Anda di halaman 1dari 5

E.ISSN.

2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.4 Edisi Nopember 2021

DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KETIMPANGAN


PENDAPATAN DI INDONESIA
(Studi: Data Panel Pertumbuhan Sektor Pertanian)
Oleh:
Urmatul Uska Akbar1), Yollit Permata Sari2), Isra Yeni3), Melti Roza Adry4), Dewi Zaini Putri3)
1,2,3,4,5
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang
1
urmatulakbar@fe.unp.ac.id
2
yolitpermata@gmail.com
3
israyeni1991@fe.unp.ac.id
4
meltirozaadry@gmail.com
5
putridewizaini@gmail.com

Abstract
Ketimpangan pendapatan di Indonesia berada di posisi sedang yaitu di atas 0,35. Salah satu yang diduga
menjadi penyebab adalah pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan sector pertanian merupakan sector yang
paling banyak menyumbang untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia dilihat dari lapangan usaha. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan sejauh mana pertumbuhan ekonomi sector pertanian berpengaruh terhadap
ketimpangan pendapatan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data panel Provinsi di Indonesia dari Tahun
2011 sampai dengan Tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sector pertanian berpengaruh secara
negative dan signifikan terhadap ketimpangan pendapatan di Indonesia. Subsektor yang mempengaruhi
ketimpangan pendapatan secara signifikan adalah tanaman pangan, perkebunan dan perikanan. Subsektor yang
mempengaruh ketimpangan pendapatan secara negative adalah perkebunan, peternakan dan kehutanan,
sedangkan subsektor yang mempengaruh ketimpangan pendapatan secara positif adalah tanaman pangan,
tanaman hortikultura dan perikanan.

Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan Pendapatan, Indonesia, Data Panel

1. PENDAHULUAN terjadi perbedaan pendapatan yang mencolok dalam


Pembangunan bertujuan untuk menciptakan masyarakat.Lebih lanjut Todaro (2006)
keadilan dan kesejahteraan. Keadilan dan mengemukakan bahwa ketimpangan pendapatan
kesejahteraan akan tercipta jika terjadi pemerataan yang ekstrim akan menimbulkan berbagai dampak
dalam pembangunan. Tetapi yang terjadi dalam antara lain inefisiensi ekonomi, melemahkan stabilitas
proses pembangunan adalah terjadinya ketimpangan sosal dan solidaritas serta dianggap tidak adil.
pembangunan ekonomi antar wilayah. Adanya Ketimpangan pendapatan di Indonesia dapat
ketimpangan pembangunan ekonomi yaang besar dilihat dari angka gini ratio. Menurut data BPS,
antar wilayah membawa dampak negatif dari segi angka gini rasio Indonesia dari Tahun 2010 sampai
ekonomi, sosial dan politik. Dari segi ekonomi dengan Tahun 2019 berada di angka lebih dari 0,35.
menurut Sjafrizal (2014)menyebabkan kurang Artinya ketimpangan pendapatan di Indonesia berada
efesiennya penggunaan sumber daya yang tersedia pada kondisi sedang. Salah satu faktor penyebab
dan mendorong terjadinya ketidakmerataan dalam ketimpangan pendapatan di Indonesia adalah
pendapatan. Ketidakmerataan dalam pendapatan ini pertumbuhan ekonomi. Menurut Todaro (2003),
yang disebut dengan ketimpangan pendapatan. peningkatan pertumbuhan ekonomi akan
Menurut Glaeser El (2006), ketimpangan meningkatkan ketimpangan pendapatan dan
pendapatan adalah suatu kondisi dimana pendapatan sebaliknya. Banyak studi yang menemukan bahwa
yang diterima masyarakat tidak merata yang salah satu penyebab terjadinya ketimpangan
ditentukan oleh tingkat pembangunan, heterogenitas pendapatan adalah pertumbuhan ekonomi. Kondisi
etnis, dan berkaitan dengan kediktatoran dan ideal yang diinginkan suatu negara adalah
pemerintah yang gagal menghargai property rights. meningkatnya pertumbuhan ekonomi diiringi oleh
Menurut Tambunan, T(2001), Indonesia sebagai menurunnya ketimpangan pendapatan. Untuk
negara berkembang juga mengalami masalah membuktikan studi penyebab terjadi ketimpangan
ketimpangan pendapatan. Ketimpangan terjadi antara pendapatan, maka penulis ingin melihat dan
kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dengan menganalisis dampak pertumbuhan ekonomi
kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta terhadap keetimpangan pendapatan di Indonesia.
tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di Pertumbuhan ekonomi yang diduga menjadi
bawah garis kemiskinan. Menurut Todaro (2003), penyebab ketimpangan pendapatan dilihat dari sector
ketimpangan pendapatan adalah perbedaan pertanian, karena sektor pertanian menurut data BPS
pendapatan yang dihasilkan masyarakat sehingga adalah penyumbang PDRB terbesar.

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 421
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.4 Edisi Nopember 2021

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis 1) Sebagai ukuran statistik untuk variabilitas, gini
sejauh mana pertumbuhan ekonomi di sektor ratio bisa digunakan untuk menghitung
pertanian mempengaruhi ketimpangan pendapatan di pendapatan negatif, ini adalah salah satu sifat
Indonesia. Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian yang tidak dimiliki oleh sebagian ukuran
yang diteliti terdiri dari sector pertanian secara ketimpangan
keseluruhan, subsector tanaman pangan, subsector 2) Gini ratio juga bisa digambarkan secara
tanaman hortikultura, subsector tanaman perkebunan, geometris sehingga lebih mudah untuk diamati
subsector peternakan, subsector kehutanan dan dan dianalisis
subsector perikanan. Menurut Todaro (2003), 3) Gini ratio memiliki dasar teori yang kuat. Sebagai
ketimpangan pendapatan adalah perbedaan indeks normatif, gini ratio bisa merepresentasikan
pendapatan yang dihasilkan masyarakat sehingga teori kemiskinan relatif. Gini ratio juga bisa
terjadi perbedaan pendapatan yang mencolok dalam diturunkan sebagai ukuran ketimpangan
masyarakat. Lebih lanjut Todaro (2006), berdasarkan aksioma-aksioma keadilan sosial
ketimpangan pendapatan akan menyebabkan Menurut Todaro(2006), untuk menganalisis
beberapa hal, antara lain: ketimpangan distribusi pendapatan dapat diukur
1) Ketimpangan pendapatan yang ekstrim akan dengan menggunakan gini ratio, dimana angkanya
menyebabkan inefisiensi ekonomi berkisar antara 0-1 yang digunakan sebagai ukuran
2) Ketimpangan pendapatan yang ekstrim akan ketimpangan agregat suatu wilayah. Semakin tinggi
melemahkan stabilitas sosal dan solidaritas angka gini ratio maka ketimpangan juga semakin
3) Ketimpangan pendapatan yang ekstrim umumnya tinggi. Sebaliknya, semakin rendah angka gini ratio
dianggap tidak adil. maka ketimpangan juga semakin rendah.
Menurut Kuncoro (2004), seorang ekonom Ketimpangan pendapatan dalam masyarakat
Klasik menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di dapat dikelompokkan sebagai ketimpangan rendah,
negara miskin pada awalnya cenderung sedang atau tinggi. Pengelompokkan ini sesuai
menyebabkan tingginya tingkat kemiskinan dan dengan ukuran ketimpangan yang digunakan.
ketidakmerataan pendapatan. Namun bila negara- Menurut Todaro (2006), nilai Gini Ratio pada
negara miskin tersebut sudah semakin maju, maka negara-negara yang ketimpangannya tinggi berkisar
persoalan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan antara 0,50 hingga 0,70, sedangkan untuk negara-
akan menurun (an inverse U shaped patern). negara yang distribusi pendapatanya relatif merata,
Beberapa ekonom pembangunan tetap berpendapat nilainya antara 0,20 hingga 0,35. Gini ratio bisa
bahwa tahapan peningkatan dan kemudian penurunan dihitung dengan menggunakan Kurva Lorenz. Gini
ketimpangan pendapatan yang dikemukakan Kuznets ratio dirumuskan sebagai rasio antara luas bidang
tidak dapat dihindari. Lebih lanjut Kuznets yang terletak antara Kurva Lorenz dan garis diagonal
menjelaskan ketimpangan dalam pembagian dengan luas separuh segi empat dimana Kurva
pendapatan cenderung bertambah besar selama Lorenz berada.
tahap-tahap awal pembangunan, baru kemudian Kurva Lorenz adalah kurva yang bisa
selama tahap-tahap lebih lanjut dari pembangunan dijadikan patokan dalam menentukan merata atau
berbalik menjadi lebih kecil. Dengan kata lain bahwa tidaknya distribusi pendapatan. Unsur dalam kurva
proses pembangunan ekonomi pada tahap awal lorenz : Sumbu horizontal (sumbu x/ mendatar)
mengalami kemerosotan yang cukup besar dalam mendefenisikan persentase kumulatif penduduk.
pembagian pendapatan, yang baru berbalik menuju Sementara sumbu vertikal (sumbu y/ tegak) mewakili
suatu pemerataan yang lebih besar dalam pembagian persentase pendapatan yang diterima penduduk. Dari
pendapatan pada tahap pembangunan lebih lanjut. titik koordinat yang di dapat bisa ditarik sebuah garis
Seperti yang digambarkan dalam kurva Kuznets. dalam kurva tersebut disebut garis kemerataan.
Gambar 1 menunjukkan bahwa dalam jangka pendek Seperti di ilustrasikan pada Gambar 2 dibawah,
ada korelasi positif antara pertumbuhan pendapatan maka:
perkapita dengan ketimpangan pendapatan. Namun .
dalam jangka panjang hubungan keduanya menjadi
korelasi yang negatif.
Gini ratio adalah salah satu ukuran
ketimpangan yang paling sering digunakan untuk
mengukur ketimpangan. Gini ratio adalah ukuran
ketimpangan agregat yang nilainya berkisar antara
nol dan satu. Nilai gini ratio nol artinya tidak ada
ketimpangan (pemerataan sempurna) sedangkan nilai
satu artinya ketimpangan sempurna.
Gini ratio adalah murni ukuran statistik untuk
variabilitas dan ukuran normatif untuk mengukur
ketimpangan. Wodon (2002)mengungkapkan
kelebihan utama gini ratio, yaitu: Gambar 2. Kurva Lorenz

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 422
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.4 Edisi Nopember 2021

Kurva Lorenz dibentuk oleh OBA. Distribusi sektor pertanian mempengaruhi ketimpangan
pendapatan akan dikatakan merata apabila kurva pendapatan di Indonesia. Sehingga bisa dilihat
semakin mendekati garis OA. Dengan kata lain, subsector mana dari pertanian yang efektif untuk
apabila daerah yang di arsir (antara kurva OBA dan ditingkatkan.
garis OA) semakin luas artinya pendapatan penduduk
semakin tidak merata. Begitu juga sebaliknya. 2. METODE PENELITIAN
Cara menghitung Koefisien Gini adalah Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif
dengan membandingkan luas bidang yang arsiran dan asosiatif. Penelitian deskriptif adalah suatu jenis
dengan luas segitga AO'O. Apabila perbandingan penelitian yang berusaha menggambarkan dan
lebih kecil, artinya distribusi pendapatan semakin menerangkan yang diteliti apa adanya dan data yang
merata dan apabila hasil perbandingan besar maka digunakan berbentuk angka-angka. Sedangkan yang
distribusi pendapatan tidak merata. dimaksud penelitian asosiatif adalah penelitian yang
Selain itu Koefisien Gini juga bisa dihitung bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara
dengan menggunakan rumus: variabel independen dan variabel dependen.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh
mana pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian
mempengaruhi ketimpangan pendapatan di
Keterangan: Indonesia.Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian
GR : Koefisien Gini (Gini Ratio) yang diteliti terdiri dari sector pertanian secara
Pi : frekuensi penduduk dalam kelas pengeluaran keseluruhan, subsector tanaman pangan, subsector
ke-i tanaman hortikultura, subsector tanaman perkebunan,
Fi : frekuensi kumulatif dari total pengeluaran subsector peternakan, subsector kehutanan dan
dalam kelas pengeluaran ke-i subsector perikanan.
Fi-1 : frekuensi kumulatif dari total pengeluaran Penelitian dilakukan melalui studi pustaka
dalam kelas pengeluaran ke (i-1) dari data yang sudah dipublikasikan oleh BPS
Dari hasil perhitungan koefisien Gini tersebut (Badan Pusat Statistik). Penelitian ini menggunakan
maka disesuaikan dengan kriteria sebagai berikut: dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel
 GR < 0.3 artinya distribusi merata bagus independen. Variabel dependen (variabel terikat)
 0.3 ≤ GR ≤ 0.5 artinya distribusi pendapatan dalam penelitian ini adalah ketimpangan pendapatan
sedang (gini ratio). Variabel independent (variabel bebas)
 GR > 0.5 distribusi pendapatan buruk dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi
Bahasan mengenai hubungan antara (pertumbuhan ekonomi sector pertanian atas dasar
Ketimpangan dan Pertumbuhan Ekonomi mulai harga konstan). Data yang digunakan adalah data
populer ketika ekonom Simon Kuznets panel yang merupakan merupakan gabungan antara
mengemukakan hipotesis U terbalik. Kuncoro (2004) data time series dan cross section(Gujarati, 2010).
mengatakan bahwa mula-mula ketika pembangunan Data panel yang digunakan adalah data dari Tahun
di mulai distribusi pendapatan tidak merata, namun 2011 sampai dengan 2019 dari 32 Provinsi di
setelah mencapai suatu tingkat pembangunan tertentu Indonesia.
distribusi pendapatan makin merata. Menurut Todaro Untuk menguji kesesuaian atau kebaikan dari
(2004) menyatakan bahwa seolah-olah dalam jangka tiga metode pada teknik estimasi dengan model data
pendek ada korelasi positif antara pertumbuhan panel, maka digunakan Uji Chow, Uji Hausman, dan
ekonomi dan ketimpangan distribusi pendapatan, Uji Lagrange Multiplier: Uji Chow digunakan untuk
artinya pertumbuhan ekonomi akan diikuti dengan menentukan model yang paling baik antara PLS dan
meningkatnya ketimpangan distribusi pendapatan. FEM yang akan digunakan dalam mengestimasi data
Namun dalam jangka panjang hubungan keduanya panel.
menjadi korelasi negatif, artinya peningkatan Ho : PLS
pendapatan akan diikuti dengan penurunan H1 : FEM
ketimpangan distribusi pendapatan. Uji Hausman digunakan untuk menentukan model
Putri, et al(2015), Pradnyadewi, et al(2015), yang paling baik antara FEM dan REM yang akan
Ni luh Putu, et al(2013),Wijayanto, et al(2016), digunakan dalam mengestimasi data panel.
Sudarlan (2015), Lestari, S(2016)menemukan bahwa Ho : FEM
pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara positif dan H1 : REM
signifikan terhadap ketimpangan pendapatan . Lebih Uji Langrage Multiple (Uji LM) digunakan untuk
lanjut Wijayanto, et al(2016) mengemukakan bahwa menentukan model yang paling baik antara REM dan
pertumbuhan ekonomi yang dicapai tidak dinikmati PLS yang akan digunakan dalam mengestimasi data
secara merata oleh seluruh kelompok penduduk. panel.
Artinya semakin besar PDRB, maka ketimpangan Ho : REM
pendapatan juga akan semakin besar. Perbedaan H1 : PLS
dengan penelitian yang terdahulu adalah penelitian
ini fokus melihat sejauh mana pertumbuhan ekonomi

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 423
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.4 Edisi Nopember 2021

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Artinya, pada saat pertumbuhan ekonomi subsector


Setelah memenuhi uji asumsi klasik yang tanaman pangan meningkat sebesar 1 persen, maka
terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas dan ketimpangan pendapatan akan meningkat sebesar
uji heterokedastisias, selanjutnya dilakukan regresi 0,006 persen dengan asumsi variable lain dianggap
berganda data panel. Pertumbuhan ekonomi sector konstan (cateris paribus). Subsektor tanaman
pertanian memberikan pengaruh secara bersama- perkebunan memberikan pengaruh yang negatif dan
sama sebesar 47,6 %. Hal ini dapat dilihat pada Tabel signifikan terhadap ketimpangan pendapatan yaitu
1 dari nilai Adjusted R Square karena variable sebesar 0,006 persen. Artinya, pada saat
independent lebih dari satu. Bisa dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi subsector perkebunan
pertumbuhan ekonomi sector pertanian memberikan meningkat sebesar 1 persen, maka ketimpangan
kontribusi sebanyak 47,6 % terhadap ketimpangan pendapatan akan menurun sebesar 0,006 persen
pendapatan di Indonesia. Pengaruh yang diberikan dengan asumsi variable lain dianggap konstan
oleh pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan (cateris paribus). Subsektor perikanan memberikan
pendapatan sangat besar, yaitu hampir 50 persen. pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
Artinya sebanyak 52,6 persen dipengaruhi oleh ketimpangan pendapatan yaitu sebesar 0,013 persen.
variable lain yang tidak ada dalam model. Artinya, pada saat pertumbuhan ekonomi subsector
Model secara simultan dapat diterima. Hal ini perikanan meningkat sebesar 1 persen, maka
dapat dilihat dari Tabel 2 yaitu nilai F statistic yang ketimpangan pendapatan akan meningkat sebesar
lebih besar dari F Tabel, atau nilai sig yang kurang 5 0,013 persen dengan asumsi variable lain dianggap
persen (0,05). konstan (cateris paribus). Subsektor tanaman
Berdasarkan Tabel 3, dapat dibuat Persamaan hortikultura memberikan pengaruh yang positif tetapi
Ketimpangan Pendapatan tidak signifikan terhadap ketimpangan pendapatan.
Y = 0,37068 – 0,01111 X1 + 0,00563 X2 + 0,00043 Subsektor peternakan dan kehutanan memberikan
X3 – 0,00595 X4 – 0,00020 X5 - 0,00004 X6 + pengaruh yang negative tetapi tidak signifikan
0,01252 X7 terhadap ketimpangan pendapatan.
Hasil penelitian menemukan bahwa sector
pertanian memberikan pengaruh yang negative dan 5. DAFTAR PUSTAKA
signifikan terhadap ketimpangan pendapatan yaitu Glaeser EL. (2006). Inequality (B. R. Weingast, BR,
sebesar 0.011 persen. Artinya, pada saat Wittman, & DA (eds.)). Oxford Univers ity
pertumbuhan ekonomi sector pertanian meningkat Press Inc.
sebesar 1 persen, maka ketimpangan pendapatan Gujarati, D. (2010). Basic Econometrics. Graw Hill.
akan menurun sebesar 0,011 persen dengan asumsi Hariman et al. (2013). Di Provinsi Sumatera Utara.
variable lain dianggap konstan (cateris paribus). Hal Jurnal Ekonom, April 2013, 16(2), 47–53.
ini sesuai dengan teori Otsuka (2012), yang Kuncoro, M. (2004). Teori Ekonomi Pembangunan,
mengemukakan bahwa pertanian di Negara Asia Masalah dan Kebijakan. UPP AMP YKPN.
secara signifikan mengurangi masalah pendapatan. Lestari, S. (2016). Artikel Imiah Mahasiswa. Artikel
Hasil analisis tidak sesuai dengan penelitian yang Ilmiah Mahasiswa.
dilakukan oleh Yasrizal dan Ishak (2016), yang http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/12
menemukan bahwa kenaikan PDB sector pertanian di 3456789/73804/SUSI
Indonesia menyebabkan meningkatnya nilai gini LESTARI.pdf?sequence=1
ratio. Penellitian yang dilakukan Hariman, et al Ni Luh Putu, Y. A., & I Ketut, S. (2013). Analisis
(2013) menemukan bahwa sektor pertanian Sumatera Pengaruh Jumlah Penduduk yang Bekerja Dan
Utara berperan dalam menurunkan tingkat Investasi Terhadap Ketimpangan Distribusi
ketimpangan antar daerah di Sumatera Utara. Pendapatan Melalui Pertumbuhan Ekonomi
Hubungan Subsektor pertanian yang diteliti Kabupaten / Kota Di Provinsi Bali.
adalah tanaman pangan, tanaman hortikultura, Kependudukan Dan Pengembangan SDM,
perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. XI(1), 20–28.
Subsektor yang mempengaruhi ketimpangan Otsuka, K. (2012). Changing Comparative
pendapatan secara signifikan adalah tanaman pangan, Advantage in World.
perkebunan dan perikanan. Subsektor yang http://www.agecon.purdue.edu/academic/agec
mempengaruh ketimpangan pendapatan secara 640/Otsuka.pdf
negative adalah perkebunan, peternakan dan Pradnyadewi, D., & Putu Purbadharmaja, I. B.
kehutanan, sedangkan subsektor yang mempengaruh (2015). Pengaruh IPM, Biaya Infrastruktur,
ketimpangan pendapatan secara positif adalah Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap
tanaman pangan, tanaman hortikultura dan perikanan. Ketimpangan Distribusi Pendapatan di
Provinsi Bali. 255–285.
4. KESIMPULAN Putri, Y. E., Amar, S., & Aimon, H. (2015). Analisis
Subsektor tanaman pangan memberikan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan
ketimpangan pendapatan yaitu sebesar 0,006 persen. Pendapatan di Indonesia. Jurnal Kajian

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 424
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.4 Edisi Nopember 2021

Ekonomi, 3(6).
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/ekonomi/ar
ticle/view/5348
Sjafrizal. (2014). Perencanaan Pembangunan
Daerah dalam Era Otonomi. PT Rajagrafindo
Persada.
Sudarlan. (2015). Jurnal Eksis. EKSIS, 11(1), 3036–
3213.
http://karyailmiah.polnes.ac.id/images/Downlo
ad-PDF/Dr. Sudarlan ST,
MT/PertumbuhanKetimpangandanKemiskinan
.pdf
Tambunan, T. (2001). Perekonomian Indonesia.
Teori dan Temuan Empiris. Edisi Kedua.
Ghalia Indonesia.
Todaro, M. P. (2003). Pembangunan Ekonomi di
Dunia Ketiga. Erlangga.
Todaro, Michael .P, & Smith, S. . . (2006).
Pembangunan Ekonomi (9th ed.). Erlangga.
Todaro P Michael. (2004). Pembangunan Ekonomi di
Dunia Ketiga, Penerjemah: Haris Munandar.
Erlangga.
Wijayanto, A. T., Rumagit, G., & Suzana, B. O.
(2016). Analisis Keterkaitan Pertumbuhan
Ekonomi, Ketimpangan Pendapatan dan
Pengentasan Kemiskinan di Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2000 – 2010. Jurnal Berkala
Ilmiah EFfisiensifisiensi, 16(2).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jbie/arti
cle/view/12569
Wodon Q.T. Yitzhaki, & S. (2002). Inequality and
social welfare (A. Sourcebook & for P. R.
Strategies (eds.)). World Bank.
Yasrizal, & Ishak, H. (2016). Pengaruh
Pembangunan Sektor Pertanian terhadap
Distribusi Pendapatan dan Kesempatan Kerja
di Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan
Pembangunan, 16(1), 1412–2200.
https://doi.org/10.20961/jiep.v16i1.2320

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 425

Anda mungkin juga menyukai