Diperhatikan Dalam
Menilai MLM
A.Haram
Zatnya: li dzatihi
P Tadlis
Tidak didasarkan
prinsip kerelaan
(ridha); asymetric
E Melanggar prinsip
An Taraddin Minkum
information
N B.Haram
(Kerelaan)
Ihtikar Rekayasa Pasar (Supply)
Selain
Y Zatnya Bai Najasy Rekayasa Pasar (demand)
Melanggar prinsip
E La Tazhlimuna wa la
tuzhlamun Gharar Uncomplete Information;
Riba
A Fadl
I.Rukun tdk terpenuhi
B C.Tidak
Nasiah
II.Ta’alluq
Sahnya Jahiliah
akad III.Two In One
Penyebab Larangan
C. Tidak Sah/tidak lengkap akadnya
II. Ta’alluq (hukumnya dilarang)
Terjadi apabila ada dua akad yang saling berkaitan
Ta’alluq terjadi apabila dihadapkan pada dua akad yang saling dikaitkan
maka berlakunya akad satu tergantung pada akad dua (Adiwarman
A.Karim, Bank Islam, 2004:48)
Contoh : “Aku jual kepadamu rumahku ini (akad 1), dengan
syarat anda nikahi anakku (akad 2).” artinya rumah akan dijual
jika Anda menikahi anaknya (yg punya rumah), artinya juga rumah
tidak akan dijual kepada anda jika anda tidak menikahi anaknya.
A.Haram
Zatnya: li dzatihi
P Tadlis
Tidak didasarkan
prinsip kerelaan
(ridha); asymetric
E Melanggar prinsip
An Taraddin Minkum
information
N B.Haram
(Kerelaan)
Ihtikar Rekayasa Pasar (Supply)
Selain
Y Zatnya Bai Najasy Rekayasa Pasar (demand)
Melanggar prinsip
E La Tazhlimuna wa la
tuzhlamun Gharar Uncomplete Information;
Riba
A Fadl
I.Rukun tdk terpenuhi
B C.Tidak
Nasiah
II.Ta’alluq
Sahnya Jahiliah
akad III.Two In One
Komentar
III. “Two in One”= 2 akad dlm 1 transaksi
Suatu transaksi mewadahi dua akad sekaligus
Dalam terminologi fiqih disebut Shafqatain fi al-shafqah
ِ ص ْف َق ٍة َوا
ح َد ٍة َ ص ْف َق َت ْي ِن فِي َ ص َّلى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو
َ ْس َّل َم َعن َ ِ سول ُ هَّللا
ُ َن َهى َر
Rasululllah SAW telah melarang dua kesepakatan (aqad) dalam
)satu kesepakatan (aqad). [HR. al-Bazzar dan Ahmad
Terjadi bila obyek, pelaku dan jangka waktu sama
)Adiwarman Karim, Bank Islam, 2004:49(
Ciri two in one adalah jika kita tdk membeli posisi anggota MLM
(membayar uang pendaftaran) maka kita tidak dapat membeli
barang dengan harga diskon dan tidak bisa menjadi makelar
(merekrut downline).
Rumus : setiap akad ta’alluq (berkait), dipastikan terjadi 2 akad
dalam 1 transaksi. (logikanya sesuatu yg dikaitkan pasti lebih
dari satu)
Akad Membeli barang dapat diskon dan akad makelar merekrut
downline dapat komisi/bonus (berkait) jika telah menjadi
member MLM.
Beberapa Titik Kontrol Yang Harus
Diperhatikan Dalam Menilai MLM
1) Poin 1: Tentang Akad Keanggotaan
2) Poin 2. Syarat pembelian produk dalam akad pendaftaran
3) Poin 3. Bonus Jaringan
4) Poin 4. Bonus Penjualan
5) Poin 5. Bonus Yang Diterima Dari Kinerja Downline
6) Poin 6. Harga barang yang mahal
Poin 3. Bonus Jaringan
► Ada perusahaan MLM yang memberi bonus
jika member sbg makelar bisa merekrut
member baru untuk jadi downline-nya.
► Bahkan ada turunannya, perusahaan MLM
memberi bonus kepada member yang
downline-nya berhasil merekrut anggota
baru.
Komentar
► Makelar (Merekrut seseorang menjadi anggota MLM) –jika
akad keanggotaannya seperti poin 1, yakni komersialisasi
akad pendaftaran /bisnis perekrutan dan peluang bonus
(objek akad batil)- maka tidak bisa dianggap samsarah
yang sah. Sebab ia mereferensikan akad yang bathil.
