Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH DISPARITAS DAN REGIONAL PLANNING

OLEH

ROFRIANTONA, ST NIM. 1310247467

MAGISTER TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU-PEKANBARU

Kuliah Umum Pasca Sarjana Universitas Riau, 2014

Disparitas Ekonomi dan Regional Planning

1.

Latar Belakang

Disparitas dari segi arti kata diartikan sebagai kesenjangan, ketimpangan, kesenjangan, perbedaan. Berdasarkan pengertian disparitas dapat disimpulkan bahwa kesenjangan, ketimpangan dan kesenjangan digambarkan sebagai adanya jarak atau pemisah. Disparitas ekonomi lebih mengambarkan pada permasalahan jarak/kesenjangan /ketimpangan ekonomi pada suatu daerah/wilayah yang timbul akibat berbagai faktor. Menurut Bapak Ekonomi yaitu Adam Smith (1723 - 1790), dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nation, biasa disingkat The Wealth of Nation, yang diterbitkan pada tahun 1776 Ilmu ekonomi adalah bahan kajian yang mempelajari upaya manusia memenuhi kebutuhan hidup di masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan. Dalam tulisan ini, penulis mencoba memaparkan pandangan tentang Disparitas Ekonomi dan Regional Planning yang disampaikan oleh Prof. Dr. lic. Reg. Sirojuzilam Hasyim Achmad, SE (Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan), tanggal 22 Februari 2014, pada Kuliah Umum Pasca Sarjana Universitas Riau

2.

Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan penulis memaparkan tentang Disparitas Ekonomi dan Regional Planning adalah sebagai berikut : a. Memenuhi persyaratan wajib yang harus dilakukan oleh mahasiswa baru Program Pascasarjana Universitas Riau, dalam ketentuan sebagai mahasiswa baru, semester genap, tahun ajaran 2014, diwajibkan untuk menulis tentang topik yang disampaikan pada Kuliah Umum Pascasarjana Universitas Riau, 22 Februari 2014; b. Memberikan gambaran sejauh mana tingkat pemahaman oleh mahasiswa pascasarjana tentang Disparitas Ekonomi dan Regional Planning

3.

Uraian

Pengertian pertumbuhan ekonomi harus dibedakan dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu aspek dari pembangunan ekonomi yang lebih menekankan pada peningkatan output agregat khususnya output agregat per kapita. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi (versi Bank Indonesia) adalah: a. Tahun 2009: 3,5-4,5% b. Tahun 2010: 4,5-5,5% c. Tahun 2011: 5-6% d. Tahun 2012: 5,4-6,4% e. Tahun 2013: 5,7-6,7% f. Tahun 2014: 6-7%. Dari data Bank Indonesia tentang pertumbuhan ekonomi, dengan memandang scope/cakupan pada 33 Provinsi di Indonesia, maka dapat diprediksi untuk masing-masing wilayah akan ada perbedaan pertumbuhan ekonomi pada wilayah tersebut atau dapat dikatakan adanya disparitas ekonomi yang berdampak pada perencanaan wilayah (regional planning). Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Kuliah Umum Pasca Sarjana Universitas Riau, 2014

untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut (Lincolin Arsyad,1999 ; Blakely E. J, 1989). Pertumbuhan ekonomi Wilayah Jawa akan berbeda dengan Wilayah Sumatra, Wilayah Kalimantan, Wilayah Sulawesi dan Wilayah Papua. Pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan disparitas ekonomi disebabkan oleh banyak hal, ketersediaan prasarana, sarana, sumber daya alam, sumber daya manusia, kebijakan pemerintah setempat. Aspek-aspek yang mempengaruhi disparitas ekonomi suatu wilayah adalah sebagai berikut : A. Aspek Sosial Kesenjangan sosial sangat erat hubungannya dengan aspek ekonomi. Kemiskinan menjadi salah satu faktor yang mendominasi terjadinya kesenjangan sosial. Kemiskinan merupakan penyebab utama terjadinya kesenjangan sosial. Banyak orang menganggap bahwa kemiskinan merupakan suratan takdir yang disebabkan oleh sifat malas, tidak kreatif dan etos kerja rendah. Pada dasarnya inti kemiskinan itu terletak pada kondisi yang disebut perangkap kemiskinan,yang terdiri dari : kemiskinan itu sendiri, kelemahan fisik, keterasingan/kadar isolasi, kerentaaan, ketidakberdayaan. Sedangkan beberapa ciri budaya kemiskinan antara lain seperti : fatalisme, rendahnya tingkat aspirasi, rendahnya kemauan mengejar sasaran, kurang melihat kemajuan pribadi, perasaan ketidakberdayaan/ketidakmampuan, perasaan untuk selalu gagal, perasaaan menilai diri sendiri negatif, pilihan sebagai posisi pekerja kasar, tingkat kompronis yang menyedihkan. Selain kemiskinan penyebab kesenjangan sosial yang terjadi dari aspek ekonomi adalah kurangnya lapangan pekerjaaan. Lapangan pekerjaan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian masyarakat, sedangkan perekonomian menjadi faktor terjadinya kesenjangan sosial. Sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia menjadikan pengangguran yang sangat besar di Indonesia dan menyebabkan perekonomian masyarakat bawah semakin rapuh. Salah satu karakteristik tenaga kerja di Indonesia adalah laju pertumbuhan tenaga kerja lebih tinggi ketimbang laju pertumbuhan lapangan kerja. Berbeda dengan negara-negara di Eropa dan Amerika, dimana lapangan pekerjaan masih berlebih. Adapun faktor-faktor penyebab pengangguran itu sendiri antara lain seperti : a. Kurangnya sumber daya manusia pencipta lapangan kerja b. Kelebihan penduduk/pencari kerja c. Kurangnya jalinan komunikasi antara si pencari kerja dengan pengusaha d. Kurangnya pendidikan untuk pewirausaha Perbedaan status sosial dalam masyarakat dapat menjadi alasan mengapa kesenjangan sosial itu terjadi di Indonesia.Status sosial itiu muncul karena adanya stratifikasi dalam masyarakat .Hal itu dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari misalnya kedudukan antara majikan dan pembantu, banyak orang menganggap bahwa pembantu mempunyai kedudukan yang rendah daripada majikan, kedudukan antara kuli dan mandor , kedudukan antara sarjana dengan lulusan SMA, dsb. Revolusi sosial hampir berawal dari adanya kecemburuan sosial antara golongan sebagai dampak dari kondisi ekonomi dalam masyarakat yang terdiri dari kemiskinan dan ketimpangan, baik ketimpangan antar daerah, antar golongan ataupun ketimpangan antar sektor. Karena itu kerangka pembangunan Nasional Bangsa Indonesia menekankan pada Azas Trilogi Pembangunan yang meliputi pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas, ketiga aspek Trilogi pembangunan tersebut merupakan kondisi yang dinamis dan saling bergantian prioritasnya penekananya dalam setiap rencana pembangunan ekonomi. Mana kala pertumbuhan ekonomi di rasakan sudah cukup tinggi namun terdapat indikasi melebarnya kesenjangan dan ketimpangan tingkat pertumbuhan ekonomi antar daerah atau golongan, maka pemeritah memberikan prioritas penekanan pada aspek pemerataan dengan tidak meninggalkan

Kuliah Umum Pasca Sarjana Universitas Riau, 2014

kedua aspek lainnya. Demikian pula pada saat stabilitas ekonomi di perlukan, maka penekanan pada aspek ini lebih nyata. B .Aspek Politik dan Hukum Negara Indonesia adalah Negara demokrasi yang harus memandang warganya memiliki hak dan kewajiban secara politik serta perlakuan sama di muka hukum. Kebijakan politik ekonomi pemerintah yang cenderung KKN dan mendukung konglomerasi ekonomi, sudah pasti menghasilkan ketidakmerataan pengelolaan sumber daya alam yang ada sehingga berdampak pada munculnya kemiskinan. Secara hukum, setiap warga negara memiliki perlakuan yang sama di mata hukum. Tapi masih banyak aparat pemerintah penegak hukum yang tidak mau mendengarkan jeritan rakyat kecil atau miskin. Salah satu contohnya adalah diskriminasi tahanan kasus pidana antara orang kaya dan orang miskin. Seorang kaya yang terlibat kasus korupsi mendapatkan fasilitas mewah bagai tinggal di hotel. Sementara seorang miskin yang terlibat kasus kasus pidana kecil saja, seperti mencuri sebuah melon atau dua biji kakau, mereka diperas dan diperlakukan semena-mena oleh aparat penegak hukum. Bahkan dengan masih tingginya kemiskinan di Indonesia saat ini, masih banyak pemimpin kita yang tega melakukan korupsi, padahal di sisi lain masih banyak orang miskin yang membutuhkan uang dari pada mereka. Ketimpangan ekomomi pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masingmasing wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan (regional planning) juga menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan bilamana pada setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju (Developed Region) dan wilayah terbelakang (Underdeveloped Region). Terjadi ketimpangan antar wilayah ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Karena itu aspek ketimpangan pembangunan antar wilayah ini juga mempunyai implikasi pula terhadap formulasi kebijakan pembangunan daerah yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Ketimpangan pembangunan dapat terjadi apabila pendapatan dan pengeluaran tidak seimbang sedangkan faktor modal atau investasi mengalami kemerosotan, di samping faktor keamanan dan stabilitas ekonomi suatu daerah. Selain itu tingginya tingkat pengangguran juga berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi di suatu daerah. Jadi dapat diuraikan bahwa faktor-faktor penyebab ketimpangan pembangunan ekonomi adalah: 1.1 Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah Konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah tertentu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan antar daerah. Ekonomi dari daerah dengan konsentrasi tinggi cenderung tumbuh pesat dibandingkan daerah yang tingkat konsentrasi ekonomi rendah cenderung mempunyai tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. 1.2 Alokasi Investasi Berdasarkan teori Pertumbuhan Ekonomi dari Harrod Domar menerangkan bahwa adanya korelasi positif antara tingkat investasi dan laju pertumbuhan ekonomi. Artinya rendahnya investasi disuatu wilayah membuat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat perkapita di wilayah tersebut rendah karena tidak ada kegiatan kegiatan ekonomi yang produktif. 1.3 Tingkat Mobilitas Faktor Produksi Yang Rendah Antar Wilayah Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan kapital antar wilayah merupakan penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Hubungan antara faktor produksi dan kesenjangan pembangunan atau pertumbuhan antar wilayah dapat di jelaskan

Kuliah Umum Pasca Sarjana Universitas Riau, 2014

dengan pendekatan mekanisme pasar. Perbedaan laju pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan perbedaan pendapatan perkapita antar wilayah dengan asumsi bahwa mekanisme pasar output atau input bebas. 1.4 Perbedaan Sumber Daya Alam (SDA) Antar Wilayah Menurut Kaum Klassik Pembangunan ekonomi di daerah yang kaya SDA akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin SDA. Dalam arti SDA dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus dikembangkan selain itu diperlukan fakor-faktor lain yang sangat penting yaitu teknologi dan SDM. 1.5 Perbedaan Kondisi Demografi antar wilayah Ketimpangan Ekonomi Regional di Indonesia juga disebabkan oleh perbedaan kondisi geografis antar wilayah. Terutama dalam hal jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan, disiplin masyarakat dan etos kerja. Dilihat dari sisi permintaan, jumlah penduduk yang besar merupakan potensi besar bagi pertumbuhan pasar, yang berarti faktor pendorong bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi. Dari sisi penawaran jumlah populasi yang besar dengan pendidikan dan kesehatan yang baik, disiplin yang tinggi, etos kerja tinggi merupakan aset penting bagi produksi. 1.6 Kurang Lancarnya Perdagangan antar Wilayah Kurang lancarnya perdagangan antar daerah (intra-trade) merupakan unsur menciptakan ketimpangan ekonomi regional. Tidak lancarnya Intra-trade disebabkan : Keterbatasan transportasi dan komunikasi. Tidak lancarnya arus barang dan jasa antar daerah mempengaruhi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah melalui sisi permintaan dan sisi penawaran. Sisi permintaan : kelangkaan akan barang dan jasa untuk konsumen mempengaruhi permintaan pasar terhadap kegiatan ekonomi lokal yang sifatnya komplementer dengan barang jasa tersebut. Sisi penawaran, sulitnya mendapat barang modal, input antara, bahan baku atau material lain yang dapat menyebabkan kegiatan ekonomi suatu wilayah akan lumpuh dan tidak beroperasi optimal. Ketimpangan pembangunan ekonomi wilayah juga dikarenakan masing-masing daerah mempunyai tingkat aktivitas ekonomi yang berbeda-beda, misalnya dilihat dari tingkat sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi dan jumlah investasi. Tidak semua daerah mempunyai hal tersebut yang dapat mendorong percepatan kemajuan pembangunan ekonomi.

4.

Kesimpulan

Menurut Sirojuzilam (2007); pertumbuhan ekonomi wilayah dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain investasi, pengeluaran pemerintah, pendidikan, transportasi, konglomerasi industri dan budaya (heterogenitas etnik). Perbedaan dari pertumbuhan ekonomi inilah yang kemudian menciptakan antar daerah atau wilayah. Dari pemaparan pada Kuliah Umum tentang Disparitas Ekonomi dan Regional Planning, penulis memberikan kesimpulan : 1. Disparitas ekonomi merupakan kesenjangan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh faktor wilayah tersebut, yang didukung oleh kebijakan pemerintah daerah, ketersediaan sumber daya manusia serta kebudayaan masyarakat setempat. 2. Disparitas ekonomi berbanding lurus dengan regional planning (perencanaan wilayah). Semakin tinggi disparitas ekonomi suatu wilayah maka konsentrasi kegiatan ekonomi dalam hal ini menimbulkan kesenjangan sosial dari satu wilayah dengan wilayah lain akibatnya pertumbuhan daerah tersebut juga tidak merata dengan daerah lain.

Kuliah Umum Pasca Sarjana Universitas Riau, 2014

3. Dalam perencanaan wilayah (regional planning) lebih cocok dengan kebijakan pemerintah daerah yang berbasiskan perencanaan spatial. Perencanaan spatial lebih dititikberatkan dalam pelaksanaannya tergantung dari daerah tersebut baik yang berhubungan dengan sumber daya manusia, kebudayaan masyarakat, sumber daya alam, ketersediaan prasarana dan sarana yang dikaitkan dengan kondisi geografis. 4. Regional planning harus dilaksanakan dengan program yang berbasiskan masyarakat dengan pola pembangunan yang integrated (menyeluruh). Pertambahan waktu harus dimanfaatkan sebagai pembangunan yang mempunyai master design planning sehingga pembangunan wilayah terarah dan terkontrol dengan segala kompleksitasnya.

Kuliah Umum Pasca Sarjana Universitas Riau, 2014

Anda mungkin juga menyukai