Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENGARUH PDRB, UPAH MINIMUM

PROVINSI, DAN INVESTASI TERHADAP


PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PULAU JAWA
TAHUN 2010-2017

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Moch Yefri Firmansah


155020107111027

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALISIS PENGARUH PDRB, UPAH MINIMUM PROVINSI, DAN


INVESTASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PULAU
JAWA TAHUN 2010-2017

Yang disusun oleh :


Nama : Moch Yefri Firmansah
NIM : 155020107111027
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 15 Agustus 2019

Malang, 15 Agustus 2019


Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. M. Pudjihardjo, SE., MS.


NIP. 195204151974121001
Analisis Pengaruh PDRB, Upah Minimum Provinsi, dan Investasi terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja di Pulau Jawa Tahun 2010-2017

Moch Yefri Firmansah


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: mohjefri.mj@gmail.com

ABSTRAK

Angkatan kerja merupakan potensi sumber daya manusia yang menjanjikan untuk mendukung
proses pembangunan negara. Namun, dapat terjadi permasalahan ketika pertumbuhan angkatan
kerja yang pesat tidak dapat terserap pada lapangan kerja yang ada, sehingga dapat menimbulkan
pengangguran. Pulau Jawa sebagai pusat perekonomian negara Indonesia terdapat angkatan kerja
sebanyak 73,9 juta jiwa dengan penyerapan tenaga kerjanya sebesar 69,5 juta jiwa, sehingga masih
menyisakan pengangguran sebesar 4,4 juta jiwa (BPS, 2018). Kurang meratanya penyerapan
tenaga kerja tersebut mengindikasikan beberapa sektor belum dapat menjalankan fungsinya dengan
baik, sehingga kesejahteraan masyarakat di Pulau Jawa masih perlu diperbaiki lagi. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum
Provinsi (UMP), dan investasi terhadap penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa tahun 2010-2017.
Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan analisis regresi data panel dengan menggunakan
program Eviews 9.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel PDRB dan UMP
berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan variabel investasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Salah satu penyebab upah tidak
signifikan adalah dikarenakan pergerakan upah tidak langsung mempengaruhi penyerapan tenaga
kerja. Selain itu, sektor pertambangan merupakan sektor yang lebih banyak menyerap tenaga kerja
outsourcing yang tingkat upahnya tidak sesuai dengan upah sektoral yang ditentukan, melainkan
sesuai dengan perjanjian atau kontrak yang telah disepakati oleh kedua pihak (perusahaan dan
tenaga kerja).

Kata kunci: Penyerapan Tenaga Kerja, Produk Domestik Regional Bruto, Upah Minimum Provinsi,
dan Investasi.

