Anda di halaman 1dari 28

BAB I PENDAHULUAN

A. ALASAN TOPIK YANG DIAMBIL


Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai jumlah
penduduk banyak dengan tingkat kemiskinannya cukup tinggi. Kemiskinan
absolut

dan

ketidakmerataan

mempunyai

dampak

negative

atas

pembangunan dan intergrasi nasional secara umum, pemerintah pada decade


1990-an memunculkan kembali program pengentasan kemiskinan dan
ketidakmerataan sebagai salah satu isu sentral dari perspektif pembangunan
nasional.
Dengan demikian, untuk memenuhi salah satu tugas terstruktuktur
mata kuliah Kewarganegaraan, saya akan membahas mengenai Demografi
Umum

bagian

KEMISKINAN

DAN

KETIDAKMERATAAN

DI

INDONESIA. Dewasa ini, studi tentang kependudukan atau demografi telah


memegang peranan penting dalam menentukan kebijaksanaan Pemerintah
maupun Swasta. Karena sangat erat kaitannya dengan masalah pendidikan,
kesehatan, keluarga berencana, transmigrasi, serta perusahaan-perusahaan
seperti asuransi.
B. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
Menjelang tahun 1997 Indonesia telah mencatat penurunan yang luar
biasa dalam tingkat kemiskinan dibandingkan dengan pencapaian pada
negara-negara kurang berkembang lainnya. Keberhasilan pengentasan
kemiksinan dalam ukuran moneter atas kesejahteraan secara konsisten
bersama-sama dengan perbaikan dalam kesejahteraan yang diukur secara

nonmoneter,

seperti

pendidikan

dan

indeks

kesehatan.

Perbaikan

kesejahteraan rakyat terletak pada pertumbuhan ekonomi yang terus menerus


selama tiga dekade yang menghasilkan serangkaian strategi pembangunan
termasuk revolusi hijau sejak akhir tahun 1970-an, perdagangan bebas pada
awal 1980-an, dan dibangunnya pertumbuhan ekonomi berorientasi ekspor
yang dimulai sejak awal 1990.
Namun, krisis yang menekan perekonomian Indonesia pada
pertengahan 1997, yang diikuti musim kering sepanjang tahun, telah
memberi pengaruh yang sangat merugikan bagi kondisi makro ekonomi
secara keseluruhan dan yang terpenting adalah kesejahteraan rakyat. Jumlah
penduduk yang berada dalam kemiskinan dipercayai naik secara drastis.
Data kontemporer yang siap tersedia dari jenis Susenas 1998 yang
menggambarkan penambahan yang substansial dalam timbulnya kemiskinan
dari periode prakrisis (1996) sampai akhir 1998.
Sebagimana yang telah disebutkan, tingkat kemiskinan pada bulan
Desember 1998 tidaklah secara penuh dapat dibandingkan dengan yang
terdapat pada tahun 1996, karena susunan untuk benar-benar mengukur
besarnya kemiskinan, paket pangan dan bukan pangan dalam tahun 1998
harus didefinisikan kembali agar benar-benar mereflesikan kebutuhan dasar
kontemporer dari kaum miskin, pada lingkungan perubahan tertentu.
Untuk dapat memahami keadaan tersebut dan kependudukan di suatu
daerah atau negara maka perlu didalami kajian demografi. Di negara-negara
yang sedang membangun data komponen demografi hakiki umumnya tidak

lengkap, dan andaikata ada reabilitasnya pun sangat rendah. Untuk


mengatasi kekurangan ini ahli demografi membuat perkiraan (estimasi)
komponen demografi berdasarkan data hasil Sensus Penduduk atau data
sekunder.

BAB II PERMASALAHAN
A. BAGIAN TENTANG KASUS
Sebelum krisis ekonomi yang bermula pada pertengahan tahun 1997,
Indonesia telah berhasil melaksanakan berbagai adaptasi dan penyesuaian
dalam upaya untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Upaya
mengurangi jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan dalam dua dekade
terakhir telah memperlihatkan keberhasilan yang luar biasa. Jumlah orang
miskin di Indonesia turun dari 70 juta di tahun 1979 menjadi hanya 22,6 juta
pada akhir 1996. Bagaimana dengan contoh kasus kemiskinan pada saat ini?
Meskipun demikian, masalah pengentasan kemiskinan timbul
kembali sekarang ini. Beberapa penyebab kondisi di atas antara lain adalah:
pertama, upaya untuk mengurangi tingkat kemiskinan menghadapi tahapan
kejenuhan sejak pertengahan 1980-an. Ini juga berarti bahwa upaya untuk
mengurangi jumlah orang miskin pada tahun 1970-an telah maksimal. Oleh
karena itu, pada awal 1980-an masih terdapat banyak orang miskin. Kedua,
bertepatan dengan kemandegan upaya diatas, terdapat kecenderungan kearah
ketidakmerataan pendapatan yang melebar antar sektor-sektor, kelompokkelompok, dan regional-regional. Yang terakhir, isu kemiskinan yang akhirakhir ini muncul adalah berhubungan dengan masih terdapatnya lebih dari
11,5 juta keluarga yang hampir miskin di tahun 1990. Bagaimana dengan
aspek penyebab kemiskinan pada saat ini? Apa sajakah dampak positive dan
negative dari adanya kemiskinan di Indonesia?

Pada awal 1990-an pemerintah Indonesian membuat beberapa


kebijaksanaan dan program untuk menggalakkan penganggulangan
kemiskinan, sepeti Inpres Desa Tertinggal, Tabungan Keluarga Sejahtera,
dan Kredit Keluarga Sejahtera, kemitraan bersama antara skala usaha KecilMenengah-Besar dengan perbaikan kuantitas dan kualitas dari pergerakan
koperasi. Program IDT dan program Takesra/Kukesra sedikit diberikan
perlakuan khusus mengenai tingkat bunga dan juga batas waktu bagi
pengembalian kredit.
Menyadari bahwa kemiskinan absolut dan ketidakmerataan
mempunyai dampak negative secara umum terhadap pembangunan dan
intergrasi nasional, pemerintah di tahun 1990-an melihat perlu munculnya
kembali program penanggulangan kemiskinan dan kitidakmerataan sebagai
salah satu isu sentral dari persepektif pembangunan nasional.
Dalam perencanaan pembangunan, data mengenai ketenagakerjaan
memegang peranan penting. Tanpa data tersebut tidaklah mungkin program
pembangunan direncankan dan dilaksanakan. Makin lengkap dan tepat data
mengenai ketenagakerjaan yang tersedia makin mudah dan tepat rencana
pembangunan itu disusun. Jadi dapat dikatakan bahwa faktor kekuatan
manusia merupakan unsur yang penting dalam pembangunan. Lebih-lebih
dalam pelaksanaan Pembangunan Lima Tahun (PELITA) di Indonesia
dewasa ini, dibutuhkan sekali data mengenai jumlah tenaga kerja dan
angkatan kerja baik dari aspek kualitas maupun kuantitas.

B. BAGIAN SOLUSI KASUS


Upaya penanggulangan kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan
menempatkan penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama
kebijakan pembangunan nasional. Kebijakan kemiskinan merupakan
prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 dan
dijabarkan lebih rinci dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahun
serta digunakan sebagai acuan bagi kementrian, lembaga dan pemerintah
daerah dalam pelaksanaan pembangunan tahunan.
Pemerintah juga menyadari bahwa keluarga miskin tidak saja
berlokasi pada desa-desa miskin di wilayah terpencil dimana telah tercakup
dalam program RPJM dan RKP, tetapi juga di tempat-tempat lain yang
kurang terpencil, di tempat mana proposi mereka mungkin kurang
dibandingkan dengan mereka yang tinggal di desa-desa miskin yang
terpencil. Meskipun demiakian karena jumlah lebih besar dari desa-desa
yang berda bukan pada wilayah terpencil, jumlah absolut kaum miskin jauh
lebih banyak dibandingkan dengan kaum miskin yang tinggal di desa-desa
terpencil yang terbelakang.
Sebagai wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan dan
mencapai Tujuan pembangunan Milenium, Strategi Nasional Pembangunan
Kemiskinan (SPNK) telah disusun melalui proses partisipatif dengan
melibatkan seluruh stakeholders pembangunan di Indonesia. Selain itu,
sekitar 60 % pemerintah kabupaten/ kota telah membentuk Komite
penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD) dan menyusun Strategi

Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) sebagai dasar arus utama


penanggulangan kemiskinan di daerah dan mendorong gerakan sosial dalam
mengatasi kemiskinan. Bagiamana dengan kebijaksaan pemerintah pada era
saat ini? Bagaimana dengan cara penanggulangannya?

BAB III PEMBAHASAN


A. JAWABAN LUAS DARI PERMASALAHAN
Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya
dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga negaranegara maju, seperti Inggris dan Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami
kemiskinan di penghujung tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi
industri yang muncul di Eropa. Pada masa itu kaum miskin di Inggris berasal
dari tenaga-tenaga kerja pabrik yang sebelumnya sebagai petani yang
mendapatkan upah rendah, sehingga kemampuan daya belinya juga rendah.
Mereka umumnya tinggal di permukiman kumuh yang rawan terhadap
penyakit sosial lainnya, seperti prostitusi, kriminalitas, pengangguran.
Di Indonesia keberhasilan pemerintah Orde Baru menurunkan
jumlah penduduk miskin lebih dari separuh selama kurun waktu dua
dasawarsa ternyata ditopang berbagai kebijakan di luar program
penanggulangan kemiskinan itu sendiri. Justru program-program tersebut
yang memberi andil besar dalam upaya pengurangan kaum miskin di
Indonesia. Pertama, keberhasilan dalam pelaksaan program Keluarga
Berencana. Kedua,penurunan jumlah penduduk miskin sampai tahun 1996,
juga dimungkin oleh terbukanya kesempatan kerja di luar sektor pertanian,
tidak semata-mata bekerja di daerah pedesaan. Ketiga, lebih bersifat
sosiologis dan psikologis. Keinginan penduduk miskin itu sendiri untuk
keluar dari jebakan kemiskinan, merupakan factor internal yang sangat

menentukan keberhasilan upaya pengentasan penduduk dari lembah


kemiskinan.
Akan tetapi, program penanggulangan kemiskinan tidak bias hanya
sekadar dicanangkan dan dijabarkan dalam bentuk angka. Keinginan untuk
mengurangi jumlah penduduk miskin perlu tindakan dn kebijakan yang
saling menopang. Di saat para elit politik haus kekuasaan, pejabat negara
kehilangan pegangan dan daerah ingin menunjukan kewenangan yang
absolut. Berikut sedikit penjelasan mengenai kemiskinan yang sudah
menjadi dilema mengglobal yang sangat sulit dicari cara pemecahan
terbaiknya.
a. Indikator-indikator Kemiskinan
Untuk menuju solusi kemiskinan, penting bagi kita untuk menelusuri
secara detail indikator-indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikatorindikator kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan Pusat Statistika,
antara lain sebagi berikut:
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan
dan papan).
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).
3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.

5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya


alam.
6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar,
wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal
dan terpencil).
Berikut adalah beberapa contoh kasus kemiskinan yang pernah terjadi di indonesia
yaitu diantaranya :

Februari 2008, di Makassar, Sulsel; seorang ibu (45 th) dan seorang anak
balitanya (4 th) meninggal dalam kondisi 3 hari kelaparan dan diare akut.
Para tetangga, begitu pula RT/RW-nya, diberitakan tidak ada yang tahu
karena mereka tidak pernah meminta-minta.

Mei 2008, seorang anak yatim laki-laki usia 12 tahun siswa SD di Cibinong
terpaksa tidak sekolah karena harus menjaga 2 adiknya yang masih kecil.
Ibunya harus mencari nafkah dengan pendapatan yang kecil sehingga tidak
mencukupi untuk membayar pembantu rumah tangga.

Jatah beras miskin (raskin) yang didrop via ke-tua RT 1 x/ bulan tidak bisa
ditebus oleh yang berhak. Saat beras datang, mereka tidak sanggup
mengganti biaya transportasi karena sedang tidak punya uang (karena

10

memang benar-benar miskin). Akhirnya beras dibeli oleh orang yang lebih
mampu.

Riba eceran (pinjaman bernilai kecil) banyak terjadi di kalangan orang


miskin. Hutang Rp 200.000,- mesti dibayar Rp 8.000 per hari x 30 hari
(bunga 20%/bulan)

Makassar, Maret 2008, seorang ibu miskin, sehabis bersalin, berniat menjual
bayinya agar bisa membayar biaya pesalinan Rp300 ribu.

Di Bekasi, Maret 2008, seorang ibu membenamkan 2 anaknya sehingga mati


karena kemiskinan

Dari kasus tersebut terbukti bahwa kemiskinan sangat berpengaruh terhadap masing
masing individu, yang mana di dalam sosiologi juga membahas kemiskinan yang
mana kemiskinan tersebut berdampak pada masing masing individu dalam
berkehidupan bermasyarakat.
b. Faktor-faktor penyebab kemiskinan di Indonesia.
Adapun faktor faktor yang mempengaruhi penyebab terjadinya kemiskinan
di indonesia adalah sebagai berikut:

Tingkat pendidikan masyarakat yang rata-rata masih rendah.

Cara berpikir yang masih tradisional dan konservatif, apatis, dan anti akan
hal-hal yang baru.

Mentalitas dan etos kerja yang kurang baik.

Keadaan alam yang kurang mendukung.

Tidak adanya potensi atau produk andalan.

Adanya Bencana Alam.

11

Keterisoliran secara geografis dari pusat

Rendahnya kinerja aparatur pemerintah.

Adanya budaya korup di Indonesia.

Rendahnya produktivitas dan pertumbuhan modal.

Pengelolaan ekonomi yang masih menggunakan cara tradisional.

Tata pemerintahan yang buruk.

Terbatasnya kemampuan dalam pengelolaan SDA.

Dari beberapa macam penyebab yang di bahas sebelumnya, dapat di simpulkan


bahwa secara umum penyebab terjadinya kemiskinan dapat di jabarkan menjadi
beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
a) Laju Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat. Di setiap 10 tahun
menurut hasil sensus penduduk. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS)
di tahun 1990 Indonesia memiliki 179 juta lebih penduduk. Kemudian di
sensus penduduk tahun 2000 penduduk meningkat sebesar 27 juta penduduk
atau menjadi 206 juta jiwa. dapat diringkaskan pertambahan penduduk
Indonesia persatuan waktu adalah sebesar setiap tahun bertambah 2,04 juta
orang pertahun atau, 170 ribu orang perbulan atau 5.577 orang perhari atau
232 orang perjam atau 4 orang permenit. Banyaknya jumlah penduduk ini
membawa Indonesia menjadi negara ke-4 terbanyak penduduknya setelah
China, India dan Amerika.
b) Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran.

12

Secara garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga
kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagi tenaga kerja ialah
penduduk yang berumur didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja
berbeda-beda disetiap negara yang satu dengan yang lain. Batas usia kerja
yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 10 tahun tanpa batas umur
maksimum. Jadi setiap orang atausemua penduduk berumur 10 tahun
tergolong sebagai tenaga kerja. Sisanya merupakan bukan tenaga kerja yang
selanjutnya dapat dimasukan dalam katergori beban ketergantungan. Tenaga
kerja (manpower) dipilih pula kedalam dua kelompok yaitu angkatan kerja
(labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah
tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai
pekerjaan namun untuk sementara tidak bekerja, dan yang mencari
pekerjaan. Seakan yang termasuk sebagai bukan angkatan kerja adalah
tenaga kerja dalam usia kerja yang tidak sedang bekerja, tidak mempunyai
pekerjaan dan tidak sedang mencari pekerjaan, yakni orang-orang yang
kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga, serta orang yang
menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa
kerjanya.
c) Distribusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan
Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya
pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya.
Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan
nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40% penduduk

13

berpendapatan rendah (penduduk miskin); 40% penduduk berpendapatan


menengah; serta 20% penduduk berpemdapatan tertinggi (penduduk
terkaya).
Pendapatan penduduk yang didapatkan dari hasil pekerjaan yang
mereka lakukan relatif tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
sedangkan ada sebagian penduduk di Indonesia mempunyai pendapatan
yang berlebih. Ini disebut juga sebagai ketimpangan. Ketimpangan
pendapatan yang ekstrem dapat menyebabkan inefisiensi ekonomi.
Penyebabnya sebagian adalah pada tingkat pendapatan rata rata bearapa
pun, ketimpangan yang semakin tinggi akan menyebabkan semakin kecilnya
bagian populasi yang memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman atau
sumber kredit. Selain itu ketimpangan dapat menyebabkan alokasi aset yang
tidak efisien. Ketimpangan yang tinggi menyebabkan penekanan yang terlalu
tinggi pada pendidikan tinggi dengan mengorbankan kualitas universal
pendidikan dasar, dan kemudian menyebabkan kesenjangan pendapatan
yang semakin melebar.
d) Tingkat pendidikan yang rendah.
Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab
kemiskinan di suatu negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat
pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya
perkembangan ekonomi terutama industry, jelas sekali dibuthkan lebih
banyak teanga kerja yang mempunyai skill atau paling tidak dapat membaca

14

dan menulis. Menurut Schumaker pendidikan merupakan sumber daya yang


terbesar manfaatnya dibandingkan faktor-faktor produksi lain.
e) Biaya kehidupan yang tinggi
Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat
dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya
kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa
disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan
wanita di depan publik dan banyaknya pengangguran.
f) Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.
Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan
keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan
sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani
oleh pajak negara.
g) Kurangnya perhatian dari pemerintah
Pemerintah yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin
dapat menjadi salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak dapat
memutuskan kebijakan yang mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di
negaranya.
h) Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global.
Yang penting digarisbawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan perkapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem.
Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun

15

akan naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka


pendapatan per-kapita akan turun beriringan.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar
perkembangan pendapatan per-kapita:
1. Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
2. Politik ekonomi yang tidak sehat.
3. Faktor-faktor luar neger, diantaranya:
Rusaknya syarat-syarat perdagangan
Beban hutang
Kurangnya bantuan luar negeri, dan
Perang
i) Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.
Terlihat jelas faktor ini sangat urgen dalam pengaruhnya terhadap
kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas
masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta
jaminan kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggung jawabkan
dengan maksimal.
c. Dampak Negatif Kemiskinan
Dampak Negatif kemiskinan dapat kita lihat dari beberapa segi yaitu
diantaranya adalah:
1. Dari Segi lapangan Pekerjaan
Meluasnya pengangguran sebenarnya bukan saja disebabkan
rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Tetapi, juga disebabkan

16

kebijakan pemerintah yang terlalu memprioritaskan ekonomi makro


atau pertumbuhan [growth]. Ketika terjadi krisis ekonomi di kawasan
Asia tahun 1997 silam misalnya banyak perusahaan yang melakukan
perampingan jumlah tenaga kerja. Sebab, tak mampu lagi membayar
gaji karyawan akibat defisit anggaran perusahaan. Akibatnya jutaan
orang terpaksa harus dirumahkan atau dengan kata lain meraka
terpaksa di PHK [Putus Hubungan Kerja.
2. Kekerasan( Kriminal)
Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini
merupakan efek dari pengangguran. Karena seseorang tidak mampu
lagi mencari nafkah melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tak
ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga
keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan.
Misalnya, merampok, menodong, mencuri, atau menipu.
3. Pendidikan
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi
dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin
tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas
mereka tak dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal
itu. Sebab, mereka begitu miskin. Untuk makan satu kali sehari saja
mereka sudah kesulitan. Walaupun sekarang terdapat dana bos tetapi
dana tersebut hanya berupa pembebasan uang spp dan buku saja,

17

belum termasuk biaya pungutan-pungutan yang di lakukan oleh


sekolah dan banyaknya peralatan sekolah yang harus di beli.
4. Kesehatan
Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal.
Hampir setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar
menerapkan tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit.
Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh kalangan miskin.
5. Konflik Sosial
konflik sosial bernuansa SARA. Tanpa bersikap munafik konflik
SARA muncul akibat ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi
miskin yang akut. Hal ini menjadi bukti lain dari kemiskinan yang
kita alami. M Yudhi Haryono menyebutkan, akibat ketiadaan
jaminan keadilan "keamanan" dan perlindungan hukum dari negara,
persoalan ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam
bentrokan identitas yang subjektif.
d. Dampak Positif kemiskinan
Sebagai warga negara yang tingkat pendapatannya rendah atau miskin tidak
perlu berkecil hati karena dari kemiskinan dapat pula kita tarik dampak positifnya.
Bila kita amati secara mendetail, kemiskinan juga memiliki daya guna,antara lain:
1. Menambah nilai guna suatu barang.
Contoh: Apabila kita memiliki pakaian bekas dan sudah tidak
lagi dipakai alangkah baiknya apabila kita menjadikannya
sebagai kain lap atau kita sumbangkan kepada masyarakat

18

yang memang benar-benar membutuhkan, misalkan kepada


mereka yang mengalami musibah bencana alam atau kita
salurkan ke panti asuhan.
2. Memperkuat status sosial seseorang.
Contoh: Apabila kita orang kaya, kita akan lebih terpandang bila
punya anak buah yang banyak. Yang akan menjadi anak buahnya
atau pembantunya sudah pasti orang-orang miskin dan tidak
mungkin orang kayak lagi.
3. Untuk mengerjakan pekerjaan yang bias dipandang hina dan
kotor oleh beberapa orang. Apabila tidak ada orang miskin, siapa
yang akan menyapu jalan raya? Siapa yang mau membersihkan
parit yang bau? siapa yang mau menguras septik tank kalo penuh?
Apakah orang kaya mau melakukan pekerjaan itu? Tentu tidak.
4. Sebagai tumbal pembangunan. Apabila kita mempunyai tanah
dan tanah tersebut direkomendasikan untuk dijadikan sebuah
tempat wisata, maka tanah tersebut akan dibayar sangat mahal.
Akan tetapi, apabila hanya akan dijadikan pemukiman kumuh hal
itu tidak akan menjadikan nilai jual yang tinggi.
5.

Sebagai sarana ibadah. Setiap agama pasti diajarkan menyantuni


orang miskin. Dalam agama saya (islam), zakat termasuk wajib
hukumnya. Jika saya tidak berzakat, maka saya belum sempurna
Islamnya. Bagaimana kalo semua orang di dunia ini jadi kaya,

19

mau di berikan siapa zakat tersebut? Sedangkan syarat zakat


harus di berikan pada fakir miskin.
6. Membuka lapangan kerja. Banyak sekali pengusaha zaman
sekarang yang berlomba-lomba untuk membuat lapangan
pekerjaan, selain untuk meningkatkan investasi hal ini dilakukan
untuk menurunkan tingkat pengangguran yang cukup tinggi di
Indonesia.
Jadi, istilah kemiskinan bukan selalu berdampak negative tapi ada
sisi positivnya. Kekayaan tidak ada artinya jika tidak ada kemiskinan.
B. JAWABAN LUAS DARI SOLUSI PERMASALAHAN
Upaya penanggulangan kemiskinan dan ketidakmerataan di
Indonesia telah dilakukan dan masih menjadi prioritas utama didalam sebuah
rencana pembangunan di pemerintahan. Untuk menggalakkan transisi
tahapan-tahapannya, interfensi atau dukungan pembangunan baik dari sektor
pemerintahan dan swasta diperlukan.
Adapun langkah jangka pendek yang diprioritaskan antara lain
sebagai berikut:
1. Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan :
a) penyediaan sarana-sarana irigasi, air bersih dan sanitasi dasar
terutama daerah-daerah langka sumber air bersih.
b) pembangunan jalan, jembatan, dan dermaga daerah-daerah
tertinggal.

20

c) redistribusi sumber dana kepada daerah-daerah yang memiliki


pendapatan rendah dengan instrumen Dana Alokasi Khusus (DAK) .
2. Perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui bantuan dana
stimulan untuk modal usaha, pelatihan keterampilan kerja dan meningkatkan
investasi dan revitalisasi industri.
3. Khusus untuk pemenuhan sarana hak dasar penduduk miskin diberikan
pelayanan antara lain:
a) pendidikan gratis sebagai penuntasan program belajar 9 tahun
termasuk tunjangan bagi murid yang kurang mampu
b) jaminan pemeliharaan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di
puskesmas dan rumah sakit kelas tiga.
Di bawah ini merupakan contoh dari upaya mengatasi kemiskinan di Indonesia.
Di propinsi Jawa Barat tepatnya di Bandung dengan diadakannya
Bandung Peduli yang dibentuk pada tanggal 23 25 Februari 1998. Bandung
Peduli adalah gerakan kemanusiaan yang memfokuskan kegiatannya pada
upaya menolong orang kelaparan, dan mengentaskan orang-orang yang
berada di bawah garis kemiskinan. Dalam melakukan kegiatan, Bandung
Peduli berpegang teguh pada wawasan kemanusiaan, tanpa mengindahkan
perbedaan suku, ras, agama, kepercayaan, ataupun haluan politik.
Oleh karena sumbangan dari para dermawan tidak terlalu besar bila
dibandingkan dengan permasalahan kelaparan dan kemiskinan yang
dihadapi, maka Bandung Peduli melakukan targetting dengan sasaran bahwa
orang yang dibantu tinggal di Kabupaten/ Kotamadya Bandung, dan mereka

21

yang tergolong fakir. Golongan fakir yang dimaksud adalah orang yang
miskin sekali dan paling miskin bila diukur dengan Ekuivalen Nilai Tukar
Beras.
A. Penanganan masalah Kemiskinan berbasis masyarakat :
1.

Tindakan Kolektif
Tindakan kolektif adalah tindakan yang dilakukan masyarakat secara
bersama untuk memecahkan suatu masalah. Tugas kolektif untuk
memberikan akses pada terbentuknya forum-forum masyarakat miskin
yang difasilitasi oleh pemerintah maupun lembaga swadaya
masyarakat dan memberdayakan forum-forum sejenis yang telah
terbentuk. Tugas tersebut tugas seluruh institusi pemerintahan dan
bukan kompartemen pemerintahan tertentu saja. Khususnya pada tugas
kolektif untuk memberikan akses pada terbentuknya forum-forum
masyarakat miskin yang difasilitasi oleh pemerintah maupun lembaga
swadaya masyarakat.
Memberdayakan forum-forum sejenis yang telah terbentuk. Hal itu
dapat diwujudkan jika tersedia suatu fasilitas interaksi komunikasi
melalui ketersediaan forum yang memungkinkan adanya akses bagi
masyarakat miskin untuk memperoleh pembelajaran agar dapat
meningkatkan produktifitasnya sesuai dengan kondisi mereka masingmasing. (intinya agar warga yang tidak mampu dapat terkumpul dan di
ketahui agar tidak salah sasaran antara kaya dan miskin).

2.

Tindakan antisipatif

22

Di Indonesia program-program penanggulangan kemiskinan sudah


banyak pula dilaksanakan, seperti: pengembangan desa tertinggal,
perbaikan kampung, gerakan terpadu pengentasan kemiskinan.
Sekarang

pemerintah

menangani

program

tersebut

secara

menyeluruh, terutama sejak krisis moneter dan ekonomi yang


melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997, melalui programprogram Jaring Pengaman Sosial (JPS). Dalam JPS ini masyarakat
sasaran ikut terlibat dalam berbagai kegiatan dan akhir-akhir ini
adanya jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat) dan askeskin
(asuransi kesehatan miskin) tapi itu semua belum menjawab masalah
kemiskinan dan belum sepenuhnya tindakan antisipatif ini berhasil.
B. Usaha Pemerintah dalam Mengatasi Kemiskinan dari beberapa bidang:
Pemerintah

sebagai

pengelenggara

negara

yang

tugasnya

untuk

mensejahterakan rakyatnya sudah sepatutnya mengurus dan mengambil


solusi akibat dari kemiskinan adapun usaha usaha pemerintah dalam
mengatasi kemiskinan secara umaum adalah seperti;
1.

Di bidang sosial

Pemerintah sudah berupaya dalam menanngulangi kemiskinan dengan cara


mengadakan Bantuan langsung Tunai(BLT) kepada rakyat yang kurang
mampu, memberikan sandang pangan, menyediakan bahan pokok makanan
yang murah bagi rakyat miskin (seperti beras bulog), mensubsidi
BBM(Pertamina), dan akhir-akhir ini seperti pembagian kompor gas untuk
kalangan tidak mampu dan masih banyak lagi.

23

2.

Di bidang kesehatan

Di dalam bidang kesehatan pemerintah juga terus berupaya dalam


memerangi kemiskinan dengan cara menyediakan askes untuk orang yang
tidak mampu, mengadakan obat Generik yang harganya dapat di jangkau
oleh masyarakat kurang mampu, memberikan susu instan dan makanan
untuk anak balita yang tumbuh di bawah garis merah(kurang gizi) dan masih
banyak lagi.
3.

Di Bidang Pendidikan

Pendidikan merupakan pilar utama dalam membangun sebuah negara tanpa


adanya pendidikan negara yang kaya akan Sumber daya Alam pun tidak akan
berkembang,karna tidak adanya pengelolanya. Dari segi pendidikan
pemerintah terus memberikan bantuan baik bantuan dalam bidang sekolah
Seperti Dana BOS (bantuan Operasional Sekolah) hingga menganalokasikan
dana APBN sebesar 20% untuk dana pendidikan, walaupun dana tersebut
tidak tepat sasaran yang di akibatkan oleh adanya opnum-opnum yang tidak
bertanggung jawab.
C. Tantangan dan Penyebab Kegagalan Program Penanggulangan Kemiskinan
Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan
kegagalan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia yaitu adalah:
Program-program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung
berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Hal itu,
antara lain, berupa beras untuk rakyat miskin dan program jaring pengaman
sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan

24

persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk


pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan.
Program-program

bantuan

yang

berorientasi

pada

kedermawanan

pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat


miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan
untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan
ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak, programprogram bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam
penyalurannya.Alangkah lebih baik apabila dana-dana bantuan tersebut
langsung digunakan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM), seperti dibebaskannya biaya sekolah, seperti sekolah dasar (SD) dan
sekolah menengah pertama(SMP), serta dibebaskannya biaya- biaya
pengobatan di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas).
Kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu
sendiri sehingga program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan
pada isu-isu kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal.
Tantangan kemiskinan di Indoneisa sangat erat sekali hubungannya dengan
rendahnya tingkat Sumber Daya Manusia (SDM). Dibuktikan oleh
rendahnya mutu kehidupan masyarakat Indonesia meskipun kaya akan
Sumber Daya Alam (SDA).
Kesenjangan antara desa dan kota. Proporsi penduduk miskin di pedesaan
relatif lebih tinggi dibanding perkotaan.

25

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada tahun 1960-an keadaan masyarakat Indonesia pada saat orde
baru secara efektif mulai berjalan pada maret 1966 adalah berada sangat jauh
dibawah garis kemiskinan. Akan tetapi sebelum krisis ekonomi yang
bermula pada pertengahan tahun 1997, Indonesia telah berhasil
melaksanakan berbagai adaptasi dan penyesuaian dalam upaya untuk
mengurangi jumlah penduduk dari garis kemiskinan absolut. Kemiskinan
absolut yang merupakan kondisi di bawah pendapatan yang menjamin
kebutuhan dasar pangan, pakaian, dan perlindungan.
Penyebab munculnya kemiskinan dan ketidakmerataan di Indonesia
sangatlah beragam, seperti tingkat pendidikannya yang masih rendah,
adanya kasus penggelapan uang negara yang dilakukan oleh para penguasa,
tidak meratanya lapangan pekerjaan, rendahnya kinerja aparatur pemerintah,
dan lain sebagainya. Hal seperti inilah yang menyebabkan semakin
meningkatnya kemiskinan di Indonesia sehingga angka pengangguran,
kriminalitas, anak-anak yang putus sekolah, kesehatan yang buruk semakin
tinggi.
Untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan ketidakmertaan tersebut,
pemerintah dan pihak swasta membuat sebuah kebijakan untuk
menanggulangi hal tersebut. Seperti dengan dijadikannya masalah
kemiskinan sebagai kebijakan yang diprioritaskan didalam Rencana

26

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang diperinci didalam Rencana


Kerja Pemerintah (RKP).
Akan tetapi tidak semua program penanggulangan kemiskinan dapat
terencana secara cepat dan tepat, pasti selalu ada gangguan dan tantangnnya.
Seperti kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan
itu sendiri sehingga program-program pembangunan yang ada tidak
didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara
local serta terjadinya kesenjangan antar desa dan kota dimana tingkat
kemiskinan di desa relative lebih tinggi apabila dibandingkan dengan di kota.

27

DAFTAR PUSTAKA
Soemitro Remi, Sutyastie and Tjiptoherijanto, Prijono. KEMISKINAN DAN
KETIDAKMERATAAN DI INDONESIA. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA,
2002
W. Barcly, George., Munir, Rozy., Budiarto. Technique Of Population
Analysis. Teknik Analisa Kependudukan. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA,
1990
Bagoes Mantra, Ida. Demografi Umum.

Yogyakarta: PUSTAKA

PELAJAR, 2003
http://nursyafitriahcellow.blogspot.com/2013/02/masalah-kemiskinan-diindonesia.html diunduh pada hari Rabu, 26 November 2014 pukul 19.25
WIB.

28

Anda mungkin juga menyukai