Nim : 3403170236
Kelas : Akuntansi H
Ketentuan Tugas :
1. Baca dan Pelajari :
A. Krisis Ekonomi
B. Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan
C. Kebijakan Fiskal, Kebiajakan Moneter dan Utang Luar Negeri
2. Buat Resume dari ke 3 bahasan di atas
3. Buatkan Soal dan Jawab masing- masing 6 dari pokok bahasan di atas
4. Resume dan latihan soal jawab dikirim ke Email : drskasman62@gmail. Com, Paling
lambat tgl 24 Desember 20
5. Buku sumber ; Perekin . Karangan : Prof. DR Tulus Tambunan dan atau sumber lain
yang relevan
Krisis Ekonomi
Analisis mengenai terjadinya krisis di Asia, termasuk Indonesia, banyak dilakukan
sejak timbulnya gejolak yang berkembang menjadi krisis ini. Saya kira hal ini akan
berlangsung cukup lama; menganalisis mengenai sebab terjadinya, pola-pola proses
terjadinya, kesamaan dan perbedaan kasus yang satu dengan yang lain, mengapa demikian
dan bagaimana menghindarinya di masa depan atau apa yang dapat diambil sebagai pelajaran
dari krisis ini. Krisis tersebut didahului oleh suatu euphoria, adanya pertumbuhan yang tinggi
dalam kurun waktu yang lama yang digambarkan sebagai economic miracle a.l. oleh Bank
Dunia) timbul perkembangan yang menampakkan tanda-tanda adanya bubbles seperti
ekspansi real estates yang kelewat besar dan pertumbuhan pasar saham yang luar biasa
bersamaan dengan masuknya dana luar negeri berjangka pendek secara berlebihan). Dalam
keadaan tersebut kemudian timbul gejolak yang menyebabkan suatu distressdan melalui
dampak penularan yang sistemik (contagion effects) menjadi krisis. Krisis tersebut semula
terjadi di sektor keuangan-perbankan, kemudian melebar menjadi krisis ekonomi yang secara
sistemik melebar menjadi krisis sosial, politik dan akhirnya krisis kepemimpinan nasional. Ini
mungkin lebih tepat untuk digunakan menggambarkan perkembangan krisis di Indonesia,
akan tetapi secara umum apa yang terjadi di negara-negara lain di Asia, terutama Thailand
dan Korea Selatan, juga serupa.
Pada masa krisis ekonomi, pinjaman luar negeri atau utang luar negeri Indonesia
termasuk utang luar negeri pemerintah, telah meningkat drastis dalam hitungan rupiah.
Sehingga menyebabkan pemerintah Indonesia harus menambah utang luar negeri yang baru
untuk membayar utang luar negeri yang lama telah jatuh tempo. Akumulasi utang luar negeri
dan bunganya tersebut akan dibayar melalui APBN RI dengan cara mencicilnya pada tiap
tahun anggaran. Hal ini menyebabkan berkurangnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
pada masa mendatang, sehingga jelas akan membebani masyarakat, khususnya para wajib
pajak di Indonesia.
Adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia di tahun 1997-1998, membuat pada
periode tersebut garis kemiskinan ada diangka 130%. Hal ini disebabkan oleh inflasi yang
meningkat tajam sehingga mengakibatkan biaya hidup dimasa krisis tetap meningkat tetapi
peningkatannya cenderung kecil dan tidak lebih dari 10% kecuali di tahun 2001-2002 dan
2005-2006. Pada kedua periode tersebut pemerintah menaikkan harga BBM sehinggal
mengakibatkan biaya hidup meningkat. Meningkatnya biaya hidup ini mengakibatkan garis
kemiskinan juga hidup naik. Akibat krisis ekonomi yang terus berkelanjutan sampai dengan
akhir 1998, jumlah penduduk miskin diperkirakan telah menjadi 49,5 juta orang, atau sekitar
24,2% dari jumlah penduduk Indonesia. Perlu dicatat bahwa peningkatan jumlah penduduk
miskin tersebut tidak sepenuhnya terjadi akibat adanya krisis ekonomi, melainkan sebagian
terjadi karena perubahan standar yang digunakan. Namun demikian perlu dicatat bahwa
perubahan dari standar 1996 ke 1998 terjadi bukan semata – mata karena pergeseran pola
konsumsi. Tetapi lebih karena perluasan cakupan komoditi yang diperhitungkan dalam
kebutuhan yang dilakukan agar standar kemiskinan dapat mengukur tingkat kemiskinan
secara lebih realistis.
