Anda di halaman 1dari 4

ESSAY KETIMPANGAN EKONOMI DI INDONESIA

ABSTRAK
Pembangunan dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu berlangsung secara seimbang
dan merata. Faktor-faktor penyebab ketimpangan ekkonomi ini meliputi perbedaan potensi sumber
daya alam, kondisi demografi, arus mobilitas barang dan jasa yang kurang lancar, konsentrasi
kegiatan ekonomi wilayah, alokasi dana pembangunan antarwilayah. Kecenderungan peranan
modal (investor) lebih memilih daerah perkotaan atau daerah yang telah memiliki fasilitas yang
lengkap, adanya ketimpangan redistribusi pembagian pendapatan dari Pemerintah Pusat kepada
daerah, dan kesenjangan pembangunan ekonomi antardaerah dan antarwilayah serta antarsektor
ekonomi juga dapat mempengaruhi ketimpangan ekonomi di Indonesia.

Kata Kunci: Pendapatan Per Kapita, Ketimpangan Distribusi Pendapatan, Ketimpangan Antar
Wilayah

PENDAHULUAN
Peningkatan kesejahteraan rakyat menjadi sasaran utama negara-negara di dunia. Hal ini
dapat diwujudkan melalui upaya peningkatan pembangunan ekonomi suatu negara. Negara
Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang masih berupaya untuk
mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat dengan melakukan pembangunan nasional.
Pelaksanaan pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur sesuai dengan implementasi Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan merupakan proses
yang melibatkan perubahan-perubahan besar baik dalam struktur sosial maupun mental.
Pembangunan ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi terjadinya
ketimpangan, dan memberantas masalah kemiskinan.
Salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi yaitu untuk mengatasi permasalahan
ketimpangan ekonomi seperti pendapatan dan kemiskinan yang masih terjadi di masyarakat.
Tingkat ketimpangan pendapatan Indonesia dapat dilihat berdasarkan gini rasio. Menurut data yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (2023), tingkat ketimpangan penduduk Indonesia pada
September 2022 sebanyak 0,381. Angka gini rasio ini mengalami penurunan apabila dibandingkan
dengan bulan Maret 2022, yaitu sebanyak 0,003 poin. 0,41%. Selain itu, perkembangan garis
kemiskinan juga mengalami peningkatan sebanyak 5,95% dibandingkan bulan Maret 2023.
Penduduk Indonesia yang mengalami kemiskinan terkonsentrasi di Pulau Jawa, yaitu sebanyak
52,85% (13,94 juta), disusul oleh Sumatera sebanyak 21,86% (5,67 juta), Bali dan Nusa Tenggara
sebanyak 7,98% (2,1 juta), Sulawesi sebanyak 7,70% (2,03 juta), Maluku dan Papua sebanyak
5,83% (1,54 juta), dan Kalimantan sebanyak 3,78% (1,00 juta) Beberapa pulau tersebut
menunjukkan adanya peningkatan persentase penduduk miskin, kecuali pulau Sumatera.
Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang, penulis tertarik untuk menganalisis
ketimpangan ekonomi yang terjadi di Indonesia.
PEMBAHASAN
Ketimpangan ekonomi mengandung makna mengenai persoalan kemiskinan dan pemerataan
ekonomi suatu penduduk. Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari
keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam mengelola sumber-sumber daya yang ada serta
proses kemitraan antara pemerintah dan swasta untuk menciptakan lapangan kerja guna menunjang
kegiatan ekonomi. Setiap daerah menetapkan tingkatan laju pertumbuhan yang tinggi untuk
perencanaan dan tujuan pembangunan di daerahnya. Perekonomian mengalami pertumbuhan
apabila tingkat kegiatan perekonomiannya lebih tinggi dari pada pencapaian sebelumnya. Perihal
utama dalam pembangunan daerah adalah daerah tersebut mampu mengidentifikasi sektor-sektor
potensial yang dimilikinya, dan menganalisis apakah memiliki dampak yang positif terhadap
pembangunan ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perlunya pertumbuhan ekonomi dan
distribusi pendapatan merata. Pertumbuhan ekonomi yang pesat akan berpengaruh terhadap
ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Adanya perbedaan pendapatan antara masayarakat atau
daerah maju dengan daerah tertinggal menyebabkan keitmpangan distribusi pendapatan. Makin
besar perbedaan pendapatan, makin besar variasi distribusi pendapatan yang dapat menyebabkan
disparitas pendapatan (Damanik et.al, 2018).
Menurut Lincolin Arsyad (1999) tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya memiliki
sedikit manfaat untuk memecahkan masalah kemiskinan. Pertumbuhan PDB yang cepat tidak secara
otomatis meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dengan kata lain bahwa trickle down effect dari
manfaat pertumbuhan ekonomi bagi penduduk miskin tidak terjadi seperti yang diharapkan. Apabila
tidak terdapat pemerataan, seseorang yang menikmati manfaat pertumbuhan ekonomi ini adalah
yang mempunyai modal besar dan masyarakat dari golongan atas. Selama proses awal
pembangunan, terjadi suatu dilema antara pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan distribusi
pendapatan. Hal ini dapat menyebabkan sumber masalah lama dan harus dihadapi oleh negara
miskin dan berkembang. Ketimpangan disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi demografi yang
terdapat pada masing-masing daerah. Pandangan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Shankar dan Shah (2008), bahwa ketimpangan antar daerah merupakan suatu perkembangan
yang selalu ada di berbagai negara, terutama bagi negara dengan geografi dan wilayah yurisdiksi
yang luas. Hal ini memperjelas bahwa ketimpangan distribusi pendapatan antarwilayah merupakan
masalah universal karena pada tingkat apapun kesenjangan selalu ada akibat perbedaan potensi
ekonomi yang dimiliki masing-masing wilayah. Kuznet dalam hipotesisnya yang dikenal sebagai
hipotesis “U-Terbalik” Kuznet membuktikan hal itu, yaitu dalam analisis pola-pola pertumbuhan
historis di negara maju ditemukan bahwa pada tahap pertumbuhan awal distribusi awal cenderung
memburuk, tetapi dalam tahap- tahap berikutnya hal itu akan membaik (Kuncoro, 2014).
Menurut penelitian Pritha Aprianoor (2015), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
ketimpangan ekonomi antarwilayah di Indonesia, antara lain perbedaan potensi sumber daya alam,
kondisi demografi, arus mobilitas barang dan jasa yang kurang lancar, konsentrasi kegiatan
ekonomi wilayah, dan alokasi dana pembangunan antarwilayah. Menurut Damanik et.al (2018),
faktor penyebab ketimpangan ekonomi meliputi pertumbuhan penduuduk yang tinggi dan
mengakibatkan penurunan pendapatan per kapita, terjadinya inflasi sehingga pendapatan uang yang
bertambah tidak diimbangi oleh pertambahan produksi barang-barang, tidak meratanya
pembangunan antar-daerah, investasi terhadap proyek-proyek padat modal sangat banyak sehingga
persentase pendapatan modal kerja tambahan menjadi lebih besar apabila dibandingkan dengan
persentase pendapatan yang diperoleh dari kerja (menyebabkan tingkat pengangguran bertambah),
mobilitas sosial rendah, pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor dapat membuat harga-harga
barang hasil industri mengalamai kenaikan untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis, nilai
tukar bagi negara-negara berkemabang mengalami penurunan dalam perdagangan dengan negara-
negara maju sebagai akibat ketidak-elastisan permintaan negara-negara maju terhadap barang-
barang ekspor NSB, dan industri kerajinan rakyat seperti pertukangan dan industri rumah tangga
mengalami kemunduran. Contoh ketimpangan yaitu di Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Papua
sebagai berikut.
Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang tidak terlepas dari
masalah ketimpangan pembangunan ekonomi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah
kabupaten yang ada di provinsi Jawa Timur terdiri atas 18 kabupaten dan 5 kota. Hal ini tentu saja
memiliki berbagai persoalan yang harus diselesaikan, yaitu pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan
distribusi pendapatan. Aspek pemerataan pendapatan merupakan hal yang penting untuk diamati,
karena pemerataan hasil pembangunan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional di
Indonesia. Oleh karena itu, proses pembangunan di daerah tersebut perlu dimaksimalkan untuk
menekan nilai ketimpangan pembangunan ke arah pemerataan pembangunan ekonomi. Sektor-
sektor ekonomi yang mempunyai nilai keunggulan kompetitif di setiap daerah dikembangkan.
Ketimpangan di provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa hasil terdistribusi merata atau
mendekati angka nol. Provinsi Jawa Timur memiliki banyak sumber daya alam seperti emas, perak,
semen, pupuk, dan minyak. Kontribusi besar daerah yang ada di provinsi Jawa Timur berasal dari
sektor pertambangan dan penggalian, kemudian disusul oleh sektor pertanian dan sektor industri
pengolahan. Selain itu, sektor perikanan juga memegang peranan yang penting. Sektor perindustrian
tidak terkonsentrasi di daerah kota saja melainkan sudah banyak di berbagai daerah di provinsi Jawa
Timur. Hal ini didukung dengan tingkat produktivitas kerja tinggi yang akan mendorong
peningkatan tingkat investasi, kemudian akan meningkatkan ketersediaan lapangan pekerjaan dan
pertumbuhan ekonomi.
Papua merupakan provinsi di Indonesia yang berada di ujung timur Indonesia. Menurut Badan
Pusat Statistik (BPS), jumlah kabupaten yang ada di Papua adalah 21 kabupaten dengan jumlah
kota sebanyak 1 kota. Wilayah ini menyimpan berbagai keunggulan untuk diberdayakan, misalnya
sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam yang melimpah ini memiliki potensi untuk
dijadikan kekuatan ekonomi baik pada tingkat nasional, regional, maupun internasional. Namun
sumber daya manusia yang tersedia di kawasan ini masih sangat terbatas, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas untuk menggali potensi yang ada. Adapun beberapa kendala atau indikator yang
menyebabkan hal tersebut bisa terjadi, yaitu luas kawasan dengan jumlah penduduk dan kepadatan
penduduk yang sangat rendah, keanekaragaman masyarakat dan kultural dengan tingkat penguasaan
informasi dan teknologi yang rendah, rendahnya tingkat pendidikan, melek huruf dan akses atas
pendidikan tinggi, dan tingkat pendapatan per kapita yang masih rendah.
Ketimpangan di provinsi Papua menunjukkan bahwa hasil terdistribusi tidak merata
(timpang) atau mendekati angka satu. Pendistribusian dana alokasi hanya terpusat di daerah
perkotaan saja, sehingga menyebabkan ketimpangan suatu daerah cenderung tinggi. Oleh karena
itu, investasi akan cenderung lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Sumber daya yang melimpah di Papua berpotensial. Provinsi Papua memiliki banyak
kandungan sumber daya alam seperti semen, mangan, dan minyak cendana. Kontribusi besar daerah
yang ada di provinsi Papua yaitu dari sektor perikanan dan kelautan kemudian disusul sektor
pertanian, sektor pertambangan, dan sektor industri pengolahan. Perekonomian Papua ditunjang
oleh sektor perikanan dan kelautan, tetapi perairan Papua yang relatif terbuka dan pengawasan yang
terbatas dapat berisiko terhadap terjadinya kegiatan praktik penangkapan ikan secara ilegal oleh
kapal-kapal ikan dari negara lain. Penangkapan ikan yang menggunakan bom, potasium, dan racun
sianida ikut memberikan andil terhadap tercemar dan rusaknya laut.

SIMPULAN DAN SARAN


Ketimpangan ekonomi antarwilayah di Indonesia masih perlu diperhatikan. Hal ini bertujuan
untuk mencapai tujuan utama negara dalam menyejahterakan rakyat. Pengoptimalisasian sumber
daya alam dan kebijakan pemerintah dapat membantu mengatasi masalah ketimpangan ekonomi
yang terjadi di masyarakat. Hal ini tentunya didukung dengan sumber daya manusia dalam
mengoptimalkan sumber daya, sarana prasarana, dan infrastruktur yang ada.

Anda mungkin juga menyukai