Anda di halaman 1dari 8

BAB  

I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


  Makalah ini kami tujukan khususnya untuk kalangan remaja, pelajar dan generasi muda yang
tidak lain adalah sebagai generasi penerus bangsa agar kita semua mengenal akan ketimpangan
yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi kehidupan dan kemakmuran masyarakat
Indonesia. Kami membuat makalah ini karena prihatin akan kondisi ketimpangan yang sangat
mencolok dan berdampak buruk bagi kehidupan bangsa dan negara. Oleh karena itu, kami
berharap agar para generasi muda Indonesia termotivasi untuk membangun negri ini dengan baik
agar dapat mengurangi ketimpangan yang terjadi di bidang apapun setelah membaca makalah
ini.

1.2. Rumusan Masalah


1)  Apa saja faktor yang mempengaruhi ketimpangan sosial ekonomi ?

1.3. Tujuan Penulisan


1)  Sebagai sarana penambah ilmu pengetahuan.

1.4. Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan tinjauan dari
beberapa sumber yang berkompeten dalam permasalahan ketimpangan sosial.

1.5. Manfaat penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan serta pemahaman tentang
ketimpangan sosial di bidang ekonomi dan mencari pemecahan masalah atau solusi untuk
mengurangi ketimpangan sosial tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Faktor penyebab Ketimpangan Sosial Ekonomi


  Secara umum, ketimpangan sosial, khususnya ekonomi dipengarhi oleh dua faktor, yaitu:

1. Faktor Internal: faktor ketimpangan sosial ini ada di dalam diri masyarakat, tertama
menyangkut kualitas yang ada di dalam diri, seperti tingkat pendidikan, kecerdasan, kesehatan,
dan lain sebagainya.

2. Faktor Eksternal: faktor ketimpangan sosial ini berada di luar diri seseorang. Faktor ini
muncul dari kebijakan atau birokrasi pemerintah yang mengekang atau mengucilkan satu pihak
tertentu. Faktor eksternal bisa menimbulkan kemiskinan struktural.

  Ketimpangan sosial ekonomi dapat terjadi karena beberapa faktor. Berikut ini beberapa faktor
penyebab terjadinya ketimpangan sosial ekonomi yang ada di Indonesia:

1. Kebijakan Pemerintah yang Tidak Adil


Kebijakan pemerintah yang tidak adil menyebabkan sejumlah ketimpangan sosial ekonomi.
Salah satu bentuk kebijakan pemerintah yang menyebabkan ketimpangan sosial ekonomi adalah
kebijakan pembangunan negara. Dalam masalah pembangunan, pemerintah seringkali terlalu
fokus membangun daerah perkotaan atau beberapa pulau besar seperti Jawa dan Sumatera. Hal
ini dikarenakan pemerintah masih menganggap daerah-daerah tersebut berpotensi sangat tinggi
dan dapat menghasilkan pemasukan yang tinggi bagi negara. Selain itu, ketidakmampuan
pemerintah dalam mengelola pulau-pulau Indonesia yang banyak membuat mereka lebih fokus
mengurus perkotaan atau pulau-pulau besar di Indonesia.

Ini mengakibatkan ketimpangan sosial ekonomi antara daerah perkotaan dengan daerah
terpencil. Daerah perkotaan atau pulau besar yang mengalami pembangunan pesat akan
memperoleh fasilitas memadai, pendapatan yang tinggi, serta kesejahteraan penduduk yang lebih
baik. Ini berbeda dengan daerah terpencil yang kondisinya tertinggal dan membuat fasilitas yang
didapat tidak memadai, pendapatan daerah yang rendah, serta kesejahteraan penduduk yang
memprihatinkan. Kemiskinan akan dapat dijumpai di daerah terpencil. Bila dibiarkan, maka akan
terjadi kecemburuan sosial antara daerah terpencil dengan daerah yang lebih maju.
2. Persebaran Penduduk
  Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran penduduk juga mempengaruhi ketimpangan
sosial ekonomi. Di Indonesia, persebaran penduduk masih tidak begitu merata. Hal ini bisa
dilihat dari banyaknya penduduk yang menghuni Pulau Jawa dibanding pulau-pulau lainnya.
Anggapan bahwa Pulau Jawa sebagai pusat pemerintahan berpotensi tinggi membuat sejumlah
penduduk bermigrasi ke pulau ini.

  Selain itu, faktor pembangunan yang tidak merata juga mengakibatkan penduduk daerah
terpencil pindah ke Pulau Jawa karena pulau tersebut dianggap lebih maju dibanding daerah asal
mereka.. Akibatnya, terjadi ketimpangan pertumbuhan ekonomi antara Pulau Jawa dengan
pulau-pulau terpencil. Pulau Jawa akan mengalami pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding
pulau lainnya.

3. Kualitas Diri Masyarakat


  Pembangunan yang tidak merata membuat fasilitas pendidikan dan kesehatan yang memadai
tidak dapat dinikmati sejumlah daerah. Akibatnya, tidak semua masyarakat mempunyai kualitas
diri yang baik. Kualitas diri ini berpengaruh terhadap kualitas kerja mereka. Semakin tinggi
kualitas diri mereka, maka semakin tinggi pula peluang kerja dan kesejahteraan hidup yang
didapat.

Selain itu, sifat malas penduduk tertentu juga berpengaruh terhadap kualitas diri masyarakat.
Sifat malas akan mengakibatkan masyarakat enggan menerima perubahan dan enggan untuk
belajar meningkatkan kualitas dirinya. Bila dibiarkan, maka masyarakat akan semakin tertinggal
kualitas dirinya. Masalah kualitas diri ini juga menjadi salah satu masalah negara berkembang,
termasuk Indonesia.

4. Lapangan Pekerjaan
  Lapangan pekerjaan yang sedikit hanya mampu menampung angkatan kerja dengan jumlah
yang sedikit. Hal ini akan mengakibatkan ketimpangan sosial ekonomi antara angkatan kerja
yang telah bekerja dengan angkatan kerja yang belum bekerja.

Secara ekonomi, angkatan kerja akan berpotensi meraih pendapatan dan kesejahteraan hidup
yang lebih baik dibanding angkatan kerja yang masih menganggur. Jika tidak diatasi, angkatan
kerja yang menganggur akan semakin sedikit dan membuat perekonomian negara semakin rapuh.
Meningkatkan lapangan pekerjaan bisa menjadi solusi untuk mengatasi ketimpangan ini.

Selain itu, cara mengatasi masalah pengangguran juga harus dilakukan dalam menangani
ketimpangan sosial ekonomi ini.

5. Kemiskinan
  Kemiskinan membuat masyarakat sulit mendapatkan kesejahteraan hidup yang layak, sehingga
masyarakat yang mengalami kemiskinan akan mengalami ketimpangan sosial ekonomi dengan
masyarakat yang lebih kaya. Kemiskinan bisa disebabkan oleh kualitas pribadi yang rendah serta
sikap malas yang diidap masyarakat. Kemiskinan juga dapat terjadi karena pengaruh struktur
sosial yang juga disebut sebagai kemiskinan struktural.

  Secara umum, kemiskinan mempunyai bermacam-macam ciri, yaitu:

• Angka kematian yang diri.


• Tingkat kesehatan yang rendah.
• Tingkat pendidikan yang rendah.
• Memiliki mata pencaharian yang berpenghasilan rendah.
• Mempunyai sikap tidak menerima perubahan.
  Kemiskinan struktural mempunyai macam-macam golongan,   yaitu:
• Kaum petani yang tidak mempunyai lahan sendiri.
• Petani yang mempunyai lahan sendiri namun lahannya begitu kecil.
• Para buruh yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan yang baik serta tidak terlatih.
• Pengusaha yang tidak mempunyai modal dan fasilitas dari pemerintah.

6. Globalisasi
  Ketimpangan sosial ekonomi  akibat globalisasi bisa disebabkan oleh sikap masyarakat
terhadap globalisasi. Jika masyarakat mampu beradaptasi terhadap globlisasi, maka mereka
mampu bertahan hidup lebih lama serta kesejahteraan ekonomi mereka relatif lebih tinggi.       
Sebaliknya, jika tidak mampu beradaptasi terhadap globalisasi, masyarakat akan makin tertinggal
dan kesejahteraan eknominya akan jauh lebih rendah.
7. Teknologi
  Sama seperti globalisasi, pemanfaatan teknologi juga berpengaruh terhadap ketimpangan sosial
ekonomi. Jika mampu memanfaatkan teknologi secara optimal, maka masyarakat akan mampu
bertahan hidup dan kesejahteraan ekonominya pun akan membaik. Sebaliknya, kegagalan
memanfaatkan teknologi akan merugikan masyarakat dan kesejahteraan ekonominya pun akan
menurun.

8. Letak Geografis
  Pengaruh letak geografis juga dapat mempengaruhi ketimpangan sosial ekonomi. Hal ini bisa
dilihat dari kemajuan ekonomis masyarakat di daerah dataran tinggi dengan dataran rendah.

 Secara ekonomi, daerah dataran tinggi akan meraih pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena
pembangunan di daerah tersebut cukup pesat dan fasilitas pendidikan dan kesehatannya pun
terbilang memadai.

9. Pendapatan
  Sebenarnya, pendapatan bukanlah suatu hal yang dapat menimbulkan ketimpangan sosial
ekonomi. Itu pun dengan catatan bahwa pendapatan yang diterima harus sesuai dengan bidang
pekerjaan, tingkat kesulitan, kualitas, serta kinerja dari tenaga kerja. Jika tidak sesuai dengan hal
tersebut, maka ketimpangan sosial ekonomi pasti akan terjadi. Gaji buruh dan guru yang kecil
adalah contoh ketimpangan yang disebabkan oleh faktor ini. Bila dilihat dari tingkat kesulitan
dan kualitas dari tenaga kerja, gaji yang diterima dari dua profesi itu bisa lebih layak lagi.

10. Tingkat Kekayaan


Faktor ini merupakan akumulasi dari faktor-faktor sebelumnya, seperti lapangan kerja,
kemiskinan, kualitas diri, dan pendapatan. Tingkat kekayaan di Indonesia begitu timpang antara
orang kaya dan orang miskin, baik dari segi pendapatan maupun perlakuan dari masyarakat.     
Khusus segi pengakuan, orang yang meraup pendapatan tinggi akan diperlakukan lebih layak
ketimbang orang berpendapatan rendah. Hal tersebut tentu merupakan suatu tindakan
diskriminasi terhadap orang berpendapatan rendah. Kecemburuan sosial juga akan timbul di
dalam diri orang yang berpendapatan rendah. Lebih parahnya, kecemburuan tersebut bisa
memicu tindak kejahatan yang merugikan orang berpendapatan tinggi dan tidak jarang juga
merugikan negara.
  Selain 10 faktor di atas, masih ada beberapa faktor ketimpangan sosial di Indonesia yang
dilansir dari laman Oxam, yaitu:

• Fundamentalisme pasar yang mendorong orang kaya untuk mendapatkan kekayaan atau
keuntungan besar dari pertumbuhan ekonomi negara.
• Tingginya political capture. Istilah political capture ini merupakan istilah yang merujuk pada
kemampuan orang kaya yang dapat merubah aturan hukum, sehingga aturan tersebut dapat
menguntungkan mereka.
•  Adanya ketidaksetaraan gender.
• Upah murah yang diterima tenaga kerja yang membuat mereka sulit terlepas dari jerat
kemiskinan.

11. Kualifikasi tenaga kerja yang minim


  Kualifikasi tenaga kerja yang terbatas membuat suatu Indonesia sulit untuk berkembang. Oleh
sebab itu diperlukan sarana yang dapat meningkatkan kualifikasi seorang tenaga kerja seperti
membuka pelatihan kerja serta memberikan kesempatan untuk  para pekerja untuk berkarya dan
berinovasi agar dapat menghasilkan suatu ide atau buah pikiran yang baru yang dapat
menghasilkan keuntungan ataupun hasil.

12. Kurangnya tenaga ahli


  Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau dan memiliki potensi akan sumber daya alam yang
sangat besar, tetapi hambatan teknologi ataupun tenaga ahli yang kurang maka Indonesia belum
bisa memaksimalkan pengunan sumber daya alam untuk menghasilkan keuntungan dan
memakmurkan kehidupan rakyat Indonesia.

13. ketidakstabilan antara tingkat natalitas dan mortalitas serta  migrasi penduduk
  Natalitas adalah tingkat kelahiran penduduk sedangkan mortalitas adalah tingkat kematian
penduduk. Ketidakstabilan natalitas dan mortalitas dapat menyebabkan suatu negara sulit untuk
mengawasi penduduknya dan migrasi penduduk yang salah dapat menyebabkan suatu daerah
tempat yang sudah padat semakin padat dan tempat yang sepi malah ditinggalin penduduknya,
hal tersebut dapat menyebabkan persebaran penduduk yang tidak merata dan dapat menimbulkan
terjadi ketimpangan di bidang ekonomi dan dapat membuat pangan di daerah/ tempat tersebut
semakin langka.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


3.1. Kesimpulan
Masalah ketimpangan sosial ekonomi di Indonesia sangat sulit dipecahkan. Bukan hanya di
Indonesia, tetapi negara-negara berkembang pun menghadapi masalah serupa. Masalah ini ada
yang berdampak positif dan negatif. Dampak positif ketimpangan sosial ekonomi adalah
mendorong adanya persaingan antar individu, sedangkan dampak negatifnya adalah dapat
membuat kemiskinan serta kriminalitas.

Upaya mengurangi ketimpangan sosial di bidang ekonomi dapat dilakukan dengan beberapa cara
yang efektif seperti memberikan bantuan/ subsidi pada masyarakat kurang mampu, membuka
lapangan kerja dan memberantas korupsi. Upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan taraf
kehidupan masyarakat di Indonesia.

3.2. Saran
Dalam menghadapi ketimpangan sosial ekonomi di Indonesia pada zaman globalisasi, diperlukan
usaha yang lebih kreatif, inovatif dan eksploratif.

Selain itu, diperlukan kesadaran masyarakat unuk berubah dan dukungan atau bantuan
pemerintah kepada masyarakat yang kurang mampu melalui pendidikan dan progam padat karya.
Dengan adanya program padat karya, pemerintah bisa memberikan pelatihan dan pengajaran
serta pekerjaan untuk masyarakat yang kurang mampu, ini merupakan salah satu cara yang dapat
mengurangi angka pengangguran di Indonesia dan meningkatkan kualitas sumber daya
masyarakat (SDM) dalam pengetahuan, wawasan, skill, dan moralitas
DAFTAR PUSTAKA

• http://catatankuliahfethamrin.blogspot.co.id/2013/01/makalah-tentang-kemiskinan-dan.html
• https://materiips.com/faktor-ketimpangan-sosial
• https://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
• https://fisipsosiologi.wordpress.com/mata-kuliah/sosiologi-kriminalitas/
• http://giovanishandika05.blogspot.com/
• https://yustinasusi.wordpress.com/2015/09/25/ketimpangan-sosial/
• Soetomo.2008.Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai