Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI

UMUM TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA


MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING KABUPATEN KOTA
DI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2015-2019

Kodrat
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pancasetia Banjarmasin
Jl. A. Yani Km. 5,5 Banjarmasin, Kalimantan Selatan
e-mail: Kodrat_1238@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this study is to determine and analyze: The Effect of Regional Original Income and
General Allocation Funds on Capital Expenditures and Economic Growth of City Districts in Central
Kalimantan Province in 2015 – 2019. The population and sample of this research are the 2015-2019 APBD
Budget Realization Report and 2015-2019 Economic Growth Data from 14 urban districts in Central
Kalimantan. Data was tested by Path Analysis with Multiple Linear Regression Test technique, Classical
Assumptions, with SPSS ver 25 application. The results of the study found: Regional Original Income has a
significant effect on Capital Expenditures, General Allocation Funds have a negative and significant effect on
Capital Expenditures, Regional Original Revenues have a significant effect on Economic Growth, General
Allocation Funds have no significant effect on Economic Growth, Capital Expenditures have no significant
effect on Growth Economy. Capital Expenditures do not mediate the effect of Regional Original Income on
Economic Growth. Capital Expenditures do not mediate the effect of the General Allocation Fund on Economic
Growth.
.

Keywords: Regional Original Income, Capital Expenditure, General Allocation Fund Economic growth

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis: Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Alokasi Umum terhadap Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan
Tengah tahun 2015 – 2019. Populasi dan sampel penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran APBD
periode 2015-2019 dan Data Pertumbuhan Ekonomi tahun 2015 - 2019 dari 14 kabupaten kota di Kalimantan
Tengah. Data diuji dengan Path Analisis dengan teknik Uji Regresi Linear Berganda, Asumsi Klasik, dengan
aplikasi SPSS ver 25. Hasil penelitian menemukan: Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap
Belanja Modal, Dana Alokasi Umum berpengaruh negative dan signifikan terhadap Belanja Modal, Pendapatan
Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Modal tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi. Belanja Modal tidak memediasi pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Petumbuhan Ekonomi.
Belanja Modal tidak memediasi pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Petumbuhan Ekonomi.

Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah , Belanja Modal , Dana Alokasi Umum & Pertumbuhan Ekonomi

