Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan semoga kita termasuk
dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga
selesainya makalah ini. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini
dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para
pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat
memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya
kekurangan, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian
yang dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki
kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap
pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di
kemudian hari.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami
oleh negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju,
seperti Inggris dan Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di
penghujung tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi industri yang muncul
di Eropa. Pada masa itu kaum miskin di Inggris berasal dari tenaga-tenaga kerja
pabrik yang sebelumnya sebagai petani yang mendapatkan upah rendah,
sehingga kemampuan daya belinya juga rendah. Mereka umumnya tinggal di
permukiman kumuh yang rawan terhadap penyakit sosial lainnya,
seperti prostitusi, kriminalitas, dan pengangguran. Berikut sedikit penjelasan
mengenai kemiskinan yang sudah menjadi dilema mengglobal yang sangat sulit
dicari cara pemecahan terbaiknya.
Kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang telah mendunia
dan hingga kini masih menjadi isu sentral di belahan bumi mana pun. Selain
bersifat laten dan aktual, kemiskinan adalah penyakit sosial ekonomi yang tidak
hanya dialami oleh negara-negara berkembang melainkan negara maju sepeti
inggris dan Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di
penghujung tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi industri di Eropa.
Sedangkan Amerika Serikat bahkan mengalami depresi dan resesi ekonomi pada
tahun 1930-an dan baru setelah tiga puluh tahun kemudian Amerika Serikat
tercatat sebagai negara adidaya dan terkaya di dunia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian kemiskinan?
2. Apa saja penyebab kemiskinan?
3. Bagaimana kebijakan dan program penuntasan kemiskinan?
4. Bagaimana contoh upaya penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kemiskinan
Dalam kamus ilmiah populer, kata “miskin” mengandung arti tidak
berharta (harta yang ada tidak mencukupi kebutuhan) atau bokek. Adapun kata
“fakir” diartikan sebagai orang yang sangat miskin. Secara etimologi makna yang
terkandung yaitu bahwa kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi. Hal ini
bermula sejak masa neo-klasik di mana kemiskinan hanya dilihat dari interaksi
negatif (ketidakseimbangan) antara pekerja dan upah yang diperoleh.
Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang
tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau bisa dikatakan
dengan suatu kondisi serba kekurangan dalam arti minimnya materi yang di
mana mereka ini tidak dapat menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan
kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada zaman
modern.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
perkembangan arti definitif dari pada kemiskinan adalah sebuah keniscayaan.
Berawal dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar
dan memperbaiki keadaan hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan
komponen-komponen sosial dan moral. Misal, pendapat yang diutarakan
oleh Ali Khomsan bahwa kemiskinan timbul oleh karena minimnya penyediaan
lapangan kerja di berbagai sektor, baik sektor industri maupun pembangunan.
Senada dengan pendapat di atas adalah bahwasanya kemiskinan ditimbulkan
oleh ketidakadilan faktor produksi, atau kemiskinan adalah ketidakberdayaan
masyarakat terhadap sistem yang diterapkan oleh pemerintah sehingga mereka
berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi. Arti definitif ini lebih
dikenal dengan kemiskinan struktural.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut,
kemiskinan relatif, dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan
miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan,
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum seperti pangan,
sandang, kesehatan, papan, dan pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin
relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di
bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan
erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau
berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak
lain yang membantunya.
B. Penyebab Kemiskinan
Penyebab kemiskinan sangat kompleks, sehingga perspektif dalam melihat
berdasarkan persoalan real dalam masyarakat tersebut. Persoalan real dalam
masyarakat biasanya karena adanya kecacatan individual dalam bentuk kondisi
dari kelemahan biologis, psikologis, maupun kultural sehingga dapat
menghalanginya untuk memperoleh peruntungan untuk dapat memajukan
hidupnya. Kelompok yang masuk dalam golongan yang tidak beruntung, yaitu
kemiskinan fisik yang lemah, kerentanan, keterisolasian, dan ketidakberdayaan.
Pada umumnya di negara Indonesia penyebab-penyebab kemiskinan
adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya Lapangan Pekerjaan yang Tersedia di Indonesia
Seperti kita ketahui lapangan pekerjaan yang terdapat di Indonesia tidak
seimbang dengan jumlah penduduk yang ada di mana lapangan pekerjaan lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Dengan demikian banyak
penduduk di Indonesia yang tidak memperoleh penghasilan itu menyebabkan
kemiskinan di Indonesia.
2. Tidak Meratanya Pendapatan Penduduk Indonesia
Pendapatan penduduk yang didapatkan dari hasil pekerjaan yang mereka
lakukan relatif tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan ada
sebagian penduduk di Indonesia mempunyai pendapatan yang berlebih. Ini
yang disebut tidak meratanya pendapatan penduduk di Indonesia.
3. Tingkat Pendidikan Masyarakat yang Rendah
Banyak masyarakat Indonesia yang tidak memiliki pendidikan yang
dibutuhkan oleh perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja. Dan pada
umumnya untuk memperoleh pendapatan yang tinggi diperlukan tingkat
pendidikan yang tinggi pula atau minimal mempunyai memiliki ketrampilan
yang memadai sehingga dapat memperoleh pendapatan yang dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari sehingga kemakmuran penduduk dapat terlaksana
dengan baik dan kemiskinan dapat ditanggulangi.
4. Merosotnya Standar Perkembangan Pendapatan Per Kapita Secara Global
Yang penting digarisbawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per
kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem.
Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per kapita pun
akan naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka
pendapatan per kapita akan turun beriringan. Berikut beberapa faktor yang
mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan pendapatan per kapita:
Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
Politik ekonomi yang tidak sehat.
Faktor-faktor luar negeri, di antaranya adalah rusaknya syarat-syarat
perdagangan, beban hutang, kurangnya bantuan luar negeri, dan perang.
5. Menurunnya Etos Kerja dan Produktivitas Masyarakat
Terlihat jelas faktor ini sangat urgen dalam pengaruhnya terhadap
kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas
masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan
kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal.
6. Biaya Kehidupan yang Tinggi
Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat
dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya
kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realitas di atas. Hal ini bisa
disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita
di depan publik, dan banyaknya pengangguran.
7. Pembagian Subsidi Income Pemerintah yang Kurang Merata
Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan
jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung
mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih
terbebani oleh pajak negara.
8. Kurangnya Perhatian dari Pemerintah
Masalah kemiskinan bisa dibilang menjadi masalah negara yang semakin
berkembang setiap tahunnya dan pemerintah sampai sekarang belum mampu
mengatasi masalah tersebut. Kurangnya perhatian pemerintah akan maslah ini
mungkin menjadi salah satu penyebabnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari sikap pemaknaan kita
terhadap kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu hal yang alami dalam
kehidupan. Dalam artian bahwa semakin meningkatnya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun akan semakin banyak.
Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari pemerintah,
melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini adalah
tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.
Ketika terjalin kerja sama yang romantis baik dari pemerintah,
nonpemerintah dan semua lini masyarakat. Dengan digalakkannya hal ini, tidak
perlu sampai 2030 kemiskinan akan mencapai hasil yang seminimal mungkin.
B. Saran
Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha
yang lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka
peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul
untuk lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau
tidak mau dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan,
skill, mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah standar global.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Gunarso Dwi. 2006. Modul Globalisasi. Banyumas:. CV. Cahaya
Pustaka.