Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SEMAKIN MENINGKATNYA ANGKA KEMISKINAN

GURU :

RUAIDAH LAOBU S,PD

DI SUSUN OLEH :

LIDIA FEBRIANI

MUH. FARHAN

NUR AFIFAH ZAHRA

NUR HIKMAH LESTARI

NURFADILLAH PUTRI AYU

SAGITA PUTRI

SMAN 13 KONAWE SELATAN TAHUN 2022/2023

KATA PENGANTAR

Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang tidak hanya menyangkut


masalah pendapatan. Masalah lain, seperti kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang
dan jasa, lokasi, kondisi geografis, gender, dan kondisi lingkungan merupakan dimensi-
dimensi kemiskinan yang juga memengaruhi kondisi seseorang atau rumah tangga dalam
status kemiskinan. Dalam rangka meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan
kemiskinan, pemerintah kota salatiga telah menerbitkan keputusan walikota salatiga nomor
054- 05/205/2017 tentang tim koordinasi penanggulangan kemiskinan (tkpk), sekretariat
tkpk, kelompok kerja (pokja) tkpk, dan kelompok program (pokgram) tkpk. Berdasarkan
keputusan walikota salatiga nomor 054-05/205/2017 tersebut diatas, tim koordinasi
penanggulangan kemiskinan (tkpk) kota salatiga telah melaksanakan kegiatan koordinasi
dalam rangka percepatan program penanggulangan kemiskinan yang hasilnya dapat
dimanifestasikan dalam penyusunan laporan kinerja tim koordinasi penanggulangan
kemiskinan kota salatiga tahun 2018. Laporan ini memberikan informasi mengenai kondisi
umum kemiskinan di kota salatiga termasuk didalamnya adalah perkembangan tingkat
kemiskinan di kota salatiga, kebijakan penanggulangan kemiskinan, program
penanggulangan kemiskinan dan pelaksanaan koordinasi penanggulangan kemiskinan.
Disamping itu, dalam laporan ini juga memuat permasalahan yang muncul berkaitan dengan
pelaksanaan program penanggulanan kemiskinan dan rekomendasi dalam rangka
menyelesaikan permasalahan yang ada. Dengan tersusunnya laporan ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi seluruh pemangku kepentingan dan menjadi acuan dalam perumusan
kebijakan dan program-program yang dapat menjamin percepatan penanggulangan
kemiskinan.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam kekurangan uang
dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain seperti tingkat kesehatan,
pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, terhadap ancaman tindak
kriminal, ketidakberdayaannya dalam menentukan jalan hidupnya sendiri (Suryawati,
2005). Selain itu kemiskinan juga disebabkan karena banyaknya penduduk yang
mempunyai keterbatasan akan akses terhadap pelayanan dasar seperti keterbatasan
akses modal, sarana produksi, pemasaran, peningkatan kuantitas dan kulitas produk,
sanitasi, pengaruh eksternal seperti fluktuasi harga BBM, tarif dan regulasi lain yang
menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa serta semakin terbatasnya kemampuan
penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Jika dilihat dari segi ekonomi
penyebab kemiskinan seperti rendahnya pendapatan, keterbatasan lapangan pekerjaan,
lambatnya pertumbuhan ekonomi dan rendahnya tingkat pendidikan.

Kemiskinan juga dipahami sebagai ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar dan perbedaan
perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara
bermartabat. Disamping kebutuhan-kebutuhan dasar yang belum terpenuhi, kondisi kemiskinan
juga didukung oleh ketidakmampuan untuk memperoleh kebebasan dalam memilih dan
berpartisipasi. Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang tidak hanya menyangkut
masalah pendapatan. Masalah lain, seperti kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan
jasa, lokasi, kondisi geografis, gender, dan kondisi lingkungan merupakan dimensi-dimensi
kemiskinan yang juga memengaruhi kondisi seseorang atau rumah tangga dalam status
kemiskinan. Salah satu dimensi penting yang menjadi perhatian banyak pihak adalah dimensi
pengeluaran atau konsumsi. Pendekatan tersebut sering juga disebut dengan kemiskinan
absolut, dimana seseorang atau satu rumah tangga dikatakan miskin jika ia tidak mampu
memenuhi satu tingkat konsumsi minimum yang terdiri dari konsumsi makanan dan non
makanan yang dianggap esensial dan diperlukan selama jangka waktu tertentu. Tingkat
konsumsi minimum menjadi batas (tresshold) yang menentukan seseorang tergolong miskin
atau tidak, atau yang sering disebut dengan garis kemiskinan. Dalam dimensi yang lain dapat
dikemukakan bahwa seseorang yang tergolong miskin juga tidak memiliki kapabilitas untuk
hidup dengan kondisi kesehatan dan pendidikan yang layak serta menjalankan fungsinya dengan
baik. Perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah membawa implikasi
terhadap semakin mendesaknya upaya-upaya untuk mengatasi kemiskinan.

Indikasi dari kemiskinan dapat dilihat dari kenyataan seperti ketidaktersediaannya air bersih, gizi
buruk, rendahnya pendidikan, banyaknya pengangguran dan lain-lain. Permasalahan kemiskinan
di berbagai negara, khususnya negara sedang berkembang, telah menarik perhatian khusus bagi
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dengan berkomitmen menghapus kemiskinan melalui
program Sustainable Development Goals (SDGs). Program tersebut dijabarkan ke dalam
17vpoint pokok yang ingin dicapai pada tahun 2030, yaitu meliputi (1)Tanpa Kemiskinan, (2)
Tanpa Kelaparan, (3) Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan, (4) Pendidikan Berkualitas, (5)
Kesetaraan Gender, (6) Air Bersih dan Sanitasi, (7) Energi Bersih dan Terjangkau, (8)
Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak, (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur, (10)
Mengurangi Kesenjangan, (11) Keberlanjutan Kota dan Komunitas, (12) Konsumsi dan Produksi
Bertanggung Jawab, (13) Aksi Terhadap Iklim, (15) Kehidupan di Darat, (16) Institusi Peradilan
yang Kuat dan Kedamaian, (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan (Sutopo, 2014).

Kemiskinan menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus
perhatian bagi pemerintah Indonesia. Sudah lebih dari setengah abad Indonesia dalam
kemiskinan. Dibandingkan dengan negara lain Indonesia masih jauh dari harapan kemakmuran
dan kesejahteraan. Dibandingkan dengan negara tetangga Singapura, dahulunya pada awal
kemerdekaannya tahun 1965 Singapura memiliki masalah yang kompleks. Namun pada masa
sekarang ini Singapura menjadi negara dengan pendapatan per kapita tertinggi ketiga di dunia.
Berbeda dengan Indonesia setelah berjalannya waktu perekonomian Indonesia masih berada
pada negara berkembang. Masalah kemiskinanini sangatlah kompleks dan bersifat
multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya.
Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di belahan dunia, khususnya Indonesia yang
merupakan negara berkembang. Kemiskinan telah membuat jutaan anak tidak bisa mengenyam
pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan investasi, meningkatnya
angka penagngguran, danjumlah penduduk yang tidak terbendung jumlahnya. Namun dalam
lima tahun terakhir, tingkat kemiskinan di Sumatera Barat cenderung turun. Dapat kita lihat pada
grafik berikut ini

Berdasarkan gambar 1.1 dapat diketahui bahwa dari tahun 2010-2014 terlihat adanya
kecenderungan penurunan tingkatkemiskinandi Sumatera Barat. Pada tahun 2010tingkat
kemiskinan diSumatera Barat adalah9,44%kemudian di tahun 2011mengalami penurunanyaitu
sebesar 8,99%. Pada tahun 2012 tingkat kemiskinan diSumatera Barat mengalami penurunanlagi
mencapai 8%, selanjutnya pada tahun 2013 tingkat kemiskinan di Sumatera Barat kembali
mengalami penurunan yaitu sebesar 7,56%dantahun berikutnya mengalami penurunan lagi yaitu
6,89 % padatahun 2014.

Umumnya penyebab kemiskinan berasal dari sifat malas masyarakat untuk berusaha dan tingkat
pendidikan yang rendah. Tingkat kesejahteraan di kabupaten/kota di Sumatera Barat masih
belum merata dan tergolong tinggi. Terdapat enam kabupaten yang tergolong tingkat
kemiskinan cukup tinggi yaitu, kepulauan Mentawai, kabupaten Dharmasraya, kabupaten Solok
Selatan, kabupaten Pasaman, kabupaten solok, dan kabupaten Padang Pariaman. Keenam
kabupaten ini memiliki tingkat kemiskinan diatas 9%. Dari keseluruhan kabupaten kota di
Sumatera Barat, kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki angka tertinggi kemiskinan dengan
14,96%.

Selain itu faktor lainnya yang mempengaruhi kemiskinan adalah pengangguran. Jika dilihat
semakin berlangsungnya waktu kesempatan kerja bagi tenaga kerja berkurang. Sempitnya
kesempatan kerja menyebabkan semakin bertambahnya angka pengangguran. Sehingga
menyebabkan meningkatnya angka kemiskinan. Dalam lima tahun terakhir dapat kita lihat
tingkat pengangguran terbuka dalam gambar berikut ini:

dari tahun 2010-2014 terlihat adanya fluktuasi tingkat penganggurandi Sumatera Barat. Pada
tahun 2010pengangguranSumatera Barat mencapai 6,95% kemudian di tahun 2011 mengalami
peningkatanyaitu 7,52%. Pada tahun 2012 tingkat pengangguran terbuka di Sumatera
Baratmengalamipenurunanyaitu6,21%, namun pada tahun 2013 pengangguran terbuka
diSumatera Barat kembali mengalami kenaikan yaitu 6,97% dantahun berikutnya mengalami
penurunan lagi dan hanya mencapai 6,18% di tahun 2014. Angka ini menenpatkan Sumatera
Barat sebagaiprovinsi dengan tingkat pengangguran terbuka paling tinggi ke 9 dimana tingkat
pengangguran terbuka Sumatera Barat masih jauh diatas rata-rata Nasional dengan 5,92%.
Terdapat kabupaten kota dengan tingkat pengangguran terendah di Sumatera Barat yaitu
kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Solok, kabupaten Pasaman, kabupaten
Dharmasraya, kabupaten Lima Puluh Kota dan kota Bukittinggi. Sedangkan daerah yang memiliki
tingkat pengangguran terbuka tertinggi di Sumatera Barat adalah Kota Padang dan terendah
adalah kabupaten Lima Puluh Kota. Selain itu faktor lainnya yang mempengaruhi kemiskinan
adalah pendidikan. Tingkat pendidikan di Sumatera Barat dalam kondisi baik dibandingkan
dengan angka nasional. Sumatera Barat mempunyai angka rata-rata lama sekolah baik,namun
dalam kenayataannya masih banyak terdapat kemiskinan di Sumatera Barat. Berikut ini adalah
gambaran lama sekolah pendudukSumatera Barat lima tahun terakhir:

dari tahun 2010-2014 terlihat adanya peningkatan lama sekolah pendudukdi Sumatera Barat.
Pada tahun 2010lama sekolah penduduk Sumatera Barat yaitu 8,13 tahunkemudian di tahun
2011mengalami peningkatanyaitu 8,20tahun. Pada tahun 2012 lama sekolah pendudukdi
Sumatera Baratmengalami peningkatan lagimencapai 8,27 tahun. Selanjutnya pada tahun 2013
lama sekolah pendudukSumatera Barat kembali mengalami kenaikkan yaitu sebesar 8,28
tahundantahun berikutnya mengalami peningkatanlagimencapai 8,29 tahundi tahun 2014. Masa
atau waktu rentang penduduk dalam bersekolah mempengaruhi kemiskinan. Di Sumatera Barat
terdapat beberapa daerah yang memiliki lama sekolah lebih dari 10 tahun seperti, kota Padang,
kota Padang Panjang, kota Solok, dan kota Bukittinggi. Sementara daerah yang memiliki angka
lama sekolah penduduk terendah adalah Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan rata-rata 6,19
tahun. Selanjutnya faktor yang mempengaruhi kemiskinan adalah angka harapan hidup
kemiskinan suatu daerah di pengaruhi oleh tingkat kesehatan masyarakat nya Angka Harapan
Hidup saat lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada
suatu tahun tertentu. Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan
derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus
diikuti dengan program pembangunan kesehatan dan program social lainnya termasuk program
pemberantasan kemiskinan.Berikut ini adalah gambaran angka harapan hidup di Sumatera Barat
lima tahun terakhir:
dari tahun 2010-2014 terlihat adanya kecenderungan kenaikkanangka harapan hidupdi
Sumatera Barat. Pada tahun 2010 angka harapan hidup diSumatera Barat yaitu 67,59 tahun
kemudian di tahun 2011 mengalami kenaikan yaitu 67,79 tahun. Pada tahun 2012 angka
harapan hidup Sumatera Barat mengalami kenaikan yaitu 68 tahun, selanjutnya pada tahun
2013 angka harapan hidup di Sumatera Barat kembali mengalami peningkatan yaitu 68,21
tahundantahun berikutnya mengalami peningkatan lagi mencapai 68,32 tahundi tahun 2014.Di
Sumatera Barat angka harapan hidup tertinggi yaitu kota Padang dengan 73,18 tahun sedangkan
yang paling terendah yaitu kabupaten kepulauan Mentawai dengan angka harapan Hidup 63,55
tahun.

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk miskin yang cukup besar
dibandingkan dengan negara lain, penduduknya banyak yang berada dibawah garis kemiskinan.
dalam artian pendapatan yang mereka dapatkan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya
seperti kebutuhan akan rumah layak huni, kebutuhan akan makanan yang memenuhi standar
gizi, pemenuhan kebutuhan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, pendidikan yang layak dan
kebutuhan kesehatan yang layak dan dapat hidup sehat. Pendapatan yang mereka peroleh tidak
dapat memenuhi kebutuhan yang seharusnya dapat mereka penuhi, sehingga mereka
dihadapkan dengan berbagai macam masalah yang menjerumuskan pada jurang kemiskinan.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat Kemiskinan di


Sumatera Barat
2. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di sumatra Barat
3. Bagaimana pengaruh Angka Harapan Hidup terhadap tingkat kemiskinan di Sumatera Barat
1.4 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap tingkat kemiskinan di
Sumatera Barat
2. Menganalisis bagaimana pengaruh pendidikanterhadap tingkat kemiskinan di Sumatera
Barat
3. Menganalisis bagaimana pengaruh AngkaHarapan Hidup terhadap tingkat kemiskinan di
Sumatera Barat

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, penilitian ini merupakan tambahan wawasan bidang ekonomi, sehingga penulis
dapat mengembangkan ilmuyang di peroleh selama mengikuti perkuliahan.
2. Masyarakat akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
gambaran mengenai Pengaruh Tingkat Pengangguran terbuka, Pendidikan, dan Angka
Harapan Hidupterhadap Kemiskinan di Sumatera Barat.
3. Pemerintah terkait (Stakeholder), hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi kebijakan pembangunan pemerintah yang terutama terkait dengan Tingkat
Pengangguran terbuka, Pendidikan, dan Angka Harapan Hidupdi Sumatera Barat.
BAB II
PEMBAHASAN

Definisi kemiskinan dilihat dari pendapat para ahli :


