Anda di halaman 1dari 63

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN

DI PROVINSI INDONESIA (BENGKULU, ACEH DAN SUMATERA SELATAN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

ALMAYA ELVIRA

NIM.170430051

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

LHOKSEUMAWE

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumatera merupakan salah satu pulau yang ada di Indonesia dan merupakan pulau

keenam terbesar didunia. terdapat 10 provinsi di pulau sumatera yaitu meliputi Aceh, Sumatera

Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepulauan

Bangka Belitung dan Lampung. Salah satu tugas pemerintah yang wajib dijalankan sesuai

dengan amanah peraturan perundang-undangan yaitu penanggulangan dan pemberdayaan

masyarakat. Kedua hal tersebut mencakup aspek yang sangat luas, baik aspek ekonomi, sosial

dan budaya bahkan politik. Penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat

merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesjahteraan masyarakat.

Di setiap Negara atau daerah tingkat kesejahteraan masyarakatnya bervarian, dimana

tingkat kesejahteraan masyarakat merupakan cerminan dari pembangunan nasional dari suatu

Negara. Dapat dikatakan suatu daerah mengalami pembangunan apabila tingkat kesejahteraan

masyarakat atau kesejahteraan umum meningkat. Ini sesuai dengan salah satu tujuan

pembangunan Indonesia yang tercantum dalam perundang-undangan pada alinea keempat yaitu

memajukan kesejahteraan umum. tingkat kesejahteraan tersebut dapat diukur dari tingkat

kemiskinan. Terdapat hubungan negatif antara tingkat kesejahteraan umum dengan tingkat

kemiskinan, dimana semakin menurunnya tingkat kemiskinan maka kesejahteraan umum akan

meningkat. Maka perlu perhatian dari pemerintah untuk melakukan pengentasan kemiskinan

dengan semaksimal mungkin, dan juga harus ada kesadaran diri dalam setiap pribadi masyarakat

bahwa bukan pemerintah yang sepenuhnya bertanggung jawab untuk menciptakan lapangan
kerja, tetapi masyarakat itu sendiri harus berusaha untuk menciptakan lapangan kerja sendiri

salah satunya dengan cara berwirausaha. Dengan satu orang berwirausaha maka akan bisa

merekrut tenaga-tenaga kerja lainnya yang diperlukan dalan usahanya.

Kriminalitas merupakan sebuah tindak kejahatan atau segala sesuatu yang melanggar hukum.

Kekerasan dan kriminalitas membuat masyarakat terbebani dan resah karena dimana-mana

sering terjadinya kejahatan, kekerasan ini akibat dari sebagian masyarakat atau individu yang

tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, baik itu kebutuhan pangan, sandang maupun papan,

Akibatnya beberapa orang menjadi buntu pikirannya dalam berusaha untuk memenuhi kebutuhan

tersebut, lalu mengakibatkan terjadinya pencurian, perampokan bahkan pembunuhan. Fenomena

tersebut sudah menjadi tugas pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja yang merata atau

membantu mendanai usaha-usaha yang sedang berjalan agar jangkauan usaha tersebut lebih luas,

selain itu pelatihan keterampilan juga sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya

manusia, dengan itu masyarakat akan berfikir untuk melakukan usaha kreatif, sehingga

pengangguran menurun. Terdapat hubungan yang positif antara pengangguran dan kemiskinan.

Yang berarti menurunnya pengangguran juga diikuti dengan turunnya tingkat kemiskinan.

Kemiskinan menurut World Bank merupakan keadaan dimana seseorang individu atau

kelompok yang memiliki pendapatan kurang dari standart ratio tingkat kemiskinan yang telah

ditetapkan oleh World Bank. Sedangkan menurut BPS, untuk mengukur kemiskinan BPS

menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan

pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebabgai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, jadi

penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan

dibawah garis kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah turun temurun yang sudah jadi
penyakit yang terjadi di semua Negara terutama di Indonesia sampai tingkat provinsi, kabupaten

bahkan pedesaan. Dari segala cara yang telah dirancang dan disusun sepasti mungkin hingga saat

ini masyarakat masih banyak yang berpendapatan dibawah garis kemiskinan yang telah

ditetapkan. Ini berarti menjelaskan bahwa kabijakan yang di ambil oleh pemerintah tidak efisien

untuk menuntaskan kemiskinan apalagi laju pertumbuhan penduduk terus meningkat secara

signifikan dari waktu ke waktu.

Kemiskinan merupakan masalah yang selalu dihadapi setiap daerah di semua Negara,

khususnya di Negara berkembang seperti tanah air kita Indonesia. Hal ini disebabkan oleh

adanya keterbelakangan dan ketertinggalan Sumber Daya Manusia sehingga menyebabkan

tingkat produktivitas rendah. Rendahnya produktivitas menggambarkan rendahnya penghasilan /

pendapatan yang diterima sehingga tabungan juga ikut rendah, tabungan merupakan komponen

dari investasi, terdapat hubungan positif antara tabungan dan investasi yang berarti apabila

tabungan rendah maka investasi juga rendah yang akan berakibat pada rendahnya akumulasi

modal sehingga penciptaan lapangan kerja tidak meningkat yang mengakibatkan pengangguran

semakin tinggi dan diikuti dengan angka kemiskinan yang tinggi pula.

Untuk mengurangi angka kemiskinan tidak cukup dengan menciptakan lapangan kerja

saja, kenapa? Karena suatu perusahaan maupun individu yang menjalankan usahanya harus

memiliki produktivitas yang tinggi, memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan tubuh

yang fit atau kesehatan yang baik agar bisa mengelola usahanya dalam waktu yang lama bahkan

selama hidupnya dengan baik. Nah bayangkan jika seseorang atau perusahaan yang membuka

usaha atau pemerintah yang membuka lapangan kerja kemudian dikelola oleh individu atau

kelompok yang tingkat produktivitas dan Sumber Daya Manusia yang rendah, kesehatan tubuh

yang buruk akan mengakibatkan usaha yang dijalankan tidak maju/lancar, hal ini dikarenakan
oleh tingkat daya saing yang rendah sehingga usaha yang sedang dijalankan tersebut tidak

memperoleh keuntungan, bahkan kemungkinan buruknya akan mengalami kerugian yang

mengakibatkan usaha tidak dapat beroperasi lagi. Hal ini harus sangat diperhatikan dalam

memilih tenaga kerja agar tidak terjadi kerugian di usaha yang dijalankan, yang mengakibatkan

pendapatan rendah dan pengeluaran juga rendah sehingga tingkat kemiskinan semakin

meningkat.

Pendapatan masyarakat seperti tukang bangunan, petani dan lain sebagainya sangat

jarang terjadi peningkatan, dimana tingkat upah baru meningkat setelah bertahun-tahun lamanya.

Sedangkan laju inflasi yang bertambah akan mengakibatkan pendapatan riil masyarakat semakin

rendah, hal ini dikarenakan kenaikan harga barang dan jasa yang tidak diikuti oleh kenaikan

pendapatan. Hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat menambah angka atau persentase

kemiskinan di suatu daerah.

Berikut tingkat kemiskinan di provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan ( dalam

ribu jiwa).

Gambar 1.1

Tahun
Provinsi
2018 2019 2020

Bengkulu 303.55 298 302.58

Bengkulu (%) 15,41% 14,91% 15,03%

Aceh 831.50 809.76 814.91

Aceh (%) 15,68% 15,01% 14,99%


Sumatera Selatan 1.076.40 1.067.16 1.081.58

Sumatera Selatan (%) 12,82% 12,56% 12,66%

Sumber : Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penduduk miskin di Bengkulu naik menjadi

15,03% pada Maret 2020. Penambahan ini menjadikan Bengkulu sebagai provinsi termiskin di

Sumatera. Berdasarkan data BPS Pusat, presentase penduduk miskin di Bengkulu pada

September 2019 yaitu 14,91% dan naik menjadi 15,03% pada Maret 2020. Bila dilihat secara

angka, penduduk miskin di provinsi tersebut meningkat dari 298,00 ribu orang menjadi 302,58

ribu orang. Secara keseluruhan per provinsi di Sumatera, tingkat kemiskinan di Bengkulu

menjadi yang tertinggi. Di posisi kedua yaitu Aceh dengan persentasenya 14,99%. Pada Maret

2020, persentase kemiskinan di Tanah Rencong mengalami penurunan 0,02%. Penurunan ini

terjadi bila dibandingkan dengan September 2019 yaitu 15,01 persen. Provinsi termiskin ketiga

di Sumatera yaitu Sumatera Selatan. Pada Maret lalu, persentase kemiskinan di Sumatera Selatan

meningkat menjadi 12,66% dibandingkan September 2019 yakni 12,56%. Khusus di Aceh,

meski secara persentase menunjukkan penurunan, namun jumlah penduduk miskin di Tanah

Rencong mengalami penambahan sebesar 5,1 ribu orang. Pada Maret 2020 jumlah warga miskin

di Tanah Rencong sebanyak 814,91 ribu orang atau bertambah dibandingkan September 2019

yang sebesar 809,76 ribu orang.

Menurut Badan Pusat Statistik, Indeks pembangunan Manusia (IPM) menjelaskan

bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan,

kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM diperkenalkan oleh United Nations Development

Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan

tahunan Human Development Report (HDR). Menurut (Riadi Muchlisin, 2019) Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan

manusia yang dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat,

pengetahuan dan kehidupan yang layak.

IPM merupakan salah satu factor yang memicu angka kemiskinan di suatu daerah

bertambah meningkat, karena salah satu dimensi dasar dari indeks pembangunan yaitu

pengetahuan, dimana seseorang dengan tingkat pengetahuannya yang rendah maka

produktivitasnya juga ikut rendah sehingga mengakibatkan rendahnya pendapatan yang

dihasilkannya. Pendapatan memiliki hubungan yang positif dengan tabungan, ini berarti jika

pendapatan rendah maka menggambarkan jumlah tabungan yang rendah pula. Tabungan

merupakan salah satu komponen dari investasi sehingga rendahnya tabungan juga

mengakibatkan rendahnya pula investasi. Investasi merupakan akumulasi dari modal, rendahnya

investasi maka rendah pula modal sehingga tidak cukup untuk membuka lapangan kerja.

Dimensi dasar indeks pembangunan manusia lainnya yaitu umur panjang dan sehat. Ini

menjadi hal yang harus diperhatikan, khususnya bagi kita sendiri untuk menjaga tubuh selalu

sehat dan fit sehingga dapat melakukan semua aktivitas dengan maksimal terutama saat sedang

bekerja agar. Jika kondisi kesehatan tubuh terganggu bahkan sampai dalam kondisi yang sangat

serius otomatis tidak dapat bekerja dengan jam kerja penuh sehingga pendapatan yuang

diperoleh akan menurun, menurunnya pendapatan mengakibatkan tingkat konsumsi juga turun.

Konsumsi merupakan salah satu komponen dari PDRB. Sehingga jika PDRB turun maka laju

pertumbuhan ekonomi juga turun dan diikuti dengan meningkatnya kemiskinan.

Standar kehidupan yang layak merupakan salah satu dimensi dasar indeks pembangunan

manusia lainnya. Tingkat standar kehidupan yang layak dapat digambarkan dari tingkat
kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan semakin membaiknya ekonomi. UNDP

mengukur standar kehidupan yang layak dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) riil yang disesuaikan, sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam menghitung standar

kehidupan yang layak menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan

dengan formula Atkinson.

Berikut data indeks pembangunan Manusia di Provinsi Bengkulu, Aceh dan sumatera

selatan.

Gambar 1.2

Tahun
Provinsi
2018 2019 2020

Bengkulu 70,64 71,21 -

Aceh 71,19 71,90 -

Sumatera Selatan 69,39 70,02 -

Sumber : Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa selama tahun 2018-2019 di provinsi

Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan mengalami peningkatan secara signifikan. Indeks

Pembangunan Manusia di Bengkulu sebesar 70,64 pada tahun 2018, meningkat menjadi 71,21

pada tahun 2019 dengan selisih peningkatan sebesar 0,57. Indeks Pembangunan Manusia di

Aceh pada tahun 2018 sebesar 71,19 meningkat menjadi 71,90 pada tahun 2019 dengan selisih

peningkatan sebesar 0,71 selama 1 tahun. Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Selatan

sebesar 69,39 pada tahun 2018 meningkat menjadi 70,02 pada tahun 2019 dengan selisih

peningkatan sebesar 0,63 selama satu tahun. Peningkatan indeks pembangunan manusia tertinggi
dari tiga provinsi di atas (Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan) terdapat di provinsi Aceh yaitu

sebesar 0,71, dan urutan kedua peningkatan IPM terdapat di provinsi Sumatera Selatan yaitu

sebesar 0,63. Diurutan ketiga peningkatan IPM terdapat di provinsi Bengkulu dengan selisih

sebesar 0,57 selama tahun 2018-2019.

Menurut Sukirno (2004: 08) pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam

perekonomian yang secari aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya. Menurut

Zamroni M, S.Pd (2009: 86 “buku kantong ekonomi”). pengangguran terbuka adalah keadaan di

mana orang sama sekali tidak bekerja atau sedang mencari kerja. Untuk memberantas

kemiskinan kita harus terlebih dahulu mengentaskan masalah pengangguran yang sudah menjadi

masalah di setiap daerah di Indonesia. Pengangguran disebabkan karena factor malas bekerja,

tidak adanya kesesuaian antara lowongan pekerjaan dengan pendidikan, tidak cukup syarat untuk

bekerja seperti tidak memiliki ijazah atau gelar sarjana, terbatasnya lapangan kerja, memiliki rasa

takut untuk gagal/bangkrut untuk memulai usaha sendiri dan lain sebagainya.

Pengangguran ditandai dengan banyaknya orang yang tidak bekerja, semakin lama orang

tidak bekerja akan berdampak terhadap semua aspek, baik aspek sosial, budaya, ekonomi bahkan

politik. Karena orang yang sudah lama tidak bekerja atau menganggur akan stress apalagi jika

orang yang sudah berkeluarga dan mempunyai kewajiban untuk menafkahi keluarganya. Dari

aspek sosial ini akan menimbulkan kecemburuan antara orang yang menganggur dengan yang

bekerja sehingga menimbulkan kebencian dalam diri seseorang, sehingga orang yang

menganggur akan memikirkan segala cara untuk menjatuhkan lawannya untuk kepuasan hati

maupun beralih mengambil pekerjaan. dari aspek budaya pengangguran mengakibatkan

kepercayaan orang goyah. Dimana sesuatu akan dibenarka apabila dikasih uang, banyak sekali

kasus yang sering terdengar dimana seseorang menjual kepercayaannya atau mengganti
kepercayaan karena uang. Na’uzubillah. Dari aspek ekonomi, pengangguran akan menurunkan

laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hal ini dikarenakan pengangguran tidak memiliki

pendapatan sehingga tingkat konsumsinya rendah dan PDRB nya juga rendah. Sedangkan dari

aspek politik, pengangguran mengakibatkan rendahnya taraf hidup sehingga kehidupan ekonomi

dan sosial akan memburuk dan berimbas terhadap stabilitas politik. Hal tersebut akan memicu

protes dimana-dimana bahkan memicu aksi demo yang disertai dengan tuntutan-tuntutan

perbaikan oleh pemerintah.

Berikut data tingkat pengangguran terbuka di provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumatera

Selatan

Gambar 1.3

Tahun
Provinsi
2018 2019 2020

Bengkulu 3,51% 3,39% -

Aceh 6,36% 6,20% -

Sumatera Selatan 4,23% 4,48% -

Sumber : Badan Pusat Statistik

Berdasarkan data tingkat pengangguran terbuka di provinsi Bengkulu, Aceh dan

Sumatera Selatan selama tahun 2018-2019 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)

menjelaskan bahwa provinsi Bengkulu dan aceh mengalami penurunan tingkat pengangguran

terbuka. Dimana tingkat pengangguran terbuka di Bengkulu pada tahun 2018 yaitu 3,51% dan

menurun menjadi 3,39% pada tahun 2019, dengan tingkat penurunan yang terjadi dari tahun

2018 ke tahun 2019 yaitu sebesar 0,12%. Tingkat pengangguran terbuka di aceh pada tahun 2018
yaitu 6,36% dan menurun menjadi 6,20% pada tahun 2019, dengan tingkat penurunan yang

terjadi dari tahun 2018 ke tahun 2019 yaitu sebesar 0,16%. Sedangkan di provinsi Sumatera

Selatan mengalami peningkatan tingkat pengangguran terbuka yaitu 4,23% pada tahun 2018

menjadi sebesar 4,48 % pada tahun 2019. Peningkatan tingkat pengangguran terbuka yang terjadi

di sumatera selatan dari tahun 2018 ke tahun 2019 yaitu sebesar 0,25%.

Simon Kuznets menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah keadaan dimana suatu

negara mampu meningkatkan output (hasil produksi ekonomi) berdasarkan kemajuan teknologi

yang diiringi dengan penyesuaian ideologi. Selain dari peningkatan output atau hasil produksi

ekonomi, peningkatan pendapatan daerah dan pendapatan per kapita juga bisa meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, karena jika pendapatan daerah dan pendapatan per kapita bertambah

maka tingkat konsumsi juga bertambah sehingga PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi

meningkat yang akan menurunkanan jumlah kemiskinan.

Menurut Wongdesmiwati (2009) dalam penelitian Andri Nurmalita Suryandari (2017),

menemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat

kemiskinan. Hal ini berarti jika pertumbuhan ekonomi naik maka kemiskinan akan mengalami

penurunan. Hubungan ini menunjukkan pentingnya mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk

menurunkan tingkat kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat keharusan bagi

pengurangan kemiskinan (Siregar, 2008).

Dalam rangka menurunkan angka kemiskinan, sebagian besar kemungkinannya yaitu

dengan cara meningkatkan setinggi mungkin angka pertumbuhan ekonomi dan menarik

sebanyak mungkin investasi modal asing. Tetapi sebenarnya tidak ada jaminan bahwa

kemiskinan akan secara otomatis turun jika kita hanya memfokuskan pada laju pertumbuhan
ekonomi. Karena salah satu komponen PDRB yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, bisa

jadi yang meningkatkan konsumsi itu bukan semua masyarakat, melainkan hanya orang kaya

yang semakin kaya saja. Sehingga laju pertumbuhan ekonomi tidak akan mempengaruhi secara

negatif terhadap tingkat kemiskinan.

Berikut data pertumbuhan ekonomi di provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan

Gambar 1.4

Tahun
Provinsi
2018 2019 2020

Bengkulu 4,99% 4,96% -

Aceh 4,61% 4,15% -

Sumatera Selatan 6,04% 5,71% -

Sumber : Badan Pusat Statistik

Berdasarkan data pertumbuhan ekonomi di provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumatera

Selatan selama tahun 2018-2019 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan

bahwa pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang signifikan selama tahun 2018-2019.

Pertumbuhan ekonomi di provinsi Bengkulu pada tahun 2018 tumbuh sebesar 4,99% dan turun

menjadi 4,96% pada tahun 2019 dengan penurunan sebesar 0,03%. Pertumbuhan ekonomi di

provinsi Aceh pada tahun 2018 tumbuh sebesar 4,61% dan turun menjadi 4,15% pada tahun

2019 dngan penurunan sebesar 0,46%. Pertumbuhan ekonomi di provinsi Sumatera Selatan

tumbuh sebesar 6,04% pada tahun 2018 dan turun menjadi 5.71% pada tahun 2019 dengan

penurunan sebesar 0,33%.


Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah ppenduduk dengan luas

daerah yang ditempati. Jumlah penduduk dalam pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan

permasalahan mendasar, karena pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat

mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembangunan ekonomi yaitu kesejahteraan masyarakat

serta menekan angka kemiskinan (Whisnu Adhi Saputra, 2011). Menurut Nelson dan leibstein

(dikutip dari sadono sukirno, 1983) terdapat pengaruh langsung antara pertambahan penduduk

terhadp tingkat kesejahteraan masyarakat. Nelson dan leibstein menunjukkan bahwa

pertumbuhan penduduk yang pesat di Negara berkembang menyebabkan tingkat kesjahteraan

tidak mengalami perbaikan yang berarti dalam jangka panjang akan mengalami penurunan

kesejahteraan serta peningkatan jumlah penduduk miskin.

tidak selamanya kepadatan penduduk mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat. Bisa

saja kepadatan penduduk malah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu apabila

kepadatan penduduk yang disertai dengan Sumber Daya Manusia yang berkualiatas, tingkat

produktivitas yang tinggi, mempunyai jiwa kewirausahaan, memiliki semangat kerja yang tinggi

dan kreatif akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan laju pertumbuhan

ekonomi meningkat, pendapatan per kapita meningkat, jumlah pengangguran menurun dan

kemiskinan juga akan ikut menurun.

Berikut data kepadatan penduduk di provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan (dalam

jiwa/km²).

Gambar 1.5

Provinsi Tahun
2018 2019 2020

Bengkulu 99 100 -

Aceh 90 93 -

Sumatera Selatan 91 92 -

Sumber : Badan Pusat Statistik

Berdasarkan data jumlah penduduk diatas selama tahun 2018-2019 di provinsi Bengkulu,

Aceh dan Sumatera Selatan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan

bahwa kepadatan penduduk mengalami peningkatan drastis selama tahun 2018-2019. kepadatan

penduduk di provinsi Bengkulu pada tahun 2018 yaitu sebanyak 99 jiwa/km² dan meningkat

menjadi 100 jiwa/km² pada tahun 2019 dengan peningkatan sebanyak 1 jiwa/km² selama periode

tersebut. Kepadatan penduduk di provinsi Aceh pada tahun 2018 yaitu sebanyak 90 jiwa/km²

dan meningkat menjadi 93 jiwa/km² pada tahun 2019 dengan peningkatan sebanyak 3 jiwa/km²

selama periode tersebut. Sedangkan jumlah penduduk di provinsi Sumatera Selatan pada tahun

2018 yaitu sebanyak 91 jiwa/km² dan meningkat menjadi 92 jiwa/km² dengan dengan

peningkatan sebanyak 1 jiwa/km² selama periode 20018-2019.

Pendidikan merupakan unsur yang sangat penting dalam dalam pembangunan,

pertumbuhan dan kesejahteraan suatu daerah, oleh karena itu masalah pendidikan tidak boleh

disepelekan, karena semakin tinggi pendidikan maka semakin meningkat tingkat produktivitas

dan Sumber Daya Manusianya lebih berkualitas, sehingga mengakibatkan pendapatan per kapita

maupun pendapatan nasional bertambah dan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidup

dasarnya sehingga angka kemiskinan akan menurun. bahkan dapat membeli barang-barang

mewah yang akan menambahkan pendapatan nasional sehingga pertumbuhan ekonomi akan

meningkat.
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)

mengamanatkan bahwa pemerintah Negara Indonesia harus melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus

memperhatikan pendidikan dengan semaksimal mungkin agar tercapainya tujuan Negara kita.

Dalam kehidupannya yang fana di era kita ini, pendidikan merupakan factor kebutuhan

yang utama karena pendidikan merupakan salah satu usaha agar manusia mampu

mengembangkan potensi yang ada pada diri manusia melalui proses pembelajaran yang dikenal

dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal

3 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat (3)

menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

nasional yang meningkatkan kaimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh

komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan

Negara Indonesia. Pendidikkan dapat

Berikut data pendidikan yang dilihat berdasarkan rata-rata lama sekolah di provinsi

Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan (dalam tahun)

Gambar 1.6

Tahun
Provinsi
2018 2019 2020
Bengkulu 8,61 8,73 -

Aceh 9,09 9,18 -

Sumatera Selatan 8,00 8,18 -

Sumber : Badan Pusat Statistik

Berdasarkan data rata-rata lama sekolah di provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumatera

Selatan selama tahun 2018-2019 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan

bahwa rata-rata lama sekolah mengalami peningkatan secara signifikan selama tahun 2018-2019

di ketiga provinsi di atas. Di Bengkulu rata-rata lama sekolah pada tahun 2018 yaitu 8,61 tahun

dan meningkat menjadi 8,73 tahun pada tahun 2019 dengan selisih peningkatan sebesar 0,12

tahun. Di Aceh rata-rata lama sekolah pada tahun 2018 yaitu 9.09 tahun dan meningkat menjadi

9,18 tahun pada tahun 2019 dengan selisih peningkatan sebesar 0,09 tahun. Sedangkan rata-rata

lama sekolah di Sumatera Selatan pada tahun 2018 yaitu 8,00 tahun dan mengalami peningkatan

menjadi 8,18 tahun pada tahun 2019 dengan selisih peningkatan sebesar 0,18 tahun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan diuraikan

dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap tingkat kemiskinan di

provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan?

2. Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan di

provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan?

3. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di provinsi

Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan?


4. Bagaimana pengaruh tingkat kepadatan penduduk terhadap tingkat kemiskinan di

provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan?

5. Bagaimana pengaruh rata-rata lama sekolah terhadap tingkat kemiskinan di provinsi

Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap tingkat kemiskinan

di provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan.

2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan

di provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan.

3. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di

provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan.

4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kepadatan penduduk terhadap tingkat kemiskinan di

provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan.

5. Untuk mengetahui pengaruh rata-rata lama sekolah terhadap tingkat kemiskinan di

provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat tTeoritis

a. Penelitian ini dapat memberi kontribusi dan ilmu pengetahuan.


b. Penelitian ini bermanfaat untuk jadi pembanding dengan penelitian yang hampir

sama selanjutnya.

c. Penelitian ini dapat dipakai untuk bahan pembelajaran akademik.

d. Penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi tingkat kemiskinan.

b. Manfaat Dinamis

a. Bagi peneliti, sebagai sarana untuk berlatih dalam pengembangan ilmu pengetahuan,

penulisan karya ilmiah dan sebagai tambahan untuk memperoleh gambaran mengenai

pertumbuhan tingkat IPM, pengangguran terbuka, prtumbuhan ekonomi, pertumbuhan

jumlah penduduk, rata-rata lama sekolah dan kemiskinan. serta melihat pengaruh masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini.

b. Bagi pelajar, sebagai contoh dalam pembuatan karya ilmiah serta sebagai sarana untuk

memperluas wawasan mengenai analisis factor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di

provinsi Bengkulu, Aceh dan sumatera Selatan.

b. Bagi pemerintah, Sebagai tambahan referensi bagi pemerintahan yang terkait seperti

Kementerian Sosial, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, kementerian

pendidikan dan lainnya dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kemiskinan. sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian lebih

dan mengambil kebijakan yang strategis guna untuk mengatasi masalah kemiskinan di

provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan.


BAB 11

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Landasan Teori

Untuk mendukung pembuatan penelitian ini, maka sangatlah perlu untuk disajikan berupa

teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan dan ruang lingkup pembahasan sebgai landasan

dalam pembuatan karya ilmiah ini.

2.1.1 Konsep Kemiskinan

Konsep kemiskinan di Negara maju tentulah sangat berbeda dengan konsep kemiskinan di

Negara berkembang dan terkebelakang, mungkin keluarga yang tidak memiliki televisi atau

kulkas, seseorang yang tidak dapat membayar asuransi kesehatan , anak-anak yang bermain

tanpa alas kaki, seorang yang tidak memiliki telpon genggam, akses internet dan lainnya di

Negara-negara eropa dapat dikatakan miskin, namun tidak demikian di Negara kurang

berkembang seperti Negara-negara Afrika (Maipita, indra. 2013. Memahami dan mengukur

kemiskinan).

2.1.1.1 Pengertian Kemiskinan

Pengertian kemiskinan menurut para ahli, meliputi:

a. Menurut Soerjono Soekanto, kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana

seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan

kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam

kelompok tersebut.
b. Menurut Gillin dan Gillin, Kemiskinan adalah kondisi ketika seseorang tidak dapat

mempertahankan skala hidup yang cukup tinggi untuk memberikan efisiensi fisik dan

mental untuk memungkinkan dia dan keluarganya menjalankan fungsi sebagaimana

mestinya sesuai dengan standar masyarakat baik karena pendapatan yang tidak memadai

ataupun pengeluaran yang tidak bijaksana.

c. Menurut Reitsma dan Kleinpenning, Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu untuk

memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat material maupun non-material.

d. Menurut Suparlan, Kemiskinan adalah standar tingkat hidup yang rendah karena

kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang bila dibandingkan dengan standar

kehidupan yang berlaku di masyarakat sekitarnya.

e. Menurut Friedman, Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk

memformulasikan kekuasaan sosial berupa asset, sumber keuangan, organisasi sosial

politik, jaringan sosial, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan, serta informasi.

f. Menurut Faturachman dan Marcelinus Molo, Kemiskinan adalah ketidakmampuan

seseorang atau beberapa orang (rumah tangga) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

g. Hall dan Midgley Menyatakan kemiskinan dapat didefenisikan sebagai kondisi deprivasi

materi dan sosial yang menyebabkan individu hidup di bawah standar kehidupan yang

layak, atau kondisi di mana individu mengalami deprivasi relatif dibandingkan dengan

individu yang lainnya dalam masyarakat.

Menurut BPS, untuk mengukur kemiskinan BPS menggunakan konsep kemampuan

memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan

dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar

makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan

yang sudah ditentukan oleh Badan Pusat Statistik.

2.1.1.2 Jenis-Jenis Kemiskinan

Secara umum, ada beberapa jenis kemiskinan yang ada di masyarakat. Berikut ini adalah

jenis-jenis dan contoh kemiskinan tersebut:

a. Kemiskinan Subjektif

Jenis kemiskian ini terjadi karena seseorang memiliki dasar pemikiran sendiri dengan

beranggapan bahwa kebutuhannya belum terpenuhi secara cukup, walaupun orang tersebut tidak

terlalu miskin.

Contohnya: pengemis musiman yang muncul di kota-kota besar.

b. Kemiskinan Absolut

Jenis kemiskinan ini adalah bentuk kemiskinan dimana seseorang/ keluarga memiliki

penghasilan di bawah standar kelayakan atau di bawah garis kemiskinan. Pendapatannya tersebut

tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan baik

dirinya maupun keluarganya.

Contoh kemiskinan absolut: keluarga yang kurang mampu.

c. Kemiskinan Relatif
Jenis kemiskinan ini adalah bentuk kemiskinan yang terjadi karena pengaruh kebijakan

pembangunan yang belum menyentuh semua lapisan masyarakat. Kebijakan tersebut

menimbulkan ketimpangan penghasilan dan standar kesejahteraan.

Contohnya: banyaknya pengangguran karena lapangan pekerjaan sedikit.

d. Kemiskinan Alamiah

Ini merupakan kemiskinan yang terjadi karena alam sekitarnya langka akan sumber daya

alam. Hal ini menyebabkan masyarakat setempat memiliki produktivitas yang rendah

Contohnya : Masyarakat di benua Afrika yang tanahnya kering dan tandus

e. Kemiskinan Kultural

Ini adalah kemiskinan yang terjadi sebagai akibat kebiasaan atau sikap masyarakat

dengan budaya santai dan tidak mau memperbaiki taraf hidupnya seperti masyarakat modern.

Contohnya : suku badui yang teguh mempertahankan adat istiadat dan menolak

kemajuan zaman.

f. Kemiskinan Struktural

Kemiskinan ini terjadi karena struktur sosial tidak mampu menghubungkan masyarakat

dengan sumber daya yang ada.

Contohnya : masyarakat papua yang tidak mendapatkan manfaat dari Freeport.


2.1.1.3 Penyebab Kemiskinan

Agar dapat mengetahui sumber masalah kemiskinan dan untuk menjawab siapa atau

penyebab kemiskinan, dijumpai ada dua macam jawab berbeda, yang pertama menyatakan

bahwa kemiskinan adalah kondisi yang disebabkan karena beberapa kekurangan dan kecatatan

individual baik dalam bentuk kelemahan biologis, psikologis maupun kultral yang menghalangi

seseorang memperoleh kemajuan dalam kehidupannya, jawaban kedua menunjuk factor struktual

sebagai penyebabnya, seseorang menjadi miskin karena berada dilingkungan masyarakat yang

mempunyai karakteristik gagal dalam mewujudkan kesempatan memperoleh pendidikan salah

satu contohnya, dikutip dari (Burlian, Zainal Effendi, 2020. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya

Dasar , dan Ilmu Sosial Dasar).

Ada beberapa factor yang menyebabkan kemiskinan, dikutip dari (Burlian, Zainal

Effendi, 2020. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar , dan Ilmu Sosial Dasar).

a. Pendidikan yang terlampau rendah. Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang

dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja dan

berakibat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya.

b. Malas bekerja. Sikap ini merupakan suatu masalah yang cukup memprihatinkan, karena

menyangkut mentalitas dan kepribadian seseorang di mana dalam hidupnya bergantung

pada orang lain.

c. Keterbatasan sumber alam. Kemiskinan akan melanda suatu masyarakat apabila sumber

alamnya tidak membeerikan lagi keuntungan bagi kehidupan, misalnya tanah berbatu-

batu dan tidak menyimpan kekayaaan mineral.


d. Terbatasnya lapangan kerja. Seseorang atau masyarakat harus mampu menciptakan

lapangan kerja baru. Tetapi secara factual hal tersebut kecil kemungkinan, karena

terbatasnya skill dan modal.

e. Keterbatasan modal. Hal ini membawa kemiskinan pada sebagian masyarakat. Seseorang

miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat maupun bahan

dalam rangka menerapkan keterampilan yang dimilikinya.

f. Beban keluarga. Semakin banyak anggota keluarga akan semakin banyak pula beban

yang harus dipenuhi. Seseorang yang mempunyai anggota keluarga yang banyak dengan

usaha peningkatan pendapatan sudah pasti akan menimbulkan kemiskinan.

