Anda di halaman 1dari 2

*HUKUM SYARIAH 

PAYTREN*
*FAKTA PAYTREN*

PayTren adalah teknologi/aplikasi yang dikembangkan oleh PT Veritra Sentosa Internasional (VSI) dimana
setiap mitra yang telah terdaftar dapat melakukan pembayaran/pembelian Pulsa Telepon, Token PLN, BPJS,
dll seperti layaknya PPOB (Payment Point Online Bank).

*CARA BERGABUNG PAYTREN*
1. Mitra Pengguna
Membayar biaya pendaftaran sebagai pengguna dgn biaya 25rb atau 50rb.

Fasilitas Mitra Pengguna:


- Hanya dapat melakukan jual beli pulsa dan voucher game melalui sms, G-Talk, YM.
- Tdk dapat menggunakan fasilitas lainnya dari paytren, juga tdk dapat mengembangkan jaringan
bisnis paytren.

2. Mitra Pebisnis.
Untuk menjadi Mitra Pebisnis ada 2 cara:
1) mitra pengguna harus upgrade status dari Mitra Pengguna dgn membeli lisensi penggunaan
aplikasi paytren sebesar 325rb.
2) Langsung membeli paket Lisensi full penggunaan aplikasi paytren. Terdiri dari paket 350.000 (1 lisensi) sd
10.100.000 (31 lisensi)

Fasilitas Mitra Pebisnis;


Selain dapat semua fasilitas pengguna juga mendapatkan:
1. Komisi referral (Rp 75rb/lisensi); perekrutan DL.
2. Komisi Leadership (Rp 25rb/2 pasang DL)
3. Komisi pengembangan langsung (Rp 2rb/lisensi sd 10 level)
4. Komisi pengembangan komunitas (Rp 1rb/komisi leadership DL sd 10 level)
5. Cashback transaksi sd 10 level.
6. Reward/hadiah penjualan lisensi dari DL kiri dan kanan.

Penjelasan lengkap dan detail ttg sistem bisnis (marketing plan) paytren mitra pebisnis lihat di sini:
http://www.treni-network.com/hal-marketing-plan.html

*HUKUM SYARIAH PAYTREN*

Berdasarkan fakta paytren yg telah dijelaskan di atas, tampak jelas bahwa ada 2 jenis kemitraan
pada paytren yaitu mitra pengguna dan mitra pebisnis. 
Pada status Mitra Pengguna tidak diterapkan sistem MLM sedangkan pada status Mitra
Pebisnis paytren diterapkan sistem MLM Binari (2 kaki pasangan seimbang) sampai ke dalam 10 level.

Dengan fakta-fakta di atas hukum bisnis Paytren dapat dibagi menjadi 2, yaitu terkait Mitra Pengguna
dan Mitra Pebisnis.

Untuk Mitra Pengguna menurut kami hukumnya jaiz (boleh), biaya yang dibayarkan utk membuat akun agar
bisa menggunakan aplikasi pasytren dan deposit hukumnya boleh. Tdk terjadi pelanggaran akad syariah
padanya.

Sedangkan pada Mitra Pebisnis yang menerapkan jual beli lisensi sekaligus memberikan hak-hak
memperoleh komisi dan reward sebagai mitra pebisnis telah memenuhi unsur akad sebagai makelar (simsar).
Dalam hal ini maka hukum syariah yg terkait adalah hukum tentang akad jual beli dan simsar (makelar).

Hukum menjadi Mitra Pebisnis Paytren adalah batil dan karenanya haram, paling tdk karena 2 hal berikut:
Pertama, pada akad pendaftaran dgn proses jual beli lisensi sekaligus menjadi simsar telah melanggar akad
syariah tentang larangan dua akad dalam satu akad (shafqatayni fi shafqah wahidah) dan ini adalah akad yg
batil.

Dalilnya adalah hadis2 yang dengan jelas melarang penggabungan dua akad atau lebih ke dalam satu akad.
Di antaranya adalah hadis Ibnu Mas’ud ra. bahwa:
"Nabi saw. telah melarang dua kesepakatan [akad] dalam satu kesepakatan [akad] (HR Ahmad, hadis sahih). 

Imam Taqiyuddin an-Nabhani, menjelaskan bahwa yang dimaksud dua kesepakatan dalam satu kesepakatan
(shafqatayn fi shafqah wahidah) dalam hadis itu, artinya adalah adanya dua akad dalam satu akad. Misal:
menggabungkan dua akad jual-beli menjadi satu akad, atau akad jual-beli digabung dengan akad ijarah (Asy-
Syakhshiyah al-Islamiyah, II/308)

Kedua, komisi berjenjang sampai dengan kedalam 10 level telah melanggar syariah tentang larangan
samsarah 'ala samsarah (makelar memakelari).

Para fuqaha’ telah mendefinisikan simsar (makelar) sebagai orang yang bekerja untuk orang lain dengan upah
tertentu untuk melakukan penjualan dan pembelian. Definisi ini berlaku juga bagi juru lelang (dallal).
[Syakhshiyyah Islamiyyah juz II hal 311] 
Demikian pula syaikh ‘atho abu rasytah menyatakan: samsarah itu berada di antara penjual dan orang-orang
yang diajaknya sebagai pelanggan.

Dengan menelaah fakta samsarah pada masa nabi saw dan definisi yang disampaikan fuqaha’ di atas maka
disimpulkan bahwa samsarah yang diakui/dibolehkan Nabi adalah samsarah satu level (mjd org tengah antara
penjual dan pembeli).

Adapun samsarah yang bertingkat-tingkat (berlevel-level) atau samsarah ‘ala samsarah yaitu seorang up line
mendapat bonus/komisi dari down line yang tidak langsung dibawahnya tdk sesuai dgn praktek samsarah yang
dibenarkan sesuai dalil yg membolehkan samsarah. Karenanya praktek tersebut adalah praktek mengambil
harta orang lain secara batil. Hal ini diharamkan berdasarkan firman Allah (artinya):

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu."(An-Nisaa:29). 

Ayat ini berisi larangan untuk memakan/mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak dibenarkan oleh
syara’.

Dua hal di atas adalah pelanggaran pokok terhadap akad-akad syariah yg utama. Dan pelanggaran akad yg
berstatus batil tdk dapat diacuhkan dgn misalnya tdk mempedulikan syarat2nya. Sebab akad yg batil wajib
ditinggalkan dan harus diganti dengan akad baru yg shohih.

Wallahu'alam...

Fauzan al-Banjari
26/07/2016

Anda mungkin juga menyukai