Anda di halaman 1dari 42

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK MIGRASI PADA PROVINSI

SUMATERA SELATAN DAN SUMATERA UTARA

Proposal SkripsiOleh:

DAMERIA BR SURBAKTI

01021381722165

Ekonomi Pembangunan

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat UntukMeraih Gelar Sarjana Ekonomi

KEMENTRIAN RISET, PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

2023
I. PENDAHULUAN

1.1 Judul Proposal

Perbandingan Karakteristik Migrasi pada Provinsi Sumatera Selatan dan

Sumatera Utara.

1.2 Latar Belakang

Kebijakan terkait pengendalian jumlah penduduk diarahkan pada upaya

pemerataan distribusi penduduk melalui program migrasi. Pada kenyataannya,

program migrasi yang masuk dari suatu daerah ke daerah lain menimbulkan

masalah penurunan kualitas penduduk di daerah tujuan. Hal ini karena program

migrasi seperti memindahkan masalah penduduk di daerah asal ke daerah tujuan.

Berdasarkan agenda dari program pembangunan Nawacita 2015-2019 yang

digariskan di dalam pemerintah Jokowi, agenda prioritas ke-3 berhubungan

dengan membangunkan Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-

daerah serta desa dalam rangka memelihara negara kesatuan. Adanya magnet

pembangunan yang terpusat pada wilayah-wilayah perkotaan, mendorong

pergerakan penduduk menuju kota sehingga penduduk semakin padat.

Kota menjadi peranan penting di dalam perkembangan penduduk. Sekitar

12% dari 237 juta jiwa penduduk Indonesia tinggal di provinsi yang berbeda

dengan provinsi tempat lahirnya (BPS, 2015). Hal ini membuktikan bahwa

perpindahan penduduk atau migrasi menjadi bagian penting dalam kehidupan

masyarakat Indonesia dan dunia.

Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera Utara tengah menjadi salah satu

daerah tujuan migrasi yang tinggi. Jumlah penduduk Kota Palembang setiap

2
tahunnya mengalami peningkatan secara relatif. Seiring dengan itu, pertumbuhan

penduduk di Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera Utara juga mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Selatan dan

Sumatera Utara dapat dilihat pada gambar 1.1 dan dibawah ini.

2021

2020

2019 Jumlah Penduduk Sumut


Jumlah Penduduk Sumsel

2018

2017

0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000

Sumber: BPS Sumsel dan Sumut, 2017-2021

Gambar 1.1 Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera


Utara Tahun 2017-2021

Grafik 1.1 di atas terlihat jumlah penduduk Kota Palembang yang

meningkat beberapa persen setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk di Provinsi

Sumatera Selatan dan Sumatera Utara naik dari tahun ke tahun, yaitu Sumatera

Selatan terdata pada tahun 2017 sebesar 8.266.983 naik menjadi 8.550.849 pada

tahun 2021, sedangkan Sumatera Utara terdata tahun 2017 sebesar 14.262.147

naik menjadi 14.936.148 pada tahun 2021 pertumbuhan penduduk beberapa

tahunnya. Hal ini menjelaskan bahwa ada faktor yang menyebabkan pertumbuhan

3
penduduk meningkat, salah satunya karena ada mobilitas penduduk ke Provinsi

Sumatera Selatan dan Sumatera Utara.

Pertambahan penduduk yang terjadi disebabkan salah satunya karena

tingkat migrasi masuk di Sumatera Selatan dan Sumatera Utara. Migrasi terjadi

antara lain karena disebabkan oleh kondisi sosial dan ekonomi dari seorang

individu, dimana seseorang tersebut sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar

hidupnya apabila tetap berada di daerah asalnya.Migrasi merupakan perpindahan

penduduk dengan tujuan menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui

batas politik/negara atau batas administratif/natas bagian dalam suatu negara

(Munir, 2011).

Peningkatan jumlah penduduk tidak hanya mempunyai dampak positif,

tetapi ada dampak negatif yang bisa mempengaruhi ekonomi, sosial, budaya,

kesenjangan ekonomi, pertumbuhan penduduk yang tidak merata, ketimpangan

pembangunan, kekurangan gizi, kemiskinan, kesempatan kerja dan pengangguran.

Karena hal tersebut masyarakat cendrung untuk bermigrasi, agar mendapatkan

kehidupan yang lebih layak lagi.

Seseorang melakukan migrasi ke Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera

Utara dipengaruhi beberapa faktor. Berbagai alasan dapat menjelaskan pilihan

untuk bermigrasi, namun terdapat dua alasan utama yang sering disoroti sebagai

alasan untuk bermigrasi dan, lebih luas lagi, sebagai peran yang dapat dimainkan

migrasi dalam proses pembangunan ekonomi. Pertama, migrasi dapat digunakan

untuk mengatasi guncangan negatif terhadap pendapatan upah minimum. Jika

rumah tangga terkena guncangan negatif, misalnya guncangan pertanian akibat

4
kekeringan, bencana alam, dan fluktuasi harga, maka rumah tangga di wilayah

pedesaan mungkin memutuskan untuk mengirim anggota rumah tangga ke tempat

lain untuk mendapatkan penghasilan tambahan (Kleemans, 2015). Strategi migrasi

ini dapat dilihat sebagai alternatif untuk strategi penangulangan risiko lain, seperti

mengurangi tabungan, menjual aset, meningkatkan pasokan tenaga kerja secara

lokal dan mengurangi konsumsi. Kedua, migrasi dapat digunakan sebagai strategi

investasi dengan tujuan meningkatkan pendapatan yang diharapkan di masa depan

dan mendapatkan manfaat dari upah yang lebih tinggi di tempat lain, misalnya di

daerah perkotaan (Kleemans, 2015).Berikut ini data upah minimum Provinsi

Sumatera Selatan dan Sumatera Utara tahun 2017-2021.

2021

2020

2019 Upah Minimum Sumut


Upah Minimum Sumsel

2018

2017

0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000

Sumber: BPS Sumsel dan Sumut, 2017-2021

Grafik 1.2 Data Upah Minimum Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera
Utara Tahun 2017-2021

Grafik 1.2 di atas terlihat data upah minimum per bulan Provinsi Sumatera

Selatan dan Sumatera Utara yang meningkat beberapa persen setiap tahunnya.

5
Pertumbuhan upah minimum perbulan di Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera

Utara naik dari tahun ke tahun, yaitu Sumatera Selatan terdata pada tahun 2017

sebesar 2.388.000 naik menjadi 3.270.093 pada tahun 2021, sedangkan Sumatera

Utara terdata tahun 2017 sebesar 1.961.355 naik menjadi 2.499.423 pertumbuhan

upah minimum per bulan di tahun terakhir. Hal ini menjelaskan bahwa

pendapatan minimum dapat meningkatkan pendapatan pekerja berpenghasilan

rendah di bawah upah minimum dan diharapkan akan mendorong migrasi masuk

antar wilayah di Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera Utara meningkat.

Faktor lain, terdapat hubungan yang jelas antara lama sekolah yang dicapai

dan keinginan untuk bermigrasi. Orang yang berpendidikan lebih tinggi

cenderung lebih banyak melakukan migrasi daripada yang berpendidikan rendah

(Lincolin Arshad, 1999). Fasilitas dan infrastruktur desa yang rendah khususnya

pada bidang pendidikan dapat lebih meningkatkan arus migrasi desa ke kota. Hal

itu pula membuat tenaga kerja desa yang bekerja di kota memutuskan untuk

menyekolahkan anaknya di kota. Kota menjadi semacam wadah kegiatan

manusia, tidak dapat dihindari bahwa kota berubah setiap waktu baik dari segi

ukuran besar, struktur serta pentingnya. Dengan sendirinya, perubahan ini

mengakibatkan ketidakseimbangan dimana-mana. Berikut ini data rata-rata lama

sekolah Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera Utara tahun 2017-2021.

6
2021

2020

Rata-Rata Lama Sekolah


2019 Sumut
Rata-Rata Lama Sekolah
Sumsel
2018

2017

7 7.5 8 8.5 9 9.5 10

Sumber: BPS Sumsel dan Sumut, 2017-2021

Grafik 1.3 Data Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Sumatera Selatan dan
Sumatera Utara Tahun 2017-2021

Grafik 1.3 di atas terlihat data rata-rata lama sekolah Provinsi Sumatera

Selatan dan Sumatera Utara yang meningkat beberapa persen setiap tahunnya.

Pertumbuhan pendapatan minimum perbulan di Provinsi Sumatera Selatan dan

Sumatera Utara naik dari tahun ke tahun, yaitu Sumatera Selatan terdata pada

tahun 2017 sebesar 7,99% naik menjadi 8,3% pada tahun 2021, sedangkan

Sumatera Utara terdata tahun 2017 sebesar 9,25% naik menjadi 9,58% rata-rata

lama sekolah di setiap tahunnya. Hal tersebut akan meningkatkan indeks

pembangunan manusia dalam sektor pendidikan, karena semakin tingginya

pendidikan seseorang maka peluang untuk melakukan migrasi akan meningkat.

Hal lain yang mendorong seseorang untuk bermigrasi, yaitu berkurangnya

lapangan pekerjaan di desa karena pertumbuhan penduduk yang meningkat,

sehingga pengangguran meluas. Atau dapat dikatakan kesempatan kerja yang

7
tersedia tidak dapat memperkerjakan tenaga kerja yang ada, terlebih jika mereka

tidak terampil atau berpendidikan rendah. Adanya kesenjangan ini berdampak

pada tingkat perpindahan tenaga kerja secara permanen atau sementara. Seseorang

memutuskan pindah tempat tinggal berhubungan erat dengan suatu proses

mempertahankan hidup. Salah satu cara seseorang mempertahankan hidup yaitu

bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Adapun berikut ini jumlah tenaga kerja

Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera Utara tahun 2017-2021.

2021

2020

2019 Tenaga Kerja Sumut


Tenaga Kerja Sumsel

2018

2017

0 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000

Sumber: BPS Sumsel dan Sumut, 2017-2021

Grafik 1.4 Data Angka Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Selatan dan
Sumatera Utara Tahun 2017-2021
Grafik 1.4 di atas terlihat data angka tenaga kerja Provinsi Sumatera

Selatan dan Sumatera Utara yang meningkat beberapa persen setiap tahunnya.

Angka tenaga kerja di Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera Utara naik dari

tahun ke tahun, yaitu Sumatera Selatan terdata pada tahun 2017 sebesar 3.942.534

naik menjadi 4.179.708 pada tahun 2021, sedangkan Sumatera Utara terdata tahun

8
2017 sebesar 6.743.277 naik menjadi 7.511.006angkatan kerja di setiap tahunnya.

Hal ini menjelaskan bahwa tenaga kerja dapat meningkatkan kesempatankerja dan

diharapkan akan mendorong migrasi masuk antar wilayah. Adapun migrasi masuk

di Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera Utara tahun 2017-2021.

2021
Migrasi Masuk Sumut
Migrasi Masuk Sumsel

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
,0 ,0 ,0 ,0 00 00
00 00 00 00 0, 0,
2 4 6 8 00 20
1, 1,

Grafik 1.5 Data Migrasi Masuk Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera
Utara Tahun 2017-2021

Berdasarkan grafik 1.5 terungkap bahwa jumlah migrasi masuk lebih besar

yaitu di Provinsi Sumatera Selatan dalam rentang waktu 5 tahun terakhir

berjumlah 966.060 orang, sedangkan migrasi masuk di Provinsi Sumatera Utara

berjumlah 519.843 orang. Tidak heran jika jumlah migrasi masuk Sumatera

Selatan lebih banyak, dikarenakan pemekaran wilayah menyeluruh berdampak

pada struktur ekonomi yang meliputi pembagian luas wilayah administrasi,

infrastruktur, sumber daya, sektor pemerintah dan lingkungan sosial ekonomi

wilayah. Terjadinya pemekaran wilayah, hal ini menarik migran yang masuk

9
dengan berbagai maksud dan tujuan tertentu. Fenomena migrasi ini muncul di

berbagai kota besar.

Arus migrasi yang dilakukan sebagian besar penduduk desa ke kota

menarik untuk diamati dan dikaji. Hal-hal diatas yang berkaitan dengan

perbandingan karakteristik upah minimum, lama sekolahserta kesempatan kerja

yang mendorong penduduk untuk bermigrasi maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Karakteristik Migrasi pada

Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera Utara”

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini:

1. Bagaimanapengaruh upah minimum terhadap keputusan migrasi ke Provinsi

Sumatera Selatan dan Sumatera Utara?

2. Bagaimanapengaruh lama sekolah terhadap keputusan migrasi ke Provinsi

Sumatera Selatan dan Sumatera Utara?

3. Bagaimana pengaruh kesempatan kerja terhadap keputusan migrasi ke Provinsi

Sumatera Selatan dan Sumatera Utara?

4. Dimana Provinsi yang Lebih Baik untuk melakukan Transmigrasi ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang

ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimanapengaruh upah minimum terhadap keputusan

migrasi ke Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera Utara.

10
2. Untuk mengetahui bagaimanapengaruh lama sekolah terhadap keputusan

migrasi ke Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kesempatan kerja terhadap keputusan

migrasi ke Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera Utara.

4. Dimana Provinsi yang Lebih Baik untuk melakukan Transmigrasi ?

1.5 Manfaaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan penelitian terhadap

ilmu manajemen sumber daya manusia, khususnya yang berhubungan dengan

pengaruh pendapatan, pendidikan dan kesempatan kerja terhadap keputusan

migrasi.

2. Secara Praktis

Diharapkan dapat memberikan masukan kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Sriwijaya sebagai dasar pertimbangan bagaimanan upah

minimum,lama sekolah dan kesempatan kerja dapat mempengaruhi keputusan

migrasi.

11
II. STUDI KEPUSTAKAAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Migrasi

2.1.1.1 Pengertian Migrasi

Migrasi bisa dikatakan sebagai suatu perpindahan penduduk dari satu

daerah ke daerah lain dengan tujuan untuk menempati atau tinggal di wilayah baru

tersebut. Sehingga perihal migrasi bisa bersifat sementara maupun menetap

selamanya. Menurut perspektif lain, migrasi adalah perpindahan yang relatif

menetap dengan waktu yang lama dari suatu wilayah (negara) ke wilayah (negara)

lain, sehingga pergerakan arus migrasi ini berlangsung sebagai proses yang

merespon adanya perbedaan pendapatan antara wilayah perkotaan dan pedesaan.

Migrasi merupakan perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari suatu

tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara atau batas

administratif/natas bagian dalam suatu negara (Munir, 2011).

Lee (2011) berpendapat bahwa migrasi merupakan perubahan tempat

tinggal seseorang baik secara permanen maupun semi permanen, dan tidak ada

batasan jarak bagi perubahan tempat tinggal tersebut.

Menurut Mantra (2012) migrasi adalah gerak penduduk yang melintas

batas wilayah asal menuju ke wilayah tujuan dengan niat menetap. Sebaliknya,

12
migrasi penduduk non-permanen adalah gerak penduduk dari suatu wilayah ke

wilayah lain dengan tidak niatan menetap di daerah tujuan.

2.1.1.2 Bentuk-bentuk Migrasi

Menurut Mantra (2012) mengemukakan bahwa migrasi penduduk dapat

dikategorikan menjadi dua yaitu:

1. Migrasi Penduduk Vertikal

Yang sering disebut dengan perubahan status. Contohnya adalah perubahan

status pekerjaan, dimana seorang semula bekerja dalam sektor pertanian

sekarang bekerja dalam sektor non-pertanian.

2. Migrasi Penduduk Horisontal

Yaitu migrasi penduduk geografis, yang merupakan gerak penduduk yang

melewati batas wilayah menuju wilayah lain dalam periode waktu tertentu.

2.1.1.3 Jenis Migrasi

Jenis migrasi yang diambil dalam penelitian ini yaitu migrasi masuk (In

Migration). Menurut Rozy Munir (2000: 117), migrasi masuk (In

Migration)merupakan masuknya penduduk ke suatu daerah tujuan.

2.1.1.4 Faktor Penyebab Terjadinya Migrasi

Menurut Bailah (2019) adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

migrasi, yaitu:

1. Kurangnya Lapangan Pekerjaan

13
Salah satu pendorong terjadinya migrasi adalah kurangnya lapangan kerja yang

ada di daerah asal. Apabila di daerah asal tidak ada lapangan pekerjaan yang

sesuai dengan keahliannya dan jiwa berwirausaha dirasa tidak cocok maka

seseorang akan melakukan migrasi. Migrasi ini tentu saja akan mencari tempat

yang kiranya banyak terdapat lowongan pekerjaan. Tak heran, penduduk Jawa

banyak yang migrasi ke luar Jawa. Hal itu karena di luar Jawa belum banyak

pesaing. Jadi jika seseorang akan membuka usaha di luar Jawa akan mendapat

keuntungan.

2. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk pada suatu wilayah juga menjadi salah satu penyebab

dilakukan migrasi. Kepadatan penduduk menyebabkan seorang hidup kurang

nyaman dan banyak persaingan. Sehingga akan sulit mendapatkan pekerjaan,

dampaknya banyak yang melakukan tindak kriminal. Dengan kepadatan

penduduk yang berlebihan ini, maka banyak orang yang melakukan migrasi ke

daerah yang tidak terlalu padat. Sehingga adanya pemerataan penduduk di

wilayah Indonesia.

3. Sumber Daya Alam Kurang

Sumber daya alam yang kurang di suatu wilayah ikut mempengaruhi dilakukan

migrasi. Misalnya pada suatu wilayah yang keadaan tanahnya gersang.

Sehingga ketika ditanami tanaman tidak tumbuh atau mati. Kondisi itu

membuat sumber daya tidak memadai, bahkan terancam habis. Sehingga

banyak orang yang memilih melakukan migrasi dengan pindah ke wilayah lain

14
yang sumber alamnya melimpah. Dengan itu maka kebutuhannya akan

terpenuhi.

4. Keinginan Memperbaiki Taraf Hidup

Sebagian besar mengapa orang memilih melakukan migrasi ke daerah karena

masalah ekonomi. Mereka ingin memperbaiki taraf hdiup menjadi lebih baik.

Hal ini biasanya dirasakan oleh orang-orang yang tinggal di desa, mereka

merantau ke kota dengan harapan memperolah pekerjaan dan memperbaiki

tarap hidup serta pendapatan. Sejauh ini fenomena tersebut cukup banyak.

Bahkan awalnya merantau sendiri, lama kelmaan mengajak keluarga atau

saudara untuk ikut merantau.

5. Melanjutkan Pendidikan

Tujuan banyak orang ingin migrasi karena pendidikan. Mereka ingin

melanjutkan pendidikan yang bagus dan ke jenjang lebih tinggi. Misalnya di

suatu wilayah yang belum memiliki fasilitas pendidikan lengkap, tidaknya

perguruan tinggi. Perpindahan yang dilakukan tersebut dengan waktu singkat

tidak lama hanya beberapa tahun. Biasanya setelah lulus akan kembali ke

daerah asalnya.

6. Perbedaan Pendapat dan Politik

Adanya perbedaan pendapat dan politik di lingkungan masyarakat, seseorang

ingin melakukan migrasi. Karena merasa tertekan atau terancam, akhirnya

memilih untuk pindah ke daerah lain.

7. Hubungan Sosial yang Tidak Baik

15
Adanya hubungan sosial yang tidak baik bisa membuat seseorang pindah ke

tempat lain. Kondisi itu membuatnya merasa tidak nyaman dan tidak tenang.

Akhirnya memutuskan untuk pindah ke daerah lain agar mendapatkan

kehidupan yang lebih baik.

8. Alasan Agama

Ada juga seseorang yang memilih pindah tempat lain karena alasan. Biasanya

itu terjadi karena perbedaan agama dan merasa minoritas. Sehingga untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan memilih untuk pindah ke tempat

lain dengan komunitasnya banyak.

9. Keadaan Geografis yang Tidak Cocok

Keadaan geografis tempat tinggal atau wilayahnya yang kurang cocok juga

menjadi salah satu faktor seseorang melakukan migrasi. Misal tinggal di

lingkungan pegunungan yang memiliki udara cukup dingin atau wilayahnya

dikelilingi oleh hutan.

10. Pemerataan Penduduk

Perpindahan penduduk bukan hanya berasal dari keinginan pribadi semata tapi

juga menjalankan program pemerintah untuk pemerataan penduduk. Sejauh

Pulau Jawa merupakan pulau yang jumlah penduduknya cukup banyak.

Sehingga pemerintah mencoba untuk melakukan pemerataan penduduk di

wilayah Indonesia. Di mana dengan memindahkan penduduk ke daerah luar

Pulau Jawa lewat program transmigrasi.

2.1.2 Upah Minimum

2.1.2.1 Pengertian Upah Minimum

16
Upah adalah imbalan jasa yang diterima seseorang didalam hubungan

kerja yang berupa uang atau barang melalui perjanjian kerja, imbalan jasa, dan

diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan bagi diri dan keluarganya. Pada teori

ekonomi, upah yaitu pembayaran yang didapat dari berbagai bentuk jasa yang

disediakan, dan diberikan oleh tenaga kerja pengusaha.