A. PENDAHULUAN
Dalam bidang ketenagakerjaan, tenaga kerja sebagai sumber daya untuk menjalankan proses
produksi serta distribusi barang dan jasa menjadi faktor penting dalam pembangunan ekonomi,
sehingga dapat dikatakan bahwa tenaga kerja merupakan motor penggerak pembangunan negara
(Suroto, 1992). Persoalan pada ketenagakerjaan selalu berkaitan dengan kesempatan kerja, karena
hal tersebut menjadi salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan ekonomi suatu
negara. Dengan tersedianya kesempatan kerja tersebut, maka masyarakat dapat melakukan kegiatan
ekonomi yang menjadi sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu,
dalam proses pembangunan ekonomi, negara dituntut agar mampu menyediakan lapangan kerja
yang cukup untuk mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja.
Pulau Jawa sebagai pusat perekonomian bagi negara Indonesia memiliki penduduk mencapai
56,5 persen dari total penduduk nasional. Dengan begitu, jumlah angkatan kerja di Pulau Jawa juga
sangat besar yang mencapai 73,9 juta jiwa (BPS, 2018). Angkatan kerja merupakan potensi sumber
daya manusia yang menjanjikan untuk mendukung proses pembangunan negara. Namun, dapat
terjadi permasalahan ketika pertumbuhan angkatan kerja yang pesat tidak dapat terserap pada
lapangan kerja yang ada, sehingga dapat menimbulkan pengangguran. Menurut BPS, penyerapan
tenaga kerja di Pulau Jawa sebesar 69,5 juta jiwa, dengan masih menyisakan pengangguran sebesar
4,4 juta jiwa (BPS, 2018). Tingkat pengangguran di Pulau Jawa yang masih tergolong besar tersebut
disebabkan beberapa sektor yang masih belum bisa menjalankan fungsinya dengan baik menjadi
pemicu kurang meratanya penyerapan tenaga kerja yang ada. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa
kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat di Pulau Jawa masih perlu diperbaiki lagi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan angka
pengangguran di Indonesia. Indikator untuk melihat kinerja dan pertumbuhan ekonomi suatu negara
dapat diukur oleh Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat nasional dan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) di tingkat daerah. PDRB dapat mempengaruhi jumlah angkatan kerja yang bekerja
dengan asumsi apabila nilai PDRB meningkat, maka jumlah nilai tambah output atau penjualan
dalam seluruh unit ekonomi disuatu wilayah akan meningkat. Semakin besar output atau penjualan
yang dilakukan perusahaan maka akan mendorong perusahaan untuk menambah permintaan tenaga
kerja agar produksinya dapat ditingkatkan untuk mengejar peningkatan penjualan yang terjadi
(Feriyanto, 2014).
Dilihat dari sisi perekonomiannya, Pulau Jawa memberikan kontribusi yang sangat besar bagi
PDB nasional dibandingkan wilayah luar Jawa, sehingga Pulau Jawa memiliki peran yang sangat
penting bagi perekonomian secara nasional. Kontribusi PDRB Pulau Jawa terhadap PDB nasional
selalu bernilai lebih dari 50 persen, dengan rata-rata kontribusinya sebesar 57,86 persen selama
periode 2010-2017 (BPS, 2018). Hal ini disebabkan industri-industri kecil/sedang/besar sebagian
besar terkonsentrasi di Pulau Jawa. Sesuai dengan teori Keynes bahwa untuk mengurangi
pengangguran tenaga kerja di suatu wilayah diperlukan peningkatan pengeluaran agregat melalui
pertumbuhan PDRB di wilayah tersebut. Maka dari itu, perkembangan ekonomi melalui
pertumbuhan PDRB dapat menjadi sarana dalam penyediaan lapangan pekerjaan untuk menyerap
tenaga kerja yang tersedia.
Namun pada kenyataannya, besarnya pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa ternyata tidak
diimbangi dengan pertumbuhan tenaga kerja yang terserap di lapangan kerja. Dalam kurun waktu
tahun 2010 sampai 2017 pertumbuhan PDRB di Pulau Jawa mengalami perlambatan (BPS, 2018).
Perlambatan pertumbuhan PDRB di Pulau Jawa tersebut tentunya akan berdampak terhadap
penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut ditunjukkan dalam delapan tahun terakhir, pertumbuhan nilai
PDRB tidak diimbangi dengan pertumbuhan tenaga kerja yang terserap di lapangan usaha, dimana
pertumbuhannya cenderung fluktuatif. Kondisi tersebut menunjukkan adanya keterbatasan daya
serap perekonomian dari aspek pertumbuhan ekonomi dibandingkan pertumbuhan penyerapan
tenaga kerja. Maka dari itu, kurang maksimalnya pertumbuhan tenaga kerja yang terserap di Pulau
Jawa secara langsung menjadi penyebab dari fenomena tingginya angka pengangguran yang terjadi.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Teori Ketenagakerjaan
Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja
(Labor Force) dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari (1) golongan yang bekerja, (2)
golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang
dapat tertampung untuk bekerja pada suatu perusahaan atau suatu instansi. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS), penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk
bekerja pada suatu unit usaha atau lapangan pekerjaan. Penyerapan tenaga kerja dapat sama atau
lebih kecil dari kesempatan kerja yang tersedia. Bila penyerapan tenaga kerja sama dengan
kesempatan kerja maka tidak akan ada pengangguran. Tetapi jika penyerapan tenaga kerja lebih
kecil dari kesempatan kerja maka akan memunculkan pengangguran kerja.
Keputusan pengusaha dalam menentukan input yang dibutuhkan tergantung kepada kemampuan
dan perkembangan produksi perusahaan. Dengan kata lain, pertambahan permintaan pengusaha
terhadap tenaga kerja dan modal tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap
barang yang diproduksinya. Maka dari itu, permintaan akan input disebut sebagai permintaan
turunan (derived demand), artinya pengusaha berproduksi karena ingin memenuhi permintaan
konsumen (Bellante dan Jackson, 1983). Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba.
Laba yaitu selisih antara pendapatan dengan biaya. Biaya yang dikeluaran oleh perusahaan meliputi
biaya modal dan biaya tenaga kerja. Perusahaan akan berupaya menggunakan jumlah tenaga kerja
yang optimal. Dalam kaitannya dengan konsep permintaan, permintaan tenaga kerja diartikan
sebagai jumlah tenaga kerja yang diminta perusahaan pada berbagai macam alternatif tingkat upah.
(Bellante dan Jackson, 1983).
PDRB dan Hubungannya terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Menurut BPS, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan penjumlahan seluruh
komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai
aktivitas produksinya di suatu wilayah tertentu (provinsi dan kabupaten/kota), dan dalam satu kurun
waktu tertentu (satu tahun kelender). Adanya istilah bruto mempunyai arti bahwa komponen
penyusutan sudah dimasukkan dalam perhitungannya. Indikator yang sering dipakai untuk menilai
kinerja perekonomian maupun pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah PDB, sedangkan
indikator untuk melihat kinerja ekonomi suatu wilayah dalam suatu negara tertentu digunakan
PDRB.
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat memerlukan tenaga kerja tambahan sebagai faktor
produksi untuk memenuhi permintaan agregat yang meningkat. Kondisi seperti ini terutama akan
terjadi pada struktur perekonomian yang bersifat padat karya (labour intensive). Apabila struktur
perekonomian suatu wilayah adalah padat modal (capital intensive), maka pertumbuhan ekonomi
hanya akan meningkatkan kebutuhan modal dan tidak akan menyerap banyak tenaga kerja. Pada
dasarnya PDRB merupakan output dari kegitan suatu perekonomian. Menurut teori yang
dikemukakan Keynes bahwa untuk mengurangi pengangguran tenaga kerja di suatu wilayah
diperlukan peningkatan pengeluaran agregat (output) melalui pertumbuhan PDRB di wilayah
tersebut (Sukirno, 2006). Pasar tenaga kerja hanya akan mengikuti apa yang terjadi di pasar barang.
PDRB dapat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dengan asumsi apabila nilai PDRB
