Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KETIMPANGAN EKONOMI DAN KEMISKINAN

Disusun Oleh :

KELOMPOK 12

1. Anisa Nur Amalia (2261144)


2. Yobel Bhisma Dino Saputra (2261160)
3. Yohana Maulita Audy P. (2261164)

Dosen Pengampu

AMININ, M.Si

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

PGRI DEWANTARA JOMBANG


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa halangan yang
berarti dan sesuai harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Aminin, M.Si sebagai dosen
pengampu mata kuliah Perekonomian Indonesia yang telah membantu memberikan arahan
dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang kami tulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Jombang, 14 Maret 2024

Kelompok 12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………...iii

BAB 1 PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak Reformasi tahun 1998, Indonesia telah mengalami perubahan yang signifikan
dalam berbagai aspek, termasuk ekonomi dan distribusi pendapatan. Meskipun telah
terjadi kemajuan ekonomi yang signifikan, ketimpangan ekonomi dan kemiskinan masih
menjadi tantangan utama yang dihadapi negara ini.
Ketimpangan ekonomi merujuk pada kesenjangan yang signifikan antara kelompok
pendapatan tinggi dan rendah dalam sebuah masyarakat atau negara. Faktor penyebab
ketimpangan ekonomi sangat beragam dan meliputi perbedaan pendapatan, akses
terhadap pendidikan dan pelatihan, kesenjangan akses terhadap sumber daya, serta
ketidakmerataan struktur ekonomi. Dampak ketimpangan ekonomi juga sangat penting
untuk diperhatikan. Ketidakstabilan sosial, ketidakadilan ekonomi, dan penurunan
pertumbuhan ekonomi adalah beberapa konsekuensi yang sering terkait dengan
ketimpangan ekonomi. Ketimpangan ini dapat memicu ketegangan sosial, tidak puasnya
masyarakat, dan menghambat pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Kemudian
kemiskinan dalam perekonomian Indonesia merupakan salah satu tantangan terberat yang
dihadapi oleh negara ini dalam upayanya menuju pembangunan yang berkelanjutan dan
inklusif. Meskipun Indonesia telah mencatat pertumbuhan ekonomi yang signifikan sejak
reformasi ekonomi pada akhir tahun 1990-an, distribusi kekayaan yang tidak merata dan
akses terbatas ke layanan pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan berkualitas telah
mengakibatkan sebagian besar populasi masih mengalami kesulitan ekonomi.
Rasio Gini digunakan sebagai indikator untuk mengukur tingkat ketimpangan
pendapatan di suatu negara. Setelah Reformasi, meskipun terjadi sedikit penurunan, rasio
Gini Indonesia masih relatif tinggi, menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan masih
menjadi masalah yang serius. Meskipun upaya telah dilakukan untuk mengurangi
ketimpangan ini, terdapat tantangan struktural yang perlu diatasi. Meskipun terjadi
peningkatan dalam distribusi pendapatan secara keseluruhan, kesenjangan antara
kelompok kaya dan miskin masih sangat besar. Peningkatan ekonomi tidak selalu diikuti
oleh peningkatan distribusi pendapatan yang merata di seluruh lapisan masyarakat.
Faktor-faktor seperti akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan kesempatan ekonomi
masih mempengaruhi distribusi pendapatan di Indonesia. Meskipun terjadi penurunan
angka kemiskinan secara keseluruhan, jumlah penduduk yang masih hidup di bawah garis
kemiskinan tetap signifikan. Upaya-upaya untuk mengentaskan kemiskinan melalui
program-program sosial dan pembangunan infrastruktur telah dilakukan, namun
tantangan struktural dan geografis tetap menjadi hambatan dalam pencapaian tujuan
tersebut.
Selama periode 1998-2014, pertumbuhan ekonomi yang signifikan telah terjadi di
Indonesia. Namun, sebagian besar manfaat dari pertumbuhan ini belum merata, dengan
sebagian besar keuntungan ekonomi cenderung mengalir ke kelompok kaya. Ini
mengakibatkan adanya fenomena di mana pertumbuhan ekonomi tidak secara signifikan
mengurangi tingkat kemiskinan atau ketimpangan pendapatan. Dengan demikian, untuk
mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif, perlu adanya upaya lebih lanjut
dalam mengurangi ketimpangan ekonomi, meningkatkan distribusi pendapatan yang lebih
merata, serta mengentaskan kemiskinan melalui kebijakan yang bersifat holistik dan
berkelanjutan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana Potret Rasio Gini Indonesia Pasca Reformasi?
2. Bagaimana Potret Distribusi Pendapatan Indonesia Pasca Reformasi?
3. Bagaimana Potret Garis Kemiskinan Indonesia Pasca Reformasi?
4. Bagaimana Analisis Growth and Share Kemiskinan dan Ketimpangan di
Indonesia Periode 1998-2014?
1.3 Tujuan Penulisan
Sesuai dengan permasalahan yang ada. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Potret Rasio Gini Indonesia Pasca Reformasi
2. Untuk mengetahui Potret Distribusi Pendapatan Indonesia Pasca Reformasi
3. Untuk mengetahui Potret Garis Kemiskinan Indonesia Pasca Reformasi
4. Untuk mengetahui Analisis Growth and Share Kemiskinan dan Ketimpangan di
Indonesia Periode 1998-2014
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Potret Rasio Gini Indonesia Pasca Reformasi
Pasca reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami berbagai perubahan signifikan,
termasuk dalam hal pembangunan ekonomi dan distribusi pendapatan. Rasio Gini merupakan
salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur ketimpangan pendapatan di sebuah
negara, di mana nilai 0 menunjukkan kesetaraan sempurna dan nilai 1 menunjukkan
ketimpangan sempurna.

Dalam dua dekade terakhir, rasio Gini Indonesia mengalami fluktuasi. Setelah era
reformasi, Indonesia perlahan berhasil menurunkan tingkat ketimpangan pendapatannya,
namun masih menghadapi tantangan signifikan. Pada awal tahun 2000-an, rasio Gini
Indonesia berada di kisaran 0.30-an, dan mengalami peningkatan hingga mencapai
puncaknya di kisaran 0.41 pada tahun-tahun berikutnya.

Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk mengurangi ketimpangan melalui


berbagai kebijakan, termasuk reformasi pajak, peningkatan akses terhadap pendidikan dan
kesehatan, serta program bantuan sosial. Sejak pertengahan 2010-an, telah terjadi penurunan
rasio Gini, meskipun penurunannya tidak terlalu drastis. Misalnya, pada tahun 2018, rasio
Gini Indonesia berada di kisaran 0.38.

Gambar 1. Indeks Gini per September 2018


Gambar diatas merupakan data resmi dari Badan Pusat Statistik tentang perhitungan
Indeks Gini di Indonesia. Per September 2018 ditetapkan Indeks Gini di Indonesia sebesar
0,384.

Gambar 2. Distribusi Pengeluaran Penduduk Per Kapita, dan Gini Ratio di Indonesia
Dari data BPS bulan September 2018, Gini Ratio menunjukkan angka 0,834 yang
menunjukkan kriteria ketimpangan rendah. Yang dibagi antara perkotaan sebesar 0,391 dan
pedesaan sebesar 0,319. Selain Gini Ratio ukuran ketimpangan lain yang sering digunakan
adalah presentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40% terbawah atau yang dikenal
dengan ukuran Bank Dunia. Berdasarkan ukuran ini tingkat ketimpangan dibagi menjadi 3
kategori, yaitu tingkat ketimpangan tinggi jika presentase pengeluaran kelompok penduduk
40% terbawah angkanya dibawah 12%, ketimpagan sedang jika angkanya berkisar antara 12-
17%, serta ketimpangan rendah jika angkanya berada diatas 17%. Pada September 2018,
presentase pengeluaran pada kelompok 40% terbawah adalah sebesar 17,47% yang berarti
ada pada kategori ketimpangan rendah. Bila diperhatikan lagi, konsumsi kelompok penduduk
teratas adalah sebesar 45,57%. Angka ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan konsumsi
penduduk tingkat terbawah yang hanya sekitar 17,47%. Hal ini mengidentifikasikan bahwa
dengan tingginya tingkat konsumsi, maka tinggi pula pendapatannya. Disinilah terlihat
ketimpangan yang cukup parah antara si kaya dan si miskin.
2.2 Potret Distribusi Pendapatan Indonesia Pasca Reformasi

Setelah reformasi, distribusi pendapatan di Indonesia masih memiliki tantangan besar.


Meskipun terjadi peningkatan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang stabil, kesenjangan
antara yang kaya dan yang miskin masih cukup besar. Banyak faktor yang memengaruhi
distribusi pendapatan, termasuk ketimpangan dalam akses ke pendidikan, pekerjaan yang
layak, serta perbedaan dalam infrastruktur dan pengembangan wilayah. Upaya pemerintah
untuk mengurangi kesenjangan antara kaya dan miskin termasuk program-program
redistribusi pendapatan dan program pembangunan infrastruktur di daerah-daerah terpencil
dan tertinggal.

1. Dampak Ketimpanga Distribusi Pndapatan antara lain :


a. Menurunkan kesejahteraan masyarakat
Penurunan kesejahteraan masyarakat kelompok bawah disebabkan oleh
rendahnya pendapatan yang mereka peroleh. Penurunan kesejahteraan ditandai
dengan turunnya daya beli masyarakat kelompok tersebut.
b. Menurunkan kualitas pendidikan
Dengan pendapatan yang rendah, akan ada kesulitan untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari apalagi untuk pemenuhan kebutuhan pendidikan. Dimana
biaya pendidikan dari hari ke hari terus mengalami peningkatan. Hal inilah yang
menyebabkan penurunan kualitas pendidikan masyarakat kelompok bawah yang
akhirnya kalah dalam persaingan mendapatkan pekerjaan yang dapat menjamin
penghidupan yang lebih layak.
c. Menurunkan tingkat kemampuan dan spesialisasi SDM
Dengan rendahnya tingkat pendidikan, menyebabkan menurunnya tingkat
kemampuan dan spesialisasi SDM. Penurunan ini menyebabkan lemahnya daya
saing SDM Indonesia dibandingkan dengan negara lain. Perbaikan dalam lini ini
perlu dilakukan, baik dengan perbaikan pendidikan sektor formal maupun
nonformal ataupun dengan memberikan bekal ketrampilan agar SDM Indonesia
tetap bisa bersaing dengan negara lain.
d. Menurunkan kualitas kesehatan
Rendahnya pendapatan, banyaknya kebutuhan hidup akhirnya menyebabkan
masyarakat kelompok bawah mengesampingkan masalah kesehatan. Mereka tidak
terlalu memperhatikan masalah kesehatan yang sebenarnya dapat mengurangi
produktivitas mereka. Kurangnya perhatian tentang kesehatan, menyebabkan
masalah kesehatan di masyarakat seperti TBC, stunting (kurang gizi yang
menyebabkan anak kerdil), imunisasi, dan lain sebagainya. Perhatian pemerintah
tentang masalah kesehatan dewasa ini adalah penyakit tidak menular dan gizi.
Sudah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki kualitas
kesehatan masyarakat Indonesia, salah satunya adalah BPJS. Tetapi dalam
prakteknya, hasil yang diharapkan masih jauh dari harapan.
e. Meningkatnya pengangguran
Masalah pengangguran merupakan masalah yang kompleks di negara kita.
Rendahnya kualitas SDM, kurangnya keterampilan, dan ketatnya persaingan di
dunia kerja membuat sebagian besar masyarakat kelompok bawah tersisih yang
akhirnya menyebabkan pengangguran.
2. Cara Mengatasi Ketimpangan Distribusi Pendapatan
a. Meningkatkan kualitas SDM (Pendidikan, kesehatan, kesejahteraan)
Sudah banyak upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM. Upaya
yang dilakukan pemerintah adalah pemberdayaan UMKM, pemberian KUR,
pelatihan keterampilan, dan masih banyak lagi. Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan meningkatnya pendapatan
masyarakat, diharapkan bisa meningkatkan kualitas SDM baik dari segi
pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraannya.
b. Pemberian dana sosial tepat sasaran
Seperti yang diketahui, saat ini Indonesia memiliki sejumlah program bantuan
sosial. Misalnya Program Keluarga Harapan (PKH), beras untuk rakyat sejahtera
(Rastra), Program Indonesia Pintar dan Program Jaminan Kesehatan Nasional.
Dalam kenyataannya, bantuan tersebut banyak yang tidak tepat sasaran. Hal ini
dikarenakan adanya ketidaksesuaian data. Oleh karena itu, pemerintah harus
memperbaharui database penerima manfaat. Sedangkan untuk dana pendidikan,
besaran bantuan tidak sesuai dengan biaya pendidikan, serta pemantauan yang
lemah. Karena itu pemerintah perlu menyesuaikan tingkat manfaat setiap tahun
untuk memastikan bantuan sesuai biaya sekolah di setiap jenjang pendidikan.
c. Memperluas kesempatan kerja
Upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk memperluas kesempatan kerja
adalah sebagai berikut :
- Meningkatkan pembangunan di pedesaan: Pemerintah juga harus menaruh
perhatian penuh pada daerah pedesaan agar pembangunan bersifat merata,
terutama dalam hal kesempatan kerja.
- Menyediakan informasi tentang lowongan kerja: Keterbatasan informasi juga
menjadi penghalang antara perusahaan dan tenaga kerja untuk bisa saling
bertemu dan bernegoisasi. Pemerintah mungkin harus menyediakan wadah
resmi agar masyarakat bisa mengetahui lebih banyak informasi seputar
pekerjaan.
- Mendirikan usaha padat karya : Perusahaan swasta adalah suatu jenis
persaingan yang ketat dan menuntut skill dari para tenaga kerja. Sementara itu,
masih banyak tenaga kerja yang tidak berpendidikan cukup namun
membutuhkan pekerjaan. Pemerintah harus turun tangan membantu
masyarakat dalam hal ini.
- Menyelenggarakan kursus keterampilan : Masyarakat harus dibantu
pemerintah membangun keterampilan yang semakin dibutuhkan sebagai
spesifikasi mendapatkan pekerjaan. Dengan diadakan banyak penyuluhan atau
seminar, maka masyarakat akan semakin berilmu dan kursus keterampilan
juga bisa mengasah kemampuan tangan masyarakat.
- Membuka lahan baru : Khususnya bagi masyarakat perkotaan, pemerintah
harus memberi anjuran untuk pindah ke pedesaan dan membuka lahan baru di
sana. Hal ini bisa meningkatkan kesempatan kerja masyarakat desa tanpa
harus pergi ke kota.
- Memberi kesempatan para TKI bekerja di luar negeri : Pemberian bekal
keterampilan dan mengadakan kerjasama dengan negara lain untuk
menyalurkan tenaga kerja merupakan cara untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat dan juga untuk menambah penerimaan negara berupa devisa.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pendapatan devisa negara sebagian berasal dari
tenaga kerja dalam negeri yang bekerja di luar negeri.
- Menurunkan ketimpangan kekayaan : Selama ini, pendapatan pajak
penghasilan masih didominasi oleh kalangan pekerja dan implementasinya
belum optimal Padahal, kalangan di luar tenaga kerja seperti dewan direksi,
para pengusaha, atau pemilik modal seharusnya memiliki kewajiban pajak
yang lebih besar dibanding para pekerja. Oleh karena itu, perbaikan dan
memperketat kebijakan pemerintah di sektor pajak perlu dilakukan.
- Merangsang kemauan berwiraswasta : Pada saat ini persaingan dalam
memperoleh pekerjaan sangat tinggi. Rendahnya pendidikan, kurangnya
keterampilan merupakan salah satu faktor penyebab tersisihnya seseorang
untuk memperoleh pekerjaan. Oleh karena itu, memberi wawasan untuk
berwirausaha merupakan salah satu solusi yang dapat diambil pemerintah.
Upaya yang sudah dilakukan adalah mendirikan tempat pelatihan
keterampilan, kursus, penyuluhan, dan perbaikan kurikulum di sekolah yang
dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan sudah diterapkan saat ini.

2.3 Potret Garis Kemiskinan Indonesia Pasca Reformasi


GK (garis kemiskinan)
GK adalah persentase penduduk miskin yang beradadi bawah garis kemiskinan, yang
secara sederhana mengukur proporsi penduduk yang disarankan miskin. Untuk mengukur
kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (pendekatan
kebutuhan dasar). Dengan Pendekatan ini, kemiskinandipandang sebagai ketidakmampuan
cari sisiekonomi untuk memenuhi kebutuhandasar makanan dan non-makanan yang diukur
dari sisi pengeluaranyangdikonseptualisasikan dengan GK GK merupakan representasi dari
jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok makananyang
setara dengan 2.100 kilokalori perkapita per hari dan kebutuhan pokok non makanan.
Berdasarkan metode GK, presentase penduduk miskin di Indonesia Periode 1998-
2014 rata-rata tumbuh sebesar 3,18%. Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan presentase
penduduk miskin di pedesaan keseluruhan di Indonesia tahun 1998-2014
Garis kemiskinan naik sebesar 5,72% selama Maret 20009 hingga Maret 2010.
Ambang batas keimiskinan naik. Sumbangan terbesar berasal dari beras, biaya perumahan
dan rokok dll. BPS mengatakan ketiga sumbangan tersebut tampaknya terus diusahakan oleh
masyarakat miskin untuk dipenuhi.
2.4 Analisis Growth and Share Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia Periode
1998-2014

Berdasarkan analisis growth and share, potret kemiskinan dan ketimpangan di


Indonesia pada tahun 1998-2014 secara keseluruhan menunjukan bahwa kondisi kemiskinan
di Indonesia yang pertumbuhan terendah dan sharenya terjadi pada tahun 2013 yang berada
di kuadran III sebesar 28,06 juta, kondisi ini mengalami penurunan sebesar 29,13 juta dari
tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2006 yang berada di kuadran ke IV merupakan
kondisi penduduk miskin di Indonesia yang pertumbuhan tertinggi dan sharenya.

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 1999, 2000, 2001, 2002, 2003,
2004, dan 2007 berada dikuadran I, yang berarti jumlah penduduk Indonesia berada pada
kendisi buruk karena meroketnya harga-harga komoditas baik makanan maupun non-
makanan.

Pada tahun 2001, kondisi kemiskinan di perkotaan berada pada posisi yang sangat
baik. yaitu terjadi penurunan jumlah penduduk miskin di kota jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh tersalurkannya pinjaman kreditkepada
masyarakat, yang bertujuan meningkatkan produktivitas demi mengurangi jumlah
kemiskinan di Indonesia Meskipun begitu banyak kemiskinan di pedesaan justru meningkat,
hal ini terjadi karena Kurangnya pemerataan lapangan kerja antara pedesaan dan perkotaan.

Berdasarkan data Bank Dunia, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2002
telah mencapai 60% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 215 juta jiwa. Hal ini
terjadi dikarenakanketidakmampuan mengakses sumber-sumber pemodalan, dan infrastruktur
yang juga belum mendukung untuk dimanfaatkan masyarakat demi memperbaiki
kehidupannya.

Perkembangan tingkat kemiskinan pada periode Maret 2009-2010. Jumlah penduduk


orang miskin di Indonesia pada Maret 2010 sebanyak 31.02 juta orang atau 13.33%. Jumlah
ini mengalami penurunan sebesar 1,51 juta jiwa jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
jumlah penurunan ini tampaknya berkaitan dengan faktor-faktor berikut:

1. Selama periode Maret 2009-Maret 2010 inflası relatif rendah, yaitu sebesar 3,34%
2. Rata-rata upah harian buruh tani dan buruh bangunan masing-masing naik sebesar
3,27% dan 3.86% selama periode Maret 2009-Maret 2010
3. Produksi pada taltun 2010 mencapai 65m15 juta ton GKG, naik sekitar 1.17% dari
produksi padi tahun 2009 yang sebesar 6-4,40 juta ton GKG
4. Sebagian besar penduduk miskin bekerja dibagian sektor pertanian
5. Perekonomian Indonesia Triwulan 1 2010 tumbuh sebesar 5,7 terhadap Triwulan I
2009 sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat sebesar 3,9% pada
periode yang sama.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Rasio gini di Indonesia pada periode 1998-2014 rata-rata 0,36. Menunjukkan
ketimpangan yang terjadi di Indonesia termasuk kriteria sedangkan karena angka koefisien
gini berada diantara 0,35 dan 0,50, Distribusi pendapatan pada tahun 2014 terbagi ke dalam
tingkat ketidakmerataan "rendah" (rendah ketimpangan) jika dibandingkan perkotaan dan
pedesaanan, pada tahun 2014 ketimpangan distribusi pendapatan di daerah perkotaan lebih
nggdibandingkan ketimpangan yang terjadi didaerah pendesaan. Berdasarkan metode GK
(garis kemiskinan) persentasi penduduk miskin di Indonesia periode 1998 Sampai 2014
tumbuh sebesar 3,18%.Berdasarkan analisis pertumbuhan dan share, potret kemiskinan dan
ketimpangan DIINDONESIA pada tahun 1998-2014 secara keseluruhan. menunjukkan
bahwa kondisi penduduk miskin di Indonesia adalan pertumbuhan terendah dan sharenya
terjadi pada tahun 2013 yang beradadi kuadran III sebesar 28,06 juta, kondisi ini mengalami
penurunan sebesar 29,13 juta dari tahun sebelumnya.
3.2 Saran
Pemerintah pusat sebaiknya membuat program yang tepat untuk mengatasi ketimpangan
yang terjadi di Indonesia, agar angka kemiskinan menurun. Dan mementapkan beberapa
kebijakan yang disesuaikan dengan berjalannya waktu agar pembangunan pertumbuhan
ekonomi dapat berjalan dengan stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Anas, M., Riani, L. P., & Lianawati, D. (2020, August). Potret Ketimpangan Distribusi
Pendapatan di Indonesia Tahun 2018 Dengan Indikator Rasio Gini, Kurva Lorentz,
dan Ukuran Bank Dunia. In Prosiding Seminar Nasional Manajemen, Ekonomi, dan
Akuntansi (SENMEA) (Vol. 4, No. 1, pp. 72-83). Fakultas Ekonomi Universitas
Nusantara PGRI Kediri.

Gunung, E. B., Setiawan, D., & Yasin, M. (2023). Menganalisi Penyebab, Konsekuensi dan
Solusi Potret Ketimpangan Ekonomi. Jurnal Publikasi Ilmu Manajemen, 2(2), 329-
339

Anda mungkin juga menyukai