Anda di halaman 1dari 10

JURNAL EKONOMI & BISNIS ISSN : 2086-4515

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay Jayapura Volume 7, Nomor 2, Januari 2016

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN


DI KABUPATEN JAYAWIJAYA

Charlota Stella Kakisina


Dosen STIE Port Numbay Jayapura

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Kabupaten
Jayawijaya. Permasalahan hanya dibatasi pada variabel jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Data yang
digunakan adalah data time series kurun waktu 2010 – 2014. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi
linier berganda. Data diolah merupakan data sekunder.
Dari hasil analisis, diperoleh nilai adjust R2sebesar 0,85 artinya 85% variabel tingkat kemiskinan dapat
dijelaskan oleh variabel bebas (jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi), sedangkan 15% dijelaskan oleh
sebab-sebab lain di luar model. Variabel jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di Kabupaten Jayawijaya. Sementara variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Jayawijaya.

Kata kunci : tingkat kemiskinan, jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi.

PENDAHULUAN Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang


Latar Belakang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi
Pembangunan adalah suatu proses tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai
perubahan menuju ke arah yang lebih baik dan terus kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu.
menerus untuk mencapai tujuan yakni mewujudkan Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai
masyarakat Indonesia yang berkeadilan, berdaya keadaan kekurangan uang dan barang untuk
saing, maju, dan sejahtera dalam wadah Negara menjamin kelangsungan hidup. Menurut World Bank
Kesatuan Republik Indonesia. Pembangunan harus (2004), salah satu sebab kemiskinan adalah karena
diarahkan sedemikian rupa sehingga setiap tahap kurangnya pendapatan dan aset (lack of income and
semakin mendekati tujuan. Menurut Pantjar assets) untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
Simatupang dan Saktyanu K (2003), Pembangunan makanan, pakaian, perumahan dan tingkat kesehatan
harus dilakukan secara terpadu dan dan pendidikan yang dapat diterima (acceptable). Di
berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan samping itu kemiskinan juga berkaitan dengan
masing-masing daerah dengan akar dan sasaran keterbatasan lapangan pekerjaan dan biasanya mereka
pembangunan nasional yang telah ditetapkan melalui yang dikategorikan miskin (the poor) tidak memiliki
pembangunan jangka panjang dan jangka pendek. pekerjaan (pengangguran), serta tingkat pendidikan
Oleh karena itu, salah satu indikator utama dan kesehatan mereka pada umumnya tidak
keberhasilan pembangunan nasional adalah laju memadai. Mengatasi masalah kemiskinan tidak dapat
penurunan jumlah penduduk miskin. Efektivitas dilakukan secara terpisah dari masalah-masalah
dalam menurunkan jumlah penduduk miskin pengangguran, pendidikan, kesehatan dan
merupakan pertumbuhan utama dalam memilih masalahmasalah lain yang secara eksplisit berkaitan
strategi atau instrumen pembangunan. Hal ini berarti erat dengan masalah kemiskinan. Dengan kata lain,
salah satu kriteria utama pemilihan sektor titik berat pendekatannya harus dilakukan lintas sektor, lintas
atau sektor andalan pembangunan nasional adalah pelaku secara terpadu dan terkoordinasi dan
efektivitas dalam penurunan jumlah penduduk terintegrasi.(www.bappenas.go.id)
miskin. Usaha pemerintah dalam penanggulangan Dalam mewujudkan tujuan negara,
masalah kemiskinan sangatlah serius, bahkan pemerintah secara terus menerus telah melakukan
merupakan salah satu program prioritas, termasuk program pembangunan nasional. Dua sasaran utama
bagi pemerintah. yang selalu mendapat perhatian dalam program
Kemiskinan merupakan permasalahan sosial pembangunan nasional adalah pengentasan
yang sangat kompleks dan harus mendapat kemiskinan dan penurunan angka pengangguran.
penanganan yang tepat agar segera dapat diatasi. Pada masa pemerintahan orde baru, upaya pemerintah
Indonesia sebagai negara berkembang dan memiliki untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran
jumlah penduduk yang besar tentu tidak terhindar dapat dikatakan cukup berhasil, namun setelah
dari masalah tersebut. Ini dibuktikan dengan jumlah terjadinya krisis moneter pada tahun 1996 angka
penduduk miskin yang banyak tinggal di wilayah kemiskinan dan pengangguran meningkat kembali
pedesaan yang sulit untuk diakses bahkan di kota- sehingga hasil kinerja terhadap dua sasaran
kota besar juga banyak dijumpai masyarakat miskin. pembangunan tersebut, hasilnya belum
menggembirakan. Kemiskinan di Indonesia sampai

Charlota Stella Kakisina - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Kabupaten
Jayawijaya 43
JURNAL EKONOMI & BISNIS ISSN : 2086-4515
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay Jayapura Volume 7, Nomor 2, Januari 2016

saat ini masih terus-menerus menjadi masalah yang sebagian kecil wilayah di daerah pesisir sulit. Tingkat
berkepanjangan, bahkan sekarang ini dapat dikatakan kemiskinan di 14 kabupaten yang berada di
semakin memprihatinkan bila dibandingkan dengan Pegunungan Tengah Papua persentasenya lebih dari
tahun–tahun sebelumnya. 35 persen. Bahkan di Kabupaten Yahukimo,
Papua adalah sebuah pulau yang terletak di Mamberamo Tengah, Lanny Jaya, dan Intan Jaya
sebelah utara Australia dan merupakan bagian dari persentase penduduk yang berada di bawah GK
wilayah timur Indonesia. Sebagian besar daratan melebihi 40 persen. Sulitnya akses transportasi
Papua masih berupa hutan belantara, lebih dari 71 menjadikan distribusi bahan makanan ke wilayah
persen merupakan hamparan hutan hujan tropis yang pegunungan sering terganggu, utamanya jika kondisi
sulit ditembus, karena terdiri dari lembah-lembah keamanan tidak kondusif. Tingkat pendidikan
yang curam dan pegunungan tinggi, dan sebagian dari penduduk miskin yang cenderung rendah menjadikan
pegunungan tersebut diliputi oleh salju. Pulau Papua mereka sulit ke luar dari kemiskinan. Penduduk
merupakan pulau terbesar ke-dua di dunia setelah miskin umumnya akan mewariskan kemiskinan
Greenland. Sekitar 47% wilayah pulau Papua kepada anak cucunya jika mereka tidak
merupakan bagian dari Indonesia, yaitu yang dikenal berpendidikan. Untuk wilayah pesisir/dataran sulit
sebagai Netherland New Guinea, Irian Barat, West (WPS), terdapat tiga kabupaten yang tingkat
Irian, serta Irian Jaya, dan akhir-akhir ini dikenal kemiskinannya tinggi, yaitu di Kabupaten Waropen,
sebagai Papua. Sebagian lainnya dari wilayah pulau Mamberamo Raya, dan Supiori. Sekitar satu dari tiga
ini adalah wilayah negara Papua New Guinea (Papua penduduk yang tinggal di wilayah tersebut hidup
Nugini), yaitu bekas koloni Inggris. Populasi dalam keadaan miskin (35 persen ke atas). Untuk
penduduk di antara kedua negara sebetulnya memiliki Kabupaten Waropen dan Mamberamo Raya,
kekerabatan etnis, namun kemudian dipisahkan oleh tingginya tingkat kemiskinan di kedua wilayah
sebuah garis perbatasan. Papua merupakan provinsi tersebut dapat dipahami, mengingat masih banyak
terluas di Indonesia dengan luas wilayah 319.036 kampung-kampung di kedua wilayah tersebut yang
Km2 atau sebesar 16,70 persen dari keseluruhan luas sulit akses transportasinya. Sehingga jarang program-
Indonesia. Wilayah seluas ini hanya dihuni oleh 2,8 program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan
juta penduduk (SP2010). Hal ini berarti setiap satu pemerintah sampai di daerah tersebut. Seperti Suku
kilometer persegi hanya dihuni oleh 9 jiwa. Suatu Baudi di Mamberamo Raya, dan distrik Kirihi serta
tingkat kepadatan yang sangat sedikit dan merupakan Walani di Kabupaten Waropen. Relatif mahalnya
provinsi dengan tingkat kepadatan terkecil di biaya transportasi menuju kedua distrik menjadikan
Indonesia setelah Papua Barat (8 jiwa per Km2 ). wilayah tersebut jarang tersentuh pembangunan.
Papua merupakan provinsi yang kaya akan Utamanya yang berkaitan dengan program
sumber alam, baik di lautan maupun di daratan. pemberdayaan masyarakat kampung. Untuk
Kekayaan alam yang ada tidak menjadikan penduduk Kabupaten Supiori meskipun persentase penduduk
Papua hidup dalam kecukupan. Kenyataannya banyak miskin di wilayah ini tinggi, namun secara absolut
Penduduk Papua yang hidup di bawah garis jumlahnya sangat sedikit. Berdasarkan data yang
kemiskinan. Data kemiskinan yang dirilis BPS dihimpun BPS jumlah penduduk miskin di
menyebutkan tingkat kemiskinan di Papua tertinggi Kabupaten Supiori pada periode Maret 2012 hanya
di Indonesia. Persentase penduduk miskin Papua sebesar 7220 jiwa dan merupakan yang terkecil di
pada periode Maret 2013 mencapai 31,13 persen, Papua. Untuk wilayah pesisir/dataran mudah (WPM),
diikuti oleh Papua Barat (26,67 persen), dan Nusa tingkat kemiskinan di wilayah ini lebih sedikit
Tenggara Timur (20,03 persen). Apabila dilihat dari dibanding WPg maupun WPS. Terdapat lima
sisi jumlah sasaran program pengentasan, penduduk kabupaten di WPM yang persentae penduduk
miskin yang tinggal di tiga provinsi tersebut berturut- miskinnya kurang dari 20 persen. Kabupaten tersebut
turut adalah 1,017 juta orang, 224 ribu orang dan 993 adalah Merauke (12,95 persen), Kota Jayapura (15,77
ribu orang. Jumlah ini memang jauh lebih kecil bila persen), Jayapura (17,08 persen), Sarmi, (18,82
dibandingkan dengan tiga provinsi yang terbanyak persen), serta Kabupaten Mimika (20,09 persen).
jumlah penduduk miskinnya, yaitu Jawa Timur (4,77 Atas dasar latar belakang di atas, maka
juta), Jawa Tengah (4,73 juta) dan Jawa Barat (4,30 penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor apakah
juta). Namun demikian, karena Papua, Papua Barat yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di salah satu
dan NTT mempunyai kondisi geografis yang sulit kabupaten di Provinsi Papua yaitu Kabupaten
dan cakupan wilayah yang luas, maka derajat Jayawijaya.
kesulitan pelaksanaan program pengentasan
kemiskinan oleh pemerintah daerah, baik provinsi Perumusan Masalah
(Pemprov) maupun kabupaten/kota (Pemkab/kot) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat
dirasa lebih besar. kemiskinan di Kabupaten Jayawijaya?
Selain masalah kemiskinan Papua yang
tinggi, tantangan pengentasan kemiskinan di Papua
adalah tingginya ketimpangan antar-wilayah. Tujuan Penelitian
Kantong-kantong kemiskinan di Papua berada di Untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi
Wilayah Pegunungan (WPg) Tengah Papua, dan tingkat kemiskinan di Kabupaten Jayawijaya.

Charlota Stella Kakisina - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Kabupaten
Jayawijaya 44
JURNAL EKONOMI & BISNIS ISSN : 2086-4515
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay Jayapura Volume 7, Nomor 2, Januari 2016

Harapan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan


TINJAUAN PUSTAKA dapat meningkatkan pendapatan per kapita
Definisi Kemiskinan masyarakat. Ketika pendapatan perkapita meningkat
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi dan merata maka kesejahteraan masyarakat akan
kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti tercipta dan ketimpangan akan berkurang. Ada teori
makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, yang mengatakan bahwa ada trade off antara
halhal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. ketidakmeratan dan pertumbuhan. Namun kenyataan
Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses membuktikan ketidakmerataan di Negara Sedang
terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu Berkembang (NSB) dalam dekade belakangan ini
mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan ternyata berkaitan dengan pertumbuhan rendah,
kehormatan yang layak sebagai warga sehingga di banyak NSB tidak ada trade off antara
negara.(http://wikipedia.com) pertumbuhan dan ketidakmerataan (Mudrajad
Menurut Amartya Sen dalam Bloom dan Kuncoro, 2006).
Canning, (2001) bahwa seseorang dikatakan miskin Kemiskinan (poverty) merupakan masalah
bila mengalami "capability deprivation" dimana yang dihadapi oleh seluruh negara, terutama di
seseorang tersebut mengalami kekurangan kebebasan negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini
yang substantif. Menurut Bloom dan Canning, dikarenakan kemiskinan itu bersifat multidimensional
kebebasan substantif ini memiliki dua sisi: artinya karena kebutuhan manusia itu bermacam-
kesempatan dan rasa aman. Kesempatan macam, maka kemiskinan pun memiliki banyak
membutuhkan pendidikan dan keamanan aspek primer yang berupa miskin akan aset,
membutuhkan kesehatan. Menurut World Bank, organisasi sosial politik, pengetahuan, dan
dalam definisi kemiskinan adalah: ”The denial of keterampilan serta aspek sekunder yang berupa
choice and opportunities most basic for human miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber
development to lead a long healthy, creative life and keuangan, dan informasi. Dimensi-dimensi
enjoy a decent standard of living freedom, self esteem kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk
and the respect of other”. Dari definisi tersebut kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat,
diperoleh pengertian bahwa kemiskinan itu perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat
merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat pendidikan yang rendah. Selain itu, dimensidimensi
menikmati segala macam pilihan dan kesempatan kemiskinan saling berkaitan baik secara langsung
dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti tidak maupun tidak langsung. Hal ini berarti kemajuan atau
dapat memenuhi kesehatan, standar hidup layak, kemunduran pada salah satu aspek dapat
kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati seperti mempengaruhi kemajuan atau kemunduran aspek
orang lain. lainnya. Dan aspek lain dari kemiskinan ini adalah
Pengertian kemiskinan dalam arti luas bahwa yang miskin itu manusianya baik secara
adalah keterbatasan yang disandang oleh seseorang, individual maupun kolektif (Pantjar Simatupang dan
sebuah keluarga, sebuah komunitas, atau bahkan Saktyanu K. Dermoredjo, 2003).
sebuah negara yang menyebabkan ketidaknyamanan Menurut Sumitro Djojohadikusumo (1995)
dalam kehidupan, terancamnya penegakan hak dan pola kemiskinan ada empat yaitu, Pertama adalah
keadilan, terancamnya posisi tawar (bargaining) persistent poverty, yaitu kemiskinan yang telah
dalam pergaulan dunia, hilangnya generasi, serta kronis atau turun temurun. Pola kedua adalah cyclical
suramnya masa depan bangsa dan negara. Negara- poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus
negara maju yang lebih menekankan pada “kualitas ekonomi secara keseluruhan. Pola ketiga adalah
hidup” yang dinyatakan dengan perubahan seasonal poverty, yaitu kemiskinan musiman seperti
lingkungan hidup melihat bahwa laju pertumbuhan dijumpai pada kasus nelayan dan petani tanaman
industri tidak mengurangi bahkan justru menambah pangan. Pola keempat adalah accidental poverty,
tingkat polusi udara dan air, mempercepat yaitu kemiskinan karena terjadinya bencana alam
penyusutan sumber daya alam, dan mengurangi atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang
kualitas lingkungan. Sementara untuk negara-negara menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan
yang sedang berkembang, pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat.
yang relatif tinggi pada tahun 1960 sedikit sekali Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat
pengaruhnya dalam mengurangi tingkat kemiskinan. dari tingkat kekurangan sumber daya yang dapat
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta
mencerminkan keberhasilan pembangunan pada meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang.
wilayah tersebut. Apabila suatu wilayah dapat Secara politik, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat
meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya maka akses terhadap kekuasaan yang mempunyai
wilayah tersebut dapat dikatakan sudah mampu pengertian tentang sistem politik yang dapat
melaksanankan pembangunan ekonomi dengan baik. menentukan kemampuan sekelompok orang dalam
Akan tetapi yang masih menjadi masalah dalam menjangkau dan menggunakan sumber daya. Secara
pembangunan ekonomi ini adalah apakah sosial psikologi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat
pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu kekurangan jaringan dan struktur sosial yang
wilayah sudah merata diseluruh lapisan masyarakat.

Charlota Stella Kakisina - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Kabupaten
Jayawijaya 45
JURNAL EKONOMI & BISNIS ISSN : 2086-4515
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay Jayapura Volume 7, Nomor 2, Januari 2016

mendukung dalam mendapatkan kesempatan kemiskinan. Kemiskinan absolut adalah derajat dari
peningkatan produktivitas. kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan-kebutuhan
Menurut Saldanha (1998) persoalan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi
kemiskinan mengandung enam masalah pokok, yaitu: (Tambunan, 2006).
1. Masalah kemiskinan adalah kerentanan. 2. Kemiskinan Relatif Sekelompok orang dalam
Pembangunan infrastruktur ekonomi dan pertanian masyarakat dikatakan mengalami kemiskinan relatif
dapat saja meningkatkan pendapatan petani dalam apabila pendapatannya lebih rendah dibandingkan
jumlah besar yang memadai, akan tetapi kekeringan kelompok lain tanpa memperhatikan apakah mereka
musim dua tahun berturut- turut akan dapat masuk dalam kategori miskin absolut atau tidak
menurunkan tingkat hidupnya sampai titik yang Penekanan dalam kemiskinan relatif adalah adanya
terendah. ketimpangan pendapatan dalam masyarakat antara
2. Kemiskinan berarti tertutupnya akses kepada yang kaya dan yang miskin atau dikenal dengan
berbagai peluang kerja karena hubungan produksi di istilah ketimpangan distribusi pendapatan.
dalam masyarakat tidak memberi peluang bagi Kemiskinan relatif untuk menunjukkan ketimpangan
mereka untuk berpartisipasi dalam proses produksi, pendapatan berguna untuk mengukur ketimpangan
atau mereka terperangkap dalam hubungan produksi pada suatu wilayah. Kemiskinan relatif juga dapat
yang eksploitatif yang menuntut kerja keras dalam digunakan untuk mengukur ketimpangan antar
jam kerja panjang dengan imbalan rendah. Hal ini wilayah yang dilakukan pada suatu wilayah tertentu.
disebabkan oleh posisi tawar menawar mereka dalam Pengukuran relatif diukur berdasarkan tingkat
struktur hubungan produksi amat lemah. Kemiskinan pendapatan, ketimpangan sumberdaya alam serta
dengan demikian juga berarti hubungan dependensi sumberdaya manusia berupa kualitas pendidikan,
kepada pemilik tanah, pimpinan proyek, elit desa dan kesehatan, dan perumahan.
sebagainya. 3. Kemiskinan Struktural Kemiskinan struktural
3. Kemiskinan adalah masalah ketidakpercayaan, mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat yang
perasaan impotensi emosional dan sosial menghadapi disebabkan oleh faktor budaya yang tidak mau
elit desa dan para birokrat yang menentukan berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan
keputusan menyangkut dirinya tanpa memberi meskipun ada usaha dari pihak luar untuk
ksempatan untuk mengaktualisasikan diri, membantunya. Alfian (1980) mendefinisikan
ketidakberdayaan menghadapi penyakit dan kemiskinan struktural sebagai kemiskinan yang
kematian, kekumuhan dan kekotoran. diderita oleh suatu golongan masyarakat karena
4. Kemiskinan juga berarti menghabiskan semua atau struktur sosial masyarakat tidak dapat ikut
sebagian terbesar penghasilannya untuk konsumsi, menggunakan sumber-sumber pendapatan yang
gizi mereka amat rendah yang mengakibatkan sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan
produktivitas mereka rendah. struktural meliputi kekurangan fasilitas pemukiman
5. Kemiskinan juga ditandai oleh tingginya rasio sehat, kekurangan pendidikan, kekurangan
ketergantungan, karena besarnya keluarga dan komunikasi dengan dunia sekitarnya. Kemiskinan
beberapa diantaranya masih balita. Hal ini akan struktural juga dapat diukur dari kurangnya
berpengaruh peda rendahnya konsumsi yang akan perlindungan dari hukum dan pemerintah sebagai
mengganggu tingkat kecerdasan mereka sehingga di birokrasi atau peraturan resmi yang mencegah
dalam kompetisi merebut peluang dan sumber dalam seseorang memanfaatkan kesempatan yang ada.
masyarakat, anak-anak kaum miskin akan berada 4. Kemiskinan Kronis a. Kemiskinan kronis
pada pihak yang lemah. disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kondisi sosial
6. Kemiskinan juga terefleksikan dalam budaya budaya yang mendorong sikap dan kebiasaan hidup
kemiskinan yang diwariskan dari satu generasi ke masyarakat yang tidak produktif. b. Keterbatasan
generasi lainnya. sumberdaya dan keterisolasian (daerah-daerah yang
Menurut Sumodiningrat (1999) klasifikasi kritis akan sumberdaya alam dan daerah terpencil). c.
kemiskinan ada lima kelas, yaitu : Rendahnya derajat pendidikan dan perawatan
1. Kemiskinan Absolut Kemiskinan absolut selain kesehatan, terbatasnya lapangan kerja dan
dilihat dari pemenuhan kebutuhan dasar minimum ketidakberdayaan masyarakat dalam mengikuti
yang memungkinkan seseorang dapat hidup layak, ekonomi pasar.
juga ditentukan oleh tingkat pendapatan untuk 5. Kemiskinan Sementara Kemiskinan sementara
memenuhi kebutuhan. Dengan demikian, tingkat terjadi akibat adanya: 1) perubahan siklus ekonomi
pendapatan minimum merupakan pembatas antara dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi, 2)
keadaan yang disebut miskin atau sering disebut perubahan yang bersifat musiman, dan 3) bencana
dengan istilah garis kemiskinan. Seseorang termasuk alam atau dampak dari suatu yang menyebabkan
golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.
berada dibawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup minimum, seperti Ukuran Kemiskinan
pangan, sandang, kesehatan, papan dan pendidikan. Garis kemiskinan adalah suatu ukuran yang
Kemiskinan absolut merupakan kemiskinan yang menyatakan besarnya pengeluaran untuk memenuhi
tidak mengacu atau tidak didasarkan pada garis kebutuhan dasar minimum makanan dan kebutuhan

Charlota Stella Kakisina - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Kabupaten
Jayawijaya 46
JURNAL EKONOMI & BISNIS ISSN : 2086-4515
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay Jayapura Volume 7, Nomor 2, Januari 2016

non makanan, atau standar yang menyatakan batas Menurut Maier (Kuncoro, 1997: 17) di
seseorang dikatakan miskin bila dipandang dari sudut kalangan para pakar pembangunan telah ada
konsumsi. Garis kemiskinan yang digunakan setiap konsensus bahwa laju pertumbuhan penduduk yang
negara berbeda-beda, sehingga tidak ada satu garis tinggi tidak hanya berdampak buruk terhadap supply
kemiskinan yang berlaku 23 umum. Hal ini bahan pangan, namun juga semakin membuat
disebabkan karena adanya perbedaan lokasi dan kendala bagi pengembangan tabungan, cadangan
standar kebutuhan hidup. devisa, dan sumberdaya manusia. Terdapat tiga
Menurut Badan Pusat Statistik (2010), alasan mengapa pertumbuhan penduduk yang tinggi
penetapan perhitungan garis kemiskinan dalam akan memperlambat pembangunan, yaitu:
masyarakat adalah masyarakat yang berpenghasilan 1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan
dibawah Rp 7.057 per orang per hari. Penetapan dibutuhkan untuk membuat konsumsi dimasa
angka Rp 7.057 per orang per hari tersebut berasal mendatang semakin tinggi. Rendahnya sumberdaya
dari perhitungan garis kemiskinan yang mencakup perkapita akan menyebabkan penduduk tumbuh lebih
kebutuhan makanan dan non makanan. Untuk cepat, yang gilirannya membuat investasi dalam
kebutuhan minimum makanan digunakan patokan “kualitas manusia” semakin sulit;
2.100 kilokalori per kapita per hari. Sedang untuk 2) Banyak negara yang penduduknya masih sangat
pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan tergantung dengan sektor pertanian, pertumbuhan
meliputi pengeluaran untuk perumahan, pendidikan, penduduk mengancam keseimbangan antara
dan kesehatan. sumberdaya alam yang langka dan penduduk.
Sedangkan ukuran menurut World Bank Sebagian Karena pertumbuhan penduduk
menetapkan standar kemiskinan berdasarkan memperlambat perpindahan penduduk dari sektor
pendapatan per kapita. Penduduk yang pendapatan pertanian yang rendah produktifitasnya ke sektor
per kapitanya kurang dari sepertiga rata-rata pertanian modern dan pekerjaan modern lainnya;
pendapatan perkapita nasional. Dalam konteks 3) Pertumbuhan penduduk yang cepat membuat
tersebut, maka ukuran kemiskinan menurut World semakin sulit melakukan perubahan yang dibutuhkan
Bank adalah USD $2 per orang per hari. untuk meningkatkan perubahan ekonomi dan sosial.
Tingginya tingkat kelahiran merupakan penyumbang
Teori Kependudukan utama pertumbuhan kota yang cepat. Bermekarannya
Definisi Jumlah Penduduk Lembaga BPS kota-kota di NSB membawa masalah-masalah baru
dalam Statistik Indonesia (2013) menjabarkan dalam menata maupun mempertahankan tingkat
“penduduk adalah semua orang yang berdomisili di kesejahteraan warga kota.
wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan Telaah lain menunjukkan bahwa penduduk
atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang memiliki dua peranan dalam pembangunan ekonomi;
dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap”. satu dari segi permintaan dan yang lain dari segi
Sedangkan menurut Said (2012: 136) yang dimaksud penawaran. Dari segi permintaan penduduk bertindak
dengan penduduk adalah “jumlah orang yang sebagai konsumen dan dari segi penawaran penduduk
bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu bertindak sebagai produsen. Oleh karena itu,
tertentu dan merupakan hasil dari proses-proses perkembangan penduduk yang cepat tidaklah selalu
demografi yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi”. merupakan penghambat bagi jalannya pembangunan
Reverend Thomas Maltus pada tahun 1798 ekonomi jika penduduk ini mempunyai kapasitas
(Arsyad, 2004: 223) mengemukakan teorinya tentang tinggi untuk menghasilkan dan menyerap hasil
hubungan pertumbuhan penduduk dengan produksi yang dihasilkan. Ini berarti tingkat
pembangunan ekonomi. Dalam tulisannya yang pertambahan penduduk yang tinggi disertai dengan
berjudul Essay on the Principle of Population, ia tingkat penghasilan yang tinggi pula. Jadi
melukiskan konsep hasil yang menurun (concept of pertambahan penduduk dengan tingkat penghasilan
dimishing return). Maltus menjelaskan rendah tidak ada gunanya bagi pembangunan
kecenderungan umum penduduk suatu negara untuk ekonomi. Disisi lain, alasan penduduk dipandang
tumbuh menurut deret ukur yaitu dua-kali lipat setiap logis sebagai penghambat pembangunan, dikarenakan
30-40 tahun. Sementara itu saat yang sama, karena jumlah penduduk yang besar dan dengan
hasil yang menurun dari faktor produksi tanah, pertumbuhan yang tinggi, dinilai hanya menambah
persediaan pangan hanya tumbuh menurut deret beban pembangunan. Jumlah penduduk yang besar
hitung. Oleh karena pertumbuhan persediaan pangan akan memperkecil pendapatan perkapita dan
tidak bisa mengimbangi pertumbuhan penduduk yang menimbulkan masalah ketenagakerjaan (Dumairy,
sangat cepat dan tinggi, maka pendapatan perkapita 1996: 68).
(dalam masyarakat tani didefinisikan sebagai Bagi negara-negara berkembang keadaan
produksi pangan perkapita) akan cenderung turun perkembangan penduduk yang cepat justru akan
menjadi sangat rendah, yang menyebabkan jumlah menghambat perkembangan ekonomi. Karena akan
penduduk tidak pernah stabil, atau hanya sedikit selalu ada perlombaan antara tingkat perkembangan
diatas tingkat subsisten yaitu pendapatan yang hanya output dengan tingkat perkembangan penduduk, yang
dapat untuk memenuhi kebutuhan sekedar untuk akhirnya akan dimenangkan oleh perkembangan
hidup. penduduk. Jadi, karena penduduk juga berfungsi

Charlota Stella Kakisina - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Kabupaten
Jayawijaya 47
JURNAL EKONOMI & BISNIS ISSN : 2086-4515
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay Jayapura Volume 7, Nomor 2, Januari 2016

sebagai tenaga kerja, maka paling tidak terdapat Kuznetz dalam Todaro, 2004). Menurut Robinson
kesulitan memperoleh kesempatan kerja. Jika mereka Tarigan (2004) pertumbuhan ekonomi wilayah adalah
tidak memperoleh pekerjaan atau menganggur, maka pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di
justru akan menekan standar hidup bangsanya suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah
menjadi lebih rendah. Penduduk yang selalu (value added) yang terjadi di wilayah tersebut.
berkembang menuntut adanya perkembangan Menurut pandangan kaum historis,
ekonomi yang terus-menerus. Semua ini memerlukan diantaranya Friedrich List dan Rostow, pertumbuhan
lebih banyak investasi. Bagi negara berkembang, ekonomi merupakan tahapan proses tumbuhnya
cepatnya perkembangan penduduk menjadi sebuah perekonomian mulai dari perekonomian bersifat
ganjalan dalam perkembangan ekonomi, karena tradisional yang bergerak di sektor pertanian dimana
negara-negara ini memiliki sedikit kapital. produksi bersifat subsisten, hingga akhirnya menuju
Meskipun terdapat pertentangan mengenai perekonomian modern yang didominasi oleh sektor
konsekuensi positif dan negatif yang ditimbulkan industri manufaktur. Menurut pandangan ekonom
oleh tingginya laju pertumbuhan penduduk, namun klasik, Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert
selama beberapa dekade mulai muncul gagasan baru. Malthus dan John Straurt Mill, maupun ekonom neo
Gagasan tersebut dikemukakan oleh Robert Cassen klasik, Robert Solow dan Trevor Swan,
dalam Todaro (2006: 351) sebagai berikut: mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat
1) Persoalan kependudukan tidak semata-mata faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
menyangkut jumlah akan tetapi juga meliputi kualitas yaitu (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang
hidup dan kesejahteraan materiil; modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, dan (4)
2) Pertumbuhan penduduk yang cepat memang tingkat teknologi yang digunakan.
mendorong timbulnya masalah keterbelakangan dan Suatu perekonomian dikatakan mengalami
membuat prospek pembangunan menjadi semakin pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat
jauh. Laju pertumbuhan penduduk yang terlampau kegiatan ekonomi lebih tinggi dari pada apa yang
cepat meskipun memang bukan merupakan penyebab dicapai pada masa sebelumnya (Mudrajad Kuncoro,
utama dari keterbelakangan, harus disadari bahwa hal 2003). Sedangkan menurut Schumpeter, faktor utama
tersebut merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah
penyebab keterbelakangan di banyak negara; proses inovasi, dan pelakunya adalah inovator atau
3) Pertumbuhan penduduk secara cepat menimbulkan wiraswasta (entrepreneur). Kemajuan ekonomi suatu
berbagai konsekuensi ekonomi yang merugikan dan masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya
hal itu merupakan masalah yang utama harus inovasi oleh para entrepreneur.
dihadapi negara-negara Dunia Ketiga. Mereka Menurut Nafziger (Sri Aditya, 2010),
kemudian mengatakan bahwa laju pertumbuhan pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan
penduduk yang terlalu cepat mendorong timbulnya produksi suatu negara atau kenaikan pendapatan per
berbagai macam masalah ekonomi, sosial dan kapitasuatu negara, sedangkan menurut Kuznets
psikologis yang melatarbelakangi kondisi (Todaro, 2003), pertumbuhan ekonomi adalah
keterbelakangan yang menjerat negaranegara kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara
berkembang. yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai
Pertumbuhan penduduk juga menghalangi barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan
prospek tercapainya kehidupan yang lebih baik kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan
karena mengurangi tabungan rumah tangga dan juga oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian
negara. Di samping itu, jumlah penduduk yang teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis
terlampau besar akan menguras kas pemerintah yang terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.
sudah sangat terbatas untuk menyediakan berbagai Menurut Todaro (2003), ada tiga faktor
pelayanan kesehatan, ekonomi dan sosial bagi utama dalam pertumbuhan
generasi baru. Melonjaknya beban pembiayaan atas ekonomi, yaitu :
anggaran pemerintah tersebut jelas akan mengurangi 1. Akumulasi modal termasuk semua investasi baru
kemungkinan dan kemampuan pemerintah untuk yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal, dan
meningkatkan taraf hidup generasi dan mendorong sumber daya manusia (human resources). Akumulasi
terjadinya transfer kemiskinan kepada generasi modal akan terjadi jika ada sebagian dari pendapatan
mendatang yang berasal dari keluarga berpenghasilan sekarang di tabung yang kemudian diinvestasikan
menengah ke bawah. (Todaro, 2006: 259-260). kembali dengan tujuan untuk memperbesar output di
masa-masa mendatang. Investasi juga harus disertai
Pertumbuhan Ekonomi dengan investasi infrastruktur, yakni berupa jalan,
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan listrik, air bersih, fasilitas sanitasi, fasilitas
kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang komunikasi, demi menunjang aktivitas ekonomi
bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang produktif. Investasi dalam pembinaan sumber daya
ekonomi kepada penduduknya yang ditentukan oleh manusia bermuara pada peningkatan kualitas modal
adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian manusia, yang pada akhirnya dapat berdampak positif
teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap angka produksi.
terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Simon

Charlota Stella Kakisina - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Kabupaten
Jayawijaya 48
JURNAL EKONOMI & BISNIS ISSN : 2086-4515
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay Jayapura Volume 7, Nomor 2, Januari 2016

2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten


Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang Jayawijaya yang merupakan salah satu Kabupaten
berhubungan dengan kenaikan jumlah angka kerja yang berada di Provinsi Papua.
(laborforce) secara tradisional telah dianggap sebagai
faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan Metode Analisa Data
ekonomi. Artinya, semakin banyak angkatan kerja Alat analisis yang digunakan dalam
semakin produktif tenaga kerja, sedangkan semakin penelitian untuk menjawab permasalahan adalah
banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar analisis regresi linear berganda. Dengan rumus
domestiknya. sebagai berikut :
3. Kemajuan Teknologi. Kemajuan teknologi Y = α + b1 X1 + b2 X2 (Algifari, 2000)
disebabkan oleh teknologi cara-cara baru dan cara- Dimana :
cara lama yang diperbaiki dalam melakukan a : Konstanta
pekerjaan-pekerjaan tradisional b : Koefisien Regresi
X1 : Jumlah Penduduk
METODOLOGI PENELITIAN X2 : Pertumbuhan Ekonomi
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data Kabupaten Jayawijaya terdiri atas 40 Distrik
yang dikumpulkan oleh penulis dari lembaga atau yang keseluruhannya terletak di lembah yang dikenal
instansi pemerintah sebagai data pendukung serta dengan sebutan Lembah Baliem dan dikelilingi oleh
data-data yang yang dipublikasikan melalui berbagai bukit dan tebing. Penduduk Kabupaten Jayawijaya
tulisan ilmiah dan literatur yang berkaitan dengan berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak
permasalahan penelitian ini. Data yang dikumpulkan 206.320 jiwa yang terdiri dari 104.726 jiwa penduduk
bersumber dari Pemerintah Daerah Kabupaten laki-laki dan 101.594 jiwa penduduk perempuan.
Jayawijaya khususnya dari Badan Perencanaan Kepadatan penduduk di Kabupaten Jayawijaya tahun
Pembangunan Daerah Kabupaten Jayawijaya. 2015 mencapai 14.82 jiwa/km2, dengan rata-rata
jumlah penduduk per rumah tangga 4 orang.
Lokasi Penelitian

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Jayawijaya Tahun 2010 – 2014


TAHUN JUMLAH PENDUDUK (Jiwa) Perkembangan (%)
2010 196.085 -
2011 199.258 1,62
2012 223.443 12,14
2013 203.085 -9,11
2014 204.115 0,51
Sumber: Jayawijaya Dalam Angka, 2015

Dari tabel di atas, terlihat bahwa jumlah penduduk 223.443 jiwa. Namun tahun 2013 jumlah penduduk
Kabupaten Jayawijaya pada tahun 2010 sebanyak menurun menjadi 203.085 jika atau turun -9,11%.
196.085 jiwa. Tahun 2011 meningkat menjadi Dan selanjutnya kembali mengalami kenaikan
199.258 jiwa atau naik 1,62%. Pada tahun 2012 2014.115 jiwa atau naik 0,51%.
jumlah penduduk naik 12,14% atau sebanyak

Tabel 2. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jayawijaya Tahun 2010 – 2014


TAHUN PDRB (Rp) PERTUMBUHAN (%)
2010 2.758.216,0 5,80
2011 2.928.555,7 6,18
2012 3.153.311,5 7,67
2013 3.383.965,4 7,31
2014 3.652.159,3 7,07
Sumber: Jayawijaya Dalam Angka, 2015

Data pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kabupaten Jayawijaya meningkat menjadi Rp


Jayawijaya tahun 2010-2014 menunjukkan fluktuasi. 3.153.311,50 atau naik sebesar 7,67%. Selanjutnya
Pada tahun 2010 PDRB Kabupaten Jayawijaya pada tahun 2013 sebesar 3.383.965,40 atau naik
sebesar Rp 2.758.216. Tahun 2011 naik menjadi Rp 7,31%. Dan pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi
2.928.555,7 atau naik 6,18%. Pada tahun 2012 PDRB sebesar Rp 3.625.159,30 atau naik 7,07%.

Charlota Stella Kakisina - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Kabupaten
Jayawijaya 49
JURNAL EKONOMI & BISNIS ISSN : 2086-4515
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay Jayapura Volume 7, Nomor 2, Januari 2016

Tabel 3. Persentase Indeks Kemiskinan di Kabupaten Jayawijaya Tahun 2010-2014


TAHUN INDEKS KEMISKINAN (%) PERKEMBANGAN (%)
2010 41,84 -
2011 39,03 -6,72
2012 39,05 0,05
2013 41,81 7,07
2014 39,60 -5,29
Sumber: Jayawijaya Dalam Angka, 2015

Indeks kemiskinan di Kabupaten Jayawijaya tahun atau hanya sebesar 0,05%. Selanjutnya pada tahun
2010 – 2014 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 2013 indeks kemiskinan meningkat menjadi 41,81%
indeks kemiskinan sebesar 41,84% dan pada tahun atau naik 7,07%. Dan pada tahun 2014 turun menjadi
2011 turun menjadi 39,03% atau -6,72%. Pada tahun 39,60% atau sebesar -5,29%.
2012 indeks kemiskinan meningkat menjadi 39,05%

Tabel 4. Indeks Kemiskinan, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi


Kabupaten Jayawijaya Tahun 2010 – 2014
TAHUN INDEKS KEMISKINAN JUMLAH PENDUDUK (X1) PERTUMBUHAN
(Y) EKONOMI (X2)
2010 41,84 196.085 5,80
2011 39,03 199.258 6,18
2012 39,05 200.443 7,67
2013 41,81 203.085 7,31
2014 39,60 204.115 7,07
Sumber: Data diolah, 2016

Tabel di atas menunjukkan data indeks kemiskinan, tabel di atas dianalisis dengan menggunakan program
jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi SPSS versi 19 dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Kabupaten Jayawijaya tahun 2010 – 2014. Data pada

Hasil Perhitungan Regresi Berganda


Multiple R 0,92
R square (R2) 0,85
a 43,579
b1 0,001
b2 -0,511
Sumber: Data diolah, 2016

Dari hasil regresi berganda pada tabel di atas, maka antara pertumbuhan ekonomi (X1) dan indeks
dapat dianalisis bahwa : kemiskinan hubungan negatif. Kenaikan
a. Nilai konstanta (a) yaitu nilai indeks kemiskinan pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan
sebesar 43,58 jika jumlah penduduk dan penurunan indeks kemiskinan.
pertumbuhan ekonomi sama dengan 0 d. Nilai R menunjukkan koefisien korelasi antara
b. Nilai koefisien regresi variabel jumlah penduduk jumlah penduduk (X1) dan pertumbuhan
(X1) terhadap variabel indeks kemiskinan (Y) ekonomi (X2) terhadap indeks kemiskinan (Y)
sebesar 0,001. Artinya jika jumlah sebesar 0,92 atau sebesar 92%.
penduduk(X1) naik satu satuan maka indeks e. Nilai R2 menunjukkan bahwa proporsi pengaruh
kemiskinan(Y) akan mengalami kenaikan variabel jumlah penduduk (X1) dan pertumbuhan
sebesar 0,001. Koefisien bernilai positif artinya ekonomi (X2) terhadap indeks kemiskinan (Y)
antara jumlah penduduk (X1) dan indeks sebesar 85% sedangkan 15% dipengaruhi oleh
kemiskinan hubungan positif. Kenaikan jumlah variabel lain.
penduduk akan mengakibatkan kenaikan indeks f. Dari hasil analisis maka diperoleh persamaan
kemiskinan. regresi berganda :
c. Nilai koefisien regresi pertumbuhan ekonomi Y = 43,58 – 0,001X1 + 0,511X2
(X2) terhadap variabel indeks kemiskinan
sebesar -0,511. Artinya jika pertumbuhan Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat
ekonomi (X2) naik satu satuan maka indeks kemiskinan di Kabupaten Jayawijaya :
kemiskinan (Y) akan mengalami penurunan a. Rendahnya tingkat pendidikan
sebesar 0,511. Koefisien bernilai negatif artinya

Charlota Stella Kakisina - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Kabupaten
Jayawijaya 50
JURNAL EKONOMI & BISNIS ISSN : 2086-4515
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay Jayapura Volume 7, Nomor 2, Januari 2016

Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan lembaga-lembaga pelatihan yang nantinya akan
kurangnya keterampilan yang dimiliki. Dengan memberikan bekal pendidikan yang baik dan
keterampilan yang terbatas, terbatas pula keterampilan untuk mencari pekerjaan.
pekerjaan yang dapat dilakukan. Sehingga akan 2. Pemerintah Kabupaten Jayawijaya perlu
mempengaruhi penghasilan. menciptakan iklim usaha yang baik untuk
b. Terbatasnya lapangan pekerjaan mendorong investor membuka usaha-usaha yang
Keterbatasan lapangan kerja membuat seorang akan menumbuhkan lapangan pekerjaan yang
pencari kerja harus bersaing dengan pencari kerja baru. Sehingga masyarakat yang mencari kerja
lainnya yang jumlahnya tentu tidak sedikit. Jika tidak hanya menggantungkan harapan untuk
tidak bisa mendapat pekerjaan maka akan bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
tercipta pengangguran yang akan berpengaruh 3. Pemerintah memberi bantuan modal atau
terhadap tingkat kemiskinan. Karena tidak dapat pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. berusaha sesuai dengan keterampilan mereka
c. Beban keluarga sehingga dapat memberi penghasilan untuk
Kepala keluarga dengan jumlah anggota keluarga kelangsungan hidup sebagai individu maupun
yang banyak perlu diimbangi dengan pendapatan keluarga.
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
anggota keluarga. Jika tidak maka dapat anggota Daftar Pustaka
keluarga tidak tercukupi kebutuhan hidupnya Algifari, 2000, Analisis Regresi : Teori, Kasus, dan
dengan baik dan menyebabkan kemiskinan. Solusi. Edisi 2, BPFE,Yogyakarta.
Arsyad, L, 2004, Pengantar Perencanaan
PENUTUP Pembangunan Ekonomi Daerah, BPFE
Kesimpulan : Yogyakarta, Yogyakarta
1. Jika jumlah penduduk(X1) naik satu satuan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi
maka indeks kemiskinan(Y) akan mengalami Papua, 2013, Kolaborasi Data Kemiskinan
kenaikan sebesar 0,001. Koefisien bernilai positif Provinsi Papua, Jayapura
artinya antara jumlah penduduk (X1) dan indeks Badan Pusat Statistik Kabupaten Jayawijaya, 2012,
kemiskinan hubungan positif. Kenaikan jumlah Data Kependudukan, Kabupaten Jayawijaya
penduduk akan mengakibatkan kenaikan indeks -----------------------, PDRB Kabupaten Jayawijaya,
kemiskinan.Sedangkan jika pertumbuhan Kabupaten Jayawijaya
ekonomi (X2) naik satu satuan maka indeks ----------------------, Data Kemiskinan, Kabupaten
kemiskinan (Y) akan mengalami penurunan Jayawijaya
sebesar 0,511. Koefisien bernilai negatif artinya ----------------------, 2015, Data Kependudukan,
antara pertumbuhan ekonomi (X1) dan indeks Kabupaten Jayawijaya
kemiskinan hubungan negatif. Kenaikan
pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan -----------------------, PDRB Kabupaten Jayawijaya,
penurunan indeks kemiskinan.Nilai koefisien Kabupaten Jayawijaya
korelasi antara jumlah penduduk (X1) dan ----------------------,Data Kemiskinan, Kabupaten
pertumbuhan ekonomi (X2) terhadap indeks Jayawijaya
kemiskinan (Y) sebesar 0,277 atau sebesar 92%. Hudaya, D, 2009, Faktor-Faktor Yang
Proporsi pengaruh variabel jumlah penduduk Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di
(X1) dan pertumbuhan ekonomi (X2) terhadap Indonesia (Skripsi), Fakultas Ekonomi dan
indeks kemiskinan (Y) sebesar 85% sedangkan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor
15% dipengaruhi oleh variabel lain. Mudrajad Kuncoro, 2003. Ekonomi Pembangunan:
2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP AMP
kemiskinan di Kabupaten Jayawijaya yaitu : a) YKPN: Yogyakarta.
tingkat pendidikan; b) keterbatasan lapangan Prastyo, A.A, 2010, Analisis Faktor-Faktor
kerja dan c) beban keluarga. YangMempengaruhi Tingkat
Kemiskinan(Skripsi), Fakultas Ekonomi dan
Saran. Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang
Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan Pusat Data dan Analisis Pembangunan Provinsi
dengan masalah kemiskinan di Kabupaten Papua, 2016, Manusia Papua: Membangun
Jayawijaya : dan Dibangun, Jayapura
1. Pemerintah Daerah perlu terus mendorong Robinson Tarigan, 2004. Ekonomi Regional: Teori
penduduk usia sekolah untuk menyelesaikan dan Aplikasi. Bumi Aksara: Jakarta.
pendidikan yang diwajibkan oleh pemerintah Saldanha, J.1998. Pertumbuhan Ekonomi, Survei
yaitu 12 tahun. Sehingga mengurangi angka Ekonomi Politik di Indonesia.Analisis CSIS
putus sekolah di Kabupaten Jayawijaya. Dan Studi Pembangunan Politik, Pertumbuhan
juga perlu mendorong tamatan SLTA untuk dan Kerja Intelektual
melanjutkan ke Perguruan Tinggi atau mengikuti

Charlota Stella Kakisina - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Kabupaten
Jayawijaya 51
JURNAL EKONOMI & BISNIS ISSN : 2086-4515
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay Jayapura Volume 7, Nomor 2, Januari 2016

Sumodiningrat, G. 1999. Kemiskinan: Teori, Fakta


dan Kebijakan. IMPAC, Jakarta.
Saputra, W.A, 2011, Analisis Pengaruh Jumlah
Penduduk,Pdrb, Ipm, Pengangguran
TerhadapTingkat KemiskinanDi Kabupaten
/ Kota Jawa Tengah (Skripsi), Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas
Diponegoro, Semarang
Todaro, Michael P, 2003,Pembangunan Ekonomi di
Dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta.
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith,
2004,Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga, Edisi kedelapan. Erlangga: Jakarta.
Tambunan, T, 2006, Perekonomian Indonesia Sejak
Orde Lama Hingga Pasca Krisis, Pustaka Quantum,
Jakarta.

Charlota Stella Kakisina - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Kabupaten
Jayawijaya 52

Anda mungkin juga menyukai