meningkat maka jumlah nilai output atau penjualan dalam seluruh unit ekonomi di suatu daerah akan
meningkat. Semakin besar output yang diproduksi perusahaan maka akan mendorong perusahaan
untuk menambah tenaga kerja agar produksinya dapat ditingkatkan untuk mengejar peningkatan
penjualan. Hal tersebut secara langsung dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja (Feriyanto,
2014).
UMP dan Hubungannya terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi nomor 7 tahun 2013 menerangkan
definisi upah minimum adalah suatu penerimaan bulanan terendah (minimum) sebagai imbalan dari
pengusaha yang diberikan kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau
dilakukan dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu
persetujuan atau peraturan perundang-undangan serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja
antara pengusaha dengan karyawan termasuk tunjangan, baik untuk karyawan itu sendiri maupun
untuk keluarganya.
Sumarsono (2003) menyatakan bahwa upah merupakan sumber utama penghasilan seorang
pekerja, sehingga upah harus cukup memenuhi kebutuhan pekerja dan keluarganya dengan wajar.
Batas kewajaran tersebut dalam Kebijakan Upah Minimum di Indonesia dapat dinilai dan diukur
dengan kebutuhan hidup minimum (KHM) atau biasa disebut dengan Kebutuhan Hidup Layak
(KHL). Namun kenyataannya justru menunjukkan bahwa hanya sedikit perusahaan yang secara
sadar dan sukarela terus menerus berusaha meningkatkan penghidupan karyawannya, terutama
pekerja golongan yang paling rendah.
Upah merupakan salah satu biaya produksi yang harus dikeluarkan produsen sebagai balas jasa
atas kegiatan produksi yang dilakukan tenaga kerja. Perubahan upah dapat mempengaruhi
penyerapan tenaga kerja. Secara umum naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi
perusahaan, yang selanjutnya akan meningkatkan harga per unit barang yang diproduksi. Konsumen
akan merespon apabila terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak
lagi mau membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak barang yang tidak terjual, dan
terpaksa produsen menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target produksi, mengakibatkan
berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan (Sumarsono, 2003).
Investasi dan Hubungannya terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Investasi adalah pengeluaran untuk membeli barang modal dan peralatan produksi dengan tujuan
untuk mengganti atau menambah barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa di masa depan, dengan perkataan lain investasi adalah kegiatan
perbelanjaan untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam perekonomian (Sukirno, 2006).
Menurut Mankiw (2007) Investasi merupakan salah satu komponen dari pembentukan pendapatan
nasional atau PDB, sehingga pertumbuhan investasi akan berdampak pada pertumbuhan pendapatan
nasional. Pada hakekatnya, investasi merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi. Investasi
dapat dilakukan oleh swata, pemerintah atau kerjasama antara pemerintah dan swasta. Investasi
merupakan suatu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan untuk jangka panjang dapat menaikkan standar hidup masyarakatnya
Dalam perekonomian makro kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan
pendapatan nasional. Peningkatan permintaan agregat tersebut akan memicu peningkatan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang kemudian akan diikuti pertambahan kebutuhan akan tenaga kerja
untuk proses produksi (Sukirno, 2006). Teori ini sejalan dengan pemikiran Keynes bahwa kurangnya
permintaan agregat akan menghalangi terjadinya kegiatan produksi, Dalam jangka pendek,
permintaan agregat harus ditingkatkan jika ingin meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
Multipliernya akan lebih besar jika peningkatan permintaan agregat berasal dari peningkatan
investasi, yakni tersedianya kapasitas produksi berupa modal fisik yang belum digunakan.

C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menekankan pada pengujian teori melalui
variabel-variabel penelitian dengan angka, selanjutnya variabel-variabel akan dianalisa dan diuji
menggunakan prosedur statistik. Variabel dependen yaitu Penyerapan Tenaga Kerja (Y), sedangkan
variabel independen, yaitu PDRB AHDB (X1), Upah Minimum Provinsi (X2), dan Investasi (X3).
Populasi yang berkaitan dengan penelitian ini adalah enam Provinsi yang ada di Pulau Jawa,
yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur. Sedangkan,
sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah data Penyerapan Tenaga Kerja, PDRB AHDB,
Upah Minimum Provinsi, dan Investasi. Dalam penelitian ini data yang akan digunakan merupakan
data sekunder yang berjenis data time series dari tahun 2010-2017 (8 tahun) dan data cross section
di enam Provinsi di Pulau Jawa. Hasil dari kombinasi data time series dan cross section
menghasilkan 48 observasi.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis statistik deskriptif dan regresi
data panel dengan menggunakan Fixed Effect Model yang diolah melalui software EViews 9 untuk
mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen. Adapun persamaan Fixed Effect Model
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
𝑳𝑵𝑩𝑬𝑲𝑬𝑹𝑱𝑨 𝒊𝒕 = 𝜶 + 𝜷𝟏𝑳𝑵𝑷𝑫𝑹𝑩 𝒊𝒕 + 𝜷𝟐𝑳𝑵𝑼𝑴𝑷 𝒊𝒕 + 𝜷𝟑𝑳𝑵𝑰𝑵𝑽 𝒊𝒕 + 𝜶𝒊 + 𝒆𝒊𝒕
Keterangan:
BEKERJA = Penyerapan Tenaga Kerja (Jiwa)
α = Konstanta
β1, β2, β3 = Koefisien masing-masing variabel independent
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (Rupiah)
UMP = Upah Minimum Provinsi (Rupiah)
INV = Investasi (Rupiah)
αi = Crosssectional Effect / Efek Individu ke-i
t = 1, 2, 3,…,8 (data time-series, tahun 2010-2017)
i = 1, 2, 3,...,6 (data cross-section Provinsi di Pulau Jawa)
e = Error term
Model persamaan regresi dengan menggunakan model logaritma natural (LN) memiliki
keunggulan, yaitu transformasi LN digunakan ketika terdapat hubungan tidak linier antara variabel
independen dengan variabel dependen, dengan membuat hubungan yang tidak linier dapat
digunakan dalam model linier. Selain itu, transformasi LN dapat mengubah data yang awalnya
berdistribusi menceng (tidak normal) menjadi atau mendekati normal. (Gujarati dan Porter, 2012).
Untuk menganalisis bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, maka
dilakukan uji hipotesis seperti uji Koefisien Determinasi (R-square), uji Koefisien Regresi secara
Simultan (Uji-F), dan uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji-T).

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Analisis Regresi
Analisis data panel dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PDRB, Upah
Minimum Provinsi dan Investasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Pulau Jawa tahun 2010-
2017. Berdasarkan hasil pemilihan model yang telah dilakukan, maka model yang terbaik untuk
digunakan dalam penelitian yaitu fixed effect model. Langkah selanjutnya yaitu mengestimasi regresi
panel. Hasil estimasi regresi data panel menggunakan fixed effect model dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1. Hasil Uji Regresi Data Panel Fixed Effect Model

Sumber : Data sekunder, diolah, 2019


Berdasarkan hasil analisis regresi metode fixed effect model pada tabel 1 diperoleh persamaan
sebagai berikut:
𝑳𝑵𝑩𝑬𝑲𝑬𝑹𝑱𝑨 𝒊𝒕 = 𝟕, 𝟐𝟎𝟎𝟖𝟗𝟒 + (𝟎, 𝟑𝟐𝟓𝟐𝟒𝟑)𝑳𝑵𝑷𝑫𝑹𝑩 𝒊𝒕 + (−𝟎, 𝟏𝟕𝟔𝟎𝟒𝟓)𝑳𝑵𝑼𝑴𝑷 𝒊𝒕
+ (𝟎, 𝟎𝟎𝟐𝟐𝟏𝟒)𝑳𝑵𝑰𝑵𝑽 𝒊𝒕 + 𝜶𝒊 + 𝒆𝒊𝒕
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (R-square) dalam
penelitian sebesar 0.999159 atau sebesar 99,9 persen. Hal itu berarti bahwa kemampuan variabel
bebas yaitu PDRB, Upah Minimum Provinsi dan Investasi dalam menjelaskan variabel terikat yaitu
Penyerapan Tenaga Kerja di Pulau Jawa adalah sebesar 99,9% sedangkan sisanya 0,1% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
Selanjutnya, berdasarkan tabel 1 diatas, hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Koefisien
Regresi secara Simultan (nilai probabilitas F-statistik) sebesar 0,0000 dimana nilai ini lebih kecil
dari tingkat signifikansi alpha α(0,05). Maka variabel independen yakni PDRB, Upah Minimum
Provinsi dan Investasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yakni
Penyerapan Tenaga Kerja di Pulau Jawa tahun 2010-2017.
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 1 dapat diketahui hubungan variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial. Nilai koefisien konstanta atau parameter adalah sebesar 7,200894,
yang berarti bahwa ketika variabel PDRB (X1), Upah Minimum Provinsi (X2), dan Investasi (X3)
dianggap konstan (nol), maka penyerapan tenaga kerja (Y) yang terjadi sebesar 7,200894 persen.
Nilai koefisien regresi PDRB (X1) adalah sebesar 0,325243 dengan nilai probabilitas 0,0018
kurang dari α(0,05), maka variabel PDRB berhubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa tahun 2010-2017. Jika nilai PDRB meningkat sebesar 1
persen maka penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa akan meningkat sebesar 0,325243 persen.
Nilai koefisien regresi Upah Minimum Provinsi (X2) adalah sebesar −0,176045 dengan nilai
probabilitas 0,0237 kurang dari α(0,05), sehingga variabel UMP berhubungan negatif dan
berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa tahun 2010-2017. Jika nilai
UMP meningkat sebesar 1 persen maka penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa akan mengalami
penurunan sebesar -0,176045 persen.
Nilai koefisien regresi Investasi (X3) adalah sebesar 0,002214 dengan nilai probabilitas 0,7524
lebih dari α(0,05), jadi variabel Investasi berhubungan positif dan tidak berpengaruh signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa tahun 2010-2017.
Pembahasan
PDRB memberikan kontribusi tertinggi diantara variabel lainnya terhadap penyerapan tenaga
kerja di Pulau Jawa. Hal ini terlihat pada nilai koefisien yang diperoleh dari hasil estimasi. Hasil
dalam penelitian ini sesuai dengan teori awal karena pada dasarnya PDRB merupakan output dari
kegiatan suatu perekonomian. Menurut teori yang dikemukakan oleh Keynes bahwa pasar tenaga
kerja hanyalah mengikuti apa yang terjadi di pasar barang. Apabila output yang diproduksikan naik,
maka jumlah orang yang dipekerjakan juga naik (Sukirno, 2006). Permintaan barang dan jasa akan
menuntut tingkat output yang harus diproduksi oleh perusahaan sehingga berdampak pada
kebutuhan penggunaan inputnya (tenaga kerja). Karena permintaan input merupakan derived
demand dari permintaan output, yang artinya permintaan akan input baru terjadi bila ada permintaan
akan output maka hal inilah yang melatarbelakangi perusahaan atau industri untuk berproduksi..
Penyerapan tenaga kerja akan meningkat jika sektor yang mempekerjakan banyak orang untuk
menghasilkan barang dan jasa yang relatif besar pula. Untuk itu pertumbuhan ekonomi yang
menurut ekonomi makro dicerminkan dari pertumbuhan PDRB hendaknya diarahkan kepada sektor-
sektor yang dapat menyerap tenaga kerja yang lebih besar. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ferdinan (2011) bahwa varibel PDRB dalam penelitian tersebut berpengaruh
signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja.
Upah Minimum Provinsi yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja di Pulau Jawa sesuai dengan hipotesis awal. Upah merupakan biaya produksi yang harus
dikeluarkan perusahaan sebagai balas jasa atas kegiatan produksi yang dilakukan tenaga kerja. Hal
ini menunjukkan adanya efek substitusi dari upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja dari
berbagai jenis pekerja. Dengan adanya kenaikan tingkat upah minimum maka perusahaan akan
mengurangi sebagian tenaga kerja yang kurang terdidik atau kurang terampil untuk digantikan
dengan pekerja yang lebih terdidik dan terampil. Hal ini juga menunjukkan bahwa setelah adanya
kenaikan upah minimum perusahaan mengubah proses produksi yang padat tenaga kerja dengan
proses produksi yang lebih padat modal dan lebih menuntut keterampilan. Karena adanya saling
keterkaitan antara modal dan keterampilan, maka proporsi pekerja dengan keterampilan yang tinggi
menunjukkan adanya pemanfaatan teknologi yang lebih padat modal. Hasil ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan Ricky (2016) bahwa varibel Upah Minimum Provinsi dalam penelitian
tersebut berpengaruh signifikan dan negatif terhadap penyerapan tenaga kerja.
Hasil analisis regresi menunjukan bahwa Investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa. Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ricky (2016), Wasilaputri (2016), Furqon (2014) yang mendapatkan hasil penelitian bahwa
varibel investasi dalam penelitiannya tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori yang selama ini berlaku.
Ketidaksesuaian teori tersebut dengan hasil penelitian ini dikarenakan meskipun nilai investasi di
Pulau Jawa berjumlah besar, tetapi investasi tersebut bersifat padat modal atau capital intensive.
Dimana sifat investasi padat modal ini cenderung mengakibatkan perusahaan berusaha mencari
keuntungan maksimal dengan cara meminimalkan biaya produksi salah satunya dengan cara
mengganti sumber daya manusia dengan keberadaan teknologi yang dinilai lebih efisien. Tidak
adanya pengaruh investasi terhadap penyerapan tenaga kerja dimungkinkan karena kebanyakan
perusahaan dalam menggunakan investasinya lebih cenderung untuk melakukan pembelian barang
modal berbentuk mesin-mesin sebagai pendukung proses produksi perusahaan yang bertujuan untuk
memperbaiki kualitas produksi dan meningkatkan produktivitas dari barang dan jasa yang lebih
efektif dan efisien, akibat dari penggunaan mesin tersebut maka penyerapan tenaga kerja menjadi
rendah.

E. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka disimpulkan dalam penelitian sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa adalah variabel Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), dan Upah Minimum Provinsi (UMP). Sedangkan variabel Investasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa. Varibel yang paling
dominan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa adalah Produk Domestik
Regional Bruto karena memiliki nilai koefisien tertinggi.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa. Hal tersebut dikarenakan pada dasarnya PDRB
merupakan output dari kegitan suatu perekonomian. Apabila output yang diproduksikan naik,
maka jumlah orang yang dipekerjakan juga naik Hal ini dapat dikaitkan dengan konsep fungsi
produksi, yang menyatakan bahwa menaikkan output hanya dapat tercapai apabila input (tenaga
kerja) ditingkatkan penggunaannya.
3. Meningkatnya Upah Minimum Provinsi (UMP) akan berdampak pada penurunan jumlah
penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa. Hal tersebut dikarenakan upah merupakan biaya bagi
perusahaan dalam kegitan produksi, sehingga tingkat upah yang tinggi akan menurunkan
kemampuan perusahaan dalam memberi upah kepada pekerjanya. Akibatnya perusahaan akan
menggunakan lebih sedikit tenaga kerja untuk menekan biaya produksi.
4. Investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa. Hal
tersebut dikarenankan investasi yang dilakukan di Pulau Jawa bersifat padat modal. Bagi
perusahaan, teknik padat modal ini umumnya menggunaan alat produksi dengan teknologi
tinggi dan memiliki produktivitas serta efisiensi yang lebih baik, sehingga untuk menghasilkan
output yang sama besar, hanya memerlukan lebih sedikit tenaga kerja yang dipekerjakan. Hal
tersebut terlihat dari proporsi investasi terbesar terdapat pada sektor sekunder dan tersier yang
mencerung mengandalkan teknologi dan mesin. Meskipun dalam investasi yang bersifat padat
modal masih memerlukan permintaan tenaga kerja, namum permintaannya terlalu kecil.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan tersebut, maka beberapa saran yang dapat
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau output riil perlu ditingkatkan karena
variabel tersebut terbukti mampu menyerap tenaga kerja di Pulau Jawa. Maka diharapkan
pemerintah daerah dan pihak perusahaan atau swasta terus mengupayakan perbaikan kinerja
pada setiap sektor perekonomian sehingga dapat mendorong dan memacu lagi pertumbuhan
ekonomi khususnya pertumbuhan output.
2. Kenaikan upah yang tinggi ternyata bisa berdampak pada penurunan penyerapan tenga kerja.
Maka dari itu, pemerintah perlu mengawasi perilaku upah itu sesuai dengan mekanisme pasar
tenaga kerja dengan sesekali melakukan kontrol. Selain itu, pemerintah hendaknya melakukan
perencanaan dan pertimbangan yang lebih matang dalam menetapkan upah minimum
sewajarnya sesuai standar biaya hidup. Langkah yang lebih realistis adalah dengan menetapkan
upah minimum sewajarnya yang diikuti dengan peningkatan skill pekerja agar produktivitasnya
dapat meningkat sebanding dengan kenaikan upah minimum.
3. Iklim investasi di Pulau Jawa yang sangat tinggi merupakan sebuah peluang yang menjanjikan,
akan tetapi investasi tersebut sifatnya padat modal dan tidak terlalu berdampak terhadap
penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa. Maka dari itu, kedepannya diharapkan pemerintah
hendaknya lebih selektif dalam memberikan ijin investasi yang akan direalisasikan bagi para
investor, dimana iklim investasi diharapkan mengarahkan ke sektor yang lebih padat karya yang
mana dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga
jurnal ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Dosen Ilmu
Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas
Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA
Akmal, Roni. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di
Indonesia. Skripsi. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Indonesia 2017. Jakarta: BPS Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Indonesia 2017. Jakarta: BPS Indonesia.
Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia. 2017. Realisasi Investasi PMDN dan
PMA Tahun 2017. Jakarta: BKPM RI.
Bellante, Don dan Jackson, Mark. 1983. Ekonomi Ketenagakerjaan. Jakarta: LP FE UI.
Ferdinan, Hery. 2011. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, PDRB, dan Upah Riil terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja di Sumatera Barat. Skripsi. Bogor: Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Feriyanto, Nur. 2014. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Indonesia. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
Furqon. 2014. Analisis Pengaruh PDRB, Upah Minimum, Jumlah Unit Usaha dan Investasi terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Industri Manufaktur di Kabupaten Gresik Tahun
1998-2012. Skripsi. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Gujarati, Damodar dan Porter, Dawn. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat.
Kuncoro, Mudrajat. 2011. Perencanaan Daerah, Bagaimana Membangun Ekonomi Lokal, Kota dan
Kawasan. Jakarta: Salemba Empat.
Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Tiga. Jakarta: Salemba Empat
Nicholson, Walter. 1999. Mikro Ekonomi Intermediates dan Aplikasinya. Jakarta: Erlangga.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Upah Minimum.
https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id diakses pada 15 Juni 2019.
Perdana, D. 2008. Analisis Pengaruh PDRB Sektor Pertanian, Sektor Industri dan Sektor Jasa
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Timur (Studi Kasus Tahun 2002-
2004). Skripsi. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Pratomo, S. Devanto dan Saputra, M. Putu. 2011. Kebijakan Upah Minimum Untuk Perekonomian
yang Berkeadilan, Tinjauan UUD 1945. Journal of Indonesian Applied Economics, Vol. 5
(No. 2): 269-285.
Pratomo, S. dkk. 2013. Penyerapan Tenaga Kerja dan Dampaknya terhadap Produk Domestik
Regional Bruto. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 14 (No. 2): 147-159.
Putra, Rizky D. 2018 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri
Kreatif (Subsektor Industri Kreatif Subsektor Fashion: Industri Jeans Di 7 Kota Di
Indonesia). Skripsi. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Raharja, P. dan Mandala, M. (2008). Teori Ekonomi Makro, Suatu pengantar. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Ricky, Muhammad. 2016. Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat Upah, dan
Investasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Jawa Timur Tahun 2009-2014. Skripsi.
Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Yuniasto, Andreas R. 2016. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja
di Satuan Wilayah Pembangunan Gerbangkertosusila Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-
1014. Skripsi. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Rosalina, Rina. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia.
Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Sholeh, Maimun. 2005. Dampak Kenaikan Upah Minimum Propinsi terhadap Kesempatan Kerja
(Studi Kasus Propinsi Jawa Tengah). Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Vol. 2 (No. 2).
Simanjuntak, Payaman. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: FE UI.
Sukirno, Sadono. 2006. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2013. Mikroekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sumarsono, Sony. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suroto. 1992. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
https://www.hukumonline.com diakses pada 20 Juni 2019.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.
http://www.jdih.kemenkeu.go.id diakses pada 20 Juni 2019.
Wahyudi, Setyo Tri. 2017. Statistika Ekonomi: Konsep, Teori, dan Penerapan. Malang: UB Press.
Wasilaputri, Febryana Rizqi. 2016. Pengaruh Upah Minimum Provinsi, PDRB dan Investasi
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Pulau Jawa Tahun 2010-2014. Skripsi. Yogyakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Wihastuti, Latri dan Rahmatullah, Henny. 2018. Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Penyerapan
Tenaga Kerja di Pulau Jawa. Jurnal Gama Societa, Vol.1 (No.1): 96 – 102.

Anda mungkin juga menyukai