10.Lemahnya partisipasi.
Kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-
laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Definisi kemiskinan ini beranjak dari
pendekatan berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin, baik laki-laki maupun
perempuan, mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya.
Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga
kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau
sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.
Hak-hak dasar terdiri dari hak-hak yang dipahami masyarakat miskin sebagai hak mereka
untuk dapat menikmati kehidupan yang bermartabat dan hak yang diakui dalam peraturan
perundang-undangan. Hak-hak dasar yang diakui secara umum antara lain meliputi
terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih,
pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman
tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi
perempuan maupun laki-laki. Hak-hak dasar tidak berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi
satu sama lain sehingga tidak terpenuhinya satu hak dapat mempengaruhi pemenuhan hak
lainnya. Dengan diakuinya konsep kemiskinan berbasis hak, maka kemiskinan dipandang
sebagai suatu peristiwa penolakan atau pelanggaran hak dan tidak terpenuhinya hak.
Kemiskinan juga dipandang sebagai proses perampasan atas daya rakyat miskin. Konsep ini
memberikan pengakuan bahwa orang miskin terpaksa. menjalani kemiskinan dan seringkali
mengalami pelanggaran hak yang dapat merendahkan martabatnya sebagai manusia. Oleh
karena itu, konsep ini memberikan penegasan terhadap kewajiban negara untuk menghormati,
melindungi dan memenuhi hak-hak dasar masyarakat miskin. Kemiskinan merupakan
fenomena yang kompleks, bersifat multidimensi dan tidak dapat secara mudah dilihat dari
suatu angka absolut. Luasnya wilayah dan sangat beragamnya budaya masyarakat
menyebabkan kondisi dan permasalahan kemiskinan di Indonesia menjadi sangat beragam
dengan sifat-sifat lokal yang kuat dan pengalaman kemiskinan yang berbeda antara
perempuan dan laki-laki. Kondisi dan permasalahan kemiskinan secara tidak langsung
tergambar dari fakta yang diungkapkan menurut persepsi dan pendapat masyarakat miskin itu
sendiri, berdasarkan temuan dari berbagai kajian, dan indikator sosial dan ekonomi yang
dikumpulkan dari kegiatan sensus dan survei.
Hutang luar negeri yang disalurkan oleh pihak negara-negara maju ke negara-negara
berkembang tidaklah dilakukan atas dasar kemanusiaan, tetapi atas dasar motivasi
ekonomi dan bahkan politik. Hutang luar negeri tidak akan disalurkan jikalau tidak ada
keuntungan ekonomi untuk pihak pemberi hutang (Hayter, 1971; Pomfret, 1992).
Perkembangan-perkembangan pada tahun delapan puluhan dan sembilan puluhan yang
menunjukkan situasi apa yang disebut krisis hutang (debt-crisis) dapat dijadikan petunjuk
yang mendukung argumentasi ini. Ada dua persoalan berat yang sekarang ini dihadapi
oleh negara-negara berkembang yang dikelompokkan sebagai negara-negara penghutang
besar (highly indebted countries) dalam hubungannya dengan pembayaran kewajiban
hutang luar negeri mereka (pembayaran cicilan plus bunga). Persoalan yang pertama ialah
apa yang disebut net transfer yaitu persoalan yang timbul akibat adanya negative inflow
sumber-sumber keuangan disebabkan nilai cicilan plus bunga hutang luar negeri lebih
besar dari nilai hutang baru yang diterima dari pihak luar negeri.
Ada baiknya juga di sini dikemukakan hasil survei mengenai dampak negatif hutang
luar negeri sektor pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara sedang
berkembang. Adapun penjelasan-penjelasan ekonomi yang telah dikemukakan untuk
mendukung penemuan empiris mengenai dampak negatif hutang luar negeri sekor
pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi pada sebagian besar negara-negara
berkembang adalah sebagai berikut :
Pertama, hutang luar negeri menimbulkan efek negatif terhadap tingkat tabungan
dalam negeri (domestic saving rate), oleh karena hutang luar negeri sektor pemerintah ini
membuat pemerintah bersifat santai sehingga cenderung mengalokasikan banyak
pengeluarannya untuk tujuan konsumsi. Terjadi apa yang disebut “aid-switching”dan
hutang luar negeri telah mensubstitusikan tabungan domestik.
Ketiga, sebagian besar dana hutang luar negeri sektor pemerintah dibelanjakan di
negara pemberi hutang bukan di negara penerima hutang, yaitu untuk pembelian barang-
barang yang harganya di luar kontrol negara penerima hutang, pembiayaan kehidupan
mewah para birokrat asing yang mengelola pencairan hutang, pembiayaan jasa-jasa
konsultan asing, pembiayaan pengapalan barang-barang dalam rangka hutang luar negeri,
dan pembiayaan kegiatan-kegiatan administrasi dan public relation(G. Hancock, 1989).
Situasi ini jelas sangat mengurangi net resource transfer untuk kepentingan pertumbuhan
ekonomi di negara penerima hutang. Artinya, efektivitas hutang luar negeri untuk tujuan
peningkatan kapasitas produksi nasional menjadi berkurang.
Keempat,pada waktu pembayaran cicilan dan bunga hutang luar negeri sudah
memberatkan maka setiap pembayaran cicilan dan bunga hutang luar negeri jelas
mengalihkan dana yang dapat digunakan sebagai investasi domestik akibat pembayaran
ini. Sementara itu, ketidakpastian dan menurunnya insentif di kalangan investor swasta
timbul, jika berbarengan dengan ini terdapat pula akumulasi hutang luar negeri yang masif
nilainya dan menunggu pembayaran pada tahun-tahun yang akan datang. Ini mengandung
implikasi mutlak perlunya peringanan pada tahun-tahun yang akan datang. Ini
mengandung implikasi mutlak perlunya peringanan beban hutang luar negeri (Kenen,
1990; Sach, 1990).
Kelima, pembayaran cicilan dan bunga hutang luar negeri yang masif nilainya
menjuruskan pemerintah negara berkembang penghutang besar untuk mengintensifkan
penerimaan pajak yang besar kemungkinan akan menghambat kegiatan investasi dan
menyebabkan pelarian modal.
Buku Sumber :
Hasang, Ismail dan Nur, Muhammad. Perekonomian Indonesia. 2020. Perekonomian
Indonesia. Jakarta: Ahlimedia Book
1. Ditahun berapakah Indonesia mengalami Krisis Ekonomi? Dan apa yang terjadi pada
saat itu? Jelaskan
Jawaban :
Jawaban :
Krisis tersebut didahului oleh suatu euphoria, adanya pertumbuhan yang tinggi dalam
kurun waktu yang lama yang digambarkan sebagai economic miracle a.l. oleh Bank
Dunia) timbul perkembangan yang menampakkan tanda-tanda adanya bubbles seperti
ekspansi real estates yang kelewat besar dan pertumbuhan pasar saham yang luar biasa
bersamaan dengan masuknya dana luar negeri berjangka pendek secara berlebihan).
Dalam keadaan tersebut kemudian timbul gejolak yang menyebabkan suatu distressdan
melalui dampak penularan yang sistemik (contagion effects) menjadi krisis. Krisis
tersebut semula terjadi di sektor keuangan-perbankan, kemudian melebar menjadi krisis
ekonomi yang secara sistemik melebar menjadi krisis sosial, politik dan akhirnya krisis
kepemimpinan nasional.
3. Saat terjadi krisis ekonomi di indonesia, berapakah jumlah penduduk miskin yang
tercatat?
Jawaban :
Akibat krisis ekonomi yang terus berkelanjutan sampai dengan akhir 1998, jumlah
penduduk miskin diperkirakan telah menjadi 49,5 juta orang, atau sekitar 24,2% dari
jumlah penduduk Indonesia.
Jawaban :
Perlu dicatat bahwa peningkatan jumlah penduduk miskin tersebut tidak sepenuhnya
terjadi akibat adanya krisis ekonomi, melainkan sebagian terjadi karena perubahan
standar yang digunakan. Namun demikian perlu dicatat bahwa perubahan dari standar
1996 ke 1998 terjadi bukan semata – mata karena pergeseran pola konsumsi. Tetapi lebih
karena perluasan cakupan komoditi yang diperhitungkan dalam kebutuhan yang
dilakukan agar standar kemiskinan dapat mengukur tingkat kemiskinan secara lebih
realistis.
5. Selain indonesia, negara Asia mana juga yang mengalami krisis ekonomi yang
kejadiannya hampir mirip dengan Indonesia?
Jawaban :
6. Apa yang mendasari seseorang menganalisis kejadian krisis ekonomi yang terjadi di
dunia?
Jawaban :
Analisis mengenai terjadinya krisis di Asia, termasuk Indonesia, banyak dilakukan sejak
timbulnya gejolak yang berkembang menjadi krisis ini. Hal ini akan berlangsung cukup
lama, menganalisis mengenai sebab terjadinya, pola-pola proses terjadinya, kesamaan dan
perbedaan kasus yang satu dengan yang lain, mengapa demikian dan bagaimana
menghindarinya di masa depan atau apa yang dapat diambil sebagai pelajaran dari krisis
ini.
SOAL DAN JAWABAN
Materi : Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapat
Jawaban :
2. Kemiskinan juga didasari dengan kegagalan pemenuhan hak, sebutkan 10 apa yang
menyebabkan kegagalan pemenuhan hak?
Jawaban :
10.Lemahnya partisipasi.
Jawaban :
Masalah kemiskinan juga menyangkut dimensi gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai
peranan dan tanggungjawab yang berbeda dalam Rumah tangga dan masyarakat, sehingga
kemiskinan yang dialami juga berbeda. Laki-laki dan perempuan mempunyai akses, kontrol
dan prioritas yang berbeda dalam pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial dan politik.
Permasalahan yang terjadi selama ini adalah rendahnya partisipasi dan terbatasnya akses
perempuan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, baik dalam keluarga maupun
masyarakat.
Jawaban :
5. Sebutkan kesenjangan pendapatan yang terjadi di indonesia, dan pada tahu berapakah itu?
Jawaban :
Kesenjangan antarwilayah juga tercermin dari tingkat pendapatan dan pemenuhan berbagai
hak dasar. BPS mencatat bahwa pada tahun 2004 angka kemiskinan di DKI Jakarta hanya
sekitar 3,18%, sedangkan di Papua sekitar 38,69%. Penduduk di Jakarta rata-rata bersekolah
selama 9,7 tahun, sedangkan penduduk di NTB rata-rata hanya sekolah selama 5,8 tahun.
6. Mengapa Masyakat miskin memiliki akses sulit untuk memuat usaha sendiri ?
Jawaban :
Masyarakat miskin juga mempunyai akses yang terbatas untuk memulai dan mengembangkan
koperasi dan usaha, mikro dan kecil (KUMK). Permasalahan yang dihadapi antara lain
sulitnya mengakses modal dengan suku bunga rendah, hambatan untuk memperoleh ijin
usaha, kurangnya perlindungan dari kegiatan usaha, rendahnya kapasitas kewirausahaan dan
terbatasnya akses terhadap informasi, pasar, bahan baku, serta sulitnya memanfaatkan
bantuan-teknis dan teknologi.
Jawaban :
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah
Jawaban :
Jawaban :
suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai
dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam
perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta
terjadinya peningkatan output keseimbangan
Jawaban :
Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah
uang yang beredar. Pada saat muncunya kontraksional gap.
Kebijakan moneter kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka mengrangi jumlah
uang yang beredar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan
moneter yaitu antara lain operasi pasar terbuka (Open Market Operation).
Jawaban :
Open Market Operation adalah Operasi pasar terbuka yaitu cara mengendalikan uang
yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (goverment
securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat
berharga. Namun bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang maka pemerintah akan
menjadi surat berharga pemerintah diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat
Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan dari Sertifikat Berharga Pasar Uang.
Jawaban :
a. hutang luar negeri menimbulkan efek negatif terhadap tingkat tabungan dalam
negeri (domestic saving rate
b. penggunaan hutang luar negeri untuk mempertahankan overvalued
currencysehingga mempermudah impor untuk tujuan-tujuan yang tidak produktif.
c. sebagian besar dana hutang luar negeri sektor pemerintah dibelanjakan di negara
pemberi hutang bukan di negara penerima hutang, yaitu untuk pembelian barang-
barang yang harganya di luar kontrol negara penerima hutang, pembiayaan
kehidupan mewah para birokrat asing yang mengelola pencairan hutang,
pembiayaan jasa-jasa konsultan asing, pembiayaan pengapalan barang-barang
dalam rangka hutang luar negeri, dan pembiayaan kegiatan-kegiatan administrasi
dan public relation
d. pada waktu pembayaran cicilan dan bunga hutang luar negeri sudah memberatkan
maka setiap pembayaran cicilan dan bunga hutang luar negeri jelas mengalihkan
dana yang dapat digunakan sebagai investasi domestik akibat pembayaran ini.