2.1.1.4 Cara Mengatasinya

Kemiskinan merupakan permasalahan utama yang harus dipecahkan. Penanggulangan

kemiskinan secara sinergis dan sistematis harus dilakukan agar seluruh warga Negara mampu

menikmati kehidupan yang bermatabat. Oleh karena itu, sinergi seluruh pemangku kepentingan

sangat diperlukan. Karena dalam menanggulangi kemiskinan akan sangat dipengaruhi oleh

pendekatan dalam memahami latar belakang dan sumber masalah. Apabila kemiskinan dilihat

sebagai akibat dari cacat dan kelemahan individual maka strategi yang digunakan untuk

pemecahaanya akan lebih ditekankan pada usaha untuk mengubah aspek manusia sebagai

individu atau warga masyarakat. Apabila kemiskinan dianggap merupakan dari kelemahan

structural dan system maka strategi penanganan kemiskinan lebih dititik beratkan pada

perubahan system dan perubahan structural. Pendapat lain yang mengatakan bahwa usaha

memerangi kemiskinan dapat berhasil dengan memberikan bantuan sosial dan member pekerjaan
kepada yang memerlukan. Jadi penanggulangan yang paling baik adalah menghilangkan

penyebab-penyebab kemiskinan itu sendiri, dikutip dari (Burlian, Zainal Effendi, 2020. Ilmu

Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar , dan Ilmu Sosial Dasar)

Dikutip dari (Burlian, Zainal Effendi, 2020. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar ,

dan Ilmu Sosial Dasar). Upaya pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan melalui beberapa

program sebagai berikut:

a. Program Keluarga Harapan (PKH); adalah program perlindungan sosial yang

memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan bagi

keluarga RTSM diwajibkan melaksanakan persyaratan dan ketentuan yang telah

ditetapkan. Program ini, dalam jangka pendek bertujuan mengurangi beban RTSM

dan dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar

generasi, sehingga generasi berikutnya dapat keluar dari perangkap

kemiskinan.pelaksanaan PKH juga mendukung upaya pencapaiannTujuan

Pembangunan Milenium. Lima komponen tujuan MDG’s yang akan terbantu oleh

PKH yaitu: pengurangan penduduk miskin dan kelaparan, pendidikan dasar,

kesetaraan gender, pengurangan angka kematian bayi dan balita dan pengurangan

kematian ibu melahirkan.

b. Bantuan Operasional Sekolah; adalah program pemerintah untuk penyedian

pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar dan menengah pertama

sebagai wujud pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun. BOS diprioritaskan untuk

biaya operasional nonpersonal, meskipun dimungkinkan untuk membiayai beberapa

kegiatan lain yang tergolong dalam biaya personil dan biaya investasi. Tujuan umum
program BOS untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan

dalam rangka wajib belajar Sembilan tahun yang bermutu. Sasaran program BOS

adalah semua siswa (peserta didik) dijenjang sekolah dasar (SD)/madrasah ibtidayah

(MI) dan sekolah menengah pertama(SMP)/madrasah tsanawiyah (MTs), termasuk

sekolah menengah terbuka (SMPT) dan pusat kegiatan belajar mandiri (PKBM) yang

diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di

Indonesia.

c. Program Bantuan Siswa Miskin (BSM); meski dana BOS diharapkan dapat

meningkatkan jumlah keikutsertaan peserta didik, tpi faktanya masih tetap saja ada

siswa yang putus sekolah. Program BSM merupakan Program Nasional yang

bertujuan untuk menghilangkan halangan siswa miskin berpartisipasi untuk

bersekolah dengan membantu siswa miskin memperoleh akses pelayanan pendidikan

yang layak, mencegah putus sekolah, menarik siswa miskin untuk kembali

bersekolah, membantu siswa memenuhi kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran,

mendukung program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (bahkan

hingga tingkat menengah atas), serta membantu kelancaran program sekolah.

d. Kredit Usaha Bersama (KUBE); adalah program yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan anggota KUBE didalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-

hari, ditandai dengan ; meningkatnya pendapatan keluarga; meningkatnya kualitas

pangan, sandang, papan, kesehatan, tingkat pendidikan; meningkatnya kemampuan

anggota KUBE dalam menghadapi masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam

keluarganya maupun dengan lingkungan sosialnya; meningkatnya kemampuan

anggota KUBE dalam menampilkan peranan-peranan sosialnya, baik dalam keluarga


maupun lingkungan sosialnya. Sasaran program KUBE adalah keluarga miskin

produktif (orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan

tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhikebutuhan pokok yang layak bagi

kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian, tetapi tidak

dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan; keluarga miskin

yang mengalami penurunan pendapatan dan kesejahteraannya atau mengalami

penghentian penghasilan.

e. Kartu Perlindungan Sosial (KPS) adalah kartu yang diterbitkan oleh Pemerintah

sebagai penanda Rumah Tangga Miskin. KPS memuat informasi Nama Kepala

Rumah Tangga, Nama Pasangan Kepala Rumah Tangga, Nama Anggota Rumah

Tangga Lain, Alamat Rumah Tangga, Nomor Kartu Keluarga, dilengkapi dengan

kode batang (barcode) beserta nomor identitas KPS yang unik. Bagian depan

bertuliskan Kartu Perlindungan Sosial dengan logo Garuda, dan masa berlaku

kartu.Sebagai penanda Rumah Tangga Miskin, Kartu Perlindungan Sosial ini berguna

untuk mendapatkan manfaat dari Program Subsidi Beras untuk masyarakat yang

berpenghasilan rendah atau dikenal dengan Program RASKIN. Selain itu KPS dapat

juga digunakan untuk mendapatkan manfaat program Bantuan Siswa Miskin (BSM)

dan Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).

f. Dan lain sebagainya.

2.1.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar

pembangunan manusia yang dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang

dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak.

Menurut Badan Pusat Statistik, konsep Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjelaskan

bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan,

kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.IPM diperkenalkan oleh United Nations Development

Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan

tahunan Human Development Report (HDR).

2.1.2.1 Pengertian Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks pembangunan manusia dirumuskan pada tahun 1990 oleh UNDP (United Nations

Development Programme). Menurut UNDP, pembangunan manusia merupakan perluasan

pilihan bagi penduduk (enlarging the choices of people), yang dapat dilihat sebagai proses upaya

kearah perluasan pilihan dan sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut.

Menurut UNDP indeks pembangunan sumber daya manusia dapat ditentukan

menggunakan ukuran kuantitatif yang disebut dengan HDI (Human Development Indeks). HDI

digunakan sebagai tolak ukur pembangunan sumber daya manusia yang dirumuskan secara

konstan. Adapun indicator yang digunakan untuk mengukur ukuran HDI adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Pengukuran IPM

IPM

Umur Panjang Pengetahuan Standar Hidup


dan Hidup Sehat Layak

Angka Harapan Harapan Lama PNB Per Kapita


Hidup Sekolah dan
Rata-Rata Lama
Sekolah

Indeks Kesehatan Indeks Indeks


Pendidikan Pengeluaran

a. Indeks Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat

ditempuh oleh seseorang selama hidup. Perhitungan angka harapan hidup melalui pendekatan tak

langsung (indirect estimation). Jenis data yang digunakan adalah Anak Lahir Hidup (ALH) dan

Anak Masih Hidup (AMH). Indeks harapan hidup dihitung dengan menghitung nilai maksimum
dan nilai minimum harapan hidup sesuai standar UNDP, yaitu angka tertinggi sebagai batas atas

untuk perhitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah adalah 25 tahun.

b. Indeks Pendidikan

Indikator yang digunakan dalam mengukur indeks pendidikan adalah rata-rata lama

sekolah (Mean Years of Schooling - MYS) dan angka melek huruf. Kedua indikator pendidikan

ini dimunculkan dengan harapan dapat mencerminkan tingkat pengetahuan (cerminan angka Lit),

dimana Lit merupakan proporsi penduduk yang memiliki kemampuan baca tulis, sedangkan

cerminan angka MYS merupakan gambaran terhadap keterampilan yang dimiliki penduduk.

c. Indeks Standar Hidup Layak

Dimensi lain dari ukuran kualitas hidup manusia adalah standar hidup layak. Dalam cakupan

lebih luas, standar hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh

penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. UNDP mengukur standar hidup layak

menggunakan Produk Domestik Bruto (PDRB) riil yang disesuaikan, sedangkan BPS dalam

menghitung standar hidup layak menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang

disesuaikan dengan formula Atkinson.

2.1.2.2 Manfaat Indeks Pembangunan Manusia

Menurut Soleha (2016), indeks pembangunan manusia memiliki beberapa manfaat,

antara lain sebagai berikut :

a. Menyadarkan para pengambil keputusan agar lebih terfokus pada pencapaian manusia,

karena IPM diciptakan untuk menjadi hal utama dalam pembangunan sebuah Negara.
b. Mempertanyakan pilihan-pilihan kebijakan suatu Negara. Bagaimana dua Negara yang

tingkat pendapatan perkapitanya sama dapat memiliki ipm yang berbeda.

c. Memperlihatkan perbedaan di antara negara-negara, di antara provinsi-provinsi ( atau

negara bagian), di antara gender, kesukuan dan kelompok sosial ekonomi lainnya.

Dengan memperlihatkan disparitas atau kesenjangan si antar kelompok-kelompok

terseabut, maka akan lahir berbagai debat dan diskusi di berbagai negara untuk mencari

sumber masalah dan solusinya.

Menurut BPS, indeks pembangunan manusia memiliki beberapa manfaat, antara lain sebagai

berikut :

a. IPM merupakan indicator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya

membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).

b. IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/ negara.

c. Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja

pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi

Umum (DAU)

2.1.2.3 Cara Menghitung Indeks Pembangunan Manusia

Menurut Badan Pusat Statistik, setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai

minimum dan maksimum sebelum digunakan untuk menghitung IPM. Rumus yang digunakan

sebagai berikut:

Dimensi Kesehatan
Dimensi pendidikan

Dimensi Pengeluaran

Menurut BPS, IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan,

pendidikan dan pengeluaran.

