Anda di halaman 1dari 4

RESUME

ARTIKEL PENGARUH KEMISKINAN, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN BELANJA, MODAL


TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA TENGAH TAHUN 2006-2009

Pembangunan manusia merupakan sebuah proses pembangunan yang bertujuan agar


mampu memiliki lebih banyak pilihan, khususnya dalam pendapatan (ekonomi dalam daya
beli), kesehatan, dan pendidikan. Salah satu tolok ukurnya dapat dilihat melalui Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Laju pertumbuhan ekonomi daerah dipengaruhi secara
positif dan signifikan oleh pembangunan manusia.

Menurut Human Development Report 2007- 2008, IPM Indonesia sebesar 0,728 pada tahun
2007 dan berada pada peringkat 107 dari 177 negara yang disurvei oleh UNDP. Masalah
kemiskinan sebenarnya bermula dari kemampuan daya beli masyarakat yang kurang
memenuhi kebutuhan pokok. Laju pertumbuhan ekonomi daerah dipengaruhi secara positif
dan signifikan oleh pembangunan manusia.

Pembangunan adalah pembangunan manusia, sehingga perlu diprioritaskan alokasi belanja


untuk keperluan ini dalam penyusunan anggaran (Suyanto dalam Christy et al, 2009).
Indeks Pembangunan Manusia merupakan indeks komposit yang digunakan untuk
mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam tiga hal mendasar pembangunan
manusia, yaitu: (1) lamanya hidup yang diukur dengan harapan hidup; (2) tingkat
pendidikan, yang diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf; dan (3) tingkat
kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran per kapita. Indeks ini pertama kali
dikembangkan pada 1990 oleh ekonom Pakistan bernama Mahbub ul Haq. Formula
penghitungan IPM adalah sebagai berikut: IPM = (Indeks + Indeks + Indeks)

Menurut Todaro (1998), sumber daya manusia dari suatu bangsa merupakan faktor paling
menentukan karakter dan kecepatan pembangunan sosial dan ekonomi dari
bangsa yang bersangkutan. Bank Dunia memerlukan garis kemiskinan absolut agar dapat
membandingkan angka kemiskinan antar negara. Hal ini bermanfaat dalam menentukan
kemana menyalurkan sumber daya finansial (dana) yang ada, juga dalam menganalisis
kemajuan dalam memerangi kemiskinan.

Pada umumnya ada dua ukuran yang digunakan oleh Bank Dunia, yaitu : a) US $ 1 perkapita
per hari dimana diperkirakan ada sekitar 1,2 miliar penduduk dunia yang hidup dibawah
ukuran tersebut; b) US $ 2 perkapita per hari dimana lebih dari 2 miliar penduduk yang hidup
kurang dari batas tersebut. US dollar yang digunakan adalah US $ PPP (Purchasing Power
Parity), bukan nilai tukar resmi (exchange rate). Kedua batas ini adalah garis kemiskinan
absolut (BPS Jateng, 2008).

Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan


masyarakat. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
bersumber pada laporan badan pusat statistik (BPS Jateng) khususnya data tahun 2006
sampai dengan tahun 2009. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang meliputi 35 kabupaten/kota.

UNDP pembedakan tingkat IPM berdasarkan empat klasifikasi yakni: low (IPM kurang dari
50), lower-medium (IPM antara 50 dan 65,99), upper-medium (IPM antara 66 dan 79,99)
dan high (IPM 80 ke atas). Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa variabel
kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan dengan elastisitas negatif sebesar 0,208192
terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah tahun 2006-2009. Hal ini
menunjukan bahwa apabila rasio kemiskinan mengalami penurunan sebesar 1%, maka
akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah sebesar 0,208.

Semakin tinggi populasi penduduk miskin akan menekan tingkat pembangunan manusia,
sebab penduduk miskin memiliki daya beli yang rendah. Tingginya daya beli masyarakat
akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia karena daya beli masyarakat
merupakan salah satu indikator komposit dalam IPM yang disebut indikator pendapatan.

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka akan meningkatkan
Indeks Pembangunan Manusia. Belanja modal yang dikeluarkan oleh pemerintah
berpengaruh positif dan signifikan pada taraf 5% terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah
yang berarti semakin tinggi belanja modal yang dikeluarkan maka akan meningkatkan
Indeks Pembangunan Manusia.

Koordinasi diantara stakeholders maupun instansi pengampu secara berjenjang dari


tingkat provinsi sampai dengan kabupaten/kota harus dioptimalkan untuk menghindari
terjadinya tumpang tindih maupun terlewatnya sasaran penanggulangan kemiskinan.

LATAR BELAKANG
Sebuah kebijakan tak akan bertahan lama dan cocok diterapkan di masyarakat apabila tidak
berdasarkan data yang sesuai dengan keadaan lapangan. Maka penelitian perlu dilakukan
dengan pengawasan dan pengujian terhadap data-data statistik yang ada di waktu
sebelumnya, sebagai dasar penentuan keputusan penerapan kebijakan.

Artikel dan penelitian ini dibuat untuk mengetahui tingkat pertumbuhan pembangunan
manusia dengan melalui sejumlah data statistika yang diuji berdasar metoda tertentu.
Dengan data itu, dihasilkan kesimpulan dan saran yang kemungkinan dapat merumuskan
kebijakan atau sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan dan perencanaan
dalam manajemen pemerintahan, terutama mengatasi masalah kependudukan.

HASIL PENELITIAN DAN KESIMPULAN

Dari data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber
pada laporan badan pusat statistik (BPS Jateng) khususnya data tahun 2006 sampai dengan
tahun 2009.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa


perkembangan Indeks Pembangunan Manusia kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah
selama tahun 2006-2009 mengalami peningkatan dengan ratarata peningkatan sebesar
0,49. Rata-rata nilai IPM selama tahun 2006-2009 sebesar 71,32 dan masuk dalam kategori
IPM menengah.

OPINI

Selepas membaca artikel mengenai pertumbuhan pembangunan manusia yang diukur


dengan beberapa metoda tersebut, dapat diketahui jika permasalahan Indonesia dalam hal
pemerataan/distribusi pendapatan sebagai modal pengelolaan kegiatan kemasyarakatan
masih belum berjalan sesuai harapan. Karena dilihat dari data, IPM yang tidak merata
menjadi buktinya. Kemiskinan masih tersebar di beberapa daerah, semacam kelompok-
kelompok.

Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah secara khusus, namun juga masyarakat yang
harus turut membantu program-program pemerintah. Dukungan bukan dengan berdemo
meski Indonesia adalah negara demokrasi, namun dengan wujud tindakan nyata yang
benar-benar terealisasikan untuk membantu sesama.

Namun, dilihat dari angka kemiskinan yang tiap periodenya mengecil, pemerintah rupanya
berhasil mengatasi sedikit permasalahan kemiskinan. Meskipun dengan angka yang cukup
besar, tapi tidak sebesar periode sebelumnya. Kemiskinan sendiri dapat diruntuhkan
dengan pemberdayaan secara optimal terhadap sumber daya manusia. Seperti yang
dikatakan penulis artikel ini, bahwa penanggulan kemiskinan adalah upaya yang harus
dilakukan secara bersama dari semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai