Anda di halaman 1dari 24

DISPARITAS

PENGERTIAN

Disparitas/ketimpangan pembangunan
perbedaan pembangunan antar
suatu wilayah dengan wilayah
lainnya secara vertikal dan horizontal
yang menyebabkan disparitas atau
ketidak pemerataan pembangunan.
Tujuan pembangunan ekonomi (bersifat
multidimensional) menciptakan
pertumbuhan dan perubahan struktur
ekonomi, perubahan sosial, mengurangi
atau menghapuskan kemiskinan,
mengurangi ketimpangan (disparity) dan
pengangguran (Todaro, 2000).
Agar tujuan tersebut terwujud pembangunan
ekonomi daerah menghendaki adanya
kerjasama diantara pemerintah, privat sektor,
dan masyarakat dalam mengelola sumber
daya yang dimiliki oleh wilayah tersebut
dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan lapangan kerja seluas-luasnya.
Indikator keberhasilan
pembangunan ditunjukkan oleh
pertumbuhan ekonomi dan berkurangnya
ketimpangan baik di dalam distribusi
pendapatan penduduk maupun antar wilayah.

Berbagai masalah timbul dalam kaitan


dengan pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi wilayah, dan terus mendorong
perkembangan konsep-konsep pertumbuhan
ekonomi wilayah.
Beberapa perbedaan antara wilayah dapat
dilihat dari beberapa persoalan seperti,
potensi wilayah, pertumbuhan ekonomi,
investasi (domestik dan asing), luas wilayah,
konsentrasi industri, transportasi, pendidikan,
budaya dan lain sebagainya.
Berawal dari adanya kecemburuan sosial
antara golongan sebagai dampak dari kondisi
ekonomi dalam masyarakat yang terdiri dari
kemiskinan dan ketimpangan, baik
ketimpangan antar daerah, antar golongan
ataupun ketimpangan antar sektor.
Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan
oleh adanya perbedaan kandungan sumber
daya alam dan perbedaan kondisi demografi
yang terdapat pada masing-masing wilayah.
Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu
daerah dalam mendorong proses
pembangunan juga menjadi berbeda. Karena
itu, tidaklah mengherankan bilamana pada
setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju
(Developed Region) dan wilayah terbelakang
(Under-developed Region).
Terjadi ketimpangan antar wilayah ini
membawa implikasi terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat antar wilayah.
Karena itu aspek ketimpangan pembangunan
antar wilayah ini juga mempunyai implikasi
pula terhadap formulasi kebijakan
pembangunan derah yang dilakukan oleh
pemerintah daerah.
Ketimpangan pembangunan dapat terjadi
apabila pendapatan dan pengeluaran
Nasional suatu Negara tidak seimbang
sedangkan faktor modal atau Investasi
mengalami kemerosotan, di samping faktor
keamanan dan stabilitas ekonomi suatu
Negara. Selain itu tingginya tingkat
pengangguran juga berpengaruh terhadap
pembangunan ekonomi di suatu daerah.
1. Konsentrasi Kegiatan Ekonomi
Wilayah
Konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah
tertentu merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya ketimpangan
pembangunan antar daerah. Ekonomi dari
daerah dengan konsentrasi tinggi cenderung
tumbuh pesat dibandingkan daerah yang tingkat
konsentrasi ekonomi rendah cenderung
mempunyai tingkat pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah.
2. Alokasi Dana Pembangunan
Antar Wilayah
Berdasarkan teori Pertumbuhan Ekonomi
dari Harrod Domar menerangkan bahwa
adanya korelasi positip antara tingkat
Investasi dan laju pertumbuhan
ekonomi. Artinya rendahnya Investasi
disuatu wilayah membuat pertumbuhan
ekonomi dan tingkat pendapatan
masyarakat perkapita di wilayah
tersebut rendah karena tidak ada
kegiatan kegiatan ekonomi yang
produktif
Tidak dapat disangkal bahwa investasi
merupakan salah satu yang sangat
menentukan pertumbuhan ekonomi suatu
daerah. Karena itu daerah yang dapat alokasi
investasi yang lebih besar dari pemerintah,
atau dapat menarik lebih banyak investasi
swasta akan cenderung mempunyai tingkat
pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih
cepat. Kondisi ini tentunya akan dapat pula
mendorong proses pembangunan daerah
melalui penyediaan lapangan kerja yang lebih
banyak dan tingkat pendapatan perkapita
yang lebih tinggi.
Demikian pula sebaliknya terjadi bilamana
investasi pemerintah dan swasta yang masuk
ke suatu daerah ternyat lebih rendah.