Upah minimum didefinisikan sebagai hak pekerja yang diterima dan

dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha ataupun pemberi

kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan dibayarkan berdasarkan suatu kontrak

kerja, kesepakatan atau peraturan undang-undang ketenagakerjaan. Termasuk juga

tunjangan untuk pekerja serta keluarganya atau suatu pekerjaan maupun jasa yang

sudah dilakukan (Yustisia, 2015).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa upah

adalah sebagai pembayaran yang diberikan kepada tenaga kerja buruh atas jasa

fisik maupun mental sebagai imbalan dari para pengusaha dan jumlah keseluruhan

yang telah ditetapkan sebagai pengganti jasa yang dikeluarkan tenaga kerja

meliputi masa atau syarat tertentu yang didalamnya berupa perjanjian kerja atau

kesepakatan kedua belah pihak termasuk tunjangan lainnya.

2.1.2.2 Jenis Upah Minimum

Mengacu pada ketentuan di UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, PP

Pengupahan No. 78 Tahun 2015 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi N0. 7 Tahun 2013, jenis upah minimum yaitu sebagai berikut:

1. Upah Minimum Provinsi (UMP)

17
UMP adalah upah terendah yang berlaku untuk satu provinsi yang ditetapkan

oleh Gubernur setiap 1 Nopember dan mulai berlaku 1 Januari tahun

berikutnya. Dalam menetapkan UMP, Gubernur mendengarkan saran dan

masukan dari dewan pengupahan provinsi.

2. Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)

UMK adalah upah terendah yang berlaku untuk satu Kabupaten/Kota yang

ditetapkan oleh Gubernur selambat-lambatnya pada 21 Nopember setelah

penetapan UMP, dan berlaku mulai 1 Januari tahun berikutnya. UMK tidak

boleh lebih rendah dari UMP.

3. Upah Minimum Sektoral (UMS)

UMS adalah upah terendah yang berlaku secara sektoral dalam satu Provinsi

(UMSP) atau satu Kabupaten/Kota (UMSK), yang mana setiap sektor

dikelompokkan menurut klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia (KBLI).

UMSP tidak boleh rendah dari UMP dan UMSK tidak boleh lebih rendah dari

UMK.

4. Upah Minimum Regional (UMR)

UMR adalah upah terendah yang berlaku di suatu daerah. Dalam ketiga

peraturan perundang-undangan diatas istilah UMR kini sudah tidak digunakan

lagi, dan diganti oleh UMP dan UMK.

2.1.2.3 Indikator Upah Minimum

Suparmoko (2009: 184-185) mengemukakan bahwa indikator upah

minimum, yaitu:

1. Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

18
Kebutuhan hidup layak merupakan standar kebutuhan seorang pekerja yang

belum menikah (lajang), untuk dapat hidup layak secara fisik selama satu

bulan. KHL sendiri digunakan untuk menetapkan upah minimum.

2. Indeks Harga Konsumen

Suatu indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dalam suatu periode,

dari suatu kumpulan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh

penduduk/rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Jenis barang dan jasa

tersebut dikeompokkan menjadi 7 kelompok, yaitu bahan makanan, makanan

jadi, minuman, rokok, dan temabakau, perumahan, sandang, kesehatan,

pendidikan, rekreasi, olahraga, transpor dan komunikasi.

3. Upah Minimum yang Berlaku Secara Regional Kemampuan

Upah minimum regional merupakan suatu standar yang dipakai oleh

perusahaan atau pemilik bisnis serta pelaku industri lain dalam menetapkan

upah atau gaji kepada para pegawai, buruh, karyawan yang bekerja

dilingkungan usahanya.

4. Tingkat Perkembangan Perusahaan

Tingkat perkembangan perusahaan mencerminkan perkembangan sumber daya

berupa aset yang dimiliki perusahaan dan diukur dari perbedaan nilai total aset

setiap tahun.

2.1.3 Lama Sekolah

2.1.3.1 Pengertian Lama Sekolah

Lama sekolah atau juga biasa disebut dengan rata-rata lama sekolah adalah

rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk selama 15 tahun keatas

19
untuk menempuh semua jenis pendidikan yang pernah dijalani. Setiap

tingkatpendidikan mengalami perbedaan waktu dalam memperoleh pendidikan.

Seperti tamatan sekolah dasar itu diperhitungkan lama sekolah selama 6

Tahun,sedangkan tamatan sekolah menengah atas itu diperhitungkan selama 9

tahun dan sekolah menegah akhir itu diperhitungkan 12 tahun lamanya. Dalam

hitungan apakah pernah tinggal kelas atau tidak. Rata-rata lama sekolah

menggambarkan tingkat pencapaian setiap penduduk dalam kegiatan bersekolah.

Semakin tinggi angka lamanya bersekolah semakin tinggi jenjang pendidikan

yang telah dicapai penduduk, sehingga indikator ini sangat penting karena dapat

menunjukkan kualitas sumber daya manusia.

Badan Pusat Statistik (2022) mendefinisikan lama sekolah yaitu sebagai

jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal.

2.1.3.2 Jenjang Lama Sekolah

Jenjang pendidikan adalah tahapan yang ditetapkan berdasarkan tingkat

perkembangan peserta didik dan kelengkapan dan kedalaman ilmu yang diajarkan.

Menurut Tirtarahardja dan Sulo (2012:268) jenjang pendidikan meliputi:

1. Jenjang Sekolah Dasar

Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan pengetahuan dasar yang

diperlukan untuk hidup dan bermasyarakat dari segi pengembangan sikap,

pengetahuan dan keterampilan. Selain itu, jenjang ini juga berfungsi untuk

mempersiapkan peserta didik agar dapat mengikuti pendidikan menengah.

Pendidikan ini mencakup: sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama

(SMP), madrasah ibtidaiyah.

20
2. Jenjang Sekolah Menengah Pertama

Jenjang pendidikan menengah adalah lanjutan dan pengembangan dari

pendidikan dasar. Pendidikan ini memiliki tingkat keluasan dan kedalaman

pengetahuan yang lebih tinggi dari pendidikan dasar. Pendidikan ini berfungsi

untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi dunia kerja maupun

melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan menengah

meliputi: sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK),

sekolah menengah luar biasa, sekolah menengah kedinasan, sekolah menengah

keagamaan, dan sebagainya.

3. Jenjang Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan tingkat kelanjutan dari pendidikan mengah.

Pendidikan ini diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik yang unggul

dalam kemampuan akademik. Pendidikan tinggi dapat memiliki berbagai

tujuan spesifik yang berbeda satu sama lain. Beberapa pendidikan tinggi

bertujuan untuk melatih pendidik menjadi tenaga kerja professional yang

berkualitas. Sementara pendidikan lain mencetak peserta didik agar menjadi

akdemisi yang akan meneliti, mengembangkan bahkan menciptakan ilmu

pengetahuan.

2.1.3.3 Manfaat Lama sekolah

Manfaat lama sekolah, pilot sensus penduduk 2020 tahun (2018) adalah

sebagai berikut:

1. Unruk melihat kualitas penduduk wilayah tertentu dari sisi rata-rata jumlah

Tahun efektif untuk bersekolah yang dicapai penduduk.

21
2. Untuk perencanaan dan evaluasi capaian program wajib belajar.

3. Untuk menunjukkan kualitas pada sumber daya manusia.

2.1.3.4 Indikator Lama Sekolah

Berdasarkan Dinas Pendidikan (2017), adapun indikator-indikator lama

sekolah, yaitu sebagai berikut:

1. Program pendidikan non formal (pendidikan kesetaraan).

2. Bantuan sosial pendidikan beasiswa bagi siswa kurang mampu (BKM) sesuai

dengan rencana strategis Dinas Pendidikan tahun 2016-2021 dan RPJMD.

2.1.4 Kesempatan Kerja

2.1.4.1 Pengertian Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja merupakan suatu masalah utama dalam pembangunan

suatu negara, baik di masa lampau maupun di masa yang akan datang. Ledakan

penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat, sementara lapangan kerja untuk

menampung pekerja tidak memadai.

Sumarsono (2003: 41) berpendapat bahwa kesempatan kerja yaitu

lapangan pekerjan yang sudah di duduki dan masih lowongan. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa dalam teori kesempatan kerja dikenal istilah elastisitas

pemerintah akan tenaga kerja yang di artikan sebagai persentase perubahan

permintaan akan tenaga kerja yang disebabkan dengan perubahan satu persen

pada tingkat upah.

Kesempatan kerja merupakan suatu kondisi yang menggambarkan atau

menunjukkan ketersediaan suatu pekerjaan. Peluang kerja terkait erat dengan

22
kemampuan dan menyerap sumber daya manusia yang terlibat dalam proses

produksi(Tambunan, 2001).

1.1.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja

Menurut Simanjuntak (2001) faktor yang mempengaruhi kesempatan

kerja, yaitu:

1. Kondisi Perekonomian

Pesatnya roda perekonomian suatu daerah mencerminkan aktivitas produksi

yang tinggi, kapasitas produksi yang tinggi membutuhkan tingginya faktor

produksi diantaranya adalah tenaga kerja. jadi banyak perusahaan yang

menambah tenaga kerja baru.

2. Pertumbuhan Penduduk

Kualitas pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh tingginya angka

pertumbuhan penduduk. Oleh sebab itu semakin tinggi jumlah penduduk akan

mengurangi kesempatan orang untuk bekerja.

3. Produktivitas/Kualitas Sumber Daya Manusia

Tingginya produktivitas dan kualitas sumber daya seseorang akan mendorong

tingginya tingkat kesempatan kerja dan sebaliknya kualitas sumber daya

manusia yang rendah akan kesulitas untuk mendapatkan pekerjaan yang

diinginkan.

4. Tingkat Upah

Kenaikan upah yang tidak dibarengi dengan kenaikan kapasitas produksi akan

menyebabkan pihak perusahaan akan mengurangi jumlah karyawannya, hal

tersebut akan menurunkan tingkat kesempatan kerja.

23
1.1.4.3 Jenis-jenis Kesempatan Kerja

Syamsul Rivai (2019) mengemukakan bahwa terdapat jenis-jenis

kesempatan kerja:

1. Kesempatan Kerja Permanen

Kesempatan kerja permanen adalah kondisi yang memungkinkan seseorang

untuk bekerja secara terus-menerus sampai pensiun atau sampai tidak ada lagi

mampu untuk bekerja. Kesempatan permanen banyak ditemukan di instansi

pemerintahan atau instansi swasta yang di mana memiliki jaminan sosial

hingga tua.

2. Kesempatan Kerja Temporer

Kesempatan kerja temporer yaitu kebalikan dari kesempatan kerja permanen.

Kesempatan kerja temporer biasanya ditemukan di bidang pekerjaan yang

terkait kontrak, dimana kondisi yang memungkinkan orang yang bekerja dalam

waktu singkat, lalu menganggur dan mencari pekerjaan yang baru lagi.

2.1 HubunganUpah Minimum,Lama Sekolah dan Kesempatan

Kerjaterhadap Migrasi

2.1.2 HubunganUpah Minimum terhadap Migrasi

Pendapatan upah minimum yang relatif tinggi berdampak positif terhadap

mobilitas migrasi dan upah yang relatif rendah berdampak negatif pada migrasi.

Menurut Badan Pusat Statistik (2017) upah sebulan merupakan imbalan atau

balas jasa yang diterima selama sebulan yang lalu baik berupa uang maupun

barang yang dibayarkan oleh perusahaan/kantor/majikan dari pekerjaan utama

kepada buruh/karyawan/pegawai. Komponen upah atau gaji mencakup gaji dan

24
tunjangan, upah lebur, uang transportasi dan uang makan. Todaro (2006)

berpendapat bahwa keputusan untuk bermigrasi tergantung pada selisih antara

pendapatan yang di harapkan di kota dan tingkat pendapatan aktual di desa.

Kaisar (2013) dalam penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh positif

variabel pendapan dengan tingkat signifikan 0,006 < α = 0,05. Semakin besar

pendapatan yang diperoleh di kota, maka semakin besar keputusan migran untuk

melakukan migrasi sirkuler ke kota. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh

Puspita (2010) terdapat bahwa pendapatan yang semakin tinggi akan

mempengaruhi seseorang untuk melakukan migrasi. Apabila perbandingan

pendapatan yang jauh berbeda di daerah tujuan dengan daerah asal, maka akan

ada alasan seseorang untuk melakukan migrasi.

2.1.3 HubunganLama Sekolah terhadap Imigrasi

Lama sekolah merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya

manusia, selain kesehatan dan migrasi. Lama sekolah merupakan masalah yang

sangat penting dalam kehdiupan bangsa dan negara terutama pada

ketenagakerjaan, karena lamanya sekolah tingkat pendidikan merupakan upaya

nyata dalam mengembangkan sumber daya manusia. Begitu pula tingkat

pendidikan sangat mempengaruhi mobilitas dari seseorang, semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat mobilitas orang

tersebut. Oleh karena itu, R.H. Pardoko (1987) dalam bukunya yang berjudul

Mobilitas Migrasi dan Urbanisasi menjelaskan bahwa pembangunan desa yang

mementingkan kegiatan pendidikan formal untuk menghilangkan buta huruf serta

penambahan pengetahuan umum dan bahasa akan membuat penduduk muda lebih

25
mudah mendapatkan sikap modern, lebih mudah mendapatkan aspirasi,

keterampilan, dan sebagainya. Sehingga dapat mengurangi jarak sosial buadaya

dengan penduduk perkotaan. Hal ini memudahkan keberhasilan daya tarik kota,

karena tidak ada kekhawatiran penduduk desa untuk menyesuaikan diri dengan

kehidupan sosial kota, jika seandainya mereka harus bermigrasi.

Todaro (2006) berpendapat bahwa adanya korelasi positif antara

pendidikan dengan migrasi. Yang mana dengan memiliki pendidikan yang lebih

tinggi maka peluang untuk mendapatkan pekerjaan lebih besar dan upah yang

didapat lebih tinggi di sektor modern.

Hasil studi empiris dalam penelitian yang dilakukan oleh Kaisar (2013)

bahwa hasil penelitian menunjukkan variabel pendidikan berpengaruh positif

dengan signifikan 0,036. Semakin tinggi pendidikan yang berhasil disukseskan

oleh responden maka semakin besar kemauan seseorang untuk melakukan migrasi

sirkuler ke kota. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Rizal (2006) hasil

penelitian yang didapatkan yaitu bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang akan semakin besar pula keinginan orang tersebut untuk melakukan

migrasi ulang alik ke kota dan bekerja di sektor formal.

2.1.4 Hubungan Kesempatan Kerja terhadap Migrasi

Menurut teori neoclassical economics, mobilitas penduduk dinilai sebagai

jawaban terhadap perbedaan regional dalam memperoleh kesempatan sosial dan

ekonomis. Penduduk akan melakukan mobilitas ke daerah yang mempunyai

kelebihan modal, tetapi kekurangan tenaga kerja sehingga dapat dikatakan bahwa

mobilitas penduduk atau migrasi berkaitan dengan kesempatan kerja yang terdapat

26
di daerah asal. Hal ini berkaitan dengan tingkat kesejahteraan suatu daerah yang

memiliki peluang kerja lebih besar bila dibandingkan dengan daerah asal mereka.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu bertujuan untuk mengetahui hasil yang telah

dilakukan oleh peneliti terdahulu, sekaligus sebagai perbandingan yang dapat

mendukung kegiatan penelitian selanjutnya.

Tabel 2.1Penelitian Terdahulu


No Judul Jurnal Hasil Temuan Persamaan Perbedaan

1 Analisis Faktor- Hasil penelitian menunjukkan Variabel Variabel


Faktor yang bahwa pendapatan berpengaruh Pendapatan, Pekerjaan di
Mempengaruhi negatif dan signifikan terhadap Variabel Daerah Asal,
Keputusan keputusan migrasi commuter, Pendidikan, Jumlah
Migrasi pendidikan berpengaruh positif Variabel Tanggungan
Commuter di dan tidak signifikan terhadap Keputusan Derah Asal,
Kabupaten keputusan migrasi commuter, Migrasi Status
Demak. pekerjaan di daerah asal Perkawinan,
berpengaruh positif dan tidak Objek
Ahmad Shidiq signifikan terhadap keputusan penelitian
(2018) migrasi commuter, jumlah
tanggungan daerah asal
berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap keputusan
migrasi commuter, status
perkawinan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
keputusan migrasi commuter.

2 Faktor-faktor Hasil penelitian ini Variabel Variabel


yang menunjukkan bahwa Pendidikan, Upah,
Mempengaruhi pendidikan berpengaruh Variabel Variabel
Migrasi Seumur negatif dan tidak signifikan Migrasi Kesempatan
Hidup di terhadap migrasi seumur hidup. Kerja,
Indonesia. Secara parsial variabel upah, Variabel

27
Annisatul kesempatan kerja dan Pernikahan,
Husnah(2019) pernikahan berpengaruh positif Objek
dan signifikan terhadap migrasi Penelitian
seumur hidup di Indoonesia.
Secara bersama-sama vaariabel
pendidikan, upah, kesempatan
kerja dan pernikahan
berpengaruh signifikan
terhadap migrasi seumur hidup
di Indonesia.

3 Analisis Faktor- Status perkawinan tidak Variabel Variabel


Faktor yang berpengaruh terhadap migrasi Pendapatan, Status
Mempengaruhi komunitas warga Sulawesi Variabel Perkawinan,
Migrasi Selatan. Sedangkan variabel Migrasi Variabel
Komunitas Warga kesempatan kerja dan Kesempatan
Sulawesi Selatan pendapatan berpengaruh Kerja, Objek
ke Kota Ternate. signifikan terhadap migrasi penelitian
komunitas warga Sulawesi
Ruliyanto Selatan.
Syahrain (2019)

4 Analisis Faktor- Hasil penelitian Variabel Vriabel


Faktor yang memperlihatkan bahwa (1) Pendidikan, Umur,
Mempengaruhi tingkat pendidikan Variabel Variabel
Penduduk berpengaruh signifikan Migrasi Status
Melakukan terhadap keputusan penduduk Perkawinan,
Migrasi Risen melakukan migrasi risen Variabel,
dari Kabupaten ke (2) umur tidak Jumlah
Kota di sumatera berpengaruh signifikan Tanggungan,
Barat. terhadap keputusan penduduk Variabel
melakukan migrasi risen Jenis
Noviarman (3) status perkawinan Kelamin,
(2018) berpengaruh signifikan Objek
terhadap keputusan penduduk Penelitian
melakukan migrasi risen
(4) jumlah tanggungan
berpengaruh signifikan
terhadap keputusan penduduk
melakukan migrasi risen
(5) jenis kelamin tidak
berpengaruh signifikan
terhadap keputusan penduduk
melakukan migrasi risen.

5 Analisis Faktor- Hasil penelitian menunjukkan Variabel Variabel

28
Faktor yangpendidikan secara signifikan Pendidikan, Beban
Mempengaruhi negatif mempengaruhi Variabel Tanggungan
Keputusan keputusan migrasi berulang Pendapatan, Keluarga,
Migrasi Berulangtenaga kerja wanita kabupaten Variabel Variabel
Tenaga Kerja
Malang, beban tanggungan Migrasi Jaringan,
Wanita keluarga dan jaringan secara Variabel
Kabupaten signifikan positif Sementara
Malang (Studi
mempengaruhi keputusan Umur,
Pada Tenagamigrasi berulang tenaga kerja Variabel Jam
Kerja Wanita Di wanita kabupaten Malang, Kerja,
Pptkis Kabupatensementara umur, pendapatan, Variabel
Malang) jam kerja dan status pernikahan Status
tidak secara signifikan Perkawinan,
Ratna Wulan mempengaruhi keputusan Objek
Prihatiningtyas migrasi berulang tenaga kerja penelitian
(2018) wanita kabupaten Malang.

6. Determinan Hasil analisis menunjukkan Variabel Variabel


Keputusan bahwa dari lima variabel Pendidikan, Keluarga,
Melakukan independen, ada dua variabel Variabel Variabel
Migrasi Ulang- yang berpengaruh signifikan Migrasi Status
Alik. terhadap keputusan angkatan Perkawinan,
kerja untuk melakukan migrasi Variabel
Rifqi Nur komuter yang merupakan Usia,
Fahmy (2018) variabel dependen keluarga dan Variabel
status perkawinan. Sedangkan Jarak, Objek
tingkat pendidikan, usia, dan penelitian
jarak tidak berpengaruh pada
keputusan tenaga kerja untuk
melakukan migrasi komuter.

7. Faktor-Faktor Hasil penelitian ini Variabel Variabel


Yang menunjukkan bahwa variabel Pendapatan, Jumlah
Mempengaruhi pendapatan, jumlah Variabel Tanggungan
Minat Migrasitanggungan keluarga dan Pendidikan, Keluarga,
Commuter pendidikan berpengaruh positif Variabel Variabel
Penduduk di Tiga signifikan. Variabel jenis Migrasi Jenis
Kecamatan kelamin memiliki pengaruh Kelamin,
Kabupaten tidak signifikan. Sedangkan Variabel
Jember. varaibel umur berpengaruh Umur, Objek
negatif signifikan terhadap penelitian
Fahrur Rozi minat migrasi commuter
(2019) penduduk Kecamatan
Wuluhan, Silo, dan Bangsalsari

29
Kabupaten Jember.

8. Analisis Faktor- Hasil penelitian menunjukkan Variabel Variabel


Faktor yang bahwa dari variabel motivasi Pendapatan, Umur,
Mempengaruhi pendapatan, umur, jarak, jenis Variabel Variabel
Minat Migrasi kelamin memiliki nilai Pendidikan, Jarak,
Commuter di pengaruh positif dan signifikan Variabel Variabel
Kecamatan Panti terhadap minat migrasi. Migrasi Jenis
Kabupaten Sedangkan tingkat pendidikan Kelamin,
Jember. memiliki nilai pengaruh positif Objek
dan tidak signifikan terhadap penelitian
Siti Romlah minat migrasi.
(2019)

9. Pengaruh Hasil penelitian ini Variabel Variabel


Pendidikan, menunjukkan bahwa variabel Pendidikan, Penganggura
Pengangguran pendidikan memiliki pengaruh Variabel n, Variabel
dan Kemiskinan yang signifikan dan negatif Migrasi Kemiskinan,
terhadap Migrasi terhadap migrasi TKI, Objek
Tenaga Kerja sedangkan variabel penelitian
Indonesia ke Luar pengangguran dan kemiskinan
Negeri (Studi memiliki pengaruh yang
pada 6 Kabupaten signifikan dan positif terhadap
di Provinsi Jawa migrasi TKI.
Timur)

Putri Nadya
Devita
Hermawan
(2018)

10. Faktor Pendorong Hasil penelitian ini Variabel Variabel


Migrasi Penduduk menunjukkan bahwa Pendapatan, Status
ke Kota di pendapatan, pendidikan, status Variabel Kepemilikan
Indonesia. kepemilikan rumah, status Pendidikan, Rumah,
kepemilikan lahan berpengaruh Variabel Variabel
Nadya Erianti secara signifikan terhadap Migrasi Status
Octavia (2018) tujuan pendududk bermigrasi Kepemilikan
ke kota di Indonesia. Lahan, Objek
penelitian
Sumber: Data Olahan, 2022

2.5 Kerangka Pemikiran

30
Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat

disusun suatu kerangka pemikiran dalam penelitan ini, seperti yang disajikan

dalam gambar berikut ini:

Upah Minimum
(X1)

Lama Sekolah Migrasi


(X2) (Y)

Kesempatan Kerja
(X3)

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Dalam kaitannya dengan perbandingan karakteristikpendapatan,

pendidikan dan kesempatan kerja terhadap keputusan migrasi, maka rumusan

hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Diduga upah minimumberpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

migrasi ke Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera Utara.

2. Diduga lama sekolahberpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

migrasi ke Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera Utara.

31
3. Diduga kesempatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan migrasi ke Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera Utara.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas dan agar tidak terjadi permasalahan,

maka penulis membatasi permasalahan yang diajukan.Penelitian ini hanya

berkaitan dengan perbandingan karakteristik Upah Minimum,Lama Sekolah dan

Kesempatan Kerja terhadap Migrasi ke Provinsi Sumatera Selatan dan Sumatera

Utara.

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif dan menggunakan teknik analisis regresi data panel. Rancangan

penelitian ini ditentukan dengan variabel yang dipergunakan dalam penelitian.

Ada empat variabel yaitu upah minimum, lama sekolah, kesempatan kerjadan

keputusan migrasi.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

3.3.1.1Data Kualitatif

32
Menurut Sugiyono (2012: 15), data kualitatif adalah data yang berbentuk

kata, kalimat, skema dan gambar. Dapat juga diartikan sebagai data informasi

yang berbentuk kalimat verbal bukan berupa simbol angka atau bilangan. Data

kualitatif didapat melalui suatu proses menggunakan teknik analisis

mendalam dan tidak bisa diperoleh secara langsung.

3.3.1.2Data Kuantitatif

Menurut Sugiyono (2012: 7)data kuantitatif adalah data yang berbentuk

angka atau data kualitatif yang diangkakan. Dapat juga diartikan sebagai data

informasi yang berupa simbol angka atau bilangan.Berdasarkan simbol-simbol

angka tersebut, perhitungan secara kuantitatif dapat dilakukan untuk

menghasilkan suatu kesimpulan yang berlaku umum di dalam suatu parameter.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatankuantitatif

dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yaitu studi pustaka dengan cara membaca dan

mengamati, mengelola laporan-laporan serta catatan, studi pustaka dari berbagai

literatur, buku-buku yang terkait dalam penelitian ini dan sumber-sumber lain

yang berasal dari instansi terkait, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

Sumatera Selatan dan Sumatera Utara.

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi Penelitian

33
Populasi adalah wilayah generalisasiyang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti.

Pendapat dari Supranto (2008: 22) populasi adalah kumpulan dari elemen sejenis

tetapi dapat dibedakan satu sama lain karena karakteristiknya. Perbedaan-

perbedaan itu disebabkan karena adanya nilai karakteristik yang berlainan.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh data time series (data deretan waktu)

upah minimum, lama sekolah, kesempatan kerja, migrasi masuk di Provinsi

Sumatera Selatan dan Sumatera Utara.

3.5.2 Sampel Penelitian

NO Provinsi Sumatera Selatan Provinsi Sumatera Utara

1. Muara Enim Nias

2. Lahat Toba Samosir

3. Musi Rawas Simalungun

4. Banyuasin Karo

5. Ogan Ilir Deli Serdang

6. Empat Lawang Langkat

7. Pali Samosir

8. Palembang Sibolga

9. Prabumulih Pematangsiantar

10. Pagar Alam Tebing Tinggi

11. Lubuk Linggau Medan

34
Menurut Sugiyono (2017: 91) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun sampel dalam

penelitian ini adalah sebagian dari periode populasi yaitu seluruh data upah

minimum, lama sekolah, kesempatan kerja, migrasi masuk selama lima tahun

dalam periode 2017-2021.

3.6 Teknik Analisis Data

1.6.1 Analisis Regresi Data Panel

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

data panel dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh

bagaimana hubungan variabel yang satu dengan variabel lainnya. Prawoto (2016:

276) menyatakan bahwa dalam metode estimasi data panel dapat menggunakan

tiga teknik model pendekatan, yaitu:

3.6.1.1 Common Effect Model (CEM)

Merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena

hanya mengombinasikan data time series dan cross section. Pada model ini tidak

diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa

perilaku data perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa

menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat kecil

untuk mengestimasi model data panel.

3.6.1.2 Fixed Effect Model (FEM)

Model ini mengasumsikan bahwa pendekatan individu dapat diakomodasi

dari perbedaan intersipnya. Untuk mengestimasi data panel model fixed effect

35
menggunakan Teknik variable dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar

perusahaan, perbedaan intersep bisa terjadi karena perbedaan budaya kerja,

manajerial, dan insentif. Namun demikian, slopnya sama antar perusahaan. Model

estimasi ini sering juga disebut dengan teknik Least Square Dummy Variable

(LSDV).

3.6.1.3 Random Effect Model (REM)

Model ini mengestimasi data panel dimana variable gangguan mungkin

saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model Random Effect

perbedaan intersep diakomodasikan oleh error terms masing-masing perusahaan.

Keuntungan menggunakan Random Effect Model yaitu menghilangkan

heteroskedastisitas. Model ini juga disebut dengan Error Component Model

(ECM)atau teknik Generalized Least Square (GLS).

1.6.2 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel yang

digunakan dan menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian. Analisis

statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat

dari jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), nilai

tengah (median) dan standar deviasi dari semua variable (Ghozali, 2016).

3.6.3Uji Asumsi Klasik

3.6.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah distribusi variabel terikat

untuk setiap nilai variabel bebas tertentu berditribusi normal atau tidak. Dalam

model regresi linier, asumsi ini ditunjukkan oleh nilai error () yang berdistribusi

36
normal. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi

normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara

statistik, Ghozali (2011 :160). Pengujian normalitas data menggunakan Test of

Normality Kolmogorov-Smirnov dalam program SPSS 22.

Dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas

(Asymtotic Significance), yaitu:

1) Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah normal.

2) Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah tidak normal.

3.6.3.2 Uji Multikolinearitas

Menurut pendapat Ghozali (2011 :105) bila variabel independen yang

saling korelasi maka variabel ini tidak saling ontogonal. Variabel ontogonal

adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen

sama dengan nol. Untuk mendeksi adanya multikolinieritas dengan membuat

hipotesis :

Tolerence value< 0,10 atau VIF> 10 = terjadi multikolinearitas

Tolerence value> 0,10 atauu VIF < 10 = tidak terjadi mulitikolinearitas

Dalam ini yang dimaksud VIF adalah faktor inflasi penyimpangan baku

kuadrat, sedangkan nilai Tolerance adalah besarnya tingkat kesalahan yang

dibenarkan secara statistik.

3.6.3.3 Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi menguji apakah dalam model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 sebelumnya, jika terjadi korelasi, maka dinamakan

37
ada problema autokorelasi. Pengujian ada tidaknya korelasi, menggunakan uji

Durbin Watson. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari adanya

autokorelasi (Ghozali, 2009).

Alat bantu SPSS digunakan oleh peneliti untuk melakukan uji Durbin-

Watson, dengan buku Ghozali (2009) acuannya, ketentuannya bahwa sebuah

model regresi telah terbebas dari autokorelasi.

3.6.3.4 Uji Heteroskedastisitas

Menurut pendapat Ghozali (2011 :139) Uji Heterokedastisitas untuk

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual

satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Pengujian ini dilakukan dengan melihat

grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen dengan nilai residualnya.

Sebagai contoh gambaran penjelasan uji ini yaitu jika ada pola tertentu berbentuk

titik-titik yang ada membentuk pola yang teratur (gelombang, melebar, lalu

menyempit) maka ada indikasi telah terjadi heterokedastisitas. Bila terdapat pola

yang jelas, titik-titi menyebar diatas dan dibawah angka 0 sumbu y, maka tidak

terjadi heterokedastisitas. Persamaa regresi yang baik adalah bilamana dalam

persamaan regresi tidak terjadi Heterokedastisitas.

3.6.4 Uji Hipotesis

3.6.4.1 Uji t (Uji Parsial)

38
Umar (2009) mengemukakan uji Parsial ini digunakan untuk mengetahui

apakah masing- masing variabel independen (X 1, X2 dan X3) berpengaruh terhadap

variabel dependen (Y) menggunaka bantuan melalui pengelolaan data SPSS.

Trihendradi (2012) berpendapat bahwa untuk menguji apakah hipotesis yang

diajukan diterima atau ditolak yaitu ; (1) Digunakan uji t dengan membandingkan

nilai t tabel dengan nilai t hitung pada tabel Coefficients. Kriterianya bila nilai t

hitung lebih besar dari t tabel maka hipotesis nol ditolak atau hipotesis penelitian

dapat diterima. Nilai t tabel dapat dilihat pada tabel t dengan menggunakan α =

0,05; untuk uji 2 sisi = 0,025 dan df adalah jumlah sampel-jumlah variabel bebas-

1 ; (2) Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi (Sig.) pada

tabel Coefficients dengan significance level yang ditetapakan (α). Kriteria jika

nilai Sig. lebih kecil dari α maka hipotesis nol ditolak atau konstanta dan koefisien

adalah signifikan sehingga hipotesis penelitian dapat diterima. Pada dasarnya uji

parsial t menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen (X 1,X2dan X3)

secara parsial terhadap variabel dependen (Y). Uji t ini ditentukan dengan

hipotesis sebagai berikut :

- Ho = 0 artinya tidak ada pengaruh yang positif secara parsial pada masing-

masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

- Ha ≠ 0 artinya ada pengaruh yang positif secara parsial pada masing-masing

variabel bebasterhadap variabel terikat.

- Nilai t tabel diperoleh dengan tingkat siginifikan 5% (α = 0,05) dan degree

freedom (df) = n-k.

39
Tingkat Signifikan α yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebesar 0,05

(5%) dengan tingkat keyakinan sebesar 0,95 (95%). Dikatakan signifikan apabila

α ≤ 0,05, (Ghozali, 2011).

3.6.4.2 Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan pedoman yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013: 250),

Koefisien determinan berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R 2 ≤ 1). Hal ini

berarti bila R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen

terhadap variabel dependen, bila adjusted R 2 semakin besar mendekati 1

menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen dan bila adjusted R2semakin kecil bahkan mendekati nol, maka dapat

dikatakan semakin kecil pula pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen. Menurut Ghozali (2016 :140), Koefisien Determinan pada intinya

mengukur seberapa jauh kemampuan sebuah model dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Nilai koefisien R2 adalah antara 0-1. Nilai R2 yang kecil

berarti variasi variabel dependen yang sangat terbatas dan nilai yang mendekati 1

berati variabel-variabel independen sudah dapat memberi semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.

3.6.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat ataupun nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019:68).

40
Definisi operasional variabel merupakan penjelasan dari masing-masing

variabel yang digunakan dalam penelitianterhadap indikator yang membentuknya.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (Indenpendent Variables)

Variabel bebas pertama dalam penelitian ini adalah Upah Minimum yang

dinyatakan dengan huruf X1. Upah minimum didefinisikan sebagai hak pekerja

yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha

ataupun pemberi kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan dibayarkan

berdasarkan suatu kontrak kerja, kesepakatan atau peraturan undang-undang

ketenagakerjaan. Termasuk juga tunjangan untuk pekerja serta keluarganya atau

suatu pekerjaan maupun jasa yang sudah dilakukan (Yustisia, 2015).

Variabel bebas ke dua dalam penelitian ini adalah Lama Sekolah yang

dinyatakan dengan huruf X2. Lama sekolah yaitu sebagai jumlah tahun yang

digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal (Badan Pusat

Statistik, 2022).

Variabel bebas kedalam penelitian ini adalah Kesempatan Kerja yang

dinyatakan dengan huruf X3. Kesempatan kerja yaitu lapangan pekerjan yang

sudah di duduki dan masih lowongan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam teori

kesempatan kerja dikenal istilah elastisitas pemerintah akan tenaga kerja yang di

artikan sebagai persentase perubahan permintaan akan tenaga kerja yang

disebabkan dengan perubahan satu persen pada tingkat upah (Sumarsono, 2003:

41).

41
2. Variabel Terikat (Dependent Variables)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Migrasi Y. Migrasi adalah

perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat

lain melampaui batas politik atau negara atau batas administratif/batas bagian

dalam suatu negara (Munir, 2011).

42

Anda mungkin juga menyukai