Anda di halaman 1dari 5

Metode untuk memecahkan masalah yaitu:

a) Memahami fakta dengan meneliti fakta itu, akhirnya


ditemukan inti masalahnya
b) Mencari nash/dalil syara’ yang terkait dengan masalah
itu (dalil syara; Alqur’an, Hadits, Ijma Sahabat, Qiyas
Syar’i).
c) Akal manusia dibantu dengan nash atau dalil yang terkait
dengan masalah itu, dengan cara menghukumi
fakta/masalah itu dengan dalil syara’ tadi.
d) Maka lahirlah solusi, kalau hukum perbuatan itu 5
(Wajib, sunah, mubah, makruh, haram) kalau hukum
benda ada 2 (halal, haram) (an-Nabhani)
Fakta-fakta yang ditemukan di Koperasi Konvensional :
1. Adanya Riba
2. Ketika Pendirian koperasi, pengurus (pengelola) belum ada (Hafidz dan Yahya Abdurrahman,
2013:14).
3. Keluar-masuk anggota, akad tidak diperbaharui (Hafidz dan Yahya Abdurrahman, 2013:42).
4. Pembagian SHU yaitu berdasar jasa usaha anggota seperti banyaknya pembelian, penjualan,
produksi, pinjaman. (Hafidz dan Yahya Abdurrahman, 2013:9, 36).
5. Pengurus selain dapat SHU juga digaji (Hafidz dan Yahya Abdurrahman, 2013:11).

Yang akan dibahas, no 3,4,5


PERHITUNGAN SHU KOPERASI SYARIAH (BMT):
DASAR PENENTUAN SHU SYAR’I PADA KOPERASI SYARIAH
Firmansyah, S.Pd., M.E.Sy.1
firmansyah@upi.edu
PENDAHULUAN
Terkadang praktik koperasi syariah (Kopsyah) di lapangan sekarang ini tidak sesuai dengan
prinsip syariah, diantaranya dasar penentuan sisa hasil usaha (SHU) berdasarkan banyaknya
kontribusi anggota dalam pembelian atau penggunaan dana kopsyah misalnya. Padahal yang tepat
sesuai syariah adalah dasar penentuan SHU berdasarkan modal atau kerja atau keduanya. Kemudian
di lapangan pun terjadi pengurus sebagai pengelola kopsyah selain dapat SHU juga mendapatkan
gaji. Padahal yang tepat sesuai syariah yaitu pengurus mendapat bagi hasil SHU sebagai pemodal
dan SHU sebagai pengelola. Tulisan ini akan memaparkan bagaimana dasar penentuan sisa hasil
usaha (SHU) yang sesuai syariah pada koperasi syariah.

BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT)


 Badan hukum BMT biasanya adalah Koperasi Syariah (Prof. Buchari Alma, 2009:21).
 Dalam Fiqih Muamalah, koperasi syariah (kopsyah) termasuk syirkah mufawadah, yaitu
kerjasama usaha dua orang atau lebih, masing-masing anggota memberikan modal dengan
jumlah modal yang sama (Simpanan Pokok+Simpanan Wajib) dan sebagian anggota sebagai
pengurus-mengelola yang ditandai oleh pembagian bagi hasil (SHU). (Nawawi, 2012:294)
1.1.Koperasi syariah harus memenuhi Rukun syirkah

 Maka Koperasi syariah supaya sah, harus memenuhi semua Rukun Syirkah (Adiwarman A. Karim,
2004:108) yaitu :
1
Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi dan Keuangan Islam (IEKI), FPEB Universitas
Pendidikan Indonesia-Bandung.
1
1) Pemodal
2) Pengurus sebagai pengelola
3) Bidang usaha yg akan digarap (misal serba usaha)
4) Ijab qabul (Lisan atau tulisan)
5) Adanya Nisbah/bagi hasil untuk pemodal dan pengurus yg mengelola kopsyah.
 Dalam suatu kerjasama usaha (Syirkah) misalnya koperasi syariah, A pemodal saja dan B
pemodal sekaligus pengurus yang mengelola kopsyah. Maka A dan B ini disebut owner/pemilik
perusahaan dan mereka dapat bagi hasil (bukan gaji). Di luar owner (di luar anggota koperasi)
adalah karyawan yang digaji yang besaran gajinya tetap (fix).

1.2.Jadi: jenis kompensasi itu menentukan status
 Jika kompensasi berupa nisbah bagi hasil  maka dia statusnya sebagai pemodal saja atau
pemodal sekaligus pengurus yang mengelola Kopsyah (anggota koperasi sebagai owner
koperasi).
 Jika kompensasinya berupa gaji tiap bulan  maka dia statusnya adalah karyawan

1.3.Fakta Koperasi Konvensional


 Contoh, Tuan A, B, C, D memberikan modal (simpanan pokok+simpanan wajib) kepada koperasi
X, maka Tuan A, B, C, D adalah anggota koperasi (owner koperasi X). Lalu tuan A, B, C, D rapat
anggota dan memutuskan Tuan C dan D adalah sebagai pengurus yang mengelola koperasi. Akan
tetapi Tuan C dan D tadi digaji tiap bulan.
 Kalau Tuan C dan D digaji berarti statusnya adalah karyawan bukan pengurus (karena pengurus
harusnya dapat bagi hasil), Jadi di mana pengurus/pengelolanya? Tidak ada pengurus, karena
Tuan C dan D tadi kompensasinya digaji tiap bulan yang besarannya tetap bukan dapat bagi hasil
yang besarannya fluktuatif>>>Oleh karena itu koperasi konvensional hanya kumpulan modal saja
tidak ada unsur pengurus. Sehingga koperasi konvensional tidak sah karena tidak memenuhi 1
rukun syirkah yaitu unsur pengurus sebagai pengelola (unsur badan).
Kesimpulan:
Tuan A dan B (Pemodal saja) X Tuan C dan D (Pemodal sekaligus pengurus)

(Dapat SHU) X (Dapat Gaji Dan SHU)


1.4. Fakta Koperasi Syariah
 Pihak ke-1 menjadi pengelola (C dan D), pihak ke-2 (A dan B) adalah pihak lainnya. Pihak ke-1
mengajak pihak ke-2 membentuk syirkah yaitu usaha kopsyah. Di mana pihak ke-1 sebagai
pengelola sekaligus pemodal dan pihak ke-2 sebagai pemodal saja, dengan syarat yang tertuang
di dalam anggaran dasar. SECARA FIQIH KOPERASI SYARIAH SUDAH BERDIRI, LALU AGAR DAPAT
ASPEK LEGAL YAITU BADAN HUKUM MAKA DI DAFTARKAN KE DINAS KUKM (Koperasi Usaha
Kecil dan Menengah) LALU DIBUATKAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI. JANGAN DIBALIK, BUAT
AKTA PENDIRIAN DULU BARU MILIH PENGURUS INI tidak tepat.
 Tuan A, B, C, D memberikan modal (simpanan pokok+simpanan wajib) kepada koperasi syariah,
maka Tuan A, B, C, D adalah anggota kopsyah (owner kopsyah).
Kesimpulan:
Tuan A dan B (Pemodal saja) X Tuan C dan D (Pemodal sekaligus pengurus Kopsyah)

(Dapat SHU anggota saja) X (Dapat SHU anggota dan SHU pengurus)
 Jadi, Kopsyah memenuhi rukun akad syirkah yaitu gabungan pemodal dan pengurus, hal itu
ditandai jenis kompensasi, pemodal dapat bagi hasil dan pengurus pun dapat bagi hasil.
 Idealnya dalam Koperasi berskala besar Untuk mempermudah tugas pengurus (Ketua, Sekretaris
dan bendahara Kopsyah), maka pengurus boleh mengangkat pegawai sebagai karyawan yaitu
bagian pembukuan, dan kasir. Karyawan ini Digaji tiap bulan. Dan gaji ini menjadi bagian dari
biaya atau beban koperasi. Karena pengurus mengangkat pegawai maka SHU pengurus jadi
berkurang (misal asal 15% jadi 5%).

2.1 Pembagian laba bersih atau Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Syariah

2
 Dalam Kopsyah pembagian laba bersih berdasarkan modal atau kerja atau keduanya (modal
dan kerja) (ash-Shawi & al-Mushlih, 2015:151). Jadi pembagian SHU BUKAN berdasarkan
banyaknya hasil kontribusi pembelian barang, atau banyaknya hasil penggunaan dana
koperasi.

 Sisa hasil usaha yang diperoleh dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dibagi
sebagai berikut (contoh):
 35 % untuk dana cadangan Koperasi Syariah ”X”
 45 % untuk anggota sebanding dengan partisipasi modal
 5 % untuk dana pengurus
 5 % untuk dana pendidikan
 5 % untuk dana kesejahteraan karyawan
 5 % untuk dana sosial / Shodaqoh
Misalkan, Kopsyah X memiliki 50 anggota dimana:

 Simpanan Pokok tiap anggota= Rp 20.000 satu kali pas masuk jadi anggota
 Simpanan wajib tiap anggota= Rp 5.000 tiap minggu. (1 tahun ada 52 minggu) jadi 1
tahun=Rp 260.000
 Bagaimana menghitung SHU nya? dgn SHU dibagi tiap 1 tahun sekali atau tiap semester atau
tiap bulan sesuai diputuskan pada rapat.
Jawab:
 Simpanan pokok Rp 20.000 X 50 anggota = Rp 1.000.000
 Simpanan wajib Rp 5.000 X 52 minggu X 50 anggota = Rp 13.000.000
 Jadi Simpanan Total Kopsyah adalah Rp 1.000.000 + Rp 13.000.000 = Rp 14.000.000

 Tarolah, pendapatan selama 1 tahun(-)beban atau biaya 1 tahun=Nominal SHU yang diperoleh
selama 1 tahun = Rp 6.000.000
 Maka uang SHU Rp 6 juta ini dibagi-bagi sbb:
 35% X Rp 6.000.000 = Rp 2.100.000 sebagai dana cadangan koperasi yang tidak akan dibagi
kepada anggota, dana ini untuk menutup kerugian koperasi, dan untuk membayar simpanan
pokok dan wajib serta anggota yang hendak keluar.
 45% X Rp 6.000.000 = Rp 2.700.000 yang akan dibagi kepada 50 anggota koperasi sebagai
pemodal saja.
 5% X Rp 6.000.000 = Rp 300.000 untuk dana pengurus (Ketua dan Sekretaris)
 5% X Rp 6.000.000 = Rp 300.000 untuk dana pendidikan
 5% X Rp 6.000.000 = Rp 300.000 untuk dana kesejahteraan karyawan
 5% X Rp 6.000.000 = Rp 300.000 untuk dana sosial +
= Rp 6.000.000
 Perhitungan SHU kepada tiap Anggota :

SHU Tn A =
SimpananPokok + SimpananWajib Tn A x Persentase SHU untuk Anggota x Nomin al SHU
Simpanan Total Koperasi
SHU Tuan A = Rp 20.000 + Rp 260.000 X 45% X Rp.6.000.000 = 0,02 X 0,45 X Rp 6jt=Rp 54.000
Rp 14.000.000

SHU Tuan Anggota yg ke-50 = Rp 54.000 (Rp 54.000 x 50 anggota = Rp 2.700.000)

 Perhitungan SHU untuk pengurus adalah 5% dari Nominal SHU


 5% X Rp 6.000.000 = Rp 300.000, jika pengurus ada 2 orang (Ketua dan sekretaris). Maka
misalnya @ Rp 150.000.
 Ingat pengurus juga adalah sebagai bagian dari 50 anggota koperasi yang memberikan
simpanan pokok dan wajib. Maka selain @ Rp 150.000 juga dapat SHU tiap anggota yang
tadi yaitu Rp 54.000

3
 Jika dalam koperasi skala kecil biasanya pengurus (Ketua dan sekretaris) selain sebagai anggota
koperasi juga merangkap melakukan pekerjaan operasional seperti Bendahara/pembukuan dan
kasir.
Maka porsi SHU atau nisbah bagi hasil pengurus bisa lebih besar misalnya yang asalnya 5% menjadi
18%, jadi perhitungannya adalah :
 25 % untuk dana cadangan Koperasi Syariah
 45 % untuk anggota sebanding dengan partisipasi modal
 18 % untuk dana pengurus
 5 % untuk dana pendidikan
 2 % untuk dana kesejahteraan karyawan
 5 % untuk dana sosial / Shodaqoh

Misalkan, Kopsyah X memiliki 50 anggota dimana:

 Simpanan Pokok= Rp 20.000 satu kali pas masuk jadi anggota


 Simpanan wajib= Rp 5.000 tiap minggu. ( 1 tahun ada 52 minggu)
 Bagaimana menghitung SHU nya? Ingat SHU dibagi tiap 1 tahun sekali.

Jawab:
 Simpanan pokok Rp 20.000 X 50 anggota = Rp 1.000.000
 Simpanan wajib Rp 5.000 X 52 minggu X 50 anggota = Rp 13.000.000
 Jadi Simpanan Total Kopsyah adalah Rp 1.000.000 + Rp 13.000.000 = Rp 14.000.000

 Tarolah, pendapatan(-)beban atau biaya=Nominal SHU yang diperoleh selama 1 tahun = Rp


6.000.000
 Maka uang Rp 6 juta ini dibagi-bagi sbb:
 25% X Rp 6.000.000 = Rp 1.500.000 sebagai dana cadangan koperasi yang tidak akan dibagi
kepada anggota, dana ini untuk menutup kerugian koperasi, dan untuk membayar simpanan
pokok dan wajib anggota yang hendak keluar.
 45% X Rp 6.000.000 = Rp 2.700.000 yang akan dibagi kepada 50 anggota koperasi sebagai
pemodal saja.
 18% X Rp 6.000.000 = Rp 1.080.000 untuk dana pengurus (Ketua dan Sekretaris)
 5% X Rp 6.000.000 = Rp 300.000 untuk dana pendidikan
 2% X Rp 6.000.000 = Rp 120.000 untuk dana kesejahteraan karyawan
 5% X Rp 6.000.000 = Rp 300.000 untuk dana sosial/shodaqoh +
= Rp 6.000.000
 Perhitungan SHU kepada tiap Anggota :

SHU Tn A =
SimpananPokok + SimpananWajib Tn A x Persentase SHU untuk Anggota x Nomin al SHU
Simpanan Total Koperasi
SHU Tuan A = Rp 20.000 + Rp 260.000 X 45% X Rp.6.000.000 = 0,02 X 0,45 X Rp 6jt=Rp 54.000
Rp 14.000.000

SHU Tuan Anggota yg ke-50 = Rp 54.000


 Perhitungan SHU kepada Pengurus:

 Nominal SHU X 18% = Rp. 6000.000 X 18% = Rp 1.080.000 klo ada dua orang pengurus
berarti @ Rp 540.000 plus SHU anggota Rp 54.000 (Tresna, 2014).

Bisa dikatakan bahwa Koperasi syariah dibentuk bukan semata-mata demi tujuan bisnis yaitu
keuntungan finansial, tetapi juga ditujukan untuk membantu dan menjamin kepentingan ekonomi
anggota-anggotanya.

4
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan pada akad koperasi syariah (syirkah), (Hafidz dan Yahya
Abdurrahman, 2013:41-44) :
1. Jenis syirkah apa? Mufawadhah
2. Dasar pembagian SHU berdasarkan modal atau kerja, atau dua-duanya
3. Pengurus/pengelola mendapat SHU sebagai pemodal dan SHU pengelola bukan gaji
4. Kalau ada anggota baru yang masuk atau anggota lama yang keluar maka dibuat akad baru,
diperlukan terkait nanti perhitungan pembagian keuntungan/nisbah SHU pada semua
anggota koperasi syariah.
Kalau ada anggota baru maka harus ada rapat semua anggota untuk pembubaran dan pembentukan
akad baru koperasi syariah, bisa dengan strategi:
1) Diwakilkan saja ke pengurus/pengelola
2) Nama anggota baru diumumkan ke semua anggota koperasi syariah melalui papan
pengumuman atau media lainnya.

Dalam koperasi syariah (Kopsyah) seharusnya pembagian laba berdasarkan modal atau kerja
atau keduanya (modal dan kerja). Jadi pembagian SHU BUKAN berdasarkan banyaknya jumlah
kontribusi pembelian barang, produksi, penjualan atau besarnya penggunaan dana koperasi. Lalu
timbul pertanyaan lantas bagaimana untuk menghargai anggota yang sering bertransaksi (misal
pembelian) di kopsyah?. Maka jawabannya adalah :

1) Sebagaimana marketing agar produk laku maka ada ikhtiar marketing dan biaya marketing
masuk ke dalam beban perusahaan. Jadi anggota yang sering transaksi di kopsyah maka dia
akan mendapatkan hadiah berupa barang misalnya (kipas angin, blender) dan ini masuk ke
dalam biaya atau beban marketing kopsyah. Hadiah ini bukan diambil dari SHU atau laba
bersih kopsyah.
2) Karena jumlah anggota kopsyah banyak, maka tidak mungkin semuanya dibagi hadiah
barang tadi. Sehingga bagi anggota yang sering belanja pembelian misalkan tiap akumulasi 5
kali dengan tiap kali belanja di kopsyah misalkan minimal Rp 50.000 maka akan
mendapatkan kupon hadiah yang nantinya akan diundi.
3) Teknisnya bisa dengan kartu elektronik anggota kopsyah pakai barcode sebagai memori ke
komputer, jadi ketika tiap anggota membeli/belanja dengan nominal minimal Rp 50.000 dan
telah terjadi 5 kali maka akan mendapatkan 1 kupon undian hadiah dan kupon bisa
dikumpulkan ke dalam kotak di bagian kasir.
4) Kalaupun tidak bisa dengan kartu elektronik anggota, maka bisa manual.
5) Undian bisa dilakukan 1 tahun sekali.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Hafidz & Abdurrahman Yahya. (2013). Bisnis dan Muamalah Kontemporer. Bogor: Al
Azhar Freshzone Publishing.
A. Karim, Adiwarman. (2004). Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan Eds ke-3. Jakarta: Pt.
RajaGrafindo Persada.
Alma, B., & Priansa, D. J. (2009). Manajemen Bisnis Syariah. Bandung: Alfabeta.
ash-Shawi, S., & al-Mushlih, A. (2015). Fikih Ekonomi Islam (5 ed.). (A. U. Basyir, Penerj.) Jakarta:
Darul Haq.
Nawawi, Ismail. (2012). Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor: Ghalia Indonesia.
Tresna, Y. R. (2014, Oktober 02). Rekontruksi Koperasi Syariah. Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai