Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perekonomian di Indonesia

Dosen Pengampu: Drs. H. Mhd. Arif, M.M

Disusun Oleh:

Kelompok

Mahmud (21.23.1009)
Nanda Permana Putra (21.23.1025)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH VI A


INSTITUT AGAMA ISLAM AN-NADWAH KUALA TUNGKAL
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah
dengan berjudul 'Sistem Perekonomian Indonesia' dapat selesai.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian di
Indonesia. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada
pembaca.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. H. Mhd. Arif, M.M
selaku dosen pengampu mata kuliah Perekonomian di Indonesia. Berkat tugas yang diberikan
ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan
yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran
dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Kuala Tungkal, 2024

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masala
Bagi masyarakat awam, pertumbuhan ekonomi tidak terlalu penting. Ini karena bagi
mere bagi mereka yang ka yang terpenting apakah terpenting apakah kehidupan sudah
kehidupan sudah beranjak, misaln beranjak, misalnya, tidak ya, tidak miskin lagi alias lebih
makmur dibandingkan dengan masa sebelumnya.

Tidak pernah menjadi risau ketika pertumbuhan ekonomi yang dicapai itu salah
sasaran alias hanya dinikmati oleh kelompok tertentu. Ini karena adanya distribusi yang tidak
merata. Atau bahkan ada anggapan bahwa ketimpangan perolehan kekayaan yang bermuara
bermuara pada kemiskinan kemiskinan hanya dinilai dinilai sebagai sebagai kondisi kondisi
sementara. sementara. Yang penting, penting,indikator makro di atas kertas selalu
menunjukkan performa bagus.

Tetapi pemberantasan kemiskinan sebenarnya justru merupakan kondisi penting atau


syarat yang harus diadakan guna menunjang pertumbuhan ekonomi. Bagaimanapun,
bertambahnya bertambahnya penduduk penduduk miskin mendorong mendorong taraf hidup
yang rendah, rendah, sehingga sehingga akan menurunkan produktivitas mereka yang pada
gilirannya ekonomi nasional menurun dan akhirnya mendorong mela menurun dan akhirnya
mendorong melambatnya pertumbu mbatnya pertumbuhan ekonomi.

Padahal, kalau strategi ditekankan pada pemerataan pendapatan dan pengurangan


angka pengurangan angka kemiskinan, kemiskinan, maka taraf hidup mas hidup masyarakat
yarakat secara keseluruhan keseluruhan akan meningkat, sehingga mendorong permintaan
barang primer dan sekunder yang dapat dihasilkan oleh perekonomian nasional.

Ini pada gilirannya menunjang makin melajunya pertumbuhan ekonomi melalui kenaikan
permintaan barang lokal dari hasil produksi industri lokal, selanjutnya mendorong penciptaan
lapangan kerja dan investasi. Bandingkan jika kenaikan pendapatan pendapatan hanya terjadi
terjadi pada si kaya dan yang miskin tetap miskin atau justr bertambah bertambah miskin,
miskin, maka golongan golongan kaya akan mengonsumsi mengonsumsi barang tersier
tersier yang umumnya merupakan barang impor.

jika kesenjangan pendapatan terus berlangsung, maka akan tercipta disinsentif


material dan psikologis yang pada gilirannya menghambat kemajuan ekonomi. adalah,sudah
pasti pemerintah bersusah payah melakukan serangkaian strategi guna menyajikan
kemakmuran masyarakat

Karena itu, strategi pembangu strategi pembangunan yang terlalu yang terlalu
mengagungkan pertumbuhan ekonomi dan kurang penekanan pemerataan pendapatan dan
pengurangan angkakemiskinan perlu dipikir ulang. Ini karena pemerataan pendapatan adalah

3
suatu alat yang efektif untuk pemberantasan kemiskinan yang merupakan tujuan utama dari
pembangunan ekonom pembangunan ekonomi.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa pokok permasalahan yang akan kami

bahas, antara lain sebagai berikut :

Ciri&ciri dan uk ri dan ukuran pertumbuhan ekonomi

a) Faktor&faktor yang mempeng 'aktor&faktor yang mempengaruhi pertumbuhan


ekonomi aruhi pertumbuhan ekonomi

b) elemen &elemen yang memacu pertumbuhan ekonomi

c) Ketidak merataan distribusi pendapatan

d) Upaya mengatasi pengangguran dan kemiskinan

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. PERTUMBUHAN EKONOMI
1. Definisi
Menurut Boediono: Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita
yang terus & menerus terus & menerus dalam jangka panjang. pertumbuhan ekonomi
ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan
nasional riil. jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan
output riil.

Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi
bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf
hidup diukur dengan output riil per orang.Pertumbuhan ekonomi dalam bahasa inggris
diistilahkan dengan economic growth an dengan economic growth mengandung pengertian
proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang atau perubahan tingkat kegiatan
ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun.

Model pembangunan yang dilakukan Indonesia pada masa awal orde baru
diprioritaskan pada ritaskan pada pertumbuhan ekonomi. Tujuan buhan ekonomi. Tujuannya
adalah untuk mengatrol kondisi ekonomi yang sedang jatuh pada masa itu. cara yang paling
cepat adalah dengan cara konglomerasi yaitu mendorong peningkatan investasi dan
pembangunan pembangunan dengan padat modal.Sedangkan prioritas kedua adalah pada
stabilisasi, karena tanpa adanya stabilisasi maka pembangunan tidak akan berlangsung
berlangsung dengan baik. Itulah sebabnya sebabnya mengapa mengapa pemerintah
pemerintah Indonesia Indonesia pada masa itu masa itu menetapkan stabilisasi sebagai salah
prioritas utam pkan stabilisasi sebagai salah prioritas utama dalam pelaksanaan
pembangunan. Sedangkan pemerataan pembangunan dan hasil - hasilnya justru menjadi
prioritas ketiga.

B. Ciri-ciri dan Ukuran pertumbuhan ekonomi


1) Kenaikan penawaran tenaga kerja

Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran yang lebih
banyak. Jika stok modal tetap sementara tenaga kerja naik, tenaga kerja baru cenderung akan
kurang produktif dibandingkan tenaga kerja lama. Penurunan produktivitas itu disebut hasil
(per unit masukan) yang menurun(diminshing returns). Hasil (per unit masukan) yang
berkurang dapat terjadi jika stok modal suatu bangsa bertumbuh lebih lamban dari angkatan
kerjanya.

5
2) Kenaikan modal fisik

Kenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika tidak disertai oleh
kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan baik produktivitas tenaga kerja maupun
menyediakan secara langsung jasa yang bernilai. Adalah mudah untuk melihat bagaimana
modal menyediakan jasa secara langsung.

3) Kenaikan modal SDM

Perusahaan dapat melakukan investasi dalam modal SDM melalui pelatihan d tempat
kerja (on the job training). Pemerintah melakukan investasi dalam modal SDM dengan
melakukan program-program untuk menyediakan kesehatan dan memberikan pelatihan kerja
dan pendidikan sekolah.

4) Kenaikan produktivitas

Pertumbuhan yang tidak dapat dijelaskan oleh kenaikan kuantitas masukan dapat
dijelaskan hanya dengan kenaikan produktivitas masukan tersebut - setiap unit masukan
tertentu memproduksi lebih banyak keluaran. Produktivitas masukan dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor temasuk perubahan teknologi, kemajuan pengetahuan lain, dan ekonomisnya
skala produksi.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi


1) Faktor Sumber Daya Manusia, Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan
ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting
dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada
sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang
memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.

2) Faktor Sumber Daya Alam, Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber
daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya
alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung
oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang
tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral,
tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.

3) Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola
kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih
berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan
ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan
perekonomian.

4) Faktor Budaya, Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan


ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong
proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang
dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan

6
sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap
anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.

D. Elemen-elemen yang memacu pertumbuhan ekonomi tersebut


1) Sumber-sumber Alam. Elemen ini meliputi luasnya tanah, sumber mineral dan tambang,
iklim, dan lain-lain. Beberapa negara sedang berkembang sangat miskin akan sumber-sumber
alam, sedikitnya sumber-sumber alam yang dimiliki meruoakan kendala cukup serius.
Dibandingkan dengan sedikitnya kuantitas serta rendahnya persediaan kapital dan sumber
tenaga manusia maka kendala sumber alam lebih serius.

2) Sumber-sumber Tenaga Kerja. Masalah di bidang sumber daya manusia yang dihadapi
oleh negara-negara sedang berkambang pada umumnya adalah terlalu banyaknya jumlah
penduduk, pendayagunaannya rendah, dan kualitas sumber- sumber daya tenaga kerja sangat
rendah.

3) Kualitas Tenaga Kerja Kualitas tenaga kerja yang rendah negara-negara sedang
berkembang tak mampu mengadakan investasi yang memadai untuk menaikkan kualitas
sumber daya manusia berupa pengeluaran untuk memelihara kesehatan masyarakat serta
untuk pendidikan dan latihan kerja.

E. DISTRIBUSI DAN PEMERATAAN PENDAPATAN


Pada umumnya ada 3 macam indikator distribusi pendapatan yang sering digunakan
dalam penelitian. Pertama, indikator distribusi pendapatan perorangan. Kedua, kurva Lorenz.
Ketiga, koefisien gini. Masing-masing indikator tersebut mempunyai relasi satu sama
lainnya. Semakin jauh kurva Lorenz dari garis diagonal maka semakin besar ketimpangan
distribusi pendapatannya. Begitu juga sebaliknya, semakin berimpit kurva Lorenz dengan
garis diagonal, semakin merata distribusi pendapatan. Sedangkan untuk koefisien gini,
semakin kecil nilainya, menunjukkan distribusi yang lebih merata. Demikian juga sebaliknya.
Kuznets (1995) dalam penelitiannya di negara-negara maju berpendapat bahwa pada tahap-
tahap pertumbuhan awal, distribusi pendapatan cenderung memburuk, namun pada tahap-
tahap berikutnya hal itu akan membaik. Penelitian inilah yang kemudian dikenal secara luas
sebagai konsep kurva Kuznets U terbalik. Sementara itu menurut Oshima (1992) bahwa
negara-negara Asia nampaknya mengikuti kurva Kuznets dalam kesejahteraan pendapatan.
Ardani (1992) mengemukakan bahwa kesenjangan/ketimpangan antar daerah merupakan
konsekuensi logis pembangunan dan merupakan suatu tahap perubahan dalam pembangunan
itu sendiri.

B. Ketidakmerataan distribusi pendapatan

1) Ketidakmerataan pendapatan nasional

Distribusi atau pembagian pendapatan antarlapis pendapatan masyarakat dapat


ditelaah dengan mengamati perkembangan angka-angka rasio gini. Koefesien

7
gini itu sendiri, perlu dicatat, bukanlah merupakan indicator paling ideal tentang
ketidakmerataan distribusi pendapatan antarlapis. Namun setidak tidaknya ia cukup
memberikan gambaran mengenai kecendrungan umum. dalam pola pembagian pendapatan.

2) Ketidakmerataan pendapatan spasial.

Ketidakmerataan distribusi antarlapisan masyarakat bukan saja berlangsung secara


nasional. Akan tetapi hal itu dapat terjadi secara spasial. Di Indonesia pembagian pendapatan
relative lebih merata didaerah pedesaan daripada di daerah perkotaan. Dibandingkan rasio
gini antara desa dan kota untuk tahun- tahun yang sama, koefesien lebih rendah untuk daerah
pedesaan.

3) Ketidakmerataan pendapatan regional

Secara regional atau antarwilayah, berlangsung pula ketidak merataan distribusi


pendapatan antarlaisan masyarakat. Bukan hanya itu, diantara wilayah-wilayah di Indonesia
bahkan terdapat ketidakmerataan tingkat pendapatan itu sendiri. Jadi dalam perspektif
antarwilayah, ketidakmerataan terjadi baik dalam hal tingkat pendapatan masyarakat antar
wilayah yang satu dengan yang lain, maupun dalam hal distribusi pendapatan dikalangan
penduduk masing-masing wilayah.

3. PENGANGGURAN

a. Definisi

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama
sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang
yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya
disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan
jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali
menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas
dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya
kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah


pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan
pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran

8
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk
terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan
per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah
"pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan
tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

b. Jenis dan macam pengangguran

1). Berdasarkan jam kerja

Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:

Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak


bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.

Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara
optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini
merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.

Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh


tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum
mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.

4. KEMISKINAN

A. Definisi kemiskinan

1) Menurut Badan Pusat Statistik (2000), kemiskinan didefinisikan sebagai pola konsumsi
yang setara dengan beras 320 kg/kapita/tahun di pedesaan dan 480 kg/kapita/tahun di daerah
perkotaan.

2) Poli (1993) menggambarkan kemiskinan sebagai keadaan ketidakterjaminan pendapatan,


kurangnya kualitas kebutuhan dasar, rendahnya kualitas perumahan dan aset-aset produktif,
ketidakmampuan memelihara kesehatan yang baik, ketergantungan dan ketiadaan bantuan,
adanya perilaku antisosial (anti-social behavior), kurangnya dukungan jaringan untuk
mendapatkan

9
kehidupan yang baik, kurangnya infrastruktur dan keterpencilan, serta ketidakmampuan dan
keterpisahan..

3) Bappenas dalam dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan juga


mendefinisikan masalah kemiskinan bukan hanya diukur dari pendapatan, tetapi juga masalah
kerentanan dan kerawanan orang atau sekelompok orang, baik laki-laki maupun perempuan
untuk menjadi miskin

4) Menurut Sutrisno (1993), ada dua sudut pandang dalam memahami substansi kemiskinan
di Indonesia. Pertama adalah kelompok pakar dan aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) yang mengikuti pikiran kelompok agrarian populism, bahwa kemiskinan itu
hakekatnya, adalah masalah campur tangan yang terlalu luas dari negara dalam kehidupan
masyarakat pada umumnya, khususnya masyarakat pedesaan. Dalam pandangan ini, orang
miskin mampu membangun diri mereka sendiri apabila pemerintah memberi kebebasan bagi
kelompok itu untuk mengatur diri mereka sendiri Kedua, kelompok para pejabat, yang
melihat inti dari masalah kemiskinan sebagai masalah budaya. Orang menjadi miskin karena
tidak memiliki etos kerja yang tinggi, tidak meiliki jiwa wiraswasta, dan pendidikannya
rendah. Disamping itu, kemiskinan juga terkait dengan kualitas sumberdaya manusia.
Berbagai sudut pandang tentang kemiskinan di Indonesia dalam memahami kemiskinan pada
dasarnya merupakan upaya orang luar untuk memahami tentang kemiskinan. Hingga saat ini
belum ada yang mengkaji masalah kemiskinan dari sudut pandang kelompok miskin itu
sendiri.

5) Levitan (1980) mengemukakan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan


pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak.

Masalah kemiskinan juga menyangkut tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin
untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan bermartabat. Pemecahan masalah
kemiskinan perlu didasarkan pada pemahaman suara masyamkat miskin, dan adanya
penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka, yaitu hak sosial, budaya,
ekonomi dan politik..

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

10
1) Pembangunan itu harus berarti pembangunan manusia seutuhnya, bukan pembangunan
dalam arti fisik saja (bangunan, jalan, bendungan dan lain sebagainya). Pembangunan harus
dapat dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat.

2) Efektifitas dan efisiensi penggunaan dana pendidikan dan kesehatan harus dapat
dipertanggungjawabkan. Pemerintah harus tegas menindak penyelewengan yang terjadi.
Penggunaan dana yang efisien dan efektif akan semakin meningkatkan kualitas pendidikan
dan kesehatan masyarakat sehingga mampu menciptakan sumber daya manusia yang
produktif. Sumber daya manusia yang produktif menghantarkan negara pada keunggulan
komparatif sehingga mampu bersaing di dunia internasional.

3) Kunci dari pembangunan adalah kemakmuran bersama. Pemerataan hasil pembangunan


dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan tujuan pembangunan yang ingin dicapai.
Tingkat pertumbuhan yang tinggi tanpa disertai pemerataan pembangunan hanyalah
menciptakan perekonomian yang lemah dan eksploitasi sumber daya manusia.

4) Dapat dipastikan bahwa ternyata pengangguran berpengaruh pada pertumbuhan. ekonomi.


Karena pengangguran memberikan dampak negatif langsung bagi perekonomian, sehingga
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan nasional yang akibat jangka panjang adalah
menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Namun tidak menutup
kemungkinan untuk mengurangi pengangguran, jika kita serius dan terus berusaha untuk
mengatasi pengangguran dengan melihat penyebab terjadinya pengangguran tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad,Lincoln.2004.Ekonomi Pembangunan.Yogyakarta:STIE YKPN

Dumairy.1996.Perekonomian Indonesia.Jakarta:Erlangga

11

Anda mungkin juga menyukai