Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI

INDONESIA

Wildan Arifianto
Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya
E-mail : hirumayoichi555@gmail.com

Imam Setiyono
Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap distribusi pendapatan di Indonesia.Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap distribusi pendapatan di
Indonesia. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis statistik non-parametris Spearman Rank. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan
bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap distribusi pendapatan adalah positif dan signifikan, dan hal ini tidak
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kusnetz. Faktor penyebabnya adalah rendahnya tingkat pendidikan,
teknologi, dan faktor institusional yang masih buruk.

Kata Kunci : pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan


ABSTRACT
This study examines the effect of economic growth on income distribution in Indonesia. The purpose of this study was to
identify the effect of economic growth on income distribution in Indonesia.This research is descriptive with quantitative
approach. The method of analysis used in this study is a non-parametric statistical Spearman Rankmethod. From the
data analysis it can be concluded that the effect of economic growth on income distribution is positive and significant,
and it is not in accordance with the theory put forward by Kusnetz. Contributing factor is the low level of education,
technology, and institutional factors that are still bad.

Keywords :economic growth, income distribution

PENDAHULUAN Kemiskinan dan ketidakmerataan pendapatan


Permasalahan pokok dalam pembangunan adalah dua hal yang sedang gencar-gencarnya ditekan
ekonomi adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhannya oleh pemerintah.Ketidakmerataan
distribusi pendapatan dan penghapusan kemiskinan. Di terkait erat dengan kemiskinan karena secara mendasar
beberapa negara tujuan tersebut kadang-kadang menjadi adalah indikator kemiskinan relatif, yaitu kesenjangan
sebuah dilema antara mementingkan pertumbuhan antara golongan kaya dan miskin.Rendahnya
ekonomi atau mengurangi ketidakmerataan distribusi ketidakmerataan, atau semakin meratanya distribusi
pendapatan (Deininger dan Olinto, 2000). Pertumbuhan pendapatan, tentunya merupakan salah satu agenda
yang tinggi belum tentu memberi jaminan bahwa penting pembangunan ekonomi.
ketidakmerataan distribusi pendapatan akan rendah. Jika melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia,
Banyak Negara Sedang Berkembang (NSB) yang pada 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan yang
mempunyai pertumbuhan ( > 7%/tahun), tetapi cukup baik.Hal ini dapat dilihat dari PDB Indonesia
tingkatketidakmerataan distribusi pendapatan dan dalam Laporan Perekeonomian Indonesia 2011 yang
kemiskinannya juga tinggi.Hal ini menimbulkan tuntutan dipublikasikan oleh BI melalui situs resminya.Dalam tiga
untuk lebih mementingkan pengurangan ketidakmerataan tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Data terbaru
distribusi pendapatan daripada peningkatan pertumbuhan yaitu pada tahun 2011, PDB Indonesia mencatatkan
ekonomi. angka pada 6,5 %. Diantara Negara-negara sekawasan,

1
Indonesia adalah Negara yang memiliki PDB tertinggi mengeksploitasi alam secara besar-besaran di daerah,
pada tahun 2011. masyarakat di sekitarnya hanya bisa menjadi penonton
Jika ditinjau dari segi kesejahteraan, pada tahun sehingga mendorong munculnya kecemburuan sosial,
2011 BI melaporkan bahwa kesejahteraan penduduk kesenjangan, dan berujung pada tindak kekerasan.
Indonesia meningkat dengan menurunnya prosentase Aspek kesenjangan ekonomi dan indikator
penduduk miskin. Prosentase penduduk miskin ekonomi untuk mengukur tingkat kesenjangan ekonomi
menunjukkan angka 13,33% pada tahun 2010 dan antara lain dengan melihat Indeks Gini (Gini Ratio).
menjadi 12,36% pada tahun 2011. Hal ini disebabkan Ironisnya indeks Gini tercatat mengalami peningkatan,
oleh kondisi perekonomian Indonesia yang membaik, jika pada 2010 hanya 0,38, pada 2011 menjadi 0,41, dan
upah minimum yang meningkat, nilai tukar petani yang pada 2013 diperkirakan mendekati koefisien 0,5. Padahal,
baik, dan tingkat inflasi yang terjaga.Namun, penurunan indeks Gini merupakan indikator tingkat distribusi
penduduk miskin pada tahun laporan lebih rendah pendapatan yang ditunjukkan dengan koefisien nol
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.Secara antar hingga satu, yang artinya semakin tinggi koefisien, kian
daerah, tingkat kemiskinan masih tinggi di daerah luar tidak merata distribusi pendapatan penduduk.Hal ini tentu
Jakarta.Selama tahun 2011, kemiskinan tertinggi berada menimbulkan pertanyaan, mengapa tingkat distribusi
di wilayah Sumatera Selatan dan wilayah Bali Nusa pendapatan menunjukkan adanya ketidakmerataan yang
Tenggara, seiring dengan lambatnya inflasi di kawasan- hampir mendekati setengah parah di saat perekonomian
kawasan tersebut.BI juga mengemukakan bahwa dikatakan dalam angka terlihat cukup baik.
kesenjangan pendapatan penduduk miskin semakin Pandangan tradisional tentang distribusi
berkurang dengan menurunnya Indeks kedalaman dan berpendapat bahwa ketidakmerataan distribusi
keparahan kemiskinan. Pada tahun 2010, indeks ini pendapatan merupakan necessary condition dan insentif
menunjukkan angka 2,21 dan pada tahun 2011 sebesar yang baik bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi.
2,05. Argumen dasarnya bahwa pendapatan yang tinggi
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pengusaha dan perorangan akan menaikan tabungan,
mengatakan, pengurangan tingkat kesenjangan ekonomi tabungan yang tinggi akan meningkatkan investasi dan
rakyat Indonesia harus menjadi prioritas pemerintahan ke pertumbuhan ekonomi (Djojohadikusumo, 1994). Setelah
depan.Saat membuka sidang kabinet paripurna, SBY itu baru mekanisme trickle down effect berjalan, dengan
menekankan bahwa pengurangan kemiskinan dan melalui program perpajakan dan subsidi. Pengalaman di
kesenjangan dapat dilakukan dengan kebijakan negara-negara maju trickle down effect terjadi dalam
pemerintah dan kepemimpinan daerah yang tepat waktu yang lama. Sedangkan kondisi distribusi
(Kuncoro, www.kompas.com).Data yang ada pendapatandi NSB menghendaki penyelesaian masalah
menunjukkan, ketika pertumbuhan ekonomi meningkat di secepatnya, untuk meningkatkan taraf hidup dan
Indonesia, ternyata ketidakmerataan pendapatan yang kesejahteraan rakyat. Argumen ini yang menyebabkan
diukur dengan indeks Gini juga meningkat, tetapi meluasnya penumpukan kekayaan para elit penguasa.
kemiskinan cenderung menurun. Dengan kata lain, Menurut Myrdal proses pembangunan ekonomi
semakin tinggi pertumbuhan, memang jumlah dan tingkat yang berlangsung di tiap negara menghasilkan hubungan
kemiskinan cenderung menurun, tetapi kesenjangan sirkuler yang menyebabkan si kaya semakin kaya dan si
antara si kaya dan si miskin cenderung kian lebar saat miskin semakin miskin.Backwash effect (dampak balik)
pertumbuhan semakin meningkat di Indonesia selama cenderung lebih besar daripada spread effect (dampak
periode 2000-2012. sebar) (Jhingan, 1996). Peranan kekuatan pasarbebas dan
Masalah kesenjangan ini dalam praktek sering perdagangan bebas menghambat potensi ekspor negara
memicu kecemburuan sosial dan kekerasan yang sering terbelakang, sehingga memperparah export gap.
terjadi di berbagai daerah di Indonesia.Sumber daya alam Ketidakmerataan distribusi internasional dan
yang melimpah seharusnya memberikan kesejahteraan ketidakmerataan distribusi regional, bisa menghambat
masyarakat jika regulasi berpihak kepada rakyat.Namun, pertumbuhan ekonomi NSB yang berdampak semakin
yang terjadi sebaliknya, kesenjangan terjadi di mana- kecilnya pendapatan perkapita.
mana. Misalnya, di daerah yang miskin dan APBD-nya Pandangan berbeda diberikan oleh Todaro:
rendah, para pejabat dan kepala dinas mengendarai mobil ...why greater equality in developing countries may in
mewah dan tinggal di perumahan mewah. fact be condition for self-sustaining economic growth
Tak ketinggalan, para kontraktor sebagai mitra kerja (Todaro, 2000).Dari kutipan Todaro dapat disimpulkan
PEMDA juga ikut menampilkan gaya hidup mewah di bahwa semakin besar pemerataan maka hal itu dapat
tengah kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan menjadi insentif yang baik bagi negara yang sedang
dasarnya. Belum lagi perusahaan-perusahaan yang berkembang untuk membangun perekonomiannya.

2
Pendapat Todaro ini berdasarkan beberapa argumen Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi adanya
sebagai berikut: 1) Pemerataan pendapatan akan permasalahan hubungan antara pertumbuhan ekonomi
meningkatkan akses masyarakat terhadap kredit, dengan tingkat ketidakmerataan distribusi pendapatan.
pembiayaan sekolah, dan asuransi; 2) Berdasarkan data di Permasalahan yang akan dibahas dan dijawab yaitu
NSB kemampuan menabung dan berinvestasi ke dalam apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap
negeri orang-orang kaya rendah; 3) Pemerataan akan distribusi pendapatan di Indonesia.
meningkatkan taraf hidup serta produktivitas kerja; 4) Tujuan penelitian ini adalah untuk
Pemerataan akan meningkatkan daya beli masyarakat; 5) mengidentifikasi pengaruh tingkatpertumbuhan ekonomi
Pemerataan akan meningkatkan peran serta aktif terhadap distribusi pendapatan masyarakat yang ada di
masyarakat dalam pembangunan. Dengan pemerataan Indonesia.
distribusi pendapatan yang baik dapat mengurangi
permasalahan-permasalahan sosial ekonomi, bahkan Teori Pertumbuhan Ekonomi
dapat dijadikan modal untuk mempercepat proses Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
pertumbuhan ekonomi. Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada 4
Dalam kondisi pasar modal yang tidak sempurna faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu:
(capital market imperfection) hubungan antara human jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas
capital dengan distribusi pendapatan maupun aset tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang
mempunyai trade off pada kemampuan investasi individu digunakan. Dalam teori pertumbuhan mereka, dimisalkan
pada pembentukan sumber daya manusia (human luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan
capital). Pada penduduk miskin yang tak punya akses tingkat teknologi tidak mengalami perubahan.
pada capital market, maka akan kesulitan untuk Berdasarkan kepada teori pertumbuhan ekonomi
mendapatkan dana untuk membiayai investasi pada klasik, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan
human capital maupun untuk kegiatan produksi (Bardhan perkaitan di antara pendapatan per kapita dan jumlah
dan Udhry, 1999). penduduk.Teori tersebut dinamakan teori penduduk
Pembagian distribusi pendapatan di Indonesia optimum.Teori pertumbuhan klasik dapat dilihat bahwa
semakin tidak merata. Hal tersebut tampak dari semakin apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marjinal
meningkatnya Indeks Gini Indonesia. Sebagaimana adalah lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Akan
diketahui, indeks Gini mengukur distribusi pendapatan tetapi apabila penduduk semakin banyak, hukum hasil
suatu negara.Besarnya indeks Giniantara 0 (nol) sampai 1 tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi
(satu), indeks Ginisama dengan 0 (nol) menunjukkan fungsi produksi, yaitu produksi marjinal akan mulai
besarnya indeks bahwa distribusi pendapatan merata mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan
sempurna, sementara indeks Gini sama dengan 1(satu) nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin
menunjukkan distribusi pendapatan sama sekali tidak lambat pertumbuhannya.
merata. Berdasarkan data, indeks Gini Indonesia terus Teori pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith
meningkat dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 2005 An Inquiry into the nature and causes of the wealth of
besarnya indeks Gini adalah 0,32, maka pada tahun 2008 the nation, teorinya yang dibuat dengan teori the
meningkat menjadi 0,35, dan kembali meningkat menjadi invisible hands (Arsyad, 2010). Teori Pertumbuhan
0,41 pada tahun 2011. Bahkan saat pertumbuhan ekonomi Adam Smith ditandai oleh dua faktor yang
ekonomi Indonesia mengalami penurunan pada tahun saling berkaitan yaitu pertumbuhan penduduk dan
2012 yaitu dari 6,5% menjadi 6,3%, indeks Gini pertumbuhan output total. Pertumbuhan output yang akan
Indonesia tidak mengalami penurunan yaitu tetap 0,41. dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen berikut ini.
Hubungan kausalitas antara pertumbuhan 1. Sumber-sumber alam
ekonomi dengan pemerataan pendapatan perlu Sumber alam diintrepetasikan oleh ketersediaan
mendapatkan perhatian. Permasalahan yang lebih penting tanah.Menurut Smith, sumber daya alam yang tersedia
yaitu mengidentifikasi jalur (chanels) yang merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan
menghubungkan antara pertumbuhan ekonomi dengan produksi suatu masayarakat.Jumlah sumber daya alam
distribusi pendapatan. Hal ini perlu dilakukan untuk yang tersedia merupakan batas maksimum bagi
menghasilkan kebijakan yang mendorong pertumbuhan pertumbuhan suatu perekonomian. Artinya jika
ekonomi dengan pemerataan pendapatan.Kompleksitas sumber daya alamini belum digunakan secara
permasalahan yang dihadapi oleh tiap negara berbeda- maksimal atau sepenuhnya, maka jumlah penduduk
beda, tergantungdari ciri masing-masing negara yang dan modal yang ada akan terus memacu pertumbuhan
bersangkutan. output. Namun, pertumbuhan ini akan terhenti apabila

3
jika semua sumber daya yang ada sudah digunakan investasi; 4.Kemajuan teknologi terjadi sepanjang waktu;
secara optimal. 5.Sektor pertanian sangat dominan.(Arsyad,2010).
2. Tenaga kerja (pertumbuhan penduduk) Dengan terbatasnya tanah, maka pertumbuhan
Tenaga kerja diintrepetasikan oleh jumlah penduduk akan menurunkan produk marginal yang
penduduk. SDM memegang peranan yang pasif dalam kemudian kita kenal dengan istilah hukum kenaikan hasil
proses pertumbuhan output. Maksudnya, jumlah yang semakain berkurang ( The Law of Diminishing
penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan Return ). Selama tenaga kerja yang dipekerjakan pada
akan tenaga kerja dari suatu masyarakat. Smith tanah tersebut bisa menerima tingkat upah diatas tingkat
memandang tenaga kerja merupakan salah satu input upah alamiah, jumlah penduduk(tenaga kerja) akan terus
(masukan) dalam proses produksi dan pembagian bertambah. Hal tersebut akan menurunkan lagi produk
kerja, dan sepesialisasi merupakan salah satu kunci marginal tenaga kerjanya dan pada gilirannya akan
penting dalan peningkatan produktivitas tenaga kerja menurunkan tingkat upah. Proses yang dijelaskan diatas
3. Akumulasi modal yang dimiliki. akan berhenti apabila tingkat upah nominal turun sampai
Jumlah persediaan modal memegang peranan pada tingkat alamiah, jumlah penduduk(tenaga kerja)
penting dalam pembangunan ekonomi.Persediaan akan menurun.
modal dapat diidentikkan sebagai dana Akibatnya tingkat penawaran atas tenaga kerja
pembangunan, cepat lambatnya pembangunan akan mendorong tingkat upah untuk mengalami kenaikan
ekonomi tergantung pada ketersediaan dana sampai pada tingkat upah alamiah. Pada posisi ini jumlah
pembangunan tersebut.Selain itu persediaan modal penduduk konstan, jadi dari segi faktor produksi tanah
merupakan unsur produksi yang secara aktif dan tenaga kerja, ada suatu kekuatan dinamis yang akan
menentukan tingkat output.Peranannya sangat sentral selalu mendorong perekonomian kearah tingkat upah
dalam pertumbuhan output.Jumlah dan pertumbuhan minimum yaitu berlakunya hukum kenaikan hasil yang
outputini tergantung pada laju pertumbuhan semakin menurun.
persediaan modal. Peranan akumulasi modal dan kemajuan
Ketersediaan modal tergantung pada jumlah teknologi akan cenderung meningkatkan produktivitas
tabungan masyarakat.Sementara jumlah tabungan tenaga kerja. Dengan kata lain, dapat memperlambat
masyarakat tergantung pada pola kepemilikan terjadinya The Law of Diminshing Return yang pada
modal dari masyarakat tersebut. Smith memandang gilirannya akan memperlambat pula penurunan tingkat
hanya para tuan tanah dan pengusaha yang hidup kearah tingkat hidup minimal.
mempunyai kemampuan untuk menabung, karena
mereka adalah kaum pemilik modal. Teori pertumbuhan ekonomi Neo Klasik
Teori pertumbuhan Neo-klasik melihat dari sudut
Teori pertumbuhan ekonomi David Ricardo dan T.R pandang yang berbeda, yaitu dari segi penawaran.
Malthus Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits
Menurut Ricardo faktor pertumbuhan penduduk dan Solow pertumbuhan ekonomi tergantung kepada
yang semakin besar hingga menjadi dua kali lipat pada perkembangan faktor-faktor produksi (Arsyad, 2010).
suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja Dalam persamaan, pandangan ini dapat dinyatakan
melimpah. Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori dengan persamaan:
yang dikemukakan oleh Malthus, yang menyatakan Y = f (K,L,T)
bahwa makanan (hasil produksi) akan bertambah Dimana :
menurut deret hitung (satu, dua, dan seterusnya). Y adalah tingkat pertumbuhan ekonomi
Sedangkan penduduk akan bertambah menurut deret ukur K adalah tingkat pertumbuhan modal
(satu, dua, empat, delapan, enam belas, dan seterusnya) L adalah tingkat pertumbuhan penduduk
sehingga pada saat perekonomian akan berada pada taraf t adalah tingkat pertumbuhan teknologi
subisten atau kemandegan. Analisis solow selanjutnya membentuk formula
Ricardo menggunakan beberapa asumsi untuk matematis untuk persamaan itu dan seterusnya membuat
membahas pertumbuhan ekonomi yaitu : 1. Jumlah tanah pembuktian secara kajian empiris untuk menunjukkan
terbatas; 2. Tenaga kerja akan meningkat atau menurun kesimpulan berikut: faktor terpenting yang mewujudkan
tergantung pada tingkat upah nominal; 3. Akumulasi pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan
modal terjadi jika keuntungan yang diperoleh para pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting
pemilik modal berada diatas tingkat keuntungan minimal adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran
yang diperlukan untuk menarik mereka untuk melakukan dan kepakaran tenaga kerja.

4
Teori pertumbuhan ekonomi Sollow-Swan mula ketika pembangunan dimulai, distribusi pendapatan
Menurut teori Sollow-Swan, pertumbuhan akan semakin tidak merata, namunsetelah mencapai suatu
ekonomi tergantung pada ketersediaan faktor-faktor tingkat pembangunan tertentu, distribusi pendapatan
produksi (penduduk,tenaga kerja, dan akumulasi modal) semakin merata(Kuncoro,1997).
dan tingkat kemajuan teknologi. Berdasarkan Menurut Kuznets pertumbuhan ekonomi adalah
penelitiannya, Sollow (1956) menyatakan bahwa peran kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara
dari kemajuan teknologi di dalam pertumbuhan ekonomi yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang
sangat dominan. Temuan Sollow menunjukkan bahwa ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu
pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang mencapai sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya
2,75% per tahun pada periode 1909 sampai 1949, lebih kemajuan-kemajuan atau penyesuaian teknologi,
dari setengahnya(1,5%) merupakan sumbangan dari institusional (kelembagaan) dan ideologis terhadap
kemajuan teknologi, sedangkan sisanya disebabkan oleh berbagai tuntutan keadaan yang ada.
pertambahan jumlah penggunaan faktor Kuznets pada tahun 1971 juga mengemukakan enam
produksi.(Arsyad, 2010). karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi
(Arsyad, 2010), diantaranya sebagai berikut:
Teori Pertumbuhan Ekonomi dalam perspektif ekonomi 1. Tingkat pertumbuhan output per kapita dan
Kelembagaan pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Dalam tradisi ekonomi kelembagaan, sumber 2. Tingkat kenaikan produktivitas faktor total yang
pertumbuhan ekonomi tidak harus bertumpu pada tinggi.
investasi semata, meskipun disadari bahwa faktor 3. Tingkat transformasi struktural ekonomi yang
tersebut juga penting. Bahkan, jikateknologi merupakan tinggi.
faktor yang given pertumbuhan ekonomi tetap bisa 4. Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang
dilakukan. Pertumbuhan ekonomi tanpa adanya tinggi.
perubahan tingkat tingkat teknologi inilah yang disebut 5. Adanya kecenderungan negara-negara yang
sebagai pertumbuhan ekonomi kasus statis (static case) mulai atau sudah maju perekonomiannya untuk
(Yustika, 2008). Pertumbuhan ekonomi dapat dicapai berusaha merambah bagian-bagian dunia
dengan jalan melakukan spesialisasi atau pembagian lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber
kerja. Efisiensi dan produktivitas tidak harus dilakukan bahan baku yang baru.
dengan menambah sumber daya maupun mengubah 6. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi
teknologi yang menurut teori klasik merupakan faktor yang hanya mencapai sepertiga bagian
penentu pertumbuhan ekonomi, namun cukup dengan penduduk dunia.
melakukan dan mempraktikkan pembagian kerja Berdasarkan hipotesis tersebut, muncul
(spesialisai). pertanyaan: kenapa terjadi suatu trade-off antara
Kemudian terdapat teori pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan dan
pendekatan dinamis : perubahan teknologi. Dalam hal ini untuk berapa lama?Atau berdasarkan kerangka pemikiran
peran utama kelembagaan adalah mendesain aturan yang yang melandasi hipotesis Kuznetz,apakah memang
membuat perusahaan mempunyai insentif untuk dapat terbukti ada suatu korelasi positif jangka panjang setelah
melakukan proses perusahaan kreatif, pada akhirnya beberapa tahun antara tingkat pendapatan per kapita (atau
berimplikasi kepada penemuan teknologi baru dan laju pertumbuhan) dan tingkat kemerataan dalam
memicu pertumbuhan ekonomi. Namun dalam kasus distribusi pendapatan atau suatu korelasi antara tingkat
Negara berkembang, peningkatan teknologi sangat pendapatan per kapita dan besarnya ketidakmerataan
bergantung kepada Negara maju, sehingga NSB semakin distribusi pendapatan? Atau, kalau memang benar relasi
terperosok. Sehingga jalan satu-satunya adalah antara peningkatan pendapatan rata-rata per kapita (yang
meningkatkan anggaran untuk research and development mencerminkan semakin tingginya tingkat pembangunan
melalui pendidikan(Yustika,2008). ekonomi) dan tingkat distribusi pendapatan berbentuk
kurva U terbalik, sesuai hipotesis Kuznetz, apakah
Teori Distribusi Pendapatan tidak mungkin ketidakmerataan akan membesar lagi
Hipotesis U Terbalik Tentang Ketidakmerataan : (muncul kurva U terbalik, kedua).
Teori Kuznetz Evolusi ketidakmerataan dalam distribusi
Banyak perhatian yang telah diberikan terhadap pendapatan pada awalnya didominasi oleh apa yang
bagaimana distribusi pendapatan berubah dalam masa disebut hipotesis Kuznetz. Dengan memakai data antar
pembangunan. Simon Kuznets (1995) membuat hipotesis Negara (cross-section) dan data dari sejumlah
adanya kurva U terbalik (inverted U curve) bahwa mula- survey/observasi disetiap sektor (time series), Kusnetz

5
menemukan relasi antara distribusi pendapatan dan ent/users/Natascha_Wagner/public/anand_kanbur93.pdf,
tingkat pendapatan per kapita berbentuk U terbalik. Hasil diakses 7 Juni 2013).
ini diinterpretasikan sebagai evolusi dari distribusi Menurut mereka, distribusi pendapatan tidak
pendapatan dalam proses transisi dari suatu ekonomi bisa dibandingkan antar negara karena konsep
pedesaan (rural) ke suatu ekonomi perkotaan (urban) atau pendapatan unit populasi dan cakupan surveinya berbeda.
ekonomi. Pada awal proses pembangunan, Mereka juga mengkritik metode yang digunakan
ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan naik Ahluwalia dalam analisisnya yang berkaitan dengan
sebagai akibat dari proses urbanisasi dan industrialisasi, variasi dalam functional form: bentuk fungsi yang
pada akhir proses pembangunan, ketidakmerataan berbeda (diantara mana data tidak dapat dipilih) dapat
menurun, yakni pada saat sektor-sektor di daerah mengakibatkan bentuk relasi yang berbeda antara
perkotaan sudah dapat menyerap sebagian besar dari ketidakmerataan distribusi dan tingkat pendapatan. Hasil
tenaga kerja yang berasal dari pedesaan (sektor pertanian) ulang analisis yang dilakukan oleh Anand dan Kanbur
atau pada saat pangsa pertanian lebih kecil di dalam (1993) dengan memakai data dari 60 negara yang sama
produksi dan penciptaan pendapatan. seperti pada studi Ahluwalia (1976) menolak hipotesis
Beberapa pendapat dari hasil studi empiris yang Kuznets.
menguji hipotesis Kusnetz,dengan menggunakan data Sedangkan studi-studi dengan pendekatan
makro dari sejumlah negara sebagian besar studi-studi analisis time-series hanya sebagian yang mendukung
tersebut mendukung hipotesis Kuznets, sedangkan kurva Kuznets, misalnya dari Ravallion dan Datt (1996)
sebagian lainnya menolak, misalnya, Deininger dan (dalam Arsyad, 2010), mengenai India dengan
Squire (1996) tidak menunjukkan adanya suatu relasi menggunakan logaritma (log) jumlah produk domestik
yang sistematis antara pertumbuhan pendapatan dan pola (dalam nilai riil) per orang (1951=0) sebagai proksi dari
distribusinya. Walaupun hipotesis itu diterima, namun pendapatan per kapita dan indeks Gini sebagai proksi dari
sebagian besar dari studi-studi tersebut menunujukkan tingkat ketidakmerataan distribusi. Studi ini
bahwa relasi positif antara pertumbuhan dan pemerataan menunjukkan bahwa selama periode 1950 hingga awal
pada periode jangka panjang hanya terbukti nyata untuk dekade 1990-an pendapatan rata-rata per kepala
kelompok negara-negara industri maju (kelompok meningkat dan kecederungan perkembangan tingkat
Negara-negara dengan tingkat pendapatan yang tinggi). ketidakmerataan distribusi ekonomi menunjukkan sudut
Hasil studi tersebut di atas harus ditanggapi yang negatif (menurun). Distribusi pendapatan sebagai
dengan kritis karena pendekatan cross-section study suatu ukuran dibedakan menjadi dua ukuran pokok, baik
mempunyai sejumlah kelemahan, diantaranya adalah untuk tujuan analisis maupun untuk tujuan kuantitatif
pendekatan tersebut tidak memasukkan pengaruh- (Todaro, 2000)yaitu:
pengaruh terhadap perkembangan distribusi pendapatan a. Distribusi pendapatan personal atau distribusi
di masing-masing negara secara individu. Misalnya, di pendapatan berdasarkan ukuranatau besarnya
suatu negara mungkin saja tingkat distribusi pendapatan pendapatan.Distribusi pendapatan pribadi atau
(yang diukur dengan indeks Gini) pada periode distribusi pendapatan berdasarkan besarnya
sebelumnya (periode t=0) sangat berpengaruh terhadap pendapatan paling banyak digunakan ahli ekonomi.
tingkat ketidakmerataan distribusi atau pertumbuhan Distribusi ini hanya menyangkut orang per orang atau
pendapatan pada saat ini (t=1). Dengan menggunakan rumah tangga dan total pendapatan yang mereka
data time series mengenai indek Gini yang di dapat dari terima, dari mana pendapatan yang mereka peroleh
486 observasi dari 45 negara berkembang dan maju untuk tidak dipersoalkan. Tidak dipersoalkan pula berapa
periode1947-1993 oleh Deininger dan Squire (1996), banyak yang diperoleh masing-masing individu,
hasil plot antara indeks Ginipada dekade 1970-an dan apakah merupakan hasil dari pekerjaan mereka atau
indeks Gini pada dekade 1980-an dan 1990-an berasal dari sumber-sumber lain. Selain itu juga
menunjukkan adanya suatu korelasi yang positif. diabaikan sumber-sumber pendapatan yang
Kemudian pendekatan cross-section analysis lainnya. menyangkut lokasi (apakah diwilayah desa atau kota)
Misalnya Anand dan Kanbur (1993) yang mengkritik dan jenis pekerjaan.
hasil analisis Ahluwalia (1976) yang mendukung b. Distribusi pendatan fungsional atau distribusi
hipotesis Kuznets (Anand dan Kanbur. 1993. The Kuznets pendapatan menurut bagian faktor distribusi.Sistem
Process and The Inequality-Development Relationship. distribusi ini mempertimbangkan individu-individu
Journal of Development Economics 40. 25552. North- sebagai totalitas yang terpisah-pisah
Holland,
(Online)(http://unoacademia.ch/webdav/site/developpem

6
Teori Distribusi Pendapatan Kaldor merupakan warranted of growth tergantung pada pola
Menurut Kaldor (Prayitno, 1996) ada dua distribusi pendapatan yang berlaku, yang ditunjukkan
kelompok dalam masyarakat, yaitu kelompok kapitalis oleh profit share( P/Q ). Warranted of Growth biasa
dan kelompok buruh. Masing-masing kelompok berkisar antara s, w, h (apabila P/Q = 0) dan s, p, h (
mempunyai propensity to save (s) yang berbeda : sp apabila P/Q = 1).
untuk kelompok kapitalis dan sw untuk kelompok buruh, Jadi dalam model Kaldor pola distribusi
dan kita anggap bahwa sp>sw (sebenarnya penentuan pendapatan mempunyai frekuensi terhadap laju
kelompok ini tidaklah harus antara golongan kapitalis dan pertumbuhan ekonomi apabila sp > sw, maka semakin
buruh seperti yang dilakukan oleh Kaldor, tetapi bisa besar profit share semakin tinggi pula laju pertumbuhan
berdasarkan ciri-ciri sosio ekonomis yang lain, misal : ekonomi. Ini berarti bahwa semakin tidak merata pula
kelompok penduduk perkotaan dan kelompokpenduduk distribusi pendapatan, semakin tinggi laju pertumbuhan
pedesaan atau kelompok sektor industri dan kelompok ekonomi. Model kaldor menunjukkan akan adanyaTrade
sektor pertanian dan sebagainya). Yang penting adalah off atau pilihan antara pertumbuhan GDP yang cepat
kedua kelompok tersebut mempunyai propensity to save tetapi dengan distribusi pendapatan yang tidak merata,
yang berbeda. Seluruh pendapatan nasional (Q) oleh ke atau pertumbuhan GDP yang lambat tetapi dengan
dua kelompok tersebut pembagiannya distribusi pendapatan yang lebih merata.
P+W=Q Myrdal (dalam Jhingan, 1996) berpendapat
Dimana : bahwa pembangunan ekonomi menghasilkan suatu proses
P = keuntungan atau penghasilan dari kelompok kapitalis sirkuler yang membuat si kaya mendapat keuntungan
W = upah atau penghasilan dari kelompok buruh semakin banyak dan mereka yang tertinggal di belakang
Tabungan masyarakat total biasa dinyatakan sebagai : menjadi semakin terhambat. Dampak balik (backwash
S = sp P + sw W effect) cenderung membesar dan dampak sebar (spread
Pesamaan tersebut kalau dibagi dengan Q, dan dengan effect) cenderung mengecil. Secara kumulatif
mengingat bahwa kecenderungan ini semakin memperburuk
W= Q P ketidakmerataan internasional dan menyebabkan
Maka : ketidakmerataan regional di antara negara-negara
S P QP terbelakang.
= sp + sw Myrdal juga menjelaskan bahwa asal
Q Q Q ketidakmerataan regional dalam suatu negara berakar
pada dasar non-ekonomi. Ketidakmerataan regional
Atau berkaitan erat dengan sistem kapitalis yang dikendalikan
P oleh motif laba. Penyebab gejala ini menurut Myrdal
S = (sp - Sw) + sw ialah peranan bebas kekuatan pasar, yang cenderung
Q
memperlebar dari pada mempersempit ketidakmerataan
regional.
P/Q menunjukkan berapa bagian dari pendapatan
Myrdal mengatakan:
masyarakat (pendapatan nasional) yang diterima oleh
Jika segala sesuatu diserahkan pada kekuatan
kelompok kapitalis, yang sering disebut profit share.
pasar tanpa dirintangi oleh intervensi
Jadi dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa
kebijaksanaan apa pun maka produksi, industri,
propensity to save masyarakat secara keseluruhan (s)
perdagangan, perbankan, asuransi, perkapalan
adalah kombinasi dari propensity to save dari masing-
dan hampir semua kegiatan ekonomi yang
masing kelompok (sp,sw) dan profit share (yang
cenderung mendatangkan keuntungan pada
menunjukkan pola distribusi pendapatan antar kedua
umumnya akan mengelompok di daerah atau di
kelompok tersebut). Syarat bagi warranted of growth
wilayah tertentu saja dan meninggalkan daerah-
adalah :
daerah lain di negara tersebut tetap terbelakang
P
(Myrdal dalam Jhingan, 1996).
Sh = [ ( sp sw) + sw h]
Q
Ukuran distribusi pendapatan
Persamaan ini menunjukkan bahwa meskipun Kurva Lorenz
h,sp dan sw adalah koefisien yang mempunyai nilai Cara lain untuk mengalisis distribusi pendapatan
konstan, namun warranted of growth tidak hanya perorangan adalah membuat kurva yang disebut kurva
mempunyai satu nilai tapi berkisar antara x % dan y %. Lorenz. Dinamakan kurva Lorenz adalah karena yang
Nilai dimana dalam batas-batas ini yang nantinya memperkenalkan kurva tersebut adalah Conrad Lorenz

7
seorang ahli statistik dari Amerika Serikat. Pada tahun IndeksGini
1905 Ia menggambarkan hubungan antara kelompok- Suatu ukuran yang singkat mengenai derajat
kelompok penduduk dan pangsa (share) pendapatan ketidakmerataan distribusi pendapatan dalam suatu
mereka. negara biasa diperoleh dengan menghitung luas daerah
antara garis diagonal (kemerataan sempurna) dengan
kurva Lorenz dibandingkan dengan luas total dari
separuh bujur sangkar dimana terdapat kurva Lorenz
tersebut. Koefisien Gini itu ditunjukkan oleh
perbandingan antara daerah yang diarsir dengan luas
segitiga OPE.

Gambar 1 Kurva Lorenz (Arsyad, 2010 hal


289)
Sumbu vertikal menunjukkan pangsa
pendapatan yang diterima oleh masing-masing prosentase
jumlah penduduk. Jumlah ini juga kumulatif sampai 100
persen, dengan demikian kedua sumbu itu sama
panjangnya dan akhirnya membentuk bujur sangkar.
Sebuah garis diagonal kemudian digambarkan melalui
titik origin menuju sudut kanan atas dari bujur sangkar Gambar 2 Perkiraan Koefisien Gini (Arsyad, 2010 hal
tersebut. Setiap titik pada garis diagonal tersebut 290)
menunjukkan bahwa prosentasae pendapatan yang Secara matematis rumus koefisien Gini adalah
diterima sama persis dengan prosentase penerima sebagai berikut. Pada gambar, Kurva Lorenz memetakan
pendapatan tersebut. Sebagai contoh, titik tengah dari kumulatif pendapatan pada sumbu vertikal dengan
diagonal tersebut betul-betul menunjukkan bahwa 50 kumulatif penduduk pada sumbu horisontal.Pada contoh,
persen pendapatan diterima oleh 50 persen jumlah 40 persen penduduk menguasai sekitar 20 persen total
penduduk. pendapatan. Koefisien Gini diperoleh dengan membagi
Demikian juga titik 75 atau 25. Dengan kata luas daerah A dengan (A+B).
lain, garis diagonal tersebut menunjukkan distribusi Jika setiap individu memiliki pendapatan yang
pendapatan dalam keadaan kemerataan sempurna (perfect sama, maka kurva distribusi pendapatan akan tepat jatuh
equality). Oleh karena itu garis tersebut bisa juga disebut pada garis lurus 45 derajat pada gambar, dan koefisien
sebagai garis kemerataan sempurna tersebut. Jumlah Gini bernilai 0. Sebaliknya jika seorang individu
pendapatan digambarkan pada sumbu horizontal, tidak menguasai seluruh pendapatan, dikatakan terjadi
dalam angka mutlak tetapi dalam prosentase kumulatif. ketidakmerataan sempurna (maksimum) sehingga kurva
Misalnya, titik 20 menunjukkan 20 persen penduduk distribusi pendapatan akan jatuh pada titik (0,0), (0,100)
termiskin (paling rendah pendapatannya), dan pada titik dan (100,100), dan angka koefisien Gini bernilai
60 menunjukkan 60 persen penduduk terbawah 1(Arsyad,2010).
pendapatnnya, dan pada ujung sumbu horizontal Koefisien Gini dihitung sbb
merupakan jumlah 100 persen penduduk yang dihitung
pendapatannya.
Semakin jauh kurva Lorenz tersebut dari garis
diagonal (kemerataans empurna), semakin tinggi derajat
ketidakmerataan yang ditunjukkan. Keadaan yang paling (karena A+B = 0,5) atau untuk fungsi probabilitas diskret
ekstrim dari ketidakmerataan sempurna, misalnya f(y) dengan yi, i dari 1 sampai n, adalah titik-titik
keadaan dimana seluruh pendapatan hanya diterima oleh diurutkan dari kecil ke besar (increasing):
satu orang, akan ditunjukkan oleh berhimpitnya kurva
Lorenz tersebut dengan sumbu horizontal bagian bawah
dan sumbu vertikal sebelah kanan.
di mana

8
Pada praktek, fungsi L(x) maupun f(y) tidak diketahui, pemilik modal akan tetap berada dalam keadaaan
hanya ada titik koordinat dalam interval. Sehingga kemiskinan.
koefisien Gini dihitung menggunakan rumus:
Pandangan yang mendukung pertumbuhan ekonomi
berpengaruh negatif terhadap distribusi pendapatan:
Menurut Kuznets seorang ekonom klasik
di mana: menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di negara
Xk = kumulatif proporsi populasi miskin pada awalnya cenderung menyebabkan tingginya
Yk = kumulatif proporsi income/pendapatan tingkat kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi
Yk diurutkan dari kecil ke besar pendapatan. Namun bila negara-negara miskin tersebut
Nilai G1 di sini adalah perkiraan dari nilai G. sudah semakin maju, maka persoalan kemiskinan dan
Koefisien Gini ini merupakan ukuran distribusi pendapatan akan menurun (an inverse U
ketidakmerataan agregat dan nilainya terletak antara 0 shaped patern).
(kemerataan sempurna) sampai 1 (ketidakmerataan Para ekonom klasik (Roberti, 1974), Hayani dan
sempurna). Koefisien Gini dari negara-negara yang Rufffan (1985), mengemukakan pertumbuhan ekonomi
mengalami ketidakmerataan tinggi berkisar antara 0,50 akan selalu cenderung mengurangi kemiskinan dan
0,70; ketidakmerataan sedang berkisar antara 0,36 0,49; ketidakmerataan pendapatan walaupun masih dalam
dan yang mengalami ketidakmerataan rendah berkisar tahap awal pertumbuhan. Bukti empiris dari pandangan
antara 0,20 - 0,35 (Arsyad, 2010). isi berdasarkan pengamatan di beberapa negara seperti
Taiwan, Hongkong, Singapura, RRC. Kelompok Neo
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Distribusi klasik sangat optimis bahwa pertumbuhan ekonomi pada
Pendapatan prakteknya cenderung mengurangi ketidakmerataan
Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pendapatan dan kemiskinan (Irawan, 2002).
distribusi pendapatan dari segi teori ekonomi dapat
dijelaskan sebagai berikut, ada dua pandangan tentang Penelitian Terdahulu Yang Relevan
hubungan pertumbuhan eknomi dan distribusi Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan oleh
pendapatan. Salah satu pandangan medukung bahwa beberapa peneliti antara lain : Studi yang dilakukan oleh
pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap Waluyo (2004) dengan judul Hubungan Antara Tingkat
ketidakmerataan distribusi pendapatan, sedangkan Ketimpangan Distribusi pendapatan Dengan
pandangan lain mengemukakan sebaliknya. Secara garis Pertumbuhan Ekonomi : Suatu Studi Lintas Negara .
besar dua pandangan tersebut yaitu : Hasil dari studi ini adalah (1) Hubungan antara distribusi
Pandangan yang menolak pertumbuhan ekonomi pendapatandengan pertumbuhan ekonomi adalah negatif
berpengaruh negatif terhadap distribusi pendapatan: dan signifikan. (2) Investasi tidak memperbaiki
Teori Karl Mark (1787). Mark berpendapat redistribusi pendapatan, tetapi memperbaiki redistribusi
bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahap awal kepemilikan tanah dan meningkatkan effisiensi alokasi
pembangunan akan meningkatkan permintaan tenaga sumber daya ekonomi.
kerja. Kenaikan tingkat upah dari tenaga kerja Berikutnya adalah studi yang dilakukan
selanjutnya berpengaruh terhadap kenaikan resiko kapital Wahyuni (2004) dengan judul Is There A Link Between
terhadap tenga kerja sehingga terjadi penurunan terhadap Increased Growth And Reduced Income Inequality?
permintaan tenaga kerja. Akibatnya timbul masalah Analysis Of Cross-Country Studies. Hasil temuannya
pengangguran dan ketidakmerataan pendapatan. adalah hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
Singkatnya, pertumbuhan ekonomi cenderung ketidakmerataan pendapatan mempunyai hubungan yang
mengurangi masalah kemiskinan dan distribusi negatif artinya jika pertumbuhan ekonomi naik maka
pendapatan hanya pada tahap awal pembangunan, ketidakmerataan pendapatan akan turun.
kemudian pada tahap selanjutnya akan terjadi sebaliknya Lalu studi yang dilakukan oleh Yuliani (2011)
(Irawan,2002). dengan judul Keterkaitan Antara Pertumbuhan Ekonomi
Neo Marxist menyatakan bahwa pertumbuhan Dan Distribusi Pendapatan (Studi Kasus 35 Kabupaten/
ekonomi justru akan selalu menyebabkan melebarnya Kota Di Jawa Tengah 2007-2008).Hasil penelitian ini
jurang ketidakmerataan antara si kaya dan si miskin. Hal menjelaskan bahwa tingkat ketidakmerataan distribusi
ini terjadi karena adanya akumulasi modal dan kemajuan pendapatan di Provinsi Jawa Tengah masih tergolong
teknologi yang cenderung meningkatkan konsentrasi rendah yaitu sebesar 0,28 pada tahun 2007 dan tahun
penguasaan sumber daya dan kapital oleh para penguasa 2008 . Dengan menggunakan diagram tipologi empat
modal kelompok elit masyarakat. Sebaliknya non- kuadran diketahui bahwa beberapa kabupaten/kota di

9
Jawa Tengah cenderung tergolong kedalam kategori jenis data yang dikorelasikan adalah data ordinal, serta
ketidakmerataan distribusi pendapatanrendah dengan data dari kedua variabel tidak harus membentuk distribusi
pertumbuhan ekonomi rendah dan pendapatan perkapita normal. Jadi korelasi Sperman Rank bekerja dengan data
rendah. ordinal atau berjenjang atau ranking dan bebas distribusi.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Rumus untuk menganalisis korelasi Speraman Rank
Parhah dengan judul Pengaruh Variabel Makro adalah sebagai berikut :
Ekonomi Terhadap Ketimpangan Distribusi pendapatan 6b
=1
Di Indonesia.Hasil penelitiannya adalah inflasi dan tax n(n2 1)
ratio mempunyai efek progresif terhadap distribusi
pendapatan, sedangkan tingkat pengangguran, Dimana adalah koefisien korelasi Spearman Rank.
pengeluaran pembangunan, dan PDRB perkapita Untuk menguji signifikansi dapat digunakan pula rumus
mempunyai efek regresif terhadap distribusi pendapatan. zsebagai berikut :
Variabel dummy yang digunakan untuk melihat
perubahan pola distribusi pendapatan sebelum dan Zh =
setelah krisis juga signifikan mempengaruhi distribusi 1
pendapatan. 1
Dan yang terakhir adalah studi yang dilakukan
Diman Zh : Nilai Signifikansi
oleh Sutarno, dan Mudjarat Kuncoro, 2000 dengan
judulPertumbuhan Ekonomi Dan KetimpanganAntar : Koefisien Korelasi Spearman Rank
Kecamatan Di Kabupaten Banyumas, 1993-2000. n : Banyak Data
Berdasarkan hasil analisis pada periode pengamatan jika Zh>Zt maka hipotesis nol ditolak dan
19932000, terjadi kecenderungan peningkatan hipotesis alternatif diterima dan sebaliknya. Lalu untuk
ketidakmerataan, baik dianalisis dengan indeks melihat koefisien determinasi (R) maka nilai rho tersebut
Williamson maupun dengan indeks entropi Theil. dikuadratkan ( ) setelah itu dikalikan dengan 100%
Ketidakmerataan ini salah satunya diakibatkan maka akan diketahui tingkat prosentase korelasinya.
konsentrasi aktivitas ekonomi secara spasial. Hipotesis Setelah melalui pengujian hipotesis dan hasilnya
Kuznets mengenai ketidakmerataan yang berbentuk signifikan, (Ho ditolak), maka untuk menentukan
kurva U terbalik berlaku di Kabupaten Banyumas, ini keeratan hubungan bisa digunakan kriteria Guilford
terbukti dari hasil analisis trend dan korelasi Pearson. (1956) (dalam Sugiyono,2010) yaitu :
Hubungan antara pertumbuhan dengan indeks 1. kurang dari 0,20 : Hubungan yang
sangat kecil dan bisa diabaikan
Williamson dan entropi Theil untuk kasus Kabupaten
2. 0,20 - <0,40 : Hubungan yang kecil (tidak
Banyumas selama periode 19932000 terbukti berlaku erat)
hipotesis Kuznets. 3. 0,40 - < 0,70 : Hubungan yang cukup erat
4. 0,70 - < 0,90 : Hubungan yang erat
METODE PENELITIAN (reliabel)
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Sedangkan 5. 0,90 - < 1,00 : Hubungan yang sangat erat
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (sangat reliabel)
6. 1,00 : Hubungan yang sempurna
pendekatan kuantitatif karena data penelitian berupa
angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini yang merupakan variabel
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
independen adalah pertumbuhan ekonomi, sedangkan
Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara umum
variabel dependen adalah distribusipendapatan di
menunjukkan trend yang positif selama beberapa kurun
Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah
waktu terakhir. Hal itu ditunjukkan dari terus
pertumbuhan ekonomi dan rasio indeks Gini di Indonesia
meningkatknya PDB Indonesia dari tahun ke tahun.
sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah :
Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia diatas rata-rata
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2000-2012.
pertumbuhan ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi
Rasio Indek Gini Indonesia tahun 2000-2012.
nasional lebih stabil dibanding negara Tiongkok dan
India, sekalipun pertumbuhan ekonomi dua negara
Metode Analisis
tersebut dari sisi angka jauh lebih besar dibanding
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis
Indonesia. Tidak hanya stabil, perekonomian Nasional
uji statistik non-parameteris korelasi Spearman Rank.
juga tumbuh berkelanjutan. Berdasarkan data Badan
Karena sumber data untuk kedua variabel yang akan
Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan
dikonversikan dapat berasal dari sumber yang tidak sama,

10
(Kemenkeu), dari rata-rata pertumbuhan selama lima distribusi pendapatan yang semakin tidak merata yang
tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi RI lebih stabil dan ditunjukkan oleh indeks Gini ratio Indonesia yang
berkelanjutan dibanding negara-negara lain, termasuk meningkat dari 0,33 pada tahun 2002 menjadi 0,36 pada
Tiongkok dan India (Dorimulu dan Gloria. 2013. tahun 2008.
http://www.investor.co.id). Masalah ketidakmerataan ini dalam praktek
sering memicu kecemburuan sosial dan kekerasan yang
Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Gini sering terjadi diberbagai daerah di Indonesia. Sumber
Indonesia daya alam yang melimpah seharusnya memberikan
kesejahteraan masyarakat jika regulasi berpihak kepada
Tahun Pertumbuhan Indeks Gini
ekonomi ( %) ( 0-1) rakyat. Namun yang terjadi sebaliknya, kesenjangan
2000 4.9 0.29 terjadi di mana-mana. Misalnya, di daerah yang miskin
2001 3.6 0.32 dan APBD-nya rendah, para pejabat dan kepala dinas
2002 4.5 0.33 mengendarai mobil mewah dan tinggal di perumahan
2003 4.8 0.32 mewah. Tidak ketinggalan, para kontraktor sebagai mitra
2004 5.1 0.32 kerja PEMDA juga ikut menampilkan gaya hidup mewah
2005 5.7 0.36 di tengah kesulitan masyarakat dalam memenuhi
2006 5.5 0.36
kebutuhan dasarnya. Belum lagi perusahaan-perusahaan
2007 6.3 0.37
yang mengeksploitasi alam secara besar-besaran di
2008 6.1 0.35
2009 4.5 0.37 daerah, masyarakat di sekitarnya hanya bisa menjadi
2010 6.1 0.38 penonton sehingga mendorong munculnya kecemburuan
2011 6.5 0.41 sosial, kesenjangan, dan berujung pada tindak kekerasan
2012 6.3 0.41 Ketidakmerataan dalam studi empiris, ada dua
Sumber :Badan Pusat Statistik Jawa Timur (2012) jenis ketidakmerataan yang menjadi pusat perhatian.
Pertama, distribusi pendapatan antar golongan yang
Stabilnya ekonomi Nasional tercermin pada diukur dengan indeks Gini dan berapa kue Nasional yang
pertumbuhan ekonomi Indonesia pasca krisis finansial dinikmati 40 persen golongan pendapatan terendah.
global 2009 atau sejak 2010 hingga 2013. Pada 2010, Ketidakmerataan yang meningkat diukur dengan
pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 6,1%, berlanjut distribusi pendapatan yang makin lebar sebagaimana
ke 6,5% pada 2011. Bahkan, pada 2012 dan 2013, tercermin dari rasio Gini yang meningkat dari 0,33
perekonomian nasional tetap stabil, dengan pertumbuhan (2002) ke 0,41 (2011) (Kuncoro. 2012.
lebih dari 6%. Pertumbuhan ekonomi tahun lalu www.bisniskeuangan.kompas.com).
mencapai 6,3%. Dalam kondisi perekonomian global Ironisnya, penurunan kue Nasional yang
yang masih lemah tahun ini, ekonomi Indonesia masih dinikmati kelompok 40 persen penduduk termiskin justru
bisa tumbuh setidaknya 6,2%. Pertumbuhan ekonomi diikuti kenaikan kue nasional yang dinikmati 20 persen
Indonesia juga terbukti lebih stabil dibanding delapan kelompok terkaya dari 42,2 persen (2002) menjadi 48,42
negara lain, yakni Tiongkok, India, Kolombia, Brasil, persen (2011). Sementara kelompok 40 persen penduduk
Kosta Rika, Rusia, Thailand, dan Meksiko. Bahkan, dari menengah mengalami penurunan kue nasional dari 36,9
sisi deviasi pertumbuhannya, Indonesia paling rendah, persen (2002) menjadi 34,7 persen (2011). Ternyata ada
hanya 0,9% pada periode 2000-2010, dibanding negara- indikasi kuat terjadi trickle-up effect, efek muncrat ke
negara lain seperti Portugal, Norwegia, Prancis, Selandia atas, dalam proses pembangunan Negara kita. Kedua,
Baru, Belgia, Swiss, Kanada, dan India, yang deviasinya ketidakmerataan antar daerah penting untuk diteliti
lebih dari 1%. karena gravitasi aktivitas ekonomi Indonesia masih
Meski dari sisi angka pertumbuhan Indonesia cenderung terkonsentrasi secara geografis ke kawasan
masih nomor tiga setelah Tiongkok dan India, dalam lima barat Indonesia (KBI) selama lebih dari lima dasawarsa
tahun terakhir rata-rata pertumbuhan ekonomi Nasional terakhir. Betapa tidak, data BPS hingga triwulan IV 2012
jauh lebih stabil dan berkelanjutan. Rata-rata menunjukkan, struktur perekonomian Indonesia secara
pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan India dalam lima spasial masih didominasi kelompok provinsi di Pulau
tahun terakhir masing-masing mencapai 10,5% dan 8,1%. Jawa yang memberikan kontribusi terhadap produk
Sedangkan Indonesia rata-rata pertumbuhannya 5,9%. domestik bruto (PDB) sekitar 57,5 persen, diikuti Pulau
Sumatera sekitar 23,9 persen. Kawasan timur Indonesia
Distribusi pendapatan Indonesia (KTI) hanya kebagian sisanya, sekitar 18,6 persen.
Dari tabel 1diatas, dapat dilihat bahwa dalam periode Dengan kata lain, ketidakmerataan antar wilayah dan
2002 2010, secara umum terdapat kecenderungan pulau terus terjadi.

11
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan Tabel 2 Tabel pembantu perhitungan Spearman Rank
output perkapita yang terus menerus dalam jangka Tahun Pertumbuhan Indeks Ranking Ranking (Xi- Yi) bi
ekonomi Gini (Xi) (Yi) bi
panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah 2000 4.9 0.29 9 13 -4 16
2001 3.6 0.32 13 11 2 4
satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan 2002 4.5 0.33 11.5 9 2.5 6.25
2003 4.8 0.32 10 11 -1 1
demikian semakin tingginya pertumbuhan ekonomi 2004 5.1 0.32 8 11 -3 9
biasanya semakin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, 2005 5.7 0.36 6 6.7 -0.7 0.49
2006 5.5 0.36 7 6.7 0.3 0.09
meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi 2007 6.3 0.37 2.5 4.5 -2 4
2008 6.1 0.35 4.5 8 -3.5 12.25
pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi ialah 2009 4.5 0.37 11.5 4.5 7 49
usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan 2010 6.1 0.38 4.5 3 1.5 2.25
2011 6.5 0.41 1 1 0 0
mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi 2012 6.3 0.41 2.5 1 1.5 2.25
Jumlah 106.58
riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi,
penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan,
penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen. 6b
=1
Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan n(n2 1)
kenaikan output perkapita. Dalam pengertian ini teori
6X106.58
tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan =1
13(132 1)
GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab
hanya apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka 639.48
perkembangan output perkapita bisa dijelaskan. =1
2184
Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan
ekonomi dalam perspektif jangka panjang, yaitu apabila = 1 0,293
selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output
perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat = 0,707

Untuk menginterpretasikan angka ini maka perlu


Distribusi pendapatan
dibandingkan dengan harga kritik rho. Karena untuk
Distribusi pendapatan nasional mencerminkan
n=13 tidak ada dalam harga kritik rho maka dapat dicari
merata atau tidaknya pembagian hasil suatu negara
degan interpolasi berdasarkan taraf kesalahan 5% untuk
dikalangan penduduknya. Untuk mengukur
n=12 harga rho 0,579 dan untuk n=14 harga rho 0,544.
ketidakmerataan distribusi pendapatan, bisa
menggunakan Kurva Lorenz atau Indeks Gini.Koefisien
Gini merupakan ukuran ketidakmerataan agregat dan
nilainya terletak antara 0(kemerataan sempurna) sampai 1
(ketidakmerataan sempurna). Koefisien Gini dari negara-
negara yang mengalami ketidakmerataan tinggi berkisar
antara 0,50-0,70; ketidakmerataan sedang antara 0,36-
0,49; dan yang mengalami ketidakmerataan rendah
berkisar antara 0,20-0,35.(Arsyad,2010) Gambar 3 Interpolasi Nilai Rho
Indikator tersebut merupakan indikator tingkat Dari gambar tersebut dapat dibuat persamaan untuk
ketidakmerataan yang paling umum digunakan dan mencari harga kritik X, yang merupakan rho pada n = 13.
diumumkan oleh negara-negara di dunia. Adapun interval Jadi persamaannya :
nilai koefisien Gini adalah dari 0 sampai dengan 1. Nilai a:b =c:d
koefisien Gini yang semakin mendekati 0 menunjukkan (13-12):(14-12)=(X-0,591):(0,544-0,591)
perekonomian yang tingkat ketidakmerataannya semakin 1:2 =(X-0,591): -0,047
rendah atau semakin merata, sementara nilai yang 2X 2(0,591) =1(-0,047)
semakin mendekati 1 menunjukkan tingkat 2X = 1,182 0,047
ketidakmerataan yang semakin tinggi. Adapun nilai 2X = 1,135
koefisien Gini yang menembus tingkat 0.4 secara X = 0,5675
internasional dipandang sebagai batas peringatan di mana Jadi harga kritik untuk n=13 dengan taraf
tingkat ketidakmerataan dinilai mulai membahayakan kesalahan 5% adalah 0,5675. Dari perhitungan hitung =
(Meisari. 2012. www.fairinstitute.org) yaitu berpotensi 0,707. Harga ini ternyata lebih besar dari harga kritik
meningkatkan kecemburuan sosial yang dapat memicu (0,707> 0,5675) dengan demikian Ho yang menyatakan
konflik sehingga mengancam stabilitas nasional. bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap

12
distribusi pendapatan (dilihat dari rasio indeks Gini) di pendapatan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
Indonesia ditolak dan ha diterima. Jadi kesimpulannya dikemukakan oleh Kuznest. Menurut Kuznets,
pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara signifikan ketidakmerataan distribusi pendapatan hanya akan terjadi
terhadap distribusi pendapatan (dilihat dari rasio indeks pada tahap awal pertumbuhan ekonomi, namun dalam
Gini) di Indonesia. jangka panjang hal itu akan teratasi atau menurun seiring
Untuk menguji signifikansi dapat digunakan pula rumus berjalannya waktu dan kematangan perekonomian. Hal
zsebagai berikut : ini ternyata tidak terjadi di negara kita ini.
Hal ini juga dikuatkan oleh hasil penelitian dari
Zh = Anand dan Kanbur (1993) yang mengkritik hasil analisis
1 Ahluwalia (1976) yang mendukung hipotesis Kuznets.
1 Menurut mereka distribusi pendapatan tidak bisa
dibandingkan antara negara satu dengan negara lain
0,701
Zh = karena konsep pendapatan unit populasi dan cakupan
1 surveinya berbeda. Mereka juga mengkritik metodologi
13 1 yang digunakan Ahluwalia dalam analisisnya yang
berkaitan dengan variasi dalam functional form: bentuk
fungsiyang berbeda (di antara mana data tidak dapat
0,707 dipilih) dapat mengakibatkan bentuk relasi yang berbeda
Zh = antara ketidakmerataan distribusi dan tingkat pendapatan.
1
Hasil ulang analisis yang dilakukan oleh Anand dan
1
Zh = 2,45 Kanbur (1993) dengan memakai data dari 60 negara yang
Untuk taraf kesalahan 5%. Harga kritik Zt,Z sama seperti pada studi Ahluwalia (1976)
dicari pada Z0,5-(0,5-0,05) = Z0,475 diperoleh dari menolakhipotesis Kuznets (Anand dan Kanbur. 1993.
harga 1,96. Hal ini berarti Zh> Zt, (2,45>1,96) sehingga The Kuznets Process and The Inequality-Development
hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima Relationship. Journal of Development Economics 40.
Nilai determinasi : 25552. North-Holland, (Online)
= x 100% (http://unoacademia.ch/webdav/site/developpement/users
/Natascha_Wagner/public/anand_kanbur93.pdf, diakses 7
2 = 0,7072 x 100%
Juni 2013).
2 = 0,4998x 100% Salah satu faktor yang menjadi penyebab teori
2 = 49,98%
Kuznets tidak berlaku adalah faktor kelembagaan.
Menurut Myrdal (1957) terjadi proses divergen
Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap distribusi (menjauh) yang menyebabkan ketidakmerataan semakin
pendapatan di Indonesia melebar. Fenomena ini dijelaskan Myrdal sebagai akibat
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa dari proses penyebab akumulatif (cumulative
pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap distribusi causation/CC). Myrdal (1957) menyebut adanya dampak
pendapatan di Indonesia. Hal ini dibuktikan dari uji kurang menguntungkan untuk menjelaskan fenomena
statistik non-parametris, yaitu uji korelasi Spearman meningkatnya ketidakmerataan antara negara maju dan
Rank. Dari uji tersebut dapat dilihat bahwa nilai hitung negara berkembang. Ia berpendapat, backwash effect
> kritik (0,707>0,5676) sehingga dapat ditarik lebih besar daripada Spread effect.
kesimpulan bahwa distribusi pendapatan di Indonesia Dampak penyebaran adalah dampak dari
dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dengan asumsi ekspansi di pusat kegiatan ekonomi ke daerah yang relatif
ceteris paribus. tertinggal melalui kenaikan permintaan produk pertanian
Dari hasil uji signifikansi uji Z (Zh > Zt) (misalnya bahan pangan), bahan baku, serta barang
didapatkan hasil bahwa pertumbuhan ekonomi konsumsi yang dihasilkan industri kecil. Inilah yang
berpengaruh signifikan dan positif terhadap distribusi minim terjadi di Indonesia karena: (1) produk pertanian
pendapatan dan dari koefisien determinasi diperoleh nilai dan industri masih banyak yang diimpor dari luar, (2)
sebesar 49,98%, berarti bahwa 49,98% distribusi lemahnya keterkaitan antara usaha besar dan kecil. Teori
pendapatan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Myrdal tentang CC tak menyangkal adanya kemungkinan
selebihnya sebesar 50,02% dipengaruhi oleh variabel lain proses convergen (memusat atau terfokus) akibat dampak
yang tidak diikutsertakan dalam penelitian. Ini berarti penyebaran. Penyebabnya adalah faktor-faktor non-
bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi, ekonomi atau kelembagaan. Faktor non-ekonomi dan
semakin tinggi pula ketidakmerataan distribusi kelembagaan disini dapat dicontohkan dengan institusi

13
(aturan-aturan yang mengatur interaksi politik, ekonomi, banyak dibanding orang miskin. Oleh karena itu
dan sosial). Institusi terdiri dari aturan informal (adat pemerintah dalam keterangan Bambang sedang
istiadat, tradisi, norma sosial dan agama) dan aturan menyusun strategi yang tepat untuk mendistribusikan
formal (konstitusi, undang-undang, peraturan-peraturan, subsidi secara lebih tepat sasaran (Nunun. 2012.
dan hak kepemilikan). Misalnya institusi yang korup www.suarakarya-online.com).
dan kebijakan (aturan) yang tidak pro-rakyat seperti Menurut Country Director ADB untuk Indonesia
kenaikan harga BBM yang cenderung memberatkan Jon D. Lindborg di Jakartapertumbuhan ekonomi yang
rakyat. Dalam ekonomi kelembagaan hak kepemilikan cepat menjadi penyebab utama dari peningkatan
merupakan syarat bagi kelancaran transaksi ekonomi. Di ketidakmerataan tersebut. Ketidakmerataan terjadi karena
negara kita peraturan yang mengatur hak kepemilikan pertumbuhan ekonomi yang pesat tidak diikuti dengan
tersebut masih minim, bahkan undang-undang yang pemerataan pendidikan dan teknologi(Maesaroh. 2012.
menyatakan bahwa sektor-sektor strategis yang www.seputarindonesia.com).
mempengaruhi hajat hidup orang banyak seharusnya Penyebab lain adalah minimnya akses ke lahan,
dimiliki negara malah menjadi milik pribadi atau swasta. modal dan pasar, tingkat urbanisasi yang tinggi serta
Contohnya banyak BUMN yang diprivatisasi serta lahan ketidakseimbangan antara pekerja formal dan non-
pertanian dan perhutanan yang dijual kepada investor formal. Minimnya akses ke lahan dan modal akan
swasta untuk dijadikan lahan perkebunan pabrik. menyebabkan masyarakat yang ingin berproduksi
Kemudianjika dilihat dari segi sosial budaya menjadi terhambat oleh banyak aturan misalnya kredit
masyarakat Indonesia yang masih tradisional misalnya ketat dengan bunga tinggi. Di Indonesia pekerja non-
masyarakat yang minim pendidikan akan berfikir bahwa formal jauh lebih banyak dari pekerja formal, urbanisasi
banyak anak banyak rezeki sehingga menambah laju yang tinggi dari desa ke kota akan menyebabkan
pertumbuhan penduduk yang pada akhirnya akan penawaran tenaga kerja di kota akan meningkat tajam
mengurangi lapangan pekerjaan yang tersedia. Karena padahal sektor formal di kota belum tentu mampu
itu, analisis proses pembangunan yang hanya menyerap seluruh penawaran tenaga kerja tersebut,
menekankan faktor ekonomi menjadi kurang relevan sehingga pengangguran di kota akan meningkat dan
karena faktor kelembagaan, historis, sosial, dan kultural kemudian akan meningkatkan kemiskinan serta
juga berperan (Arsyad,2010). Meski kinerja ekonomi ketidakmerataan pendapatan.
pascakrisis cenderung membaik, indikator Laporan ADB menyebut 1% orang-orang
ketidakmerataan dan kemiskinan menunjukkan bukti terkaya di negara-negara Asia menyumbang 6%8% total
adanya eksklusi sosial-ekonomi bagi kebanyakan pendapatan negara dan hampir 20% pendapatan negara
manusia Indonesia. bersangkutan dinikmati 5% orang-orang berpendapatan
Faktor kedua yaitu adalah subsidi yang tidak tertinggi.Gambaran itu mempertegas sebuah ironi bahwa
tepat sasaran dan korupsi. Pertumbuhan ekonomi dinilai selama ini kue kekayaan hanya dikuasai segelintir orang
berkualitas jika diikuti dengan menurunnya indeks Gini tertentu. Tidak mengherankan bila melihat realitas orang
karena produk domestik bruto di negara itu dinikmati miskin di Indonesia berjumlah sekitar 8 kali lipat
oleh semakin banyak warga, demikian pula sebaliknya. penduduk Singapura, tetapi banyak orang kaya asal
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011 dalam Indonesia yang membeli properti di Singapura.
catatan Badan Pusat Statistik mencapai 6,5 persen, sama Bahkan, selama 2010 tercatat 2,3 juta orang penduduk
dengan target pemerintah untuk tahun ini. Indonesia mengunjungi Singapura hanya untuk berlibur.
Namun pertumbuhan ekonomi yang relatif Sebaliknya, orang Singapura yang datang ke Indonesia
tinggi di tengah kelesuan ekonomi dunia tersebut dalam kurun waktu yang sama hanya belasan ribu
justru diikuti dengan naiknya koefisien Gini. orang.Jadi, pertumbuhan ekonomi yang eksklusif saat ini
Indeks Gini pada 2010 lalu adalah 0,38 telah menjerumuskan jutaan penduduk Indonesia dalam
sementara pada Maret 2011 naik menjadi 0,41
jurang kemiskinan dan ketidakmerataan. Hanya sebagian
atau tertinggi sepanjang sejarah kemerdekaan
Indonesia. Dalam kurun delapan tahun terakhir, kecil penduduk negeri ini yang menikmati tingginya
indeks terendah dicapai pada 2004 yaitu 0,33. pertumbuhan ekonomi.
"Salah satu penyebab dari tingginya indeks Gini
adalah subsidi yang tidak tepat sasaran, salah SIMPULAN dan SARAN
satunya adalah untuk bahan bakar minyak," kata Simpulan
Bambang. Dari hasil analisis data didapatkan hasil yang
Bambang menjelaskan bahwa dalam kasus
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh
tersebut, orang kaya justru menikmati subsidi yang lebih
terhadap distribusi pendapatandi Indonesia. Pengaruhnya
besar karena mengkonsumsi bahan bakar minyak lebih
adalah positif dan signifikan,faktor penyebabnya adalah

14
subsidi yang salah sasaran, rendahnya pemerataan tingkat Boediono. 1982. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri
pendidikan dan penguasaan teknologi serta faktor Sipnosis Pengantar Ilmu Ekonomi. Yogyakarta:
kelembagaan seperti institusi yang korup dan kebijakan BPFE
yang tidak pro-rakyat.
Deininger, Klaus dan Squire, L. 1996.Measuring
Inequality: A New Data Base.(Online).World Bank,
Saran (http://www.worldbank.org/research/growth/dddeisq
Peranan pemerintah dalam proses distribusi u.htm, diakses tanggal 10 Juni 2013)
pendapatan seharusnya sangat dominan. Alternatif
kebijakan yang mungkin dapat diambil antara lain: (1) Deininger, Klaus dan Olinto. Pedro. 2000. Asset
Peningkatan pengenaan tarif pajak progresif. (2) Pajak Distribution, Inequality And Growth. (Online).
Worldbank,
pendapatan yang dipungut sebaiknya bersifat earmarked
(http://www.worldbank.org/inequal/index.htm,
tax(Pajak yang dipungut untuk membiayai pengeluaran- diakses tanggal 11 Juni 2013)
pengeluaran tertentu yang sudah spesifik).dan
dialokasikan untuk program distribusi pendapatan serta Djojohadikusumo, Sumitro, 1994, Perkembangan
peningkatan pengawasan dalam proses pemungutan pajak Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Ekonomi
sehingga tidak terjadi penyelewengan. Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta :
Pemerintah hendaknya tidak hanya mendorong LP3ES
investasi padat modal tanpa melihat lapangan pekerjaan
Dorimulu, Primulus dan Elizabeth Gloria.19 Mei
yang tersedia. Pemerintah seharusnya lebih mendorong 2013.Ekonomi RI Lebih Stabil Dari Tiongkok Dan
investasi padat karya sehingga mampu memberikan India,(Online),(
lapangan pekerjaan misalnya pembangunan jalan dan http://www.investor.co.id/home/ekonomi-ri-lebih-
infrastruktur. Dengan tersedianya lapangan pekerjaan, stabil-dari-tiongkok-dan-india/61121, Diakses
maka diharapkan dapat mengurangi pengangguran dan tanggal 23 Juni 2013)
menambah pendapatan masyarakat, sehingga
Haeruman.1996. Pembangunan Daerah dan Peluang
ketidakmerataan dapat berkurang melalui jalur upah Pemerataan Pembangunan Antar Daerah. No.
Khusus 25 Tahun (1971-1996)Tahun XXV.Jakarta :
Daftar Rujukan Prisma

Ahluwalia, Montek S. 1976b. Inequality, Poverty and http://www.bps.go.id/aboutus.php?booklet=1 (Diakses


Development. Journal of Development Economics 3, tanggal 16 Juni 2013)
307-342 (Online),
(www.planningcommission.gov.in/aboutus/speech/s http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?i
pemsa/msa010.pdf, diakses 7 Juni 2013) d=73832 (Diakses tanggal 20 Juni 2013)

Anand, Shudir And S.M.R. Kanbur. 1993. The Kuznets Kuncoro, Mudrajad. 15 Juni 2012.Kuatkan Fondasi
Process and The Inequality-Development Ekonomi Kita,
Relationship. Journal of Development Economics (Online),http://bisniskeuangan.kompas.com/read/201
40. 25552. North- 2/06/15/03295989/twitter.com (Diakses tanggal 19
Holland,(Online)(http://unoacademia.ch/webdav/site/ Juni 2013)
developpement/users/Natascha_Wagner/public/anan
d_kanbur93.pdf, diakses 7 Juni 2013) Ikhsan, Moh, 1995. Indikator-Indikator Makro
Ekonomi.Jakarta :Edisi 2 Lembaga : Penerbit FE UI.
Arsyad, Lincolin. 1997. Ekonomi Pembangunan. Ed. 3.
Yogyakarta: STIM YKPN Irawan, M. Suparmoko.2002. Ekonomika Pembangunan
Edisi ke 6. Yogyakarta: BFE.
Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi pembangunan. Ed.
5.Yogyakarta : STIM YKPN Jhingan, ML. 1996. Ekonomi Pembangunan dan
Perencanaan. Jakarta : CV. Rajawali.(Terjemahan).
Bardhan, Pranab dan Christopher Udry. 1999.
Development Microeconomics, Oxford University Kuncoro, Mudrajad. 19 Juli 2013.Mengurangi
Press, (online). Ketidakmerataan , (Online)
(www.povertyactionlab.org/sites/default/files/docum ,http://cetak.kompas.com/read/2013/03/02/02071484
ents/CUdry.pdf, diakses tanggal 9 Juni 2013) /mengurangi.ketidakmerataan (Diakses tanggal 22
Juli 2013)

Kuncoro, Mudrajad. 1997. Otonomi dan Pembangunan


Daerah. Jakarta : Erlangga

15
Wahyuni, Heni. 2004. Is There A Link Between Increased
Meisari, Dewi. 2013. Perekonomian Indonesia: Tumbuh Growth And Reduced Income Inequality? Analysis
Gemilang, Namun Timpang, (Online), Of Cross-Country Studies. Jurnal Ekonomi &
http://www.fair-institute.org/ (Diakses tanggal 22
Pendidikan, Volume 1, Nomor 1, Februari 2004
Juni 2013)
(http://journal.uny.ac.id, diakses tanggal 22 Maret
Maesaroh. 2012. Ketidakmerataan Kesejahteraan 2013)
Semakin Meningkat, (Online),
www.seputarindonesia.com, diakses tanggal 15 Juni Waluyo, Joko. 2004. Hubungan Antara Tingkat
2013. Ketidakmerataan distribusi Pendapatan Dengan
Pertumbuhan Ekonomi : Suatu Studi Lintas Negara.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9 No. 1, Juni
Nunun. 6 September 2012. Ekonomi Indonesia Belum
Berkualitas.(Online)http://www.suarakarya- 2004. Hal: 1 20. (http://journal.uii.ac.id, diakses
online.com/news.html?id=310725 (Diakses tanggal tanggal 23 Maret 2013)
16 Juni 2013)
Yuliani, Maryam. 2011. Keterkaitan Antara
Parhah, Siti. 2009. Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Dan Distribusi Pendapatan.
Terhadap Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah
Di Indonesia. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan
2007-2008.(http://eprints.undip.ac.id/15707/, diakses
Koperasi ISSN : 1907-1698 Volume 4, Nomor 1, Juli
2009. (pinayani.wordpress.com/, diakses tanggal 13 tanggal 23 Maret 2013)
Juni 2013)
Yustika, Ahmad Erani. 2008. Ekonomi Kelembagaan,
Prayitno, Hadi dan Budi Santosa, 1996.Ekonomika Definisi, Teori, dan Strategi. Malang: Bayu Media.
Pembangunan. Jakarta : Gahlia Indonesia

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung :


Alfabeta.

Suharto. 2001. Distribusi Pendapatan Dalam


Pembangunan. Yogyakarta : Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Vol.6. No.1, 2001,
(journal.uii.ac.id/index.php/JEP/article/viewFile/657/
581+&cd=2&hl=en&ct=clnk, diakses tanggal 18
Maret 2013)

Suryana, 2000.Ekonomika Pembangunan. Jakarta :


Salemba Empat

Sutarno, dan Mudjarat kuncoro. 2000. Pertumbuhan


Ekonomi Dan Ketidakmerataan Antar Kecamatan
Di Kabupaten Banyumas, 1993-2000. Jurnal
Ekonomi Pembangunan Vol. 8 No. 2, Desember
2003 Hal: 97 110.
(eprints.undip.ac.id/26414/2/JURNAL.pdf, diakses
tanggal 22 Maret 2013)

Syafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan


Ketidakmerataan Regional Wilayah Indonesia
Bagian Barat. Jakarta, : Buletin Prisma Vol.3 Maret
1997

Tambunan, Tulus. 2006. Perekonomian Indonesia.


Jakarta : Gahlia Indonesia

Todaro, Michael. P, 2000 .Pembangunan Ekonomi di


Dunia Ketiga, Jakarta : Erlangga (Terjemahan)

16

Anda mungkin juga menyukai