Disusun oleh :
Atmasari (216020101111016)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
1. PENDAHULUAN
Arah baru dalam proses pembangunan saat ini adalah pelaksanaan Sustainable
Development Goals (SDGS)/ Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Konsep
pembangunan berkelanjutan disusun atas empat dimensi, yaitu pembangunan
ekonomi, sosial, lingkungan dan kelembagaan. Sesuai dengan tujuan kedelapan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB) untuk mendorong kebijakan yang berorientasi
pembangunan yang mendukung aktivitas-aktivitas produktif, penciptaan lapangan kerja,
kewirausahaan, kreativitas dan inovasi, dan mendorong pembentukan dan
pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah, termasuk melalui akses terhadap
layanan pendanaan/ permodalan, Pemerintah terus berupaya untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi di seluruh Indonesia, salah satunya melalui pembangunan
wilayah.
Tabel 1
Peringkat Provinsi Papua dibandingkan dengan Provinsi Lain di Indonesia
No Variabel Peringkat Papua
Sebagai salah satu negara berkembang dengan kekayaan yang berbeda untuk
masing-masing daerah, tentunya ketimpangan pendapatan bukanlah hal yang baru bagi
Indonesia, khususnya bagi provinsi paling timur di Indonesia, yaitu Papua. Provinsi
Papua memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah di seluruh daratannya. Papua
juga kaya akan bahan tambang dan memiliki kecantikan panorama bawah laut yang
sangat memukau. Keindahan alam, kekayaan sumber daya alam, hutan yang lebat,
masyarakat yang sangat ramah dan masih menjunjung nilai-nilai budaya juga salah
satu daya tarik Papua dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia.
Namun sayang, dari begitu banyaknya kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh tanah
yang kaya tersebut terdapat berbagai masalah yang belum diselesaikan, contohnya
masalah dalam pertumbuhan perekonomian. Disaat semua daerah di Indonesia
menikmati kesejahteraan, masyarakat Papua masih harus bekerja keras untuk
mempertahankan hidup di tanah yang memiliki sumber daya yang sangat melimpah.
Mereka masih berkutat dengan kehidupan mereka yang jauh dari kata berkecukupan.
Dilansir dari data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2020,
Papua berada di peringkat pertama provinsi dengan angka kemiskinan tertinggi di
Indonesia. Papua mencatat persentase kemiskinan mencapai 26,80%, atau jauh lebih
tinggi dari penduduk miskin nasional. Dari berbagai pendapat para ahli, berbagai faktor
penyebab kemiskinan di Papua, dapat dikelompokkan ke dalam beberapa faktor yaitu:
Berdasarkan hasil analisis tipologi Klassen yang dilakukan Sari dan Pujiyono
(2014), Papua masuk kategori kuadran IV yaitu daerah tertinggal, sedangkan apabila
ditinjau dari hasil analisis location quotient (LQ) 33 provinsi di Indonesia, Provinsi Papua
memiliki potensi pada sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, listrik,gas dan
air bersih serta sektor bangunan.
Pengertian sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan, baik itu
perbandingan berskala regional, nasional maupun internasional. Pada lingkup
internasional, suatu sektor dikatakan unggul, jika sektor tersebut mampu bersaing
dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu
sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu
mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di
pasar nasional maupun domestik (Tambunan, 2001).Suatu daerah akan mempunyai
sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor
yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor.
Sektor unggulan menurut Tumenggung (Halawa, 2014:11) adalah sektor yang memiliki
keunggulan komparatif dan kompetitif dengan produk sektor sejenis dari daerah lain,
serta memberikan nilai manfaat yang besar. Sektor unggulan juga memberikan nilai
tambah dan produksi yang besar, memiliki multiplier effect yang besar terhadap
perekonomian lain, serta memiliki permintaan yang tinggi, baik pasar lokal maupun
pasar ekspor.
Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat
dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor pendukung
terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja
yang terserap, dan kemajuan teknologi (technological progress).Penciptaan peluang
investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang
dimiliki oleh daerah yang bersangkutan.
Sektor unggulan di suatu daerah (wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari
daerah bersangkutan. Karena di dalam PDRB terkandung informasi yang sangat
penting diantaranya untuk melihat output sektor ekonomi (kontribusi masing-masing
sektor) dan tingkat pertumbuhan dalam suatu daerah baik daerah provinsi maupun
Kabupaten/Kota.
2.2 Teori Ekonomi Wilayah
Selain itu, terdapat beberapa teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi regional
yang akan disajikan, khususnya teori-teori yang terkait dengan penelitian ini,
diantaranya : (a) Teori Pertumbuhan Jalur Cepat; (b) Teori Basis Ekspor; (c) Teori Pusat
Pertumbuhan.
Teori pertumbuhan jalur cepat diperkenalkan oleh Samuelson pada tahun 1955.Teori ini
menekankan setiap wilayah perlu melihat sektor atau komoditas yang memiliki potensi
besar dan dapat dikembangkan dengan cepat baik karena potensi alam maupun karena
sektor itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan. Artinya dengan
kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih
besar, dapat berproduksi dalam waktu yang relatif signifikan dan volume sumbangan
untuk perekonomian juga cukup besar. Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus
bisa diekspor (keluar daerah atau luar negeri). Perkembangan sektor tersebut akan
mendorong sektor lain turut berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan
akan tumbuh. Mensinergikan sektor-sektor adalah membuat sektor-sektor saling terkait
dan saling mendukung. Menggabungkan kebijakan jalur cepat dan mensinergikannya
dengan sektor lain yang terkait akan akan mampu membuat perekonomian tumbuh
cepat (Tarigan, 2012).
Teori ini membagi sektor produksi atau jenis pekerjaan yang terdapat di dalam suatu
wilayah atas pekerjaan basis (dasar) dan pekerjaan servis (pelayanan) atau lebih sering
disebut sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous
artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi
mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non-basis adalah
kegiatan yang melayani kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri, baik pembeli
maupun asal uangnya dari daerah itu sendiri (Tarigan, 2012).
Teori basis ekspor menggunakan dua asumsi, yaitu : (1) asumsi pokok atau yang utama
bahwa ekspor adalah satu-satunya unsur eksogen (independen) dalam pengeluaran.
Artinya, semua unsur pengeluaran lain terikat (dependen) terhadap pendapatan.Secara
tidak langsung hal ini berarti diluar pertambahan alamiah, hanya peningkatan ekspor
saja yang dapat mendorong peningkatan pendapatan daerah karena sektor-sektor lain
terikat peningkatannya oleh peningkatan pendapatan daerah. Sektor lain hanya
meningkat apabila pendapatan daerah secara keseluruhan meningkat. Jadi,
satu-satunya yang bisa meningkat secara bebas adalah ekspor. Ekspor tidak terikat
dalam siklus pendapatan daerah; (2) asumsi kedua adalah fungsi pengeluaran dan
fungsi impor bertolak dari titik nol sehingga tidak akan berpotongan (Tarigan, 2012).
Dalam suatu wilayah, ada penduduk atau kegiatan yang terkonsentrasi pada suatu
tempat, yang disebut dengan berbagai istilah seperti: kota, pusat perdagangan, pusat
industri, pusat pertumbuhan, simpul distribusi, pusat permukiman, atau daerah modal.
Sebaliknya, daerah di luar pusat konsentrasi dinamakan: daerah pedalaman, wilayah
belakang (hinterland), daerah pertanian, atau daerah pedesaan (Tarigan, 2012).
Suatu daerah dikatakan sebagai pusat pertumbuhan harus memiliki empat ciri, yaitu: (1)
Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi;
(2) Ada efek pengganda (multiplier effect); (3) Adanya konsentrasi geografis; dan (4)
Bersifat mendorong pertumbuhan daerah di belakangnya (Tarigan, 2012).
3. METODE PENELITIAN
Objek penelitian ini adalah 29 Kota/Kabupaten yang ada di Provinsi Papua. Penelitian
ini merupakan penelitian crosssectional study dimana data yang digunanakan adalah
data tahun 2020.
Jenis dan sumber data digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari BPS
periode tahun 2020. Adapun data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah :
2. Tipologi Klassen
Alat analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola
dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada
dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan
ekonomi daerah dan pendapatan perkapita daerah. Dengan menentukan rata-rata
pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita
sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibedakan menjadi empat
klasifikasi, yaitu: daerah cepat-maju dan cepat- tumbuh (high growth and high
income), daerah maju tapi tertekan atau harapan (high income but low growth),
daerah berkembang cepat (high growth but low income), dan daerah relatif
tertinggal atau belum maju (low growth and low income) (Syafrizal, 1997).
vt = PDRB Kabupaten
a. LQ < 1 : Tergolong non basis, produksi tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri
sehingga perlu pasokan dari luar atau impor.
Gambar 1. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Provinsi Papua, 2020
Sejalan dengan fenomena yang terjadi pada berbagai daerah di Indonesia, pandemi
covid-19 yang terjadi pada tahun 2020 telah berdampak pada laju pertumbuhan
ekonomi sektoral pada masing-masing lapangan usaha di Provinsi Papua yang
sebagian besar mengalami pertumbuhan yang bernilai minus. Kontraksi terkuat terjadi
pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan yang terdampak langsung dengan
adanya berbagai aturan pembatasan mobilitas oleh pemerintah sebagai implikasi dari
adanya pandemi covid-19.
Sementara itu, masih terdapat 3 sektor dengan pertumbuhan ekonomi positif di provinsi
Papua yaitu lapangan usaha pertambangan dan penggalian, jasa kesehatan dan
kegiatan sosial, serta lapangan usaha informasi dan komunikasi. Lapangan usaha
pertambangan dan penggalian, selain memiliki pertumbuhan ekonomi terbesar pada
tahun 2020, juga merupakan kontributor utama bagi keseluruhan perekonomian di
provinsi Papua. Maka, sektor pertambangan dan penggalian dapat menjadi salah satu
sektor unggulan yang dapat dioptimalkan di Provinsi Papua.
Selain mengetahui gambaran perekonomian pada level provinsi, pada gambar 3 berikut
akan ditampilkan distribusi PDRB menurut Kabupaten/Kota di provinsi Papua pada
tahun 2020, sebagai berikut.
Gambar 3. Distribusi PDRB ADHB menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua, 2020
Hasil analisis Tipologi Klassen dapat dilihat pada gambar 1. berikut ini.
Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa sektor perekonomian yang paling
banyak menjadi sektor basis pada kabupaten/kota di provinsi Papua adalah pertanian,
kehutanan dan perikanan, konstruksi, administrasi pemerintahan, jasa kesehatan serta
jasa pendidikan. Kondisi ini mengindikasikan sektor perekonomian yang menjadi
andalan pada sebagian besar kabupaten/kota di Papua merupakan sektor lapangan
usaha primer.
Apabila dilihat dari sisi kebijakan kewilayahan yang didukung dengan data potensi
perekonomian secara sektoral, masih terdapat beberapa kabupaten/kota di Papua yang
memiliki jumlah sektor basis yang sangat minim. Kabupaten Mimika, hanya memiliki 1
sektor basis yaitu pertambangan dan penggalian, meskipun demikian laju pertumbuhan
ekonomi tahun 2020 di kabupaten ini merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan
kabupaten/kota lain di Papua.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
5.2. Saran
Dari penelitiaan yang telah dilakukan dan kesimpulan dari penelitian maka saran yang
dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: