Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita,
sehingga aktifitas hidup yang kita jalani akan selalu membawa keberkahan dan penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Salawat dan salam semoga tetap tercurahkan keharibaan payung panji umat islam Nabi
Muhammad SAW. Karena dengan kegigihan serta perjuangan tanpa kenal lelah dari beliau, saat
ini kita bisa merasakan indahnya ukhuwah Islamiah diantara sesama Muslim dan kita dapat
merasakan perkembangan Ilmu pengetahuan seperrti saat ini.
Penulis menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan, namun demikian penulis
berharap makalah ini dapat menjadi bahan rujukan dan semoga dapat menambah pengetahuan
praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri tentang ekonomi pembangunan
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini terutama kepada Ibu Hendrawati Hamid sebagai dosen ekonomi
pembangunan
Dengan segala hormat penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
A.PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
Bertitik tumpu pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan objek permasalahan
sebagai berikut:
1. mengapa pembangunan sector ekonomi di Indonesia lambat ?
2. bagaimana pelaksanaan pembangunan ekonomi di Indonesia (PSM)?
3. factor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan pembangunan ekonomi di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Peran penduduk dalam pembangunan dapat berperan sebagai penghambat tetapi juga dapat
berperan sebagai pendorong. Jadi penduduk tidak selama sebagai faktor penghambat dalam
pembangunan, hal ini tergantung pada beberapa aspek yang berkaiatan dengan penduduk itu sendiri.
Aspek tersebut antara lain, jumlah penduduk, kualitas penduduk dan distribusi penduduk.Pada
umumnya jumlah penduduk di negara sedang berkembang adalah sangat besar, seperti di China,
India dan Indonesia. Peran penduduk sebagai faktor pendorong dalam pembangunan dapat dijelaskan
sebagai berikut :
A. Penduduk sebagai sumber tenaga kerja
Dengan semakin bertambah jumlah penduduk berarti memungkinkan adanya pertambahan
tenaga kerja dari tahun ke tahun. Dengan demikian penduduk yang semakin besar merupakan aset
dalam persedian akan tenaga kerja.
Penduduk merupakan konsumen dari hasil produksi. Dengan jumlah penduduk yang besar
adalah merupakan konsumen yang potensial. Dengan demikian semakin besar jumlah penduduk
secara langsung akan dapat menciptakan pasar yang pada gilirannya akan dapat memperluas pasar
yang ada. menjadi rendah pula yang selanjutnya mengakibatkan investasi menjadi rendah. Dengan
demikian negara berkembang menjadi kekurangan investasi/ modal untuk menjalankan
pembangunan ekonominya.
Baik Nelson maupun Leibenstein menunjukkan bahwa pertambahan penduduk yang pesat di
negara berkembang menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut mengalami perbaikan
yang berarti dan dalam jangka panjang mungkin menurun. Menurut mereka sebagai akibat dari
perkembangan penduduk yang pesat dalam jangka panjang tingkat pendapatan perkapita akan
kembali mencapai nilai yang sama dengan tingkat pendapatan cukup hidup. Karena analisanya
hampir sama, maka cukup dibahas salah satu saja yaitu teori yang dikemukakan Nelson dengan
mengingat analisa Nelson mendekati kesempurnaan.
b. Dualisme Teknologi
Dalam menelaah mengenai dualisme di negara berkembang dua ahli ekonomi yaitu Higgins dan
Myint telah melakukan suatu studi tentang dualisme ini. Higgins menekankan kepada adanya
dualisme di bidang teknologi. Yang dimasud dengan dualisme teknologi adalah suatu keadaan
dimana di dalam sesuatu bidang kegiatan ekonomi tertentu digunakan teknik memproduksi dan
organisasi produksi yang sangat berbeda sekali coraknya, dan mengakibatkan perbedaan yang besar
sekali dalam tingkat produktivitas.
c. Dualisme Finansial
Sedang Myint lebih banyak menyoroti masalah lembaga keuangan di negara berkembang. Analisa
Myint mengenai pasar yang yang melahirkan adanya dualisme finansiil. Pengertian itu dapat
dijelaskan dalam dua golongan yaitu : a) adanya pasar uang yang memiliki organisasi yang sempurna
(organized money market), b) adanya pasar uang yang tidak terorganisir sama sekali (unorganization
money market).
Untuk pasar uang yang pertama meliputi Bank-bank komersiil dan Badan-badan keuangan lainnya.
Hal ini terutama terdapat dikota-kota besar dan pusat-pusat perdagangan. Sedang pasar uang jenis
yang kedua adalah bentuk pasar uang yang bukan berbentuk institusional terdiri dari tuan-tuan tanah,
pedagang-pedagang perantara. Biasanya pasar uang jenis ini sangat menonjol untuk daerah pedesaan
yang terkenal dengan renternir dan sistem ijon. Adanya kebutuhan yang mendesak akan uang
mengakibatkan cara tersebut yang mudah dijangkau oleh masyarakat di pedesaan
d. Dualisme Regional
Pada tahun 1960 an banyak orang mulai membicarakan mengenai masalah dualisme regional. Yang
dimaksud dengan dualisme regional ini adalah ketidakseimbangan tingkat pembangunan di berbagai
daerah dalam suatu negara. Akibat dari ketidakseimbangan dalam pembangunan mengakibatkan
adanya jurang perbedaan tingkat kesejahteraan antar berbagai daerah dan selanjutnya menimbulkan
masalah sosial dan politik. Sebagai contoh misal dualisme antara kota dengan desa, dualisme antara
Pemerintahan Pusat dengan Pemerintahan Daerah.
Adanya berbagai macam tersebut jelas kurang menguntungkan bagi pembangunan, sebab akibat yang
dapat ditimbulkan dapat berupa ada perbedaan yang menyolok antara golongan kaya dan miskin
dimana perbedaan ini semakin lama semakin melebar dengan distribusi pembagian pemerataan
pendapatan menjadi timpang. Di samping itu kemajuan di bidang teknologi juga akan memberikan
pengaruh terhadap tingkat kesempatan kerja yang ada. Dualisme teknologi melahirkan akibat buruh
terhadap lajunya pembangunan dan kaharmonisan proses pembangunan.
Masalah lingkaran perangkap kemiskinan ini dikemukakan oleh ahli ekonomi yang bernama
NURSKE yang mempelopori penilaian atas masalah pembentukan modal di negara-negara
berkembang. Adapun pengertian dari lingkaran perangkap kemiskinan atau disingkat dengan
lingkaran kemiskinan atau The Vicious Circle adalah Suatu rangkaian kekuatan-kekuatan yang
saling mempengaruhi satu sama lain secara sedimikian rupa sehingga menimbulkan keadaan dimana
sesuatu negara akan tetap miskin dan akan mengalami banyak kesulitasn untuk mencapai tingkat
pembangunan yang lebih tinggi.
Pada hakekatnya Nurske berpendapat bahwa kemiskinan bukan saja disebabkan oleh
ketiadaan pembangunan pada masa lalu tetapi juga menimbulkan hambatan kepada pembangunan di
masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal itu Nurske mengatakan : Sesuatu negara adalah
miskin karena ia merupakan negara miskin atau istilahnya a country is poor because it is poor.
Menurutnya penyebab utama adanya lingkaran perangkap kemiskinan ini adalah adanya hambatan
dalam mencipatakan tingkat penanaman modal di negara berkembang. Di lain pihak tingkat
penanaman modal tergantung pada tingkat pembentukan modal. Oleh karena itu Nurske berpendapat,
bahwa ada tiga penyebab terjadinya lingkaran perangkap kemiskinan ini yaitu :
Lingkaran perangkap kemiskinan yang lain dikemukakan oleh Meier dan Baldwin yang
mengemukakan adanya hubungan saling mempengaruhi antara keadaan masyarakat yang masih
terbelakang dan tradisonal dengan kekayaan alam yang masih belum dikembangkan. Hubungan
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Perdagangan luar negeri atau ekspor dan impor yang dilakukan negara sedang berkembang
sebagai salah satu bentuk hubungan internasional dengan negara lain. Perdagangan ini bisa dilakukan
antar negara sedang berkembang dengan negara maju atau sesama negara sedang berkembang.
Sejarah hubungan di antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang besar sekali di antar keuntungan potensial yang mungkin diperoleh negaranegara sedang berkembang dari hubungan tersebut, dengan keuntungan yang sebenarnya mereka
peroleh.
Keuntungan dari perdagangan sudah lama dianalis oleh para alhi ekonomi yang dimulai dari
kaum klasik, yang menunjukkan adanya keuntungan yang mungkin diperoleh suatu negara apabila
mengadakan perdagangan dengan luar negeri. Apabila keuntungan- keuntungan ini dapat diperoleh
dalam kenyataannya, hubungan ekonomi dan perdagangan dengan negara-negara lain dapat
merupakan alat pendorong yang sangat penting dalam rangka mempercepat proses pembangunan.
Dalam kenyataannya seringkali yang terjadai adalah perdagangan luar negri kurang menguntungkan
bagi negara berkembang. Artinya perdagangan luar negri banyak yang dikuasai oleh negara maju.
Apabila diperhatikan perkebangan sektor ekspor di negara-negara sedang berkembang , secara umum
belumlah mencapai tingkat yang diharapkan. Sampai sebelum Perangn Dunia II beberapa negara
sedang berkembang mengalami perkembangan ekspor yang pesat sekali, tetapi sektor tersebut gagal
untuk mendorong perkembangan sektor-sektor lainnya.( Sadono Sukirno, 1985 ).
1.5.1. Peranan Ekspor Dalam Pembangunan Menurut Ricardo
Kaum klasik menganalisa mengenai peranan ekspor dalam pembangunan ekonomi. Ahli
ekonomi klasik tersebut antara lain, Ricardo, Smith dan Mill, telah menunjukkan bahwa perdagangan
luar negri dapat memberikan beberapa sumbangan yang pada akhir akan dapat mempercepat
perkembangan ekonomi suatu negara. Keuntungan-keuntungan dari perdagangan menurut klasik
terutama yang dikemukakan oleh Ricardo, meunjukkan bahwa apabila sesuatu negara sudah
mencapai tingkat kesempatan kerja penuh, perdagangan luar negri memungkinkannya mencapai
tingkat kesempatan konsumsi yang tinggi dibanding apabila tidak melakukan perdagangan luar
negeri.
Di samping itu menurut Smith dan Mill mengemukakan dua keuntungan lainnya dari hubungan
ekonomi dan perdagangan luar negri, yaitu :
1. Sumber-sumber daya yang ada dalam suatu negara sudah sepenuhnya digunakan
2. Negara tersebut dalam kegiatan produksinya tidak lebih efisien dari negara lain.
Keuntungan yang diperoleh dari perdagangan luar negri dalam keadaan tersebut di atas, timbul
sebagai akibat dari perbedaan harga-harga relatif (perbandingan harga-harga) dari barang-barang
yang diperdagangkan, diantara negara-negara yang melakukan perdagangan.
1. Sebagian besar dari barang-barang yang diekspor merupakan hasil produksi primer atau pertanian,
seperti pertambangan, kehutanan dan perikanan dan masih berupa bahan mentah atau belum
diolah.
2. Hasil produksi pertanian yang dieskpor tersebut jenisnya sangat terbatas.
3. Pada awalnya sektor ekspor tersebut dikembangkan oleh pengusaha-pengusaha yang berasala dari
negara penjajah.
Menurut para ahli ekonomi seperti, Myrdal, Myint, Prebisch, Singer dan Meier, mengatakan
bahwaciri-ciri sektro ekspior seperti tersebut diatas tidak dapat memberikan sumbangan yang
memuaskan kepada usaha untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Negara kaya atau negara
industri dengan ekspor hasil industrinya justru seringkali banyak menikmati keuntungan
dibandingkan negara sedang berkembang dengan ekspor hasil pertaniannya. Oleh karena itu tidaklah
mengherankan bila perdagangan internasional belum dapat memberikan manfaat banyak bagi negara
sedang berkembang.Menurut Myint mengemukakan dua sebab mengapa pada masa penjajahan yang
lalu sektor ekspor, yang mengalami perkembangan yang sangat pesat di beberapa negara sedang
berkembang, tidak berhasil merangsang keseluruhan perekonomian untuk bergerak laju.
Kedua faktor tersebut adalah :
a. Adanya unsur monopoli dan monopsoni di sektor luar negri atau ekspor-impor
b. Pengaruh edukatif kegiatan ekspor yang bercorak kolonial terhadap masyarakat di negara sedang
berkembang sangat terbatas.
Pada masa penjajahan, sektor luar negeri dan sektor-sektor ekonomi modern di daerah-daerah
terjajah dimiliki oleh perusahaan-perusahaan asing yang sepenuhnya menguasai kegiatan-kegiatan di
sektor tersebut. Perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai kekuasaan monopoli dalam menentukan
harga-harga barang impor yang dijual kepada penduduk, sehingga memungkin mereka memperoleh
keuntungan yang tinggi. Selain itu, perusahaan-perusahan asing tersebut mempunyai kekuasaan
monopsoni dalam menentukan harga-harga faktor produksi yang mereka gunakan dan dalam
membeli produksi barang-barang ekspor yang dihasilkan oleh para petani kecil. Kekuasaan ini
memungkinkan mereka untuk tetap menikmati keuntungan yang tinggi.
Prebisch dan Singer, berpendapat bahwa faktor-faktor yang berasal dari luar negeri
merupakan faktor yang terutama menyebabkan sektor ekspor kurang berhasil dalam memegang
peranan sebagai penggerak pembangunan di negara sedang berkembang. Menurut mereka dalam
jangka panjang syarat-syarat perdagangan atau term of trade negara-negara sedang berkembang akan
semakin memburuk. Keadaan ini menyebabkan keuntungan dari perdagangan internasional akan
dinikmati oleh negara-negara maju.
Syarat-syarat perdagangan atau term of trade semakin memburuk apabila perbandingan
antara indeks harga ekspor berkembang lebih lembat dibandingkan dengan indeks harga impor.
Menurut Prebisch ada dua faktor utama yang menyebabkan semakin memburuknya syarat-syarat
perdagangan atau term of trade, yaitu :
1. Sifat hubungan antara pendapatan dan kenaikan produktivitas dalam kegiatan menghasilkan
bahan-bahan mentah di negara-negara sedang berkembang .Di negara-negara maju kenaikan
produktivitas akan menaikkan pendapatan faktor-faktor produksi, termasuk juga pendapatan
Perbedaan sifat perubahan harga-harga barang industri dengan harga-harga bahan mentah
yang dihasilkan oleh negara sedang berkembang.Kenaikan harga-harga bahan mentah adalah
sangat lambat sekali dibandingkan dengan harga-harga barang industri pada
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Dari makalah ini kami dapat menyimpulka beberapa pokok dari permasalahan yang dibahas
dalam makalah ini yaitu :
Proses pembangunan yang dilakukan di negara sedang berkembang membutuhkan waktu yang
panjang. Pembangunan tidaklah terjadi begitu saja tetapi secara bertahap dan berkelanjutan. Model
pembangunan di negara sedang berkembang lebih banyak berkiblat pada negara maju terutama
negara Eropa dan Amerika Serikat. Perbedaan dalam tingkat kesejahteraan, mengakibatkan adanya
suatu rasa ketidak puasaan dari negara sedang berkembang itu sendiri. Perbedaan tingkat
kesejahteraan ini semakin dirasa penting terutama setelah perang Dunia II.
Adapun factor-faktor yang menghambat pelaksanaan pembangunan di Indonesia antara lain :
Penduduk
Distribusi penduduk yang tidak merata
Adanya dualisme
Lingkaran perangkap kemiskinan