Anda di halaman 1dari 156

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sasaran utama Pembangunan Jangka Panjang adalah terciptanya


kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang maju dalam suasana
tenteram dan sejahtera lahir batin, dalam tata kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, dalam suasana kehidupan bangsa Indonesia yang serba
serasi, selaras, dan seimbang serta berkesinambungan dalam
hubungannya antar sesama manusia, manusia dengan masyarakat dan
manusia dengan alam lingkungannya, serta bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

Dalam rangka mencapai sasaran utama tersebut diatas, perlu diadakan


upaya pengembangan kependudukan dan pembangunan
Keluarga Berkualitas dengan tujuan terwujudnya keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan kuantitas, kualitas dan persebaran
penduduk serta terwujudnya keluarga berkualitas dalam rangka
membangun manusia Indonesia seutuhnya.

Pelaksanaan kebijakan kependudukan di Provinsi Sumatera Utara hingga


saat ini telah menunjukkan keberhasilannya, terutama jika dilihat dari sisi
kuantitas penduduk. Sebagai contoh adanya penurunan angka kelahiran
total atau Total Fertility Rate (TFR) dan penurunan pertumbuhan
penduduk secara konsisten selama periode 1970-2000. Akan tetapi, hasil
sensus penduduk maupun survei akhir-akhir ini untuk Nasional, misalnya
Sensus Penduduk 2010 dan SDKI 2012, menunjukkan kecenderungan
yang cukup mengkhawatirkan. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012 misalnya menunjukkan bahwa TFR mengalami
stagnasi, meskipun untuk Sumatera Utara sendiri TFR mengalami
penurunan periode SDKI 2007 dan 2012, demikian juga dengan hasil
sensus penduduk 2010.

Adapun hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 yang secara umum di


kabupaten/kota menunjukkan TFR dalam keadaan relative tetap
walaupun ada beberapa daerah yang mengalami penurunan. Hasil lain
dari SP 2010 menunjukkan bahwa angka pertumbuhan penduduk

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
1
meningkat dibandingkan dengan SP tahun 2000 meskipun
peningkatannya tidak signifikan. Selain kondisi TFR, dinamika
kependudukan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara diindikasikan
adanya peranan migrasi, baik migrasi bersifat horizontal atau vertikal
(perubahan status sosial dan pemekaran).

Jika hal ini tidak dicermati secara seksama, dikhawatirkan tujuan


kebijakan kependudukan dari sisi kuantitatif untuk mencapai Penduduk
Tumbuh Seimbang (PTS) pada tahun 2015 seperti tercantum dalam
RPJMD 2014-2018 tidak dapat dicapai, bahkan bukan hanya target yang
telah dicanangkan tidak dapat dicapai, tetapi perubahan tersebut akan
menimbulkan masalah baru, baik dibidang kependudukan maupun
masalah pembangunan pada umumnya.

Bagi sebagian pengambil kebijakan, pertumbuhan penduduk yang


meningkat dianggap tidak merisaukan, akan tetapi bagi sebagian
pengambil kebijakan yang lain, pertumbuhan penduduk yang meningkat
dianggap sebagai salah satu hambatan dalam mencapai tujuan
pembangunan secara luas. Sebagai salah satu ilustrasi, perubahan jumlah
penduduk akan mempengaruhi demand yang harus dipenuhi oleh sektor
lainnya, misalnya penyediaan kebutuhan dasar manusia, yaitu sandang,
pangan dan papan.

Ketersedian pangan yang tidak terpenuhi akibat dari peningkatan jumlah


penduduk yang tidak terkontrol menjadikan kekhawatiran yang sangat
serius bagi kelangsungan hidup penduduk.

Demikian juga halnya dengan kebutuhan dasar lainnya. Memang


hubungan antara keduanya tidak bersifat eksklusif karena ada beberapa
faktor lain yang mempengaruhi kompleksitas hubungan, yaitu tehnologi
dan organisasi. Akan tetapi aspek kependudukan merupakan aspek
penting dalam pembangunan dan tidak dapat diabaikan.

Salah satu isu strategis lainnya yang terkait dengan perkembangan


kuantitas penduduk di Provinsi Sumatera Utara adalah perubahan
komposisi penduduk, khususnya menurut umur. Dengan tren perubahan
komposisi penduduk menurut umur di masa lalu, diperkirakan Provinsi
Sumatera Utara akan mencapai tahap windows of opportunity tahun 2030.
Hal ini hanya akan terjadi jika pengelolaan kuantitas penduduk,
khususnya fertilitas, dilakukan dengan sungguh-sungguh. Jika tidak,
maka tahap tersebut akan terlewatkan dan Sumatera Utara akan

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
2
kehilangan momentum untuk mengakselerasi percepatan pencapaian
tujuan pembangunan di Sumatera Utara.

Tahap windows of opportunity ditandai dengan angka ketergantungan yang


paling rendah dalam perkembangan perubahan komposisi penduduk
menurut umur. Kondisi tersebut disertai dengan besarnya jumlah
penduduk usia produktif, menurunnya jumlah penduduk usia anak-anak,
dan meningkatnya jumlah penduduk lansia. Tahap ini merupakan
kesempatan yang hanya datang sekali dan harus direspons dengan
kebijakan yang memadai agar opportunity berubah menjadi bonus
demografi. Jika tahap ini terjadi dan tidak ada intervensi yang tepat, maka
kesempatan tersebut akan berubah menjadi bencana (disaster).

Dengan cara berpikir tersebut, maka seharusnya telah disusun suatu arah
dan pentahapan pencapaian pembangunan kuantitas yang mampu
mendorong terealisasinya tahap tersebut. Selain persoalan yang terkait
dengan pertumbuhan dan komposisi penduduk, Provinsi Sumatera Utara
masih dihadapkan pada masalah ketimpangan distribusi penduduk antara
kabupaten/kota. Demikian juga halnya antara desa dan kota. Persolan
ketimpangan distribusi penduduk pada dasarnya erat kaitannya dengan
persoalan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Di satu pihak
ketimpangan distribusi penduduk melahirkan persoalan over-population
yang ditunjukkan antara lain adanya kepadatan penduduk yang tidak
sesuai dengan tata ruang pemukiman dan tekanan penduduk, di pihak
lain muncul persoalan optimalisasi sumber daya alam, khususnya di
daerah yang kaya sumber daya alam tetapi jumlah penduduknya sedikit.

Persoalan kependudukan yang dihadapi Provinsi Sumatera Utara menjadi


lebih kompleks karena selain masalah kuantitas dan mobilitas, juga
dihadapkan pada persoalan kualitas penduduk (terutama bidang
pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan pemerataan ekonomi). Contoh
yang paling jelas adalah masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Provinsi Sumatera Utara jika dibandingkan dengan IPM di provinsi -
provinsi lain di Indonesia.

Permasalahan kuantitas, kualitas dan mobilitas penduduk pada akhirnya


bukan hanya menggambarkan persoalan kependudukan, tetapi lebih dari
itu, persoalan tersebut merupakan permasalahan pembangunan yang
sedang dihadapi. Hal tersebut berkaitan juga dengan pemikiran secara
konseptual bahwa hubungan antara kependudukan dan pembangunan
ekonomi bersifat resiprokal (atau timbal balik). Dari satu sisi, ketika

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
3
variabel kependudukan diletakkan sebagai variabel bebas, maka setiap
intervensi untuk mengatasi permasalahan kependudukan tersebut akan
memberikan kontribusi untuk mengatasi masalah pembangunan lainnya.

Sementara itu, perubahan lingkungan strategis, baik pada skala nasional


maupun internasional, telah menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi dinamika kebijakan kependudukan. Pada skala
internasional, kesepakatan hasil ICPD di Kairo tahun 1994, MDGs, dan
juga kesepakatan internasional lainya, telah menyebabkan perubahan
orientasi kebijakan kependudukan. Sebagai contoh, prinsip-prinsip ICPD
yang belum sepenuhnya tertuang dalam UU No. 10 Tahun 1992 menjadi
salah satu pertimbangan penting dilakukannya amandemen UU tersebut
yang kemudian menjadi UU No.52 Tahun 2009. Arah kebijakan
pembangunan kependudukan dan hasil ICPD yang menekankan
pentingnya hak dan kesehatan reproduksi telah mewarnai program
Keluarga Berencana pasca-ICPD.

Selain itu, komitmen untuk mengadopsi 20 tahun Plan of Action (PoA) ICPD
yang mencakup tujuan penting kebijakan kependudukan dan
pembangunan, yaitu pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dalam
konteks pembangunan berkelanjutan ( sustainable development ),
pendidikan, kesetaraan gender, penurunan kematian maternal, anak dan
bayi, peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi,
termasuk Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi. Kesepakatan
hasil MDGs tahun 2000 berpengaruh sangat penting dalam mengarahkan
pembangunan kependudukan. Target yang tertuang dalam MDGs, menjadi
rujukan pokok penentuan indikator pencapaian pembangunan
kependudukan sampai dengan saat ini. Bukan hanya dalam konteks
pembangunan kependudukan, arah kebijakan pembangunan secara
umum juga sangat diwarnai dan dipengaruhi MDGs.

Dalam skala kedaerahan ada dua aspek penting yang perlu dicatat;
Pertama adalah perubahan kewenangan pemerintahan daerah (otonomi
daerah) yang menuntut adanya pemahaman dan komitmen pentingnya
pembangunan kependudukan berkelanjutan dari para pimpinan daerah.
Kedua, sejalan dengan perubahan pemerintahan tersebut, maka kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota diharapkan mampu untuk menyusun,
melaksanakan, serta melakukan monitoring dan evaluasi pembangunan,
termasuk didalamnya kebijakan pembangunan kependudukan.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
4
Untuk mengatasi persoalan tersebut di atas, maka sudah sewajarnya
kabupaten/kota merumuskan acuan bagi pembangunan kependudukan di
masa mendatang, berupa kebijakan umum dalam bentuk Grand Design
Pembangunan Kependudukan (GDPK). Hal ini merupakan tindak lanjut
atau operasionalisasi Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dan
penjabaran dari RPJP Provinsi Sumatera Utara 2005-2025 dengan
melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait dengan kebijakan
kependudukan melalui pembentukan Kelompok Kerja (working group).

Melalui Keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Utara Nomor


188.44/523/KPTS/2012 tanggal 6 Agustus 2012 Tentang Tim Penyusunan
Grand Design Pembangunan Kependudukan Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2011-2035 telah terbentuk lima kelompok kerja untuk menyusun
GDPK yang masing-masing bertanggung jawab untuk menyusun grand
design termasuk roadmap pembangunan kependudukan, kelima kelompok
kerja tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kelompok Kerja Bidang Pengendalian Kuantitas Penduduk (Kelompok


Kerja I)

2. Kelompok Kerja Bidang Peningkatan Kualitas Penduduk (Kelompok Kerja


II)

3. Kelompok Kerja Bidang Penataan Persebaran dan Pengaturan Mobilitas


Penduduk (Kelompok Kerja III)

4. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan Keluarga (Kelompok Kerja IV)

5. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan Database Kependudukan


(Kelompok Kerja V)

Kelima kelompok kerja tersebut telah bekerja secara maksimal dan telah
menghasilkan konsep grand design. Hasil dari kelima kelompok kerja
tersebut merupakan sumber utama dalam penyusunan GDPK
pembangunan kependudukan ini. Dengan kata lain dokumen GDPK ini
merupakan integrasi dan penyerasian hasil kerja dari kelima kelompok
kerja tersebut. Diharapkan dokumen GDPK ini dapat menjadi landasan
dan acuan bagi perumusan program atau kegiatan operasional untuk
mengatasi permasalahan kependudukan di Provinsi Sumatera Utara serta
mengintegrasikannya dengan dokumen pembangunan yang lainnya.

GDPK merupakan arahan kebijakan dalam tahapan lima tahunan


pembangunan kependudukan Provinsi Sumatera Utara dengan melihat

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
5
target pencapaian sampai dengan tahun 2035. Dengan demikian, dalam
dokumen ini dicantumkan pula roadmap yang berisi kebijakan yang
diperlukan untuk tiap lima tahunan sampai tahun 2035, sehingga dapat
diperoleh gambaran yang jelas berkenaan dengan upaya-upaya yang perlu
diambil oleh setiap SKPD/sektoral/lembaga dalam mendukung
implementasi pembangunan kependudukan di Provinsi Sumatera Utara.

Selain itu, penyusunan GDPK juga memperhatikan beberapa dokumen


yang telah ada terlebih dahulu, misalnya Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Sumatera Utara, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Sumatera Utara (RPJMD), Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), dan Masterplan
Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI), serta yang tidak
kalah pentingnya adalah acuan regulasi yang terkait dengan
kependudukan. Diharapkan dengan menggunakan referensi tersebut,
GDPK yang dihasilkan merupakan dokumen yang komprehensif,
akomodatif, dan terstruktur.

1.2. Dasar Hukum


Beberapa peraturan yang menjadi dasar dalam penyusunan Grand Design
Pembangunan Kependudukan adalah sebagai berikut.

1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (Pembukaan, Pasal 28 B, pasal 33,


dan pasal 34)
2. Undang - Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Perkawinan
3. Undang - Undang No. 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat
4. Undang - Undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian
5. Undang - Undang No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lansia
6. Undang - Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
7. Undang - Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
8. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan
9. UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
10. Undang - Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
11. Undang - Undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Diskriminasi terhadap Perempuan
12. Undang - Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga (KDRT)
13. Undang - Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Perencanaan
Pembangunan Nasional

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
6
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Tentang
Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri
15. Undang - Undang No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI
16. Undang - Undang No 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan
17. Undang - Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025
18. Undang - Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
19. Undang - Undang No. 11 tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial
20. Undang - UndangNo. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
21. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 Tentang
Perubahan atas Undang Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang
Ketransmigrasian
22. Undang - Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
23. Undang - Undang No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
24. Undang-Undang No. 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin
25. Undang - Undang No. 35 tahun 2010 Tentang Narkotika
26. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
27. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara
28. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
29. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 Tentang Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
30. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional
31. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 Tentang Pembangunan yang
Berkeadilan
32. Perda Pemprov SU No. 12 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2025.

1.3. Visi

―Terwujudnya penduduk yang berkualitas sebagai modal


pembangunan untuk mencapai Sumatera Utara yang mandiri, maju,
adil, dan sejahtera”. Penekanan visi pada pembangunan kependudukan
adalah jawaban kunci terhadap terjadinya ―windows of opportunity‖

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
7
sehingga ―bonus demografi‖ dapat dimanfaatkan sebagai modal dasar
pembangunan. Visi ini sebagai keupayaan mendukung Visi Pembangunan
Sumatera Utara, yakni “Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang
beriman, maju, mandiri, mapan dan berkeadilan di dalam
kebhinnekaan”.

1.4. Misi

1. Menempatkan aspek kependudukan sebagai titik sentral pembangunan


dan mengintegrasikan kebijakan kependudukan kedalam kebijakan
pembangunan sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan hidup

2. Mendorong tercapainya jejaring (networking) kebijakan antar pemangku


kepentingan di daerah dalam membangun tata kelola kependudukan
untuk mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan

3. Menciptakan sinkronisasi antar berbagai peraturan perundangan dan


kebijakan pemerintah di daerah tentang kependudukan

4. Memfasilitasi perkembangan kependudukan kearah yang seimbang


antara jumlah, struktur, dan persebaran penduduk dengan lingkungan
hidup, baik yang berupa daya dukung alam maupun daya tampung
lingkungan serta kondisi perkembangan sosial dan budaya

5. Mengintegrasikan pembangunan ekonomi secara sinergis antara wilayah


pertumbuhan dengan wilayah pedesaan menjadi suatu sistem wilayah
pengembangan ekonomi yang mampu menarik gerak keruangan
penduduk yang aman, nyaman, cepat, dan terjangkau

6. Membangun potensi dan sinergisitas faktor kependudukan, baik pada


level individu, keluarga maupun masyarakat untuk meningkatkan
kualitas penduduk yang mendukung pembangunan berkelanjutan

7. Membangun keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan


harmonis yang berkeadilan dan berkesetaraan gender serta mampu
merencanakan sumber daya keluarga dan jumlah anak yang ideal yakni
2 anak.

8. Mewujudkan migrasi tenaga kerja internal dan internasional secara


terarah, tertib, teratur, dan terlindungi

9. Membuka peningkatan partisipasi masyarakat dan transparansi


kebijakan dalam membangun tata kelola kependudukan yang berpusat
pada manusia, termasuk membangun sistem informasi dan data base
kependudukan yang transparan dan akuntabel

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
8
10. Membangun kesadaran, sikap, dan kebijakan bagi kesamaan hak dan
kewajiban antar kelompok, termasuk kesadaran gender bagi terciptanya
kehidupan yang serasi, selaras, dan seimbang demi tercapainya tujuan
pembangunan.

1.5. Arah Kebijakan

1. Pembangunan kependudukan yang menggunakan pendekatan hak


asasi sebagai prinsip utama

2. Pembangunan kependudukan yang mengakomodasi partisipasi semua


pemangku kepentingan, baik di daerah maupun masyarakat

3. Pembangunan kependudukan yang mendasarkan penduduk sebagai


titik sentral pembangunan, yaitu penduduk sebagai pelaku (subjek)
maupun penikmat (objek) pembangunan

4. Pembangunan kependudukan yang mampu menjadi bagian dari usaha


untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.

5. Pembangunan kependudukan yang mampu menyediakan data dan


informasi kependudukan yang valid dan dapat dipercaya.

1.6. Tujuan

Tujuan utama pembangunan kependudukan adalah tercapainya kualitas


penduduk yang tinggi sehingga mampu menjadi faktor penting dalam
mencapai kemajuan bangsa. Hal itu dilakukan melalui pencapaian tujuan
Pembangunan Kependudukan.

Tujuan Pembangunan Kependudukan tersebut dikaitkan dengan isu-isu


strategis daerah adalah adanya penanganan secara komprehensif yang
disesuaikan dengan kondisi dan tipologi masing-masing daerah
kabupaten/kota. Untuk itu diperlukan adanya landasan kerangka pikir
sebagai acuan umum guna mendapatkan permasalahan, isu-isu strategis,
kebijakan dan program kegiatan spesifik kedaerahan, dan tetap sinergis
dengan tujuan pembangunan secara umum baik secara nasional maupun
wilayah provinsi Sumatera Utara. Berikut ini disajikan landasan kerangka
pikir penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan Provinsi
Sumatera Utara (Gambar 1.1).

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
9
Gambar 1.1. Tujuan Pembangunan Kependudukan Selama
Tahun 2011-2035

Penduduk berkualitas sebagai modal


pembangunan untuk mencapai penduduk
Sumatera Utara yang mandiri, maju, adil
dan sejahtera

Peningkatan
Kualitas Penduduk

Pengendalian Penataan Persebaran Pembangunan


Kuantitas Penduduk dan Pengaturan Keluarga
Mobilitas Penduduk

Pengembangan Sistem Informasi dan Data Base Kependudukan Yang


Berkualitas dan Terintegrasi

1.7. Sasaran

1. Terwujudnya pembangunan berwawasan kependudukan yang


berdasarkan pada pendekatan hak asasi manusia untuk meningkatkan
kualitas penduduk dalam rangka mencapai pembangunan
berkelanjutan

2. Pencapaian windows of opportunity melalui pengelolaan kuantitas


penduduk dengan cara pengendalian angka kelahiran, penurunan
angka kematian, dan pengarahan mobilitas penduduk

3. Pencapaian penduduk yang berkualitas melalui pembangunan keluarga


yang bercirikan ketahanan sosial, ekonomi, budaya tinggi, cerdas dan
berkarakter serta mampu merencanakan sumber daya keluarga secara
optimal

4. Pembangunan data base kependudukan melalui pengembangan sistem


informasi data kependudukan yang akurat, dapat dipercaya, dan
terintegrasi.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
10
1.8. Hubungan Grand Design Pembangunan Kependudukan Sumatera
Utara dengan Dokumen Perencanaan Lain

Grand Design Pembangunan Kependudukan adalah suatu dokumen


rumusan perencanaan pembangunan kependudukan daerah untuk
jangka waktu 25 tahun ke depan dan dijabarkan setiap 5 tahunan yang
berisi tentang kecenderungan parameter kependudukan, isu-isu penting
kependudukan dan program-program pembangunan kependudukan yang
meliputi pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas
penduduk, pembangunan keluarga, penataan persebaran dan pengaturan
mobilitas penduduk serta pembangunan manajemen data base dan
informasi kependudukan.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Sumatera Utara baik dalam


jangka panjang maupun jangka menengah adalah merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional dan Pembangunan Sumatera Utara.
Tujuannya secara makro ialah tercapainya kondisi kependudukan yang
tinggi sehingga mampu menjadi faktor penting dalam mencapai kemajuan
masyarakat dan bangsa, khususnya di Sumatera Utara.

Oleh karena itu, Grand Design Pembangunan Kependudukan Sumatera


Utara disusun dengan berpedoman kepada cita-cita bangsa dan
masyarakat Sumatera Utara dalam mencapai kesejahteraannya melalui
peningkatan indeks pembangunan manusia yang berlandaskan
pengembangan pendidikan, kesehatan dan ekonomi melalui penyerasian
kebijakan yang meliputi pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan
kualitas penduduk, pembangunan keluarga, penataan persebaran dan
pengaturan mobilitas penduduk serta pembangunan manajemen data
base dan informasi kependudukan.

Sehubungan dengan hal tersebut maka disamping dokumen grand design


pembangunan kependudukan nasional tahun 2011-2035, grand design
pembangunan kependudukan Sumatera Utara juga disusun dengan
memperhatikan dokumen rencana pembangunan lain yang telah ada
masih berlaku seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJP Nasional), Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Sumatera Utara, Rencana Tata Ruang Wilayah Sumatera Utara, dan
Rencana Strategis Sumatera Utara dan lain sebagainya yang dipandang
berhubungan dengan pembangunan kependudukan. Secara skematis
kerangka pikir perumusan Grand Design Pembangunan Kependudukan
Sumatera Utara tersaji dalam gambar berikut (Gambar 1.2).

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
11
Gambar 1.2. Kerangka Pikir Perumusan Grand Design Pembangunan
Kependudukan

CITA2 KESEJAHTERAAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM


BANGSA

1.Program
Pengendalian
1.Pengendalian Kuantitas
Kuantitas Penduduk
Penduduk 2.Program
PENDIDIK 2.Peningkatan Peningkatan
AN Kualitas Kualitas
Penduduk Penduduk
3.Pembangunan 3.Program
GDP IPM KESEHAT keluarga Pembangunan
K AN 4.Penataan keluarga
persebaran dan 4.Program
pengaturan Penataan
mobilitas persebaran dan
EKONOMI penduduk pengaturan
5.Pembangunan mobilitas
managemen penduduk
database dan 5. Program
informasi Pembangunan
managemen
database dan
informasi
Kependudukan

Gambar 1.3. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional


2002-2025

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
12
BAB II

KONDISI GEOGRAFIS DAN KEWILAYAHAN

2.1. Kondisi Geografis

Provinsi Sumatera Utara berada di Bagian Barat Indonesia, terletak pada


garis 10 - 40 Lintang Utara dan 980 - 1000 Bujur Timur. Sebelah Utara
berbatasan dengan Provinsi Aceh, sebelah Timur dengan Negara Malaysia
di Selat Malaka, sebelah Selatan
Tabel 2.1. Statistik Geografis
Sumatera Utara berbatasan dengan Provinsi Riau
dan Sumatera Barat, dan di
sebelah Barat berbatasan dengan
Samudera Hindia.

Luas Daratan Provinsi Sumatera


Utara adalah 71.680,68 km2,
sebagian besar berada di daratan
Pulau Sumatera dan sebagian
kecil berada di Pulau Nias,
Pulau-pulau Batu, serta
beberapa pulau kecil, baik di
bagian barat maupun bagian
timur pantai Pulau Sumatera.
Provinsi Sumatera Utara
memiliki 419 Pulau dan telah
memiliki nama sejumlah 237
pulau. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera
Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Mandailing Natal dengan
luas 6.620,70 km2 atau sekitar 9,23 persen dari total luas Sumatera Utara,
diikuti Kabupaten Langkat dengan luas 6.263,29 km2 atau 8,74 persen,
kemudian Kabupaten Simalungun dengan luas 4.386,60 km2 atau sekitar
6,12 persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan
luas 10,77 km2 atau sekitar 0,02 persen dari total luas wilayah Sumatera
Utara.

Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam
3 kelompok wilayah/kawasan yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi, dan
Pantai Timur. Kawasan Pantai Barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten
Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Mandailing Natal,
Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
13
Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias
Selatan, Kota Padang Sidempuan,
Gambar 2.1. Persentase Luas Sumatera
Kota Sibolga dan Kota Gunung Utara BerdasarkanWilayah

Sitoli. Kawasan dataran tinggi


meliputi Kabupaten Tapanuli
Utara, Kabupaten Toba Samosir,
Kabupaten Simalungun,
Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo,
Kabupaten Humbang
Hasundutan, Kabupaten Pakpak
Bharat, Kabupaten Samosir, dan
Kota Pematang Siantar. Kawasan
Pantai Timur meliputi
Kabupaten Labuhan Batu, Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara
Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu Selatan,
Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara, Kabupaten Deli Serdang,
Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjung Balai, Kota
Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota Binjai.

2.2. Kondisi Kewilayahan

Perkembangan wilayah administrasi Provinsi Sumatera Utara mengikuti


dinamika kehidupan sosial ekonomi dan perpolitikan di Indonesia. Sampai
dengan akhir tahun 2012, secara administratif wilayah Provinsi Sumatera
terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota, 422 Kecamatan dan 5.223
Desa/Kelurahan. Kabupaten Mandailing Natal merupakan kabupaten
dengan wilayah terluas yaitu 6.620,70 (9,24%). Sedangkan luas terkecil
adalah Kota Sibolga yaitu 10,77km2 (0,02%).

Secara regional Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur strategis


pelayaran internasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura,
Malaysia dan Thailand. Provinsi Sumatera Utara memiliki garis pantai
sepanjang 1.300 Km. Panjang Garis Pantai Timur 545 Km, Panjang Garis
Pantai Barat 375 Km dan Panjang Garis Pantai Pulau Nias 380 Km.
Terdapat 419 pulau, dengan 237 pulau yang telah memiliki nama, dengan
6 pulau di wilayah Pantai Timur termasuk Pulau Berhala sebagai pulau
terluar yang berbatasan dengan selat Malaka dan sisanya 182 pulau di
wilayah Pantai Barat dengan Pulau Wunga dan Pulau Simuk sebagai pulau
terluar di wilayah Pantai Barat.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
14
Pada kawasan pesisir dan Gambar 2.2.Peta Prov. Sumatera
pulau-pulau kecil terdapat Utara
hutan mangrove seluas 63.467,4
Ha dalam kondisi baik seluas :
27.019,57 Ha dan 36.447,83 Ha
dalam kondisi rusak yang
tersebar di 6 Kabupaten (belum
termasuk Nias). Selain hasil laut
dan perikanan lainnya, kawasan
ini memiliki potensi pariwisata
bahari yang belum
teridentifikasi seluruhnya.

Daerah pantai di kawasan


Pantai Barat Sumatera Utara
sangat bervariasi yaitu daerah yang curam, berbatu dan di beberapa
daerah terdapat pantai yang didominasi rawa.Kondisi pantai semacam ini
banyak ditemukan di daerah Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli
Selatan, Sibolga dan Mandailing Natal. Sedangkan Pantai Kabupaten Nias
dan Kabupaten Nias Selatan didominasi oleh pantai berbatu dan berpasir,
khususnya yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia.

Banyak terdapat pulau-pulau kecil merupakan ciri yang dimiliki oleh


kawasan pesisir barat Sumatera Utara. Pantai Barat ini juga memiliki
hamparan mangrove sekitar 14.270 Ha yang membujur dari pantai selatan
Kabupaten Mandailing Natal sampai ke pantai selatan Kabupaten Tapanuli
Tengah serta di daerah pulau-pulau di Kabupaten Nias dengan ketebalan
antara 50-150 meter. Terumbu karang di Pantai Barat Sumatera Utara
terdapat di tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten
Nias dan Kabupaten Nias Selatan yang tumbuh pada kedalaman 3 -10
meter.

2.3. Kondisi Topografi, Geologi, Hidrologi dan Klimatologi

Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan
dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur ditengah-
tengah dari Utara ke Selatan. Kemiringan tanah antara 0 – 12 % seluas
65,51%, antara 12 – 40 % seluas 8,64 % dan diatas 40 % seluas 24,28 %,
sedangkan luas Wilayah Danau Toba 112.920 Ha atau 1,57 %. Ketinggian
lahan di Provinsi Sumatera Utara bervariasi mulai dari 0 – 2200 m dpl.
Terbagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian Timur dengan keadaan relatif

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
15
datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian Barat
merupakan dataran bergelombang.