2.1.3 Pengangguran Terbuka

2.1.3.1 Pengertian Pengangguran Terbuka

Menurut Ida Bagoes Mantra, pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang

sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. berikut adalah pengertian

pengangguran menurut para ahli, antara lain sebagai berikut:


a. Menurut nanga, pengangguran merupakan salah satu keadaan di mana seseorang yang

akan tergolong dalam sebuah kategori angkatan kerja tidak mempunyai pekerjaan dan

juga secara aktif tidak sedang mencari pekerjaan.

b. Menurut sukirno, Pengangguran adalah beberapa jumlah tenaga kerja dalam

perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan akan tetapi belum memperolehnya.

c. Menurut Sadono Sukirno, Pengangguran ialah sesuatu keadaan kekurangan yang dialami

oleh individu dan tidak akan mendapatkan pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan.

d. Menurut Menakertrans, Pengangguran yakni seseorang yang tidak sama sekali

mempunyai sebuah pekerjaan, sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha sendiri,

ataupun orang yang dengan sengaja tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak ada

yang mau mempekerjakannya.

e. Payman J. Simanjuntak, Pengangguran merupakan suatu angkatan kerja yang tidak

mempunyai sebuah pekerjaan sama sekali dan sedang berusaha mencari pekerjaan.

Kalaupun bekerja, mereka ini tidak bekerja lebih dari dua hari dalam seminggu.

2.1.3.2 Jenis-Jenis Pengangguran

Jenis-jenis pengangguran berdasarkan ciri-cirinya menurut Musa AL Jundi 2014) yaitu :

a. Pengangguran terbuka Pengangguran terbuka merupakan pengangguran yang terjadi

karena semakin bertambahnya pertumbuhan tenaga kerja dan masih sedikitnya lapangan

pekerjaan, sehingga banyak tenaga kerja yang tidak memperoleh pekerjaan. Menurut

Badan Pusat Statistika 41 (BPS), pengangguran terbuka merupakan penduduk yang sudah
memasuki usia angkatan kerja namun tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari

pekerjaan, mempersiapkan usaha, ataupun sudah memiliki pekerjaan namun belum

memulai bekerja.

b. Penganggruan tersembunyi Pengangguran tersembunyi merupakan pengangguran dimana

suatu kegiatan ekonomi (kegiatan produksi) yang dilakukan oleh tenaga kerja yang

jumlahnya melebihi jumlah yang seharusnya atau melebihi standart yang ada.

Pengangguran ini biasanya terjadi pada lembaga atau organisasi dimana suatu pekerjaan

yang sebenarnya bisa dilakukan oleh satu orang, namun diposisikan sendiri kepada orang

lain, sehingga menjadi tidak efektif.

c. Pengangguran musiman Pengangguran musiman merupakan pengangguran dimana pada

masa-masa tertentu dalam satu tahun. Pengangguran ini biasanya terjadi di sektor

pertanian, dimana petani akan menganggur saat menunggu masa tanam dan jeda antara

musim tanam dan musim panen.

d. Pengangguran setengah menganggur Pengangguran setengah menganggur merupakan

pengangguran dimana seseorang bekerja dibawah jam kerja normal. Menurut Badan

Pusat Statistik (BPS), jam tenaga kerja normal di Indonesia yaitu 35 jam/minggu,

sehingga tenaga kerja 42 yang bekerja dibawah 35 jam/minggu masuk kedalam golongan

setengah menganggur.

Dikutip dari ( yasin, mohammad dan Sri Ethicawati. 2007. EKONOMI Pelajaran IPS

Terpadu untuk SMP). Selain mengelompokkan pengangguran menjadi pengangguran terbuka,

setengah menganggur dan pengangguran terselubung terdapat pengelompokkan pengangguran

berdasarkan sebabnya, yaitu sebagai berikut :


a. Pengangguran structural, yaitu pengangguran yang disebabkan perubahan dalam

structural ekonomi. Pengangguran structural terjadi ketika ada ketidakseimbangan anatar

lowongan dan pekerja yang menganggur. Biasanya terjadi karena ketidaksesuaian antara

permintaan tenaga kerja yang dibutuhkan dan kemampuan tenaga kerja. Pengangguran

ini dapat terjadi karena masalah geografis, yaitu penganggur berada di wilayah lain yang

berbeda dengan wilayah perusahaan yang membutuhkan. Contohnya terjadinya

perubahan dari negara pertanian ke industri, akan meningkatkan permintaan tenaga-

tenaga industri. Jika kebutuhan tenaga kerja di sector industri tersebut tidak dapat

dipenuhi oleh tenaga kerja yang tersedia, akan terjadi pengangguran structural.

b. Pengangguran siklus atau konjungtur adalah pengangguran sebagai akibat perubahan

tingkat kegiatan perekonomian yang terjadi secara berkala. Pengangguran bersiklus

berkaitan dengan penurunan seluruh kegiatan ekonomi. Misalnya, pada tahun 1997

mengalami krisis ekonomi sehingga kegiatan ekonomi menurun. Akibatnya,

pengangguran bertambah banyak. Jika kegiatan ekonomi kembali meningkat, yang dapat

dilihat dari peningkatan kegiatan produksi barang maupun jasa, permintaan tenaga kerja

juga akan meningkat. Hal tersebut dapat menurunkan tingkat pengangguran.

c. Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang disebabkan oleh adanya perubahan

dari penggunaaan tenaga manusia menjdi mesin (mekanisasi). Ilmu pengetahuan dan

teknologi yang terus berkembang, memungkinkan manusia untuk membuat mesin-mesin

yang dapat menggantikan tenaga manusia, mesin memproduksi lebih banyak dan lebh

cepat sehingga menghemat waktu dan biaya. Akan tetapi, akibat penggunaan mesin,

pemakaian manusia berkurang sehingga menambah jumlah pengangguran.


d. Pengangguran musiman adalah pengangguran secara berkala dalam industri tertentu yang

terjadi pada waktu atau musim tertentu. Contohnya pada sector pertanian. Pada saat

menunggu hasil panen petani menjadi pengangguran. Pada musim hujan, di sector

konstruksi, hanya sedikit kegiatan pembangunan rumah, gedung atau jalan-jalan sehingga

permintaan tenaga kerjanya juga menurun. Industri wisata juga mengalami peningkatan

permintaan tenaga kerja saat musim liburan.

e. Pengangguran friksional atau pengangguran sementara, yaitu keadaan ketika pekerja

untuk sementara menganggur atau sedang tidak bekerja. Misalnya, seseorang yang

menganggur karena berhenti dari pekerjaan lama dan sedang berusaha mendapatkan

pekerjaan baru. Selama menunggu pekerjaan baru, ia terpaksa menganggur terlebih

dahulu untuk beberapa saat.

Dikutip dari ( yasin, mohammad dan Sri Ethicawati. 2007. EKONOMI Pelajaran IPS

Terpadu untuk SMP). Yang termasuk dalam kelompok pengangguran terbuka atau pencari kerja

(unemployment/open unemployment) seperti berikut ini:

a. Orang yang sedang mempersiapkan usaha.

b. Orang yang tidak mencari pekerjaan dikarenakan merasa tidak mungkin mendapatkan

pekerjaan.

c. Orang yang sudah mendapatkan pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Hal ini berkaitan

juga dengan waktu pelaksanaan sensus atau survey dilaksanakan pencacahan tenaga

kerja. Misalnya, seseorang yang sebenarnya punya pekerjaan, namun saat pencacahan

dilakukan orang tersebut sedang tidak bekerja karena sakit, cuti, menunggu panenan dan

mogok kerja.
2.1.3.3 penyebab pengangguran

Dikutip dari (Rivai, Syamsul 2019. Mari Belajar Ekonomi: Buku Peminatan Ilmu Sosial

Kelas XI) Factor-faktor yang menyebabkan pengangguran adalah:

a. Adanya peralihan lahan dari pertanian menjadi kawasan industri dan real estate. Peralihan

ini mendorong peralihan mata pencaharian juga. Bagi yang tidak mempunyai kompetensi

akan kesulitan menghadapinya dan bukan tidak mungkin akan menjadi pengangguran

b. Kawasan industri dianggap sebagai satu-satunya tempat untuk merubah nasib dari yang

miskin menjadi kaya sehingga banyak orang-orang yang dating ke kawasan industri

untuk mencari pekerjaan agar dapat merubah nasibnya

c. Kurangnya lapangan kerja yang tersedia di kawasan industri untuk mencari kerja.

Disebabkan lowongan pekerjaan yang diinginkan oleh pencari pekerjaan sedikit. Sebagai

contoh, banyak orang yang memiliki skill dan pendidikan dibidang obat-obatan

sedangkan lowongan pekerjaan yang sesuai criteria mereka sedikit, sehingga banyak

yang tidak dapat bekerja karena perusahaan yang membutuhkan skill dan pendidikan

mereka sedikit.

d. Kurangnya tingkat pendidikan dan skill bagi pendatang yang ke kawasan industri dalam

mencari pekerjaan. hal ini dapat dilihat dari banyaknya para pencari kerja yang berasal

dari desa, yang datang ke kawasan industri bermodalkan nekat. Sehingga mereka akan

kesulitan untuk mencari pekerjaan karena tidak dibutuhkan oleh perusahaan atau pabrik

karena skill dan tingkat pendidikan yang tidak memenuhi.

e. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap masyarakat yang membutuhkan pekerjaan.

perhatian dari pemerintah sangat penting untuk mengurangi pengangguran dikawasan


indutri, perhatian yang dapat diberikan seperti membuka tempat kurus atau BLK ( Balai

Latihan Kerja) untuk menambah skill dan mempermudah pencarian pekerjaan.

f. Kurangnya informasi, hal inilah yang paling besar pengaruhnya dalam dunia kerja saat

ini, kurangnya informasi dapat menjadi factor yang paling berpengaruh, hal ini

diakibatkan keadaan lingkungan tempat tinggal yang tidak memungkinkan untuk terus

mengupdate informasi tentang lowongan pekerjaan.

2.1.3.4 Dampak Pengangguran

Dikutip dari ( yasin, mohammad dan Sri Ethicawati. 2007. EKONOMI Pelajaran IPS

Terpadu untuk SMP). Pengangguran dapat menimbulkan kerugian bagi perekonomian negara

maupun individu (si penganggur itu sendiri), dampak pengangguran, antara lain adalah sebagai

berikut :

a. Turunnya tingkat kemakmuran masyarakat. Seseorang yang menganggur berarti tidak

mempunyai sumber penghasilan. Akibatnya, ia tidak dapat memenuhi kebutuhannya

secara maksimal.

b. Jika banyak orang yang menganggur berarti banyak orang yang tidak mempunyai

pendapatan sehingga permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa juga sedikit.

Rendahnya permintaan masyarakat berarti tidak ada dorongan bagi sector produksi untuk

meningkatkan kegiatannya. Hal tersebut mengakibatkan kegiatan perekonomian berjalan

lamban.

c. Kemampuan pemerintah untuk menarik pajak sedikit karena pendapatan masyarakat yang

rendah.
d. Dapat menimbulkan masalah sosial maupun politik, misalnya meningkatnya jumlah

penduduk miskin, banyak kejahatan yang dapat timbul, atau meningkatnya kegiatan

ekonomi illegal seperti barang-barang selundupan.

e. Bagi si penganggur sendiri akan mengalami tekanan mental karena merasa tidak berguna

serta menerima pandangan negatif masyarakat.

2.1.4 Pertumbuhan Ekonomi

2.1.4.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan produksi

barang dan jasa, dimana barang dan jasa dihasilkan oleh masyarakat, tujuan lain dari

pertumbuhan ekonomi adalah untuk mensejahterakan rakyat yang dilihat dari pendapatan

Domestik Regional Bruto. (Ratnasari,2017).

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang

bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan

kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan pula bahwa terjadinya

kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologis

terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. (Partisipasi & kerja, 2011).

Dalam analisis Neo-Klasik diyakini bahwa perkembangan factor-faktor produksi dan

kemajuan teknologi merupakan factor utama yang menetukan tingkat pertumbuhan ekonomi

pada suatu masa tertentu dan perkembangannya dari satu waktu ke waktu lainnya.

2.1.4.2 Indikator Pertumbuhan Ekonomi


Menurut Prof.Rahardjo Adisasmita (2014) , menjelaskan bahwa ada beberapa indikator

yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah

sebagai berikut :

a. Ketedikaseimbangan pendapatan

Dalam keadaan yang ideal dimana pendapatan dengan mutlak didistribusikan secara adil,

80 persen populasi terbawah akan menerima 80 persen dari total pendapatan, sedanglkan 20

persen populasi teratas menerima 20 persen total pendapatan. Menurut Perserikatan Bangsa –

Bangsa (PBB) susunan pengelompokkan penduduk diibagi tiga, yaitu 40 persen populasi

terendah, 40 persen populasi sedang, dan 20 persen populasi teratas. Indikator

ketidakseimbangan pendapatan dapat diterapkan untuk menilai keberhasilan pembangunan

ekonomi di suatu wilayah.

b. Perubahan struktur perekonomian

Dalam masyarakat yang maju, pembangunan ekonomi yang dilaksanakan akan

mengakibatkan perubahan struktur perekonomian dimana terjadi kecendrungan bahwa

konstribusi (peran) sektor pertanian terhadap nilai PDRB akan menurun, sedagkan konstribusi

sektor industri akan meningkat . sekktor indsutri memiliki peranan sangat penting dalam

pembangunan nasional dan regional, sektor industri dapat menyediakan lapangan kerja yang

luas, memberikan peningkatan pendapatan kepada masyarakat, menghasilkan devisa yang

dihsilkan dari ekspor. Oleh karena itu , perekonomkian suatu wilayah harus di orientasikan selain

sektor pertanian, tetapi harus pula diorientasikan kepada sektor industri.

c. Pertumbuhan kesempatan kerja


Masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan salah satu masalah yang

strategis dan sangat mendesak dalam pembangunan ekonomi. Dimana tingkat pengangguran

cukup tinggi dan cenderung bertabah luas akibat krisis financial. Negara – negara di dunia.

Untuk mengatasi krisis ekonomi yang sangat luas tersebut , diperlukan peranan pemerintah.

Salah satu langkah strategis yang ditempuh adalah pembangunan prasarana (misalnya jalan).

Pembangunan jalan yang menjangkau ke seluruh kantong – kantong produksi , akan mendorong

peningkatan produksi berbagai komoditas sektor pertanian dalam arti luas (meliputi tanaman

pangan, perkebunan, perikanan, peternakan,dan kehutanan) serta barang – barang hasil industri.

Pembangunan prasarana dan sarana transportasi akan menunjang berkembangnya berbagai

kegiatan di sektor – sektor lainnya ( pertanian , perdagangan , industri, pariwisata dan lainnya ).

d. Tingkat dan penyebaran kemudahan

Dalam hal ini “kemudahan” diartikan sebagai kemudahan bagi masyarakat dalam

memenuhi kebutuhannnya , baik pemenuhan kebutuhan hidup sehari – hari ( seperti sandang

,pangan, papan, memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan , kesempatan melakukan

ibadah, rekreasi dan sebagainya.), maupun pemenuhan kebutuhan untuk dapat melakuka

kegiatan usaha misalnya mendapatkan bahan baku, bahan penolong, suku cadang, listrik,air

bersih, dan jasa – jasa seperti angkutan , pemasaran , perbankan dan lainnya).

e. Produk domestik regional bruto Salah satu konsep yang sangat penting dalam

pembangunan ekonomi regional (wilayah) adalah konsep domestik regional bruto (PDRB),

PDRB merupakan ukuran prestasi (keberhasilan) ekonomi dari seluruh kegiatan ekonomi.

2.1.4.3 Faktor Pertumbuhan Ekonomi


Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi menurut Daniel Sitindaon,

2019 adalah sebagai berikut :

a. Tenaga Kerja

Tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk berumur 15 tahun atau lebih yang bekerja, mencari

pekerjaan, dan sedang melakukan kegitatan lain, seperti sekolah maupun mengurus rumah

tangga dan penerima pendapatan. Menurut BPS penduduk berumur 15 keatas terbagi sebagai

tenaga kerja dikatakan tenaga kerja bila mereka melakukan pekerjaan dengan maksud

memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja

paling sedikit 1 (satu) jam secara kontinu selama seminggu yang lalu.

Pertumbuhan tenaga kerja dan pertumbuhan penduduk dapat dikatakan sebagai faktor

positif yang akan memicu peningkatan pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih

besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih

besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Namun pertumbuhan tenaga kerja juga dapat

memberikan dampak yang negatif. Hal ini akan terjadi bila sistem perekonomian daerah tersebut

tidak mampu menyerap secara produktif peningkatan tenaga kerja.

b. Angka Ketergantungan (Dependency Ratio)

Dependency ratio didefinisikan sebagai rasio antara kelompok penduduk umur 0-14 tahun

yang termasuk dalam kelompok penduduk belum produktif secara ekonomis dan kelompok

penduduk umur 65 tahun ke atas termasuk dalam kelompok penduduk yang tidak lagi produktif

dengan kelompok penduduk umur 15-64 tahun termasuk dalam kelompok produktif. Rasio

ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat

menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang
sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting.

Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang

harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum

produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah

menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk

membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.

c. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung

sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit"

untuk pengukuran. Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam

masalah sosial ekonomi umumnya dan masalah penduduk pada khususnya. Karena di samping

berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi penduduk juga akan berpengaruh terhadap kondisi

sosial ekonomi suatu daerah atau negara maupun dunia. Angka pertumbuhan penduduk adalah

tingkat pertambahan penduduk suatu wilayah atau negara dalam suatu jangka waktu tertentu,

dinyatakan dalam persentase.

Di negara-negara maju pertumbuhan penduduk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi,

dengan meningkatnya jumlah penduduk maka tenaga kerja akan meningkat dan pendapatan

perkapita masyarakat akan meningkat pula. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah penduduk

dibarengi dengan peningkatan kualitas SDM, teknologi, dasn sebagainya. Sedangkan di negasra-

negara berkembang peningkatan jumlah penduduk merupakan bencana, karena tidak dibarengi

dengan kualitas SDM yang dihasilkan sehingga dependency ratio yang harus ditanggung

penduduk produktiv semakin meningkat.


2.1.5 Kepadatan Penduduk

2.1.5.1 Pengertian Penduduk

Menurut Jonny Purba, penduduk adalah orang yang matranya sebagai diri pribadi,

anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat

tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu. Sedangkan menurut

Badan PUsat Statistik, Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis

Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6

bulan tetapi bertujuan untuk menetap.

2.1.5.2 definisi Kepadatan Penduduk

Dikutip dari komposisi penduduk (2019), kepadatan penduduk adalah perbandingan

antara jumlah penduduk dan luas daerah yang ditempati. Ini berarti cara menghitung kepadatang

penduduk adalah dengan jumlah penduduk (jiwa) di suatu daerah dibagi dengan luas daerah

tersebut (km²).

2.1.5.3 Faktor-Faktor Kepadatan Penduduk

Kompas.com, 2020. Selain karena pertumbuhan alami, pemusatan penduduk di suatu

wilaya juga didorong oleh faktor :

a. Faktor fisiografis, meliputi bentuk permukaan bumi, kondisi perairan dan kondisi iklim.

Kondisi alam berpengaruh terhadap kepadatan penduduk karena sumber daya yang

dimiliki dan dihasilkan. Misalnya, Indonesia mengandung banyak sumber daya alam.

Selain itu, iklimnya menghasilkan berbagai jenis makanan. Ini membuat pertumbuhan

penduduk Indonesia lebih tinggi disbanding misalnya islandia yang terletak di kutub
utara. Kawasan dataran rendah yang dekat dengan perairan, tanah subur dan daerah aman

cenderung memiliki kepadatan penduduk tinggi.

b. Faktor Ekonomi, dapat mempengaruhi kepadatan penduduk suatu daerah karena

tersedianya peluang dan lapangan pekerjaan yang menarik banyak orang. Setiap orang

membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya dan mendapatkan penghidupan

yang lebih baik. Contohnya, banyak penduduk di Indonesia yang memilih pindah ke

Jakarta untuk bekerja. Ini karena Jakarta adalah pusat pemerintahan dan pusat

perekonomian Indonesia. Pekerjaan di Jakarta jauh lebih banyak, lebih bervariasi dan

menghasilkan uang disbanding dengan pekerjaan di daerah lain. Sementara faktor sosial

budaya meliputi kemudahan pemenuhan kebutuhan sosial masyarakat.

c. Faktor sosial budaya, meliputi kemudahan pemenuhan kebutuhan sosial masyarakat.

Contohnya wilayah dengan banyak sekolah yang bagus, fasilitas publik yang bagus akan

menarik banyak penduduk untuk tinggal. Wilayah yang relatif aman secar sosial politik

juga umumnya menjadi pilihan tempat tinggal masyarakat.

2.1.6 pendidikan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 pada Bab 1 Pasal 1

dikemukakan: “ pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasan belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Dikutip dari

(Toenlio, Anselmus JE. 2016, Teori dan Filsafat Pendidikan.


menurut Winardi (2010) pendidikan di Indonesia masih saja terhambat oleh beberapa

benturan :

a. Rendahnya kepedulian pemerintah,

b. Penjajahan terselubung oleh negara lain,

c. Masyarakat yang belum mampu beradaptasi dengan lingkungan.

Menurut Musa Al Jundi (2014), Pendidikan yang rendah dalam masyarakat sangat

identik dengan kemiskinan. Oleh Karena itu, menjadi penting bagi masyarakat terlebih lagi

pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat guna mengurangi kemiskinan yang ada

dengan meningkatkan kualitas pendidikan, guna untuk memutuskan rantai kemiskinan yang ada

di masyarakat.

