Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI DAN PEMERATAAN


PENDAPATAN DI INDONESIA

Disusun Oleh :
KELOMPOK SATU
Anggota :
1.Andini Nasya Jaya Putri
2.Jhovan wasis
3.Inaya Adi Putri Sentani
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Bagi masyarakat awam, pertumbuhan ekonomi tidak terlalu penting. Ini karena
bagi mereka yang terpenting apakah kehidupan sudah beranjak, misalnya, tidak miskin
lagi alias lebih makmur dibandingkan dengan masa sebelumnya.

Tidak pernah menjadi risau ketika pertumbuhan ekonomi yang dicapai itu salah
sasaran alias hanya dinikmati oleh kelompok tertentu. Ini karena adanya distribusi yang
tidak merata. Atau bahkan ada anggapan bahwa ketimpangan perolehan kekayaan yang
bermuara pada kemiskinan hanya dinilai sebagai kondisi sementara. Yang penting,
indikator makro di atas kertas selalu menunjukkan performa bagus.

Tetapi pemberantasan kemiskinan sebenarnya justru merupakan kondisi penting


atau syarat yang harus diadakan guna menunjang pertumbuhan ekonomi. Bagaimana
pun, bertambahnya penduduk miskin mendorong taraf hidup yang rendah, sehingga
akan menurunkan produktivitas mereka yang pada gilirannya ekonomi nasional
menurun dan akhirnya mendorong melambatnya pertumbuhan ekonomi.

Padahal, kalau strategi ditekankan pada pemerataan pendapatan dan


pengurangan angka kemiskinan, maka taraf hidup masyarakat secara keseluruhan akan
meningkat, sehingga mendorong permintaan barang primer dan sekunder yang dapat
dihasilkan oleh perekonomian nasional.

Ini pada gilirannya menunjang makin melajunya pertumbuhan ekonomi melalui


kenaikan permintaan barang lokal dari hasil produksi industri lokal, selanjutnya
mendorong penciptaan lapangan kerja dan investasi. Bandingkan jika kenaikan
pendapatan hanya terjadi pada si kaya dan yang miskin tetap miskin atau justru
bertambah miskin, maka golongan kaya akan mengonsumsi barang tersier yang
umumnya merupakan barang impor.

Jika kesenjangan pendapatan terus berlangsung, maka akan tercipta disinsentif


material dan psikologis yang pada gilirannya menghambat kemajuan ekonomi. Padahal,
sudah pasti pemerintah bersusah payah melakukan serangkaian strategi guna
menyajikan kemakmuran masyarakat.

1
Karena itu, strategi pembangunan yang terlalu mengagungkan pertumbuhan
ekonomi dan kurang penekanan pemerataan pendapatan dan pengurangan angka
kemiskinan perlu dipikir ulang. Ini karena pemerataan pendapatan adalah suatu alat
yang efektif untuk pemberantasan kemiskinan yang merupakan tujuan utama dari
pembangunan ekonomi.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa pokok permasalahan yang akan kami
bahas, antara lain sebagai berikut :

a) Ciri-ciri dan ukuran pertumbuhan ekonomi


b) Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
c) Elemen-elemen yang memacu pertumbuhan ekonomi
d) Ketidakmerataan distribusi pendapatan
e) Upaya mengatasi pengangguran dan kemiskinan

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. PERTUMBUHAN EKONOMI

A. Definisi

Menurut Boediono : Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output


per kapita yang terus-menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi
adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan
nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi
pertumbuhan output riil.

Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan


ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi
menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
Pertumbuhan ekonomi dalam bahasa inggris diistilahkan dengan economic growth
mengandung pengertian proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang
atau perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang terjadi Dari tahun ke tahun.

Model pembangunan yang dilakukan Indonesia pada masa awal orde baru
diprioritaskan pada pertumbuhan ekonomi. Tujuannya adalah untuk mengatrol
kondisi ekonomi yang sedang jatuh pada masa itu. Cara yang paling cepat adalah
dengan cara konglomerasi yaitu mendorong peningkatan investasi dan
pembangunan dengan padat modal. Sedangkan prioritas kedua adalah pada
stabilisasi, karena tanpa adanya stabilisasi maka pembangunan tidak akan
berlangsung dengan baik. Itulah sebabnya mengapa pemerintah Indonesia pada
masa itu menetapkan stabilisasi sebagai salah prioritas utama dalam pelaksanaan
pembangunan. Sedangkan pemerataan pembangunan dan hasil – hasilnya justru
menjadi prioritas ketiga.

B. Ciri-ciri dan Ukuran pertumbuhan ekonomi

1) Kenaikan penawaran tenaga kerja

Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran yang


lebih banyak. Jika stok modal tetap sementara tenaga kerja naik, tenaga kerja

3
baru cenderung akan kurang produktif dibandingkan tenaga kerja lama.
Penurunan produktivitas itu disebut hasil (per unit masukan) yang menurun
(diminshing returns). Hasil (per unit masukan) yang berkurang dapat terjadi
jika stok modal suatu bangsa bertumbuh lebih lamban dari angkatan kerjanya.

2) Kenaikan modal fisik

Kenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika tidak
disertai oleh kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan baik
produktivitas tenaga kerja maupun menyediakan secara langsung jasa yang
bernilai. Adalah mudah untuk melihat bagaimana modal menyediakan jasa
secara langsung.

3) Kenaikan modal SDM

Perusahaan dapat melakukan investasi dalam modal SDM melalui pelatihan d


tempat kerja (on the job training). Pemerintah melakukan investasi dalam
modal SDM dengan melakukan program-program untuk menyediakan
kesehatan dan memberikan pelatihan kerja dan pendidikan sekolah.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

1) Faktor Sumber Daya Manusia, Sama halnya dengan proses pembangunan,


pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia
merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya
proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya
selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk
melaksanakan proses pembangunan.

2) Faktor Sumber Daya Alam, Sebagian besar negara berkembang bertumpu


kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya.
Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses
pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya
manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya
alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang,
kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.

3) Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses
pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan

4
manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek
efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi
yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan
perekonomian.

D. Elemen-elemen yang memacu pertumbuhan ekonomi tersebut

1) Sumber-sumber Alam. Elemen ini meliputi luasnya tanah, sumber mineral dan
tambang, iklim, dan lain-lain. Beberapa negara sedang berkembang sangat
miskin akan sumber-sumber alam, sedikitnya sumber-sumber alam yang
dimiliki meruoakan kendala cukup serius. Dibandingkan dengan sedikitnya
kuantitas serta rendahnya persediaan kapital dan sumber tenaga manusia maka
kendala sumber alam lebih serius.

2) Sumber-sumber Tenaga Kerja. Masalah di bidang sumber daya manusia yang


dihadapi oleh negara-negara sedang berkambang pada umumnya adalah terlalu
banyaknya jumlah penduduk, pendayagunaannya rendah, dan kualitas sumber-
sumber daya tenaga kerja sangat rendah.

3) Kualitas Tenaga Kerja. Kualitas tenaga kerja yang rendah negara-negara


sedang berkembang tak mampu mengadakan investasi yang memadai untuk
menaikkan kualitas sumber daya manusia berupa pengeluaran untuk
memelihara kesehatan masyarakat serta untuk pendidikan dan latihan kerja.

5
2. DISTRIBUSI DAN PEMERATAAN PENDAPATAN

A. Definisi distribusi pendapatan

Pada umumnya ada 3 macam indikator distribusi pendapatan yang sering


digunakan dalam penelitian. Pertama, indikator distribusi pendapatan perorangan.
Kedua, kurva Lorenz. Ketiga, koefisien gini. Masing-masing indikator tersebut
mempunyai relasi satu sama lainnya. Semakin jauh kurva Lorenz dari garis
diagonal maka semakin besar ketimpangan distribusi pendapatannya. Begitu juga
sebaliknya, semakin berimpit kurva Lorenz dengan garis diagonal, semakin
merata distribusi pendapatan. Sedangkan untuk koefisien gini, semakin kecil
nilainya, menunjukkan distribusi yang lebih merata. Demikian juga sebaliknya.
Kuznets (1995) dalam penelitiannya di negara-negara maju berpendapat bahwa
pada tahap-tahap pertumbuhan awal, distribusi pendapatan cenderung memburuk,
namun pada tahap-tahap berikutnya hal itu akan membaik. Penelitian inilah yang
kemudian dikenal secara luas sebagai konsep kurva Kuznets U terbalik.
Sementara itu menurut Oshima (1992) bahwa negara-negara Asia nampaknya
mengikuti kurva Kuznets dalam kesejahteraan pendapatan. Ardani (1992)
mengemukakan bahwa kesenjangan/ketimpangan antar daerah merupakan
konsekuensi logis pembangunan dan merupakan suatu tahap perubahan dalam
pembangunan itu sendiri.

1) Distribusi ukuran

Distribusi ukuran adalah besar atau kecilnya pendapatan yang diterima


masing-masing orang. Distribusi pendapatan perseorangan (personal
distribution of income) atau distribusi ukuran pendapatan (size distribution of
income) merupakan indikator yang paling sering digunakan oleh para ekonom.
Ukuran ini secara langsung menghitung jumlah penghasilan yang diterima oleh
setiap individu atau rumah tangga. Yang diperhatikan di sini adalah seberapa
banyak pendapatan yang diterima seseorang, tidak peduli dari mana
sumbernya, entah itu bunga simpanan atau tabungan, laba usaha, utang, hadiah
ataupun warisan. Berdasarkan pendapatan tersebut, lalu dikelompokkan
menjadi lima kelompok, biasa disebut kuintil (quintiles) atau sepuluh
kelompok yang disebut desil (decile) sesuai dengan tingkat pendapatan mereka,
kemudian menetapkan proporsi yang diterima oleh masing-masing kelompok.
Selanjutnya dihitung berapa % dari pendapatan nasional yang diterima oleh

6
masing-masing kelompok, dan bertolak dari perhitungan ini mereka langsung
memperkirakan tingkat pemerataan atau tingkat ketimpangan distribusi
pendapatan di masyarakat atau negara yang bersangkutan.

2) Kurva lorenz

Sumbu horizontal menyatakan jumlah penerimaan pendapatan dalam


persentase kumulatif. Misalnya, pada titik 20 kita mendapati populasi atau
kelompok terendah (penduduk yang paling miskin) yang jumlahnya meliputi
20 persen dari jumlah total penduduk. Pada titik 60 terdapat 60 persen
kelompok bawah, demikian seterusnya sampai pada sumbu yang paling ujung
yang meliputi 100 persen atau seluruh populasi atau jumlah penduduk. Sumbu
vertikal menyatakan bagian dari total pendapatan yang diterima oleh masing-
masing persentase jumlah (kelompok) penduduk tersebut. Sumbu tersebut juga
berakhir pada titik 100 persen, sehingga kedua sumbu (vertikal dan horisontal)
sama panjangnya. GAMBAR KURVA LORENZ Setiap titik yang terdapat
pada garis diagonal melambangkan persentase jumlah penerimanya (persentase
penduduk yang menerima pendapatan itu terdapat total penduduk atau populasi
3) Indeks atau rasio gini

Adalah suatu koefesien yang berkisar dari angka 0 sampai 1


menjelaskan kadar kemertaan distribusi pendapatan nasional. Semakin kecil
koefesiennya, pertanda semakin baik atau merata distribusi. Dipihak lain,
koefesien yang kian besar mengisyaratkan yang kian timpang atau senjang.

4) Kriteria bank dunia


Didasarkan pada porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga
lapisan penduduk yakni 40% penduduk berpendapatan terendah, 40%
penduduk berpendapatan menengah, 20% penduduk berpendapatan tertinggi.
Ketimpangan dan ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah apabila 40%
penduduk berpendapatan terendah menikmati dari 12% pendapatan nasional.
Ketidakmerataan dianggap sedang bila 40% penduduk termiskin menikmati 12
hingga 17% pendapatan nasional. Sedangkan 40% penduduk yang
berpendapatan terendah menikmati lebih dari 17% pendapatan nasional, maka
ketimpangan dan kesenjangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan nasional
dianggap cukup merata.

7
B. Ketidakmerataan distribusi pendapatan

1) Ketidakmerataan pendapatan nasional

Distribusi atau pembagian pendapatan antarlapis pendapatan masyarakat dapat


ditelaah dengan mengamati perkembangan angka-angka rasio gini. Koefesien
gini itu sendiri, perlu dicatat, bukanlah merupakan indicator paling ideal
tentang ketidakmerataan distribusi pendapatan antarlapis. Namun setidak-
tidaknya ia cukup memberikan gambaran mengenai kecendrungan umum
dalam pola pembagian pendapatan.

2) Ketidakmerataan pendapatan spasial.

Ketidakmerataan distribusi antarlapisan masyarakat bukan saja berlangsung


secara nasional. Akan tetapi hal itu dapat terjadi secara spasial. Di Indonesia
pembagian pendapatan relative lebih merata didaerah pedesaan daripada di
daerah perkotaan. Dibandingkan rasio gini antara desa dan kota untuk tahun-
tahun yang sama, koefesien lebih rendah untuk daerah pedesaan.

3) Ketidakmerataan pendapatan regional

Secara regional atau antarwilayah, berlangsung pula ketidakmerataan


distribusi pendapatan antarlaisan masyarakat. Bukan hanya itu, diantara
wilayah-wilayah di Indonesia bahkan terdapat ketidakmerataan tingkat
pendapatan itu sendiri. Jadi dalam perspektif antarwilayah, ketidakmerataan
terjadi baik dalam hal tingkat pendapatan masyarakat antar wilayah yang satu
dengan yang lain, maupun dalam hal distribusi pendapatan dikalangan
penduduk masing-masing wilayah.

3. PENGANGGURAN

a. Definisi

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang
layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau
para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang
mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan

8
masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan
dan masalah-masalah sosial lainnya.
b. Jenis dan macam pengangguran
1). Berdasarkan jam kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
 Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga
kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
 Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang
tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya
tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja
kurang dari 35 jam selama seminggu.
 Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang
sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini
cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah
berusaha secara maksimal.

2). Berdasarkan penyebab terjadinya


Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7
macam:
 Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang
disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara
pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerja tidak mampu memenuhi
persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu
perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber
daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
 Pengangguran konjungtural (cycle unemployment)
Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus
ekonomi.
 Pengangguran struktural (structural unemployment)
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.

9
Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan,
seperti:
1. Akibat permintaan berkurang
2. Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
3. Akibat kebijakan pemerintah
 Pengangguran musiman (seasonal Unemployment)
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya
fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang
harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam,
pedagang durian yang menanti musim durian.
 Pengangguran siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas
naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah
daripada penawaran kerja.
 Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan
atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
 Pengangguran siklus
Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran
siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate
demand).

c. Akibat pengangguran
 Bagi perekonomian negara
1. Penurunan pendapatan perkapita.
2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
 Bagi masyarakat
1. Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
2. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan
apabila tidak bekerja.
3. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.

10
4. KEMISKINAN

A. Definisi kemiskinan

1) Menurut Badan Pusat Statistik (2000), kemiskinan didefinisikan sebagai pola


konsumsi yang setara dengan beras 320 kg/kapita/tahun di pedesaan dan 480
kg/kapita/tahun di daerah perkotaan.

2) Poli (1993) menggambarkan kemiskinan sebagai keadaan ketidakterjaminan


pendapatan, kurangnya kualitas kebutuhan dasar, rendahnya kualitas
perumahan dan aset-aset produktif, ketidakmampuan memelihara kesehatan
yang baik, ketergantungan dan ketiadaan bantuan, adanya perilaku antisosial
(anti-social behavior), kurangnya dukungan jaringan untuk mendapatkan
kehidupan yang baik, kurangnya infrastruktur dan keterpencilan, serta
ketidakmampuan dan keterpisahan.

3) Bappenas dalam dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan juga


mendefinisikan masalah kemiskinan bukan hanya diukur dari pendapatan,
tetapi juga masalah kerentanan dan kerawanan orang atau sekelompok orang,
baik laki-laki maupun perempuan untuk menjadi miskin

4) Menurut Sutrisno (1993), ada dua sudut pandang dalam memahami substansi
kemiskinan di Indonesia. Pertama adalah kelompok pakar dan aktivis
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mengikuti pikiran
kelompok agrarian populism, bahwa kemiskinan itu hakekatnya, adalah
masalah campur tangan yang terlalu luas dari negara dalam kehidupan
masyarakat pada umumnya, khususnya masyarakat pedesaan. Dalam
pandangan ini, orang miskin mampu membangun diri mereka sendiri apabila
pemerintah memberi kebebasan bagi kelompok itu untuk mengatur diri mereka
sendiri. Kedua, kelompok para pejabat, yang melihat inti dari masalah
kemiskinan sebagai masalah budaya. Orang menjadi miskin karena tidak
memiliki etos kerja yang tinggi, tidak meiliki jiwa wiraswasta, dan
pendidikannya rendah. Disamping itu, kemiskinan juga terkait dengan kualitas
sumberdaya manusia. Berbagai sudut pandang tentang kemiskinan di Indonesia
dalam memahami kemiskinan pada dasarnya merupakan upaya orang luar
untuk memahami tentang kemiskinan. Hingga saat ini belum ada yang
mengkaji masalah kemiskinan dari sudut pandang kelompok miskin itu sendiri.

11
5) Levitan (1980) mengemukakan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang
dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup
yang layak.

6) Faturchman dan Marcelinus Molo (1994) mendefenisikan bahwa kemiskinan


adalah ketidakmampuan individu dan atau rumah tangga untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya.

7) Menurut Suparlan (1993) kemiskinan didefinisikan sebagai suatu standar


tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada
sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang
umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

8) Friedman (1979) mengemukakan kemiskinan adalah ketidaksamaan


kesempatan untuk memformulasikan basis kekuasaan sosial, yang meliptui :
asset (tanah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber keuangan (pendapatan
dan kredit yang memadai), organisiasi sosial politik yang dapat dimanfaatkan
untuk mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial untuk memperoleh
pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan
informasi yang berguna. Dengan beberapa pengertian tersebut dapat diambil
satu poengertian bahwa kemiskinan adalah suatu situasi baik yang merupakan
proses maupun akibat dari adanya ketidakmampuan individu berinteraksi
dengan lingkungannya untuk kebutuhan hidupnya.

9) Specker (1993) mengatakan bahwa kemiskinan mencakup beberapa hal yaitu :

a) kekurangan fasilitas fisik bagi kehidupan yang normal.


b) gangguan dan tingginya risiko kesehatan,
c) risiko keamanan dan kerawanan kehidupan sosial ekonomi dan
lingkungannya,
d) kekurangan pendapatan yang mengakibatkan tidak bisa hidup layak, dan
e) kekurangan dalam kehidupan sosial yang dapat ditunjukkan oleh
ketersisihan sosial, ketersisihan dalam proses politik, dan kualitas pendidik
yang rendah.

Masalah kemiskinan juga menyangkut tidak terpenuhinya hak-hak dasar


masyarakat miskin untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan
bermartabat. Pemecahan masalah kemiskinan perlu didasarkan pada pemahaman

12
suara masyarakat miskin, dan adanya penghormatan, perlindungan dan
pemenuhan hak-hak mereka, yaitu hak sosial, budaya, ekonomi dan politik.

B. Ukuran kemiskinan
1) Kemiskinan Absolut Konsep kemiskinan pada umumnya selalu dikaitkan
dengan pendapatan dan kebutuhan, kebutuhan tersebut hanya terbatas pada
kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar ( basic need ). Kemiskinan dapat
digolongkan dua bagian yaitu:
a) Kemiskinan untuk memenuhi bebutuhan dasar.
b) Kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
2) Kemiskinan Relatif
Menurut Kincaid ( 1975 ) semakin besar ketimpang antara tingkat hidup
orang kaya dan miskin maka semakin besar jumlah penduduk yang selalu
miskin
.
C. Faktor-faktor penyebab kemiskinan

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemiskinan baik secara langsung
maupun tidak langsung, yaitu sebagai berikut :

1) Tingkat kemiskinan cukup banyak.


2) Mulai dari tingkat dan laju pertumbuhan output ( produktivitas tenaga kerja ).
3) Tingkat inflasi.
4) Tinggat Investasi.
5) Alokasi serta kualitas sumber daya alam.
6) Tingkat dan jenis pendidikan.
7) Etos kerja dan motivasi pekerja.

5. UPAYA MENGATASI PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN

 Upaya Mengatasi Pengangguran

Untuk dapat mengatasi masalah penganguran, hal yang dapat dilakukan adalah:

1. Meningkatkan mobilitas modal dan tenaga kerja.

2. Memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan
tenaga kerja ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan tenaga kerja.

13
3. Mendrong majunya pendidikan

4. Melakukan pelatihan dibidang keterampilan lain,untuk memanfaatkan waktu


hingga misum tertentu.

5. Mendirikan industri padat karya.

 Upaya Mengatasi Kemiskinan

a. Pembangunan Sektor Pertanian : Sektor pertanian memiliki peranan penting


di dalam pembangunan karena sektor tersebut memberikan kontribusi yang
sangat besar bagi pendapatan masyarakat di pedesaan berarti akan
mengurangi jumlah masyarakat miskin.

b. Pembangunan Sumber Daya manusia : Sumberdaya manusia merupakan


investasi insani yang memerlukan biaya yang cukup besar, diperlukan untuk
mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyrakat secara
umum, maka dari itu peningkatan lembaga pendidikan, kesehatan dan gizi
merupakan langkah yang baik untuk diterapkan oleh pemerintah.

c. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat : Mengingat LSM memiliki


fleksibilitas yang baik dilingkungan masyarakat sehingga mampu memahami
komunitas masyarakat dalam menerapkan rancangan dan program
pengentasan kemiskinan.

14
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1) Pembangunan itu harus berarti pembangunan manusia seutuhnya, bukan


pembangunan dalam arti fisik saja (bangunan, jalan, bendungan dan lain sebagainya).
Pembangunan harus dapat dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat.

2) Efektifitas dan efisiensi penggunaan dana pendidikan dan kesehatan harus dapat
dipertanggungjawabkan. Pemerintah harus tegas menindak penyelewengan yang
terjadi. Penggunaan dana yang efisien dan efektif akan semakin meningkatkan
kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat sehingga mampu menciptakan sumber
daya manusia yang produktif. Sumber daya manusia yang produktif menghantarkan
negara pada keunggulan komparatif sehingga mampu bersaing di dunia internasional.
3) Kunci dari pembangunan adalah kemakmuran bersama. Pemerataan hasil
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan tujuan
pembangunan yang ingin dicapai. Tingkat pertumbuhan yang tinggi tanpa disertai
pemerataan pembangunan hanyalah menciptakan perekonomian yang lemah dan
eksploitasi sumber daya manusia.

4) Dapat dipastikan bahwa ternyata pengangguran berpengaruh pada pertumbuhan


ekonomi. Karena pengangguran memberikan dampak negatif langsung bagi
perekonomian, sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan nasional yang
akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu
negara. Namun tidak menutup kemungkinan untuk mengurangi pengangguran, jika
kita serius dan terus berusaha untuk mengatasi pengangguran dengan melihat
penyebab terjadinya pengangguran tersebut.

15
Pertanyaan 5w 1h
1) Apa kasus nya?
Jawaban : Berdasarkan tema yang di pilih yaitu ekonomi
Kasus kasus dari tema ekonomi yang kita ambil ada 3 yaitu distribusi
pemerataan, Kemiskinan, Dan penganguran

2)

16

Anda mungkin juga menyukai