Disusun Oleh:
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
Sedangkan analisis indikator ketiga yaitu indikator ekonomi sektor eksternal yang
menjelaskan mengenai indikator perdagangan antarnegara (eksporimpor), neraca pembayaran
dan international reserve, utang eksternal serta financial flow (net Official Development
Assistence, net other financial flow, dan net private sector flow).
Berdasarkan penjelasan ketiga indikator tersebut, indikator sosio-ekonomi yang
paling tepat untuk menggambarkan kondisi kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat di suatu negara ialah indikator demografi dan pembangunan manusia.
Berkaitan dengan indikator tersebut, populasi anggota OIC pada tahun 2013 meningkat
sebesar 1,9% dengan dependency ratio yang cukup besar yaitu sekitar 62,3%. Dengan kondisi
ini penting untuk memperhatikan indikator kesehatan sebagai salah satu ukuran guna
menentukan produktivitas bagi usia produktif di negara-negara anggota OIC. Di antara data
yang penting di bidang kesehatan adalah infan mortality rate dan life expectancy at birth rate.
Kemiskinan
Kemiskinan senantiasa ada dari masa ke masa. Pada zaman Nabi Musa
‘alaihisalaam, dikisahkan ada seorang kerabat beliau yang bernama Qarun yang
awalnya sangat miskin kemudian meminta Rasul untuk mendoakannya agar menjadi
kaya sehingga bisa lebih khusyuk dalam menjalankan ibadah. Setelah Qarun kaya,
justru Qarun terlena karena selalu menghitung-hitung kekayaannya dan merasa bahwa
kekayaannya bersumber dari usahanya, padahal Allah memberikan kekayaan tersebut
sebagai ujian bagi Qarun. Akhirnya karena kesombongannya, Allah menenggelamkan
Qarun beserta harta kekayaannya. Kisah tersebut menunjukkan bahwa kemisknan
telah ada sejak zaman dahulu.
Islamic Development Bank terkait dengan upaya untuk mengurangi jumlah
kemiskinan menunjukkan bahwa negara-negara anggota OKI di Asia adalah yang
paling berhasil dalam melakukan program pengentasan kemiskinan. Kemiskinan
semakin terasa ketika keadaan perekonomian sedang krisis. Ketika krisis terjadi,
masyarakat cenderung untuk tidak melakukan transaksi ekonomi yang mengakibatkan
perusahaan juga akan mengurangi biaya dengan salah satu caranya adalah melakukan
Putus Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran.
Kemiskinan harus mendapat perhatian kita bersama, karena dampak negatif
yag terjadi dari hal ini sangatlah besar. Dapak pertama, adalah masalah-masalah sosial
seperti kecemburuan sosial akibat jurang pemisah antara miskin dankaya begitu lebar.
Kedua, adalah tentang kriminal dimana akibat kemiskinan, maka jalan pintas yang
dilakukan adalah melakukan perampokan yang tidak jarang disertai dengan
penganiayaan dan bahkan pembunuhan. Oleh karena itu, harus ada upaya-upaya
sistematis agar kemiskinan dapat berkurang.
Aspek pembahasan pertama perihal kemiskinan adalah definisi kemiskinan
yang kita gunakan. Terdapat beberapa definisi tentang kemiskinan. Adanya
kesepahaman tentang definisi “miskin” akan memudahkan kita dalam melakukan
langkah berikutnya.seanjutnyam yaitu pembahasan fakta kemiskinan yang terjadi.
Salah satu indikator yang umum digunaan untuk melihat kemiskinan atau jurang
pemisah antara golongan kaya dan miskin adalah rasio GINI. Rasio yang tinggi
menunjukkan semakin rendah rasio GINI maka semakin rendah jurang pemisah si
kaya dan si iskin, , begitupun sebaliknya jika semakin rendah rasio GINI maka
semakin rendah jurang pemisah golongan kaya dan miskin.
1. Teori Kemiskinan
Konsep dasar dalam mengklasifikasi kemiskinan adalah sebagai berikut:
1. Kemiskinan Absolut, merupakan kemiskinan berdasarkan tingkat pendapatan
yang dimiliki tidak dapat mencapai batas kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar. World Bank mendefinisikan kemiskinan absolut adalah
keadaan dimana sebuah keluarga memiiki penghasilan di bawah $1,25 per hari
per orang (dengan acuan nilai dolar pada tahun 2005)
2. Kemiskinan relatif, kemiskinan dimana seseorang dengan pendapatan di
bawah proporsi tertentu dari median pendapatan suatu populasi di suatu
wilayah atau regional. Contoh: Eurosat mengukur kemiskinan relatif dengan
tingkat pendapatan di bawah 60% dari median pendapatan rumah tangga.
3. Kemiskinan akut/kultural, keadaan dimana seseorang sangat sulit untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya. Dalam hal ini, kemiskinan diukur dengan
variabel-variabel nonkeuangan.
The cot Basic Needs (CBN) merupakan sebuah pendekatan dalam menentukan garis
kemiskinan dimana garis kemiskinan total merupakan jumlah makanan dan
nonmakanan dalam garis kemiskinan. Dalam perhitungan ini, misalnya perkiraan
biaya dalam memperoleh makanan yang cukup, nutrisi yang cukup dan menambahkan
biaya penting lainnya seperti pakaian dan tempat tinggal. Pendekatan CBN
merupakan pendekatan yang berbeda dengan pendekatan lainnya.
3. Indeks GINI
Dalam data Gini Index yang diolah oleh IDB Indonesia memiliki catatan besar akan
hal tersebut. Rasio GINI mencerminkan bagaimana distribusi pendapatan (dalam beberapa
kasus pengeluaran konsumsi) di antara individual atau rumah tangga dengan ekonomi yang
keluar dari distribusi yang sama. GINI index digunakan untuk menghitung seberapa besar
ketimpangan pendapatan di suatu negara. Gini index 0 menunjukkan sama secara sempurna
(perfect equality), sedangkan 100 menunjukkan tidak sama secara sempurna (perfect
inequality). Di satu sisi, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi mengindikasikan kondisi
perekonomian yang baik, namun di sisi lain pertumbuhan ekonomi belum tentu dapat
dirasakan oleh seluruh golongan masyarakat. Bisa jadi, pertumbuhan ekonomi hanya
dinikmati oleh sebagian kecil golongan masyarakatnya, di mana fakta menunjukkan
pertumbuhan ekonomi banyak dirasakan oleh orang-orang kaya. Dengan kata lain,
pertumbuhan ekonomi hanya menguntungkan golongan orang kaya, dan sedikit dirasakan
oleh orang miskin. Apabila kondisi ketimpangan ini dibiarkan secara terus-menerus maka
rasio Gini (GINI index) akan semakin besar. Dampak dari rasio GINI yang semakin
meningkat dapat menimbulkan kecemburuan sosial, yang akan berdampak terhadap
munculnya banyak permasalahan sosial, seperti kriminalitas, tindakan kekerasan,
perampokan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, dibutuhkan perubahan orientasi kebijakan
pemerintah yang tidak sekadar berfokus pada peningkatan GDP namun juga turut
memperhatikan bagaimana pemerataan dan keadilan dapat dirasakan oleh seluruh
masyarakatnya agar mampu mencapai kesejahteraan.
a. Individu
Sebelum kita dapat membantu mengentaskan kemiskinan pada pihak lain, maka
pertama-tama kita sendiri harus memastikan bahwa kita tidak miskin. Analoginya, jika
kita ingin membuat pandai pihak lain, maka kita sendiri harus pandai. Bekerja adalah
satu-satunya cara agar kita sendiri terbebas dari kemiskinan. Naluri inilah yang
mendorong manusia bekerja untuk mendapatkan penghasilan, yang selanjutnya
penghasilan tersebut dapat digunakan untuk membeli barang-barang kesukaan manusia.
Apabila untuk mendapatkan barang tersebut dia memilih mengharapkan belas kasihan
orang lain, maka sejatinya itu di luar naluri manusia dan tidak ada harga diri yang bisa
dibanggakan atas kepemilikan harta tersebut.
b. Masyarakat
Apabila setiap orang telah bekerja untuk dirinya sendiri dan keluarganya serta telah
mempertimbangkan pendapatan setelah pensiun, maka kewajiban untuk pengentasan
kemiskinan terhadap orang lain menjadi berkurang dengan cukup signifikan. Bagi seseorang
yang mempunyai harta lebih dari nishab maka dia wajib mengeluarkan zakatnya. Tetapi,
selain itu, Islam juga membuka kesempatan bagi siapapun untuk membantu golongan miskin
tanpa melihat berapa pendapatan yang dimilikinya.
c. Negara/Pemerintah