LATAR BELAKANG (penerimaan) untuk membiayai seluruh pengeluaran


Dalam suatu perekonomian sangat dibutuhkan peran pemerintah yaitu belanja langsung dan tidak langsung.
serta pemerintah untuk melakukan berbagai jenis Agar terwujudnya sasaran yang tepat dalam pengumpulan
pembelanjan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran dana untuk pembiayaan negara maka pemerintah
untuk membiayai, membangun, dan memperbaiki melaksanakan suatu kebijakan fiskal dengan menyusun
infrastruktur, menyediakan fasilitas pendidikan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
kesehatan serta mengaji Anggota Kepolisian, TNI dan sedangkan untuk tingkat daerah dinamakan Anggaran
PNS, untuk menjaga keamanan nasional merupakan Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
pengeluaran wajib Indonesia. Menurut UU No. 33 tahun 2004, sumber penerimaan
Dengan kata lain pemerintah memiliki kewajiban yang digunakan untuk pendanaan pemerintah daerah
mutlak dalam mengumpulkan sumber-sumber dana dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal meliputi:
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum pemerintahan). Proporsi yang tidak tepat akan dapat
(DAU), Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, pinjaman menggeser tujuan dari belanja modal itu sendiri dalam
daerah dan lain-lain penerimaan yang sah. Pemerintah perspektif kebijakan publik, sebagian besar belanja modal
daerah harus mengoptimalkan hasil penerimaan daerahnya seharusnya berhubungan dengan pelayanan publik yang
untuk pembiayaan kegiatan pembangunan. Oleh karena itu lebih diarahkan kepada pembangunan infrastruktur yang
peningkatan PAD dan DAU selalu diupayakan karena digunakan oleh daerah. Bertambahnya infrastruktur dan
merupakan penerimaan dari usaha untuk membiayai perbaikannya oleh pemerintah daerah diharapkan akan
penyelenggaraan pemerintah, dan peningkatan PAD, DAU memacu pertumbuhan ekonomi daerah
dan tersebut harus berdampak pada Pertumbuhan Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka
Ekonomi daerah. Dan daerah tidak akan berhasil, bila peneliti akan meneliti dengan judul "Pengaruh
daerah tidak mengalami Pertumbuhan Ekonomi yang Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum
berarti meskipun terjadinya peningkatan PAD dan DAU. Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Belanja Modal
Keberhasilan peningkatan PAD, dan DAU hendaknya sebagai Variabel Intervening Kabupaten/ Kota di
tidak hanya diukur dari jumlah yang diterima,akan tetapi Kalimantan Tengah Tahun 2015-2019”.
diukur dengan perannya dalam Pertumbuhan Ekonomi.
Pengaruh Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah
Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pertumbuhan STUDI LITERATUR.
Ekonomi pernah di lakukan penelitian oleh Muhammad Teori Pembangunan Ekonomi
Reza (2019) dengan hasil pengujian secara parsial Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan
menunjukkan variabel belanja modal dan variabel pendapatan total dan Pembangunan ekonomi adalah suatu
Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta variabel belanja proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan
modal berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
ekonomi dan pengujian secara simultan menunjukan hasil penduduk dengan disertai dengan perubahan fundamental
bahwa belanja modal, pendapatan asli daerah dan dana dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan
alokasi umum secara simultan berpengaruh signifikan pendapatan bagi penduduk suatu Negara. Pengembangan
terhadap pertumbuhan ekonomi. ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi
Menurut UU No. 33 tahun 2004, sumber penerimaan (economic growth), pembangunan ekonomi mendorong
yang digunakan untuk pendanaan pemerintah daerah pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya, pertumbuhan
dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal meliputi: ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (Jhingan 2014).
(DAU), Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, pinjaman Pembangunan ekonomi juga bisa diartikan sebagai
daerah dan lain-lain penerimaan yang sah. Pemerintah suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita
daerah harus mengoptimalkan hasil penerimaan daerahnya penduduk meningkat dalam jangka panjang. Terdapat tiga
untuk pembiayaan kegiatan pembangunan. Oleh karena itu elemen penting yang berkaitan dengan pembangunan
peningkatan PAD dan DAU selalu diupayakan karena ekonomi; pertama, pembangunan sebagai suatu proses.
merupakan penerimaan dari usaha untuk membiayai Bahwa pembangunan merupakan suatu tahapan yang
penyelenggaraan pemerintah, dan peningkatan PAD, DAU harus dijalani oleh setiap masyarakat atau bangsa. Kedua,
dan tersebut harus berdampak pada Pertumbuhan pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan
Ekonomi daerah. Dan daerah tidak akan berhasil, bila pendapatan per kapita. Sebagai suatu usaha tindakan aktif
daerah tidak mengalami Pertumbuhan Ekonomi yang yang harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangka
berarti meskipun terjadinya peningkatan PAD dan DAU. meningkatkan pendapatan perkapita. (Jhingan, 2014).
Keberhasilan peningkatan PAD, dan DAU hendaknya 1. Teori Adam Smith
tidak hanya diukur dari jumlah yang diterima,akan tetapi a. Hukum Alam
diukur dengan perannya dalam Pertumbuhan Ekonomi. Meyakini berlakunya hukum alam dalam
Pengaruh Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah persoalan ekonomi yang menganggap bahwa setiap
Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pertumbuhan orang sebagai hakim yang paling tahu akan
Ekonomi pernah di lakukan penelitian oleh Muhammad kepentingannya sendiri. Yang sebaiknya dibiarkan
Reza (2019) dengan hasil pengujian secara parsial dengan bebas mengejar kepentingannya ini demi
menunjukkan variabel belanja modal dan variabel keuntungan sendiri. Setiap orang jika dibiarkan bebas
Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta variabel belanja akan berusaha memaksimalkan kesejahteraan dirinya
modal berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan sendiri, karena semua orang dibiarkan bebas akan
ekonomi dan pengujian secara simultan menunjukan hasil memaksimalkan kesejahteraan mereka secara agregat.
bahwa belanja modal, pendapatan asli daerah dan dana Adam Smith pada dasarnya menentang setiap campur
alokasi umum secara simultan berpengaruh signifikan tangan pemerintah dalam industri dan perniagaan.
terhadap pertumbuhan ekonomi. Kekuatan yang tidak terlihat yaitu pasar persaingan
Menurut Abdullah (dalam Harahap, 2018) Belanja sempurna yang merupakan mekanisme menuju
modal adalah komponen belanja langsung dalam anggaran keseimbangan secara otomatis, cenderung untuk
pemerintah yang menghasilkan output berupa aset tetap. memaksimalkan kesejahteraan sosial. (Jhingan, 2014)
Dalam pemanfaatan aset tetap yang dihasilkan tersebut, b. Pembagian Kerja
ada yang bersinggungan langsung dengan pelayanan Titik mula dari teori pertumbuhan ekonomi Adam
publik atau dipakai oleh masyarakat (seperti jalan, Smith, yang meningkatkan daya produktifitas tenaga
jembatan, trotoar, gedung olah raga, stadion, jogging kerja. Ia menghubungkan kenaikan itu dengan
track, halte, dan rambu lalu lintas) dan ada yang tidak meningkatkan keterampilan kerja, penghematan waktu
langsung dimanfaatkan oleh publik (seperti gedung kantor
dalam memproduksi barang, penemuan mesin yang Menurut Schumpeter (2018) faktor utama yang
sangat menghemat tenaga. Penyebab yang terakhir menyebabkan perkembangan ekonomi inovasi dan
bukan berasal dari tenaga kerja melainkan dari modal. pelakunya adalah para inovator atau pengusaha.
c. Proses Penumpukan Modal Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa
Smith (2018) menekankan, penumpukan modal diterapkan dengan adanya inovasi oleh para Pengusaha
harus dilakukan terlebih dahulu daripada pembagian (entrepreneur). Dan kemajuan ekonomi tersebut dapat
kerja. Smith menganggap penumpukan modal sebagai dimaknai sebagai peningkatan output total masyarakat.
satu syarat mutlak bagi pembangunan ekonomi,
dengan demikian permasalahan pembangunan ekonomi Teori Pertumbuhan Ekonomi
secara luas adalah kemampuan manusia untuk lebih Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan
banyak menabung dan menanam modal. Dengan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis
demikian tingkat investasi akan ditentukan oleh tingkat yang diperlukan nya. Definisi ini mempunyai 3 (tiga)
tabungan yang sepenuhnya diinvestasikan. komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa
d. Agen Pertumbuhan terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus
Menurutnya para petani, produsen dan persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan
pengusaha, merupakan agen kemajuan dan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan
pertumbuhan ekonomi. Fungsi ketiga agen tersebut derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka
saling berkaitan erat. Bagi Smith (2018) pembangunan macam barang kepada penduduk; ketiga penggunaan
pertanian mendorong peningkatan pekerjaan konstruksi teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya
dan perniagaan. Pada waktu terjadi surplus pertanian penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga
sebagai akibat pembangunan ekonomi, maka inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat
permintaan akan jasa perniagaan dan barang pabrikan manusia dapat dimanfaatkan secara tepat
meningkat pula, ini semua akan membawa kemajuan (Djojohadikusumo, 1994).
perniagaan dan berdirinya industri manufaktur. Pada Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010)
pihak lain, pembangunan sektor tersebut akan pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran
meningkatkan produksi pertanian apabila petani mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang
menggunakan teknologi yang canggih. Di penumpukan dilaksanakan khususnya dalam bidang bidang ekonomi.
modal dan pembangunan ekonomi terjadi karena Dalam teori ekonomi pembangunan, dikemukakan ada
tampilnya para petani, produsen dan pengusaha. enam karakteristik pertumbuhan ekonomi, yaitu:
2. Teori Thomas Robert Malthus 1. Terdapatnya laju kenaikan pertumbuhan perkapita
Malthus (2015) menilik perhatian pada yang tinggi untuk mengimbangi laju pertumbuhan
"perkembangan kesejahteraan" suatu negara, yaitu penduduk yang cepat.
pembangunan ekonomi yang dapat dicapai dengan 2. Semakin meningkatnya laju produksi per kapita
meningkatkan kesejahteraan suatu negara. terutama akibat adanya perbaikan teknologi dan
Kesejahteraan suatu negara sebagian bergantung pada kualitas input yang digunakan.
kuantitas produk yang dihasilkan oleh tenaga kerjanya, 3. Adanya perubahan struktur ekonomi dari sektor
dan sebagian lagi pada nilai atas produk tersebut. pertanian ke sektor industri dan jasa
Menurut Malthus (2015) pertumbuhan penduduk 4. Meningkatnya jumlah penduduk yang berpindah dari
saja tidak cukup untuk berlangsungnya perkembangan pedesaan ke daerah perkotaan (urbanisasi).
ekonomi. Pertumbuhan penduduk adalah akibat dari 5. Pertumbuhan ekonomi terjadi akibat adanya ekspansi
proses pembangunan ekonomi. Yang mana negara maju dan adanya kekuatan hubungan
pertumbuhan penduduk akan menigkatkan internasional.
kesejahteraan hanya bila pertumbuhan tersebut 6. Meningkatnya arus barang dan modal dalam
meningkatkan permintaan efektif. Rendahnya perdagangan internasional. (Jhingan, 1995).
konsumsi atau kurangnya permintaan efektif yang Data ekonomi merupakan sumber informasi
menimbulkan persediaan melimpah. Menurut teori sistematik untuk dapat mengukur sejauh mana
makmur merupakan sebab utama keterbelakangan. perkembangan aktivitas ekonomi suatu negara. Suatu data
Untuk pembangunan, negara harus memaksimalkan yang akurat diharapkan dapat menggambarkan suatu
produksi di sektor pertanian dan sektor industri. Ini kondisi statistik perekonomian. Statistik ini digunakan
memerlukan kemajuan teknologi, pendistribusian oleh para ahli ekonomi untuk mempelajari perekonomian
kesejahteraan dan tanah secara adil, perluasan dan oleh para pengambil keputusan untuk mengawasi
perdagangan internal dan eksternal, peningkatan pembangunan ekonomi dan merumuskan kebijakan-
konsumsi tidak produktif, dan peningkatan kesempatan kebijakan yang tepat. Dalam konsep dasar ekonomi makro
kerja melalui rencana pekerjaan umum. (Todaro, indikator yang digunakan dalam mengukur pertumbuhan
2000). ekonomi adalah Produk Domestik Bruto (PDB). PDB
3. Teori Schumpeter adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang
Salah satu pendapat yang menjadi landasan teori diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu
pembangunan adalah adanya keyakinan bahwa sistem tertentu (Mankiw, 2006).
kapitalisme merupakan sistem yang paling baik untuk Berdasarkan rumusan pengertian di atas, maka dalam
menciptakan pembangunan ekonomi. Namun, konsep regional, pertumbuhan ekonomi daerah adalah
Schumpeter meramalkan bahwa dalam jangka panjang angka yang ditunjukkan oleh besarnya tingkat
sistem kapitalisme akan mengalami kemacetan pertumbuhan produk domestik regional bruto suatu daerah
(Satagnasi). Pendapat ini sama dengan pendapat kaum yang diukur atas dasar harga konstan. Bagi suatu daerah
klasik. provinsi, kabupaten/kota gambaran PDRB yang
mencerminkan adanya laju pertumbuhan ekonomi dapat rekreasi, kebudayaan dan sebagainya. (Suparmoko,
dilihat dalam data sektor-sektor ekonomi yang meliputi 2000).
pertanian, pertambangan dan penggalian, industri 3. Teori Peacock dan Wiseman
pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan, Peacock dan Wiseman (2018) adalah dua orang
perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan yang mengemukakan teori mengenai perkembangan
komunikasi, keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan pengeluaran pemerintah yang terbaik. Peacock dan
jasa-jasa lainnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari Wisman mengemukakan pendapat lain dalam
data konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, menerangkan pendapat lain dalam menerangkan
pembentukan modal bruto, perubahan persediaan, ekspor perilaku perkembangan pemerintah. Mereka
dan impor. Sedangkan pertumbuhan ekonomi daerah mendasarkan pada suatu berusaha memperbesar
dirumuskan sebagai berikut: pengeluarannya dengan mengandalkan memperbesar
PDR B1 – PDR Bt-1 penerimaan dari pajak, padahal masyarakat tidak
PED = ----------------------------------------------x 100 % menyukai pembayaran pajak yang besar.
PDR Bt-1
Di mana: Pengelolaan Keuangan Daerah
PED = Pertumbuhan Ekonomi Daerah Dalam ketentuan umum pada PP Nomor 58 Tahun
PDR Bt = Produk Domestik Regional Periode Tertentu 2005, Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan
PDRBt-1 = Produk Domestik Regional Bruto Periode kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penata
Sebelumnya. usahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, pengawasan
keuangan daerah. Pengelolan keuangan daerah dalam hal
Teori Pengeluaran Pemerintah ini mengandung beberapa kepengurusan dimana
Semakin meningkatnya peran pemerintah maka kepengurusan umum atau yang sering disebut pengurus
semakin besar pengeluaran pemerintah dalam porsinya administrasi dan kepengurusan khusus atau juga sering
terhadap pendapatan nasional. Pengeluaran pemerintah disebut pengurusan Keuangan Daerah adalah keseluruhan
dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penata
kegiatan pemerintah, yang dibiayai oleh pengeluaran usahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan
pemerintah itu. Semakin besar dan banyak kegiatan keuangan daerah (PP 58/2005, pasal 1). Dalam
pemerintah semakin besar pula pengeluaran pemerintah pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan tiap tahun
yang bersangkutan. Tetapi perlu disadari bahwa proporsi dengan undang-undang.
pengeluaran pemerintah terhadap Pendapatan Nasional
Bruto (GNP) adalah suatu ukuran yang sangat besar Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
terhadap kegiatan/peranan pemerintah dalam suatu Menurut Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002,
perekonomian. (Suparmoko, 2000) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah
1. Musgrave dan Rostow suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan
Model pertumbuhan tentang perkembangan berdasarkan peraturan daerah APBD. Selanjutnya
pengeluaran Pemerintah, di kembangkan oleh Rostow berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem
dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan anggaran yang mengutamakan upaya pencapain hasil
pengeluaran pemerintah dengan tahapan-tahapan kinerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau
pengembangan ekonomi yaitu tahap awal, tahap input yang ditetapkan. Bahwa pemerintah daerah bersama-
menengah dan tahap lanjut. Pada tahap awal sama DPRD menyusun arah dan kebijakan umum
perkembangan ekonomi, menurut mereka rasio Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan nasional memuat petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati
relatif besar. Hal ini dikarenakan pada tahap ini sebagai pedoman dalam penyusun APBD.
presentasi investasi pemerintah terhadap total investasi Sedangkan berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun
besar sehingga pemerintah harus menyediakan 2006, APBD adalah rencana keuangan tahunan daerah
berbagai sarana dan prasarana seperti pendidikan, yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah
kesehatan, prasarana transportasi dan sebagainya. Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan
(Suparmoko, 2000). Daerah. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan
2. Teori Adolf Wagner (Hukum Wagner) daerah dalam satu tahun anggaran. APBD merupakan
Pengamatan empiris yang dilakukan oleh Wagner rencana pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan semua
(2000)terhadap negara-negara Eropa, Amerika Serikat Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi
dan Jepang pada abad ke 19 menunjukkan bahwa dalam tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua
aktivitas pemerintah dalam perekonomian cenderung penerimaan Daerah bertujuan untuk memenuhi target yang
semakin meningkat. Wagner mengukur perbandingan ditetapkan dalam APBD. Dengan demikian pula semua
pengeluaran pemerintah terhadap PDB dengan pengeluaran daerah dan ikatan yang membabani daerah
mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai
pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD. Karena
persentase terhadap PDB. Wagner menyatakan bahwa APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah,
dalam suatu perekonomian apabila pendapatan per maka APBD menjadi dasar pula bagi kegiatan
kapita meningkat maka secara relatif pengeluaran pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan daerah.
pemerintah pun akan meningkat terutama disebabkan APBD merupakan instrumen yang menjamin
karena pemerintah harus mengatur hubungan yang terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan
timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, terkait dengan kebijakan maupun belanja daerah. Untuk
menjamin APBD dapat disusun dan dilaksanakan dengan
baik dan benar, maka diatur landasan administratif dalam 1. Belanja Publik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat
pengelolaan anggaran daerah yang mengatur. dinikmati secara langsung oleh masyarakat umum
2. Belanja Aparatur, yaitu belanja yang manfaatnya tidak
Dana Alokasi Umum secara langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang dirasakan secara langsung oleh aparatur.
berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai
kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan METODOLOGI
desentralisasi (PP No.55 Tahun 2005). Hal ini berkaitan Jenis Penelitian ini adalah penelitian kausalitas
dengan pertimbangan keuangan antara pemerintah pusat kuantitatif Pendekatan kausalitas yaitu meneliti hubungan
dan merupakan konsekuensi adanya penyerahan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian
kewenangan pusat kepada daerah. Transfer dari pusat ini kausal menjelaskan pengaruh perubahan variasi nilai
cukup signifikan sehingga pemerintah daerah dengan dalam suatu variabel terhadap variasi nilai variabel lain.
leluasa dapat menggunakannya untuk memberi pelayanan Dalam penelitian kausal, variabel Eksogen sebagai
publik yang lebih baik atau untuk keperluan lain. DAU variabel sebab dan variabel Endogen sebagai variabel
dialokasikan untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota akibat (Silalahi, 2009). Penelitian ini menjelaskan
yang besarannya ditetapkan sekurang kurangnya 26% dari hubungan kausal antara variabel-variabel melalui
pendapatan dalam negeri netto yang ditetapkan dalam pengujian hipotesis, yaitu menguji hipotesis-hipotesis
APBD. Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan berdasarkan teori yang telah dirumuskan sebelumnya
kabupaten/kota ditetapkan sesuai dengan imbangan kemudian data yang telah diperoleh dihitung melalui
kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota. pendekatan kuantitatif (Sugiyono, 2013: 56). yaitu
hubungan antara variabel bebas X1, X2 terhadap variabel
Pendapatan Asli Daerah terikat Y dan Z. Terdapat variabel bebas (Eksogen) yaitu
Berdasarkan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Alokasi Umum (X2).
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat & Daerah Sedangkan variabel terikat (Endogent) yaitu Belanja
Pasal 1 angka 18 bahwa “Pendapatan Asli Daerah (PAD) modal (Z) dan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan
adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut Ekonomi (Y).
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan Penelitian ini menggunakan dua (dua) variabel terikat
perundang-undangan”. dan 2 (dua) variabel bebas. Definisi operasional variabel
Menurut (Aries Djaenuri, 2012:88) “Pendapatan Asli tersebut adalah sebagai berikut:
Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah 1. Variabel Eksogen
dari sumber-sumber dalam wilayah sendiri yang dipungut Variabel Eksogen disebut juga variabel bebas, yaitu
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan variabel yang dianggap sebagai penyebab munculnya
perundang-undangan yang berlaku”. variabel Endogen. Variabel Eksogen dalam penelitian ini
Menurut (Haw Widjaya, 2009:42) “Pendapatan Asli adalah sebagai berikut:]
Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang
a. Pendapatan Asli Daerah (X1)
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,
Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang
lain-iain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
untuk memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah
peraturan perundangundangan (Undang-Undang
untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
dengan potensi daerah sebagai perwujudan
antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18). Indikator
desentralisasi”.
PAD antara lain: pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain –
Belanja Modal
lain pendapatan daerah yang sah.
Menurut Halim (2004) tentang pengertian Belanja
Modal, yaitu: “Belanja Modal merupakan belanja b. Dana Alokasi Umum (X2)
pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU, adalah
anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat dialokasikan kepada daerah dengan tujuan pemerataan
rutin seperti biaya pemeliharaan pada Kelompok Belanja kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai
Administrasi Umum”. Berdasarkan Peraturan Menteri kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 53 ayat (1) desentralisasi. DAU tersebut dialokasikan dalam
“Belanja modal sebagaimana dimaksud dalam pasal bentuk block grant, yaitu penggunaannya diserahkan
50 huruf c digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan sepenuhnya kepada daerah.
dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan 2. Variabel Endogen
asset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih Variabel Endogen disebut juga variabel terikat di
dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan mana variabel ini dipengaruhi atau dijelaskan oleh
pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan variabel Eksogen. Variabel Endogen dalam penelitian
mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan ini adalah Realisasi Anggaran Belanja Modal. Menurut
dan asset tetap lainnya”. sugiyono variabel Endogen adalah variabel yang
Berdasarkan Keputusan Menteri dalam Negeri dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
nornor 29 Tahun 2002, belanja modal dibagi menjadi: variabel bebas. Variabel Endogen pada penelitian ini
adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan Ekonomi
adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu 1) Bila Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka data
negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang berdistribusi normal.
lebih baik selama periode tertentu. 2) Bila Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka data
Jenis dan Sumber Data penelitian yang dikemukakan tidak berdistribusi normal.
penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Jenis Data
Jenis Data pada penelitian ini kuantitatif, adapun jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
data yang nilainya atau dinyatakan dalam bentuk angka
yang di peroleh dari diperoleh dari Laporan Realisasi
Anggaran APBD periode 2015-2019 dan merupakan Variabel dalam penelitian ini adalah kinerja
data time series. keuangan perusahaan yang diwakili oleh beberapa
2. Sumber Data variabel, yaitu total aset, earning per share dan dividend
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data per share.
kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka yang Jenis dan Sumber Data penelitian yang
termasuk data sekunder, data sekunder ini adalah data dikemukakan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
atau informasi yang di unduh melalui situs Direktorat sebagai berikut:
Jenderal Perimbangan Keuangan Republik Indonesia 1. Sumber Data
(www.djpk.kemenkeu.go.id) dan Data Sekunder, Sumber data sekunder disini
dimaksudkan data yang diperoleh bukan dari sumber
(http://kalteng.bps.go.id/).
utama atau sumber yang berasal dari pihak-pihak yang
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
memberikan data secara tidak langsung yaitu berupa
dilakukan secara dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan
dokumen, brosur dan laporan yang berkaitan dengan
data dengan pengumpulan dokumen-dokumen yang
penelitian ini. Cara memperoleh data merupakan
diperlukan dari internet, buku-buku literature, serta
prosedur yang sistematis dan standar guna memperoleh
penelitian terdahulu.
data kuantitatif. Berdasarkan pengalaman cara yang
paling sering digunakan oleh peneliti guna
Teknik Analisis Data
memperoleh data kuantitatif adalah Laporan keuangan
Skala data yang diperlukan terkumpul selanjutnya
yang.ada di bursa efek Indonesia (Indriantoro
diuji dengan mengunakan stastik skala rasio. Skala rasio
(2011:202)
merupakan skala interval yang memiliki nilai nol mutlak,
2. Jenis Data
sehingga skala rasio dapat dibuat dalam perkalian ataupun
Jenis Data pada penelitian ini kuantitatif, (Sugiyono
pembagian. Skala ini menunjukkan jenis pengukuran yang
2012,180) adapun jenis data yang digunakan dalam
jelas dan akurat.Indikator/parameter yang digunakan
penelitian ini terdiri dari data yang nilainya atau
dalam penelitian ini adalah data yang berada dalam
dinyatakan dalam bentuk angka yang di peroleh dari
Laporan Realisasi APBD Tahun 2015-2019.
Bursa Efek Indonesia adalah data mengenai Total Aset,
1. Analisis Deskriptif
Earning per Share, Dividend per Share dan Harga
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis
Saham.
data dengan cara menggambarkan sampel yang telah
Penelitian ini menggunakan metode regresi linear
ada tanpa penarikan kesimpulan yang berlaku umum
berganda untuk menguji hipotesis dengan alat analisis
atau generalisasi. Pengoperasian statistik deskriptif
statistik berupa software SPSS Versi 21. Pengujian
memberikan suatu gambaran atau deskripsi suatu data
hipotesis dilakukan setelah model regresi linear berganda
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
yang akan digunakan dianggap layak atau bebas dari
varian, maksimum, dan minimum dari masing-masing
pelanggaran asumsi klasik agar hasil pengujian dapat
variabel penelitiaan sehingga secara kontekstual dapat
diinterprestasikan dengan tepat.
lebih mudah dimengerti dan dapat menyajikan
Uji Asumsi Klasik
karakteristik tertentu dari suatu sampel. Dengan
Uji Asumsi Klasik dilakukan untuk mengetahui
demikian, gambaran secara ringkas mengenai data
apakah model regresi yang dibuat dapat digunakan sebagai
penelitian dapat diketahui (Ghozali, 2013:94).
alat prediksi yang baik. Pengujian asumsi klasik meliputi
2. Uji Asumsi Klasik
uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, uji
a. Uji Normalitas
autokorelasi, heterokedastisitas.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji
1. Uji asumsi normalitas, dimana nilai Y didistribusikan
apakah model regresi, variabel Eksogen dan
secara normal terhadap nilai X. Upaya ini dilakukan
variabel Endogen keduanya memiliki distribusi
untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
normal atau tidak. Model regresi yang baik
variabel dependent dan variabel independent atau
adalah memiliki distribusi normal atau mendekati
keduanya mempunyai distribusi normal ataukah
normal (Ghozali, 2013:160).Uji normalitas
tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data
dilakukan dengan meggunakan grafik histogram
normal atau mendekati normal.
dan normal probability plot dimana dilakukan
2. Uji Multikolinearitas
pebandingan distribusikumulatif dari
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
distribusinormal. Dalam uji normalitas ini
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
dilakukan pula One-Sample Kolmogorov
bebas (independen). Model regresi yang baik
Smirnov dengan tingkat signifikansi 0,05. Dasar
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
pengambilan keputusan,
independen. Nilai tolerance yang rendah sama dengan ………………………………………..Persamaan 1
nilai variance inflation factor (VIF) tinggi (karena VIF
= 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk Uji Variabel Dominan
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Untuk mengkaji variabel yang dominan digunakan
Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF >10 indikator koefisien beta standardized dari variabel-variabel
(Ghozali, 2016:105-106). model regresi. Koefisien beta standardized diperoleh dari
3. Uji Autokorelasi hasil perkalian antara koefisien parsial korelasi
Menurut Ghozali (2017:17) uji autokorelasi bertujuan (SDx1/Sdy) dan koefisien variabelnya (bi). Dengan hasil
untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada dari perhitungan Coeffisientsα regresi linier berganda
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t untuk nilai Standardized Coefficients Beta yang lebih
dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 besar maka variabel independen tersebut yang dinyatakan
(sebelumnya). Jika terjadi korlasi, maka dinamakan sebagai variabel yang dominan berpengaruh terhadap
ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena variabel dependen.
observasi lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi
ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu cara Analisis Deskriptif
mendeteksi adanya autokorelasi adalah uji Durbin Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan
Watson (WB test). Uji Durbin Watson hanya untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
autocorrelation) dan mensyaratkan adanya adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
intercept(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada berlaku untuk umum atau generalisasi. Deskripsi variabel
variabel lagi diantara variabel bebas. penelitian adalah bagian Total Aseti hasil penelitian yang
4. Uji Heterokedastisitas berguna untuk menggambarkan tingkat variabel
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji (independen dan dependen) dalam tahun penelitian.
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan Berikut hasil penelitian analisis deskritif pada penelitian
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan ini:
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Tabel-1. Analisis Deskriptif
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Std.
N Minimum Maximum Mean
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah Deviation
yang homoskedastisitas atau tidak terjadi Harga Saham 36 290.00 35150.00 4515.1111 8044.04109
heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk Total Aset 36 -.50 1.50 .2669 .56849
Eaming Per Share 36 .59 8.03 4.8198 1.73471
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu Dividend Per Share 17 1.61 7.25 4.3130 1.39715
dengan melihat grafik scatterplots dan menggunakan Valid N (listwise) 17
Uji Glejser. Analisis dengan grafik plots memiliki
kelemahan yang sangat signifikan oleh sebab itu Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat, variabel Harga
diperlukan uji statistik yang dapat digunakan untuk Saham menunjukkan nilai rata-rata sebesar 4515.1111
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu menggambarkan menghasilkan nilai postif dengan stan
dengan Uji Glejser. (Ghozali,2016:139-141). deviasi sebesar 8044.04109. Pada variabel Total Aset
Model Regresi Linier Berganda menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0.2669
Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian menggambarkan menghasilkan nilai postif dengan stan
ini dilakukan dengan metode resgresi linier berganda yang deviasi sebesar 1.50. Pada variabel Eaming Per Share
digunakan untuk memprediksi seberapa jauh perubahan menunjukkan nilai rata-rata sebesar 4.8198
nilai variabel dependen, bila variabel independen di menggambarkan menghasilkan nilai postif dengan stan
manipulasi/diubah-ubah atau dinaik turunkan (Sugiyono, deviasi sebesar 8.03. PadaVariabel Dividend Per Share
2014:260). serta bantuan program SPSS for Windows menunjukkan nilai rat-rata sebesar 4.3130
Versi.25 dengan persyaratan apabila nilai hitung validitas menggambarkan menghasilkan nilai postif dengan stan
setiap item pernyataan lebih besar dari 0,3 dengan tingkat deviasi sebesar 7.25.
kepercayaan atau signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka
pernyataan tersebut dapat dikatakan valid yaitu bahwa Hasil Uji Asumsi Klasik
pernyataan dalam kuesioner tersebut dapat melakukan Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui ada
fungsi ukurnya. tidaknya normalitas residual, multikolinearitas,
Koefisien Determinasi (R2) autokorelasi, dan heteroskedastis pada model regresi.
Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui Harus terpenuhinya asumsi klasik adalah agar diperoleh
keeratan hubungan antara variabel dependen dengan model regresi dengan estimasi yang tidak bias dan
variabel independen. Semakin besar nilai R2, semakin pengujiannya dapat dipercaya.
tepat model regresi yang dipakai sebagai alat untuk 1. Uji Normalitas Residual
peramalan. Yang berarti semakin besar pula pengaruh Uji normalitas residual digunakan untuk menguji
yang terjadi antara variabel independen dengan variabel apakah nilai residual yang dihasilkan Total Aseti regresi
dependen. Adapun rumus koefisien determinasi terdistribusi normal atau tidak. Dasar pengambilan
adalah sebagai berikut: (Gujarati, 1999:99). keputusan deteksi normalitas dalam penelitian ini
menggunakan grafik dengan melihat penyebaran data pada
sumber diagonal di grafik normal P-P Plot of regression heteroskedastisitas. Dasar kriteria dalam pengambilan
stanTotal Asetdized residual, jika titik-titik menyebar keputusan yaitu:
sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang
residual tersebut telah normal. membentuk suatu pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka
Tabel-2. Uji Normalitas
terjadi heteroskedastisitas)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik
Unstandardized Residual menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu ,
N 17 maka tidak terjadi heteroskedastisitas
Normal Mean .0000000
Parametersa,b Std. Deviation 3230.96398000
Absolute .179
Most Extreme
Positive .179
Differences
Negative -.116
Kolmogorov-Smirnov Z .738
Asymp. Sig. (2-tailed) .647
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Berdasarkan nilai signifikan yang ditunjukkan pada


hasil output SPSS sebesar 0,647 dapat dinyatakan bahwa
data adalah berdistribusi normal, karena memiliki nilai
lebih besar dari taraf signifikan 0,05.
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti antarvariabel independen
yang terdapat dalam model regresi memiliki hubungan
linear yang sempurna atau mendekati sempurna. Pada
model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
sempurna atau mendekati sempurna diantara variabel Gambar-1 Uji Heterokedastisitas
bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah
koefisien korelasi tidak tertentu dan kesalahan menjadi Berdasarkan Gambar 5.4, terlihat bahwa titik-titik
sangat besar. Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah angka
gejala mutikolinearitas umumnya adalah dengan melihat 0 pada sumbu Y, dengan demikian dapat disimpulkan
nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance, bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model
apabila nilai VIF kurang Total Aseti 10 dan Tolerance regresi.
lebih Total Aseti 0,1 maka dinyatakan tidak terjadi
Analisis Regresi Linier Berganda
multikolinearitas. Alat analisis regresi berganda dalam penelitian ini
Tabel-3. Uji Multikolinearitas digunakan untuk menguji pengaruh perubahan rasio
keuangan terhadap Harga Saham untuk periode satu tahun
Model Collinearity Statistics kedepan. Analisis ini menggunakan total aset, Earning Per
Tolerance VIF Share, dan Dividend Per Share sebagai variabel dependen
(Constant) dan perubahan Harga Saham sebagai variabel independen.
Total Aset 0.974 1.026 Seberapa besar variabel independen (total aset, Earning
1
Eaming Per Share 0.281 3.559 Per Share, dan Dividend Per Share) mempengaruhi
Dividend Per Share 0.281 3.558 variabel dependen (Harga Saham) dengan menggunakan
persamaan regresi sebagai berikut:
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa
Tabel-4. Analisis Regresi Linear Berganda
penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinearitas. Total
Aseti tabel diatas dapat disimpulkan hasil Uji Unstandardized Std.
t Sig.
Multikolinearitas melalui Variance Inflation faktor (VIF) Model
Coefficients Coefficients
pada hasil output SPSS versi 21 model regresi ini bebas B
Std.
Beta
masalah Total Aseti Multikolinearitas karena masing- Error
(Constant) 11690.004 2985.865 3.915 .002
masing variabel independen memiliki VIF tidak lebih
Total Aset 3783.135 1504.307 .358 2.515 .026
Total Aseti 10 yaitu X1 sebesar 1.026, X2 sebesar 3.559, 1
Earning Per Share 862.923 1025.555 .223 .841 .415
X3 sebesar 3.558 jika dalam model regresi mempuanyai
Dividend Per Share 2939.209 1209.817 .645 2.429 .030
nilai VIF dibawah 10 dan mempunyai angka Tolerance
mendekati satu. Karena semua pertimbangan dan syarat-
syarat penelitian uji multikolinearitas sudah terpenuhi. Total Aset persamaan tersebut dapat diketahui
3. Uji Heteroskedastisitas bahwa:
Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak 1. Nilai koefisien regresi variabel Total Aset 3783.135
sama pada semua pengamatan di dalam model regresi. adalah positif yang berarti bahwa adanya hubungan
Pada regresi yang baik seharusnya tidak terjadi searah antara variabel bebas dan variabel terikat. Jadi
Apabila total aset naik satu satuan maka harga saham
akan naik sebesar 3783.135
2. Nilai koefisien regresi variabel Eaming Per Share 0,358, variabel X2 memiliki nilai 0,223, variabel X3
862.923 adalah positif, yang berarti bahwa tidak memiliki nilai sebesar 0.645 dengan demikian variabel
adanya hubungan searah antara variabel bebas dan yang berpengaruh dominan terhadap Harga Saham adalah
variabel terikat. Jadi apabila earning per share naik variabel Dividend Per Share (X3)
satu satuan maka harga saham akan naik sebesar 5. Koefisien Determinasi
862.923 Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur
3. Nilai koefisien regresi variabel Dividend Per Share seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
2939.209 adalah positif yang berarti bahwa adanya variasi variable dependen. R2 menunjukkan koefisien
hubungan searah antara variabel bebas dan variabel determinasi. angka ini akan diubah ke bentuk persen,
terikat. Jadi apabila devidend per shara naik satu artinya persentase sumbangan pengaruh variabel Harga
satuan maka harga saham akan naik sebesar 2939.209 Saham, Total Aset Eaming Per Share, Dividend Per Share,
terhadap variabel Dividend Per Share. Nilai R2 merupakan
Hasil Uji Hipotesis persentase sumbangan pengaruh variabel independen
Adapun untuk menguji signifikan tidaknya hipotesis terhadap variabel dependen.
tersebut digunakan uji hipotesis sebagai berikut:
Tabel-6. Koefisien Determinasi
1. Uji F (Pengujian secara simultan)
Uji koefisien regresi secara bersama-sama (Uji F) R Adjusted R Std. Error of the
untuk menguji signifikansi pengaruh variabel Harga Model R
Square Square Estimate
Saham, Total Aset, Eaming Per Share, Dividend Per
Share, secara bersama-ssama terhadap variabel Dividend 1 .862a .743 .683 3584.43271
Per Share. Pengujian menggunakan signifikansi 0,05
dengan membandingkan antara nilai kritis F tabel dengan a. Nilai R dengan nilai sebesar 0,862 atau 86,2% adalah
F hitung. koefisien korelasi yang menunjukkan tingkat hubungan
antara variabel X1, X2, dan X3 dengan variabel Y.
Tabel-5. Uji F Nilai korelasi tersebut menunjukkan tingkat hubungan
yang sangat tinggi karena berada di antara 0,800
Model Sum of df Mean Square F Sig. sampai dengan 1,000 (berdasarkan tabel intrepretasi r).
Squares b. Nilai Adjusted R Square model regresi ini adalah
sebesar 0,683 yang menunjukkan bahwa variasi atau
Regression 481986816.629 3 160662272.210 12.505 .000b naik-turunnya Variabel Dependen (Y) dipengaruhi
1 Residual 167026051.841 13 12848157.834 oleh Variabel Independen (X) sebesar 68,3% dan 31,7
% dipengaruhi oleh variabel lain.
Total 649012868.471 16

Berdasarkan hasil uji F pada Tabel diatas diketahui Analisis Pengaruh Variabel Penelitian
bahwa nilai Sig. = 0,000 lebih kecil Total Aseti 0,05 yang Total Aset, Earning Per Share Dan Dividend Per Share
artinya semua variabel independen secara simultan Berpengaruh Secara Simultan Terhadap Harga Saham
(bersama-sama) memiliki pengaruh yang signifikan Perusahaan Perdagangan Yang Go Public Di Bursa
terhadap variabel dependen, sehingga model regresi dapat Efek Indonesia
digunakan untuk memprediksi variabel dependen. Berdasarkan hasil uji F pada Tabel diatas diketahui
2. Uji t (Pengujian secara parsial ) bahwa nilai Sig. 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang artinya
Merupakan pengujian signifikansi untuk mengetahui semua variabel independen secara simultan (bersama-
apakah masing-masing Total Aset, Eaming Per Share, sama) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Dividend Per Share, berpengaruh secara signifikan variabel dependen, sehingga model regresi tidak dapat
terhadap variabel Harga Saham, dengan tingkat signifikan digunakan untuk memprediksi variabel dependen.
5%. Kemudian Nilai R dengan nilai sebesar 0,862 atau 86,2%
3. Berdasarkan hasil uji t yang tercantum pada tabel 5.5 adalah koefisien korelasi yang menunjukkan tingkat
diatas, maka dapat dilihat bahwa: hubungan yang sangat tinggi. Nilai Adjusted R Square
a. X1 didapatkan nilai sig. = 0,026 (Nilai Sig. < 0,05) model regresi ini adalah sebesar 0,683 yang menunjukkan
artinya secara parsial berpengaruh signifikan terhadap bahwa variasi atau naik-turunnya Variabel Dependen
variabel Y. Dividend Per Share dipengaruhi oleh Variabel Harga
b. X2 didapatkan nilai sig. = 0,415 (Nilai Sig. > 0,05) Saham, Total Aset, Eaming Per Share Dan Dividend Per
artinya secara parsial tidak berpengaruh signifikan Share sebesar 68,3%
terhadap variabel Y. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban
c. X3 didapatkan nilai sig. = 0,030 (Nilai Sig. < 0,05) jangka panjang semakin rendah Total Aset akan
artinya secara parsial berpengaruh signifikan terhadap berdampak pada peningkatan harga saham dan juga
variabel Y. perusahaan akan semakin baik dalam membayar
4. Uji Dominan kewajiban jangka panjang. Informasi peningkatan total
Pengujian variabel bebas dengan model regresi linier aset akan diterima pasar sebagai sinyal buruk yang akan
berganda menggunakan nilai Standardized Coefficients memberikan masukkan negatif bagi investor dalam
Beta. Dengan penentuan hasil, semakin tinggi nilai Beta, pengambilan keputusan membeli saham. Hal ini membuat
maka semakin besar pengaruhnya terhadap variabel permintaan dan harga saham menurun. Hasil penelitian ini
terikat. Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasanah &
variabel X1 memiliki nilai standarized coefficient sebesar Aini (2019) serta Astrid Amanda (2013)70 menyatakan
bahwa DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham
Hasil pengujian) menunjukkan bahwa earning per Menurut Syamsuddin (2009:19) mengatakan bahwa
share (EPS) berpengaruh positif signifikan terhadap harga “Total aset turnover merupakan rasio yang menunjukkan
saham. Earning Per Share merupakan rasio yang tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva
mengukur jumlah rupiah atau keuntungan dari setiap perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan
lembar saham. Pada umumnya motif investor adalah ingin tertentu”. Menurut Susan Irawati (2006:52) Total Aset
memperoleh keuntungan yang sebesar – besarnya. Turnover merupakan “Rasio yang digunakan untuk
Sehingga investor sangat berkepentingan dengan besarnya mengukur seberapa besar efektivitas pemanfaatan aktiva
Earning Per Share dan rasio ini merupakan laba akrual dalam menghasilkan penjualan suatu perusahaan.
dalam suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai EPS maka 2. Earning Per Share Berpengaruh Secara Parsial
semakin baik karena perusahaan mempunyai laba yang Terhadap Harga Saham Perusahaan Perdagangan Yang
tinggi. Perusahaan dengan nial EPS yang semakin tinggi Go Public Di Bursa Efek Indonesia
akan menarik minat investor karena EPS menandakan laba
yang berhak didapatkan oelh pemegang saham atas Earning Per Share didapatkan nilai sig. 0,415 (Nilai
satulembar saham yang di milikinya, sehingga semakin Sig. > 0,05) artinya secara parsial tidak berpengaruh
tinggi EPS suatu perusahaan berarti maka semakin tinggi signifikan terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan
pula return saham syariahnya. Hasil pengujian diperoleh bahwa variabel Earning Per Share tidak dapat digunakan
bahwa Total aset, EPS, DPS berpengaruh terhadap harga sebagai dasar untuk menentukan naik turunnya harga
saham, EPS berpengaruh terhadap harga saham. saham. Ini berarti bahwa investor tidak melihat EPS
Total Aset, Earning Per Share Dan Dividend Per Share sebagai keputusan untuk membeli saham, kemudian
Berpengaruh Secara Parsial Terhadap Harga Saham investor cenderung tidak menggunakan analisis
Perusahaan Perdagangan Yang Go Public Di Bursa fundamental dalam pengambilan keputusan melainkan
Efek Indonesia investor menggunakan kelompok referensi, pengalaman
1. Total Aset Secara Parsial Terhadap Harga Saham dan mengikuti pergerakan Bandar (spekulasi) dalam
Perusahaan Perdagangan Yang Go Public Di Bursa berinvestasi menunjukkan bahwa faktor psikologi dari
Efek Indonesia investor mengambil peranan yang cukup penting dalam
Total Aset didapatkan nilai sig. 0,026 (Nilai Sig. < pengambilan keputusan investasi.
0,05) artinya secara parsial berpengaruh signifikan Perusahaan sering kali tidak membagikan
terhadap variabel harga saham. Hal ini menunjukkan keuntungan yang diperoleh dalam bentuk dividen kepada
bahwa variabel total aset turnover (TATO) dapat pemegang saham, dimana tujuan para investor
digunakan sebagai dasar untuk menentukan naik turunnya menanamkan modalnya selain mengharapkan return yang
harga saham. Hal ini terjadi karena investor diperoleh dari capital again adalah untuk mendapatkan
mementingkan banyaknya jumlah penjualan suatu return yang diperoleh dari dividen. Perusahaan tidak
perusahaan yang telah diperoleh perusahaan sebagai membagikan dividen, misalnya dikarenakan keadaan
pertimbangan dalam membeli saham suatu perusahaan. perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang serius
Total Aset Turn Over menunjukkan kemampuan sehingga tidak memungkinkan untuk membayar dividen,
perusahaan dalam mengelola seluruh aset atau investasi ataupun adanya kebutuhan dana yang sangat besar karena
untuk menghasilkan penjualan. Semakin besar nilai ratio investasi yang sangat menarik sehingga harus menahan
ini maka semakin tinggi harga saham karena investor seluruh pendapatan untuk membelanjai investasi tersebut.
menilai perusahaan mampu mengelola aset yang dimiliki Hasil pengujian menunjukkan bahwa earning per
dengan baik share (EPS) berpengaruh positif signifikan terhadap harga
Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban saham. Earning Per Share merupakan rasio yang
jangka panjang semakin rendah Total Aset akan mengukur jumlah rupiah atau keuntungan dari setiap
berdampak pada peningkatan harga saham dan juga lembar saham. Pada umumnya motif investor adalah ingin
perusahaan akan semakin baik dalam membayar memperoleh keuntungan yang sebesar – besarnya.
kewajiban jangka panjang. Informasi peningkatan total Sehingga investor sangat berkepentingan dengan besarnya
aset akan diterima pasar sebagai sinyal buruk yang akan Earning Per Share dan rasio ini merupakan laba akrual
memberikan masukkan negatif bagi investor dalam dalam suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai EPS maka
pengambilan keputusan membeli saham. Hal ini membuat semakin baik karena perusahaan mempunyai laba yang
permintaan dan harga saham menurun. Hasil penelitian ini tinggi. Perusahaan dengan nial EPS yang semakin tinggi
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasanah & akan menarik minat investor karena EPS menandakan laba
Aini (2019) serta Astrid Amanda (2013)70 menyatakan yang berhak didapatkan oelh pemegang saham atas
bahwa DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham. satulembar saham yang di milikinya, sehingga semakin
Mengukur pengembalian atas total aktiva setelah tinggi EPS suatu perusahaan berarti maka semakin tinggi
bunga dan pajak. Hasil pengembalian atas total aktiva atau pula return saham syariahnya. Hasil penelitian ini di
total investasi menunjukkan kinerja manajemen dalam dukung oleh penelitian yang dilakukan Watung & Ilat
menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. (2016), Setiawan & Rojasari (2017) dan Hasanah & Ainni
Perusahaan dalam mengharapkan adanya hasil (2019) yang menyatakan bahwa EPS berpengaruh
pengembalian yang sebanding dengan dana yang terhadap harga saham.
digunakan. Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan 3. Dividend Per Share Berpengaruh Secara Parsial
dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai Terhadap Harga Saham Perusahaan Perdagangan Yang
salah satu ukuran keefektifan, maka semakin tinggi hasil Go Public Di Bursa Efek Indonesia
pengembalian, semakin efektiflah perusahaan (Dewi
Astuti, 2004: 37). Dividend Per Share didapatkan nilai sig. 0,026 (Nilai
Sig. < 0,05) artinya secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel harga saham. Hal ini menunjukkan ini profitabilitas diukur dengan TATO Dengan kata lain,
bahwa variabel Dividend Per Share dapat digunakan semakin tinggi TATO yang dihasilkan suatu perusahaan,
sebagai dasar untuk menentukan naik turunnya harga maka semakin tinggi pula dividen yang dibayarkan kepada
saham pemegang saham perusahaan tersebut. Sebagai aturan
Dividend Per Share mempunyai nilai yang tinggi umum, kebijakan dividen dibagikan karena perusahaan
bagi investor daripada pendapatan modal. Karena menghasilkan keuntungan yang relatif tinggi dari kegiatan
Dividend Per Share lebih pasti daripada pendapatan operasinya. Investor menginvestasikan modal di
modal. Harga saham perusahaan sangat ditentukan oleh perusahaan yang membayar pengembalian ekuitas secara
dividen yang dibagikan, artinya semakin tinggi dividen teratur. Semakin tinggi TATO maka semakin tinggi pula
yang dibagikan, semakin tinggi pula harga saham kebijakan dividen perusahaan. Kemampuan suatu
perusahaan. perusahaan untuk membayar devidend berkaitan dengan
Dividend per share (DPS) merupakan rasio yang kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
mengukur seberapa besar dividen yang dibagikan Pengembalian yang diharapkan menentukan pilihan relatif
dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar pada untuk membagikan keuntungan tersebut kepada pemegang
tahun tertentu. Rasio ini memberikan gambaran mengenai saham perusahaan dalam bentuk dividend.
seberapa besar laba yang dibagikan dalam bentuk dividen
kepada pemegang saham untuk tiap lembar saham
Dengan peningkatan Dividend per share (DPS) KESIMPULAN DAN SARAN
menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada
taraf kemakmuran investor dan mendorong investor untuk bab 5, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai
menambah jumlah modal yang ditanam pada perusahaan. berikut:
Makin tinggi nilai Dividend per share (DPS) akan 1. Total Aset, Earning Per Share Dan Dividend Per Share
menggembirakan pemegang saham karena semakin besar Berpengaruh Secara Simultan Terhadap Harga Saham
laba yang disediakan untuk pemegang saham dan Perusahaan Perdagangan Yang Go Public Di Bursa
berakibatkan meningkatnya laba maka harga saham akan Efek Indonesia. Kemudian Nilai R dengan nilai sebesar
mengalami kenaikan. 0,862 atau 86,2% adalah koefisien korelasi yang
menunjukkan tingkat hubungan yang sangat tinggi
Total Aset, Earning Per Share Dan Dividend Per Share 2. Total Aset didapatkan nilai sig. 0,026 (Nilai Sig. <
Berpengaruh Dominan Terhadap Harga Saham 0,05) artinya secara parsial berpengaruh signifikan
Perusahaan Perdagangan Yang Go Public Di Bursa terhadap variabel harga saham. Hal ini menunjukkan
Efek Indonesia bahwa variabel total aset turnover (TATO) dapat
digunakan sebagai dasar untuk menentukan naik
Pengujian ini menggunakan nilai Standardized turunnya harga saham. Earning Per Share didapatkan
Coefficients Beta. Dengan penentuan hasil, semakin tinggi nilai sig. 0,415 (Nilai Sig. > 0,05) artinya secara parsial
nilai Beta, maka semakin besar pengaruhnya terhadap tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
variabel terikat. Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui Hal ini menunjukkan bahwa variabel Earning Per
bahwa variabel Total Aset memiliki nilai standarized Share tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk
coefficient sebesar 0,358, variabel Earning Per Share menentukan naik turunnya harga saham. Dividend Per
memiliki nilai 0,223, variabel Dividend Per Share Share didapatkan nilai sig. 0,026 (Nilai Sig. < 0,05)
memiliki nilai sebesar 0.645 dengan demikian variabel artinya secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
yang berpengaruh dominan terhadap Harga Saham adalah variabel harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel Dividend Per Share Penelitian ini sejalan dengan variabel Dividend Per Share dapat digunakan sebagai
tiori Agus Saltono (2015: 281) dasar untuk menentukan naik turunnya harga saham
Ketika perusahaan membayar dividen lebih banyak, 3. Total Aset memiliki nilai standarized coefficient
investor dapat menafsirkannya sebagai sinyal harapan sebesar 0,358, variabel Earning Per Share memiliki
manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan di nilai 0,223, variabel Dividend Per Share memiliki nilai
masa depan, dan kebijakan dividen mempengaruhi Tato. sebesar 0.645 dengan demikian variable yang
Kebijakan dividen melibatkan dua pihak dengan berpengaruh dominan terhadap harga saham adalah
kepentingan yang berbeda: pemegang saham dan variable dividend per share.
perusahaan itu sendiri. Rasio Pembayaran Dividen (DPR)
menentukan jumlah keuntungan yang dibagikan dalam Berdasarkan hasil penelitian diatas dengan melihat
bentuk dividen tunai dan laba ditahan sebagai sumber indikator dari variable yang ada, maka saran-saran yang
pendanaan. Hal ini juga menunjukkan bahwa persentase dapat disampaikan sebagai berikut:
keuntungan perusahaan yang dibayarkan kepada 1. Bagi Perusahaan dapat meningkatkan efesiensi
pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen tunai, penggunaan keseluruhan atau total aktiva perusahaan
karena dividen kurang dari menggambarkan rasio (total aset turnover) agar maksimal dalam
pembayaran dividend. karena Semakin tinggi tingkat menghasilkan suatu penjualan dan tidak
dividen, semakin banyak keuntungan investor tetapi memungkinkan akan adanya pengeluaran biaya lain
cadangan internal perusahaan menurun, melemahkan sehingga perusahaan dapat memperoleh laba yang
keuangan internalnya. Sebaliknya, tingkat dividen yang diharapkan oleh investor dan sesuai dengan tingkat
kecil merugikan investor (pemegang saham), tetapi pengembalian laba (return on equity) yang diharapkan
keuangan internal perusahaan lebih kuat. oleh. investor. Selain itu dengan meningkatkan kinerja
Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian Rasyid
(2020) menemukan kebijakan dividen. Dalam penelitian
keuangan perusahaan dapat membuat investor tertarik
untuk berinvestasi
2. Bagi calon Investor dapat menggunakan total aset
turnover dan Dividend Per Share sebagai acuan dalam
melakukan investasi. Tetapi hendaknya investor juga
melakukan analisa pada indikator atau faktor lain,
karena terdapat indikator lain yang dapat
mempengaruhi harga saham, walaupun dalam
penelitian ini total aset turnover dan Dividend Per
Share berpengaruh baik secara simultan maupun
parsial.
3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk
menggunakan sampel lebih banyak dengan
kerakteristik yang lebih beragam dan menggunakan
sektor yang berbeda dengan tahun peneliti yang
berbeda

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang
tua dan bapak/ibu dosen yang telah memberi dukungan
dalam bentuk finansial, fasilitas, atau legalitas terhadap
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Atmaja, Lukas, S., 2003, Manajemen
Keuangan, Edisi Revisi, Penerbit Andi,
Yogyakarta.

[2] Awat, N. J., 1999, Manajemen Keuangan


Pendekatan Matematis, PT. Gramedia
Puataka Utama, Jakarta.

[3] Baridwan, Zaki, 1992, Akuntansi Keuangan


Intermediate, Edisi Keenam, Penerbit BPFE,
Yogyakarta.

[4] Bursa Efek Indonesia, 2020, Indonesian


Capital Market Directory, 2019 dan 2018,
Penerbit Indonesia Stock Exchange (Bursa Efek
Indonesia), Jakarta.

[5] Fakhruddin, M dan M. Sopian Hadianto, 2001,


Perangkat dan Model Analisis Investasi di
Pasar Modal, Buku Kesatu, Penerbit PT. Elex
Media Kompurindo Kelompok Gramedia,
Jakarta.

[6] Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar,


Cetakan Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta

[7] Husnan Suad, 1994, Dasar-Dasar Manajemen


Keuangan, UPP, AMP YPKN, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai