Anda di halaman 1dari 10

ECONOMIC

EQUITY IN
INDONESIA
Fitriani Siti
TABLE OF CONTENTS

01 02
LATAR RUMUSAN
BELAKANG MASALAH

03 04
TEKNIS ANALISIS ALTERNATIF
PERMASALAHAN SOLUSI
Masalah ketimpangan pendapatan telah menjadi fokus perhatian sejak

LATAR lama untuk segera diatasi di negara maju dan berkembang. Salah satu

BELAKANG
tujuan utama yang ingin dicapai secara global adalah untuk memastikan

kesempatan yang sama dan mengurangi ketimpangan pendapatan (United

DAN Nation, 2016). Fokus pada pengurangan ketimpangan pendapatan juga ada

URGENSI dalam visi pembangunan Indonesia pada 2045. Pemerintah Indonesia

sejauh ini telah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil

PEMILIHAN sekaligus meningkatkan jumlah masyarakat kelas menengah. Melalui

ISU kebijakan otonomi, pemerintah juga telah berusaha memastikan bahwa

hasil pembangunan dapat dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat.

Sementara pada kenyataannya, manfaat pertumbuhan ini masih belum

merata dan masih terjadi.


LATAR BELAKANG
DAN URGENSI
PEMILIHAN ISU
Kondisi ketimpangan di Indonesia telah disinggung dalam publikasi Bank
Dunia (2015) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ketimpangan di
Indonesia meningkat lebih cepat dibandingkan sebagian besar negara di
Asia Timur dan Asia Tenggara. Konsep ketimpangan pendapatan
berdasarkan Bank Dunia (2009) menyatakan bahwa ketimpangan
pendapatan merupakan konsep yang lebih luas daripada kemiskinan,
ketimpangan didefinisikan untuk seluruh penduduk, bukan hanya penduduk
yang berada di bawah garis kemiskinan. Dengan kata lain, masalah
ketimpangan pendapatan di Indonesia yang erat kaitannya dengan
masalah kemiskinan masih menjadi isu penting untuk diselesaikan oleh
pemerintah dan pihak berwenang.
LATAR
BELAKANG
DAN
URGENSI
PEMILIHAN Tabel di atas menunjukkan data indeks Gini rata-rata per pulau di
Indonesia periode 2015-2019. Berdasarkan data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pada periode 2015-2019, pulau-pulau dengan
ISU rata-rata tingkat ketimpangan tertinggi adalah pulau Jawa dan Bali.
Diikuti secara berurutan oleh pulau Sulawesi, pulau Nusa Tenggara,
pulau Maluku-Papua, pulau Kalimantan, dan pulau Sumatera. Angka
ketimpangan di Pulau Jawa dan Bali (0,394) sangat mengkhawatirkan
karena memiliki nilai yang lebih tinggi daripada rata-rata angka
ketimpangan Indonesia pada periode 2015-2019.
Faktor Pengaruh
Ketimpangan Ekonomi
1. Pertumubuhan Ekonomi
Menurut Todaro (2003) peningkatan pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan
ketimpangan pendapatan dan sebaliknya. Pandangan Todaro mengenai kedua
variabel ini juga didukung oleh hasil penelitian Zhilal dan Yudhi (2022) yang
menyatakan bahwa tingginya ketimpangan di Pulau Jawa disebabkan oleh
pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Pulau Jawa.
2. Investasi
Investasi dapat dikatakan sebagai komponen utama dalam menggerakkan roda
perekonomian suatu negara. Presiden RI Joko Widodo pada periode pertama
kepemimpinannya juga menjadikan investasi sebagai salah satu poin penting
dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019.
3. Pembangunan Manusia
United Nations Development Program (UNDP) memperkenalkan konsep kualitas
modal manusia yang disebut Indeks Pembangunan Manusia yang
mendefinisikan definisi kesejahteraan yang lebih luas
GAP ANTARA IDEAL
DAN AKTUAL
Berdasarkan data olahan Badan Pusat Statistik (BPS),
Indonesia mencatatkan indeks Gini yang cukup stabil untuk
periode 2015-2019 dengan rata-rata sebesar 0,391. Catatan
yang cukup stabil ini tampaknya bukan catatan yang baik,
mengingat berdasarkan klasifikasi ketimpangan menurut PBB,
negara dengan indeks Gini 0,3-0,4 menunjukkan adanya
ketimpangan yang cukup. Catatan ini juga hanya kurang
0,009 dengan klasifikasi ketimpangan sedang. Mengacu dari
sinilah adanya rumusan masalah terkait pengaruh dari
ketimpangan ekonomi terhadap Indonesia.
Analisis Akar Permasalahan
Melihat dari permasalah yang ada dapat di rangkum sebagai berikut:
● Strength (Kekuatan dari Indonesia):
Potensi sumber daya alam di masing masing daerah yang dimiliki oleh Indonesia cukup tinggi dan memiliki nilai
ekonomis yang penting untuk setiap daerah. Selain itu potensi pariwisata yang dapat di manfatatkan untuk
pemerataan ekonomi di masing masing daerah.

● Weakness (Kelemahan):
SDM yang rendah, Daya saing sumber daya manusia beberapa daerah yang tertinggal masih
Berada jauh lebih rendah dibandingkan daerah yang sudah lebih maju. laporan Institute for
Management Development (IMD) World Competitive Year book 2022 menyebut, daya saing
Indonesia saat ini berada di posisi ke-44 dari posisi 37 di tahun 2021. Pembangunan
infrastruktur wilayah yang kurang memadai terutama kebutuhan listrik yang belum
sepenuhnya merata.

● Opportunities (Peluang):
Sikap terbuka pemerintah dan masyarakat terhadap pihak – pihak yang ingin berinvestasi di daerah yang
tertinggal.

● Threats (Tantangan/Ancaman):
Kerusakan lingkungan akibat eksploitasi tak terkendali, Degradasi Sosial dan Kriminalitas serta adanya ancaman
embargo internasional
Salah satu solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan memanfaatkan
investasi. Investasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
ketimpangan karena investasi lebih cenderung di soialisasikan dan di
gunakan oleh masyrakat di daerah yang lebih maju. Tetapi investasi
juga dapat di jadikan solusi untuk bisa mensosialisasikan literasi
investasi dan praktiknya kepada daerah daerah yang berkembang. Dapat
dilihat juga pada data berikut bahwa realisasi investasi di Indonesia

Alternatif
berkembang dari tahun ke tahunnya hanya saja belum merata di setiap
daerah. Solusi serta saran yang ditawarkan adalah untuk dapat
meluaskan penyebarannya ke daerah daerah berkembang.

Solusi

Sumber: Laporan tahunan Badan Koordinasi Penanaman Modal (2016-2020)


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai