 2015” Ekonomi Pertahanan, 2019 -
jurnalprodi.idu.ac.id.

Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi
No.4. Yogyakarta: BPFE.

Dornbusch, R dan S. Fisher (2008). Exchange Rate and Current Account,


American Economic Review/

Dewi, Suharsono, Suwendra 2019. ”Implementasi Penggunaan Dana Desa Untuk


Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Di Desa Songan B” Jurnal Pendidikan
Ekonomi Undiksha Volume 11 No. 1 Tahun 2019.

Endy Grade Tampubolon. 2019. “pengaruh belanja modal terhadap kesejahteraan


masyarakat”. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Volume 21 No. 04 Oktober 2021

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Hanly Fendy Djohar Siwu. 2017. “Strategi Pertumbuhan Dan Pembangunan Ekonomi
Daerah”. Jurnal Pembangunan Ekonomi Dan Keuangan Daerah,  Vol 18, No 6.
(2017).

Ilegbinosa, Michael, Watson. 2015.” Domestic Investment and Economic Growth in


Nigeria From 1970-2013: An Econometric Analysis” Canadian Social Science
Vol. 11, No. 6, 2015, pp. 70-79 DOI:10.3968/7009.

Laga, Lobwaer. 2020. “Alokasi Dana Desa (ADD), Jumlah Penduduk Miskin,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dan Pertumbuhan Ekonomi”. Jurnal Ilmu
Ekonomi & Sosial, Vol.11, No.1, April 2020.

Menteri Keuangan Republik Indonesia Tahun 2007, Peraturan Menteri Keuangan


Nomor 91/PMK.05/2007, tentang Bagan Akun Standar.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi, Yogyakarta. 2002. Otonomi dan
Manajemen Keuangan Daerah. Andi, Yogyakarta

Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (2006) Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Jakarta.
43

Mamonto, Rotinsulu, Tolosang. 2020.” Pengaruh Alokasi Dana Desa Dan Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten/Kota Bolaang
Mongondow Raya Tahun 2015-2018” Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume
20 No. 03 Tahun 2020.

Pambudy, Syairozi. 2019. “Analisis Peran Belanja Modal Dan Investasi Swasta
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Serta Dampaknya Pada Kesejahteraan
Masyarakat”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2019 - jurnal.unissula.ac.id

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007, tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 8 tahun 2007, tentang Investasi


Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 72 tahun 2005, tentang Desa.

Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2014, tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Sukirno (2004). Makro Ekonomi Teori Edisi ke 3. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Suhendra, Anwar.2014. ”Determinants of Private Investment and The


Effects on Economic Growth in Indonesia”. GSTF International Journal on
Business Review (GBR) Vol.3 No.3, June 2014.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandun:


Alfabeta, CV.

Santoso, Singgih. 2012. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.

www.bkpm.go.id

Hsiao, C. (2014). Analysis of panel data (No.54). Cambrige University Press

https://djpk.kemenkeu.go.id/portal/csv?
type=apbd&tahun=2021&provinsi=14&pemda=01 (diakses tanggal 8 april
2022).

https://djpk.kemenkeu.go.id/portal/csv?
type=tkdd&tahun=2021&provinsi=14&pemda=01 (diakses tanggal 7 april
2022).
44

Lampiran-Lampiran

1. Data Panel
45

2. Lampiran hasil Analisa SPSS

a. Data Deskriftip
46

b. Data Uji Normalitas

c. Data Uji Multikolinearitas


47

d. Data Uji Heteroskedastisitas

e. Data Uji Hipotesa (Uji F dan Uji t) Tanpa Moderasi


48

f. Data Uji Hipotesa (Uji F dan Uji t) Dengan Moderasi


49

Anda mungkin juga menyukai