1. Menurut Drewnowski
Menggunakan indikator-indiktor sosial untuk mengukur tingkat-tingkat kehidupan
(the levelof living index). Menurutnya terdapat tiga tingkatan kebutuhan untuk
menentukan tingkatkehidupan seseorang :a. Kehidupan fisik dasar (basic fisical
needs), yang meliputi gizi/ nutrisi, perlindungan/ perumahan (shelter/ housing) dan
kesehatan. b. Kebutuhan budaya dasar (basic cultural needs), yang meliputi
pendidikan, penggunaanwaktu luang dan rekreasi dan jaminan sosial (social
security).c. High income, yang meliputi pendapatan yang surplus atau melebihi
takarannya.
2. Menurut Oscar Lewis (1983)
Orang-orang miskin adalah kelompok yang mempunyai budaya Kemiskinan sendiri
yangmencakup karakteristik psikologis sosial, dan ekonomi.Kaum liberal
memandang bahwamanusia sebagai makhluk yang baik tetapi sangat dipengaruhi
oleh lingkungan.Budayakemiskinan hanyalah semacam realistic and situational
adaptation pada linkungan yang penuh diskriminasi dan peluang yang sempit.Kaum
radikal mengabaikan budaya kemiskinan,mereka menekankan peranan struktur
ekonomi, politik dan sosial, dan memandang bahwamanusia adalah makhluk yang
kooperatif, produktif dan kreatif.
3. Menurut Amartya Sen
Seseorang dikatakan miskin bila mengalami "capability deprivation" dimana
seseorangtersebut mengalami kekurangan kebebasan yang substantive.
4. Menurut Soerjono Soekanto
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak dimana
seseorang tidak sanggup memliharadirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan
kelompok dan juga tidak mampumemanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya
dalam kelompok tersebut.
Kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.Kemiskinan
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.Kemiskinan merupakan masalah
global.Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dll. Menurut Faisal Bahri :
“Kemiskinan diartikan sebagai akibat dari ketiadaan demokrasi, yang
mencerminkan hubungan kekuasaan yang menghilangkan kemampuan warga
suatu Negara untuk memutuskan masalah yang menjadi perhatian mereka sendiri,
sehingga mayoritas penduduk kurang memperoleh alat-alat produksi (lahan dan
tekonologi) dan sumber daya (pendidikan, kredit, dan akses pasar)”.
Kemiskinan juga dapat kita sebut sebagai ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan makanan maupun non makanan yang bersifat mendasar.Penduduk miskin
menurut definisinya adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita
perbulan di bawah garis kemiskinan. Dimana, Garis Kemiskinan merupakan
penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non
Makanan (GKNM)
Kemiskinan memang adalah pekerjaan besar bagi pemerintah kita, tapi pekerjaan itu
tidak pernah di prioritaskan untuk mengurangi angka kemiskinan, berbagi cara telah di
lakukantapi malah tidak dapat mengurus permasalahan ini.Kemiskinan merupakan
masalah yang ditandai oleh berbagai hal antara lain rendahnyakualitas hidup penduduk,
terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya danrendahnya mutu layanan
kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan.Selama ini berbagai
upaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaankebutuhan
pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja
dansebagainya.Berbagai upaya tersebut telah berhasil menurunkan jumlah penduduk
miskin dari 54,2 juta (40.1%) pada tahun 1976 menjadi 22,5 juta (11.3%) pada tahun
1996. Namun, denganterjadinya krisis ekonomi sejak Juli 1997 dan berbagai bencana
alam seperti gempa bumi dantsunami pada Desember 2004 membawa dampak negatif
bagi kehidupan masyarakat, yaitumelemahnya kegiatan ekonomi, memburuknya
pelayanan kesehatan dan pendidikan,memburuknya kondisi sarana umum sehingga
mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk miskin menjadi 47,9 juta (23.4%) pada
tahun 1999. Kemudian pada 5 tahunterakhir terlihat penurunan tingkat kemiskinan
secara terus menerus dan perlahan-lahansampai mencapai 36,1 juta (16.7%) di tahun
2004.Pemecahan masalah kemiskinan memerlukan langkah-langkah dan program
yangdirancang secara khusus dan terpadu oleh pemerintah dan merupakan tanggung
jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.
1. Faktor Penyebab Kemiskinan
Ternyata kemiskinan itu tidak terjadi begitu saja melainkan memiliki faktor-faktor
yangmenyebabkan terjadinya kemiskinan. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya
kemiskinandapat dikategorikan dalam beberapa hal berikut ini:
a. Merosotnya Standar Perkembangan Pendapatan Perkapita secara Global.
Yang perlu digaris bawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita
bergerakseimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau
produktivitas berangsurmeningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu
pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan
turun beriringan. Berikut beberapafaktor yang mempengaruhi kemerosotan standar
perkembangan pendapatan per-kapita:1)Naiknya standar perkembangan suatu
daerah.2)Politik ekonomi yang tidak sehat.3)Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:
– Rusaknya syarat-syarat perdagangan
– Beban hutang
– Kurangnya bantuan luar negeri, dan Perang

b. Menurunnya Etos Kerja dan Produktivitas Masyarakat.


Faktor ini sangat penting dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh karena itu,
untukmenaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus didukung dengan SDA
dan SDMyang bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggung
jawabkan dengan maksimal.
c. Biaya Kehidupan yang Tinggi.
Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat dari
tidakadanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat.Tentunya kemiskinan
adalahkonsekuensi logis dari realita di atas.Hal ini bisa disebabkan oleh karena
kurangnya tenagakerja ahli dan banyaknya pengangguran.
d. Pembagian Subsidi Income Pemerintah yang Kurang Merata.
Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan
keamananuntuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan sumber
pemasukan warga.Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh pajak Negara.
2. Indikator
– Indikator Kemiskinan
Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara detail
indikator-indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator-indikator kemiskinan
sebagaimana di kutipdari Badan Pusat Statistik, antara lain sebagi berikut :
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan
papan).
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
pendidikan, dll).
3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan
keluarga).
4. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia dan terbatasnya Sumber Daya Alam.
5. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
6. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

3. Penanggulangan kemiskinan
Untuk mengatasi masalah kemiskinan, pemerintah memiliki peran yang
besar.Namunnyatanya program yang dijalankan oleh pemerintah belum mampu
menyentuh pokok yangmenimbulkan masalah kemiskinan. Beberapa program
pemerintah yang sudah dijalankanuntuk mengatasi masalah kemiskinan diantaranya
adalah program Bantuan Langsung Tunaiserta bantuan dibidang kesehatan yaitu
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Namunkedua hal tersebut tidak memiliki
dampak signifikan terhadap pengurangan angkakemiskinan, bahkan beberapa pakar
kebijakan Negara menganggap bahwa hal tersebut sudah seharusnya dilakukan
pemerintah. Untuk itu pemerintah perlu membuat ketegasan dankebijakan dalam rangka
menyelesaikan masalah kemiskinan ini. Diantaranya yaitu:
1. Menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenaga kerja
sehinggamengurangi pengangguran, karena pengangguran adalah salah satu
sumber penyebabkemiskinan terbesar di Indonesia.
2. Memberikan subsidi pada kebutuhan pokok manusia sehingga setiap masyarakat
bisamenikmati makanan yang berkualitas, hal ini akan berdampak pada
meningkatnya angka kesehatan masyarakat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari sikap
pemaknaankita terhadap kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu hal yang alami dalam
kehidupan, yang berarti bahwa semakin meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi maka kebutuhan pun akan semakin banyak. Pengentasan masalah kemiskinan ini
bukan hanya kewajiban dari pemerintah, melainkan masyarakat pun harus menyadari
bahwa penyakitsosial ini adalah tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan
masyarakat. Ketika terjalin kerja sama yang romantis baik dari pemerintah, non pemerintah
dan semua linimasyarakat. Dengan digalakkannya hal ini, kemungkinan kemiskinan akan
mencapai hasil yang seminimal mungkin.
B. Saran
Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebihkreatif,
inovatif, dan eksploratif.Selain itu, globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif. Di dalam menghadapi
zaman globalisasi ke depan mau tidak mau harus meningkatkan kualitas SDM dalam
pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah standar

Anda mungkin juga menyukai