Pengukuran pendidikan dalam penelitian ini menggunakan rata-rata lama sekolah. Rata-

rata lamam sekolah adalah jumlah tahun belajar penduduk usia 15 tahun keatas yang telah

diselesaikan dalam pendidikan formal (tidak termasuk tahun yang mengulang)

2.2 Penelitian Sebelumnya

Pada tahap ini peneliti akan mengkaji beberapa dari penelitian terdahulu yang

berhubungan atau memiliki kaitan dengan penelitian ini, yaitu tentang analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kemiskinan. Tujuan dikajinya penelitian-penelitian sebelumnya adalah untuk

mendukung dan sebagai referensi penelitian serta untuk memperkuat hasil analisis. Berikut

adalah beberapa dari penelitian-penelitian sebelumnya:

Menurut, (Putri, 2014) Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2008-2012.
Variabel ini adalah tingkat kemiskinan sebagai variabel dependen dan Indek Pembangunan

Manusia (IPM), PDRB per kapita, dan belanja publik sebagai variabel independen. Data yang

digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang di peroleh dari terbitan Badan

Pusat Statistik berbagai edisi. Metode analisis yang digunakan adalah regresi data panel degab

pendekatan common effect. Dalam smengolah data, penulis menggunakan bantuan software

Eviews 6. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis diperoleh bahwa Indeks

Pembangunan Manusia dan PDRB per kapita terbukti berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Sedangkan belanja publik berpengaruh positif

terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

Menurut, (Dwihapsari, 2017) penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui

seberapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi dan pengangguran terhadap kemiskinan

di Indonesia 2000-2015. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data timeseries tahun

2000-2015. Data jumlah penduduk miskin sebagai indikator kemiskinan, growth sebagai

pertumbuhan ekonomi, inflasi dan pengangguran. Alat analisis menggunakan regresi linear

berganda atau Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa

pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap kemiskinan. Sedangkan pengangguran

berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan. Untuk itu pemerintah hendaknya memperluas

lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja sehingga mampu mengurangi angka pengangguran di

Indonesia.

Menurut (Anggara, 2017) penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui

bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran terbuka terhadap

kemiskinan di sumatera utara. Alat analisisnya menggunakan teknik regresi linier berganda.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data time series dari tahun 2001-20016.
Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negative dan

signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Sedangkan tingkat pengangguran berpengaruh positif

dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di provinsi Sumatera Utara.

Menurut (Dwiatmojo, 2017) penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis

tingkat kemiskinan di provinsi jawa tengah. Dengan variabel bebasnya meliputi: PDRB, jumlah

penduduk, IPM, pengangguran dan inflasi. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data

time series dari tahun 2011-2015. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

regresi data panel. Berdasarkan hasil analisis yang ditemukan dalam penelitian ini, bahwa IPM

tidak berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan. PDRB dan inflasi berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Sedangkan jumlah penduduk dan

pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

Menurut (Sulistyowati, 2017) penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

menganalisis determinan kemiskinan di provinsi jawa tengah dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya: analisis empiris pendekatan data panel terhadap 35 kabupaten/kota. Variabel

bebas yang terkandung didalam penilitian ini yaitu pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran

terbuka, pertumbuhan penduduk dan indeks pembangunan manusia. Penelitian ini menganalisis

dengan menggunakan regresi data panel. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa

hasil estimasi data panel maka terpilih model yang terbaik yaitu Fixed Effect Model (FEM). Uji

kebaikan model model Pertumbuhan Ekonomi (PE), Indeks Pembangunan Manusia (ipm) dan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan

(TKP) di jawa tengah tahun 2011-2015. Uji validitas pengaruh (uji t) menunjukkan PAD dan

Dana Alokasi Umum Uji Validitas pengaruh (uji t) pada tingkat signifikasi (α = 0.05)

menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap


tingkat kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia memiliki pengaruh negative signifikan

terhadap TKP, tingkat pengangguran memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap TKP

dan pertumbuhan penduduk memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap TKP.

Prastiwi Tri Handayani (2010) dalam skripsinya ”Analisis Pengaruh Investasi,

Pendidikan, dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di Kabupaten Kota Propinsi DIY 2004-

2009” menunjukkan bahwa Investasi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap

Kemiskinan. Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kemiskinan. Pengangguran

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kemiskinan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini

menggunakan variabel bebas yang meliputi: Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT), Pertumbuhan Ekonomi, Kepadatan Penduduk dan Pendidikan

yang dilihat dari Rata-Rata Lama Sekolah. Perbedaan lainnya dapat dilihat dari daerah yang

diteliti dimana dari penelitian-penelitian sebelumnya belum ada yang meneliti, dalam penelitian

ini daerah yang diteliti yaitu di provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan. Model analisis

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model regresi data panel.

2.3 Kerangka Konseptual

Supaya penelitian ini lebih jelas sesuai dengan apa yang dirumuskan dirumusan masalah

dan ujuan penelitian ini yang ingin dicapai, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat

dilihat seperti gambar dibawah ini.


Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Indeks Pembangunan
Manusia

Pengangguran
Terbuka

Pertumbuhan Kemiskinan
Ekonomi

Kepadatan Penduduk

Rata-Rata Lama
Sekolah

Dilihat berdasarkan kerangka konseptual di Gambar 2.1 dijelaskan bahwa adanya

pengaruh atau kaitan antara indeks pembangunan manusia, tingkat pengangguran terbuka,

pertumbuhan ekonomi, kepadatan penduduk dan pendidikin yang dilihat dari rata-rata lama

sekolah terhadap kemiskinan di provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan. Berikut akan

dijelaskan satu persatu pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

2.3.1 Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap kemiskinan


Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap kemiskinan bisa kita lihat dari

tiga dimensi dasar IPM, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan dan hidup yang layak. Jika

kita lihat dari segi pengetahuan, jika seseorang dengan tingkat pengetahuan yang rendah maka

tingkat produktivitasnya juga rendah, hal ini mengakibatkan tingkat pendapatan yang diperoleh

rendah sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dengan layak, baik itu

kebutuhan sandang, pangan maupun papan.

Kemampuan untuk keluar dari kemiskinan ditentukan oleh kualitas sumber daya

manusia. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi akan meningkatkan keterampilan,

penguasaan teknologi dan produktivitas penduduk. Meningkatkannya keterampilan, penguasaan

teknologi dan produktivitas akan meningkatkan nilai jual dan kemampuan penduduk untuk

memperoleh pekerjaan di dunia usaha atau membuka usaha sendiri, sehingga pengangguran akan

berkurang dan tingkat pendapatan akan bertambah. Berkurangnya pengangguran dan

bertambahnya tingkat pendapatan akan menurunkan tingkat kemiskinan. Tingkat pendidikan,

tingkat kesehatan dan tingkat pendapatan yang tinggi akan tercermin pada IPM yang tinggi. Oleh

karena itu peningkatan kualitas manusia harus terus dilakukan untuk mengurangi tingkat

kemiskinan. (Sylvia Yasmin Supraba, 2018).

2.3.2 Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terhadap kemiskinan

Pengangguran sangatlah berpengaruh terhadap kemiskinan. Dimana pengangguran

memiliki hubungan yang positif dengan kemiskinan, ini menggambarkan bahwa apabila

pengangguran meningkatkan maka angka kemiskinan akan ikut meningkat. Pengangguran terjadi

diakibatkan jumlah angkatan kerja meningkat dengan cepat sedangkan lapangan kerja/usaha
bergerak dengan lambat. pengangguran sama sekali tidak memiliki pendapatan sehingga

kebutuhan hidupnya maupun keluarganya tak tercukupi.

BPS (2012) menyatakan bahwa terjadinya pengangguran biasanya disebabkan oleh

banyaknya penduduk yang mencari pekerjaan tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja

yang tersedia. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan

adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat berkurang, sehingga dapat

menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah social lainnya.

2.3.3 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan

Menurut (Syilvia Yasmin Supraba, 2018) Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan

kemajuan dikalangan kaum miskin tidak menunjukkan hubungan kualitas, meskipun sebagian

dari faktor kemajuan itu mungkin berasal dari meningkatnya pendapatan, pendidikan dan

kesejahteraan yang secara tidak langsung mempercepat pertumbuhan ekonomi. Artinya bahwa

meskipun tidak ada hubungan sebab akibat, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan

kemiskinan merupakan tujuan yang searah. Hasil studi yang dilakukan oleh (Kuncoro, 2010:72)

dalam (Syilvia Yasmin Supraba, 2018) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang kuat

antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan, akan tetapi pertumbuhan ekonomi tidak dapat

menghilangkan kemiskinan secara permanen selama ketimpangan masih ada.

Pertumbuhan ekonomi yang meningkat tidak sepenuhnya dapat mengurangi angka

kemiskinan. Artinya terdapat dua kemungkinan saat meningkatnya pertumbuhan ekonomi.

Pertama, meningkatnya pertumbuhan ekonomi terjadi karena keadaan masyarakat yang kaya

semakin kaya dan miskin semakin miskin. peningkatan PDRB yang terjadi akibat dari

peningkatan tabungan, konsumsi dan pajak yang dikeluarkan oleh yang kaya semakin kaya akan
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, sehingga peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak

diikuti dengan pengurangan angka kemiskinan. Kedua, peningkatan PDRB yang terjadi karena

pendapatan per kapita masyarakat bertambah yang disebabkan oleh tingkat produktivitas yang

tinggi. Tingginya pendapatan mengakibatkan pengeluaran konsumsi juga tinggi dan PDRB ikut

tinggi serta pertumbuhan ekonomi meningkat, sehingga Peningkatan pertumbuhan ekonomi

diikuti dengan pengurangan angka kemiskinan.

2.3.4 Pengaruh Kepadatan Penduduk Terhadap Kemiskinan

Jumlah penduduk adalah hal yang sangat penting kaitannya dengan tingkat kemiskinan

disuatu daerah karena dengan semakin banyaknya jumlah penduduk yang tidak terkendali akan

berdampak kepada tidak tercapainya tujuan ekonomi disuatu daerah. (Moch. Aldino Putra G,

2018).

Banyak Teori dan pendapat para ahli yang menyatakan adanya hubungan antara

pertumbuhan penduduk dengan kemiskinan, salah satunya adalah Thomas Robert Malthus yang

menyatakan jika pertumbuhan penduduk tidak terkendali maka suatu saat nanti sumber daya

alam akan habis yang mengakibatkan munculnya banyak wabah penyakit, kelaparan, dan

berbagai macam penderitaan yang akan dirasakan manusia.

Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas

wilayah(km2). Peningkatan jumlah penduduk yang tidak disertai dengan Sumber Daya Manusia

yang berkualitas, tingkat produktivitas tinggi dan pengetahuan yang cemerlang akan mengakibat

jumlah kemiskinan bertambah. Akan tetapi jika peningkatan jumlah penduduk yang disertai

dengan dengan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, tingkat produktivitas tinggi dan

pengetahuan yang cemerlang akan mengurangi jumlah kemiskinan.


2.3.5 Pengaruh Pendidikan (rata-rata lama sekolah) terhadap Kesmikinan

Menurut Kuznets dalam Todaro (2011) pendidikan merupakan cara untuk

menyelamatkan diri dari kemiskinan. Todaro menyatakan bahwa pendidikan merupakan tujuan

pembangunan yang mendasar. Yang mana pendidikan memainkan peranan kunci dalam

membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap teknologi modern dan untuk

mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan.

Semakin tinggai tingkat rata-rata lama sekolah suatu daerah maka produktivitas

masyarakatnya ikut tinggi. Produktivitas yang tinggi akan menambah pendapatan, sehingga

kebutuhan dasarnya terpenuhi dan akan mengurangi kemiskinan.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab

permasalahan yang ada yang diajukan oleh peneliti, yang sebenarnya harus di uji secara empiris.

Berdasarkan kerangka kerangka pikir penelitian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mempengaruhi secara negative terhadap

kemiskinan.

b. Variabel pengangguran terbuka mempengaruhi secara positif terhadap kemiskinan.

c. Variabel pertumbuhan ekonomi mempengaruhi secara negative terhadap kemiskinan

d. Variabel kepadatan penduduk mempengaruhi secara positif terhadap kemiskinan.

e. Variabel pendidikan yang dilihat dai rata-rata lama sekolah mempengaruhi secara negatif

terhadap kemiskinan.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek dan Lokasi Penelitian

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM),

pengangguran terbuka, pertumbuhan ekonomi, kepadatan penduduk, Pendidikan dan kemiskinan.

Penelitian ini dilakukan di provinsi Bengkulu, Aceh dan Sumatera Selatan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Dalam melakukan penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kemiskinan, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

Menurut Sugiyono (2012:141) mendefinisikan data sekunder adalah sebagai berikut: “Sumber

sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami

melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku serta dokumen”. Data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Bengkulu,

Badan Pusat Statistik Aceh, Badan Pusat Statistk Sumatera Selatan, Badan Pusat Statisti

Indonesia dan dari berbagai sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time

series yaitu selama periode 2010-2019 yaitu 10 tahun. Untuk mendapatkan data Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), pengangguran terbuka, pertumbuhan ekonomi, kepadatan

penduduk, pendidikan yang dilihat dari rata-rata lama sekolah dan kemiskinan yang digunakan

dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan sistem dokumentasi dan
penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan menelaah bahan-bahan seperti

buku-buku yang memuat bahan-bahan yang relevan dengan penelitian ini.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks pembangunan manusia (X1),

tingkat pengangguran terbuka (X2), pertumbuhan ekonomi (X3), kepadatan penduduk (X4),

pendikan yang dilihat dari rata-rata lama sekolah (X5) sebagai variabel bebas dan kemiskinan

(Y) sebagai variabel terikat. Berikut adalah definisi dari variabel yang digunakan dalam

penelitian ini.

a. Indeks Pembangunan Manusia (X1)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar

pembangunan manusia yang dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang

dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak.

b. Tingkat Pengangguran Terbuka (X2)

Pengangguran ialah istilah yang diberikan untuk orang yang tidak bekerja sama sekali atau

orang yang sedang mencari kerjaan. Umumnya pengangguran disebabkan karena jumlah pencari

kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang ada.

Pengangguran terbuka ialah situasi di mana orang sama sekali tidak bekerja dan tidak

berusaha mencari pekerjaan. pengangguran terbuka bisa disebabkan oleh ketidaktersediaan

lapangan kerja, ketidakcocokan antara kesempatan kerja dan latar belakang pendidikan dan tidak

mau bekerja.

c. Pertumbuhan Ekonomi (X3)


Pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan perekonomian suatu negara secara fluktuatif

untuk keadaan yang lebih baik untuk suatu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi satuannya

adalah persen (%).

d. Kepadatan Penduduk (X4)

Jumlah penduduk adalah jumlah manusia yang bertempat tinggal atau berdomisili pada suatu

wilayah atau daerah. Jumlah penduduk diukur dengan menggunak jumlah jiwa. Sedangkan

kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah.

Kepadatan penduduk satuannya adalah jiwa per km2 (jiwa/km2).

e. Rata-Rata Lama Sekolah (X5)

Rata-rata lama sekolah didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk

dalam menjalani pendidikan formal. Rata-rata lama sekolah dapat digunakan untuk mengetahui

kualitas pendidikan masyarakat dalam suatu wilayah.

f. Kemiskinan (Y)

Kemiskinan secara umum dapat diartikan sebagai kondisi individu penduduk atau keluarga

yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup dasarnya secara layak. Namun beberapa institusi

atau pihak telah menetapkan acuan dalam penentuan kriteria penduduk miskin.

3.5 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan metode analisis data panel untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Regresi data panel merupakan teknik

regresi yang menggabungkan data time seies dengan cross section. Menurut Bila hubungan antar
variabel ini dinyatakan dalam model matematika maka akan digunakan persamaan regresi

berganda sebagai berikut:

TKit = β0+ β1IPMit+ β2TPTit+ β3PEit+ β4KPit+ β5RLSit+e

Ket :

TK = Tingkat Kemiskinan (%)

IPM = Indeks Pembangunan Manusia

TPT = Tingkat Pengangguran Terbuka (%)

PE = Pertumbuhan Ekonomi (%)

KP = Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

RLS = Rata-Rata Lama Sekolah

β0 = Konstanta

β1β2β3β4= Koefisien Regresi

e = Variabel Penganggu

i = Observasi (3 provinsi)

t = Banyaknya Waktu ( 2010-2019)

3.5.1 Estimasi Metode Regresi Data Panel

Dalam estimasi model regresi data panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu :

3.5.1.1 Commond Effect Model (CEM)


Teknik yang digunakan dalam metode commond effect model hanya dengan

memkombinasikan data time series dan cross section. Dengan hanya menggabungkan kedua

jenis data tersebut maka dapat digunakan metode OLS untuk mengestimasi model data panel.

Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu. Dan dapat

diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai rentang waktu. Asumsi

ini jelas sangat jauh dari realita sebenarnya, karena karakteristik pada perusahaan baik dari segi

kewilayahan jelas sangat berbeda.

3.5.1.2 Fixed Effect Model (FEM)

Teknik yang digunakan dalam penelitian adalah metode fixed effect. Metode dengan

menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep. Metode ini

mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu, namun

intersepnya berbeda antar perusahaan namun sama antar waktu (time invariant). Namun metode

ini membawa kelemahan yaitu berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada

akhirnya mengurangi efisiensi parameter.

3.5.1.3 Random effect model

Teknik yang digunakan dalam metode random effect adalah dengan menambahkan variabel

gangguan (error terms) yang mungkin saja akan muncul pada hubungan antar waktu dan antar

kabupaten/kota. Teknik metode OLS tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator yang

efisien, sehingga lebih tepat untuk menggunakan metode Generalized Least Square (GLS).

3.5.2 Penentuan Metode Estimasi


Menurut Moch. Aldino P.G, 2018 untuk memilih model penentuan estimasi terdapat

beberapa pengujian yang dapat dilakukan, yaitu :

3.5.2.1 Uji Chow Test

Uji ini digunakan untuk memilih salah satu model pada regresi data panel, yaitu antara

model efek tetap (fixed effct model). Menurut Batalqi (2005) jika nilai atau p-value < (taraf

signifikasi/alpha), maka tolak hipotesis awal sehingga model yang terpilih adalah model efek

tetap. Hipotesis yang digunakan dalam uji chow adalah:

a. H0 : Memilih model common effect atau pooled OLS jika nilai probabilitas F

statistiknya tidak signifikan pada α 5%.

b. H1 : Memilih model fixed effect jika nilai probabilitas F statistiknya signifikan pada α

5%.

Dasar penolakan yang dilakukan pada hipotesis tersebut adalah dengan membandingkan

perhitungan F-statistik dengan F-tabel. Perbandingan tersebutlah yang nantinya digunakan

apabila F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak yang artinya model paling tepat

digunakan adalah fixed

3.5.2.2 Uji Hausmant Test

Uji hausman adalah pengujian statistik untuk memilih apakah model fixed effect atau

random effect yang paling tepat digunakan. Uji hausman dilakukan dengan hipotesis sebagai

berikut :

a. H0 : Memilih model random effect, apabila nilai chi-squarenya tidak signifikan pada α

5%.
b. H1 : Memilih model fixed effect, apabila nilai chi-squarenya signifikan pada α 5%.

Statistik pada uji hausman mengikuti distribusi statistik Chi Square dengan degree off

freedom sebanyak K, dimana K adalah variabel independen. Jika saat kita menolak hipotesis nol

dan statistik Hausman lebih besar dari nilai kritisnya maka model yang paling tepat untuk kita

gunakan adalah model fixed effect, sedangkan apabila kita gagal dalam menolak hipotesis nol

yaitu pada saat nilai statistik Hausmannya lebih kecil dari nilai kritisnya maka model paling tepat

yang harus kita pilih adalah model random effect (Widarjono, 2013).

3.6 Uji Asumsi Klasik

3.6.1 Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah adanya hubungan linier yang signifikan antara beberapa atau

semua variabel variabel independent dalam model regresi. Untuk melihat ada tidaknya

multikolinieritas dapat dilihat dari koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas. Jika

koefisien korelasi antara masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8 berarti terjadi

multikolinieritas.

3.6.2 Uji Heteroskedasitas

Heteroskedaritas merupakan keadaan dimana varians dari setiap gangguan tidak konstan.

Uji heteroskedasitas dapat dilakukan dengan menggunakan White Heteroskedasticity yang

tersedia dalam program Eviews. Hasil yang perlu diperhatikan dari Uji ini adalah nilai F dan

Obs*R-Squared. Jika nilai Obs*R-Squared lebih kecil dari X2 tabel maka tidak terjadi

heteroskedastisitas, dan sebaliknya.

3.6.3 Autokorelasi
Autokorelasi menunjukkan adanya hubungan antar gangguan. Metode ini didasarkan

pada nilai F dan Obs*RSquared. Jika nilai probabilitas dari Obs*R-Squared melebihi tingkat

kepercayaan maka Ho diterima, berarti tidak ada masalah autokorelasi.

3.6.4 Uji Normalitas

Menurut ghozali, 2016 dalam (mulyono, 2019) uji normalitas dilakukan untuk menguji

apakah pada suatu model regresi, suatu variabel independen dan variabel dependen ataupun

keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak normal. Apabila suatu variabel tidak

berdistribusi secara normal, maka hasil uji statistic akan mengalami penurunan. Pada uji

normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan uji one sample kolmogorov smirnov yaitu

dengan ketentuan apabila nilai signifikansi diatas 5% atau 0,05 maka data memiliki distribusi

normal. Sedangkan jika hasil uji one sample kolmogorov smirnov menghasilkan nilai signifikan

dibawah 0,05 maka data tidak terdistribusi normal.

3.7 Uji statistik

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Koefisien Determinasi (Uji

R2), Uji koefisien Regresi secara bersama-sama (Uji F) dan Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji T).

3.7.1 Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)

Uji koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara

nol dan satu. Jika nilai R² kecil maka kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu maka variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bisa

terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan ke model. Setiap tambahan satu variabel

independen, maka R² pasti meningkat tidak perduli variabel tersebut berpengaruh signifikan atau

tidak terhadap variabel dependen.

3.7.2 Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)

Uji statistik F digunakan untuk menguji apabila variabel bebas secara simultan

mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak signifikan dengan variabel terikat.

a. H0 : βᵢ = 0 (hipotesis nihil) berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel

bebas secara simultan dengan variabel terikat.

b. H1 : βᵢ ≠ 0 (hipotesis alternatif) berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel

bebas secara simultan dengan variabel terikat.

3.7.3 Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji T)

Uji Statistik T dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen

secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan

adalah:

a. Jika t-hitung < t-tabel, maka variabel independen secara individual tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen (hipotesis ditolak).

b. Jika t-hitung > t-tabel, maka variabel independen secara individual berpengaruh terhadap

variabel dependen (hipotesis diterima).

Anda mungkin juga menyukai