Alokas investasi pemerintah ke daerah lebih
banyak ditentukan oleh sistem pemerintahan
daerah yang dianut. Bila sistem
pemerintahan daerah yang dianut bersifat
sentralistik, maka alokasi dana pemerintah
akan cenderung lebih banyak dialokasikan
pada pemerintah pusat, sehingga
ketimpangan pembangunan antar wilayah
akan cenderung tinggi.
Akan tetapi sebaliknya bilamana sistem
pemerintahan yang dianut adala hotonomi
atau federal, maka dan pemerintah akan lebih
banyak dialokasikan ke daerah, sehingga
ketimpangan pembangunan antar wilayah
akan cenderung lebih rendah.
Tidak demikian halnya dengan investasi
swasta yang lebih banyak ditentukan oleh
kekuatan pasar. Dalam hal ini kekuatan yang
berperan banyak dalam menarik investasi
swasta ke suatu daerah adalah keuntungan
lokasi yang dimiliki oleh suatu daerah.
Sedangkan keuntungan lokasi tersebut
ditentukan oleh ongkos transport baik untuk
bahan baku dan hasil produksi yang arus
dikeluarkan pengusaha, perbedaan upah
buruh, konsentrasi pasar, tingkat persaingan
usaha dan sewa tanah. Termasuk kedalam
keuntungan lokasi ini adalah keuntungan
aglomerasi yang timbul karena terjadi
konsentrasi beberapa kegiatan ekonomi
terkait pada suatu daerah tertentu.
Karena itu, tidaklah mengherankan bilamana
investasi cenderung lebih banyak
terkonsentrasi di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Kondisi ini menyebabkan daerah perkotaan
cenderung tumbuh lebih cept dibandingkan
dari daerah pedesaan.
3. Tingkat Mobilitas Faktor Produksi Yang
Rendah Antar Wilayah
Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi
seperti tenaga kerja dan kapital antar wilayah
merupakan penyebab terjadinya ketimpangan
ekonomi regional. Hubungan antara faktor
produksi dan kesenjangan pembangunan atau
pertumbuhan antar wilayah dapat di jelaskan
dengan pendekatan mekanisme pasar.
Perbedaan laju pertumbuhan ekonomi akan
menyebabkan perbedaan pendapatan
perkapita antar wilayah dengan asumsi bahwa
mekanisme pasar output atau input bebas.
4. Perbedaan Sumber Daya Alam (SDA)
Antar Wilayah
Menurut Kaum Klassik Pembangunan ekonomi
di daerah yang kaya SDA akan lebih maju
dan masyarakatnya lebih makmur
dibandingkan di daerah yang miskin SDA.
Dalam arti SDA dilihat sebagai modal awal
untuk pembangunan yang selanjutnya
harus dikembangkan selain itu diperlukan
faktor-faktor lain yang sangat penting yaitu
teknologi dan SDM.
5. Perbedaan Kondisi Demografi antar
wilayah
Ketimpangan Ekonomi Regional di Indonesia juga
disebabkan oleh perbedaan kondisi geografis antar
wilayah. Terutama dalam hal jumlah dan
pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan
penduduk, pendidikan, kesehatan, disiplin
masyarakat dan etos kerja. Dilihat dari sisi
permintaan, jumlah penduduk yang besar
merupakan potensi besar bagi pertumbuhan pasar,
yang berarti faktor pendorong bagi pertumbuhan
kegiatan ekonomi. Dari sisi penawaran jumlah
populasi yang besar dengan pendidikan dan
kesehatan yang baik, disiplin yang tinggi, etos
kerja tinggi merupakan aset penting bagi produksi.
6. Kurang Lancarnya Perdagangan
antar Wilayah
Kurang lancarnya perdagangan antar daerah
(intra-trade) merupakan unsur menciptakan
ketimpangan ekonomi regional. Tidak
lancarnya Intra-trade disebabkan :
Keterbatasan transportasi dan komunikasi.
Tidak lancarnya arus barang dan jasa antar
daerah mempengaruhi pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah melalui
sisi permintaan dan sisi penawaran.
Sisi permintaan: kelangkaan akan barang
dan jasa untuk konsumen mempengaruhi
permintaan pasar terhadap kegiatan
ekonomi lokal yang sifatnya komplementer
dengan barang jasa tersebut.
Sisi penawaran, sulitnya mendapat barang
modal, input antara, bahan baku atau
material lain yang dapat menyebabkan
kegiatan ekonomi suatu wilayah akan
lumpuh dan tidak beroperasi optimal.
Ketimpangan pembangunan ekonomi wilayah juga
dikarenakan masing-masing daerah mempunyai
tingkat aktivitas ekonomi yang berbeda-beda,
misalnya dilihat dari tingkat sumber daya alam,
sumber daya manusia, teknologi dan jumlah
investasi. Tidak semua daerah mempunyai hal
tersebut yang dapat mendorong percepatan
kemajuan pembangunan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai