PEMBIAYAAN
TALANGAN HAJI
H. Sigit Purnawan Jati, S.Si, MSI
POKOK BAHASAN
1. Pengertian Pembiayaan
Talangan Haji
2. Contoh Kasus Pembiayaan
Talangan Haji
3. Analisis dan Kritik
4. Kesimpulan
PENGERTIAN PEMBIAYAAN
TALANGAN HAJI
Pembiayaan talangan haji adalah
pinjaman (qardh) dari bank syariah
kepada nasabah untuk menutupi
kekurangan dana guna memperoleh kursi
(seat) haji pada saat pelunasan BPIH
(Biaya Perjalanan Ibadah Haji).
Dana talangan ini dijamin dengan deposit
(tabungan) yang dimiliki nasabah.
Nasabah kemudian wajib mengembalikan
sejumlah uang yang dipinjam itu dalam
jangka waktu tertentu.
PENGERTIAN PEMBIAYAAN
TALANGAN HAJI
Atas jasa peminjaman dana talangan ini,
dan/atau jasa pengurusan haji yang
dilakukan bank syariah, bank syariah
memperoleh imbalan (fee/ujrah), atas dasar
akad ijarah.
Jadi, pembiayaan talangan haji
menggabungkan akad Qardh dan Ijarah.
Dasar fikihnya adalah akad qardh wa ijarah,
sesuai Fatwa DSN MUI No 29/DSN-
MUI/VI/2002 tgl 26 Juni 2002 tentang biaya
pengurusan haji oleh LKS (lembaga keuangan
syariah).
PENGERTIAN PEMBIAYAAN
TALANGAN HAJI
Dalil fatwa DSN tersebut antara lain adalah
dalil-dalil yang membolehkan ijarah (seperti
QS Al-Qashash [28]:26) dan dalil yang
membolehkan meminjam uang (qardh)
(seperti QS [2]:282).
Dalil selengkapnya lihat Fatwa DSN MUI No
29/DSN-MUI/VI/2002.
Apakah akad yang terdapat dalam
pembiayaan talangan haji ini pada praktiknya
memang hanya akad qardh dan ijarah?
Adakah akad-akad yang lain?
PENGERTIAN PEMBIAYAAN
TALANGAN HAJI
Faktanya, terdapat akad-akad lain :
(1) akad rahn, yaitu dana deposito (tabungan)
nasabah di bank dijadikan jaminan (rahn)
atas utang yang diberikan bank.
(2) akad mudharabah, yaitu dana deposito
(tabungan) nasabah, diakadkan sebagai akad
mudharabah.
(3) akad asuransi syariah (asuransi jiwa), jika
pemberi talangan adalah lembaga asuransi
syariah (spt Bumiputera Syariah)
CONTOH KASUS TALANGAN HAJI
Berikut contoh kasus Program Dana Talangan
Haji di Bumiputera Syariah yang bekerja sama
dengan Bank Muamalat.
Diperkirakan kebutuhan ONH (ongkos naik
haji) tahun 2013 ± Rp 36 juta
Untuk mendapat porsi (seat) haji di tahun 2013,
harus bayar porsi awal ke Depag Rp 20 juta.
Bank akan memberi talangan sebesar Rp 20
juta, jika nasabah menyetor dana Rp 6,667 juta.
Dengan dana Rp 6,667 juta, nasabah langsung
dapat porsi haji tahun 2013.
CONTOH KASUS TALANGAN HAJI
Rincian setoran nasabah sebesar Rp 6.667.00
sbb :
1. Biaya administrasi awal (ujroh 1 thn) = Rp.
1.550.000
2. Uang Jaminan = Rp. 1.500.000
3. Saldo Mengendap = Rp. 547.500
4. Biaya Buku Tabungan = Rp. 2.500
5. Tabungan MABRUR triwulan I = Rp.
3.000.000
6. Biaya Meterai + polis asuransi jiwa = Rp.
67.000. TOTAL = Rp. 6.667.000
CONTOH KASUS TALANGAN HAJI
Selanjutnya, nasabah mempunyai kewajiban
pembayaran kepada bank syariah sbb :
1. Setiap 3 bulan menabung Rp. 3.000.000,- di
Bumiputera Syariah, sebanyak 11 x (sebelas kali)
Total tabungan di Bumiputera Syariah, sebesar =
3 juta x 11 = Rp 33 juta
2. Setiap Tahun membayar biaya administrasi
dan ujroh Rp. 1.550.000,- di Bank Muamalat,
sebanyak 2 x (dua kali)
Total bea administrasi dan ujroh = Rp. 1.550.000
x 2 = Rp 3.100.000
Total kewajiban nasabah = +- Rp 36 juta
CONTOH KASUS TALANGAN HAJI
Total yang diterima dari Bumiputera Syariah
pada saat pelunasan Rp. 36 juta +
Mudharabah .
Dana Rp 36 juta itu digunakan untuk :
(1) melunasi Dana Talangan dari Bank
Muamalat sebesar Rp. 20 juta,
(2) membayar kekurangan biaya haji sebesar
Rp 16 juta sebagai pelunasan BPIH sesuai
ONH tahun 2013 (yaitu Rp 36 juta).
Sumber :
http://asuransibozded.wordpress.com/2010/02/27/program-
dana-talangan-haji-bumiputera-syariah-bank-muamalat/
CONTOH KASUS TALANGAN HAJI
Manfaat yang diterima nasabah dari
Bumiputera Syariah :
1. Mendapatkan Mudharabah (keuntungan
hasil investasi)
2. Asuransi Jiwa
3. Cara menabung fleksibel (tiwulan,
semester, tahunan, sekaligus)
4. Mendapat pemdampingan petugas
BUMIPUTERA Syariah mulai pendaftaran
sampai mendapat porsi haji
ANALISIS DAN KRITIK
Pembiayaan Talangan Haji hukumnya haram dan
tidak sah.
Pertama, karena terjadi multi akad, yaitu
penggabungan dua akad atau lebih menjadi menjadi
satu akad.
Pada pembiayaan talangan haji terdapat gabungan
akad qardh, ijarah, mudharabah, dan asuransi
syariah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud RA :
نهى عن صفقتين في صفقة واحدة
”Nabi SAW telah melarang dua kesepakatan [akad]
dalam satu kesepakatan [akad].” (HR Ahmad, hadis
sahih) (Lihat materi Multi Akad).
ANALISIS DAN KRITIK
Perlu diketahui sebagian ulama ada yang
membolehkan multi akad, seperti Imam Ibnu
Taimiyah (ulama Hanabilah) dan Imam Asyhab
(ulama Malikiyah).
Namun pendapat yang rajih (kuat) adalah pendapat
yang tidak membolehkan multi akad, yakni
pendapat jumhur ulama empat mazhab, yakni ulama
Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah.
Lihat : Imam Sarakhsi, Al-Mabsuth, 13/16; Hasyiah al-
Dasuqi ‘Ala Al-Syarh al-Kabir, 3/66; Imam Nawawi, Al-
Majmu’, 9/230; Al-Syarh al-Kabir, 11/230; M. Abdul
Aziz Hasan Zaid, Al-Ijarah Baina Al-Fiqh al-Islami wa
al-Tathbiq al-Mu’ashir, hal. 45.
ANALISIS DAN KRITIK
Bahkan menurut ulama yang membolehkan
multi akad, seperti seperti Imam Ibnu Taimiyah
(ulama Hanabilah), penggabungan qardh dan
ijarah termasuk multi akad yang tak dibolehkan.
Lihat : Ibnu Taimiyah, Majmu’ al-Fatawa, 29/62;
Fahad Hasun, Al-Ijarah al-Muntahiyah bi At-
Tamlik, hal. 24).
Jadi penggabungan akad qardh dan ijarah,
sebagai dasar pembiayaan talangan haji,
hukumnya haram, baik menurut mazhab yang
mengharamkan multi akad, maupun menurut
mazhab yang membolehkan multi akad.
ANALISIS DAN KRITIK
Kedua, karena pembiayaan talangan haji ini
tidak memenuhi syarat akad ijarah.
Pembiyaan talangan haji prinsipnya
menggunakan akad qardh dan ijarah.
Salah satu syarat ijarah adalah obyek akadnya
(ma’qud alaihi) bukan jasa yang diharamkan.
(M. Abdul Aziz Hasan Zaid, ibid., hal. 17;
Taqiyuddin Nabhani, An-Nizham al-Iqtishadi fi
al-Islam, hal.93).
Dalam akad qardh wa ijarah, obyek akadnya
adalah jasa yang haram, yaitu : qardh dengan
mensyaratkan tambahan (fee/ujrah).
ANALISIS DAN KRITIK
Qardh yang mensyaratkan tambahan seperti ini
haram hukumnya.
Sebab setiap qardh (pinjaman) yang mensyaratkan
tambahan adalah riba, meski besarnya tambahan
tak didasarkan pada jumlah dana yang
dipinjamkan.
Kaidah fikih menyebutkan : Kullu qardhin syaratha
fiihi an yazidahu fahuwa haram bighairi khilaf.
(Setiap pinjaman yang mensyaratkan tambahan
hukumnya haram tanpa ada perbedaan pendapat).
(M. Sa’id Burnu, Mausu’ah al-Qawa’id al-Fiqhiyah,
8/484).
KESIMPULAN
(1) pembiayaan talangan haji
hukumnya haram.
(2) fatwa DSN MUI yang
membolehkan penggabungan akad
qardh wa ijarah adalah fatwa keliru
dan tidak halal diamalkan.
Wallahu a’lam.
WASSALAAM