Anda di halaman 1dari 2

Laporan Analisis

Kemiskinan di Kabupaten Maros


Tahun 2020

Nama : Sahran, SE., M.Si


Nip : 19740809 200903 1 003
Jabatan : Analis Program dan Kegiatan Sub Bidang Sosial Budaya
Kantor : Badan Pembangunan Perencanaan Daerah Kabupaten Maros

Masalah kemiskinan memang sama tuanya dengan usia kemanusiaan itu sendiri
dan implikasi permasalahannya dapat melibatkan berbagai segi kehidupan manusia.
Dengan kata lain bahwa kemiskinan ini merupakan masalah sosial yang sifatnya mendunia,
artinya masalah kemiskinan sudah menjadi perhatian dunia, dan masalah tersebut ada di
semua negara, walaupun dampak dari kemiskinan berbeda-beda. Walaupun begitu,
kadang-kadang kemiskinan sering tidak disadari kehadirannya sebagai masalah oleh
manusia yang bersangkutan. Bagi mereka yang tergolong miskin, kemiskinan adalah
sesuatu yang nyata ada dalam kehidupan mereka sehari-hari karena mereka merasakan
hidup dalam kemiskinan. Meskipun demikian belum tentu mereka sadar akan kemiskinan
yang mereka jalani. Kesadaran akan kemiskinan akan dirasakan ketika membandingkan
kehidupan yang sedang dijalani dengan kehidupan orang lain yang tergolong mempunyai
tingkat kehidupan ekonomi lebih tinggi. Hal ini menyulitkan pemerintah ketika akan
menentukan penduduk miskin, karena mereka (penduduk) sendiri tidak sadar akan
kemiskinannya. Selain itu, kemiskinan dapat dilihat sebagai masalah multidimensi karena
berkaitan dengan ketidakmampuan akses secara ekonomi, sosial, budaya, politik dan
partisipasi dalam masyarakat. Kemiskinan memiliki arti yang lebih luas dari sekedar lebih
rendahnya tingkat pendapatan atau konsumsi seseorang dari standar kesejahteraan terukur
seperti kebutuhan kalori minimum atau garis kemiskinan, akan tetapi kemiskinan memiliki
arti yang lebih dalam karena berkaitan dengan ketidakmampuan untuk mencapai aspek di
luar pendapatan (non income factors) seperti akses kebutuhan minimun; kesehatan,
pendidikan, air bersih, dan sanitasi. Kompleksitas kemiskinan tidak hanya berhubungan
dengan pengertian dan dimensi saja namun berkaitan juga dengan metode yang digunakan
untuk mengukur garis kemiskinan
Penanggulangan Kemiskinan selalu menjadi topik utama dalam setiap
perencanaan pembangunan, karena kemiskinan adalah permasalahan utama yang harus
dicari cara penyelesaiannya dan ditanggulangi secara sinergis dan sistematis melibatkan
semua unsur masyarakat, Pemerintah dan Badan Usaha. Kemiskinan bukan hanya menjadi
masalah perseorangan, tapi merupakan permasalahan semua pihak. Karena kemiskinan
berdampak sistemik, menyangkut segala sisi kehidupan. Sehingga jika tidak segera diatasi,
maka permasalahan kemiskinan tersebut akan memperparah permasalahan lain yang juga
sedang dalam penyelesaian. Sedemikian pentingnya program kegiatan yang berbasis pada
penanggulangan kemiskinan, sehingga Pemerintah menetapkan Kebiajkan Prioritas
Penanggulangan Kemiskinan dalam Pembangunan Nasional yang dituangkan di dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional 2005-2025.
Penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu upaya yang terus menerus
dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam satu dekade di era
reformasi ini. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah, baik dari
perbaikan kebijakan, penciptaan program penanggulangan kemiskinan, maupun melakukan
sinergi dengan multipihak dalam mendorong percepatan penanggulangan kemiskinan.
Pemecahan masalah kemiskinan perlu didasarkan pada pemahaman suara
masyarakat miskin itu sendiri dan adanya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan
terhadap hak-hak dasar mereka, yaitu hak sosial, budaya, ekonomi dan politik.
Middle Income Trap (MIT) atau perangkap pendapatan menengah suatu istilah
yang menggambarkan situasi suatu negara yang berpenghasilah relatif tinggi dan
dipandang menjanjikan karena catatan pertumbuhan ekonominya yang baik, ternyata
mengalami kegagalan untuk bertransisi menuju keadaan dimana penghasilan menjadi lebh
tinggi. Secara sederhana hal sudah menjadi gambaran perkembangan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat bangsa Indonesia. Pertumbuhan ekonomi selama periode 10
tahun terakhir menunjukkan grafik kenaikan namun disisilain, inflasi dan nilai tukar mata
uang rupiah semakin melemah. Peningkatan daya beli masyarakat sebagai pengaruh
peningkatan pendapatan perkapita, seyogyanya dapat menjadi pendorong menguatnya
perindustrian sehingga ekspor dan devisa mengalami peningkatan dan lapangan kerja
semakin lapang karena pengaruh dinamika peningkatan pertumbuhan dan aktifitas
ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai