4.1. PERMASALAHAN
4.1.1. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
1. Turunnya Laju Pertumbuhan Ekonomi
Dalam lima tahun terakhir, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Nunukan menunjukkan besaran yang fluktuatif. Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nunukan pada tahun 2020 minus
0,96 persen. Realisasi PDRB ini turun secara signifikan dibandingkan tahun 2019
yang tumbuh sebesar 6,75 persen. Capaian ini merupakan yang terburuk
setidaknya dalam sepuluh tahun terakhir. Kontraksi ekonomi sebagai dampak
negatif pandemi Covid-19 yang terjadi di kabupaten ini sejalan dengan besaran
pertumbuhan ekonomi di sejumlah wilayah di Indonesia bahkan nasional dan
global. Menurunnya laju pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan akibat dari
B. Kesehatan
Berdasarkan data dan hasil fokus discussion group, derajat kesehatan
masyarakat Kabupaten Nunukan terlihat masih cukup rendah. Hal ini
dimungkinkan karena fasiltas kesehatan belum dapat dirasakan secara optimal
dan menyeluruh oleh masyarakat, masih kurangnya kesadaran serta penerapan
perilaku hidup bersih dan sehat oleh sebagian masyarakat, dan belum optimalnya
pelaksanaan kegiatan keluarga berencana. Dengan adanya pandemi Covid-19 ini
juga berpengaruh pada semua aspek termasuk bidang kesehatan.
Wilayah Kabupaten Nunukan berbatasan secara langsung dengan Negara
Malaysia Timur-Sabah, Negara Malaysia Timur-Serawak, Kabupaten Bulungan
dan Kabupaten Malinau. Topografi Kabupaten Nunukan yang cukup bervariasi
berupa kawasan perbukitan dan pegunungan, menyebabkan masyarakat sulit
menjangkau fasilitas kesehatan. Hal ini juga disebabkan karena penyebaran
penduduk yang kurang merata, terutama pada daerah pedesaan, terpencil dan
perbatasan. Pemukiman padat hanya pada daerah tertentu (kota). Sehingga
masyarakat daerah tertentu sulit menjangkau fasilitas kesehatan (puskesmas dan
rumah sakit). Kondisi geografis ini juga menyebabkan tenaga kesehatan banyak
yang memilih bertugas di daerah tertentu saja, di samping alasan keluarga
(menikah). Distribusi tenaga kesehatan yang kurang merata, ketersediaan jumlah,
jenis dan kualitas tenaga kesehatan menjadi salah satu penyebab belum
optimalnya pelayanan kesehatan. Di samping itu, terkait infrastruktur seperti
akses menuju lokasi fasilitas kesehatan, jaringan internet, listrik, dan lain-lain,
juga dapat menghambat program kesehatan mulai dari promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif.
Peran serta masyarakat baik individu perorangan, keluarga maupun
organisasi atau kelembagaan mempunyai pengaruh pada keberhasilan
pembangunan kesehatan. Sebagian masyarakat Kabupaten Nunukan masih
kurang akan kesadaran dan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. Literasi
2. Penataan Ruang
Permasalahan utama penataan ruang adalah rendahnya ketaatan terhadap
RTRW. Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) berfungsi sebagai pedoman dam
pembangunan dan pengembangan wilayah, oleh karena itu RTRW harus selalu
ditaati, diimplementasikan dengan baik supaya tidak terjadi penyimpangan dalam
pemanfaatan ruang. Terjadinya penyimpangan dapat berdampak pada
munculnya konflik sosial, ekonomi maupun lingkungan. Belum optimalnya
implementasi pemanfaatan rencana stuktur ruang dan pola ruang merupakan
permasalahan yang dihadapi Kabupaten Nunukan. Terjadinya pelanggaran
maupun konflik pemanfaatan ruang menyebabkan proses pembangunan dan
kelangsungan pembangunan terhambat.
Beberapa indikator lain di bidang penataan ruang juga masih
menunjukkan kinerja yang kurang. Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas
wilayah ber HPL/HGB masih 0,47 (yang ber HPL) dan 0,005 (yang ber HGB) yang
mengindikasikan kondisi yang tidak optimal. Sementara itu rasio bangunan ber-
IMB per satuan bangunan menunjukkan perkembangan dengan nilai 24,65
persen pada tahun 2020 dan merupakan angka tertinggi pada kurun waktu 5
tahun terakhir. Angka tersebut mengindikasikan masih banyaknya bangunan
yang tidak ber IMB.
F. Sosial
Permasalahan urusan sosial yang utama adalah belum optimalnya
perlindungan sosial. Perlindungan sosial yang belum optimal ini disebabkan oleh
adanya bantuan sosial yang tidak tepat sasaran. Bantuan yang tidak tepat
sasaran ini disebabkan oleh belum optimalnya sistem pelaksanaan perlindungan
sosial. Belum optimalnya sistem pelaksanaan perlindungan sosial dapat dilihat
dari belum optimalnya proses verifikasi dan validasi data fakir miskin dan orang
tidak mampu dan kurangnya SDM pelaksana. Belum optimalnya proses verifikasi
dan validasi data fakir miskin dan orang tidak mampu mengakibatkan bantuan
perlindungan sosial yang diberikan menjadi tidak tepat sasaran. Fakir miskin,
anak terlantar masih menjadi permasalahan sosial yang akan muncul jika tidak
D. Pertanahan
Persoalan sengketa tanah masih mewarnai urusan pertanahan di
Kabupaten Nunukan. Sengketa tanah terjadi akibat sertifikasi tanah yang tidak
jelas yang melibatkan pemerintah, masyarakat umum dan pihak swasta.
Penyelesaian kasus sengketa tanah baru mencapai 24,78 persen pada tahun
2020. Angka tersebut tentunya menyisakan persoalan sengketa tanah yang makin
bertambah. Rumitnya persoalan tanah mengakibatkan sengketa tanah tidak
mudah dan tidak cepat diselesaikan. Adanya kewenangan pusat pada peruntukan
lahan tertentu berdampak pada upaya penyelesaian sengketa tanah harus diurus
sampai level pusat. Ketiadaan system data base pertanahan semakin mempersulit
penyelesaian sengketa tanah.
E. Lingkungan Hidup
Permasalahan yang masih dihadapi yaitu masih rendahnya kualitas
sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Hal ini disebabkan karena masih terjadi
pencemaran lingkungan. Selain itu dampak perubahan iklim merupakan
permasalahan penting lain yang harus diantisipasi. Dampak yang ditimbulkan
dari adanya perubahan iklim tidak terjadi secara instan, pengamatan terhadap
I. Perhubungan
Permasalahan perhubungan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1)
belum berkembangnya moda transportasi secara terpadu, 2) belum optimalnya
layanan prasarana pendukung dan 3) belum optimalnya pemanfaatan prasarana
pendukung transportasi. Secara rinci permasalahan tersebut dijelaskan sebagai
berikut.
1. Belum berkembangnya moda transportasi secara terpadu
Perkembangan moda transportasi belum menunjukkan adanya
keterpaduan. Ketersediaan dan layanan transportasi umum masih terbatas,
terlihat dari terus menurunnya jumlah arus penumpang dan terbatasnya jumlah
dan rute angkutan darat. Hal ini diduga karena meningkatnya penggunaan
angkutan pribadi (sepeda motor) dan layanan on-line serta belum terlaksananya
sistem angkutan terjadwal yang dapat memberikan kepastian layanan.
L. Penanaman Modal
Kegiatan penanaman modal di Kabupaten Nunukan hingga kini masih
belum menunjukkan kinerja yang memadai meskipun telah menunjukkan
perkembangan. Hal itu terlihat dari masih rendahnya realisasi kumulatif nilai
investasi baik PMDN maupun PMA dan masih rendahnya daya saing terkait
dengan kegiatan investasi. Dilihat dari capaiannya pada tahun 2020, besaran
realisasi kumulatif nilai investasi baik Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN)
maupun Penanam Modal Asing (PMA) di Kabupaten Nunukan tercatat paling
rendah dibanding empat kabupaten lainnya di Provinsi Kalimantan Utara.
Investasi swasta yang dominan masih terbatas pada sektor/komoditi tertentu di
sektor primer yang berbasis sumber daya alam, yaitu sektor pertambangan dan
penggalian dan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Sedangkan
berdasarkan komoditi, tujuan investasi adalah di komoditi batubara, kelapa sawit,
dan komoditi ikan tangkap dimana ketiganya sebagian besar untuk pasar luar
daerah dan luar negeri.
Rendahnya nilai investasi yang terjadi disebabkan oleh berbagai faktor
penghambat iklim investasi yang menurunkan daya saing investasi daerah.
Pertama adalah dari aspek geografis dimana kawasan pemukiman masyarakat
menyebar di kawasan berhutan-hutan belantara dan di pulau-pulau. Rendahnya
aksesibilitas antar wilayah ini menyebabkan biaya pembangunan sarana
prasarana untuk menunjang aksesibilitas dan konektivitas menjadi mahal.
Kedua, mahalnya biaya investasi infrastruktur menyebabkan belum meratanya
penyediaan jaringan infrastruktur khususnya jalan, telekomunikasi dan listrik.
N. Statistik
Permasalahan dalam urusan statistik adalah optimalnya pengumpulan,
pengelolaan, analisis dan diseminasi data statistik sektoral berdasarkan urusan
di Perangkat Daerah Kabupaten Nunukan. belum terintegrasinya sistem data dan
statistik pada semua perangkat daerah. Permasalahan lain adalah belum
optimalnya pengelolaan satu sistem terintegrasi antara data statistik dasar dan
data statistik sektoral yang dapat digunakan sebagai penyediaan data statistik
daerah untuk perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Nunukan.
P. Kebudayaan
Permasalahan urusan kebudayaan adalah belum optimalnya
pengembangan kebudayaan. Belum optimalnya pengembangan kebudayaan ini
disebabkan oleh dua hal yakni, belum optimalnya pembinaan seni dan budaya
dan belum optimalnya pengelolaan cagar budaya. Belum optimalnya pembinaan
seni dan budaya disebabkan oleh lemahnya lembaga kesenian yang ditandai
dengan tidak adanya sarana penyelenggaraan seni dan budaya selama lima tahun
terakhir ini, seperti gedung kesenian. Lemahnya lembaga kesenian ini disebabkan
oleh kurangnya regenerasi melalui organisasi kesenian, yang ditandai dengan
menurunnya jumlah sanggar tari seiring dengan kelulusan pelajar karena anggota
sanggar tari didominasi pelajar.
Sementara belum optimalnya pengelolaan cagar budaya disebabkan oleh
belum terinventarisirnya cagar budaya dengan merata khususnya di wilayah
daratan Nunukan. Cagar budaya belum terinventarisir secara merata khususnya
di wilayah daratan Nunukan disebabkan oleh belum adanya program pendataan
cagar budaya.
Q. Perpustakaan
Rendahnya literasi masyarakat menjadi salah satu penanda bahwa budaya
membaca belum menjadi bagian penting bagi masyarakat. Tingkat literasi yang
rendah disebabkan oleh kurangnya minat dan kesadaran masyarat untuk
membaca dan belum optimal kualitas pelayanan perpustakaan. Kurangnya minat
dan kesadaran masyarakat untuk membaca disebabkan oleh kurang optimalnya
gerakan sosialisasi membaca. Sementara belum optimalnya kualitas pelayanan
perpustakaan disebabkan oleh terbatasnya jumlah pustakawan dan belum
diterapkannya perpustakaan yang inovatif.
B. Pertanian
a. Pertanian Tanaman Pangan
1. Ketersediaan sumber daya lahan yang lestari dan berkelanjutan
Sumber daya lahan yang sangat luas dengan berbagai jenis lahan yang
pada umumnya mempunyai tingkat kesuburan yang baik dengan kandungan
b. Komoditas Perkebunan
1. Terjadinya kerusakan pada perkebunan komoditas penyegar seperti kakao
dan kopi
Kerusakan tanaman kakao sebagai akibat tanaman sudah tua dan tidak
dilakukannya pemeliharaan kebun dengan baik oleh petani seperti peremajaan
atau tindakan lain untuk mempertahankan kesehatan dan produksi tanaman
kakao. Tanaman kakao berproduksi efektif sampai dengan urur 25-30 tahun,
setelah itu perlu dilakukan peremajaan dengan berbagai pola. Peremajaan kebun
kakao memerlukan investasi yang besar dengan mengembangkan klon-klon
kakao baru yang bersifat tahan terhadap hama dan penyakit, berumur genjah dan
produktivitas tinggi. Hal ini dapat dilaksanakan apabila ada dukungan
pemerintah daerah karena diperlukan penguatan-penguatan di berbagai lini.
2. Terjadinya alih komoditas dari kakao ke kelapa sawit rakyat
Perkebunan kakao sudah berkembang cukup lama sebelum Kabupaten
Nunukan dideklarasikan, sehingga tanaman kakao ini sudah tua dan rusak
akibat serangan hama dan penyakit penting pada tanaman kakao sehingga total
produksi kakao pada tahun 2020 turun sangat drastis. Hal tersebut
menyebabkan petani memilih mengganti tanaman kakao yang rusak dengan
tanaman kelapa sawit sebagai kelapa sawit rakyat, dengan pertimbangan
pemeliharaan lebih mudah dibanding kakao.
3. Belum ditetapkan komoditas potensial, andalan atau unggulan baru dari
sektor perkebunan
Dari data yang ada tercatat banyak komoditas perkebunan yang potensial
dikembangkan disamping kelapa sawit, seperti kopi, lada, jeruk lemon California
pengganti jeruk keprok yang rusak, yang bisa diarahkan menjadi komoditas
andalan bahkan unggulan
c. Sektor Peternakan
Dari catatan Angka Kecukupan Gizi disebutkan bahwa AKG masih rendah
khususnya tingkat konsumsi daging masih rendah. Sampai saat ini kebutuhan
daging untuk masyarakat lebih banyak didatangkan dari luar daerah dikarenakan
sektor peternakan ruminasia belum berkembang dengan baik. Permasalahan
utama di sektor peternakan khususnya peternakan sapi antara lain:
1. Populasi dan perkembangan populasi ternak sapi yang masih rendah
Dari data yang dihimpun menunjukkan bahwa populasi sapi masih sangat
rendah, meski bila dilihat dari jenisnya sapi yang dipelihara adalah sapi unggul
seperti Limousin, Metal, namun tingkat reproduksinya rendah, sehingga
peftumbuhan populasinya rendah
2. Sistem pengelolaan atau manajemen ternak yang semi liar
Pemeliharaan sapi selama ini tidak ada yang menggunakan sistem kendang
atau ranch, tetapi dibiarkan hidup liar atau semi liar dengan mencari pakan
sendiri. Keadaan seperti ini ternyata mempengaruhi pertambahan jumlah sapi
karena dengan diliarkan sulit untuk dilakukan inseminasi buatan (IB).
3. Tidak tersedia padang penggembalaan atau padang rumput sumber pakan
ternak
Belum ada padang penggembalaan ternak yang dibangun, termasuk
budidaya hijauan pakan ternak belum ada.
4. Banyaknya gangguan kesehatan hewan ternak khususnya penyakit
menular hewan (PMH)
Ternak sapi ternyata memiliki banyak macam penyakit yang dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembang-biakannya. Masalah ini belum
dilakukan identifikasi dan inventarisasi dikarenakan keterbatasan tenaga ASN di
Dinas Peternakan, sehingga aktivitas pendataan masih banyak mengalami
hambatan.
C. Kehutanan
Meningkatnya degradasi dan deforestasi menjadi salah satu permasalahan,
meskipun bukan menjadi urusan kewenangan pemerintah kabupaten. Kondisi ini
mengisyaratkan ekosistem hutan yang terjaga dan lestari belum terwujud.
Kawasan hutan yang dimiliki Kabupaten Nunukan saat ini adalah 917.281,95 Ha
yang dikelola oleh KPHL Krayan, KPHP Lumbis dan KPHP Nunukan. Akan tetapi
indeks kualitas tutupan lahan di area hutan semakin lama semakin menurun
karena terjadinya degradasi dan deforestasi hutan yang semakin meningkat.
Angka deforestasi tahun 2020 sebesar 2.460 Ha/tahun. Hal ini sebabkan berbagai
hal yaitu adanya tumpang tindih pemanfaatan kawasan hutan dari berbadai
bidang seperti pertanian, perkebunan dan pertambangan baik legal maupun
illegal. Kondisi ini menyebabkan konflik pemanfaatan kawasan hutan juga
semakin tinggi antar sektor. Hal ini dapat dilihat dari adanya perkebunan sawit
di dalam kawasan hutan, rendahnya kesadaran perusahaan terhadap pengelolaan
sumber daya alam yang berwawasan lingkungan, adanya pemukiman di kawasan
hutan, dan adanya kegiatan budidaya pertanian dalam kawasan hutan,
Selain itu angka illegal logging yang masih tinggi juga menjadi penyebab
meningkatnya degradasi dan deforestasi kawasan hutan. Hal ini karena saat ini
E. Perdagangan
Tantangan paling berat di sektor perdagangan adalah fakta bahwa sebagian
besar wilayah Kabupaten Nunukan berada di kawasan hutan dan berbatasan
dengan negeri Malaysia. Banyaknya pemukiman warga yang dipisahkan oleh
perbukitan dan hutan lebat yang lokasinya jauh dari pusat kegiatan ekonomi yang
berada di pesisir pantai maupun pulau menyebabkan transportasi darat sulit
menjangkaunya. Bahkan tak jarang, kebutuhan komiditi tertentu didatangkan
melalui transportasi udara sehingga harga barang menjadi mahal. Selain itu,
sebagian kebutuhan pokok masyarakat didatangkan dari luar daerah terutama
Provinsi Kalimantan Timur sehingga rantai pasok barang semakin panjang,
terlebih ketika barang itu sampai di wilayah perbatasan dimana harganya akan
semakin tinggi dibandingkan dengan di wilayah perkotaan.
Sekitar 70 hingga 80 persen barang-barang kebutuhan masyarakat di
Kabupaten Nunukan didatangkan dari Malaysia seperti gula, LPG, minyak, dan
berbagai barang kebutuhan lainnya. Harga barang dari Malaysia jauh lebih murah
apabila dibandingkan dengan barang-barang lokal (dalam negeri). Saat ini akses
menuju dan/atau dari kawasan perbatasan secara umum menggunakan
F. Perindustrian
Kegiatan usaha sektor perindustrian masih didominasi industri skala
mikro dan kecil. Sedangkan industri menengah dan besar masih sangat sedikit
jumlahnya dan bergerak di pengolahan hasil komoditi sektor primer terutama
kelapa sawit dan perikanan tangkap. Industri kecil dan mikro masih belum
memiliki daya saing dan ketahanan bisnis untuk melakukan kegiatan ekonomi
secara berkesinambungan. Hal tersebut terlihat dari jumlah industri kecil sangat
dinamis, dimana hal ini terlihat dari fluktuasi jumlah industri mikro dan kecil
yang meningkat dengan signifikan pada saat kondisi ekonomi sedang baik dan
kemudian dapat menurun dengan jumlah signifikan pula pada saat resesi.
Kondisi tersebut akan berpengaruh pada belum optimalnya kesehatan usaha para
G. Transmigrasi
Pelaksanaan transmigrasi belum dapat dilaksanakan seperti yang
diharapkan. Para transmigran banyak yang meninggalkan lahan garapan
terutama mereka yang mendapatkan lahan yang kurang produktif. Hal tersebut
disebabkan sebagian transmigran tidak mampu mengolah lahan pasang surut
karena keterbatasan pengetahuan dan peralatan. Untuk mengolah lahan pasang
surut diperlukan teknik yang berbeda dibanding lahan tadah hujan, apalagi lahan
sawah beririgasi. Padahal tidak semua petani memiliki pengalaman mengolah
lahan pasang surut karena di daerah asalnya lahan yang mereka garap
kebanyakan lahan tadah hujan. Selain kurangnya kemampuan transmigran
A. Perencanaan Pembangunan
Penyelenggaraan pemerintahan dengan tata kelola yang baik juga perlu
didukung oleh sistem perencanaan daerah yang komprehensif dan berkualitas.
Kabupaten Nunukan masih menghadapi kendala adanya keterbatasan dan
lemahnya data serta masih adanya keberagaman acuan perencanaan yang harus
dipedomani, sehingga kualitas dokumen perencanaan belum optimal, sehingga
antar dokumen perencanaan kurang konsisten, yang menjadikan kurang
optimalnya kualitas mekanisme perencanaan dari desa hingga tingkat daerah.
B. Keuangan
Salah satu permasalahan dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah
terkait dengan kebijakan pengelolaan keuangan daerah yang dikaitkan dengan
penerapan good governance, dimana salah satu indikator penyelenggaraan
otonomi daerah tersebut adalah peningkatan kemampuan pendapatan asli daerah
(PAD). Setidaknya dalam lima tahun terakhir, permasalahan terkait dengan
pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Nunukan adalah belum optimalnya
pengelolaan keuangan daerah yang ditunjukkan dengan belum tercapainya
E. Pengawasan
Guna mencapai sistem pemerintahan yang bersih diperlukan sistem
pengawasan dan sistem akuntabilitas yang memadai. Dari sisi sistem
akuntabilitas masih terjadi rendahnya kualitas pengawasan APIP, sehingga
pengawasan belum optimal, menimbulkan peningkatan kasus ketidaksesuaian
dengan ketentuan, menjadikan belum optimalnya penerapan sistem akuntabilitas
kinerja. Kabupaten Nunukan juga masih menghadapi kendala rendahnya
penerapan SPIP, sehingga terjadi rendahnya tindak lanjut temuan, yang
menjadikan rendahnya tingkat pengawasan. Akibat dari permasalahan
pengawasan dan akuntabilitas yang belum dapat berjalan secara optimal ini
menjadikan belum tercapainya pemerintahan yang bersih.
2. Iklim Berinvestasi
Infrastruktur yang belum memadai merupakan permasalahan utama bagi
Kabupaten Nunukan yang mempengaruhi rendahnya iklim berinvestasi. Padahal,
ketersediaan infrastruktur merupakan prasyarat utama bagi investor untuk
berinvestasi karena berpengaruh terhadap biaya produksi dan aktivitas rantai
pasok produksi dan pemasaran. Kondisi infrastruktur saat ini masih relatif
rendah dibandingkan daerah lainnya di Pulau Kalimantan yang terlihat dari
kurangnya ketersediaan infrastruktur ekonomi seperti energi (listrik dan BBM),
telekomunikasi dan informasi, transportasi, logistik, dan pelabuhan. Selain itu,
infrastruktur dasar juga belum optimal yang terlihat dari rendahnya aksesibilitas
dan konektivitas antar wilayah. Aksesibilitas wilayah yang rendah menjadi
penanda infrastruktur dasar belum memadai khususnya di wilayah yang berada
di pegunungan, pedalaman dan perbatasan negara. Konektivitas antar wilayah
yang rendah disebabkan karena infrastruktur transportasi darat belum dapat
bekerja secara optimal. Hal ini diperparah dengan ketaatan terhadap RTRW yang
masih lemah sehingga banyak kawasan hunian maupun komersial baru tidak
sesuai dengan ketersediaan infrastruktur dasar.
Pada sisi lain, stabilitas dan keamanan merupakan salah satu prasyarat
utama tumbuhnya iklim investasi. Jika keamanan terjaga dengan baik, maka
E. Bencana Pandemi
Sejak setahun terakhir ini terjadi bencana pandemi Covid19 yang melanda
seluruh dunia, yang menimbulkan disrupsi pada kehidupan manusia dan
mengakibatkan aktivitas ekonomi terhenti dan terjadi resesi. Bagi Kabupaten
Nunukan bencana pandemi Covid-19 yang cukup dirasakan adalah terputusnya
mata rantai pasokan barang dan jasa, khususnya di wilayah perbatasan negara.
Kemiskinan diperkirakan akan meningkat di tahun mendatang, angka
pengangguran meningkat, perumbuhan ekonomi daerah akan melambat. Kondisi
ini perlu menjadi pertimbangan penting bagi pemerintah daerah untuk
melakukan reorientasi perencanaan pembangunan lima tahun mendatang.
Pandemi Covid-19 merupakan bencana yang muncul secara tidak terduga
dan tidak pernah diperkirakan sebelumnya. Pendemi sudah berjalan lebih darai
satu tahun namun belum menunjukkan kondisi yang membaik, kemungkinna
pandemi masih akan berlangsung beberapa tahun ke depan. Kondisi pandemi
Covid-19 ini akan membawa dampak cukup besar bagi berbagai program
pembangunan yang direncanakan, selanjutnya berpengaruh terhadap pencapaian
sasaran dan target RPJMD tahun 2021-2026 maupun RPJPD tahun 2005-2025.
Pada skala makro sasaran ekonomi akan mengalami penurunan, ini akan
berdampak pada berbagai sektor pembangunan lainnya. Realitas yang dihadapi
saat ini menjadi penting artinya untuk diperhatikan dalam menyusun RPJMD.
b. Pendidikan
Aktivitas pendidikan merupakan salah satu urusan pembangunan yang
mengalami dampak secara langsung akibat adanya pandemi Covid-19.