Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PEREKONOMIAN INDONESIA

“KETIMPANGAN EKONOMI”

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Ajeng Astrini Hapsari (16.11.0001)


Wika Damayanti (17.12.0145)
Deta Aprilia (17.12.0159)
Fitri Nur Hidhayati (17.12.0165)
Lambang Wahyu Aji (17.12.0166)
Dwi Ernawati (17.12.0172)

Dosen Pengampu : Drs. Christiawan Hendratmoko, M.Si.

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN B REG 2


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SURAKARTA 2019
A. Definisi Ketimpangan Ekonomi

Ketimpangan Ekonomi adalah perbedaan pembangunan ekonomi antar suatu


wilayah dengan wilayah lainnya secara vertikal dan horizontal yang menyebabkan
disparitas atau ketidak pemerataan pembangunan. Salah satu tujuan
pembangunan ekonomi daerah adalah untuk mengurangi ketimpangan (disparity).

Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan bangsa Indonesia meliputi seluruh


aspek perekonomian masyarakat, baik kehidupan masyarakat pedesaan maupun
masyarakat perkotaan, dengan tujuan utama mempebaiki dan meningkatkan taraf hidup
seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan ekonomi tersebut dilaksanakan dengan
menitikberatkan pada upaya pertumbuhan sektor ekonomi dengan memanfaatkan segala
potensi yang dimiliki, baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya.

Selama proses pembangunan Indonesia dalam beberapa waktu belakangan ini


dalam bidang ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang stabil dan
menunjukkan 57 adanya peningkatan. Jika tahun 2009, pertumbuhan ekonomi sebesar
4,5% maka pada tahun 2010 dan tahun 2011 naik menjadi 6,0% dan 6,3%. Tetapi dari
sisi sosial. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata tidak dinikmati oleh seluruh
penduduk Indonesia sesuai kebutuhan mereka sehingga terjadi ketimpangan ekonomi
antar daerah.

Masalah-masalah ekonomi seperti ini salah satunya disebabkan oleh ketimpangan


distribusi pendapatan yang terjadi dimasyarakat. Meskipun Indonesia merupakan Negara
yang cukup kaya, akan tetapi distribusi pendapatan tidak merata, maka kemiskinan tidak
dapat dihindari. Dan jika ketimpangan ini dibiarkan berlarut-larut maka akan semakin
memperburuk keadaan perekonomian.

Pembangunan yang tidak merata dan terpusat pada beberapa sektor ekonomi di
beberapa wilayah dengan sumber daya yang tinggi menyebabkan tingkat ketimpangan
ekonomi di Sumatera masih tinggi walaupun Sumatera Utara mengalami Pertumbuhan
Ekonomi.

Ketimpangan timbul dikarenakan tidak adanya pemerataan dalam pembangunan


ekonomi. Ketidakmerataan pembangunan ini disebabkan karena adanya perbedaan antara
wilayah satu dengan lainnya.Hal ini terlihat dengan adanya wilayah yang maju dengan
wilayah yang terbelakang atau kurang maju. Ketimpangan memiliki dampak positif
maupun dampak negatif. Dampak positif dari adanya ketimpangan adalah dapat
mendorong wilayah lain yang kurang maju untuk dapat bersaing dan meningkatkan
pertumbuhannya guna meningkatkan kesejahteraannya. Sedangkan dampak negatif dari
ketimpangan yang ekstrim 58 antaralain inefisiensi ekonomi, melemahkan stabilitas
sosial dan solidaritas, serta ketimpangan yang tinggi pada umumnya dipandang tidak adil
(Todaro,2011).

 Ketimpangan Ekonomi di Indonesia, Menppenas: Ada Empat Penyebab


Menteri Keuangan Sri MulyanI bersama Menteri Perencanaan Pembangunan (PPN)/Kepala
Bappenas Bambang Brodjonegoro mengikuti rapat tentang evaluasi Tingkat Komponen Dalam
Negeri di Kantor Presiden, Jakarta, 1 Agustus 2017. Dalam arahannya, Presiden menyinggung
tentang tingkat komponen dalam negeri (TKDN). ANTARA/Puspa Perwitasari

TEMPO.COM, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang


Brodjonegoro, mengatakan ada empat faktor yang menyebabkan ketimpangan ekonomi
di Indonesia. Yaitu :

1. Faktor pertama, kata Bambang, sulitnya akses masyarakat terhadap pelayanan


dasar, seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, dan sanitasi. "Jadi, kalau
orang enggak punya akses pendidikan, sanitasi dan rumah, bisa dipastikan
mereka akan tertinggal jauh," kata Bambang di Forum Merdeka Barat,
Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, 8 September 2017.

2. Faktor kedua, ujar Bambang, ketimpangan pada kualitas pekerjaan. Orang


yang kurang terampil, menurut dia, akan terjebak pada pekerjaan dengan
produktivitas dan upah yang rendah. "Karena itu mereka jadi susah naik kelas
(sosial)," kata BambanG.

3. Faktor ketiga adalah ketimpangan pendapatan dan aset. Timpangnya


pendapatan menyebabkan kekayaan terkonsentrasi pada sekelompok kecil
masyarakat. Dia mengatakan fenomena ini terjadi di banyak negara.
"Ketimpangan yang paling tinggi itu di Cina, yaitu 0,5. Tapi bedanya
koefisien ini di negara maju tidak terlalu dipermasalahkan, karena golongan
terbawah di negara itu sudah mampu memenuhi kebutuhan dasarnya," ujar
Bambang.

4. Faktor keempat, Bambang menambahkan, ketiadaan jaring pengaman saat


terjadi guncangan, atau ketiadaan jaminan sosial. Bambang menuturkan,
orang bisa tiba-tiba jatuh miskin karena sakit, ketidakpastian pekerjaan, atau
kenaikan harga serta bencana alam. "Jangan lupa Indonesia ini sangat rentan
terhadap bencana alam," ucap Bambang.
B. Faktor Penyebab Ketimpangan Ekonomi

Sudah cukup banyak studi yang menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya


ketimpangan ekonomi antar provinsi atau wilayah di Indonesia. Salah satunya menurut Sjafrizal
(2012) beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wilayah, yaitu :

1. Perbedaan kandungan Sumber Daya Alam


Perbedaan kandungan SDA akan mempengaruhi kegiatan produksi pada daerah
bersangkutan. Daerah dengan kandungan SDA cukup tinggi akan dapat memproduksi
barang-barang tertentu dengan biaya relatif murah sehingga mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah bersangkutan menjadi lebih cepat dibandingkan dengan daerah lain yang
mempunyai kandungan SDA alam lebih rendah.

2. Perbedaan kondisi demografis


Kondisi demografis akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja masyarakat
setempat. Daerah dengan kondisi demografis yang baik akan cenderung mempunyai
produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga hal ini akan mendorong peningkatan
investasi yag selanjutnya akan meningkatkan penyediaan lapangan pekerjaan dan
pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.

3. Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa


Mobilitas barang dan jasa meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan migrasi
baik yang disponsori pemerintah (transmigrasi) migrasi spontan. Alasannya adalah
apabila mobilitas kurang lancar maka kelebihan produksi suatu daerah tidak dapat dijual
ke daerah lain yang membutuhkan. Akibatnya ketimpangan pembanunan antar wilayah
akan cenderung tinggi, sehingga daerah terbelakang sulit mendorong proses
pembangunannya.

4. Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah


Pertumbuhan ekonomi akan cenderung lebih cepat pada suatu daerah dimana
konsentrasi kegiatan ekonominya cukup besar. Kondisi inilah yang selanjutnya akan
mendorong proses pembanggunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja
dan tingkat pendapatan masyarakat.

5. Alokasi dana pembangunan antar wilayah


Alokasi dana ini bisa berasal dari pemerintah maupun swasta. Pada sistem
pemerintah otonomi maka dana pemerintah akan lebih banyak dialokasikan ke daerah
sehingga ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung lebih rendah. Untuk
investasi swasta lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar. Dimana keuntungan lokasi
yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan kekuatan yang berperan banyak dalam
menarik investasi swasta. Keuntungan lokasi ditentukan oleh biaya transpor baik bahan
baku dan hasil produksi yang harus dikeluarkan pengusaha, perbedaan upah buruh,
konsentrasi pasar, tingkat persaingan usaha dan sewa tanah. Oleh karena itu investasi
akan cenderung lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan.

C. Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Ketimpangan Ekonomi

Karena ketimpangan merupakan salah satu dari tiga masalah (kemiskinan dan
pengangguran) dan sangat sulit diatasi, pastilah memiliki dampak terhadap perekonomian
itu sendiri, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketimpangan dapat
mempengaruhi perekonomian, terutama perubahan ekonomi seperti perubahan pola
permintaan dan perubahan ukuran pasar domestik.
Ketimpangan ini dalam praktiknya sering memicu kecemburuan sosial dan
kekerasan yang sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia (Mudrajad, 2013), yang
pada ujungnya masyarakat akan rentan terhadap konflik. Konflik juga mempengaruhi
perekonomian bila menganggu distribusi barang dan jasa, menghentikan jalannya
produksi, hingga penurunan dan penundaan investasi saat ini. Selain itu, ketimpangan
yang tidak segera diatasi dapat menumbuhkan kelompok miskin kronis sehingga malah
memperlebar ketimpangan dan melemahkan pertumbuhan ekonomi.

D. Upaya Mengatasi Ketimpangan Ekonomi

Bank Dunia memberikan beberapa rekomendasi untuk menyelesaikan masalah


ketimpangan, antara lain :

a. Mengubah pola pelatihan untuk memperkuat tenaga kerja di sektor formal


Masalah pertama dalam hal ini adalah kesempatan kerja, karena ada sektor formal
dan informal. Rekomendasinya bagaimana memperkuat tenaga kerja untuk masuk ke
sektor formal dengan cara mengubah beberapa pola pendidikan serta pelatihan. Ke
depannya pelatihan dan pendidikan tenaga kerja akan diarahkan dan difokuskan untuk
profesional. Dengan begitu, diharapkan dapat meningkatkan kesempatan kerja seluruh
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.

b. Negara juga tidak boleh bergantung kepada sektor komoditas dan harus mulai
melakukan pergeseran ke sektor industri.

c. Peningkatan penerimaan pajak


Pentingnya peningkatan penerimaan pajak, agar negara dapat memiliki
keleluasaan dalam pendanaan berbagai program untuk menekan persoalan ketimpangan
antara orang miskin dan orang kaya (gini ratio). Peningkatan penerimaan pajak tersebut
harus dilakukan dengan cara memperluas basis pajak, agar tidak membebani masyarakat.
Kalau penerimaan pajak dapat ditingkatkan seperti negara tetangga yang mencapai 16 %
dari PDB, maka akan lebih banyak dana untuk membantu program penyelesaian
ketimpangan.

E. Kesimpulan

Masalah ketimpangan memang bukan isu yang dapat diselesaikan dalam waktu
singkat. Kemauan yang kuat serta kesatuan dari semua komponen pemerintahan sangat
diperlukan. Tak terkecuali juga masyarakat Indonesia sendiri agar membangun kesadaran
pentingnya mengurangi ketimpangan pendapatan misalnya, dengan tidak menawar harga
lebih murah jika membeli produk dari pedagang kecil di pasar tradisional. Tidak ada lagi
kebijakan yang hanya berkonsentrasi pada satu wilayah seperti kereta cepat Jakarta-
Bandung, sedangkan di Lebak, Banten masih banyak anak yang ingin pergi ke sekolah
harus melalui jembatan yang cukup rentan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. Belum
lagi masyarakat di wilayah timur Indonesia yang sangat butuh perhatian pemerintah,
khususnya di bidang infrastruktur pendidikan, kesehatan dan transportasi. Mengingat
pentingnya sektor pendidikan dan kesehatan dalam menanggulangi ketimpangan lebih
dini, anggaran untuk kedua bidang tersebut diharapkan dapat dialokasikan lebih banyak
serta penyerapan anggaran yang lebih optimal.

Anda mungkin juga menyukai