Karena mereferensikan objek akad yg bukan barang-jasa.
hak untuk jadi makelar atau hak menjadi penjual barang
MLM dalam syariat harusnya gratis, tdk bisa dijadikan
komoditas.
► Adanya unsur Maysir (perjudian) yaitu Qimaar dalam bonus
rekrutmen. Al Mawardi mendefinisikan qimaar: “sesuatu yang
ketika seseorang masuk di dalamnya tidak akan terhindar
dari dua kondisi, untung –jika dia mendapat harta- atau rugi
–jika dia harus memberi”. Bayangkan jika semua orang sudah
ikut suatu MLM, lantas orang yang terakhir mendaftar akan
mendapat untung dari siapa? Mau merekrut siapa lg? dapat
bonus perekrutan darimana? Dapat uang dari siapa lagi..Ga
ada, maka dia rugi ini qimaar.
Beberapa Titik Kontrol Yang Harus
Diperhatikan Dalam Menilai MLM
1) Poin 1: Tentang Akad Keanggotaan
2) Poin 2. Syarat pembelian produk dalam akad pendaftaran
3) Poin 3. Bonus Jaringan
4) Poin 4. Bonus Penjualan
5) Poin 5. Bonus Yang Diterima Dari Kinerja Downline
6) Poin 6. Harga barang yang mahal
Poin 4. Bonus Penjualan
► Adaperusahaan MLM yg memiliki ketentuan
bahwa setiap member yg berhasil menjual
produk maka dia mendapatkan bonus
Komentar
Dalam hal ini ada dua kemungkinan
1. Jika member adalah makelar, maka upah yg
diterima makelar karena menjualkan produk
adalah sah (karena itu komisi). Masalahnya, ada
perusahaan MLM yang menyandarkan akad
samsarah ini dengan akad membership. Jika
belum melakukan akad membership maka tidak
bisa melakukan akad ini (makelar). Jika faktanya
demikian maka termasuk menyatukan dua akad
dalam 1 transaksi.
► Ingat, setiap yg ta’alluq dipastikan two in one
2. Jika member bagi perusahaan bertindak sebagai pembeli langsung,
maka bonus yang diterimanya ketika menjual adalah hibah,
asalnya boleh.
► Hanya saja, karena hibah tergolong akad, maka tidak boleh ada
ketentuan yang mengikat bahwa hibah itu menyatu dengan akad
penjualan (artinya setiap penjualan harus berdampak ada hibah yg
harus diberikan), sebab jika demikian maka terjadi dua akad yang
disatukan (akad jual beli dan akad hibah).
► Tetapi, jika hibah (bonus) tersebut diberikan bukan sebagai
konsekuensi yang mengikat dari akad jual-beli, tetapi bisa diberi dan
bisa tidak, maka hibah (bonus) seperti ini statusnya kembali kepada
hukum asalnya, yaitu mubah. Karena tidak menjadi syarat yang
mengikat, atau akad lain dalam satu kesatuan akad jual-beli
► Jika bonus diberikan karena prestasi tertentu, misalnya hanya diberikan
ketika seseorang berhasil menjual produk dalam jumlah besar, maka ini
ju’alah (dapat upah sesuai target) yang asalnya boleh. Tapi ketika
ju’alah ini terikat dengan akad membership, maka terjadi penyatuan
dua akad.
► Contoh jika anda (bukan member) berhasil menjualkan 100 produk
MLM, anda tdk akan dapat bonus, karena bukan member. Ini
membuktikan bahwa bonus ini terkait (tidak lepas) dari akad
membership. maka terjadi penyatuan dua akad (dilarang)
Beberapa Titik Kontrol Yang Harus
Diperhatikan Dalam Menilai MLM
1) Poin 1: Tentang Akad Keanggotaan
2) Poin 2. Syarat pembelian produk dalam akad pendaftaran
3) Poin 3. Bonus Jaringan
4) Poin 4. Bonus Penjualan
5) Poin 5. Bonus Yang Diterima Upline Dari
Kinerja Downline
6) Poin 6. Harga barang yang mahal
Poin 5. Bonus Yang Diterima Dari Kinerja
Downline
► Ada perusahaan MLM yang membagikan bonus
-dari transaksi yang dilakukan oleh seorang
member ke member-member lain yang ada di
atasnya (Upline). Inilah yang memungkinkan
member tingkat atas untuk memperoleh
pendapatan pasif karena kinerja member di
bawahnya (downline)
► disinilah karakter khas yg ada pada MLM, dan
menjadi daya tarik.
Komentar
► Bgmn hukum dari bonus ini, Kalau status member sbg makelar, maka
bonus memiliki dua kemungkinan:
1) Yg pertama Komisi. Artinya upah kompensasi yg diberikan oleh
perusahaan MLM karena berhasil menjualkan produk MLM Maka
dengan ini Seorang upline tidak berhak mendapat upah atas
transaksi yang dimakelari oleh downline-nya. Karena jelas hal itu
hasil kerja downline bukan uplinenya.
prinsip utama di dalam Islam adalah melarang pengambilan sesuatu
.yang bukan menjadi hak atau bagiannya
Alasan lain Kenapa upline harus mendapatkan bonus dari kerja
downline, karena upline dan downline dianggap jalur pemasaran
yang menyampaikan produk ke konsumen, sehingga setiap titik
berhak mendapatkan komisi maka ini merupakan praktek
samsaroh ‘ala samsaroh (makelar memakelari) yang menyalahi
fakta makelar secara syar’I (makelar 1 level). Maka ini tidak sah,
karena makelar yang dalam Islam hanya mendapat komisi ketika
dia mempertemukan transaksi antara penjual barang dengan
pembeli barang bukan menghubungkan makelar dengan makelar.
2) Kemungkinan kedua Kalau bukan komisi, maka itu
Hibah dari perusahaan. Maka hukumnya boleh jika
tidak menjadi aturan yang mengikat. Artinya tidak ada
akad bahwa hibah itu wajib terikat dengan penjualan,
jika perusahaan tidak memberikan bonus itu, maka
para member tidak berhak menuntut. Jika hibah itu
wajib, bahkan menjadi sistem yg baku, maka
ketentuan ini tidak boleh. (lihat slide 23)
► Kalaustatus member adalah pengecer
(membeli produk lalu dijual kembali) maka
kemungkinannya hanya hibah. Jika tidak
mengikat maka tidak masalah. Jika menjadi
ketentuan mengikat, bahkan menjadi sistem
yang baku, maka tidak boleh. (lihat slide 23)
► Itulah
bonus yg diberikan kepada upline
karena kinerja dari downline
Beberapa Titik Kontrol Yang Harus
Diperhatikan Dalam Menilai MLM
1) Poin 1: Tentang Akad Keanggotaan
2) Poin 2. Syarat pembelian produk dalam akad pendaftaran
3) Poin 3. Bonus Jaringan
4) Poin 4. Bonus Penjualan
5) Poin 5. Bonus Yang Diterima Dari Kinerja Downline
6) Poin 6. Harga barang yang mahal
Poin 6. Harga barang yang mahal
► Sebagian perusahaan MLM menjual
produknya dengan harga yang jauh lebih
tinggi dari harga pasar. Atau karena
jaringannya karena sedemikian rupa
membuat harganya melambung jauh, Maka
ini praktek ghobn faahisy yang bisa merusak
akad (fasid).
Kesimpulan
Analisis
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Adanya 2 akad dalam satu transaksi yaitu akad sebagai
karyawan (mendapat gaji) dengan simsar/makelar
(mendapat komisi), atau sebagai penjual (mendapat
margin keuntungan) dengan simsar sekaligus. Apabila
terdapat kondisi seperti ini maka MLM menjadi akad yang
batil.
2) Adanya akad simsar ‘ala simsar (makelar yang
memakelari makelar lain). Terjadinya misalnya seorang
downline yang berfungsi sebagai makelar dari upline
yang posisinya juga sebagai makelar uplinenya lagi.
Dalam kondisi seperti ini, MLM menjadi akad yang batil.
cirinya, upline dapat komisi dari kegiatan/aktivitas
downlinenya.
Kesimpulan
Solusi
1) Ada obyek barang yang diperjualbelikan secara riil
untuk menghindarkan money game seperti arisan
berantai.
2) Anggota MLM berposisi sebagai penjual saja,
makelar saja atau karyawan saja dan tidak
berposisi ganda yang saling terikat. Jika sebagai
penjual saja, anggota melakukan pembelian
terlebih dahulu baru dijual kembali dengan
discount khusus. Jika sebagai simsar (makelar)
saja, ia menjadi simsar langsung ke perusahaan
dengan komisi yang disepakati. Kalau sebagai
karyawan saja, maka ia mendapat gaji yang tetap
tiap bulan dari perusahaan