PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang besar dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa,
yang tersebar di berbagai pulau-pulau yang terkenal subur dan kaya akan sumber daya alam dan
hayati telah mengalami pertumbuhan ekonomi pada triwulan III tahun 2015 sebanyak 4,73
persen dibandingkan dengan triwulan II tahun 2015 yang tumbuh 4,92 persen. Struktur ekonomi
Indonesia secara spasial pada triwulan III tahun 2015 tersebut masih didominasi oleh kelompok
provinsi di pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan
kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 58,27 persen, diikuti oleh
Pulau Sumatera sebesar 22,37 persen, dan Pulau Kalimantan 7,99 persen. 1 Ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan yang tidak merata di Indonesia yang tersentralistik hanya di pulau Jawa
serta dengan kenaikan pertumbuhan sebesar itu belum bisa menunjukkan bahwa Indonesia
sebagai negara yang makmur, subur dan sejahtera karena jumlah angka rata-rata tersebut masih
dibawah angka kemiskinan di Indonesia yaitu 11,22 persen pada tahun 2015.2
Indonesia adalah negara yang mampu keluar dari krisis keuangan global tahun 2008 yang
disebabkan oleh runtuhnya lembaga-lembaga keuangan internasional di barat, terutama di
Amerika Serikat dan Inggris, beberapa negara Asia Timur seperti Malaysia, Singapura dan
Thailand.3 Ini membuktikan bahwa petumbuhan ekonomi Indonesia relatif mengalami
pertumbuhan fluktuasi tajam. Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kenaikan,
namun tetap saja terdapat ketimpangan perolehan pendapatan yang dirasakan karena kesenjangan
ekonomi/ketimpangan distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat yang berpendapatan
tinggi dan kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah, serta tinggi rendahnya tingkat
kemiskinan. Salah satu ketidak merataan distribusi pendapatan adalah pembangunan yang
berlangsung hanya terfokus pada pada kawasan tertentu sehingga memunculnya kawasan-
Ekonomi Indonesia Triwulan III-2015 Tumbuh 4,73 Persen Meningkat Dibanding Triwulan II-2015.
http://bps.go.id/brs/view/1200 Ekonomi Indonesia Triwulan III-2015 Tumbuh 4,73 Persen Meningkat Dibanding
Triwulan II-2015. Diakses pada 10 Febuari 2016
2
Persentase Penduduk Miskin Maret 2015 Mencapai 11,22 Persen http://www.bps.go.id/brs/view/id/1158. Diakses
pada 10 Febuari 2016
3
krisis keuangan global dan pertumbuhan ekonomi: analisa dari perekonomian asia timur
http://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnalekonomi/Documents/11ec79729230486aa426daa84fbca561ArisyiFRazTamarindPKIndraDeaKArtikasihSyalindraCi
t.pdf . Diakses pada 10 Febuari 2016.
kawasan kumuh di tengah beberapa kota besar, serta sebaliknya hadirnya kawasan-kawasan
pemukiman mewah di tepian kota atau bahkan di pedesaan adalah suatu bukti nyata dari adanya
suatu ketimpangan yang terjadi. Perbedaan gaya hidup masyarakat merupakan bukti lain dari
ketimpangan. Serta individu masyarakat yang sudah kaya atau mampu menjadi tambah kaya,
sedangkan individu masyarakat yang miskin atau kurang mampu akan tetap miskin atau semakin
miskin. Sehingga pembangunan dan pertumbuhan ekonomi hanya dapat dinikmati oleh
penduduk kalangan atas. Sementara penduduk miskin tidak menunjukkan peningkatan yang
signifikan.
1.2. Defenisi dan Diskripsi Topik
Penulis akan mengalisa Kebijakan distribusi pendapatan dan Pengetasan Kemiskinan
pada era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudoyono, Penulis akan membatasi kajian
penelitian yang fokus pada era Kabinet Indonesia Bersatu II.
Income Distribution
Distribusi Pendapatan memiliki arti sebuah hubungan antara pertumbuhan dan distribusi
yang menghasilkan restribusi pendapatan untuk menaikkan pendapatan dengan cara bagaimana
sebuah sistem perekonomian bekerja sebagai contoh sebuah analisis dari distribusi sebagai
sebuah parameter yang mempengaruhi sebuah output dari mekanisme ekonomi yang signifikan
dan didapat dari banyak isu penomena sosial yang terjadi serta kebijakan ekonomi yang
dilegitimasikan di suatu tempat. Distibusi pendapatan bertujuan untuk menghilangkan gap atau
jarak dari pertumbuhan ekonomi dengan bagaimana mekanisme politik bekerja.4
Di dalam bukunya Adam Smith The Wealth Nations menulis bagaimana Pemilik modal
dan Landlord membagi Share profit kepada pekerja untuk menjadikan good society di antara
pekerja. Kebijakan yang dibuat membuat sebuah kompetisi terjadi, pekerja akan mencari
pekerjaan yang berpenghasilan besar, namun yang menjadi masalah adalah pekerja tersebut
meninggalkan sektor terpenting sehingga terpusat hanya di satu tempat pembangunan terjadi.
Ekonomi sebagai faktor dari sebuah produksi, karena setiap produksi pasti terdapat
sistem perekonomian yang mengatur dari kebijakan yang dibuat. Faktor produksi terdiri dari
Labor, Land, Capital.5 Distribusi pendapatan secara nasional mengartikan pemerataan atau
4
Arrow, Kenneth and Michael D Intriligator. 2000. Handbook of Income distribution:volume 1. English: Norh
Holland. Hal: 2-5
5
Riddel Tom, Jean Shackelford dan Steve Steamos. 1944. Economics: A tool for understanding society.
Pennylvania:Library of Congress Cataloging. Hal. 74-79
BAB II
ANALISIS PEMBAHASAN
Tahun
GDP (annual percent change)
GDP per Capita (in USD)
2009
2010
2011
2012
2013
2014
4.60%
6.10%
6.50%
6.20%
5.80%
5.02%
2,345
2,984
3,467
3,546
3,468
3,467
6.50%
6.10%
3,531.50
6.20%
3,546
3,4683,531.50
2,984
5.80%
5%
4.60%
2009
2010
2,345
2011
2012
2013
2009
2014
11
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik di atas merupakan grafik pertumbuhan ekonomi di Indonesia sejak tahun 2009
hingga tahun 2014. Pada tahun 2009 ke tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Indonesia terus
mengalami peningkatan, yang puncaknya adalah pada tahun 2011. Hal tersebut terjadi karena
Indonesia terus memperbaiki dan mengolah faktor sumber daya manusia, faktor sumber daya
alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor budaya, dan faktor sumber daya modal
dengan lebih baik lagi. Namun, tahun 2011 sampai 2014 perekonomian Indonesia merupakan
keadaan perekonomian yang sangat buruk dengan mengalami pase penurunan yang signifikan.
Hal tersebut mengindikasikan adanya masalah pada faktor-faktor tersebut.
12
Partai Demokrat. 2012. Program penanggulangan kemiskinan. Partai demokrat. Hal. 20-47
II.ii.1. Klaster 1
1. Program Keluarga Harapan (PKH)
PKH adalah program perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah
Tangga Sangat Miskin (RTSM) Program Pengentasan Kemiskinan Kabinet Indonesia Bersatu II
dan bagi anggota keluarga RTS diwajibkan melaksanakan persyaratan dan ketentuan yang telah
ditetapkan. Program ini, dalam jangka pendek bertujuan mengurangi beban RTSM dan dalam
jangka panjang diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar generasi, sehingga
generasi berikutnya dapat keluar dari perangkap kemiskinan.
Pelaksanaan PKH ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga
pemerintah memberi bantuan tunai bersyarat bagi keluarga sangat miskin (KSM) yang memiliki
ibu hamil, anak balita, dan anak usia SD-SMP. Pada tahun 2010 program ini mencakup 774.293
KSM yang tersebar di 20 provinsi, 88 kabuten dan 946 kecamatan. Pada tahun 2014 diperluas
hingga 3,2 Juta RTSM dengan bantuan Rp. 1,8 Juta/KSM/tahun dan penambahan lokasi baru. 13
untuk Siswa Miskin Jenjang Pendidikan Dasar adalah Rp.30.000 per siswa per bulan/
Rp.360.000 per siswa per tahun. Sementara Siswa Miskin Jenjang Pendidikan Menengah, Atas,
dan Kejuruan adalah Rp. 65.000,00 per siswa per bulan.
Pada tahun 2010 penerima BSM 5,2 juta siswa dari tingkat SD hingga menengah, berikut
pertumbuhan penerima beasiswa: 14
14
Penerima BOS meningkat dari 39,6 juta siswa pada tahun 2005 menjadi sekitar 45,1 juta
siswa untuk jenjang pendidikan dasar, dan ditambah sekitar 9,8 juta siswa jenjang pendidikan
menengah pada tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2014 BOS mencankup 30,4 juta siswa
SD/MI/sederajat, 14,1 juta siswa SMP/MTs/sederajat, dan 9,8 juta siswa SMA/SMK/MA. 15
4. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin dan hampir miskin. Tujuan Jamkesmas adalah meningkatkan akses terhadap masyarakat
miskin dan hampir miskin agar dapat memperoleh pelayanan kesehatan. Pada saat ini Jamkesmas
melayani 76,4 juta jiwa. Persentase penduduk miskin yang memiliki Jamkesmas meningkat dari
48% pada tahun 2009 menjadi 64,58% pada tahun 2012. Jumlah puskemas yang memberikan
pelayanan kesehatan dasar bagi penduduk miskin telah meningkat dari 8.541 pada tahun 2009
menjadi 9.125 pada tahun 2012, dan persentase rumah sakit yang melayani paisen penduduk
miskin meningkat dari 62% menjadi 85%.16
5. Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)
Subsidi pangan yang diperuntukkan bagi keluarga miskin sebagai upaya dari pemerintah
untuk meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan pada keluarga miskin.
Pendistribusian beras ini diharapkan mampu menjangkau keluarga miskin dimana masingmasing keluarga akan menerima beras minimal 10 Kg/KK tiap bulan dan maksimal 20 Kg/ KK
tiap bulan dengan harga bersih Rp 1.000/kg di titik-titik distribusi. Keberhasilan Program Raskin
diukur berdasarkan tingkat pencapaian indikator 6T, yaitu: tepat sasaran, tepat jumlah, tepat
harga, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi.
II.ii.2. Klaster II
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
PNPM adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar
pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.
PNPM dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan
prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong
prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
15
Ibid, IV-16
Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2010-2014. http://www.bappenas.go.id/files/1613/7890/3140/Buku-EvaluasiParuh-Waktu-RPJMN_Bappenas.pdf. Diakses pada tanggal 21 Maret 2016.
16
program-program
pemberdayaan
masyarakat
berbasis
sektor
untuk
mendukung
Ibid, III.16
10
Pariwisata
0%
Lingkungan
0%
Kesehatan
Energi
12%
1%
Ekonomi
13%
Transportasi
56%
sosial
4%
Pertanian
4%
18
Ibid, III-17
11
2009
2010
2011
2012
2013
2014
14.2
13.3
12.5
11.7
11.5
11
33
31
30
29
29
28
0.37
0.38
0.41
0.41
0.41
0.41
19
12
Data Statistik di atas menunjukkan penurunan kemiskinan nasional dari tahun 2009
sampai tahun 2014. Namun, pemerintahan SBY menggunakan persyaratan dan kondisi yang
tidak ketat mengenai definisi garis kemiskinan, sehingga yang tampak adalah gambaran yang
lebih positif dari kenyataannya. Tahun 2014 pemerintah Indonesia mendefinisikan garis
kemiskinan dengan perdapatan per bulannya atau melihat dari per kapita sebanyak Rp. 312,328.
Jumlah tersebut adalah setara dengan USD $25 yang dengan demikian berarti standar hidup yang
sangat rendah. jika menggunakan nilai garis kemiskinan yang digunakan Bank Dunia, yang
mengklasifikasikan persentase penduduk Indonesia yang hidup dengan penghasilan kurang dari
USD $1.25 per hari sebagaian mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan, maka persentase
tabel di atas tidak akurat karena nilainya seperti dinaikkan beberapa persen. Menurut Bank
Dunia, angka penduduk Indonesia yang hidup dengan penghasilan kurang dari USD $2 per hari
mencapai angka 50.6 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2009. Ini menunjukkan bahwa
sebagian besar penduduk Indonesia hidup hampir di bawah garis kemiskinan.
Dalam beberapa tahun belakangan ini angka kemiskinan di Indonesia memperlihatkan
penurunan yang signifikan. Meskipun demikian, diperkirakan penurunan ini akan melambat di
masa depan. Mereka yang dalam beberapa tahun terakhir ini mampu keluar dari kemiskinan
adalah mereka yang hidup di ujung garis kemiskinan yang berarti tidak diperlukan sokongan
yang kuat untuk mengeluarkan mereka dari kemiskinan. Namun sejalan dengan berkurangnya
kelompok tersebut, kelompok yang berada di bagian paling bawah garis kemiskinanlah yang
sekarang harus dibantu untuk bangkit. Ini lebih rumit dan akan menghasilkan angka penurunan
tingkat kemiskinan yang berjalan lebih lamban dari sebelumnya.
27.80%
Papua Barat
26.30%
19.60%
Maluku
18.40%
Gorontalo
17.40%
20
14
Bertentangan dengan angka kemiskinan relatif di Indonesia Timur, tabel di bawah ini
menunjukkan angka kemiskinan absolut di Indonesia yang berkonsentrasi di pulau Jawa dan
Sumatra.
Provinsi dengan angka kemiskinan Absolut Tinggi
Jawa Timur
4.7
Jawa Tengah
4.6
Jawa Barat
4.2
Sumatra Utara
1.4
Lampung
1.1
Stabilitas harga makanan (khususnya beras) adalah masalah penting bagi Indonesia
sebagai negara yang penduduknya menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk
membeli beras. Oleh karena itu, tekanan inflasi harga beras (misalnya karena gagal panen) dapat
memiliki konsekuensi serius bagi mereka yang miskin atau hampir miskin dan secara signifikan
menaikkan persentase angka kemiskinan di negara ini.
II.iii.1.a. Kemiskinan Di Indonesia: Kota Dan Desa
Sejak pertengahan tahun 1990 jumlah absolut penduduk pedesaan menurun dan saat ini
lebih dari setengah total penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan. Kecuali beberapa
propinsi, wilayah pedesaan di Indonesia relatif lebih miskin dibanding wilayah perkotaan.
Penduduk pedesaan di Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, kemiskinan di pedesaan
menurun sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an, tetapi angka kemiskinan naik 26 persen
ketika Krisis Finansial yang melanda Asia terjadi antara tahun 1997 dan 1998. Setelah tahun
15
2009, terjadi penurunan angka kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang
ditunjukkan tabel dibawah ini: 21
Kemiskinan Pedesaan (%
penduduk yang hidup dibawah
garis kemiskinan)
17.40%
2009
16.60%
15.70%
14.30%
14.40%
13.80%
2010
2011
2012
2013
2014
Angka kemiskinan kota adalah persentase penduduk perkotaan yang tinggal di bawah
garis kemiskinan kota tingkat nasional. Tabel di bawah ini, yang memperlihatkan tingkat
kemiskinan perkotaan di Indonesia, menunjukkan pola yang sama dengan tingkat kemiskinan
desa: semakin berkurang mulai dari tahun 2009.
2009
9.90%
2010
9.20%
2011
8.40%
8.50%
2012
2013
8.20%
2014
Dalam dua tabel di atas, terlihat bahwa pada tahun 2012 dan 2013 terjadi peningkatan
angka kemiskinan. Ini terjadi terutama karena adanya pemotongan subsidi BBM oleh
pemerintahan presiden SBY diakhir tahun 2012. Harga minyak yang secara internasional naik
membuat pemerintah terpaksa mengurangi subsidi BBM guna meringankan defisit anggaran
pemerintah.
21
16
ACEH
SUMATERA
UTARA
SUMATERA
BARAT
RIAU
JAMBI
SUMATERA
SELATAN
BENGKULU
LAMPUNG
KEP. BANGKA
BELITUNG
KEP. RIAU
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
DI
YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BANTEN
BALI
NUSA
TENGGARA
BARAT
NUSA
TENGGARA
TIMUR
KALIMANTAN
BARAT
KALIMANTAN
TENGAH
KALIMANTAN
SELATAN
KALIMANTAN
TIMUR
KALIMANTAN
UTARA
SULAWESI
UTARA
SULAWESI
TENGAH
SULAWESI
SELATAN
Semester 1 (Maret)
Jumlah Penduduk Miskin Menurut
Provinsi (Ribu Jiwa)
Perkotaan
Perdesaan
Jumlah
161.94
719.31
881.25
Semester 2 (September)
Jumlah Penduduk Miskin Menurut
Provinsi (Ribu Jiwa)
Perkotaan
Perdesaan
Jumlah
158.04
679.38
837.42
632.2
654.47
1286.67
667.47
693.13
1360.6
108.08
271.12
379.2
108.53
246.21
354.74
166.36
100.12
333.52
163.68
499.88
263.8
159.53
109.07
338.75
172.68
498.28
281.75
367.12
733.71
1100.83
370.86
714.94
1085.8
104.54
230.63
216.41
912.28
320.95
1142.91
99.59
224.21
216.91
919.73
316.5
143.94
22.33
49.31
71.64
20.27
46.96
67.23
97.38
393.98
2578.36
1945.29
30.42
1748.71
2891.17
127.8
393.98
4327.07
4836.46
91.27
412.79
2554.06
1771.53
32.9
1684.9
2790.29
124.17
412.79
4238.96
4561.82
333.03
211.84
544.87
324.43
208.15
532.58
1535.81
375.69
99.9
3250.98
247.14
85.3
4786.79
622.83
185.2
1531.89
381.18
109.2
3216.53
268.01
86.76
4748.42
649.19
195.96
370.18
450.64
820.82
385.31
431.31
816.62
100.34
894.33
994.67
105.7
886.18
991.88
82.05
319.46
401.51
78.53
303.38
381.91
40.78
105.55
146.33
39.45
109.37
148.82
62.51
120.37
182.88
61.21
128.28
189.49
97.89
155.71
253.6
98.48
154.2
252.68
59.18
149.05
208.23
60.08
137.48
197.56
67.08
325.57
392.65
71.65
315.41
387.06
162.49
701.81
864.3
154.4
651.95
806.35
17
SULAWESI
TENGGARA
GORONTALO
SULAWESI
BARAT
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
PAPUA
INDONESIA
48.25
294.01
342.26
45.79
268.3
314.09
25.21
168.96
194.17
23.88
171.22
195.1
26.31
127.58
153.89
29.87
124.82
154.69
49.83
12.19
14.78
35.37
10507.2
266.28
70.45
214.65
889.04
286097
316.11
82.64
229.43
924.41
28280.03
47.58
11.17
14.06
35.61
10356.69
259.44
73.62
211.4
828.5
296681
307.02
84.79
225.46
864.11
27727.78
KESIMPULAN
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak selalu menjamin kesejahteraan penduduk
karena terjadi ketimpangan kesejahteraan yang disebabkan distribusi pendapatan yang tidak
merata. Ketenagakerjaan dapat menjadi salah satu faktor, pada abad ke 20 ini dibutuhkan tenaga
kerja yang terlatih dan terdidik, sehingga yang tidak terlatih dan terdidik akan tertinggal dan
bahkan menurunkan pendapatan mereka. Distribusi pendapatan merupakan masalah perbedaan
pendapat antara individu yang paling kaya dengan individu yang paling miskin. Semakin besar
jurang
pendapatan
semakin
besar
pula
variasi
dalam
distribusi
pendapatan.
Jika
ketidakseimbangan terus terjadi antara kelompok kaya dan kelompok miskin, maka
perekonomian tersebut benar-benar menggambarkan pertumbuhan yang tidak merata.
Dibutuhkan Peran Pemerintah dalam mengatur ini dengan menyelaraskan pertumbuhan
ekonomi dengan kesejahteraan sosial serta distribusi pendapatan, sehingga ketika pertumbuhan
ekonomi meningkat, maka kesejahteraan masyarakat serta distribusi pendapatan pun juga dapat
18
dirasakan secara merata oleh masyarakat. Sebetulnya pada pemerintahan SBY jumlah
masyarakat miskin telah berkurang dan pertumbuhan ekonomi meningkat setiap tahunnya, walau
tidak bisa dipungkiri bahwa ekonomi global mempengaruhi ekonomi domestik. Programprogram Pemerintah terbukti dapat mengurangi kemiskinan dan memperkecil ketimpangan dari
distribusi pendapatan. Namun yang menjadi masalah adalah terkadang pemerintah gagal
menentukan bagaimana kriteria penduduk miskin sehingga program yang dibuat banyak tidak
tepat sasaran. Serta untuk memgatasi permasalahan ini dibutuhkan peran LSM, masyarakat dan
pelaku usaha untuk menciptakan masyarakat dengan perekonomian yang adil dan merata,
sinergitas antar intitusi Pemerintah harus mampu menciptakan satu framework bersama agar
terciptanya kesinambungan dan tata kelolah kerja yang baik. Serta tidak luput kolaborasi
bersama masyarakat, karena latar belakang masyarakat Indonesia yang komunal dengan
semangat gotong royong membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bersar untuk
kesejahtraan bersama dari Sabang hingga Marauke.
19
DAFTAR PUSTAKA
21