A. Pengertian
e. Roichatul Aswidah
Ketimpangan sosial sering dipandang sebagai dampak residual dari
proses pertumbuhan ekonomi.
B. Faktor penyebab
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang. Artinya faktor yang disebabkan oleh individu karena
rendahnya kualitas sumberdaya manusia seperti tingkat pendidikan
(ilmu pengetahuan & keterampilan), kesehatan rendah atau terdapat
hambatan budaya pada diri sendiri seperti budaya malas, sikap apatis,
pandangan yang cenderung menyerah pada nasib, tidak memiliki etos
kerja, dan tidak mempunyai orientasi kehidupan masa depan. Dalam
penjelasan Lewis (1969), ketimpangan sosial tipe ini muncul karena
masyarakat itu terkungkung dalam kebudayaan kemiskinan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal diartikan sebagai faktor-faktor yang berasal dari luar
kemampuan seseorang. Hal ini dapat terjadi karena birokrasi atau ada
peraturan-peraturan resmi (kebijakan), sehingga dapat membatasi atau
memperkecil akses seseorang untuk memanfaatkan kesempatan dan
peluang yang tersedia. Dengan kata lain, ketimpangan sosial bukan
terjadi karena seseorang malas bekerja atau tidak mempunyai
kemampuan sebagai akibat keterbatasan atau rendahnya kualitas
sumberdaya manusia, tetapi karena ada hambatan-hambatan atau
tekanan-tekanan struktural. Ketimpangan sosial ini merupakan salah
satu penyebab munculnya kemiskinan struktural.
3. Faktor Struktural
Faktor struktural sangat berkaitan erat dengan tata kelola yang
merupakan kebijakan pemerintah dalam menangani masyarakat, baik
yang bersifat legal formal maupun kebijakan-kebijakan dalam
pelaksanaannya.
4. Faktor Kultural
Dalam hal ini berkaitan dengan sifat atau karakter masyarakat dalam
melaksanakan kehidupannya, apakah ia malas atau rajin, ulet atau
mudah menyerah, jujur atau menghalalkan berbagai cara, menerima apa
adanya atau suka berkompetisi, dan sebagainya. Kultur dalam hal ini
berkaitan dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh suatu masyarakat.
C. Bentuk- bentuk ketimpangan sosial
1. Ketimpangan ekonomi
Ketimpangan ini terjadi akibat adanya globalisasi yang kemudian
menyebabkan perekonomian hanya tumbuh di beberapa wilayah,
ditambah dengan praktik ekonomi kapitalisme yang menyebabkan si
kaya menjadi semkain kaya dan si miskin menjadi semakin miskin.
2. Ketimpangan kesehatan
Pembangunan yang tidak merata membuat sejumlah fasilitas
kesehatan yang memadai tidak mampu dinikmati oleh seluruh wilayah
negara. Wilayah yang pembangunannya lebih maju akan mendapat
fasilitas kesehatan yang memadai. Hal tersebut akan membantu
masyarakatnya mendapat kualitas kesehatan yang prima. Sayangnya,
yang terjadi justru sebaliknya. Kualitas fasilitas dan pelayanan
kesehatan yang memadai ternyata tidak mampu membuat masyarakat
di daerah maju mengalami kualitas kesehatan yang prima. sebab,
penyakit yang dialami masyarakat daerah maju atau perkotaan yang
disebabkan oleh zat kimia yang terkandung dalam makanan yang
dikonsumsi. Seringkali, penyakit yang diidap tersebut sulit ditangani
meskipun rumah sakit mempunyai alat yang memadai. Akibatnya,
masyarakat akan berobat ke luar negeri untuk mengatasi penyakit
tersebut. Bila tak sempat tertangani, maka kematian akan dialami oleh
si penderita penyakit.
3. Ketimpangan pendidikan
Seperti yang sudah dijelaskan, bahwa pendidikan menjadi penyebab
yang mempengaruhi adanya ketimpangan sosial. Sejatinya,
pendidikan mampu mengentaskan ketimpangan sosial ini. Sayangnya,
sedikitnya masyarakat yang tidak mampu mendapat pendidkan yang
layak justru membuat pendidikan sulit mengentaskan ketimpangan
sosial. Ketidakmampuan ini terjadi karena faktor biaya pendidkan
yang terlalu tinggi. Selain ketidakmampuan mengenyam pendidikan
yang layak, mentalitas para pendidik dan pelajar juga berpengaruh
terhadap ketimpangan di bidang pendidikan. Mentalitas pendidik yang
mengajar demi materi semata akan menghasilkan para terpelajar yang
tidak berkualitas. Sebaliknya, pelajar atau kaum terpelajar yang
belajar setengah hati membuat mereka menjadi terpelajar yang tidak
mempunyai kualitas yang mumpuni.
4. Ketimpangan gender
Ketimpangan gender terjadi bila terdapat ketidaksamaan hak dan
perlakukan antara laki-laki dan perempuan, baik itu dalam kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat, maupun bernegara. Ketimpangan ini bisa
dilihat dari sedikitnya jumlah perempuan yang diberi kesempatan
bekerja di sektor industri. Selain itu, jumlah perempuan yang
bersekolah hingga ke jenjang yang paling tinggi pun masih terhitung
sedikit dibanding dengan laki-laki. Ketimpangan ini masih terjadi
karena masih adanya tabu yang menyatakan bahwa tidak sepatutnya
wanita melakukan pekerjaan kasar atau bersekolah hingga ke jenjang
tertinggi atau doktoral..
7. Ketimpangan pembangunan
Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan
kandungan sumberdaya alam dan perbedaan kondisi geografi yang
terdapat pada masing – masing daerah. Akibat dari perbedaan ini,
kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga
menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan bilamana pada
setiap daerah biasanya terdapat daerah maju (Development Region)
dan daeah terbelakang (Underdevelopment Region). Terjadinya
ketimpangan antar daerah ini membawa implikasi terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat antar daerah. Karena itu, aspek ketimpangan
pembangunan antar daerah ini juga mempunyai implikasi pula
terhadap formulasi kebijakan pembangunan daerah yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah.
Ketimpangan sosial selalu meninggalkan jejak baik positif maupun negatif. Berikut ini
dampak dari ketimpangan sosial :
1. Dampak Positif
2. Dampak Negatif