Tabel 2.2. Jumlah Kecamatan, Desa, Kelurahan Dan Luas Wlayah


Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara
Luas
Jml Jml Jml
No. Kab/Kota Ibukota Wilayah
Kec Desa Kelurahan
(Km2)
1 Nias Gido 9 119 0 980,32
2 Madina Panyabungan 23 381 27 6.620,7
3 Tapanuli Selatan Sipirok 14 212 36 4.352,86
4 Tapanuli Tengah Pandan 20 147 30 2.158,0
5 Tapanuli Utara Tarutung 15 241 11 3.764,56
6 Toba Samosir Balige 16 231 13 2.561,38
7 Labuhan Batu Rantau Prapat 9 75 23 2.561,38
8 Asahan Kisaran 25 177 27 3.675,79
9 Simalungun Pamatang Raya 31 345 22 4.368,60
10 Dairi Sidikalang 15 161 8 1.927,80
11 Karo Kabanjahe 17 259 10 2.127,25
12 Deli Serdang Lubuk Pakam 22 385 9 2.486,14
13 Langkat Stabat 23 240 37 6.263,29
14 Nias Selatan* Teluk Dalam 18 354 2 1.625,91
15 Hbg. Dolok Sanggaul 2.297,20
10 153 1
Hasundutan*
16 Pak-Pak Bharat* Salak 8 52 0 1.218,30
17 Samosir* Pangururan 9 128 6 2.433,50
18 Serdang Sei Rampah 1.913,33
17 237 6
Bedagai*
19 Batu Bara* Lima Puluh 7 141 10 904,96
20 Pdg. Lawas Gunung Tua 3.918,05
9 386 2
Utara*
21 Padang Lawas* Sibuhuan 12 303 1 3.892,74
22 Lab.Batu Kota Pinang 3.116,00
5 52 2
Selatan*
23 Lab.Batu Utara* Aek Kenopan 8 82 8 3.545,80
24 Nias Utara* Lotu 11 112 1 1.501,63
25 Nias Barat* Lahomi 8 110 0 544,09
26 Sibolga Sibolga 4 0 17 10,77
27 Tanjung Balai Tanjung Balai 6 0 31 61,52
28 Pem. Siantar Pem. Siantar 8 0 53 79,97
29 Tebing Tinggi Tebing Tinggi 5 0 35 38,44
30 Medan Medan 21 0 151 265,10
31 Binjai Binjai 5 0 37 90,24
32 Pdg.Sidempuan* Pdg.Sidempuan 6 42 37 11,65
33 Gunung Sitoli* Gunung Sitoli 6 98 3 469,36
Sumatera Utara Medan 422 5.223 656 71.680,68
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Keterangan : 1) Keadaan Juni 2012

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
16
Gambar 2.3. Peta Wilayah Sumatera Utara Berdasarkan Kemiringan Lereng

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
17
Gambar 2.4. Peta Wilayah Sumatera Utara Berdasarkan Ketinggian Lahan

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99


Km2 atau 34,77 persen dari luas wilayah Sumatera Utara adalah Daerah
yang subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
18
Banjir juga sering melanda wilayah tersebut akibat berkurangnya
pelestarian hutan, erosi dan pendangkalan sungai. Pada musim kemarau
terjadi pula kekurangan persediaan air disebabkan kondisi hutan yang
kritis.

Wilayah dataran tinggi dan wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 Km2
atau 65,23 persen dari luas wilayah Sumatera Utara, sebagian besar
merupakan pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah,
iklim, topografi dan kontur serta daerah yang struktur tanahnya labil.
Beberapa danau, sungai, air terjun dan gunung berapi dijumpai di wilayah
ini serta sebagian wilayahnya tercatat sebagai daerah gempa tektonik dan
vulkanik.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
19
BAB III

KONDISI KEPENDUDUKAN SAAT INI

3.1. Kuantitas Penduduk


3.1.1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Sumatera Utara berdasarkan hasil sensus penduduk


1990 sebesar 10.252.021 jiwa, sensus penduduk 2000 sebesar
11.506.808 jiwa dan berdasarkan sensus penduduk 2010 meningkat
menjadi 12.982.204 jiwa. Dengan demikian laju pertumbuhan penduduk
periode 1900-2000 adalah 2,06 % setiap tahun dan periode 2000-2010
adalah 1,1 % setiap tahunnya. Keadaan ini menempatkan Sumatera
Utara merupakan provinsi ke-empat yang terbesar jumlah penduduknya
di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Gambar 3.1. Laju Pertumbuhan Penduduk Sumatera Utara

2,5
2,06
2

1,5 1,2 1,11


1

0,5
%

0
1990 2000 2010

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Hasil sensus penduduk tahun 2000 juga memperlihatkan bahwa jumlah


penduduk laki-laki di Sumatera Utara berjumlah 5.750.315 jiwa dan
jumlah penduduk perempuan 5.756.493 jiwa. Sementara itu, menurut
sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk laki-laki adalah
6.483.354 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 6.498.850 jiwa. Dilihat
dari wilayah kabupaten/kota, terlihat bahwa proporsi penduduk yang
tinggal di Kota Medan adalah paling besar yakni 2.109.339 jiwa atau 16,2
% dari keseluruhan penduduk Sumatera Utara. Sebaliknya, penduduk
yang berada di Kabupaten Deli Serdang menempati urutan kedua yang
jumlah penduduknya sebanyak 1.790.431 jiwa atau 13.7 %.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
20
Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota

Jenis Kelamin Tahun 2000 Tahun 2010

Laki-laki 5.750.315 6.483.354

Perempuan 5.756.493 6.498.850

Total 11.506.808 12.982.204

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Selanjutnya, apabila dilihat dari pertumbuhan penduduk periode 2000-


2010 menurut kabupaten/kota secara umum menunjukkan adanya
penurunan. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri karena ada proses
pemekaran dari beberapa kabupaten/kota. Tahun 2000 wilayah
Sumatera Utara yang hanya terdiri dari 19 kabupaten/kota, tahun 2010
telah mengalami pemekaran sehingga menjadi 33 kabupaten/kota.
Beberapa kabupaten/kota yang mengalami penurunan pertumbuhan
penduduk karena proses pemekaran ini adalah seperti Deli Serdang,
Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara,
Nias, Dairi, Pematang Siantar, dan Toba Samosir.

Kecenderungan di Kota Medan memperlihatkan adanya kenaikan yang


rata-rata hampir sama dalam periode waktu 20 tahun sejak 1990-2010,
yakni sekitar 200 ribuan jiwa. Sebaliknya, kabupaten Deli Serdang
merupakan daerah kabupaten yang luas daerahnya mengelilingi Kota
Medan memperlihatkan jumlah penduduk yang menurun dalam kurun
waktu 10 tahun terutama periode 2000-2010 dari 1.905.587jiwa tahun
2000 menjadi 1.790.431 jiwa. Hal ini diduga kurun waktu tersebut telah
terjadi pemekaran daerah dengan terbentuknya kabupaten baru yakni
Serdang Bedagai.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
21
Tabel 3.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Utara
Pertumbuhan
Jumlah Jumlah
Penduduk Setiap
No. Kabupaten/Kota Penduduk Penduduk
Tahun (%)
2000 2010 2000-2010
1 Deli Serdang 1,382,050 1,790,431 2.65
2 Langkat 906,565 967,535 0.66
3 Karo 283,713 350,960 2.17
4 Sumalungun 855,802 817,720 (0.46)
5 Asahan 603,148 668,272 1.04
6 Labuhan Batu 333,570 415,110 2.23
7 Tapanuli Tengah 244,679 311,232 2.46
8 Tapanuli Selatan 252,308 263,815 0.45
9 Tapanuli Utara 255,701 279,257 0.89
10 Nias 683,416 131,377 0.58
11 Dairi 260,892 270,053 0.35
12 Medan 1,905,587 2,097,610 0.97
13 Pem. Siantar 241,524 234,698 (0.29)
14 Tanjung Balai 132,438 154,445 1.56
15 Binjai 213,760 246,154 1.43
16 Tebing Tinggi 125,006 145,248 1.52
17 Sibolga 82,310 84,481 0.26
18 Madina 359,849 404,945 1.20
19 Toba Samosir 173,481 173,129 (0.02)
20 Pdg.Sidempuan* 159,798 191,531 1.84
21 Hbg. Hasundutan* 152,010 171,650 1.23
22 Pak-Pak Bharat* 31,965 40,505 2.42
23 Nias Selatan* 257,535 289,708 1.19
24 Samosir* 130,644 119,653 (0.88)
25 Serdang Bedagai* 577,438 594,383 0.29
26 Batu Bara* 332,707 375,885 1.24
27 Pdg. Lawas Utara* 155,900 225,259 3.78
28 Padang Lawas* 166,358 223,531 3.02
29 Lab.Batu Selatan* 215,725 277,673 2.58
30 Lab.batu Utara* 295,629 330,701 1.14
31 Gunung Sitoli* 108,960 126,202 1.49
32 Nias Barat* 76,997 81,807 0.61
33 Nias Utara* 115,914 127,244 0.94
Jumlah 11,513,973 12,982,204 1.11
*) Masih bergabung dengan kabupaten/kota induk.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
22
3.1.2. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per satuan unit


wilayah. Kepadatan penduduk Sumatera Utara terus mengalami
peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Provinsi
Sumatera Utara. Tahun 2000, kepadatan penduduk Sumatera Utara
sebesar 161 jiwa per Km² dengan penduduk terpadat di Kota Sibolga,
yaitu 7.427 jiwa per Km², Medan 7.186 jiwa per Km² dan Tebing Tinggi
4.032 jiwa per Km². Selanjutnya, berdasarkan hasil sensus penduduk
2010, kepadatan penduduk Sumatera Utara naik menjadi 181 jiwa per
Km² dengan kepadatan penduduk tetap sama seperti daerah-daerah
Medan, Sibolga, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, dan Binjai. Tingkat
kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota seperti tersaji dalam tabel
3 dan gambar 2 memperlihatkan bahwa tingkat kepadatan penduduk di
wilayah perkotaan jauh lebih tinggi dengan rata-rata 3.711 jiwa per Km²,
sementara untuk daerah kabupaten rata-rata tingkat kepadatan
penduduk hanya 168 jiwa per Km².

Ini menggambarkan bahwa distribusi penduduk antar daerah


Kabupaten/Kota masih cukup menyolok. Disamping itu, data juga
menunjukkan dari 33 daerah kabupaten/kota ternyata daerah yang
berstatus sebagai kota mempunyai kepadatan relatip lebih tinggi bila
dibandingkan dengan daerah dengan status kabupaten. Ini membuktikan
bahwa daerah-daerah dengan tingkat perkembangan ekonomi yang baik,
akan merupakan konsentrasi bagi penduduk sebagai wahana kegiatan
hidupnya. Keadaan inilah yang selanjutnya menyebabkan penduduk
melakukan migrasi, sehingga kepadatan penduduk semakin besar.

Tabel 3.3 Kepadatan Penduduk Menurut Kab/Kota Prov. Sumatera Utara

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
23
Kepadatan Kepadatan
Penduduk Penduduk
No. Kabupaten/Kota (Jiwa/Km2) (Jiwa/Km2)
2000 2010
1 Deli Serdang 452 720
2 Langkat 144 154
3 Karo 133 165
4 Simalungun 196 187
5 Asahan 204 182
6 Labuhan Batu 91 162
7 Tapanuli Tengah 112 144
8 Tapanuli Selatan 60 61
9 Tapanuli Utara 57 74
10 Nias 129 135
11 Dairi 93 140
12 Medan 7.186 7.957
13 Pem. Siantar 3.450 2.937
14 Tanjung Balai 2.283 2.510
15 Binjai 2.375 2.726
16 Tebing Tinggi 4.032 3.777
17 Sibolga 7.427 7.841
18 Madina 54 61
19 Toba Samosir 88 74
20 Pdg.Sidempuan* 1.671
21 Hbg. Hasundutan* 75
22 Pak-Pak Bharat* 33
23 Nias Selatan* 178
24 Samosir* 49
25 Serdang Bedagai* 310
26 Batu Bara* 414
27 Pdg. Lawas Utara* 57
28 Padang Lawas* 57
29 Lab.Batu Selatan* 89
30 Lab.batu Utara* 94
31 Gunung Sitoli* 268
32 Nias Barat* 150
33 Nias Utara* 85
Jumlah 161 181
*) Masih bergabung dengan kabupaten/kota induk.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
24
Tabel 3.4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kab/Kota
Provinsi SUMUT
2000 2010
Kabupaten/Kota L P L+P L P L+P
1. N i a s 339,806 343,610 683,416 64,057 67,320 131,377
2. Mandailing Natal 176,336 183513 359,849 199,037 205,908 404,945
3. Tapanuli Selatan 362,751 371,613 734,364 131,200 132,615 263,815
4. Tapanuli Tengah 122,816 121,863 244,679 156,377 154,855 311,232
5. Tapanuli Utara 202,055 205,656 407,711 138,156 141,101 279,257
6. Toba Samosir 149,850 154,275 304,125 86,101 87,028 173,129
7. Labuhan Batu 426,950 417,974 844,924 209,924 205,186 415,110
8. A s a h a n 470,679 465,176 935,855 335,945 332,327 668,272
9. Simalungun 428,593 427,209 855,802 407,838 409,882 817,720
10. D a i r i 145,884 146,973 292,857 135,004 135,049 270,053
11 . K a r o 141,165 142,548 283,713 174,418 176,542 350,960
12. Deli Serdang 985,388 974,100 1,959,488 901,915 888,516 1,790,431
13. L a n g k a t 458,927 447,638 906,565 487,676 479,859 967,535
14. Nias Selatan x x x 143,988 145,720 289,708
15. Humbahas x x x 85,344 86,306 171,650
16. Pakpak Bharat x x x 20,468 20,037 40,505
17. Samosir x x x 59,504 60,149 119,653
18. Serdang Bedagai x x x 298,614 295,769 594,383
19. Batubara x x x 189,328 186,557 375,885
20. Padang Lawas x x x 112,357 111,174 223,531
21. Paluta x x x 112,987 112,272 225,259
22. Labusel x x x 141,765 135,908 277,673
23. Labuhan Batu
x x x 167,154 163,547 330,701
Utara
24. Nias Utara x x x 63,061 64,183 127,244
25. Nias Barat x x x 39,146 42,661 81,807
71. S i b o l g a 41,911 40,399 82,310 42,408 42,073 84,481
72. Tanjung Balai 66,489 65,949 132,438 77,933 76,512 154,445
73. Pematang
119,693 121,831 241,524 114,561 120,137 234,698
Siantar
74. Tebing Tinggi 61,920 63,086 125,006 71,892 73,356 145,248
75. M e d a n 946,602 958,985 1,905,587 1,036,926 1,060,684 2,097,610
76. B i n j a i 107,104 106,656 213,760 122,997 123,157 246,154
77. P. Sidimpuan x x x 93,434 98,097 191,531
78. Gunung Sitoli x x x 61,839 64,363 126,202
Sumatera Utara 5,754,919 5,759,054 11,513,973 6,483,354 6,498,850 12,982,204

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
25
Kota Tebing Tinggi kepadatan penduduknya turun dari 4.032 jiwa per
Km² hasil sensus penduduk 2000 menjadi 3.777 jiwa per Km² sensus
penduduk 2010. Dari hasil kajian empirik untuk Tebing Tinggi diduga
karena ada penduduk yang tinggal di Kota Tebing Tinggi dimana wilayah
tersebut sudah menjadi wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Hasil yang
berbeda terjadi di Kota Pematang Siantar, kepadatan penduduk menurun
jika dibandingkan hasil sensus penduduk 2000 dengan 2010. Salah satu
alasannya adalah banyaknya penduduk Kota Pematang Siantar yang
migrasi keluar daerah untuk menuntut ilmu dan bekerja. Sementara itu
berbeda dengan Kabupaten Tobasa menurunnya tingkat kepadatan
penduduk disebabkan karena pemekaran daerah yaitu terbentuknya
Kabupaten Samosir.

Hal yang menarik juga diindikasikan adanya urbanisasi juga mewarnai


daerah perkotaan. Ini ditandai dengan tingginya tingkat pertumbuhan
penduduk daerah perkotaan dibanding daerah pedesaan. Migrasi
keluar lebih besar dari pada migrasi masuk berakibat hilangnya potensi
penduduk untuk mengelola sumberdaya alam daerah.

3.1.3. Rasio Jenis Kelamin

Rasio Jenis Kelamin adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-laki


dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu
tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per
100 perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk Sumatera Utara tahun
2000 adalah 99,90. Ini berarti setiap 100 perempuan ada 99,90 laki-laki,
yang sebenarnya jumlah ini sudah mendekati ideal. Sementara itu, rasio
jenis kelamin penduduk Sumatera Utara 2010 adalah 99,59 yang berarti
setiap 100 perempuan ada 99,59 laki-laki. Kecenderungan ini
menunjukkan adanya penurunan rasio jenis kelamin di Sumatera Utara,
yang berarti terjadi pengurangan penduduk laki-laki dan diduga hal ini
karena adanya proses perpindahan penduduk laki-laki atau migrasi
penduduk laki-laki ke daerah lain.

Banyak faktor penyebab terjadinya perpindahan penduduk laki-laki dari


Sumatera Utara ke provinsi lainnya, seperti yang lazim disebut dengan
faktor pendorong dan faktor penarik (push and pull factors).

a. Faktor pendorong antara lain makin berkurangnya sumber alam,


menurunnya permintaan atas barang tertentu yang bahan bakunya
makin susah diperoleh, menyempitnya lapangan kerja di daerah asal,

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
26
akibat tehnologi yang menggunakan mesin-mesin. Kondisi ini banyak
terlihat di daerah pedesaan Sumatera Utara terutama di Daerah
Tapanuli Utara, Simalungun dan Dairi.

b. Faktor penarik antara lain di daerah tujuan adanya kesempatan


untuk memasuki lapangan kerja yang cocok dan adanya aktivitas
baru di daerah tujuan seperti munculnya pusat - pusat pertumbuhan
ekonomi.

c. Apabila diikuti keadaan rasio jenis kelamin menurut kabupaten/kota,


maka rasio jenis kelamin terbesar berada di Kabupaten Labuhan Batu
Selatan yaitu 103,88 yang artinya setiap 100 perempuan ada 103,88
laki-laki. Dan rasio jenis kelamin terkecil berada di Kabupaten Nias
Barat yaitu 91,77. Hal ini mempunyai makna bahwa di Kabupaten
Nias Barat jumlah penduduk laki-laki jauh di bawah penduduk
perempuan atau setiap 100 perempuan terdapat 91,77 laki-laki.
Untuk Kabupaten Nias Barat, dari hasil analisa sementara rasio jenis
kelamin di daerah ini rendah karena banyak penduduk laki-laki di
daerah ini keluar daerah untuk menuntut ilmu atau melanjutkan
pendidikan dan mencari pekerjaan.

Tabel 3.5. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut Kab/Kota


Provinsi Sumatera Utara
Rasio Jenis Rasio Jenis
No. Kabupaten/Kota Kelamin Kelamin
2000 2010
1 Deli Serdang 101.1 101.38
2 Langkat 102.5 101.46
3 Karo 99.0 99.04
4 Sumalungun 100.3 99.38
5 Asahan 101.1 100.83
6 Labuhan Batu 102.0 102.06
7 Tapanuli Tengah 100.8 100.90
8 Tapanuli Selatan 97.7 99.67
9 Tapanuli Utara 98.2 97.82
10 Nias 98.9 95.09
11 Dairi 99.3 99.75
12 Medan 98.7 97.38
13 Pem. Siantar 98.2 94.97
14 Tanjung Balai 100.8 101.72
15 Binjai 100.4 99.64
16 Tebing Tinggi 98.1 97.97
17 Sibolga 102.3 100.57
18 Madina 96.1 96.76
19 Toba Samosir 97.1 98.86

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
27
20 Pdg.Sidempuan* 95.07
21 Hbg. Hasundutan* 98.68
22 Pak-Pak Bharat* 102.33
23 Nias Selatan* 99.16
24 Samosir* 98.58
25 Serdang Bedagai* 100.84
26 Batu Bara* 101.28
27 Pdg. Lawas Utara* 101.03
28 Padang Lawas* 99.73
29 Lab.Batu Selatan* 103.88
30 Lab.batu Utara* 102.10
31 Gunung Sitoli* 96.16
32 Nias Barat* 91.77
33 Nias Utara* 97.96
Jumlah 99.90 99.59
*) Masih bergabung dengan kabupaten/kota induk.

3.1.4. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)

Rasio Ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan


antara banyaknya penduduk usia nonproduktif (umur di bawah 15 tahun
dan umur 65 tahun ke atas) dengan banyaknya penduduk yang termasuk
produktif (penduduk umur 15-64 tahun). Rasio ketergantungan atau
rasio beban tanggungan dalam batasan studi demografi sering disebut
sebagai ―age dependency ratio‖. Hal ini dikarenakan rasio ini lebih
merupakan perbandingan antara penduduk muda dan penduduk tua
dengan penduduk usia kerja. Meskipun tidak akurat secara ekonomi,
rasio ketergantungan dapat menggambarkan banyaknya penduduk yang
harus ditanggung oleh penduduk usia kerja. Dengan memperhatikan
kedua rasio ketergantungan tersebut, untuk usia muda dan usia lanjut,
dapat diketahui kelompok umur mana yang berkontribusi paling besar
atau sedikit dalam rasio ketergantungan total.

Data menunjukkan, pada tahun 2010 rasio ketergantungan Sumatera


Utara sebesar 59, ini berarti bahwa tiap 100 penduduk produktif harus
menanggung 59 penduduk yang tidak produktif. Ini menunjukkan bahwa
di daerah Sumatera Utara jumlah penduduk usia produktif lebih banyak
di banding daerah lainnya. Keadaan ini, diduga sebagai akibat
meningkatnya kondisi perekonomian yang semakin maju. Selaras dengan
beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semakin maju
perekonomian suatu Negara atau daerah semakin kecil rasio beban
ketergantungan.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
28
Tabel 3.6. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur
dan Kabupaten/Kota Tahun 2010

Kelompok Umur Jumlah Persentase


0 – 14 Tahun 4.315.500 33,2
15 – 64 Tahun 8.162.534 62,9
65 Tahun + 504.170 3,9
Jumlah 12,982,204 100,0

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Selanjutnya, hal yang cukup menarik apabila ditelusuri dari struktur


umur. atau komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
merupakan komponen penting dalam demografi. Hampir semua
pembahasan mengenai masalah kependudukan melibatkan pembahasan
komponen umur dan jenis kelamin penduduk. Struktur umur penduduk
antar daerah satu dengan daerah lain tidak sama. Struktur penduduk
dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yakni kelahiran, kematian dan
migrasi. Ketiga variabel ini sering saling berpengaruh satu dengan yang
lain. Faktor-faktor sosial-ekonomi di suatu negara akan mempengaruhi
struktur umur penduduk lewat ketiga variabel demografi di atas.

Suatu daerah atau negara dikatakan struktur umur muda, apabila


kelompok penduduk yang berumur di bawah 15 tahun jumlahnya besar
(lebih dari 35%), sedang besarnya kelompok penduduk usia 65 tahun ke
atas lebih kurang 3%. Sebaliknya, suatu daerah atau negara dikatakan
berstruktur umur tua, apabila kelompok penduduk yang berumur 15
tahun ke bawah jumlahnya kecil (kurang dari 35% dari seluruh
penduduk) dan persentase penduduk di atas 65 tahun sekitar 15%
(Mantra, 1985).

Bila dilihat komposisi penduduk menurut umur, ternyata di Sumatera


Utara masih tergolong struktur umur muda. Ini ditunjukkan dari
persentase penduduk umur muda (di bawah 15 tahun) sebesar 31,5 %
dan penduduk umur 65 tahun ke atas sebesar 3,9 % dengan umur
median sekitar 25 tahun. Ini memberikan implikasi bahwa potensi
kelompok umur muda perlu mendapatkan perhatian dan pengembangan
sehingga mampu menghasilkan tenaga-tenaga trampil, mandiri untuk
mengisi peluang-peluang ekonomi yang ada.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
29
3.1.5. Penduduk Lanjut Usia (Lansia)

Selanjutnya, bila diperhatikan dinamika penduduk lanjut usia dengan


batasan 60 tahun ke atas, ternyata selama periode 2005-2010 telah
terjadi kenaikan, Tahun 2005 penduduk usia 60 tahun keatas sekitar
721,0 ribu jiwa (5,8 %) menjadi sekitar 765,8 ribu jiwa (5,9 %) pada tahun
2010. Perubahan proporsi usia lanjut disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain tingkat dan kecenderungan yang telah dicapai sebelumnya,
struktur umur penduduk dan determinan lainya. Semakin membaiknya
kondisi sosial-ekonomi, fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan serta
semakin membaiknya gizi dan kesehatan lingkungan hidup menunjukkan
kematian dapat diturunkan sehingga usia hidup semakin tinggi dan
sebaliknya.

Tabel 3.7. Jumlah Dan Persentase Penduduk Usia Lanjut


Provinsi Sumatera Utara
Kategori Tahun Tahun
2005 2010

Jumlah Penduduk
721.0 765.8
Lansia (000 jiwa)

Persentase 5,8 5,9

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Oleh karena itu dimasa-masa mendatang jika tidak diantisipasi akan


menimbulkan masalah-masalah seperti kerentanan penduduk usia
lanjut, beban ekonomis dan penyediaan panti-panti jompo. Untuk
mengantisipasi hal tersebut perlu bagi pemerintah atau swasta
menciptakan lapangan kerja yang ideal bagi para lansia sehingga pada
akhir usia mereka masih potensil dan produktif seperti beternak unggas,
kerajinan tangan dan usaha rumah tangga lainnya. Disamping itu, upaya
yang telah dilaksanakan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara dalam
membina penduduk lanjut usia melalui Proyek Penyantunan Lanjut Usia
dan Anak Terlantar dengan program bimbingan sosial dan keterampilan
serta paket Usaha Lanjut Usia disamping peningkatan prasarana panti
perlu ditingkatkan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah dengan
peningkatan pendapatan penduduk sehingga memiliki saving yang cukup
guna membiayai kebutuhan pada saat lansia.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
30
3.1.6. Perilaku Fertilitas

Fertilitas adalah hasil reproduksi nyata dari seorang wanita atau


sekelompok wanita. Angka fertilitas (kelahiran) sangat erat hubungannya
dengan tingkat kesehatan masyarakat, khususnya dengan bidang
keluarga berencana. Ukuran yang sering digunakan untuk melihat angka
fertilitas yang umum digunakan adalah angka kelahiran total (Total
Fertlity Rate = TFR) dan angka kelahiran menurut kelompok umur (Age
Specific Fertility Rate = ASFR). Selanjutnya, dalam tulisan ini perilaku
TFR dan ASFR menggunakan angka estimasi berdasarkan Survei
Demografi Dan Kesehatan Indonesia 2012.

Mengacu ukuran TFR, maka berdasarkan SDKI 1991 angka kelahiran


total adalah 4,55 menurun kemudian pada SDKI 1997 menjadi 3,72 ,
selanjutnya menjadi 3,00 pada SDKI 2002/2003, selanjutnya naik
kembali menjadi 3,8 pada SDKI 2007 serta turun kembali menjadi 3 pada
SDKI 2012, dan Sumatera Utara sebagai urutan ketiga terbesar setelah
Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Terjadinya kenaikan fertilitas pada
SDKI 2007 tersebut diduga karena revitalisasi program keluarga
berencana paska otonomi daerah yang belum maksimal. Seperti diketahui
dengan adanya pengalihan kewenangan pengelolaan program keluarga
berencana yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab daerah
kabupaten/kota, maka belum sepenuhnya setiap daerah kabupaten/kota
dapat mengalokasikan anggaran maksimal. Disamping itu, aspek
penunjang pelaksanaan program keluarga berencana seperti tenaga
penyuluh dan kelembagaan yang belum mencukupi merupakan kendala
tersendiri pelaksanaan revitalisasi program keluarga berencana di
kabupaten/kota.

Gambar 3.2. Tren TFR Provinsi Sumatera Utara


5 4,55
3,88 3,72 3,8
4
3 3
3

0
SDKI 1991 SDKI 1994 SDKI 1997SDKI 2002/2003SDKI 2007 SDKI 2012

Sumber : BPS Sumatera Utara


Selanjutnya, perilaku angka kelahiran total (TFR) menurut daerah
kabupaten/kota di Sumatera Utara tersaji dalam gambar 3.3 berikut.
Terlihat bahwa angka kelahiran total (TFR) menurut daerah

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
31
kabupaten/kota di Sumatera Utara masih menunjukkan variasi yang
cukup menyolok antar kabupaten/kota. Apabila diikuti dari estimasi data
tahun 2010 (Sumatera Utara dalam Angka, 2010), maka angka kelahiran
total (TFR) paling rendah adalah Kota Medan sebesar 2 dan angka
kelahiran total (TFR) paling tinggi adalah di Kabupaten Humbang
Hasundutan sebesar 4,9. Terjadinya perbedaan antar kabupaten/kota ini
tentunya terjadi karena memang perbedaan intervensi program keluarga
berencana dari masing-masing kabupaten/kota. Selanjutnya, jika diamati
pola fertilitas menurut ASFR ternyata puncak ASFR masih tetap pada
kelompok umur 25-29 tahun baik di Sumatera Utara maupun secara
nasional.

Gambar3.3. Angka Kelahiran Total (TFR) Menurut Kabupaten/Kota


Sumatera Utara Tahun 2010
Humbahas 4.9
Taput 4.4
Pakpak Bharat 4.3
Samosir 4.3
Nias 4.2
Paluta 4.2
Dairi 4.1
Palas 4.1
Tobasa 3.9
Tapteng 3.9
Nias Barat 3.9
Nias Utara 3.9
Nias Selatan 3.9
Tapsel 3.8
Madina 3.8
Labura 3.4
Tj. Balai 3.3
Labusel 3.3
Gunung Sitoli 3.2
Batu Bara 3.2
Lab.Batu 3.2
Simalungun 3.1
Karo 3
SUMUT 3
Asahan 3
Sibolga 2.9
Pd.Sidempuan 2.9
Sergai 2.9
Langkat 2.8
Deli Serdang 2.7
Pem.Siantar 2.6
T. Tinggi 2.6
Binjai 2.4
Medan 2.2

0 1 2 3 4 5 6
Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
32
Gambar 3.4. Angka kelahiran Menurut Kelompok Umur
Sumatera Utara SDKI 2002/2003, SDKI 2007 Dan SDKI 2012
300
200
100
0
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49

SDKI 2002-2003 SDKI 2007 SDKI 2012

Sumber : BPS Sumatera Utara

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keputusan untuk


mengupayakan penurunan fertilitas. Mengetahui faktor-faktor tersebut
sangat berguna dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan
penurunan fertilitas. Banyak studi empirik telah menunjukkan adanya
peranan faktor sosial, ekonomi, dan budaya. Pada bahasan
ini dicoba untuk ditelusuri peranan keluarga berencana,
umur perkawinan pertama, budaya dan pendidikan.

3.1.7. Keluarga Berencana

Penambahan jumlah penduduk di Indonesia pada beberapa dekade ini


terjadi peningkatan. Masalah tingginya jumlah penduduk di Indonesia
dipengaruhi oleh angka kelahiran yang lebih tinggi dari pada angka
kematian. Untuk menanggulangi masalah ini, Indonesia mencanangkan
program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana Nasional
adalah program untuk membantu keluarga termasuk individu anggota
keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik
sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas. Dengan terbentuknya
keluarga berkualitas maka generasi mendatang sebagai sumber daya
manusia yang berkualitas akan dapat melanjutkan pembangunan.
Program Keluarga Berencana dalam pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan kependudukan dapat memberikan kontribusi dalam hal
mengendalikan jumlah dan pertumbuhan penduduk juga diikuti dengan
peningkatan kualitas penduduk.

Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan


usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
33
Pemakaian alat kontrasepsi akan mempengaruhi fertilitas wanita melalui
status fekunditasnya (kemampuan melahirkan). Melalui pemakaian alat
KB wanita dapat mengatur panjang-pendeknya masa ekspose terhadap
kehamilan. Pembicaraan mengenai pembatasan kelahiran dengan
menggunakan cara-cara kontrasepsi (PIL, IUD, Kondom, Suntik, MOP,
MOW) bagi penduduk, rupa-rupanya tidak dapat terlepas dari
pengetahuan, sikap dan praktek Keluarga berencana. Adapun
pengetahuan, sikap, dan praktek KB dari seluruh penduduk sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi penduduk seperti tingkat
pendidikan, status ekonomi, daerah, desa atau kota.

Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi di antara


wanita kawin di Provinsi Sumatera Utara adalah 56 % untuk semua cara
dan 43 % untuk cara kontrasepsi modern. Diantara cara KB modern, cara
KB suntikan adalah yang paling umum dipakai baik oleh wanita pernah
kawin maupun wanita berstatus kawin (masing-masing 12 % dan 18 %).
Kontrasepsi pil juga cukup populer, digunakan oleh 7 % wanita pernah
kawin dan 11 % wanita berstatus kawin. Pemakaian kontrasepsi di
Provinsi Sumatera Utara tentunya jauh di bawah angka nasional yakni
sebesar 62 %. Dengan demikian, peningkatan cakupan pemakaian
kontrasepsi melalui revitalisasi program dengan sasaran wanita kawin
umur muda tentunya merupakan prioritas.

% Gambar 3.5. Tren Pemakaian Alat/Cara KB Sumatera Utara


60
50
40 52,9 54,2 56
47 46
30
37,2
20
10
0
SDKI 1991 SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI SDKI 2007 SDKI 2012
2002/2003

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Kontribusi pemakainan alat/obat kontrasepsi terhadap penurunan


fertilitas sangat dipengaruhi pula oleh jumlah PUS menurut usia dan
jumlah anak yang telah dimiliki. Pasangan Usia Subur usia muda
dengan jumlah anak sedikit atau disebut Pus Muda Paritas Rendah (
Pusmuparen ) sangat besar pengaruhnya terhadap penurunan fertilitas
dibandingkan dengan peserta KB dari Pus usia tua paritas tinggi (
Pustuparti ).

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
34
Data menunjukkan bahwa peserta KB di Sumatera Utara masih
didominasi oleh Pus Tua Paritas Tinggi ( 55,65% ) sedangkan peserta KB
dari Pusmuparen sebesar 44,35 %.

Tabel 3.8. Peserta KB PUS MUPAREN


Pengguna/memamakai alat/cara KB
Sedang Tidak Tdk pernah Total %
No Kab./Kota Mengguna mengguna mengguna
Kan kan lagi kan
1 Nias 928 335 2772 4035 23
2 Mandailing Natal 3090 2437 11367 16894 18.29
3 Tapanuli Selatan 3078 1495 8438 13011 23.66
4 Tapanuli Tengah 2403 620 7221 10244 23.46
5 Tapanuli Utara 1190 131 3617 4938 24.1
6 Toba Samosir 1150 534 2960 4644 24.76
7 Labuhan Batu 9797 4892 7714 22403 43.73
8 Asahan 21781 3805 11033 36619 59.48
9 Simalungun 15366 3853 14187 33406 46
10 Dairi 1196 815 5098 7109 16.82
11 Karo 6985 2600 5957 15542 44.94
12 Deli Serdang 44431 7282 28853 80566 55.15
13 Langkat 25628 4906 16796 47330 54.15
14 Nias Selatan 1974 900 8474 11348 17.4
15 Humbang 149 403 2969 3521 4.23
Hasundutan
16 Pakpak Bharat 419 59 918 1396 30.01
17 Samosir 504 74 2415 2993 16.84
18 Serdang Bedagai 17098 4093 9031 30222 56.57
19 Batu Bara 9187 3681 5356 18224 50.41
20 Padang Lawas 3827 1109 7298 12234 31.28
Utara
21 Padang Lawas 3390 1504 7232 12126 27.96
22 Labuhan Batu 9850 2367 8021 20238 48.67
Selatan
23 Labuhan Batu 8968 2119 5723 16810 53.35
Utara
24 Nias Utara 544 248 2917 3709 14.67
25 Nias Barat 313 104 2059 2476 12.64
26 Kota Sibolga 1415 283 813 2511 56.35
27 Kota Tanjung 3295 1061 3127 7483 44.03
Balai
28 Kota Pematang 3103 970 3393 7466 41.56
Siantar
29 Kota Tebing Tinggi 3252 783 1385 5420 60
30 Kota Medan 32987 7449 39372 79808 41.33
31 Kota Binjai 7319 1521 4585 13425 54.52
32 Kota 3058 719 3842 7619 40.14
Padangsidimpuan
33 Kota Gunungsitoli 941 134 3740 4815 19.54
248616 63286 248683 560585 44.35
Sumber : BPS Sumatera Utara

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
35
Tabel 3.9. Peserta KB PUSTUPARTI

Pengguna/memamakai alat/cara KB
tdk
No Kab./Kota Sedang Tidak Total %
pernah
Mengguna mengguna
mengguna
Kan kan lagi
kan
1 2 3 4 5 6
1 Nias 5077 1816 2896 9789 51.86
2 Mandailing Natal 8784 6549 18229 33562 26.17
3 Tapanuli Selatan 7562 4220 9458 21240 35.6
4 Tapanuli Tengah 9017 6562 8733 24312 37.09
5 Tapanuli Utara 10409 5023 7395 22827 45.6
6 Toba Samosir 7621 2455 4241 14317 53.23
7 Labuhan Batu 18228 6547 7396 32171 56.66
8 Asahan 27790 13390 10875 52055 53.39
9 Simalungun 38008 12515 13343 63866 59.51
10 Dairi 9948 4857 7321 22126 44.96
11 Karo 14499 6436 3573 24508 59.16
12 Deli Serdang 84577 28668 21386 134631 62.82
13 Langkat 49297 12878 9682 71857 68.6
14 Nias Selatan 12943 3770 7528 24241 53.39
15 Humbang Hasundutan 6802 2523 5892 15217 44.7
16 Pakpak Bharat 1409 784 1327 3520 40.03
17 Samosir 3825 1537 3608 8970 42.64
18 Serdang Bedagai 29001 10054 9188 48243 60.11
19 Batu Bara 16260 7143 4941 28344 57.37
20 Padang Lawas Utara 4692 5479 6820 16991 27.61
21 Padang Lawas 3957 3969 9361 17287 22.89
22 Labuhan Batu Selatan 13428 4558 3978 21964 61.14
23 Labuhan Batu Utara 14564 5293 6693 26550 54.85
24 Nias Utara 5966 1160 3405 10531 56.65
25 Nias Barat 2163 625 2893 5681 38.07
26 Kota Sibolga 3572 1591 1627 6790 52.61
27 Kota Tanjung Balai 6477 2792 2848 12117 53.45
28 Kota Pematang Siantar 9793 4072 3975 17840 54.89
29 Kota Tebing Tinggi 6264 2710 1265 10239 61.18
30 Kota Medan 71295 25006 28199 124500 57.27
31 Kota Binjai 10965 4741 1962 17668 62.06
32 Kota Padangsidimpuan 7703 3495 3359 14557 52.92
33 Kota Gunungsitoli 3073 1774 3111 7958 38.62
524969 204992 236508 966469 54.32
Sumber : BPS Sumatera Utara

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
36
Selanjutnya, laporan SDKI 2012 juga menemukan bahwa pemakaian
kontrasepsi di daerah perkotaan jauh lebih tinggi dari pada di pedesaan
(masing-masing 60 % dan 52 %). Namun demikian, jenis metode yang
digunakan berbeda, wanita di perkotaan lebih mempercayai suntikan, pil
dan sterilisasi wanita, sementara wanita di pedesaan lebih mempercayai
menggunakan KB suntikan, pil dan susuk KB. Dengan demikian,
pemakaian untuk metode yang bersifat kontap dan jangka panjang perlu
mendapatkan perhatian dan prioritas.

Selanjutnya, pendidikan merupakan variabel yang penting dalam studi


perbedaan fertilitas dan keluarga berencana, karena variabel ini
banyak berpengaruh terhadap perubahan status, sikap dan pandangan
hidup masyarakat pada umumnya, wanita pada khususnya.
Meningkatnya pendidikan wanita dapat merubah pandangan hidup yang
tradisional, dari pandangan bahwa wanita adalah sebagai ibu rumah
tangga yang harus tinggal di rumah mengurus anak dan suami, ke arah
pandangan yang lebih maju yang mendorong wanita untuk bekerja di luar
rumah, dan ikut mengambil bagian dalam pengambilan keputusan dalam
rumah tangga. Dari kenyataan di atas tentu saja akan mendorong wanita
lebih menyukai keluarga kecil yang akan memberi keleluasaan bergerak
kepada mereka dari pada bila keluarga besar dengan banyak anak.

Anggapan tersebut di atas rupa-rupanya dipakai sebagai dasar dari teori


yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin
rendah fertilitasnya, atau dengan kata lain terjadi hubungan yang negatip
antara fertilitas dan tingkat pendidikan. Akan tetapi dalam berbagai
penelitian yang dilakukan di Indonesia, hasilnya ternyata tidak selalu
konsisten dengan teori di atas. Salah satu bukti dari hasil Survey
Fertilitas Mortalitas yang pernah dilakukan ternyata menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan dengan fertilitas mempunyai hubungan yang positip.

Berdasarkan hasil SDKI 2012, ternyata juga membuktikan bahwa


pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung akan
memberikan kontribusinya terhadap pemakaian alat/cara KB. Gambar
3.6 mengisyaratkan bahwa pemakaian kontrasepsi atau alat KB
cenderung meningkat seiring dengan peningkatan tingkat pendidikan.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
37
Gambar 3.6. Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Provinsi, SDKI 2012

Sumber : SDKI Tahun 2012

Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (Unmet Need) adalah sebagai


persentase wanita berstatus kawin yang tidak ingin punya anak lagi atau
ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat
kontrasepsi. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi di Sumatera Utara
adalah 12,3 %. Keadaan ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan angka
nasional sebesar 9,1 %. Selanjutnya, kebutuhan KB yang tidak terpenuhi
ini secara umum menurun ketika tingkat pendidikan masyarakat
meningkat.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
38
Gambar 3.8. Pemakaian Alat/Cara KB
Menurut Pendidikan Sumatera Utara
Gambar 3.7. Pemakaian Alat/Cara KB (SDKI 2012)
Menurut Daerah Sumatera Utara
70
(SDKI 2012 58
60 51
62
60 50
60
40
58
30 21
56
20
54
52 10
52
0
50 Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMTP+
48
Perkotaan Pedesaan

Sumber : SDKI Tahun 2012

Dilihat dari variabel umur pada waktu kawin ternyata juga memberikan
gambaran yang cukup menarik. Umur pada waktu kawin adalah
merupakan variabel yang menunjukkan saat dimulainya hubungan
kelamin. Oleh karena itu variabel ini mempengaruhi fertilitas secara
langsung, dimana pada saat itulah wanita
memulai masa reproduksinya dengan mengabaikan jumlah kelahiran
sebelum perkawinan. Disamping itu umur pada waktu kawin juga
menentukan perpanjangan masa reproduksi wanita.

Dengan mengikuti pemikiran di atas, apabila umur pada waktu kawin


bagi wanita-wanita dilakukan seawal mungkin atau dalam umur
muda maka diprediksi akan mempunyai lebih banyak anak dari pada
wanita-wanita yang umur pada waktu kawinnya lebih tua, yang
dengan sendirinya lama masa reproduksinya relatip lebih pendek. Bukti
dari Survey Fertilitas Mortalitas yang pernah dilakukan menunjukan
bahwa wanita-wanita yang umur pada waktu kawinnya lebih muda
dalam hal ini berumur di bawah 15 tahun, mempunyai anak lebih
banyak bila dibandingkan dengan mereka yang memulai perkawinannya
pada umur 21 tahun ke atas. Hal ini berarti ada korelasi yang negatip
antara umur pada waktu kawin dengan fertilitas.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
39
Gambar 3.9. Kebutuhan KB Yang Tidak Gambar 3.10. Kebutuhan KB Yang Tidak
Terpenuhi (SDKI 2012) Sumatera Utara (SDKI Terpenuhi Menurut Pendidikan Sumatera
2012) Utara (SDKI 2012)
13,5 13,2 25 23
13 20
16,1 15,1
12,5 12,4
15 11,9
12
11,4 10
11,5
5
11
0
10,5
Indonesia Sumatera Utara

Sumber : SDKI Tahun 2012

Sebenarnya variabel umur pada waktu kawin ini sangat dipengaruhi oleh
variabel pendidikan dan status ekonomi. Wanita yang berpendidikan
lebih tinggi yang otomatis status ekonominya tinggi pula akan menunda
saat perkawinannya, karena wanita-wanita tersebut akan lama
menghabiskan waktunya dibangku sekolah. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa wanita yang berpendidikan lebih tinggi dan status
ekonomi lebih tinggi pula akan menunda masa perkawinannya, sehingga
peluang untuk mempunyai anak yang lebih banyak akan berkurang dan
dengan sendirinya akan menekan tingkat fertilitas.

Di Sumatera Utara median rata-rata kawin pertama umur 22 tahun,


sedangkan di Indonesia rata-rata umur kawin pertamanya adalah 20
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa wanita Sumatera Utara kawin lebih
tua daripada wanita secara nasional. Data SDKI 2012 menunjukkan
bahwa di Sumatera Utara umur median kawin pertama terus meningkat
dari 19,4 tahun di tahun 1991 meningkat menjadi 22 tahun pada tahun
2012. Kecenderungan ini serupa juga terlihat secara nasional (Gambar
3.11 dan 3.12). Walaupun kecenderungan umur kawin wanita ini telah
menunjukkan peningkatan, tetapi tentunya rata-rata umur kawin
tersebut masihlah relatip muda. Dengan demikian program KB dalam
upaya penundaan usia kawin harus lebih ditingkatkan.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
40
Gambar 3.11. Tren Median Umur Gambar 3.12. Tren Median Umur
Kawin Pertama Sumatera Utara Kawin Pertama Indonesia
23 21
22,1 22 19,8 20,1
22 20 19,2
21,2 18,6
19 18,1
21 20,3 20,1
18 17,1
20 19,4
17
19 16
18 15

Sumber : SDKI Tahun 2012

Disahkannya Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga merupakan dasar untuk
melakukan revitalisasi kebijakan kependudukan di Indonesia. Dari sisi
kelembagaan, UU tersebut memberikan kesempatan yang besar untuk
mengelola kebijakan kependudukan secara memadai dengan mengubah
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjadi Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Di tingkat provinsidan
kabupaten/kota. Namun sampai dengan akhir tahun 2012 belum ada
satupun di Sumatera Utara yang membentuk Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Daerah (BKKBD).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara umum masalah


kependudukan dilihat dari aspek pengendalian kuantitas adanya
kecenderungan stagnasi kinerja pembangunan kependudukan.
Disamping itu, indikator kuantitas penduduk semuanya memperlihatkan
adanya disparitas antar Kabupaten/Kota. Hal ini tampaknya bersumber
dari belum maksimalnya kebijakan pengendalian pertumbuhan dan
jumlah penduduk.

3.1.8. Proyeksi Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010-2035

Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Provinsi Sumatera


Utara selama dua puluh lima tahun mendatang terus mengalami
peningkatan. Jumlah penduduk hasil sensus penduduk 2010 sebagai
tahun dasar sebesar 12.982.204 jiwa dan menjadi sekitar 16.136.001
jiwa pada tahun 2035. Namun demikian, bila diperhatikan pertumbuhan
rata-rata setiap tahun penduduk di Provinsi Sumatera Utara selama

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
41
periode 2010-2035 menunjukkan kecenderungan penurunan terus
menerus. Periode 2010-2015 dan 2030-2035 penduduk Provinsi
Sumatera Utara turun dengan kecepatan 1,1 % menjadi 0,5 % per tahun.
Terjadinya penurunan disebabkan karena kebijakan pengendalian
kuantitas penduduk melalui program KB dan adanya faktor migrasi
keluar Sumatera Utara dan penurunan kelahiran dibandingkan dengan
faktor kematian. Apabila diikuti kecenderungan angka kelahiran kasar
(Crude Birth Rate) turun dari sekitar 24 per 1000 penduduk pada awal
proyeksi menjadi 19 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi,
sedangkan angka kematian kasar (Crude Death Rate) diharapkan turun
dari 5 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 4 per 1000
penduduk pada akhir proyeksi. Sementara bila diikuti perhitungan data
sensus penduduk 2010, migrasi keluar Sumatera Utara sebesar 17,7 %
dan migrasi masuk ke Sumatera Utara sebesar 4,3 %.

Tabel 3.10. Proyeksi Penduduk Provinsi Sumatera Utara 2010-2035

Tahun Jumlah Jumlah Total


Laki-laki Perempuan
2010 6.483.354 6.498.850 12.982.204
2015 6.877.262 6.883.838 13.761.100
2020 7.233.737 7.235.570 14.469.307
2025 7.552.538 7.556.547 15.109.085
2030 7.834.606 7.846.841 15.681.447
2035 8.056.602 8.079.399 16.136.001

Sumber : BPS Sumatera Utara

Gambar 3.13 Pertumbuhan Penduduk Sumatera Utara 2010 – 2013

Sumber : BPS Sumatera Utara

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
42
Selanjutnya, cukup menarik apabila diperhatikan gambaran piramida
penduduk menurut tahun. Piramida penduduk tahun 2010 menunjukkan
pola yang tidak menggembung lagi atau menyerupai ―Candi Borobudur‖,
tetapi sudah berubah lebih ramping menyerupai ―Candi Prambanan‖
hingga periode akhir proyeksi. Ini mengindikasikan bahwa selama periode
2010-2035 penduduk di Provinsi Sumatera Utara disamping akan
mengalami penurunan pertumbuhan secara terus menerus, juga akan
ditandai dengan struktur penduduk yang ideal. Walaupun jika
diperhatikan rata-rata pertumbuhan penduduknya masih di atas 1 %
setiap tahunnya. Dengan demikian pencapaian target jumlah penduduk
tanpa pertumbuhan tahun 2035 masih merupakan tantangan berat
untuk Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 3.11. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010

UMUR Laki-Laki Perempuan Jumlah

0-4 744,374 706,319 1,450,693


5-9 750,888 706,009 1,456,897
10-14 723,815 684,095 1,407,910
15-19 640,079 624,541 1,264,620
20-24 550,253 559,810 1,110,063
25-29 551,237 553,946 1,105,183
30-34 494,373 492,350 986,723
35-39 448,195 455,114 903,309
40-44 400,598 412,031 812,629
45-49 344,796 360,378 705,174
50-54 293,428 299,424 592,852
55-59 209,213 211,116 420,329
60-64 121,965 139,687 261,652
65-69 88,094 111,585 199,679
70-74 60,765 81,532 142,297
75-79 31,680 49,329 81,009
80+ 29,601 51,584 81,185
Total 6,483,354 6,498,850 12,982,204

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
43
Gambar 3.14. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2010

80+

70-74

60-64

50-54

40-44

30-34

20-24

10-14

0-4
15,0 10,0 5,0 0,00 5,00 10,00 15,00

Perempuan Laki-laki

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

Tabel 3.12. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2015

UMUR Laki-laki Perempuan Jumlah


0-4 671,743 638,161 1,309,904
5-9 734,717 693,546 1,428,263
10-14 745,798 699,856 1,445,654
15-19 713,655 671,407 1,385,061
20-24 613,144 602,234 1,215,378
25-29 507,285 536,633 1,043,918
30-34 517,005 533,694 1,050,699
35-39 477,658 476,791 954,449
40-44 438,813 445,555 884,368
45-49 391,520 401,986 793,506
50-54 334,387 349,744 684,131
55-59 279,141 285,902 565,042
60-64 193,259 198,801 392,060
65-69 107,547 127,513 235,060
70-74 72,155 96,070 168,225
75-79 44,630 64,603 109,232
80+ 34,806 61,343 96,150
Total 6,877,262 6,883,838 13,761,100

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
44
Gambar 3.15. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2015

80+
70-74
60-64
50-54
40-44
30-34
20-24
10-14
0-4
15,0 10,0 5,0 0,00 5,00 10,00 15,00

Perempuan Laki-laki

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

Tabel 3.13. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2020

UMUR Laki-laki Perempuan Jumlah


0-4 669,861 637,763 1,307,624
5-9 661,058 626,045 1,287,103
10-14 729,488 688,417 1,417,905
15-19 735,052 690,404 1,425,456
20-24 688,010 650,162 1,338,172
25-29 574,845 572,327 1,147,171
30-34 474,792 510,718 985,510
35-39 495,852 514,585 1,010,437
40-44 464,521 464,991 929,513
45-49 428,346 437,182 865,528
50-54 380,048 392,362 772,410
55-59 318,304 336,166 654,469
60-64 258,059 270,621 528,680
65-69 171,088 182,987 354,076
70-74 87,934 110,456 198,390
75-79 53,218 77,215 130,433
80+ 43,262 73,169 116,431
Total 7,233,737 7,235,570 14,469,307

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
45
Gambar 3.16. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2020

80+

70-74

60-64

50-54

40-44

30-34

20-24

10-14

0-4
15,00 10,00 5,00 0,00 5,00 10,00 15,00

Perempuan Laki-laki

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

Tabel 3.14. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2025

UMUR Laki-laki Perempuan Jumlah


0-4 673,480 641,636 1,315,116
5-9 659,548 626,823 1,286,370
10-14 655,646 621,231 1,276,877
15-19 717,452 678,824 1,396,276
20-24 707,564 668,800 1,376,364
25-29 646,803 617,386 1,264,189
30-34 540,125 542,627 1,082,752
35-39 452,626 490,085 942,711
40-44 481,519 501,415 982,934
45-49 454,842 456,590 911,432
50-54 417,371 427,143 844,513
55-59 362,849 377,839 740,688
60-64 294,528 318,994 613,522
65-69 228,861 249,980 478,841
70-74 141,165 159,521 300,686
75-79 65,261 89,262 154,524
80+ 52,899 88,392 141,291
Total 7,552,538 7,556,547 15,109,085

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
46
Gambar 3.17. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2025

80+
70-74
60-64
50-54
40-44
30-34
20-24
10-14
0-4
15,00 10,00 5,00 0,00 5,00 10,00 15,00

Perempuan Laki-laki

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

Tabel 3.15. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2030

UMUR Laki-laki Perempuan Jumlah


0-4 680,879 648,617 1,329,496
5-9 662,832 630,568 1,293,401
10-14 653,751 621,905 1,275,656
15-19 642,836 611,358 1,254,194
20-24 688,436 656,565 1,345,001
25-29 663,626 634,894 1,298,520
30-34 609,275 586,360 1,195,634
35-39 517,462 521,203 1,038,664
40-44 439,030 476,775 915,804
45-49 472,127 492,626 964,752
50-54 444,402 446,317 890,719
55-59 400,110 411,767 811,877
60-64 337,029 359,040 696,069
65-69 261,749 295,166 556,915
70-74 189,671 218,792 408,463
75-79 106,025 129,974 235,999
80+ 65,368 104,914 170,282
Total 7,834,606 7,846,841 15,681,447

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
47
Gambar 3.18. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2030

80+
70-74
60-64
50-54
40-44
30-34
20-24
10-14
0-4
15,00 10,00 5,00 0,00 5,00 10,00 15,00

Perempuan Laki-laki

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

Tabel 3.16. Jumlah Penduduk Sumatera Utara tahun 2035

UMUR Laki-laki Perempuan Jumlah


0-4 669,916 637,779 1,307,695
5-9 669,924 637,082 1,307,005
10-14 656,813 625,352 1,282,165
15-19 640,455 611,553 1,252,008
20-24 613,353 588,168 1,201,521
25-29 644,064 621,530 1,265,594
30-34 625,013 602,840 1,227,853
35-39 586,194 564,099 1,150,293
40-44 503,578 507,511 1,011,089
45-49 429,116 468,087 897,203
50-54 460,356 481,460 941,816
55-59 426,853 431,067 857,920
60-64 372,445 391,553 763,999
65-69 300,878 332,808 633,687
70-74 218,004 258,913 476,916
75-79 143,379 179,079 322,459
80+ 96,259 140,518 236,777
Total 8,056,602 8,079,399 16,136,001

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
48
Gambar 3.19. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2035

80+
70-74
60-64
50-54
40-44
30-34
20-24
10-14
0-4
15,00 10,00 5,00 0,00 5,00 10,00 15,00

Perempuan Laki-laki

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

3.2. Kualitas Penduduk

3.2.1. Aspek Pendidikan

Sesuai Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun


2003, Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Bila diperhatikan arah kebijakan pendidikan saat ini mengacu pada


kesiapan Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economy Community
(AEC) 2015 yang menuntut peningkatan kualitas SDM nasional agar
berdaya saing. (Waspada, 21 Des 2012). Sumber daya manusia yang
berkualitas dapat diperoleh melalui pendidikan, baik dalam pendidikan
formal, non formal dan informal. Untuk menghadapi persaingan global
Sumatera Utara ikut berperan mewujudkan cita-cita dan tujuan
pemerintah dalam membangun sumberdaya yang berkualitas.

Angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap sistem


pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
49
memperhitungkan adanya perubahan penduduk, terutama usia muda
yang masih sekolah. Ukuran yang banyak digunakan disektor
pendidikan, seperti pertumbuhan jumlah murid, lebih menunjukkan
perubahan jumlah murid yang mampu ditampung disetiap jenjang
sekolah. Dengan demikian, naiknya persentase jumlah murid tidak dapat
diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikan
tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk
usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur
sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga partisipasi
sekolah seharusnya tidak berubah atau malah semakin rendah.

Pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan Provinsi


Sumatera Utara, karena pendidikan menjadi penentu yang paling utama
dari daya saing suatu negara atau daerah. Sebagai daerah dengan posisi
strategis dibutuhkan sumber daya manusia yang handal untuk dapat
menjawab tantangan perubahan yang sangat cepat dan semakin
kompleks. Beberapa indikator kinerja utama dalam bidang pendidikan
yang telah dicapai Provinsi Sumatera Utara antara lain adalah: dari total
penduduk Sumatera Utara (diperhitungkan dari Sensus Nasioal 2010)
dibandingkan jumlah penduduk diperoleh angka melek huruf pada
penduduk usia 15 tahun keatas pada tahun 2011 mencapai 97,46% dari
jumlah penduduk usia tersebut yang berjumlah 7.752.829 jiwa. Hal ini
menunjukkan masih adanya penduduk usia sekolah yang belum
mendapatkan pendidikan yang layak, sehingga perlu perhatian yang lebih
serius dari semua pihak terkait dalam mengurangi angka buta aksara di
Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 3.17. Perkembangan Angka Melek Huruf Penduduk Usia Diatas


15 Tahun dari Tahun 2008-2012

NO Uraian 2008 2009 2010 2011

1. Jumlah penduduk 8.919.973 9.108.738 9.520.274 7.752.829


usia 15 tahun keatas

2. Angka melek huruf 97.04% 97.15% 97.32% 97,46%


Sumber : BPS Sumatera Utara, Data Pokok Ekonomi dan Kesra Sumatera
Utara 2007-2012
*) Persentase diperkirakan dari jumlah penduduk hasil Sensus Nasional
2010.
Capaian Angka Lama Sekolah rata-rata Provinsi Sumatera Utara,
mengalami peningkatan dari sebelumnya tahun 2008, sebesar 8,65

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
50
meningkat menjadi 8,95 tahun pada tahun 2009, dan mengalami
penurunan menjadi 8,85 pada tahun 2010 dan meningkat kembli menjadi
8,91 pada tahun 2011.

Dari data Angka Partisipasi Murni (APM) Provinsi Sumatera Utara tahun
2011, terlihat bahwa ada kecenderungan terjadinya penurunan jumlah
partisipasi siswa dari APM siswa SD (92,43%), SLTP (SMP/MTs) (77,46%)
dan SLTA (SMA/MA/MK) 66,04%. Hal ini menunjukkan masih banyak
anak yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
diatasnya (putus sekolah). Hal ini disebabkan masih rendahnya minat dan
dorongan orang tua untuk menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih
tinggi. Disamping masih terbatasnya kemampuan ekonomi masyarakat
yang berpenghasilan rendah.

Sementara dari data APM siswa SLTA per Kabupaten/Kota terlihat bahwa
kabupaten dengan capaian APM tertinggi adalah Karo (95,55%), Pakpak
Bharat (95,28%), Tapanuli Utara (94,85%), Nias Selatan (94,02%), Dairi
(92,82%) dan Tapanuli Tengah (90,10%). Sedangkan Kabupaten/Kota yang
paling rendah capaian APM untuk tingkat SLTA adalah Gunung Sitoli
(45,45%), Labuhan Batu Utara (22,34%), Nias Barat (17,62%), Labuhan
Batu Selatan (15,08%) dan Nias Utara (13,54%).

Dari data Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2010 terlihat bahwa APK
untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berdasarkan jumlah penduduk
usia 0-6 tahun, di Provinsi Sumatera Utara masih tergolong rendah
(29,58%), dan mengalami peningkatan menjadi 31,27 pada tahun 2011.
Angka Partisipasi Kasar untuk Pendidikan Dasar SD/MI sudah memenuhi
target sebesar 110,54, untuk SMP/MTs sebesar 99,25, sedangkan untuk
pendidikan menengah (SMA/SMK/MA) sebesar 83,76.

Selalanjutnya, rata-rata lama sekolah di Provinsi Sumatera Utara 8,85


tahun, yang mencerminkan, secara rata-rata, penduduk Provinsi
Sumatera Utara baru menyelesaikan pendidikan sampai kelas 2 SLTP.
Walaupun rata-rata lama sekolah di Provinsi Sumatera Utara jauh lebih
baik dibandingkan dengan rata-rata lama sekolah tingkat Nasional yang
hanya 5,8 tahun, tetapi dari segi wajib belajar 9 tahun yang di
programkan pemerintah belum terwujud. Secara rinci angka melek huruf,
rata-rata lama dan partisipasi sekolah menurut kelompok umur dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.18. Pendidikan Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008–2010

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
51
Uraian Tahun
2008 2009 2010

Angka Melek Huruf (%) 97,08 97,15 97,32


Rata-rata lama sekolah (thn) 8,65 8,95 8,85
Angka Partisipasi sekolah
Kelompok umur (%)
7 – 12 98,66 98,71 98,90
13 – 15 90,89 91,43 92,26
16 – 18 65,34 66,23 66,94
19 – 24 13,82 14,65 15,65
7 – 15 96,14 96,31 98,86
Sumber: Sumatera dalam angka 2011

3.2.2. Aspek Kesehatan

Ada kemajuan yang konsisten pada indikator kesehatan, terutama Angka


Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), dan rasio
kematian ibu (AKI). Untuk semua indikator tersebut, telah terjadi
penurunan secara signifikan meskipun masih di bawah negara-negara
Asia Tenggara lainnya. Kematian ibu menurun dari 390 per 100.000
kelahiran hidup tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup
tahun 2007. Angka kematian bayi juga menurun, dari 68 per 1000 KH
tahun 1991 menjadi 34 per 1000 KH tahun 2007. Sementara itu,
prevalensi gizi buruk menurun dari 25,8 persen tahun 2003 menjadi 18,4
persen tahun 2007 (Menkokesra, 2013).

Penurunan ini memang membuktikan dampak positif dari upaya


pembangunan, khususnya kesehatan ibu dan anak. Akan tetapi, jika
dilihat ada indikasi perlambatan penurunan pada era setelah
desentralisasi. Pengurangan besarnya penurunan terlihat dari tingkat
penurunan tahunan (ARR). Sebagai contoh, ARR untuk AKB, dan AKABA,
angkanya telah turun dari tiga persen pada periode sebelum
desentralisasi menjadi satu persen setelah desentralisasi. Kondisi ini
dikhawatirkan akan mengganggu pencapaian target MDGs.

Dengan memakai ukuran angka kematian kasar (CDR) data hasil sensus
penduduk 2010 menunjukkan angka kematian kasar Sumatera Utara
sebesar 5,1 per 1000 penduduk dan angka ini menunjukan
kecenderungan yang terus menurun bila dibandingkan dengan angka
kematian kasar pada periode-periode sebelumnya, dimana angka
kematian kasar sebesar 8,2 per 1000 penduduk pada periode 1985-1990,

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
52
selanjutnya pada periode 1990-1995 sebesar 7,6 per 1000 penduduk dan
periode 1995-2000 sebesar 6,1 per 1000 penduduk.

Selanjutnya, sensus penduduk 2010 juga memberikan informasi angka


kematian bayi di Sumatera Utara sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup.
Dibandingkan dengan periode sebelumnya angka kematian bayi ini
mengalami kecenderungan penurunan. Berdasarkan Sensus Penduduk
1971 AKB sebesar 122, terus menurun menjadi 88 berdasarkan Sensus
Penduduk 1980, menurun lagi manjadi 61 pada Sensus Penduduk 1990
dan mencapai 44 berdasarkan sensus penduduk tahun 2000. Hasil angka
kematian bayi dari sensus penduduk tahun 2010 menempatkan
Sumatera Utara sama dengan angka nasional.

Gambar 3.20. Kecenderungan Crude Death Rate (CDR)


per 1000 Propinsi Sumatera Utara
penduduk
12
10,2
10
8,2
7,6
8
6,1
6 5,1

0
Tahun 1980-1985 1985-1990 1990-1995 1995-2000 SP 2010

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi penurunan angka kematian


bayi antara lain peningkatan pelayanan kesehatan, pemeliharaan dan
pemeriksaan kehamilan serta penolong persalinan, pemberian ASI dan
makanan tambahan serta imunisasi. Data SDKI 1994 dan 2007 secara
umum mengungkapkan separuh dari bayi yang dilahirkan di Sumatera
Utara dalam periode lima tahun sebelum survei, dilahirkan dengan telah
mendapatkan Suntikan TT paling sedikit satu kali. Dibandingkan dengan
Indonesia secara keseluruhan persentase ini lebih rendah (dua pertiga
untuk Indonesia). Sekitar 80% anak-anak dilahirkan dari ibu-ibu yang
mendapatkan pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan (11% oleh
dokter dan 69% oleh bidan perawat). Angka ini hampir sama dengan
Indonesia secara keseluruhan. Hal yang perlu dicatat adalah bahwasanya
65% dari kelahiran tersebut ditolong oleh tenaga kesehatan, yakni 58%
oleh bidan dan 7% oleh dokter. Berbeda dengan pemeriksaan kehamilan
dan penolong persalinan, Sumatera Utara lebih baik dari pada Indonesia

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
53
secara keseluruhan (persalinan di Indonesia secara keseluruhan ditolong
oleh dokter 6% dan oleh bidan/perawat 33%).

Gambar 3.21. Estimasi Angka Kematian Bayi (IMR)


Menurut Provinsi 2010
75. Gorontalo 57.0
52. Nusa Tenggara Barat 47.0
76. Sulawesi Barat 46.0
81. Maluku 44.0
72. Sulawesi Tengah 44.0 Sama
82. Maluku Utara 40.0
74. Sulawesi Tenggara 39.0
dengan
53. Nusa Tenggara Timur 37.0 angka
63. Kalimantan Selatan 33.0
73. Sulawesi Selatan 30.0 nasional
13. Sumatera Barat 29.0
15. J a m b i 28.0
61. Kalimantan Barat 27.0
17. Bengkulu 27.0
11. Aceh 27.0
INDONESIA 25.0
32. Jawa Barat 25.0
16. Sumatera Selatan 25.0
12. Sumatera Utara 25.0
71. Sulawesi Utara 24.0
62. Kalimantan Tengah 24.0
35. Jawa Timur 24.0
19. Bangka Belitung 24.0
36. Banten 23.0
18. Lampung 23.0
91. Papua Barat 21.0
14. R i a u 21.0
64. Kalimantan Timur 20.0
33. Jawa Tengah 20.0
51. B a l i 19.0
21. Kepulauan Riau 19.0
94. Papua 18.0
34. DI Yogyakarta 14.0
31. DKI Jakarta 13.0

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0


Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Selanjutnya, parameter yang tidak kalah penting dalam rangka


menunjukkan pola mortalitas adalah angka harapan hidup. Angka
harapan hidup pada suatu umur didefinisikan sebagai rata-rata tahun
hidup yang masih dijalani oleh seorang yang telah berhasil mencapai
umur tersebut dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan
masyarakatnya. Angka harapan hidup waktu lahir, misalnya merupakan
rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir.
Angka harapan hidup merupakan indikator yang baik untuk
menunjukkan tingkat sosial-ekonomi secara umum. Dengan memakai
pendekatan dan bantuan Model Life Table and Stable Population, dapat

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
54
diperkirakan angka harapan hidup bila data angka kematian bayi
tersedia.

Mengacu pada ukuran angka harapan hidup data berdasarkan Sensus


Penduduk 2010 adalah 71 tahun, selanjutnya berdasarkan sensus
penduduk tahun 2000 diperkirakan sebesar 66 tahun. Dengan demikian
selama periode 2000-2010 terjadi kenaikan angka harapan hidup sebesar
0,7% setiap tahunnya. Kecenderungan meningkatnya angka harapan
hidup ini disebabkan karena membaiknya pelayanan kesehatan dan
peningkatan kondisi sosial-ekonomi yang selanjutnya memungkinkan
terjadinya perbaikan gizi serta kesehatan dan lingkungan hidup sehingga
angka harapan hidup naik.

Gambar 3.22. Kecenderungan IMR Propinsi


Sumatera Utara, 1971-2010
IMR

140
120 122

100
88
80
60 61
48 44
40
25
20
0
1971 1980 1990 1998 2000 2010

Tahun

Sumber : Riskesdas, 2010

Seterusnya, tidak kalah pentingnya adalah status gizi balita. Status gizi
balita merupakan prasyarat dasar untuk meningkatkan daya saing
bangsa karena status gizi anak akan mempengaruhi tingkat kesehatan
fisik dan kecerdasan anak yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat
produktivitas secara ekonomis. Menurut hasil penelitian yang
dilaksanakan Kementerian Kesehatan RI (Riskesdas, 2010), Provinsi
Sumatera Utara masih tergolong provinsi dengan angka kekurangan gizi
balitanya diatas angka rata-rata nasional yakni 21,4 sementara angka
rata-rata nasional 17,9. Menurut penelitian WHO anak yang memiliki
status gizi kurang atau buruk mempunyai resiko kehilangan tingkat
kecerdasan atau IQ sebesar 10-15 poin.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
55
Dari data prevalensi rata-rata Balita Gizi Kurang di Sumatera Utara
masih termasuk kategori tinggi. Terdapat 2 Kabupaten yang termasuk
kepada kriteria Sangat Tinggi (diatas 30%) yakni Nias dan Nias Selatan,
14 termasuk kriteria tinggi (20-29%) dan selebihnya kategori sedang (10-
19%). Yang perlu dicermati adalah masih tingginya capaian prevalensi gizi
buruk untuk wilayah kota seperti Sibolga, Tanjungbalai, Tebing Tinggi
dan Medan. Grafik dibawah ini memperlihatkan kondisi persentase balita
gizi buruk Provinsi Sumatera Utara dibandingkan provinsi lainnya di
Indonesia.

Grafik 3.23. Angka Prevalensi Kekurangan Gizi pada Balita per Provinsi di
Indonesia

Sumber : Riskesdas, 2010

3.2.3. Aspek Ekonomi

Adapun untuk angka penduduk Sumatera Utara yang berada diatas garis
kemiskinan setiap tahun terus mengalami perbaikan, dimana tahun
tahun 2008 sebesar 11,55 %, tahun 2009 sebesar 11,51%, tahun 2010
sebesar 11,31 %, tahun 2011 sebesar 10,83 % dan tahun 2012 menjadi
10,41 %. Secara umum penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi
Sumatera Utara dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
56
Grafik 3.24. Persentase penduduk miskin Sumatera Utara dan
Nasional Tahun 2008-2012

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2012

Persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2007-


2012 terus mengalami penurunan dengan tingkat kinerja lebih baik
dibandingkan pencapaian kinerja nasional selama periode yang sama.
Sampai dengan tahun 2012 persentase penduduk miskin telah menjadi
10,41%, sementara capaian nasional menunjukkan 11,66%. Grafik 3.25.
menunjukkan perkembangan persentase penduduk miskin Sumatera Utara
dan Nasional selama periode 2007-2012.

Grafik 3.25. Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara dan Nasional

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2012 (diolah), Maret 2007 -


September 2012

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
57
Sementara itu jika dilihat berdasarkan persentase penduduk miskin di
perkotaan dibandingkan pedesaan terjadi perubahan dimana persentase
penduduk miskin di pedesaan lebih tinggi dari pada perkotaan.

Grafik 3.26. Persentase Penduduk Miskin di Perkotaan dan Pedesaan

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2012

Grafik 3.27. Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2012 (diolah)

Grafik 3.27 menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin


Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara terbesar terdapat di wilayah
Kepulauan Nias, yakni Kota Gunung Sitoli (32,12%), Nias Utara (30,44%),
Nias Barat (29,32%), Nias Selatan (19,71%) dan Kabupaten Nias (19,11)
Kabupaten dengan kemiskinan terendah berada pada Kabupaten Deli

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
58
Serdang (5,10%). Hal ini menunjukkan disparitas yang mas ih sangat
besar antar Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.

Hasil BPS tersebut diatas tidak jauh beda dengan hasil pendataan
Keluarga. Berdasarkan hasil pendataan keluarga jumlah penduduk pra
sejahtera/miskin sebesar 11,23 persen. Pada Pendataan Keluarga Tingkat
kesejahteraan keluarga dikelompokkan ke dalam 5 (lima) tahap.
Perumusan indikator tahapan didasarkan pada teori Maslow tentang
tingkat kebutuhan manusia (dasar, sosial psikologis dan kebutuhan
pengembangannya), sehingga tersusun Tahapan Keluarga dari yang
terendah ke tahapan tertinggi. Jumlah keluarga di Provinsi Sumatera
Utara berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2009, tercatat
sebanyak 2.997.473 Keluarga, meningkat menjadi 3.082.185 pada tahun
2010. Dari tabel dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 sekitar 34,12
persen keluarga di Sumatera Utara masih tergolong Pra sejahtera dan
sejahtera I, sedikit menurun dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar
35,24 persen.

Tabel 3.19. Jumlah Keluarga Menurut Tahapan Keluarga Hasil


Pendataan Keluarga Di Provinsi Sumatera Utara Tahun
2009 Dan 2010

Tahun 2009 Tahun 2010


Tahapan Keluarga
Jumlah % Jumlah %
Keluarga Pra Sejahtera 354.982 11,92 346.217 11,23
Keluarga Sejahtera I 694.343 23,32 705.620 22,89
Keluarga Sejahtera II 1.038.088 34,86 1.093.612 35,48
Keluarga Sejahtera III 745.035 25,02 780.198 25,31
Keluarga Sejahtera III plus 140.473 4,87 156.538 5,08
Jumlah Keluarga 2.997.473 100,00 3.082.185 100,00
Sumber: Pendataan Keluarga 2010

Tahun 2012, Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara


mencapai 7.20 triliun rupiah atau meningkat sekitar 60,21 persen jika
dibandingkan dengan tahun 2011. Sebanyak 4,05 triliun rupiah atau
sekitar 56,26 persen Anggaran Pendapatan Provinsi ini berasal dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sekitar 22,29 persen Anggaran Pendapatan
Provinsi berasal dari Dana Perimbangan terdiri dari DAU sekitar 15,32
persen, bagi hasil pajak 6,27 persen, DAK 0,58 persen dan bagi hasil
bukan pajak 0,12 persen. Realisasi pembiayaan Pemerintah Provinsi

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
59
Sumatera Utara mencapai 7,63 triliun rupiah dimana Belanja Tidak
Langsung mencapai 5.159,08 milyar rupiah atau sekitar 67,58 persen dari
total pembiayaan pemerintah dan Belanja Langsung mencapai 2.474,55
milyar rupiah atau sekitar 32,42 persen.

Menurut data yang ada


Tabel 3.20. Realisasi Anggaran Pendapatan
bahwa PDRB Perkapita Provinsi Sumatera Utara
berdasarkan harga yang
berlaku di Provinsi
Sumatera Utara mencapai
Rp. 657,877,314 dengan
kondisi untuk Kab/Kota
berpariasi dimana terdapat
PDRB yang tertinggi adalah
Kab.Batubara dengan
jumlah Rp. 55,132,972 dan
Kota Medan sebesar
Rp.49,886,522 sedangkan PDRB yang terendah adalah Kab. Padang Lawas
Rp. 8,905,978 , Kab. Nias Barat Rp. 9,032,719 dan Kab. Tapanuli Tengah
Rp. 9,032,939

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bersama seluruh pihak yang


berkepentingan, membangun Provinsi Sumatera Utara dengan tujuan
utama untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan
pelayanan umum, dan daya saing daerah secara keseluruhan, dengan
memanfaatkan posisi geografi yang sangat strategis dan potensi demografi
(sumber daya manusia) serta mengoptimalkan potensi sumber daya alam,
dan faktor-faktor lingkungan strategis lainnya.

Pembangunan yang telah dilaksanakan Pemerintah Provinsi Sumatera


Utara selama ini telah menunjukkan pencapaian yang menggembirakan
yang ditandai dengan meningkatnya berbagai indikator kesejahteraan
masyarakat antara lain Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
penduduk umur 15 tahun ke atas mengalami peningkatan yaitu 68,33%
(2008), 69,14% (2009) dan 69,51% (2010). Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) mengalami penurunan dari 9,10% pada tahun 2008 menjadi 8,45%
pada tahun 2009 dan menurun menjadi 7,43% pada tahun 2010. Bila
dirinci berdasarkan tingkat pendidikan, persentase angkatan kerja
berumur 15 tahun keatas yang tidak pernah sekolah 1,62%, tidak tamat
SD yaitu 13,5%, tamat SD yaitu 21,19%, tamat SMP yaitu 24,13%, tamat

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
60
SMA yaitu 32,26%, diploma I/II/III/IV, universitas yaitu 7,32% (SUDA
2011). Dari data diatas menggambarkan bahwa tingkat pendidikan
angkatan kerja di Sumatera Utara sebagian besar masih berpendidikan SD
kebawah.

Jika dilihat dari status pekerjaan utama sebesar 28,43% penduduk berusia
15 tahun ke atas yang bekerja adalah buruh atau karyawan, sebesar
20,63% adalah penduduk yang bekerja sebagai pekerja keluarga, penduduk
yang berusaha sendiri yaitu 20,24%, penduduk yang bekerja dibantu
anggota keluarga mencapai 20,17% dan pada umumnya dilakukan oleh
kaum perempuan. Hanya 3,05% penduduk Sumatera Utara yang berusaha
dengan mempekerjakan buruh tetap/karyawan.

Berdasarkan lapangan usaha, penduduk Sumatera Utara yang terbanyak


adalah di sektor pertanian (tdd; perkebunan, perikanan dan peternakan)
yaitu 46,94%, kemudian diikuti di sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 19,52%, ,jasa kemasyarakatan yaitu 14,45%, bekerja di sektor
industri hanya sekitar 7,43%, selebihnya bekerja disektor Penggalian dan
Pertambangan, sektor listrik, gas dan air minum, bangunan, angkutan dan
komunikasi dan sektor keuangan (SUDA, 2011).

Namun demikian tantangan dan permasalahan pembangunan yang


dihadapi dewasa ini dan ke depan nantinya akan semakin kompleks. Oleh
karena itu, perencanaan pembangunan Provinsi Sumatera Utara yang
komprehensif perlu disusun dengan memperhatikan seluruh potensi,
peluang dan tantangan serta permasalahan yang dihadapi oleh Sumatera
Utara dalam berbagai parameter kependudukan, hal ini terlihat dalam
tabel berikut ini berkaitan dengan angkatan kerja ;

Tabel 3.21. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Angkatan Kerja


Menurut Kab/Kota

IPM ANGKATAN KERJA


NO. KAB/KOTA
BEKERJA PENGANGGUR JUMLAH
(0rang) (0rang) (0rang)
1 2 3 4 5 6
1 Nias 69.1 72,920 112 73,032
2 Nias Selatan 67.7 147,306 705 148,011
3 Nias Utara 68.2 56,913 2,076 58,989
4 Nias Barat 67.1 42,506 509 43,015
5 Kota Gunungsitoli 72.2 54,995 4,736 59,731

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
61
6 Mandailing Natal 71 193,361 13,262 206,623
7 Tapanuli Selatan 74.5 150,856 3,735 154,591
8 Tapanuli Tengah 71.6 147,517 8,183 155,700
9 Padang Lawas
73.3 94,770 6,688 101,458
Utara
10 Padang Lawas 72.6 83,623 6,753 90,376
11 Sibolga 75.5 31,419 7,470 38,889
12 Padangsidimpuan 75.6 85,837 8,588 94,425
13 Tapanuli Utara 74.9 154,087 3,583 157,670
14 Toba Samosir 76.9 91,591 1,852 93,443
15 Simalungun 73.9 384,807 22,022 406,829
16 Pematang Siantar 77.9 98,300 6,433 104,733
17 Labuhan Batu 74.7 152,479 12,897 165,376
18 Asahan 73.3 267,117 21,096 288,213
19 Batu Bara 72.1 150,574 10,937 161,511
20 Labuhan Batu
74.4 109,059 10,201 119,260
Selatan
21 Labuhan Batu
74.1 137,182 10,685 147,867
Utara
22 Tanjung Balai 74.7 55,457 9,598 65,055
23 Dairi 73.5 157,533 2,291 159,824
24 Karo 75.8 205,243 4,185 209,428
25 Humbang
72.4 98,815 347 99,162
Hasundutan
26 Pakpak Bharat 71.2 22,285 254 22,539
27 Samosir 74.3 69,326 922 70,248
28 Deli Serdang 75.8 744,133 54,709 798,842
29 Langkat 73.6 425,892 27,103 452,995
30 Serdang Bedagai 73.6 259,149 15,605 274,754
31 Tebing Tinggi 76.9 57,809 7,387 65,196
32 Medan 77.8 851,642 84,501 936,143
33 Binjai 76.9 97,179 10,557 107,736
Sumatera Utara 74.7 5,751,682 379,982 6,131,664
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2013

Tabel 3.22. PDRB dan Gini Ratio Menurut Kab/Kota Sumatera Utara

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
62
PDRB GINI
NO. KAB/KOTA ATAS ATAS
PER KAPITA RATIO
DASAR DASAR
HARGA HARGA
ATAS DASAR
BERLAKU KONSTAN
(Milyar TAHUN HARGA
rupiah) 2000 BERLAKU
(Milyar (Rupiah)
rupiah)
1 2 3 4 5 6
1 Nias
1,439.73 579.58 10,836,444
0.2226
2 Nias Selatan
2,678.83 1,360.87 9,109,520
0.2258
3 Nias Utara
1,428.39 553.64 11,113,029
0.2387
4 Nias Barat
747.01 284.65 9,032,719
0.3341
5 Kota
2,543.99 982.09 19,706,232
Gunungsitoli 0.3170
6 Mandailing Natal
4,808.31 2,300.54 11,701,010
0.2440
7 Tapanuli Selatan
4,006.03 1,976.50 14,942,572
0.2254
8 Tapanuli Tengah
2,880.68 1,354.65 9,032,939
0.3271
9 Padang Lawas
2,189.62 890.59 9,558,995
Utara 0.2083
10 Padang Lawas
2,067.67 848.65 8,905,978
0.2396
11 Sibolga
1,884.81 819.28 21,954,126
0.2486
12 Padang
2,561.84 1,052.89 12,885,957
sidimpuan 0.2298
13 Tapanuli Utara
4,564.75 1,805.19 16,080,379
0.2935
14 Toba Samosir
4,395.20 1,956.87 25,134,840
0.2221
15 Simalungun
13,055.30 6,251.83 15,710,616
0.2398
16 Pematang
4,897.69 2,285.31 20,669,995
Siantar 0.2363
17 Labuhan Batu
9,526.34 3,658.83 22,433,701
0.2341
18 Asahan
15,376.29 5,995.60 22,683,043
0.2549
19 Batu Bara
21,006.93 8,111.47 55,132,972
0.2472
20 Labuhan Batu
7,984.43 3,200.06 28,034,350
Selatan 0.1705
21 Labuhan Batu
9,032.13 3,574.05 26,924,678
Utara 0.1879

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
63
22 Tanjung Balai
3,692.18 1,537.57 23,503,563
0.2828
23 Dairi
4,731.42 2,276.25 17,306,243
0.2275
24 Karo
8,512.71 3,816.81 23,723,971
0.1858
25 Humbahas
3,179.57 1,130.26 18,193,417
0.2436
26 Pakpak Bharat
420.52 185.26 10,134,992
0.2462
27 Samosir
2,019.69 1,189.69 16,610,103
0.2520
28 Deli Serdang
50,667.52 16,322.03 27,452,922
0.2194
29 Langkat
22,166.50 8,058.65 22,690,999
0.2558
30 Serdang Bedagai
12,313.15 5,112.21 20,385,137
0.2043
31 Tebing Tinggi
2,964.04 1,327.25 20,058,348
0.2530
32 Medan 105,400.4
41,519.32 49,886,522
4 0.2019
33 Binjai
6,593.39 2,284.05 26,347,002
0.2501
Sumatera Utara 341,737 134,602 657,877,314 0.2530
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2013

Tabel 3.23. Jumlah Pekerja menurut Kelompok Lapangan Usaha Kab/Kota


Sumatera Utara

KELOMPOK LAPANGAN KELOMPOK


USAHA LAPANGAN USAHA
NO. KAB/KOTA
PERTANI INDUS JASA- PERT INDU
JASA
AN TRI JASA ANIAN STRI
(0rang) (0rang) (0rang) (%) (%) JASA
(%)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Nias 68,432 119 4,369 93.85 0.16 5.99
2 Nias Selatan 133,479 261 13,566 90.61 0.18 9.21
3 Nias Utara 46,643 667 9,603 81.95 1.17 16.87
4 Nias Barat 36,447 122 5,937 85.75 0.29 13.97
5 Kota 25,700 1,910 27,385 46.73 3.47 49.80
Gunungsitoli
6 Mandailing 113,371 6,767 73,223 58.63 3.50 37.87
Natal
7 Tapanuli 120,049 2,873 27,934 79.58 1.90 18.52
Selatan
8 Tapanuli 96,808 4,047 46,662 65.62 2.74 31.63
Tengah
9 Padang Lawas 72,096 140 22,534 76.07 0.15 23.78

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
64
Utara
10 Padang Lawas 44,541 14,201 24,881 53.26 16.98 29.75
11 Sibolga 6,777 1,290 23,352 21.57 4.11 74.32
12 Padangsidimpu 18,895 7,056 59,886 22.01 8.22 69.77
an
13 Tapanuli Utara 117,917 2,772 33,398 76.53 1.80 21.67
14 Toba Samosir 46,397 3,869 41,325 50.66 4.22 45.12
15 Simalungun 213,699 23,187 147,921 55.53 6.03 38.44
16 Pematang 7,405 11,331 79,564 7.53 11.53 80.94
Siantar
17 Labuhan Batu 76,325 2,838 73,316 50.06 1.86 48.08
18 Asahan 137,955 16,725 112,437 51.65 6.26 42.09
19 Batu Bara 56,177 19,354 75,043 37.31 12.85 49.84
20 Labuhan Batu 81,912 215 26,932 75.11 0.20 24.69
Selatan
21 Labuhan Batu 89,379 2,755 45,048 65.15 2.01 32.84
Utara
22 Tanjung Balai 13,122 4,575 37,760 23.66 8.25 68.09
23 Dairi 113,460 1,180 42,893 72.02 0.75 27.23
24 Karo 145,732 2,818 56,693 71.00 1.37 27.62
25 Humbang 80,062 928 17,825 81.02 0.94 18.04
Hasundutan
26 Pakpak Bharat 15,972 323 5,990 71.67 1.45 26.88
27 Samosir 49,185 3,447 16,694 70.95 4.97 24.08
28 Deli Serdang 142,265 108,550 493,318 19.12 14.59 66.29
29 Langkat 189,349 31,248 205,295 44.46 7.34 48.20
30 Serdang 88,223 34,381 136,545 34.04 13.27 52.69
Bedagai
31 Tebing Tinggi 3,306 6,124 48,379 5.72 10.59 83.69
32 Medan 37,243 111,034 703,365 4.37 13.04 82.59
33 Binjai 7,648 14,907 74,624 7.87 15.34 76.79
Sumatera Utara 2,495,971 442,014 2,813,697 1,751 182 1,367
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2013

Jika dilihat dari indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi


Sumatera Utara menunjukkan peningkatan dari tahun 2008 sebesar 73,29
menjadi 74,65 pada tahun 2011. Angka IPM ini lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata IPM Nasional, namun dilihat dari rangking IPM belum
menunjukkan peningkatan karena masih tetap berada pada rangking 8
nasional.

Gambar 3.28. Tren Indeks Pembangunan Manusia Sumatera Utara

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
65
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

3.4. Persebaran dan Mobilitas Penduduk


3.4.1. Persebaran Penduduk

Gambaran penduduk Provinsi Sumatera Utara dilihat dari persebarannya


tersaji dalam tabel 3.20 dan gambar 3.28. Menurut hasil sensus penduduk
tahun 2010, Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah
yang mempunyai penduduk paling banyak jumlahnya. Kota Medan
dengan luas kurang lebih 265 Km² atau 0,37 % dari luas wilayah
Sumatera Utara mempunyai penduduk 2.109.339 jiwa (16,8 % dari
penduduk Sumatera Utara) dan kabupaten Deli Serdang dengan luas
wilayah 2.486 Km2 berpenduduk 1.789.243 jiwa.

Gambar 3.29 Kepadatan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
66
Medan 7957
Sibolga 7841
Tebing Tinggi 3777
Pem. Siantar 2937
Binjai 2726
Tanjung Balai 2510
Pdg.Sidempuan* 1671
Deli Serdang 720
Batu Bara* 414
Serdang Bedagai* 310
Gunung Sitoli* 268
Simalungun 187
Asahan 182
Nias Selatan* 178
Karo 165
Labuhan Batu 162
Langkat 154
Nias Barat* 150
Tapanuli Tengah 144
Dairi 140
Nias 135
Lab.batu Utara* 94
Lab.Batu Selatan* 89
Nias Utara* 85
Hbg. Hasundutan* 75
Toba Samosir 74
Tapanuli Utara 74
Madina 61
Tapanuli Selatan 61
Padang Lawas* 57
Pdg. Lawas Utara* 57
Samosir* 49
Pak-Pak Bharat* 33

0 2000 4000 6000 8000 10000

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Sedangkan Kabupaten Phak-Phak Barat yang luas wilayahnya 1.218 Km²


(1,60 %) dari luas wilayah Sumatera Utara hanya mempunyai penduduk
40.481 jiwa atau 0,31 % dari jumlah penduduk Sumatera Utara. Hal yang
sama juga dijumpai pada Kabupaten Labuhan Batu Selatan dimana luas
wilayahnya 3.116 Km² atau 4,34 % dari luas wilayah Sumatera Utara
hanya mempunyai penduduk 277.549 atau 2,13 % dari jumlah penduduk
Sumatera Utara.

Tabel 3.24. Persebaran Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi


Sumatera Utara

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
67
Persebaran Persebaran
Penduduk Penduduk
No Kabupaten/Kota (%) (%)
2000 2010
1 Deli Serdang 17.03 13.78
2 Langkat 7.85 7.44
3 Karo 2.47 2.70
4 Sumalungun 7.44 6.30
5 Asahan 8.13 5.14
6 Labuhan Batu 7.34 3.19
7 Tapanuli Tengah 2.13 2.39
8 Tapanuli Selatan 6.38 2.03
9 Tapanuli Utara 3.54 2.15
10 Nias 5.94 1.02
11 Dairi 2.54 2.08
12 Medan 16.55 16.74
13 Pem. Siantar 2.10 1.81
14 Tanjung Balai 1.15 1.19
15 Binjai 1.86 1.89
16 Tebing Tinggi 1.09 1.12
17 Sibolga 0.71 0.65
18 Madina 3.13 3.11
19 Toba Samosir 2.64 1.33
20 Pdg.Sidempuan* 1.48
21 Hbg. Hasundutan* 1.32
22 Pak-Pak Bharat* 0.31
23 Nias Selatan* 2.23
24 Samosir* 0.92
25 Serdang Bedagai* 4.57
26 Batu Bara* 2.88
27 Pdg. Lawas Utara* 1.72
28 Padang Lawas* 1.72
29 Lab.Batu Selatan* 2.14
30 Lab.batu Utara* 2.55
31 Gunung Sitoli* 0.97
32 Nias Barat* 0.63
33 Nias Utara* 0.98
Jumlah 100.00 100.00
*) Masih bergabung dengan kabupaten/kota induk.
Lebih jauh tentang hasil sensus penduduk tahun 2010 memperlihatkan
pergeseran penduduk Sumatera Utara antara hasil sensus penduduk

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
68
2000 dengan sensus penduduk 2010 terutama di Kabupaten Deli
Serdang dari 17,03 % pada tahun 2000 menjadi 13,78 % pada tahun
2010, Asahan dari 8,13 % menjadi 5,14 %, Tapanuli Selatan dari 6,38 %
menjadi 2,03 % dan Toba Samosir dari 2,61 % pada tahun 2000 turun
menjadi hanya 1,33 % pada tahun 2010.

Hal ini sebagian besar disebabkan di kelima daerah ini telah terjadi
pemekaran wilayah kabupaten pada periode 2000 ke tahun 2010. Seperti
kabupaten Tapanuli Selatan misalnya kurun waktu tersebut telah terbagi
menjadi 3 wilayah pemekaran. Penyebab turunnya persentase penduduk
yang tinggal di daerah perkotaan seperti Kota Medan antara lain
penyebabnya adalah makin banyaknya desa yang sebelumnya berstatus
pedesaan berubah menjadi daerah perkotaan.

Gambar 3. 30 Persebaran Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010

Medan 16,74
13,78
Langkat 7,44
6,3
Asahan 5,14
4,57
Labuhan Batu 3,19
3,11
Batu Bara* 2,88
2,7
Lab.batu Utara* 2,55
2,39
Nias Selatan* 2,23
2,15
Lab.Batu Selatan* 2,14
2,08
Tapanuli Selatan 2,03
1,89
Pem. Siantar 1,81
1,72
Pdg. Lawas Utara* 1,72
1,48
Toba Samosir 1,33
1,32
Tanjung Balai 1,19
1,12
Nias 1,02
0,98
Gunung Sitoli* 0,97
0,92
Sibolga 0,65
0,63
Pak-Pak Bharat* 0,31

0 5 10 15 20

Sumber : Sensus Penduduk Sumatera Utara, 2010

3.4.2. Mobilitas Penduduk

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
69
Mobilitas Penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persebaran penduduk dan menjadi salah satu faktor yang mendorong
perubahan kondisi sosial ekonomi suatu wilayah. Mobilitas penduduk
yang tidak terkendali akan menyebabkan penurunan daya dukung dan
daya tampung lingkungan. Kepadatan penduduk dialami oleh daerah
perkotaan merupakan salah satu potret yang mencerminkan data jumlah
penduduk yang besar menempati luas daerah yang sangat terbatas.

Fenomena ini merupakan salah satu indicator ketidak merataan


persebaran penduduk cerminan banyaknya penduduk desa yang pidah
ke kota. Kepadatan penduduk yang tinggi berdampak pada lingkungan
hidup antara lain ketersediaan air bersih, ketersediaan pangan,
ketersediaan lahan, ketersediaan udara bersih, pencemaran
lingkungan dan pendidikan. Sebagai contoh penduduk di Sumatera Utara
SP.2010, menunjukkan bahwa 16,24% penduduk tinggal di Kota Medan
yang hanya memiliki luas wilayah 26.510 hektar atau 3,6 % dari luas
Sumatera Utara.

Mobilitas adalah proses gerak penduduk dari suatu wilayah menuju


wilayah lain dalam jangka waktu tertentu. Pelaku mobilitas penduduk
adalah orang yang melakukan mobilitas, terdiri dari mobilitas penduduk
vertikal dan mobilitas penduduk horizontal. Mobilitas penduduk vertikal
sering disebut dengan perubahan status, dan salah satu contohnya
adalah perubahan status pekerjaan. Seseorang yang mula-mula bekerja
dalam sektor pertanian sekarang bekerja dalam sektor non pertanian.
Mobilitas penduduk horizontal, atau mobilitas penduduk geografi adalah
gerak (movement) penduduk yang melintas batas wilayah menuju ke
wilayah yang lain dalam periode waktu tertentu.

Penggunaan batas wilayah dan waktu untuk indikator mobilitas


penduduk horizontal ini mengikuti paradigma ilmu geografi yang
mendasarkan konsepnya atas wilayah dan waktu (space and time
concept). Batas wilayah umumnya digunakan batas administratif,
misalnya propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, pedukuhan
(dusun). BPS mendefinisikan, seseorang disebut migran apabila orang
tersebut bergerak melintasi batas propinsi menuju ke propinsi lain, dan
lamanya tinggal di propinsi tujuan adalah enam bulan atau lebih.
Seseorang disebut juga migran walau berada di propinsi tujuan kurang
dari enam bulan, tetapi orang tersebut berniat tinggal menetap atau
tinggal enam bulan atau lebih di propinsi tujuan.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
70
Dalam menganalisis mobilitas penduduk para ahli juga menggunakan
istilah Migrasi Internal, seperti transmigrasi yaitu perpindahan penduduk
dari satu pulau ke pulau lainnya di Indonesia. Sebaliknya urbanisasi,
merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota, umumnya terjadi
pada penduduk pulau lain yang ingin memperoleh pekerjaan yang lebih
baik di pulau Jawa. Migrasi penduduk antar propinsi dan migrasi desa-
kota merupakan perwujudan kebijakan pembangunan dengan orientasi
pada pertumbuhan ekonomi, khususnya industri dan jasa yang
umumnya berlokasi di kota-kota besar dan pulau Jawa.

Perubahan pola mobilitas di Indonesia, sangat tergantung pada


perkembangan wilayah di luar Jawa. Jika wilayah-wilayah tersebut dapat
mengembangkan kewenangan (otonomi) yang lebih luas bagi
pembangunannya sendiri, pada masa yang akan datang menjadi penarik
bagi mobilitas penduduk. Wilayah yang kaya akan sumberdaya alam,
seperti Riau, Kalimantan Timur dan Papua diharapkan dapat
menyeimbangkan mobilitas penduduk yang selama ini sangat terpusat
pada kota-kota besar di Pulau Jawa. Kondisi ini tidak dapat terjadi secara
otomatis, tapi tergantung pada keberhasilan pengembangan wilayah dan
kota (permukiman).

Mobilitas penduduk sirkuler atau mobilitas penduduk nonpermanen


adalah gerak penduduk dari suatu wilayah menuju ke wilayah lain
dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan. Pergerakan
penduduk dari satu tempat ke tempat lain, terkait dengan usaha untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi maupun untuk kebutuhan sosial lainnya.
Data mobilitas sirkuler sukar didapat, disebabkan para pelaku mobilitas
sirkuler tidak memberitahu kepergian mereka kepada kantor desa di
daerah asal, begitu juga dengan kedatangan mereka di daerah tujuan.

Tabel 3.25. Pekerja Menurut Karakteristik Pekerjaan dan Status Migrasi,


2007

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
71
Jenis Migran
Pekerjaan Menetap Komuter Sirkuler Total %
Jenis Pekerjaan
- Informal 96.60 1.40 2.00 67,893,487 68.94
- Formal 85.90 9.80 4.40 30,588,706 31.06
Lapangan Pekerjaan
- Pertanian 99.00 0.30 0.70 40,393,371 41.02
- Manufaktur 87.70 7.00 5.20 18,577,921 18.86
- Jasa 90.10 6.30 3.60 39,510,901 40.12
Jenis Pekerjaan
- TNI/POLRI 79.10 16.40 4.50 489,141 0.50
- Manager/legislative 90.00 7.50 2.40 2,113,258 2.15
- Profesional 90.40 8.00 1.50 3,621,025 3.68
- Teknisi/asisten prof 80.60 14.60 4.80 1,699,962 1.73
- Tata Usaha 80.10 16.90 3.00 3,594,683 3.65
- Jasa/perdagangan 92.50 4.50 3.00 17,953,986 18.23
- Pertanian 99.20 0.30 0.50 33,662,079 34.18
- Pengolahan 91.40 4.40 4.20 11,801,591 11.98
- Operator 86.70 7.90 5.40 6,279,361 6.38
- Pekerja kasar 91.60 3.70 4.70 17,267,107 17.53
Status Pekerjaan
- Berusaha dg dibantu 96.20 1.70 2.10 40,665,211 41.29
buruh tdk tetap
- buruh/karyawan/peg 85.20 10.30 4.50 27,737,702 28.17
awai
- Pekerja bebas/tdk 97.30 1.00 1.80 27,228,169 27.65
dibayar
- Berusaha dg dibantu 92.60 4.10 3.20 2,850,448 2.89
buruh tetap
Total 91,865,768 3,935,724 2,680,701 98,482,193 100.00
% 93.28 4.00 2.72 100.00
Sumber : Sakernas, 2007

Mobilitas penduduk Indonesia, baik permanen maupun nonpermanen


(sirkuler), frekuensinya akan terus meningkat dan semakin lama semakin
cepat, dipengaruhi oleh tersedianya prasarana transport dan komunikasi
yang memadai dan modern.

Jika diamati data Pekerja Menurut Karakteristik Pekerjaan dan Status


Migrasi hasil Survey Tenaga Kerja Nasional (BPS, 2007), pata tabel 3.21
menunjukkan bahwa 93,3% dari pekerja yang melakukan melakukan
perpindahan termasuk jenis migran menetap, 4,0% komuter dan 2,7%
sirkuler. Sebanyak 68.94% dari perkerja yang melakukan migrasi
memiliki pekerjaan jenis informal, 41.02% lapangan pekerjaannya
disektor pertanian dan 40.12 % sector jasa dengan status pekerjaan
41.29 berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap, 28.17%
Buruh/karyawan/pegawai dan 27.65% Pekerja bebas/tidak dibayar.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
72
Untuk mobilitas penduduk sirkuler lebih banyak dilakukan oleh pekerja
formal (4,4%) dengan lapangan kerja manufaktur (5,2%) dan Jasa (3,6%).
Jenis pekerjaannya terbanyak adalah Operator (5,4%), Tehnisi (4,8%) dan
pekerja Kasar (4,7%) dan Status Pekerjaan terbanyak adalah
buruh/karyawan/pegawai (4,5%).

Tabel 3.26 Pekerja Menurut Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status


Migrasi, 2007

Status Sosial Jenis Migran


Menetap Komuter Sirkuler Total %
Jenis Kelamin
- Laki-laki 91.60 4.50 3.90 62,197,333 63.16
- Perempuan 96.20 3.10 0.80 36,284,860 36.84
Kelompok Umur
- Kurang dari 95.50 2.50 2.00 28,966,337 29.41
20 tahun
- 20 – 45 tahun 92.10 4.80 3.10 63,973,288 64.96
- Lebih dari 45 95.00 2.70 2.30 5,542,568 5.63
tahun
Status Kawin
- Kawin 93.60 3.70 2.80 79,677,136 80.91
- Tidak Kawin 92.10 5.40 2.50 18,805,057 19.09
Pendidikan
- SMA+ 87.30 9.80 2.90 24,445,251 24.82
- SMP 93.80 3.20 3.10 18,554,784 18.84
- SD ke bawah 95.80 1.70 2.50 55,482,158 56.34
Tempat Tinggal
- Perkotaan 89.70 7.70 2.70 39,407,227 40.01
- Pedesaan 95.70 1.60 2.80 59,074,966 59.99
Jumlah 91,865,768 3,935,724 2,680,701 98,482,193 100.00
% 93.28 4.00 2.72 100.00
Sumber : Sakernas, 2007

Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa 63.16% Pekerja Menurut


Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Migrasi jenis kelamin laki-laki,
64.96% berada pada kelompok umur 20 – 45 tahun, 80.91 % sudah
berumah tangga (satus kawin), 56.34% berpendidikan SD ke bawah dan
24.82% SMA ke atas dan 59.99% bertempat tinggal di pedesaan.

3.4.2.1. Mobilitas Penduduk Sumatera Utara

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
73
Untuk menganalisis mobilitas penduduk, para ahli menggunakan ukuran
yaitu (1) Migrasi seumur hidup (Life time migrant) migrasi yang dicacah di
suatu propinsi/kabupaten yang bukan propinsi/kabupaten tempat
kelahirannya; (2) Migrasi total (Total migrant) ialah migrasi yang tempat
tinggal terakhir berbeda dengan propinsi/kabupaten tempat ia dicacah;
dan (3) Migrasi risen (recent migrant) ialah migrasi dimana
propinsi/kabupaten tempat tinggal sekarang berbeda dengan
propinsi/kab tempat tinggal 5 tahun lalu.

Tabel 3.27 Angka Migrasi Risen per 1000 Penduduk Sumatera


Utara,1980 – 2010

Tahun Masuk Keluar Neto

1980 10.0 21.0 -11.0

1985 7.0 21.0 -14.0

1990 10.0 27.0 -17.0

1995 9.0 18.0 -9.0

2000 3.9 11.5 -7.6

2010 4.0 17.7 -13.7

Sumber : BPS, Sensus Penduduk

Berdasarkan angka migrasi risen dari BPS, diperoleh gambaran bahwa


sejak tahun 1980, jumlah penduduk yang ke keluar dari Provinsi
Sumatera Utara lebih banyak dari yang masuk. Dengan kata lain angka
migrasi neto setiap tahun selalu negatif, dan cenderung meningkat.
Angka migrasi neto tertinggi terjadi padaperiode tahun 1980 sampai
tahun 1990. Periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 menurun.
Tahun 2000 (SP.2000) menyatakan angka migrasi per 1000 penduduk
Sumatera Utara yang masuk 3,9, keluar 11,5 dan netto -7,6. Pada tahun
2010 angka mingrasi masuk 4,0, keluar 17,7 dan netto -13,7. Dari data
ini dapat dilihat bahwa penduduk yang keluar dari Sumatera Utara dari
tahun 2000 sampai dengan 2010 meningkat sebesar 5,9% .

Jika diamati angka migrasi netto berdasarkan Kabupaten/Kota di


Sumatera Utara pada tahun 2010 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk
masuk (migrasi netto poritif) terbanyak adalah di Kabupaten Deli Serdang
yaitu 95.232 orang. Sementara itu jumlah penduduk ke luar (migrasi
netto negatif) terbanyak terdapat di Kota Medan yaitu 196.971 orang. Hal
ini diperkirakan terjadi sebagai dampak dari berkembangnya kawasan

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
74
permukiman baru bersamaan dengan pengembangan kawasan industri di
daerah Kabupaten Deli Serdang. Dampak dari banyaknya penduduk Kota
Medan yang pindah tempat tinggal di wilayah Kabupaten Deli Serdang
sementara tempat bekerja tetap masih di Kota Medan menjadi factor
utama tingginya mobilitas penduduk sirkuler yang mengakibatkan
kepadatan dan kemacetan lalu lintas pada setiap jalur jalan masuk dan
keluar Kota Medan, terutama jalur jalan raya Medan-Binjai dan Medan-
Lubuk Pakam.

Tabel 3.28 : Jumlah Migrasi Masuk, Migrasi Keluar dan Migrasi Netto

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2010

No Kabupaten/Kota Migrasi Migrasi Migrasi


. Masuk Keluar Netto
(orang) (orang) (orang)
1 Nias 771 25.338 -24.567
2 Mandailing Natal 8.871 9.909 -1.038
3 Tapanuli Selatan 6.091 22.986 -16.895
4 Tapanuli Tengah 15.645 7.994 7.651
5 Tapanuli Utara 14.820 20.055 -5.235
6 Toba Samosir 10.844 11.103 -259
7 Labuhan Batu 9.422 42.187 -32.765
8 Asahan 11.244 51.534 -40.290
9 Simalungun 19.317 37.609 -18.292
10 Dairi 9.098 14.170 -5.072
11 Karo 14.178 14.234 -56
12 Deli Serdang 129.320 34.088 95.232
13 Langkat 12.191 37.748 -25.557
14 Nias Selatan 1.658 5.198 -3.540
15 Humbang Hasundutan 8.325 4.257 4.068
16 Pakpak Bharat 2.351 1.024 1.327
17 Samosir 6.494 6.036 458
18 Serdang Bedagai 11.077 16.618 -5.541
19 Batu Bara 7.300 6.736 564
20 Padang Lawas Utara 13.074 3.979 9.095
21 Padang Lawas 10.831 4.158 6.673
22 Labuhan Batu Selatan 15.191 7.020 8.171
23 Labuhan Batu Utara 13.446 6.106 7.340
24 Nias Utara 1.157 3.103 -1.946

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
75
25 Nias Barat 670 1.759 -1.089
26 Sibolga 5.489 15.313 -9.824
27 Tanjungbalai 4.901 3.779 1.122
28 Pematangsiantar 16.980 26.007 -9.027
29 Tebing Tinggi 6.869 8.685 -1.816
30 Medan 86.878 110.093 -196.971
31 Binjai 11.170 10.213 957
32 Padangsidimpuan 12.286 10.498 1.788
33 Gunung Sitoli 8.104 4.207 3.897
SUMATERA UTARA 506.063 583.744 -77.681
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013

Dari data migrasi netto Kabupaten/Kota, juga dapat dilihat bahwa angka
migrasi netto positif pada umumnya terdapat di daerah Kabupaten/Kota
pemekaran yaitu Kabupaten Padang Lawas Selatan, Padang Lawas,
Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara, Batubara, Humbang
Hasundutan, Pak-pak Bharat, Samosir dan Kota Gunung Sitoli.
Fenomena ini terjadi terkait dengan adanya peningkatan pembangunan
sarana dan prasarana perekonomian serta berkembangnya usaha bidang
perdagangan, industry, permukiman dan perkantoran pusat
pemerintahan Kabupaten/Kota pemekaran.Pada wilayah ini factor utama
yang mendorong terjadi migrasi masuk adalah peluang kerja yang lebih
besar dan terbukanya akses ekonomi baru di daerah pemekaran.

Sementara itu angka migrasi netto negatif diperkirakan terkait dengan


kurangnya sarana dan prasarana pelayanan bidang pendidikan dan
kesehatan, terutama di Kabupaten yang berada di Kepulauan Nias.

3.4.2.2. Mobilitas Penduduk menurut Region Sumatera Utara

Untuk mendapatkan fenomena dan pola mobilitas penduduk, akademisis


menggunakan pendekatan analisis dalam empat aspek yaitu (1) Aspek
Spatial/keruangan, (2) Aspek Tempat Tinggal, (3) Aspek Waktu, dan (4)
Aspek perubahan sosial. Dengan menggunakan pendekatan analisis
dimaksud, kita dapat mempelajari fenomena mobilitas penduduk yang
mempunyai implikasi positif dan negatif terhadap pembangunan
kependudukan.

Provinsi Sumatera Utara secara geografis dapat dikelompokan dalam


enam kelompok ekosistem yaitu (1) Dataran sepanjang pantai timur, (2)

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
76
Daerah berombak hingga bergelombang Rantau Prapat, Pematang
Siantar-Pancurbatu, (3) Bukit Barisan Jalur Timur, (4) Tanah Tinggi
Tarutung - Sidikalang - Karo (depresi tengah), (5) Bukit Barisan Jalur
barat, dan (6) Dataran pantai barat. Disamping itu, Sumatera Utara
memiliki ekosistem yang spesisfik yaitu Danau Toba, Taman Nasional
Gunung Leuser (TNGL) dan Ekosistem Pesisir & Laut kawasan Pantai
Timur Sumut dan Kepulauan Nias(Bapedaldasu-UGM, 2002).

Gambar 3.31 : Peta Kelompok Ekosistem Sumatera Utara

Jika dikaitkan kelompok ekosistem dengan arus ekonomi, pusat


pertumbuhan pembangunan, struktur perekonomian daerah dan
penataan ruang Kabupaten/Kota,Provinsi Sumatera Utara dapat dibagi
dalam lima bagian atau region yaitu :

1) Region I meliputi Kabupaten Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat
dan Kota Gunung Sitoli yang berada dalam gugusan Ecoregion
Kepulauan Nias

2) Region II meliputi Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Selatan,


Tapanuli Tengah, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Kota Sibolga
dan Padang Sidempuan sebagian besar berada dalam gugusan
ecoregion Bukit Barisan Jalur Barat dan Dataran Pantai Barat.

3) Region III meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Toba Samosir,


Simalungun, Humbang Hasundutan, Samosir, Dairi, Pakpak Barat
dan Kota Pematang Siantar berada dalam gugusan ecoregion Tanah

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
77
Tinggi Tarutung - Sidikalang - Karo (depresi tengah) dan termasuk
dalam Kawasan Srategis Nasional Danau Toba.

4) Region IV meliputi Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu,


Labuhan Batu Utara, Asahan, Batubara dan Kota Tanjung Balai
berada dalam gugusan ecokosistem daerah berombak hingga
bergelombang R.Prapat, P. Siantar-Pancurbatu dan Dataran Sepanjang
Pantai Timur secara ekonomi merupakan bagian daerah yang
termasuk dalam Master Plan Percepatan Pembanguan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) yang berpusat di Kuala Tanjung Kabupaten
Batubara dan Kawasan Industri Terpadu Sei Mangke Kec.
Perdagangan Kabupaten Simalungun.

5) Region V meliputi Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai,


Karo, Kota Binjai, Tebing Tinggi dan Medan berada dalam gugusan
ekosistem Bukit Barisan Jalur Timur dan Dataran Sepanjang Pantai
Timur berada dalam kesatuan ruang Mebidangro (Medan, Binjai, Deli
Serdang, Karo) dan juga merupakan bagian daerah yang termasuk
dalam MP3EI yang terangkai dari jalur transportasi Medan, Kuala
Namu Deli Serdang, dan Kuala Tanjung Batubara.

Dengan menggunanakan pendekatan analisis Migrasi Neto dalam satu


kesatuan ruang region dikaitkan dengan angka pertumbuhan ekonomi
daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, kita dapat melihat pola
migrasi dan mobilitas antar Kabupaten/Kota dalam satu region dan antar
region di Provinsi Sumatera Utara sebagaimana terIihat pada Tabel 3.25.

Tabel 3.29 : Kepadatan Penduduk Migrasi Netto dan Pertumbuhan


Ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2010-
2012

Rasio Jml Pertumbuhan


Kepatan Migrasi
Penduduk Ekonomi
No Kab/Kota Penduduk Netto
terhadap 2010-2012
(Jiwa/Km2) (Jiwa)
Total (%)

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
78
(%)
Region I: 150 5.80 -27,245 24.93
1 Nias 136 1.01 -24,567 26.24
2 Nias Selatan 181 2.23 -3,540 19.33
3 Nias Utara 86 0.97 -1,946 25.72
4 Nias Barat 152 0.63 -1,089 26.74
5 Gunungsitoli 273 0.97 3,897 26.63
Region II: 83 13.20 -2,550 26.08
1 Mandailing 62 3.11 -1,038 29.33
Natal
2 Tapanuli 62 2.03 -16,895 27.37
Selatan
3 Tapanuli 148 2.41 7,651 25.46
Tengah
4 Padang Lawas 58 1.73 9,095 26.92
Utara
5 Padang Lawas 60 1.76 6,673 29.41
6 Sibolga 7,971 0.65 -9,824 22.09
7 Padangsidimp 1,734 1.50 1,788 22.00
uan
Region III: 116 16.18 -32,032 24.18
1 Tapanuli 75 2.15 -5,235 19.88
Utara
2 Toba Samosir 74 1.32 -259 28.15
3 Simalungun 190 6.29 -18,292 26.00
4 Pematang 2,963 1.79 -9,027 17.64
Siantar
5 Dairi 142 2.07 -5,072 25.24
6 Humbanghasu 76 1.32 4,068 28.80
ndutan
7 Pakpak Bharat 34 0.31 1,327 26.72
8 Samosir 50 0.92 458 20.97
Region IV: 163 17.11 -55,858 26.09
1 Labuhan Batu 166 3.21 -32,765 25.17
2 Asahan 184 5.13 -40,290 28.87
3 Batu Bara 421 2.88 564 26.62
4 Labuhan Batu 91 2.16 8,171 26.92
Selatan
5 Labuhan Batu 95 2.54 7,340 29.41
Utara
6 Tanjung Balai 2,555 1.19 1,122 19.55
Region V: 478 47.72 40,004 28.63
1 Karo 169 2.72 -56 27.51
2 Deli Serdang 742 13.97 95,232 27.29
3 Langkat 156 7.39 -25,557 30.10
4 Serdang 316 4.57 -5,541 26.97
Bedagai
5 Tebing Tinggi 3,844 1.12 -1,816 28.72

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
79
6 Medan 8,008 16.06 - 26.51
196,971
7 Binjai 2,773 1.89 957 33.32
Sumatera Utara 184 100.00 -77,681 27.65
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013

Secara umum dari data pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah
penduduk yang keluar lebih besar dari yang masuk terjadi di pada region
yang angka rata-rata pertumbuhan ekonominya lebih rendah dari angka
Provinsi.Angka rata-rata pertumbuhan ekonomi terendah terjadi di Region
III Kab/kota Kawasan Danau Toba yaitu 24,18 % dengan angka migrasi
netto negatif 32.032 jiwa, kepadatan penduduk 163 jiwa/km2 dan ratio
16.18% dari penduduk Sumatera Utara. Rata-rata pertumbuhan ekonomi
kedua terjadi di Region I Kab/Kota Kepulauan Nias yaitu 24,93% dengan
angka migrasi netto negatif 27,245 jiwa dan kepadatan penduduk 150
jiwa/km2 dan ratio5.80% dari penduduk Sumatera Utara. Melihat
fenomena jumlah penduduk keluar dan pertumbuhan ekonomi rata-rata
pada kedua region ini, dapat diartikan bahwa mobilitas penduduk
kab/kota di region tersebut keluar dari regionnya, terkait dengan
rendahnya pertumbuhan ekonomi di region tersebut.

Fenomena ini bisa kita bandingkan dengan yang angka rata-rata


pertumbuhan ekonomi yang terjadi di region II lebih tinggi yaitu 26,08%,
memiliki angka migrasi netto negatif yang jauh lebih kecil yaitu 2,550
jiwa. Fakta ini menggambarkan mobilitas penduduk terjadi antar
kabupaten/kota dalam region II tersebut, ditunjukkan oleh data migrasi
netto positif di Kabupaten Padang Lawas Utara, Padang Lawas dan Kota
Padang Sidempuan. Hal ini, memperkuat argumentasi kita bahwa fakto
ekonomi sangat menentukan pola mobilitas penduduk yang ditunjukan
oleh angka pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih baik yaitu 26,08%.
Untuk lebih jelasnya, fenomena mobilitas penduduk di region I, II dan III
dapat dilihat pada gambar 3.3.1

Gambar 3.32 : Grafik Fenomena Mobilitas Penduduk Region I, II dan III


Sumatera Utara

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
80
Sumber : Sumatera Utara Dalam
Angka, 2013
Grafik pada gambar 3.32 menjelaskan bahwa penduduk keluar dari
Kabupaten Nias sebagian masuk daerah terdekatnya yaitu Kota Gunung
Sitoli yang tingkat pertumbuhan ekonominya lebih baik dari Kabupaten di
sekitarnya.Sebagian penduduk kepulauan nias yang keluar, masuk ke
Kabupaten Tapanuli Tengah wilayah terdekatnya yaitu region II yang
memiliki pertumbuhan ekonomi rata-rata lebih baik.Fenomena ini
ditunjukkan oleh data bahwa angka migrasi netto Tapanuli Tengah positif
7,651jiwa dengan pertumbuhan ekonomi 25.46%. Tapanuli Tengah juga
termasuk daerah penerima penduduk dari Kota Sibolga yang mengalami
migrasi netto negatif 9,824 jiwa dengan pertumbuhan ekonomi hanya
22,9%.

Selanjutnya, dari grafik pada gambar 2 kita juga dapat mempelajari


bahwa migrasi netto positif terjadi pada kabupaten/kota otonomi
pemerintahan baru mengalami pemekaran dari Kabupaten Induknya
yaitu Gunung Sitoli, Kabupaten Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Kota
Padang Sidempuan,Kabupaten Humbang Hasundutan, Pakpak Barat dan
Samosir.

Fenomena pertumbuhan ekonomi yang tinggi, diikuti oleh angka migrasi


netto positif makin jelas terjadi di region V dengan pertumbuhan ekonomi
rata-rata 28,63% lebih tinggi dari angka pertumbuhan provinsi
mengalami jumlah penduduk masuk yang sangat banyafk dengan migrasi
netto posif 40,004 jiwa.Kabupaten Deli Serdang memiliki angka migrasi
netto positif terbesar yaitu 95,232 dan pertumbuhan ekonomi 27.29%
mendekati angka Provinsi. Kota Binjai juga termasuk daerah yang
memiliki migrasi positif 957 dengan angka pertumbuhan ekonomi
tertinggi di Sumut yaitu 33.32%.

Fenomena menarik untuk dipelajari adalah pola migrasi netto di region


IV, angka pertumbuhan ekonomi relatif baik yaitu 26,09%, tetapi angka

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
81
migrasi netto negatifnya cukup tinggi yaitu 55,858 jiwa terjadi akibat
tingginya migrasi keluar dari Kabupaten Labuhan Batu dan Asahan
masing-masing memiliki angka migrasi neto 32,765 dan 40,290.
Sementara itu, empat Kabupaten/Kota di regionnya memiliki angka
migrasi positif yaitu Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu
Utara, Batubara dan Kota Tanjung Balai.Fakta ini memberi makna,
bahwa pada region IV terjadi mobilitas antar Kabupaten/Kota dan antar
Region. Sebagian penduduk yang keluar dari Labuhan Batu dan Asahan,
diperkirakan pindah Kabupaten/Kota di Region V. Untuk lebih jelasnya
pola mobilitas penduduk di Region IV dan V dapat dipelajari dari grafik
pada Gambar 3.33 berikut.

Gambar 3.33 : Grafik Fenomena Mobilitas Penduduk Region IV dan V


Sumatera Utara

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013

Memperhatikan angka migrasi netto positif yang terjadi di


Kabupaten/Kota Region, fenomoenanya sama dengan apa yang terjadi di
Region I, II dan III yaitu penduduk masuk lebih banyak dari yang keluar
atau angka migrasi nettonya positif terjadi pada kabupaten/kota otonomi
pemerintahan baru mengalami pemekaran dari Kabupaten Induknya
yaitu Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara dan Batubara. Ketiga
Kabupaten ini memiliki angka pertumbuhan ekonomi rata-rata lebih
tinggi dari regionnya malahan untuk Kabupaten Labuhan Batu Utara
pertumbuhan ekonominya lebih tinggi dari Provinsi yaitu 29.41%.

Dari analisis fenomena angka migrasi netto tersebut di atas dapat


disimpulkan bahwa migrasi netto positif terjadi pada Kabupaten/Kota
yang ekonominya lebih baik pada masing-masing regionnya dan juga

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
82
terjadi antar region yang ekonominya lebih baik. Berdasarkan
pengamatan lapangan, factor utama terjadinya migrasi positif disebabkan
adanya peningkatan sarana dan prasarana perekonomian sektor
manufaktur, agro bisnis dan pemekaran adminisrasi pemerintahan dari
Kecamatan menjadi Ibu Kota Kabupaten yaitu Kec. Gunung Tua Kab.
Paluta, Kec. Sibuhan Kab.

Padang Lawas, Kec. Kota Pinang, Kab. Labusel, Kec. Aek Kanopan Kec.
Labura, Kec. Limpuluh Kab. Batubara, Kec. Dolok Sanggul Kec,
Humbahas, Kec. Salak Kab.Pak-pak Bharat dan Kec. Pangururan Kab.
Samosir.

Perbedaan angka migrasi netto positif dan negatif yang antara daerah
Kota dan Kabupaten berdekatan menggambarkan terjadinya mobilitas
sirkuler antar daerah seperti Kab. Nias (-) dan Kota Gunung Sitoli (+) di
Region I, Kota Sibolga (-) dan Kab.Tapteng (+) di Region II,Kab.Selatan (-)
dan Kota P.Sidempuan (+) di Region II, Kab. Tap.Utara (-) dan Kab.
Humbahas (+) di Region III, Kab. Dairi (-) dan Kab. Pakpak Barat (+) di
Region III, Kab. Asahan (-) dan Kota Tanjung Balai (+) di Region IV, Kab.
Labuhan Batu (-), Labusel (+) dan Labura (+), Kota Medan (-) dan Kab.
Deli Serdang (+) di Region V, dan Kab Langkat (-) dan Kota Binjai (+) di
Region V.

Dari analisis fenomena migrasi netto ini member pelajaran pada kita
bahwa pola mobilitas sangat tergantung pada perkembangan wilayah
kewenangan (otonomi) yang lebih luas bagi pembangunannya sendiri,
sehingga menjadi penarik bagi mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk,
baik permanen maupun nonpermanen (sirkuler), frekuensinya akan terus
meningkat dan semakin lama semakin cepat sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi daerah, dipengaruhi oleh tersedianya prasarana
transport dan komunikasi yang memadai dan modern.

3.4.2.3. Faktor Penggerak Migrasi Netto Positif Aspek Ekonomi

BPS bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setiap tahunnya


menerbitkan Buku Statistik Sumatera Utara Dalam. Data kependudukan
danstruktur perekonomian daerah antara lain disajikan dalam bentuk
data Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Penangguran

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
83
Terbuka (TPT), Jenis Lapangan Usaha (Pertanian, Industri, Jasa), Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah dan PDRB perkapita.
Berdasarkan data tersebut, kita dapat pelajari beberapa fenomena yang
mencerminkan faktor pendorong terjadinya migrasi netto positif pada
suatu daerah Kabupaten/Kota dari aspek ekonomi.

Data pada Tabel 3.26 menyajikan data TPAK, TPT, Jenis Lapangan Usaha
(Pertanian, Industri, Jasa), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi tahun 2010-2012 pada 14
Kabupaten/Kota yang mengalami angka migrasi netto positif di Sumatera
Utara. Dari data tersebut kita mendapatkan gambaran bahwa50%
Kabupaten/Kota tersebut memiliki angka TPAKnya lebih tinggi dari angka
rata-rata Provinsi Sumatera Utara, 100% TPTnya di bawah angka rata-
rata provinsi, 64,28% jenis usaha pertanian di atas angka rata-rata
provinsi, 42,86% jenis usaha industry di atas rata-rata Provinsi, 28,57%
jenis usaha jasa di atas rata-rata Provinsi, 28,57% PDRB perkapitanya di
atas rata-rata Provinsi dan 21,43% pertumbuhan ekonominya di atas
rata-rata Provinsi.

Tabel 3.30 : Fenomena Ekonomi 14 Kabupaten/Kota Migrasi Netto


Positif Sumatera Utara, 2012

Pert.
PDRB/
Indu Ekonomi
TPAK TPT Pertan Jasa Kapita
NO Kab/Kota Reg stri 2010-
(%) (%) ian (%) (%)
(%) (juta 2012
Rp.)
(%)
Gunung
1 R-I 70.76 7.93 46.73 3.47 49.80 19.71 26.63
sitoli
Tapanuli
2 R-II 78.60 5.26 65.62 2.74 31.63 9.03 25.46
Tengah

3 Paluta R-II 70.82 6.59 76.07 0.15 23.78 9.56 26.92

Padang
4 R-II 62.59 7.47 53.26 16.98 29.75 8.91 29.41
Lawas

5 Padang. S R-II 73.41 9.10 22.01 8.22 69.77 12.89 22.00

6 Humbahas R-III 91.68 0.35 81.02 0.94 18.04 18.19 28.80

Pakpak
7 R-III 87.34 1.13 71.67 1.45 26.88 10.13 26.72
Bharat

8 Samosir R-III 89.44 1.31 70.95 4.97 24.08 16.61 20.97

9 Batu Bara R-IV 63.22 6.77 37.31 12.85 49.84 55.13 26.62

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
84
10 Labusel R-IV 64.67 8.55 75.11 0.20 24.69 28.03 26.92

11 Labura R-IV 65.91 7.23 65.15 2.01 32.84 26.92 29.41

Tanjung
12 R-IV 66.70 14.75 23.66 8.25 68.09 23.50 19.55
Balai

13 Deli Serdang R-V 65.61 6.85 19.12 14.59 66.29 27.45 27.29

14 Binjai R-V 62.79 9.80 7.87 15.34 76.79 26.35 33.32

Sumatera
69.41 27.14 41.40 8.07 50.53 26.57 27.65
Utara

100% 64,28 42,86 28,57


50%> 28,57% 28,57%>
Keterangan < %> %> %>
Prov > Prov Prov
Prov Prov Prov Prov

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013

Dari pendekatan analisis ini, kita dapat pelajari bahwa faktor paling
positif hubungannya dengan angka migrasi netto positif dari aspek
ekonomi adalah TPT di bawah rata-rata Provinsi dan Usaha Pertanian di
atas rata-rata Provinsi. Salah satu makna yang dapat dipelajari dari
fenomena ini adalah, sector usaha pertanian masih mendominasi sebagai
faktor penarik bagi penduduk pada daerah yang migrasi nettonya positif.
Data statistic juga menunjukkan bahwa TPAK di atas rata-rata Provinsi
terdapat pada daerah yang sector usaha pertaniannya di atas rata-rata
Provinsi.Data pada tabel 4 juga menggambarkan bahwa sektor usaha
Industri dan Jasa menjadi lapangan usaha yang menarik di Padang
Lawas, Padang Sedempuan, Batubara, Tanjung Balai, Deli Serdang dan
Binjai. Faktor PDRB/Kapita di atas rata-rata provinsi menjadi faktor yang
menarik di Batubara, Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara dan
Deli Serdang. Pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata Provinsi menjadi
faktor yang menarik di Kota Binjai, Labuhan Batu Utara, Humbahas dan
Padang Lawas.

3.4.2.4. Faktor Penarik Migrasi Netto Positif Aspek Pendidikan dan Kesehatan

Sama halnya dengan aspek ekonomi BPS bekerjasama dengan


Pemerintah Daerah setiap tahunnya menyajikan data kependudukan
dalam aspek pendidikan dan kesehatan antara lain dalam bentuk Angka
Partisipasi Sekolah (SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi), Angka Kema Bayi
(AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Dari indikator ini, kita bisa

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
85
mempelajari fenomena yang terjadi di Kabupaten/Kota yang memiliki
angka migrasi netto positif sebagaimana disajikan pada Tabel 3.27.

Tabel 3.31 : Fenomena Pendidikan dan Kesehatan 14 Kabupaten/Kota


Migrasi Netto Positif Sumatera Utara, 2012
Angka
Angka Angka Jumlah Jumlah
Partisipasi
Regi Partisipasi Harapan Kematian Kematian
Sekolah
on Sekolah PT Hidup Bayi Ibu
No. Kab/kota SMA
(%) (Tahun) (jiwa) (jiwa)
(%)
1 Gunungsitoli R-I 64 25 70 22 5
2 Tapanuli R-II 70 10 68 37 17
Tengah
3 Paluta R-II 57 7 67 45 6
4 Padang R-II 57 10 67 36 7
Lawas
5 Padang R-II 81 29 70 2 4
Sidimpuan
6 Humbanghas R-III 77 11 68 43 4
7 Pakpak R-III 71 11 68 19 5
Bharat
8 Samosir R-III 79 5 70 72 6
9 Batu Bara R-IV 68 8 69 37 13
10 Labusel R-IV 58 6 70 56 11
11 Labura R-IV 66 6 70 139 23
12 Tanjung R-IV 59 8 71 11 9
Balai
13 Deli Serdang R-V 68 15 71 98 20
14 Binjai R-V 74 13 72 5 7
Sumatera 66 12 70 65 10
Utara
Keterangan 71,43% 28,57% 57,14 78,57% 64,28%
> Prov > Prov >=Prov < Prov <Prov
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013
Dari data pada Tabel 3.27, menunjukkan fakta untuk aspek pendidikan
bahwa 71,43% Kab/Kota migrasi netto positif memiliki angka Partisipasi
Sekolah SMA di atas rata-rata Provinsi dan 28,57% memiliki angka
Partisipasi Perguruan Tinggi di atas Rata-rata Provinsi di atas rata-rata
Provinsi. Fenomena ini menggambarkan pelayanan pendidikan yang lebih
baik menjadi faktor yang faktor menarik bagi migrasi masuk yang lebih
banyak dari yang keluar (migrasi netto positif). Kota Padang Sidempuan,

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
86
Deli Serdang, Binjai memiliki angka partisipasi sekolah Perguruan Tinggi
lebih besar dari angka rata-rata Provinsi, memperjelas bahwa pelayanan
pendidikan untuk tingkat yang lebih tinggi menjadi faktor penarik migrasi
netto positif.

Untuk aspek kesehatan, dapat dipelajai bahwa daerah dengan angka


migrasi netto positif, Jumlah Kematian Bayi dan Kematian Ibu lebih kecil
dari angka rata-rata povinsi yaitu 78,57% dan 64,28%. Fenomena ini
mencerminkan bahwa daerah yang memiliki indikator kesehatan yang
lebih baik, menjadi faktor penarik bagi migrasi masuk yang lebih banyak
dari pada yang keluar (migrasi netto positif).

Jika diamati dari aspek angka migrasi keluar pada daerah


Kabupaten/Kota Region I, angka paling tinggi terjadi di Kab. Nias yaitu
25.338 dengan netto 24.567, dibandingkan kabupaten Nias Selatan, Nias
Utara, Nias Barat, dan kota Gunung Sitoli. Pada region I ini Jumlah
Kematian Bayi tertinggi di kab Nias sejumlah 158, demikian juga jumlah
kematian Ibu tertinggi (29) di Kab Nias. Dalam hal ini tingginya migrasi
keluar di kab Nias dianalisis kemungkinan didukung data tingginya AKB
& AkI Angka kematian bayi (AKB) dan Angka kematian Ibu (AKB).
Indikator AKB dan AKI di suatu daerah merupakan indikator utama yang
menunjukan status kesehatan masyarakatnya, AKB dan AKI sangat
dipengaruhi oleh fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan merupakan
tempat masyarakat mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan.
Fasilitas kesehatan dalam hal ini adalah rumah sakit pemerintah, rumah
sakit swasta dan puskesmas.

Dan bila ditinjau dari fasilitas kesehatan rasio fasilitas dengan rasio 7.70
per 100.000 penduduk. Fasilitas kesehatan tentunya didukung oleh
tenaga kesehatan yang mengoperasionalkan fasilitas kesehatan tersebut.
Data ratio tenaga kesehatan di kab. Nias adalah 2.35 per 100.000
penduduk, Hal ini menunjukkan masih belum mencukupinya fasilitas
kesehatan dan tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk di kab Nias,
sehingga masyarakat sangat mungkin untuk mencari kehidupan yang
lebih baik dalam bidang kesehatan dan yang akan memungkinkan
terjadinya migrasi keluar.

Pada Region II, angka migrasi keluar yang paling tinggi terjadi di Kab.
Tapanuli Selatan (22.986) dengan netto (16.895), dengan jumlah
Kematian Bayi (321), jumlah Kematian Ibu (19). Selain faktor ekonomi,
dan pendidikan, tingginya migrasi keluar di kab Tapanuli Selatan bila

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
87
dianalisis dari faktor kesehatan kemungkinan juga disebabkan masih
kurangnya fasilitas kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan. Rasio
fasilitas kesehatan 6,34 per 100.000 penduduk. Ratio tenaga kesehatan
213 per 100.000 penduduk, Hal ini menunjukkan masih belum
mencukupinya fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan dengan jumlah
penduduk di kab. Tapanuli Selatan.

Pada Region III, migrasi keluar yang paling tinggi terjadi di Kab.
Simalungun (37.609) dengan netto (18.292), dengan jumlah kematian
bayi (82), Jumlah kematian ibu (8). Dan rasio fasilitas kesehatan 5.05 per
100.000 penduduk. Ratio tenaga kesehatan 1,77 per 100.000 penduduk.
Migrasi keluar di Kab. Dairi (14.170) dengan netto (5070), dengan jumlah
kematian bayi (69), jumlah kematian ibu (6). Rasio fasilitas kesehatan
6,95 per 100.000 penduduk. Rasio tenaga kesehatan 2.86 per 100.000
penduduk. Dalam hal ini kelihatan bahwa rasio fasilitas kesehatan dan
tenaga kesehatan masih jauh dari ideal.

Pada Region IV, migrasi keluar yang paling tinggi terjadi di Kabupaten
Asahan (51.534) dengan netto (40.290), dengan jumlah kematian bayi
(151), jumlah kematian ibu (26). Rasio fasilitas kesehatan 4,72 per
100.000 penduduk. Rasio tenaga kesehatan 1,97 per 100.000 penduduk.
Di region ini data juga menunjukkan Kab Asahan memiliki jumlah
kematian bayi dan ibu yang tinggi, demikian juga pada rasio fasilitas
kesehatan dan rasio tenaga kesehatan.

Pada Region V, migrasi keluar di Kab. Langkat (37748) dengan netto (-


25557), dengan Angka Kematian Bayi (127 ), Angka Kematian Ibu (17).
Untuk rasio fasilitas kesehatan 3,69 per 100.000 penduduk. Rasio
tenaga kesehatan 1,29 per 100.000 penduduk, juga tertinggi di kab
Langkat.

Setelah dianalisis dari masing-masing region, dapatlah ditarik kesimpulan


bahwa migrasi keluar yang tinggi diikuti dengan data jumlah kematian
bayi dan jumlah kematian ibu, Fasilitas kesehatan dan Tenaga kesehatan
yang tinggi pula, hal ini sesuai dengan teori bahwa ada 4 faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan, yaitu faktor Lingkungan, Faktor
Perilaku, Faktor Pelayanan Kesehatan, dan Faktor Keturunan. Dalam hal
ini kita tidak terlalu membahas faktor Lingkungan dan faktor Keturunan.
Kita akan membahas Faktor Perilaku manusia dalam hal kesehatan
masyarakat. (Perilaku Kesehatan) dan faktor Pelayanan Kesehatan.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
88
Perilaku kesehatan seseorang individu dipengaruhi lagi oleh faktor
Predisposing (misalnya: pengetahuan, sikap, kepercayaan, nila-nilai),
faktor Enabling (misalnya: tersedianya fasilitas, sarana kesehatan), dan
faktor Reinforcing/pendorong (misalnya: Sikap dan perilaku petugas,
petugas yg lain). Dalam hal ini perilaku kesehatan seseorang atau
masyarakat akan sangat dipengaruhi oleh apa yang dia ketahui tentang
kesehatan, nilai-nilai budaya apa yang diyakini, sehingga akan
menyebabkan bagaimana seseorang atau masyarakat tersebut akan
bertindak dalam hal kesehatannya. Pelayanan kesehatan adalah
tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung untuk dilakukannya
pelayanan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.

Perilaku seseorang dalam hal ini pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang
diyakini masyarakat juga dipengaruhi oleh tersedianya pelayanan
kesehatan dalam hal ini fasilitas kesehatan apa yang ada, dan tentunya
fasilitas kesehatan juga didukung oleh tenaga kesehatan yang akan
memberikan infomasi dalam upaya preventif, promotif dan memberikan
pelayanan kesehatan dalam upaya kuratif dan rehabilitative. Fasilitas
kesehatan merupakan tempat masyarakat mendapatkan informasi dan
promosi tentang kesehatan dan pelayanan kesehatan. Fasilitas kesehatan
dalam hal ini adalah rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta dan
puskesmas.

Bila disuatu daerah fasilitas kesehatan tidak ada, tidak mencukupi, perlu
uang untuk biaya di fasilitas kesehatan tsb, jaraknya jauh dan harus
menggunakan transport yang tentunya akan membutuhkan waktu, dan
dana, dll maka seorang individu atau masyarakat tidak akan pergi
menggunakan pelayanan kesehatan tsb. Demikian juga bila fasilitas
kesehatan ada, namun tenaga kesehatan tidak ada, maka tidak akan
sempurna juga masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.

Dari penjelasan diatas dapat diambil solusi yang akan di tuangkan dalam
grand design kependudukan yaitu: perlunya penambahan fasilitas
kesehatan dan tenaga kesehatan, sehingga masyarakat di kab/kota tidak
perlu keluar dari kab/kotanya untuk mendapatkan pelayanan
kesehatannya. Sarana prasarana fasilitas kesehatan dan tenaga
kesehatan hendaknya disesuaikan dengan ratio yang ideal dengan luas
wilayah dan jumlah penduduk sehingga diharapkan dapat mengurangi
migrasi keluar.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
89
Dari analisis faktor penggerak migrasi, kita dapat melihat bahwa migrasi
netto positif dipengaruhi oleh faktor non ekonomi yaitu aspek pelayanan
kesehatan dan pendidikan. Dengan kata lain, untukmengatasi mobilitas
penduduk yang tinggi dari desa ke kota atau dari satu region ke region
lain juga dapat di atasi dengan meningkatkan pelayanan pendidikan dan
kesehatan. Untuk peningkatan pelayanan pendidikan, selayaknya
disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan ekonomi daerah
berdasarkan potensi sumberdaya alam yang dimiliki oleh daerah
bersangkutan.

3.4 Pembangunan Keluarga

Pembangunan keluarga ditujukan agar Terwujudya keluarga Indonesia


yang berkualitas berdasarkan perkawinan yang sah dan bertakwa kepada
Tuhan YME yang meliputi: Keluarga yang bertakwa kepada Tuhan YME,
yaitu keluarga berdasarkan pernikahan yang sah menurut hukum negara
dan agama, Keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan harmonis yang
berkeadilan dan berkesetaraan gender dengan jumlah anak ideal (dua),
Keluarga yang berketahanan sosial, keluarga yang memiliki perencanaan
sumber daya keluarga, keluarga berwawasan nasional, yang mampu
mengembangkan kepribadian dan budaya bangsa Indonesia, Keluarga
yang berkontribusi kepada masyarakat yang mampu berperan serta
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan memiliki kepedulian terhadap
lingkungannya serta keluarga yang berkontribusi kepada bangsa dan
negara serta berpartisipasi dalam kegiatan bela negara, taat membayar
pajak, patuh terhadap peraturan perundangan yang berlaku

Sebagian kuarga di Sumatera Utara dalam kondisi sangat rentan (


kemampuan keluarga melaksanakan fungsinya menjadi lemah ) terhadap
kecepatan kemajuan dan perubahan perkembangan global baik dari segi
ekonomi, pendidikan, kesehatan, sehingga dampaknya banyak terjadi
berbagai tindakan dan kondisi yang melemahkan penduduk sebagai
sumber daya manusia yang mampu bersaing ditengah penduduk dunia.
Kondisi tersebut dapat kita perhatikan antara lain; jumlah keluarga pra
sejahtera yang masih cukup banyak sekitar 11 % dari total jumlah
keluarga, disamping itu terdapat keluarga yang termasuk penyandang
masalah sosial mulai dari anak terlantar, lansia terlantar, kekerasan
dalam rumah tangga, anak jalanan, ketergantungan narkoba, HIV/Aids,

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
90
ekspolaitasi anak, pekerja anak, penduduk berkebutuhan khusus dan
lain sebagainya yang jumlahnya masih cukup banyak.

Oleh sebab itu pembangunan keluarga menjadi sangat penting sebagai


institusi atau unit terkecil tempat penduduk bersosialisasi yang harus
dijadikan parameter dan sasaran pembangunan kependudukan dan
sebagai indikator keberhasilannya adalah seberapa besar tingkat
kemampuan keluarga dapat melaksanakan fungsinya.

3.5 Manajemen Data Base Kependudukan

Dalam pembangunan Kependudukan, Administrasi Kependudukan


sebagai suatu sistem merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Administrasi Pemerintahan dan Administrasi Negara dalam rangka
pemberian perlindungan terhadap hak-hak individu penduduk, melalui
pelayanan publik dalam bentuk dokumen kependudukan (Kartu Tanda
Penduduk, Kartu Keluarga dan dokumen Akte-akte Catatan Sipil).

Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Administrasi


Kependudukan sebagaimana diamanatkan dalam Undang Undang
nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan secara
Nasional dalam menyediakan Data Penduduk (Database Kependudukan)
yang terjamin akurasinya dan terkini, Pemerintah mempunyai 3(tiga)
program strategis Nasional, yaitu :

1. Melaksanakan pemutakhiran Data Kependudukan

2. Penerbitan Nomor Induk Kependudukan (NIK)

3. Penerapan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Elektronik

Adapun tahapan pelaksanaan 3 (tiga) Program yang dimaksud adalah


sebagai berikut :

a. Pemutakhiran Data Kependudukan

Dilaksanakan disemua Kabupaten/Kota dengan ketentuan sebagai


berikut :

- Bagi 329 Kabupaten/Kota yang diprogramkan untuk penerbitan NIK


Tahun 2010, Pemutakhiran Data Kependudukannya harus selesai
pada Bulan November 2010, dengan pertimbangan pada bulan
Desember 2010 akan dilakukan penerbitan dan distribusi NIK
kepada penduduk per keluarga.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
91
- Bagi 168 Kabupaten/Kota, pemutakhiran Data Kependudukan harus
selesai pada bulan Desember 2010, dengan pertimbangan
penerbitan NIK nya akan dilaksanakan pada awal Tahun 2011.

b. Penerbitan NIK

Dilaksanakan secara bertahap pada Tahun 2010 sampai dengan


Tahun 2011.

- Pada Tahun 2010 dilaksanakan di 329 Kabupaten/Kota wajib


selesai pada bulan Desember 2010 sesuai dengan amanat
instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010.

c. Penerapan e-KTP

Dilaksanakan secara bertahap pada Tahun 2011 sampai dengan


Tahun 2012.

- Tahun 2011 dilaksanakan di 197 Kabupaten/Kota dan wajib


selesai pada bulan Desember 2011.

- Tahun 2012 dilaksanakan di 300 Kabupaten/Kota dan wajib


selesai pada bulan Desember 2012

NIK adalah Nomor Induk Kependudukan yang diberikan


Pemerintah dan diterbitkan oleh Instansi pelaksana kepada
setiap Penduduk setelah dilakukan pencatatan biodata. NIK berlaku
seumur hidup, melalui NIK nantinya kegiatan identifikasi Jati
diri seseorang dapat dilakukan dengan mudah, termasuk
pendataan penduduk untuk perpajakan Pemilihan Umum,
Kriminalitas, penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLS) dan
lainnya.

e-KTP di Provinsi Sumatra Utara dilakukan 2 (dua) tahap, yaitu :

1. Tahun 2011 terdiri dari 14 Kabupaten/Kota, yaitu :

- Kabupaten Tapanuli Selatan


- Kabupaten Langkat
- Kabupaten Deli Serdang
- Kabupaten Simalungun
- Kabupaten Asahan
- Kabupaten Labuhanbatu
- Kabupaten Serdang Berdagai

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
92
- Kabupaten Batu Bara
- Kabupaten Labuhanbatu Selatan
- Kabupaten Mandailing Natal
- Kota Medan
- Kota Pematang Siantar
- Kota Tanjung Balai
- Kota Binjai

2. Tahun 2012 terdiri dari 19 Kabupaten/Kota, yaitu :

- Kabupaten Tapanuli Tengah


- Kabupaten Tapanuli Utara
- Kabupaten Nias
- Kabupaten Karo
- Kabupaten Dairi
- Kabupaten Toba Samosir
- Kabupaten Nias Selatan
- Kabupaten Pak Pak Barat
- Kabupaten Humbang Hasundutan
- Kabupaten Samosir
- Kabupaten Padang LawasUtara
- Kabupaten Padang Lawas
- Kabupaten Labuhanbatu Utara
- Kabupaten Nias Utara
- Kabupaten Nias Barat
- Kota Sibolga
- Kota Tebing Tinggi
- Kota Padang Sidimpuan
- Kota Gunung Sitoli

Provinsi Sumatra Utara Jumlah

Wajib KTP 10.877.974 jiwa

Penduduk yang telah 7.343.813 jiwa


melakukan perekaman e-KTP

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
93
e-KTP yang sudah di cetak 7.234.507 jiwa

(Data per 13-12-2013)

Adapun kendala-kendala dalam e-KTP sebagai berikut :

1. Peralatan e-KTP rusak.


2. Data tertahan di server kecamatan.
3. Kesalahan dalam pencetakan fisik e-KTP.

Data dasar (database kependudukan) adalah kumpulan berbagai jenis


data kependudukan yang tersimpan secara sistematik, terstruktur dan
saling berhubungan menggunakan perangkat lunak, perangkat keras dan
jaringan komunikasi data untuk itu, diperlukan adanya penataan
Administrasi Kependudukan yang merupakan rangkaian kegiatan
penataan dan penertiban dokumen dan data kependudukan melalui
Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil dan Pengelolaan Informasi
Administrasi Kependudukan.

Untuk mewujudkan database kependudukan nasional (Pusat, Provinsi


dan Kabupaten/Kota) yang akurat diperlukan 2 (dua) kegiatan yang
paling mendasar yaitu:

1. Kegiatan pelayanan harian pendaftaran penduduk dan pencatatan


sipil termasuk e-KTP yang bertujuan agar semua peristiwa
kependudukan akibat LAMPID (Lahir, Meninggal, Pindah dan Datang)
tercatat dalam database kependudukan Kabupaten/Kota.
Pelaksanaan kegiatan ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban
pemerintah Kabupaten/Kota melalui dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil dan para Camat dibawah koordinasi Pemerintah
Provinsi.

2. Kegiatan konsolidasi dan pembersihan data ganda kependudukan


dengan menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
(SIAK) online yang didukung dengan perekaman sidik jari dan iris
mata dalam perekaman e-KTP. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan
tanggung jawab dan kewajiban Kementrian Dalam Negeri melalui
Direktorat Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Saat ini sedang dibangun sistem Administrasi Kependudukan (SIAK)


dalam kerangka Administrasi Kependudukan yang terdiri dari hal-hal
sebagai berikut :

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
94
1. Sistem Pendaftran Penduduk (Dafduk)

- Pencatatan Biodata penduduk per keluarga

- Pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan

- Pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan

- Pelaporan penduduk yang tidak dapat melapor sendiri.

2. Sistem Pencatatan Sipil (Capil)

- Pencatatan Kelahiran
- Pencatatan Lahir Mati
- Pencatatan Perkawinan
- Pencatatan Pembatalan Perkawinan
- Pencatatan Perceraian
- Pencatatan Pembatalan Perceraian
- Pencatatan Kematian
- Pencatatan pengangkatan, pengesahan dan pengakuan anak
- Pencatatan perubahan nama dan perubahan status
kewarganegaraan
- Pencatatan peristiwa penting.

Tanggal 26 November 2013 DPR RI telah mengesahkan perubahan


Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006, adapun tujuan perubahan
Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 meningkatkan Efeksifitas
pelayanan Administrasi Kependudukan kepada masyarakat,
Menjamin Akurasi data Kependudukan dan ketunggalan NIK dan
dokumen Kependudukan.

Perubahan subtansi yang mendasar Undang Undang Nomor 23 Tahun


2006 antara lain :

1. Masa Berlaku e-KTP

Masa berlaku e-KTP yang semula 5 (Lima) tahun diubah menjadi


berlaku seumur hidup sepanjang tidak ada perubahan elemen data
dalam KTP.

2. Penggunaan Data Kependudukan Kementerian Dalam Negeri.

Data Kependudukan Kementerian Dalam Negeri yang bersumberdari


data pendudukan Kabupaten/Kota, merupakan satu-satunya data

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
95
kependudukan yang digunakan untuk semua keperluan alokasi
anggaran (termasuk untuk perhitungan DAU), pelayanan publik,
perencanaan pembangunan, pembangunan demokrasi, penegakan
hukum dan pencegahan kriminal.

3. Penerbitan Akta Kelahiran yang Peloporannya melebihi Batas


Waktu 1 (satu) Tahun

Semula penerbitan tersebut memerlukan penetapan Pengadilan


Negeri, diubah cukup dengan Keputusan Kepala Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota. Hal ini sesuai
dengan Putusan Mahkamah Konstitusi tanggal 30 April 2013.

4. Penerbitan Akta Pencatatan Sipil

Yang semula dilaksanakan di tempat terjadinya Peristiwa Penting,


diubah menjadi penerbitnya di tempat domisili penduduk.

5. Pengakuan dan Pengesahan Anak

Dibatasi hanya untuk anak yang dilahirkan dari perkawinan


yang telah sah menurut hukum agama tetapi belum sah menurut
hukum negara. Pengesahan anak yang selama ini hanya dengan
catatan pinggi diubah menjadi Akta Pengesahan Anak.

6. Pengurusan dan Penerbitan Dokumen Kependudukan Tidak


Dipungut Biaya (Gratis)

Larangan untuk tidak dipungut biaya semula hanya untuk


penerbitan e-KTP, diubah menjadi untuk semua dokumen
kependudukan (KK, e-KTP, Akta Kelahiran, Akta Perkawinan, Akta
kematian, Akta perceraian, Akta Pengakuan Anak, dan lain-lain).

7. Stelsel Aktif

Semula penduduk harus aktif melaporkan peristiwa kependudukan


dan peristiwa penting yang dialaminya kepada Pemerintah, diubah
Pemerintah melalui petugas wajib aktif melaksanakan pelayanan
Administrasi kependudukan kepada penduduk melalui jemput bola
atau pelayanan keliling.

8. Pendanaan

Pendanaan untuk program dan kegiatan Administrasi kependudukan


dibebankan pada APBN:

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
96
1) Pendanaan program dan kegiatan ditingkat Provinsi dilakukan
melalui Dana Alokasi dekonsentrasi.

2) Pendanaan program dan kegiatan ditingkat Kabupaten/Kota


dilakukan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).

Sesuai program Kepemerintahan yang baik dan dalam rangka tertib


dokumen kependudukan khususnya Akte Kelahiran, Kematian,
Perkawinan dan Perceraian di Provinsi Sumatera Utara, Gubernur
Sumatera Utara melalui Surat Nomor 470/329 tanggal 15 Januari 2013
Perihal Permintaan Data-data Kependudukan dan Akte-akte Perkawinan,
Perceraian, Kelahiran dan Kematian yang kemudian akan dihimpun dalam
Buku Daftar Nominatif (Daftar rincian terlampir).

Tabel 3.32. Rekapitulasi Kepemilikan Akte Kelahiran, Kematian


Perkawinan dan Perceraian Kab/Kota Se-Sumatera Utara Tahun
2013

KEMA PERKAW PER


NO KAB/KOTA KELAHIRAN KETERANGAN
TIAN INAN CERAIAN

Data Bulan
Tapanuli
1 12.710 17 511 1 Januari-
Tengah
November 2013
Data Bulan
Tapanuli
2 4.454 245 3.351 14 Januari –
Utara
Desember 2013
Data Bulan
Tapanuli
3 11.953 9 555 Januari -
Selatan
Oktober 2013
Data Bulan
4 Nias 5.836 19 392 1 Januari -
Desember 2013
Data Bulan
5 Langkat 15.812 16 1.233 1 Januari -
September 2013
Data Bulan
6 Karo 18.200 57 1.011 9 Januari -
Oktober 2013
Data Bulan
7 Deli Serdang 78.852 143 2.021 28 Januari -
Desember 2013
Data Bulan
8 Simalungun 972.918 86.227 Januari -
September 2013
Data Bulan
9 Asahan 172.107 730 1.045 21 Januari -
Agustus 2013

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
97
Data Bulan
10 Labuhan Batu 48.900 63 1.017 10 Januari -
Desember 2013
Data Bulan
11 Kota Medan 54.814 1.710 3.379 167 Januari -
Oktober 2013
Data Bulan
Pematang
12 10.848 129 1.747 16 Januari -
Siantar
September 2013
Data Bulan
13 Sibolga 2.191 14 91 Januari - Juli
2013
Data Bulan
14 Tanjung Balai 3.671 16 75 1 Januari -
Desember 2013
Data Bulan
15 Binjai 4.702 50 245 6 Januari -
Desember 2013
Data Bulan
16 Tebing Tinggi 5.660 288 504 19 Januari -
Oktober 2013
Data Bulan
17 Dairi 17.494 23 694 2 Januari -
November 2013
Data Bulan
Mandailing
18 2.917 3 37 Januari -
Natal
September 2013
Data Bulan
19 Toba Samosir 5.456 17 3.175 2 Januari -
Agustus 2013
Data Bulan
Padang
20 7.793 18 238 Januari -
Sidimpuan
Oktober 2013
Darta Januari -
21 Nias Selatan 2.060 70 558
Desember 2013
Data Bulan
Pakpak
22 3.583 2 62 1 Januari -
Bharat
Oktober 2013
Data Bulan
Humbang
23 12.182 14 555 1 Januari -
Hasudutan
November 2013
Data Bulan
24 Samosir 4.135 27 2.208 2 Januari -
September 2013
Data Bulan
Serdang
25 268.506 125 22.047 96 Januari - Juni
Bedagai
2013
Data Bulan
26 Batu Bara 18.898 17 196 Januari -
September 2013

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
98
Data Bulan
27 Padang Lawas 62.672 5 6.575 Januari -
Desember 2013
Data Bulan
Padang Lawas
28 3.474 2 Januari - Maret
Utara
2013
Data Bulan
Labuhan Batu
29 18.077 19 518 2 Januari -
Utara
November 2013
Data Bulan
Labuhan Batu
30 25.809 8 633 Januari -
Selatan
November 2013
Data Bulan
31 Nias Utara 32.912 76 2.311 3 Januari -
Desember 2013
Data Bulan
32 Nias Barat 433 274 Januari -
Agustus 2013
Data Bulan
33 Gunung Sitoli 9.322 168 567 1 Januari -
Oktober 2013
Jumlah 1.919.356 4.098 144.054 404
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013

Adapun kendala yang menyebabkan masih adanya penduduk yang


belum memiliki Akte Kelahiran, antara lain :

- Kurangnya pemahaman masyarakat akan arti pentingnya Akte


Kelahiran yang disebabkan oleh kurangnya sosialisasi.

Secara umum dapat disimpulkan dengan lahirnya perubahan Undang


Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan,
merupakan tonggak bagi terwujudnya data kependudukan yang lebih baik
guna proses pembangunan Demokrasi yang lebih baik serta meningkatnya
pelayanan Administrasi Kependudukan sejalan dengan tuntutan pelayan
Administrasi Kependudukan yang Profesional, memenuhi standar
teknologi informasi, dinamis, tertib dan tidak diskriminatif dalam
pencapaian standar pelayanan minimal menuju pelayanan prima yang
menyeluruh.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
99
BAB IV

KEKUATAN, KENDALA, TANTANGAN DAN PELUANG

Secara umum, dapat difahami pada uraian bab-bab sebelumnya, bahwa


disparitas antar wilayah merupakan isu pokok di bidang kependudukan.
Semua indikator kuantitas penduduk, kualitas penduduk, pembangunan
keluarga, mobilitas penduduk dan juga pembangunan data base
memperlihatkan masih adanya kesenjangan antara satu wilayah dengan
wilayah yang lain. Artinya di masa mendatang Provinsi Sumatera Utara
dihadapkan pada persoalan-persoalan untuk memeratakan hasil-hasil
pembangunan. Penjelasan di bawah ini merupakan ilustrasi singkat mengenai
kekuatan, kendala, tantangan, dan peluang dalam upaya pembangunan
kependudukan di Provinsi Sumatera Utara.

4.1 . Kekuatan

Dalam menentukan kebijakan Pembangunan Kependudukan di Sumatera


Utara saat ini telah memiliki kekuatan antara lain ;

1. Dalam aspek kuantitas penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk yang


terus menurun mencapai 1,1 % setiap tahunnya dari 2,34 % di era
tahun 70-an. dengan Total Fertility Rate ( TFR ) telah turun dari
sekitar 7,2 anak pada masa awal dilaksanakannya program
Kependudukan dan Keluarga Berencana tahun 70-an menjadi 3,0 anak
pada tahun 2010. Serta penduduk menurut struktur umur pada usia
produktif ( 15-64 Thn ) yang semakin besar. Disamping itu terjadi
peningakatan usia kawin pertama dari 19,4 Thn menjadi 22,1 Thn
pada tahun 2012 walaupun masih berpariasi antar Kab/Kota di
Sumatera Utara.

2. Dari segi kualitas tingkat IPM penduduk sumatera utara menjadi 74,69
% berada pada rangking 8 secara Nasional, dengan rata-rata lama
bersekolah 8,9 tahun dan lebih baik dari rata-rata nasional, angka
kematian kasar 5 per 1000, angka kematian bayi 25 per 100.000 serta
angka harapan hidup 71 tahun, demikian pula tingkat pendapatan
yang dinilai dari kemampuan daya beli penduduk Sumatera Utara yang
semakin meningkat serta tingkat partisipasi kaum perempuan dalam
bidang perekonomian semakin tinggi partisipasinya.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
100
3. Mobilitas penduduk Sumatera Utara baik permanen maupun
nonpermanen (sirkuler), frekuensinya meningkat dan semakin lama
semakin cepat, dipengaruhi oleh tersedianya prasarana transport dan
komunikasi yang memadai dan modern serta lebih dipengaruhi oleh
pengembangan perekonomian pada bidang pertanian, perkebunan dan
industri serta jasa di sekitar 14 kabupaten/kota yang migrasi in nya
cukup tinggi. Artinya telah ada 14 kab/kota dari 33 kab/kota di
Sumatera Utara yang memiliki daya tarik terhadap terjadinya mobiltas
penduduk.

4. Dalam aspek Pembangunan Keluarga di Sumatera Utara telah memiliki


data mikro keluarga sehingga dapat diketahui jumlah keluarga yang
telah sejahtera dan yang belum sejahtera. Saat ini terdapat keluarga
yang sejahtera sebanyak 65,79 % yang semakin lama semakin
meningkat. Keluarga yang memiliki kemampuan menyejahterakan
keluarganya tersebut menjadi potensi yang cukup besar dalam
mengembangkan strategi pemberdayaan keluarga dalam mewujudkan
keluarga berkulitas.

5. Dari segi data base dan informasi kependudukan sudah memiliki


berbagai sumber data baik dari hasil Sensus Penduduk, SDKI,
Susenas, hasil pencatatan dan pelaporan yang dilakukan secara
rutin/reguler, data mikro keluarga ( hasil pendataan keluarga), serta
hasil sensus, survei dan data statistik rutin sector lainnya.

6. Dalam aspek dukungan lainnya adanya dukungan politis dan


dukungan operasional dari semua pihak baik dari Pemerintah Provinsi,
Kabupaten/Kota termasuk lembaga legislatif, sampai dengan daerah,
telah memberikan perhatian, dorongan dan dukungan yang sangat
besar dalam pembangunan kependudukan di Sumatera Utara dengan
dituangkannya kedalam Peraturan Daerah No.8 Tahun 2009, tentang
RPJMD 2009-2013. Serta adanya jaringan kelembagaan sampai tingkat
lini lapangan dan partisipasi masayarakat dalam peneyelenggaraan
pembangunan kependudukan seperti PPKBD, Sub PPKBD serta kader
PKK, kader KB dan sebagainya.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
101
4.2. Kendala

Walaupun penyelenggaraan Pembangunan Kependudukan di Provinsi


Sumatera Utara yang telah memberikan dampak positif tidak terlepas dari
kendala yang dihadapi antara lain:

1. Jumlah penduduk yang cukup besar di Sumatera Utara dan


distribusinya tidak merata meskipun telah terjadi penurunan fertilitas
yang cukup bermakna dari tahun 1970. Jumlah penduduk Sumatera
Utara sebanyak 12.985.075 jiwa (Sensus Penduduk 2010). Hal ini
disebabkan besarnya pertambahan PUS setiap tahun dihasilkan dari
kelahiran atau demografic momentum pada tahun 1970. Demikian
juga angka kelahiran total yang merupakan dampak pencapaian
program Kependudukan dan Keluarga Berencana juga menunjukan
variasi antar Kabupaten/Kota, ada yang telah mencapai TFR 2,47
anak tetapi masih banyak lagi daerah yang TFR nya diatas 3,0 anak
per wanita atau diatas rata-rata TFR Provinsi, sehingga
mengakibatkan TFR Sumatera Utara pada saat ini adalah 3,0. Hal ini
disebabkan segmentasi sasaran program belum dipokuskan kepada
PUS Usia Muda Paritas Rendah ( PUS MUPAREN ) dan program
Pendewasaan usia perkawinan belum dilakukan secara obtimal.

2. Dampak desentralisasi dan otonomi daerah terhadap perkembangan


Pembangunan Kependudukan mengakibatkan kurangnya terjadi
saling bersinergi (Concerted Efforts ) tentang Visi dan Misi diantara
Pemangku Kebijakan Pembangunan Kependudukan ( Pengendalian
Kuantitas, Pengembangan Kualitas, Penataan Mobilitas,
Pembangunan Keluarga dan Data Base Penduduk ) serta Pemangku
Kebijakan Pembangunan Sumatera Utara. Sementara itu,
kelembagaan yang sudah terbentuk melalui Perda mempunyai
nomenklatur yang berbeda-beda antar Kabupaten/Kota serta belum
adanya kewenangan dalam melakukan penyerasian kebijakan
pembangunan kependudukan dan pembangunan berwawasan
kependudukan pada lembaga yang sudah terbentuk di setiap
Kabupaten/Kota. Selain itu terjadinya pengalihan tugas tenaga
lapangan program Kependudukan dan KB mengakibatkan
berpengaruhnya terhadap kinerja program di lapangan.

3. Dalam Aspek Kualitas penduduk kendala/kelemahan yang masih


terjadi adalah masih terdapat sejumlah penduduk buta aksara atau
penduduk yang sama sekali belum mempunyai akses terhadap sarana

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
102
pendidikan, di beberapa kab/kota terdapat tingkat partisipasi sekolah
yang masih rendah dan bahkan menurun, serta lama bersekolah 8,9
tahun. Dalam aspek kesehatan angka kematian kasar, angka
kematian bayi maupun angka kematian ibu memang sudah
menunjukkan penurunan, namun bila dibandingkan dengan tujuan
MDGs maka perlu kerja keras lagi. Dalam bidang kesejahteraan masih
terdapat pendudk miskin sekitar 11 % cukup besar jumlahnya
walaupun setiap tahun terjadi penurunan.

4. Dalam aspek mobiltas penduduk masih terdapat berbagai


kendala/kelemahan, antara lain sekitar 19 kab/kota dari 33 kab/kota
di Sumatera Utara menjadi daerah yang angka migrasi outnya tinggi,
artinya di 19 kab/kota tersebut terdapat kondisi pertumbuhan
ekonomi yang belum maksimal, sehingga penduduknya harus
melakukan migrasi ke kab/kota atau propinsi lainnya untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Disamping itu masih kurangnya
sarana dan prasarana tranportasi dan komunikasi terutama didaerah-
daerah terpencil dan kepulauan.

5. Dari segi pembangunan keluarga masih terdapat sekitar 11 %


keluarga yang yang berada pada tahap keluarga pra sejahtera yakni
keluarga yang belum memiliki kemampuan dan ketahanan dalam
memenuhi kebutuhan dasar keluarga baik dari segi sandang, pangan,
papan maupun kebutuhan lainnya seperti pendidikan dan kesehatan.

6. Dalam bidang data base dan informasi kependudukan masih belum


adanya suatu sistem manajemen pengelolaan data dan informasi
kependudukan terintegrasi, akurat, dipercaya dan mudah diakses.

7. Perkembangan sistem Pemerintahan yang mendasarkan pada sistem


desentralisasi dan otonomi daerah cenderung belum diikuti oleh
kesamaan persepsi tentang pentingnya program pembangunan
kependudukan sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan kewenangan wajib pemerintah daerah Kab/Kota sesuai
dengan pelayanan dasar (PP nomor 38 tahun 2007) disamping
kurangnya pembinaan terhadap institusi serta tenaga yang
melaksanakan pembangunan kependudukan

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
103
4.3. Tantangan

Disamping kekuatan dan kendala yang dihadapi, Pembangunan


Kependudukan di Provinsi Sumatera Utara, masih menghadapi berbagai
tantangan, antara lain:

1. Dalam aspek kuantitas penduduk masih terdapat jumlah penduduk


Sumatera Utara yang cukup besar 12.985.075 jiwa menempati nomor
empat secara nasional setelah Jawa Barat,Jawa Timur dan Jawa
Tengah, meskipun TFR nya sudah dapat diturunkan dari 7,20 tahun
1971 menjadi 3,0 pada tahun 2010, jumlah penduduk yang semakin
besar sehingga memerlukan penyediaan kebutuhan yang semakin
besar baik pangan, sandang, papan dan pemenuhan Social
Deplovment Need.

2. Dalam bidang kualitas penduduk terdapat tingkat kematian bayi dan


ibu, masih tinggi, jumlah penduduk usia lanjut yang semakin
meningkat, gizi dan status pendidikan wanita yang masih rendah,
serta jumlah keluarga yang miskin masih cukup banyak, sehingga
sulit bersaing dalam kancah kehidupan global.

3. Pada aspek penataan mobilitas dan penataan kepadatan serta


persebaran penduduk yang belum selaras dengan daya tampung dan
daya dukung lingkungan, merupakan tantangan yang masih dihadapi
dalam pembangunan Kependudukan di Sumatera Utara kedepan.
Tantangan pembangunan tersebut perlu dihadapi dengan sebaik-
baiknya dengan memanfaatkan peluang-peluang serta potensi-potensi
sumber daya yang ada, dan meempersiapkan tata ruang
pembangunan daerah yang serasi dan selaras dengan perkembangan
penduduk, sehingga dapat mengubah karakteristik penduduk menjadi
daya dukung sosial bagi keberhasilan pembangunan nasional
khususnya Sumatera Utara.

4. Tantangan yang dihadapi dari segi pembangunan keluarga, adalah


kemampuan keluarga dalam menghadapi kecepatan perkembangan
dan kemajuan global sehingga jika tidak diberdayakan secara dini dan
baik akan menjadikan keluarga-keluarga di Sumatera Utara semakin
rentan untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan fungsi
keluarganya serta semakin meningkatnya keluarga yang memiliki
tabungan.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
104
5. Upaya memberikan pelayanan pembangunan kependudukan dalam
era demokratisasi dan tuntutan hak asasi di satu sisi, serta di sisi lain
krisis ekonomi yang berkepanjangan yang mempengaruhi daya beli
masyarakat dan dukungan pemerintah yang maasih terbatas ,
terutama dalam memenuhi penyediaan sarana dan prasarana dalam
rangka upaya untuk menjamin kelangsungan pembangunan
kependudukan di Tingkat Kabupaten/Kota.

6. Bervariasinya dukungan dan komitmen pemerintah Kabupaten/Kota


tentang pentingnya Program Pembangunan Berwawasan
Kependudukan dalam rangka pembangunan berkelanjutan.

7. Terbatasnya jumlah tenaga Penyelenggara Pembangunan


kependudukan baik dalam aspek pengendalian kuatitas penduduk (
tenaga lapangan KB, kader KB ), aspek kualitas penduduk ( tenaga
medis, guru ), tenaga lainnya seperti tenaga pencacah administrasi
penduduk dan sebagainya.

8. Seiring dengan berkembangnya pengaruh globalisasi dan informasi


dewasa ini, serta tumbuhnya nilai-nilai baru dalam pelaksanaan
demokrasi dan penegakan hak-hak azasi manusia, menimbulkan pula
tantangan baru dalam upaya memberikan pelayanan yang harus
semakin berkualitas, dan meningkatkan perhatian terhadap
pemenuhan dan hak-hak penduduk, serta semakin derasnya arus
informasi dan globalisasi akan berdampak pula terhadap masuknya
nilai-nilai baru yang tidak sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa,
yang akan mengancam ketahanan keluarga.

4.4. Peluang

Dalam melaksanakan pembangunan kependudukan, banyak peluang -


peluang yang dapat dimanfaatkan antara lain :

1. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang


Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Maka
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN )
diberi mandat untuk melaksanakan pengendalian penduduk dan
program KB Nasional.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
105
2. Komitmen Pemerintah yang semakin tinggi terhadap pembangunan
Kependudukan menjadi bagian dari Prioritas nasional maupun daerah
dalam RPJMN dan RPJMD 2010-2014

3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian


Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi
dan Pemerintah Kabupaten/kota memperjelas pembagian kewenangan
pengelolaan Program dalam bidang pembangunan kependudukan dan
pembangunan berwawasan kependudukan di tingkat pusat, provinsi
dan Kabupaten/kota.

4. Perubahan sikap dan prilaku masyarakat yang mendukung upaya


mewujudkan keluarga kecil berkualitas, serta menekankan kembali
peran dan fungsi keluarga dalam upaya meningkatkan kualitas
penduduk dan keluarga melalui peningkatan pendidikan,
pengetahuan, status kesehatan, serta pendapatan keluarga. Sikap dan
perilaku yang kondusif masyarakat ini memberikan peluang bagi
upaya-upaya pemerintah dan masyarakat untuk memberdayakan
keluarga dan meningkatkan kesejahteraannya, terutama dalam
memberikan peran dan kedudukan perempuan sebagai mitra sejajar
kaum pria dalam segala aspek kehidupan, baik sosial, politik, ekonomi
maupun budaya.

5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya


pengembangan dalam memberikan peluang bagi upaya-upaya
peningkatan efektifitas dan efisiensi serta mutu pelayanan
pembangunan kependudukan. Selain itu perkembangan tehnologi
informasi juga memberikan peluang mempermudah penyediaan dan
akses data base dan informasi, pengembangan jaringan informasi dan
komunikasi serta pemanfaatannya, termasuk penyediaan data mikro
keluarga bersekala nasional. Disamping itu, pengembangan tehnologi
tepat guna yang mampu menyediakan perangkat yang dibutuhkan bagi
pembangunan berwawasan kependudukan.

6. Meningkatnya dukungan dan partisipasi para mitra kerja dalam


mendukung penyelenggraan pembangunan kependudukan serta
sumbangan pemikiran dan kajian ilmiah dari Universitas/Perguruan
Negeri maupun swasta para Tokoh Lintas Agama dan para
Stakeholders lainnya.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
106
7. Keberadaan pusat pelatihan dan penelitian berbagai program dalam
Pembangunan Kependudukan. Dukungan komitmen Internasional,
yaitu adanya dan disetujuinya oleh Pemerintah Indonesia berbagai
komitmen dan kesepakatan internasional seperti ICPD Cairo tahun
1994, dan MDGs tahun 2000, yang memberikan dasar kerjasama
upaya global untuk meningkatkan kualitas dan hak-hak asasi
manusia, terutama yang berkaitan dengan kualitas sumber daya
manusia, kesetaraan Gender, peningkatan kesejahteraan dan
pengentasan kemiskinan.

8. Adanya peluang bonus demografi ( peduduk usia produktif 15-64


tahun jumlahnya semakin besar ) yang puncaknya diperkirakan terjadi
pada tahun 2030-an yang akan datang, apa bila pengelolaan
pembangunan kependudukan yang akan datang dapat diarahkan
untuk peningkatan kualitas penduduk, maka penduduk Sumatera
Utara akan menjadi kekuatan pembangunan nasional dan jika tidak
dapat dikelola dengan baik, maka peluang bonus demografi tersebut
akan menjadi malapetaka nasional.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
107
BAB V

ISU STRATEGIS DAN ROADMAP KONDISI KEPENDUDUKAN

YANG DIINGINKAN

Pembangunan Nasional bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia


seutuhnya. Pencapaian tujuan dimaksud memerlukan waktu dan sasaran
bertahap. Sebagai sumberdaya pembangunan kuantitas penduduk menjadi
modal utama, disamping kualitas yang lebih tinggi untuk menjamin dan
mempercepat proses terwujudnya tujuan pembangunan. Pembangunan
kependudukan dirasakan merupakan suatu hal yang sangat
penting terutama menyangkut karakteristiknya seperti pertumbuhan,
kepadatan, penyebaran, kematian dan kelahiran. Pengetahuan tentang
keadaan kependudukan sangat mempengaruhi kebijaksanaan yang akan
ditempuh dalam berbagai bidang seperti pendidikan, kesejahteraan,
kesehatan dan ketenaga kerjaan. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa
masalah pembangunan tidak dapat terlepas dari masalah kependudukan.
Oleh karena itu strategi kebijakan pembangunan harus berprinsip kepada
integrasi kebijakan pembangunan kependudukan.

Prinsip mengenai integrasi kebijakan kependudukan ke dalam kebijakan


pembangunan harus menjadi prioritas, karena hanya dengan menerapkan
prinsip tersebut pembangunan kependudukan akan berhasil. Untuk itu
strategi pertama yang harus dilakukan adalah melakukan population
mainstreaming. Semua kebijakan pembangunan harus dilakukan dengan
mendasarkan pada prinsip people centered development untuk mencapai
pembangunan yang berwawasan kependudukan. Pelaksanannya harus
mendasarkan pada pendekatan hak asasi. Untuk itu langkah pertama adalah
melakukan capacity building untuk seluruh pemangku kepentingan, baik di
provinsi, maupun kabupaten/kota.

Langkah berikutnya adalah melakukan integrasi kebijakan kependudukan


dengan kebijakan pembangunan sejak tahap perumusan, implementasi
sampai dengan evaluasi dan monitoring. Dengan memerhatikan bahwa kondisi
dari semua aspek di daerah-daerah tidak homogen, maka disparitas yang
terjadi antar provinsi, terlebih lagi antar kabupaten/kota, harus menjadi
pertimbangan utama dalam merumuskan strategi. Strategi yang dirumuskan
tidak harus bersifat tunggal, tetapi disesuaikan dengan kondisi dan
permasalahan di setiap daerah. Oleh karena itu, dalam menyusun strategi
diperlukan mekanisme yang saling melengkapi antara bottom-up dan top-down.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
108
Demikian juga dengan keadaan di Provinsi Sumatera Utara hasil sensus
penduduk 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk mencapai 12.985.075
jiwa dan jumlah perempuan lebih banyak 6.506.024 jiwa sedang laki-laki
hanya 6.479.051 jiwa. Berdasarkan kewilayahan, Kota Medan daerah yang
paling padat penduduknya dengan jumlah 2.109.330 jiwa (16,24 %),
sedangkan paling sedikit adalah Pakpak Bharat dengan 40.481 jiwa (0,31 %).

Keadaan tersebut mengisyaratkan bahwa jumlah penduduk menurut


kabupaten/kota ternyata masih menunjukkan jumlah yang beragam.
Tentunya hal ini disebabkan oleh peranan faktor kelahiran, kematian dan
migrasi yang memang berbeda-beda di setiap kabupaten/kota. Peranan ketiga
faktor tersebut tentunya juga terkait dengan kebijakan dan program-program
masing-masing kabupaten/kota yang telah dijalankan sebagai komitmennya
dalam keupayaan pengendalian kependudukan. Dengan bertambahnya jumlah
penduduk, secara otomatis akan menjadi beban pemerintah dalam
menyediakan anggaran untuk kesehatan, pendidikan, pangan, sandang,
papan dan lainnya yang dapat terkait dengan kebutuhan rakyat. Jumlah
penduduk yang besar dapat menjadi potensi penggerak ekonomi yang kuat
jika penduduknya berkualitas, namun jumlah penduduk yang besar akan
menjadi beban pembangunan jika tidak berkualitas.

Mengacu kepada kenyataan tersebut, maka isu-isu strategis kependudukan di


Provinsi Sumatera Utara ke depan adalah menyangkut :

1. Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan


kemampuan produksi menyebabkan tingginya beban pembangunan
berkaitan dengan penyediaan pangan, sandang, dan papan.

2. Kepadatan penduduk yang tidak merata menyebabkan pembangunan


hanya terpusat pada daerah-daerah tertentu yang padat penduduknya
saja. Hal ini menyebabkan hasil pembangunan tidak bisa dinikmati
secara merata, sehingga menimbulkan kesenjangan sosial antara daerah
yang padat dan daerah yang jarang penduduknya.

3. Tingginya angka urbanisasi menyebabkan munculnya kawasan kumuh di


kota-kota besar, sehingga menimbulkan kesenjangan sosial antara
kelompok kaya dan kelompok miskin kota.

4. Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan


penyediaan lapangan kerja menyebabkan terjadinya pengangguran yang
berdampak pada kerawanan sosial.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
109
5. Penanganan kualitas penduduk menyangkut penanggulan pola penyakit
bayi, anak, remaja, dan lansia.

6. Penanganan kualitas menyosong bonus demografi menyangkut


kemandirian, pemberdayaan, peluang dan kesempatan kerja serta
pelatihan.

7. Daya tampung dan daya dukung lingkungan juga semakin tidak ideal
serta bisa menimbulkan banyak masalah lingkungan, sampah, banjir,
kemacetan, kesulitan akses udara atau air bersih serta isu perubahan
iklim hingga bencana akibat perusakan alam.

Tuntutan atas kebutuhan dasar seperti diatas maka diperlukan perumusan


―Grand Design Pembangunan Kependudukan‖ yang di desain untuk menjadi
acuan pembangunan kependudukan meliputi pengendalian kuantitas
penduduk, peningkatan kualitas penduduk, penataan persebaran dan
pengaturan mobilitas penduduk, pembangunan keluarga, dan pembangunan
database kependudukan. Grand Design Pembangunan Kependudukan sangat
diperlukan untuk menghindari terjadinya ledakan penduduk dan masalah
kependudukan lainnya. Grand Design Pembangunan Kependudukan ini
mencakup besaran-besaran yang harus diperhatikan dalam upaya untuk
mengatasi masalah kependudukan. Secara operasional, untuk setiap periode
atau tahapan 5 (lima) tahunan perlu disusun semacam peta jalan (road-map)
yang mencakup tentang tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan
kegiatan yang perlu dilakukan dalam upaya pelaksanaan pembangunan
kependudukan ke depan. Road-map ini diharapkan berfungsi sebagai acuan
setiap sektor serta pemerintah daerah dalam penyusunan langkah-langkah
kegiatan dalam mendukung upaya pembangunan kependudukan.

Road-map Grand Design Pembangunan Kependudukan ini mencakup kurun


waktu 2010 sampai dengan 2035 dengan periode lima tahunan. Road-map
dibuat untuk mengetahui sejauh mana sasaran-sasaran pembangunan
kependudukan telah dapat dicapai, baik yang mencakup pengendalian
kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk, penataan persebaran
dan pengaturan mobilitas penduduk, pembangunan keluarga, dan
pembangunan database kependudukan pengendalian kuantitas penduduk,
peningkatan kualitas penduduk, penataan persebaran dan pengaturan
mobilitas penduduk, pembangunan keluarga, dan pembangunan manajemen
database dan informasi kependudukan. Secara garis besar, tujuan road-map,

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
110
sasaran lima tahunan serta keterkaitan Grand Design dengan road-map tersaji
pada uraian berikut.

5.1 Road-map Pengendalian Kuantitas Penduduk yang Diinginkan dan


Pokok-Pokok Pembangunan

Dalam jangka panjang, kondisi kependudukan yang diinginkan adalah


tercapainya penduduk stabil dalam jumlah yang tidak terlalu besar.
Untuk mencapai kondisi ini jumlah bayi yang lahir diharapkan sama
(seimbang) dengan jumlah kematian sehingga penduduk menjadi
stasioner. Indikator pencapaian penduduk tumbuh seimbang (PTS),
adalah angka kelahiran total (TFR) sama dengan 2,0 per perempuan atau
Net Reproduction Rate (Angka Reproduksi Bersih=NRR) sebesar 1 per
perempuan. Dalam Grand Design ini sama dengan 2,5 diperkirakan
tercapai pada tahun 2015. Selanjutnya TFR diperkirakan menurun
menjadi 2 dan NRR menjadi 1 tahun 2030. Kondisi ini akan
dipertahankan terus sampai dengan tahun 2035.

Patut dicermati bahwa TFR dan NRR tidak dimaksudkan untuk terus
menurun sampai dibawah 1,85 dan 0,89, karena kalau itu terjadi maka
pada jangka panjang penduduk Indonesia bisa mengalami penurunan
seperti fenomena yang terjadi di negara-negara maju yang TFR nya telah
di bawah 1,5 per wanita dan bahkan ada yang di bawah 1 per wanita.
Penduduk yang terus menurun akibat fertilitas yang sangat rendah akan
mengakibatkan proporsi penduduk lanjut usia (lansia) akan sangat besar
sehingga akan menyebabkan masalah tersendiri yang tidak kalah
peliknya.

Tidak kalah pentingnya adalah bahwa bonus demografi akan terjadi di


tanah air pada kurun waktu 15 tahun ke depan atau mulai 2025. Bonus
―ledakan‖ kaum muda dan angkatan kerja produktif ini sangat krusial
jika SDM yang tumbuh tidak berkualitas. Bonus demografi terjadi apabila
mayoritas penduduk Indonesia adalah usia angkatan kerja. Penduduk
yang berada di usia angkatan kerja tersebut dapat menjadi potensi bagi
Indonesia menjadi negara maju, tetapi juga dapat menjadi bumerang
apabila kualitas sumber daya manusia usia produktif itu rendah.

Modal untuk pembangunan adalah kualitas SDM. Salah satu tanda


bonus demografi adalah angka ketergantungan di bawah 50 persen,
artinya satu orang penduduk nonproduktif ditanggung oleh 1-2 orang

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
111
penduduk usia produktif. Berdasarkan kelompok umur, penduduk dapat
dibedakan atas tiga kategori, yaitu muda (0-14 tahun), menengah (15-64
tahun), dan tua (65 tahun keatas). Pengelompokan penduduk yang terkait
dengan kemampuan berproduksi secara ekonomi dapat diklasifikasikan
menjadi penduduk nonproduktif dan penduduk usia produktif. Penduduk
nonproduktif terdiri dari penduduk yang berumur 0-14 tahun dan
penduduk yang berumur 65 tahun. Kelompok penduduk usia produktif
adalah penduduk yang berumur 15-64 tahun. Angka beban
ketergantungan Indonesia sebesar 51,3 persen, yang artinya setiap 100
penduduk usia produktif menanggung sekitar 52 penduduk nonproduktif.
Hasil sensus menunjukkan tren yang semakin menurun yang berarti
beban penduduk usia produktif semakin kecil sehingga diharapkan
tingkat kesejahteraan penduduk mengalami peningkatan. Secara umum
di tingkat provinsi menunjukkan angka rasio ketergantungan yang
menurun.

Keberhasilan pembangunan kependudukan dalam rangka menurunkan


angka fertilitas dan peningkatan usia harapan hidup selama ini telah
menghasilkan transisi demografi. Transisi demografi tersebut ditandai
dengan menurunya angka kelahiran dan angka kematian dan disertai
peningkatan angka harapan hidup. Hal tersebut telah mengubah struktur
umur penduduk yakni menurunnya proporsi penduduk usia di bawah
lima belas tahun yang diikuti dengan meningkatnya proporsi penduduk
usia produkstif (15-64 tahun) dan meningkatnya proporsi penduduk usia
tua (65 tahun ke atas) secara perlahan. Selanjutnya, kondisi tersebut
menyebabkan angka ketergantungan menurun yang disebut dengan
bonus demografi. Bonus demografi ini merupakan jendela peluang
(windows of opportunity) yang menjadi landasan untuk memicu
pertumbuhan ekonomi. Bonus demografi atau jendela peluang tersebut
diperkirakan akan terjadi hanya sekali saja dalam sejarah dan waktunya
yang sangat pendek, yaitu sekitar lima tahun dari tahun 2020-2025
berdasarkan proyeksi penduduk dengan syarat angka kelahiran dapat
dikendalikan.

Tidak berbeda dengan keadaan secara umum, maka di Sumatera Utara


peluang bonus demografi ke depan juga akan dialami. Oleh karena itu,
periode dua dekade ke depan adalah momentum yang harus dijadikan
periode investasi besar-besaran dibidang sumber daya manusia,
khususnya dibidang pendidikan. Agar tidak kehilangan momentum
tersebut harus dipastikan agar generasi muda memiliki kompetensi dan

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
112
menjadi insan yang produktif. Dalam mewujudkan SDM tangguh dan
berkualitas untuk menikmati bonus demografi, peran serta pemerintah
daerah sangat penting dan relevan untuk bersinergi dan bekerjasama
dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan SDM melalui
penyediaan akses pendidikan dan keterampilan yang dapat memenuhi
kebutuhan spesifik dan strategis pembangunan di daerah.

Gambar 5.1. Roadmap Kondisi Kuantitas Kependudukan Diinginkan

ROADMAP ROAD MAP ROAD MAP ROADMAP ROADMAP


2016-2020 2021-2025 2026-2030 2031-2035
2011-2015

Tercapainya
kondisi
Terkendali Tercapainya Bertahannya penduduk Tercapainya
nya jumlah kondisi kondisi tumbuh kondisi
dan laju penduduk penduduk seimbang penduduk
pertumbuh tumbuh tumbuh sebagai tanpa
an seimbang seimbang prasyarat pertumbuhan
penduduk (PTS) (PTS) penduduk PTP)
tanpa
pertumbuhan
(PTP)

Tabel 5.1. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan


Parameter Pengendalian Kuantitas Penduduk Provinsi
Sumatera Utara 2010-2035
Indikator/ Periode Roadmap 2010-2035
Parameter 2010 2015 2020 2025 2030 2035
 Laju Pertubuhan 1.1 1,5 1,0 1,0 0,5 0,5
Penduduk(%)
 Total Fertlity Rate 3,0 2,7 2,5 2,5 2,0 2,0
(Rata-rata wanita punya
anak)
 Contraception Prevalance 60 62 65 70 75 80
Rate
(Persentase Kesertaan KB)
 Usia Kawin Pertama bagi 21 22 22 23 23 23
Wanita
Sumber : Kerjasama BPS dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuandan
Perlindungan Anak
Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui pengaturan dua
komponen utama kependudukan, yaitu pengaturan fertilitas dan
penurunan mortalitas. Pengaturan fertilitas dilakukan melalui program
KB yang mengatur :

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
113
1) usia ideal perkawinan
2) usia ideal melahirkan
3) jarak ideal melahirkan
4) jumlah ideal anak yang dilahirkan.

Kebijakan pengaturan fertilitas melalui program KB pada hakikatnya


dilaksanakan untuk membantu pasangan suami istri mengambil
keputusan dan memenuhi hak-hak reproduksi yang berkaitan dengan hal
berikut :

(1) Pengaturan kehamilan yang diinginkan

(2) penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu

(3) peningkatan akses dan kualitas pelayanan

(4) peningkatan kesertaan KB pria

(5) promosi pemanfaatan air susu ibu.

Pengaturan fertilitas melalui program-program Keluarga Berencana juga


dilakukan dengan cara sebagai berikut :

(1) Pengintegrasian program pengendalian kuantitas dengan sektor


pembangunan lainnya

(2) Peningkatan akses dan kualitas KIE serta pelayanan kontrasepsi di


semua segmentasi sasaran wilayah

(3) Penyelenggaraan pelayanan KB harus berlandaskan Hak Asasi


Manusia

(4) Pelayanan kontrasepsi dilakukan sesuai dengan norma agama,


budaya, etika, dan hak-hak reproduksi

(5) Penyediaan alat kontrasepsi bagi seluruh Pasangan Usia Subur


disediakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Selanjutnya, penurunan angka kematian bertujuan untuk mewujudkan


penduduk tumbuh seimbang dan berkualitas pada seluruh dimensinya.
Penurunan angka kematian ini diprioritaskan pada upaya (1) penurunan
angka kematian ibu hamil, (2) penurunan angka kematian ibu
melahirkan, (3) penurunan angka kematian pasca melahirkan, serta (4)
penurunan angka kematian bayi dan anak.

Upaya penurunan angka kematian diselenggarakan oleh pemerintah


pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat melalui upaya-upaya
proaktif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai peraturan perundang-
undangan dannorma agama. Di samping itu, upaya penurunan angka

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
114
kematian difokuskan pada (1) kesamaan hak reproduksi pasangan
suami istri (pasutri), (2) keseimbangan akses, kualitas KIE, dan
pelayanan, (3) pencegahan dan pengurangan risiko kesakitan dan
kematian, serta (4) partisipasi aktif keluarga dan masyarakat.

Untuk mencapai tahap yang diinginkan, maka strategi pengendalian


kuantitas penduduk perlu dilakukan adalah mencapai pertumbuhan
penduduk yang terkendali dan pencapaian windows of opportunity,
maka pengendalian angka kelahiran sangat penting. Untuk itu,
diperlukan revitalisasi program KB di Indonesia. Dalam melakukan
revitalisasi program KB, pendekatan pelaksanaan program KB perlu
diubah orientasinya dari supplyke demand side approach. Strategi yang
dikembangkan adalah melakukan integrasi, desentralisasi, kemitraan,
dan pemberdayaan serta fokus pada penduduk miskin. Berikut adalah
penjelasan detailnya.

Integrasi adalah implementasi program KB ke dalam program


pembangunan sosial, budaya, dan ekonomi. Sementara itu,
desentralisasi dilakukan melalui lima cara. Pertama, memberikan
otoritas yang lebih besar kepada provinsi dan kabupaten/kota dalam
implementasi program KB, salah satunya adalah dengan memperkuat
kelembagaan. Tujuannya adalah melakukan sinkronisasi dan
menghindarkan overlap fungsi dan peran antara pemerintah pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota. Seperti telah diamanatkan dalam UU No.
52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan
Keluarga, BKKBD (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Daerah) perlu segera dibentuk.

Pemerintah memfasilitasi pembentukan BKKBD dengan merevisi


regulasi, khususnya yang terkait dengan otonomi daerah, yang
menghambat terbentuknya lembaga tersebut. Kedua, melakukan
pemberdayaan SDM di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dalam
rangka capacity building. Ketiga, memperkuat komitmen politik,
khususnya di tingkat kabupaten/kota dalam pelaksanaan program KB.
Keempat, memperkuat infrastruktur untuk mendukung pelaksanaan
program KB di tingkat kabupaten/kota.Kelima, mendelegasikan
kewenangan operasional di tingkat kabupaten/kota untuk memberikan
otoritas yang lebih besar pada kabupaten/kota dalam rangka
mengembangkan program dan melaksanakannya berdasarkan kondisi
spesifik setiap daerah.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
115
Sementara itu, strategi kemitraan dilakukan dengan cara memperkuat
kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil. Tujuan
strategi ini adalah untuk lebih mengembangkan keterlibatan pihak
swasta dan masyarakat sipil dalam pelaksanaan program KB. Kemitraan
tidak terbatas dilakukan secara internal, tetapi juga dengan lembaga
internasional dengan prinsip kesetaraan dan mutual benefits.
Pemberdayaan dilakukan melalui peningkatan kapasitas kelembagaan
untuk memperkuat jejaring antarpemangku kepentingan, baik secara
vertikal maupun horizontal, nasional maupun intenasional.

Sejalan dengan program penanggulangan kemiskinan, pelaksanaan


program KB difokuskan pada masyarakat miskin dengan cara
memberikan subsidi pelayanan kesehatan reproduksi dan KB. Dalam
pelaksanaannya, strategi ini perlu memperhatikan kondisi sosial,
budaya, demografi, dan ekonomi kelompok sasaran.

Keberhasilan pembangunan kependudukan dalam rangka menurunkan


angka fertilitas dan peningkatan usia harapan hidup selama ini telah
menghasilkan transisi demografi. Transisi demografi tersebut ditandai
dengan menurunya angka kelahiran dan angka kematian dan disertai
peningkatan angka harapan hidup. Hal tersebut telah mengubah
struktur umur penduduk yakni menurunnya proporsi penduduk usia di
bawah lima belas tahun yang diikuti dengan meningkatnya proporsi
penduduk usia produkstif (15-64 tahun) dan meningkatnya proporsi
penduduk usia tua (65 tahun ke atas) secara perlahan.
Selanjutnya, kondisi tersebut menyebabkan angka ketergantungan
menurun yang disebut dengan bonus demografi. Bonus demografi ini
merupakan jendela peluang (windows of opportunity) yang menjadi
landasan untuk memicu pertumbuhan ekonomi. Bonus demografi atau
jendela peluang tersebut diperkirakan akan terjadi hanya sekali saja
dalam sejarah dan waktunya yang sangat pendek, yaitu sekitar lima
tahun dari tahun 2020-2025 berdasarkan proyeksi penduduk dengan
syarat angka kelahiran dapat dikendalikan.
5.2. Roadmap Peningkatan Kualitas Penduduk yang diinginkan dan
Pokok-Pokok Pembangunan
Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan
nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan,
sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan
menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya,

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
116
berkepribadian, berkebangsaan, dan hidup layak (UU No. 52 Tahun 2008
Pasal 1 ayat 5). Pengembangan kualitas penduduk dilakukan untuk
mewujudkan manusia yang sehat jasmani dan rohani, cerdas, mandiri,
beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan memiliki etos kerja yang tinggi.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pembangunan kualitas penduduk
difokuskan pada unsur pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Paling tidak ada tiga dimensi yang dapat dipakai sebagai landasan
peningkatan kualitas penduduk : Pertama, dimensi kesehatan yakni
meningkatkan derajat kesehatan penduduk dalam rangka menurunkan
angka kematian dan meningkatkan angka harapan hidup. Kedua,
dimensi pendidikan yakni meningkatkan kompetensi dan daya kompetisi
penduduk Sumatera Utara melalui pendidikan formal, nonformal maupun
informal dalam rangka memenuhi kebutuhan pembangunan nasional,
khsususnya dalam rangka mendukung tercapainya MP3EI dan MP3KI,
mengurangi kesenjangan pendidikan menurut jenis kelamin melalui
peningkatan akses perempuan untuk memperoleh pendidikan. Ketiga,
dimensi ekonomi, yakni meningkakan status ekonomi penduduk melalui
perluasan kesempatan kerja dan pengurangan pengangguran.
Mengurangi kesenjangan ekonomi sebagai salah satu usaha untuk
menurunkan angka kemiskinan.

Selanjutnya, strategi peningkatan kualitas penduduk merupakan aspek


yang sangat penting dalam pembangunan kependudukan. Di samping itu,
strategi peningkatan kualitas pendudukmerupakan bagian integral dari
strategi pengendalian kuantitas penduduk, pembangunan keluarga, dan
pengarahan mobilitas penduduk. Penduduk merupakan pelaku,
pelaksana, dan penikmat pembangunan.

Dengan kualitas yang tinggi, penduduk akan lebih banyak berperan


sebagai pelaku dan pelaksana pembangunan. Selain itu, pembangunan
tidak hanya bergantung pada sumber daya alam dan teknologi, tetapi
justru lebih bergantung pada kualitas penduduknya. Dengantersedianya
sumber daya manusia yang memadai dalam arti kuantitas dan kualitas,
maka tantangan di masa yang akan datang dapat diatasi dengan baik.
Kualitas sumber daya manusia yang ada sekarang masih perlu
ditingkatkan agar tantangan tersebut dapat diatasi dengan baik.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu diupayakan tumbuhnya budaya
"senang bekerja keras", persaingan yang sehat, pengembangan motivasi di
kalangan angkatan kerja muda dan terdidik sehingga dapat menciptakan

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
117
pekerjaan dari pada hanya menanti pekerjaan dari sektor formal yang
sangat terbatas. Program "magang" atau "job trainning" perlu dilakukan
dalam rangka mempersiapkan angkatan kerja yang siap pakai.

Sehubungan dengan hal tersebut perlu diupayakan tumbuhnya budaya


"senang bekerja keras", persaingan yang sehat, pengembangan motivasi di
kalangan angkatan kerja muda dan terdidik sehingga dapat menciptakan
pekerjaan dari pada hanya menanti pekerjaan dari sektor formal yang
sangat terbatas. Program "magang" atau "job trainning" perlu dilakukan
dalam rangka mempersiapkan angkatan kerja yang siap pakai.

Gambar 5.2. Unsur-Unsur Pembangunan Sumber Daya Manusia

Pembangunan Pembangunan
Ekonomi Pendidikan

SDM

Pembangunan
Kesehatan

Sumber: Draf Rancangan Umum Pembangunan Kependudukan

Pembangunan kualitas penduduk Indonesia ditentukan oleh tiga hal:


pembangunan ekonomi, pembangunan kesehatan, dan pendidikan. Oleh
karena itu, kondisi yang ingin dicapai dalam peningkatan kualitas
penduduk tahun 2035 adalah penduduk yang sehat, cerdas, produktif,
dan berakhlak mulia serta berkarakter. Kondisi inilah yang harus dicapai
oleh seluruh penduduk Indonesia. Kualitas penduduk adalah kondisi
penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik meliputi kesehatan, pendidikan,
pekerjaan, produktivitas,tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, dan
kecerdasan.

Hal itu dianggap sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan


kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa,
berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan, dan hidup layak. Penduduk
yang sehat tidak hanya berumur panjang sejalan dengan bertambahnya

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
118
usia harapan hidup, tetapi juga produktif, cerdas, dan berdaya saing.
Penduduk dengan kualitas seperti itu diharapkan dapat mengatasi arus
pasar global yang semakin menguat. Dengan memperhatikan unsur-
unsur tersebut, maka strategi peningkatan kualitas penduduk harus
fokus pada tiga dimensi, yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

Strategi di bidang kesehatan dilakukan untuk menurunkan angka


kematian bayi dan anak serta kematian maternal. Sebagaimana diketahui
bahwa Indonesia mengalami pergeseran pola penyakit dari penyakit
infeksi pada penyakit kronis dan degeneratif. Untuk itu, strategi utama
yang harus dilakukan adalah melakukan pencegahan dan treatment
penyakit infeksi, khususnya pada bayi dan anak-anak. Di samping itu,
sejalan dengan meningkatnya penyakit kronis dan degenratif sebagai
penyebab kematian orang dewasa, maka alokasi sumber daya kesehatan
harus juga diarahkan untuk pencegahan dan treatment penyakit tersebut.
Akan tetapi, dengan memerhatikan diversitas kondisi kesehatan antar
daerah, terutama dalam hal penyakit, maka setiap strategi, sekali lagi,
tidak dapat bersifat homogen atau tunggal, tetapi harus merespons
kondisi spesifik setiap daerah.

Sementara itu, strategi penurunan kematian maternal sangat erat


kaitannya dengan program KB sehingga strategi yang dijalankan untuk
pelaksanaan program KB juga akan memberikan kontribusi terhadap
penurunan angka kematian maternal. Hal tersebut harus ditopang
dengan pengembangan pelayanan prenatal maupun antenatal. Dari sisi
pendidikan, strategi yang harus dilakukan adalah memberikan akses
yang sebesar-besarnya kepada kelompok rentan, khususnya penduduk
miskin, untuk memperoleh pendidikan. Penurunan gender gap dalam hal
akses terhadap pelayanan pendidikan juga penting sebagai prioritas,
khususnya untuk mengatasi masalah di berbagai daerah yang masih
lebar kesenjangan pendidikan antara laki-laki danperempuannya. Karena
di berbagai provinsi angka melek huruf masih rendah, maka untuk
pendidikan nonformal maupun informal perlu memperoleh prioritas.
Dalam rangka mendukung tercapainya MP3EI, maka kebijakan
pendidikan juga harus disusun berdasarkan kebutuhan kualifikasi SDM
di setiap koridor. Sejauh ini dokumen MP3EI belum sepenuhnya
memerhatikan kebutuhan SDM, terutama darisegi kualitas, sebagai
bagian penting dalam mencapaipercepatan pembangunan ekonomi di
setiap koridor. Oleh karena itu, kebijakan pendidikan harus dimulai
dengan mengidentifikasi kebutuhan tersebut.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
119
Proyeksi Pendapatan Perkapita Sumatera Utara 2035

Dari sisi ekonomi, Salah satu tujuan dalam pembangunan ekonomi


adalah tercapainya pertumbuhan ekonomi. Suatu perekonomian
dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi
yang dicapai sekarang lebih tinggi dari capaian pada masa sebelumnya.
Pertumbuhan tercapai apabila jumlah fisik barang-barang dan jasa-jasa
yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut bertambah besar dari
tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan
proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi
masyarakat sehingga dapat juga dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan
peningkatan hasil produksi dan pendapatan.

Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan


pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan
adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu daerah. Dalam kondisi
tersebut di atas, pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat
kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat
output produksi yang dihasilkan, sementara pembangunan ekonomi lebih
bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga
terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi
input pada berbagai sektor perekonomian.

Pembangunan Sumatera Utara telah memberikan hasil yang secara


nyata dirasakan oleh masyarakat, dengan makin meningkatnya kegiatan
perekonomian yang didukung oleh makin meningkatnya ketersediaan
prasarana dan sarana pembangunan, meningkatnya taraf kesejahteraan,
dan makin tercukupinya kebutuhan dasar masyarakat, termasuk
pendidikan dasar dan kesehatan. Dalam pelaksanaan pembangunan
ekonomi, telah banyak kemajuan yang dicapai Provinsi Sumatera Utara
yang ditunjukkan, baik oleh PDRB nonmigas per kapita maupun laju
pertumbuhannya yang lebih tinggi dari rata-rata nasional, maupun taraf
kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan oleh beberapa indikator
seperti angka melek huruf, angka kematian bayi, dan usia harapan
hidup, yang lebih baik jika dibandingkan dengan angka rata-rata
nasional.

Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi


dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif. Kondisi

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
120
ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Utara ditandai dengan masih
besarnya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yang produktivitasnya
relatif rendah, terutama di sektor pertanian tradisional, dibandingkan
dengan tenaga kerja yang terserap di sektor nonpertanian, khususnya
industri dan jasa. Sektor industri dan jasa, yang berperan sebagai
penggerak percepatan laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara,
memerlukan tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi. Di Provinsi
Sumatera Utara, kondisi tenaga kerja yang tersedia umumnya belum
memenuhi tuntutan tenaga kerja yang berkualitas, khususnya dalam
sektor ekonomi yang cepat pertumbuhannya. Dengan demikian, untuk
mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara,
tantangannya adalah membentuk serta mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang produktif
dan berjiwa wiraswasta yang mampu mengisi, menciptakan, memperluas
lapangan kerja, dan kesempatan usaha.

Untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi dibutuhkan


investasi yang besar, sedangkan kemampuan investasi pemerintah
terbatas sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan
peningkatan investasi oleh masyarakat khususnya dunia usaha.
Sehubungan dengan itu, Provinsi Sumatera Utara harus mampu menarik
dunia usaha agar menanamkan modal untuk mengembangkan potensi
berbagai sumber daya pembangunan di wilayah ini. Dengan demikian,
Provinsi Sumatera Utara dihadapkan pada masalah untuk menciptakan
iklim usaha yang menarik bagi investasi masyarakat dan dunia usaha.
Untuk itu, tantangannya adalah mengembangkan kawasan dan pusat
pertumbuhan yang dapat menampung kegiatan ekonomi, memperluas
lapangan kerja, dan sekaligus memenuhi fungsi sebagai pusat pelayanan.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara berada di rentang 6,0% hingga


8,3%. Pertumbuhan ini relatif lebih tinggi dibandingkan beberapa provinsi
lainnya di Indonesia. Bahkan secara rata-rata pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara selalu di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam
periode 1983-1990 laju pertumbuhan PDRB nonmigas atas dasar harga
konstan tahun 1983 tercatat sebesar 8,35 persen per tahun. PDRB
nonmigas per kapita pada tahun 1990 atas dasar harga konstan tahun
1983 mencapai Rp560 ribu. Dibandingkan dengan angka tahun 1983
yang besarnya Rp363 ribu, terjadi peningkatan dengan laju pertumbuhan
rata-rata sebesar 6,38 persen per tahun.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
121
Setelah krisis moneter, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Sumatera Utara tahun 1998 – 2005 secara rata-rata tumbuh di bawah
6,0 persen per tahun. Sungguhpun dengan pertumbuhan yang relatif
rendah, sebenarnya krisis ekonomi Sumatera Utara dapat dikatakan
tidak separah yang dialami daerah lain tertentu. Sebab, dengan
penghasilan utama produk pertanian, krisis moneter tahun 1998 justru
mendorong kenaikan harga produk ekspor non migas seperti karet dan
sawit. Dengan kondisi sekarang, ekonomi Sumatera Utara dianggap telah
pulih kembali dan pada masa depan diharapkan mencapai pertumbuhan
berkelanjutan sebagaimana halnya sebelum terjadi krisis moneter 1997.
Pada tahun 1999, pendapatan perkapita Sumatera Utara berdasarkan
harga berlaku mencapai Rp4,397 juta.

Pada tahun 2001 – 2006 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara berada


di tingkat 4,0% - 6,0% per tahun. Pada tahun 2001, pertumbuhan
ekonomi Sumatera Utara sebesar 3,72% dengan pendapatan perkapita
masyarakatnya yang mencapai Rp6,742 juta. Pada tahun 2006,
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mencapai 6,18% dan pendapatan
perkapita mengalami peningkatan menjadi Rp12,567 juta.

Kemudian, pada tahun 2007-2010 pertumbuhan ekonomi Sumatera


Utara semakin baik yaitu mencapai angka di atas 6,0%. Pada tahun 2007
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sebesar 6,90%, dan pada tahun
2008 pertumbuhan ekonomi sebesar 6,39%. Krisis global pada tahun
2008 membawa dampak terhadap perekonomian Sumatera Utara.
Keadaan ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun
2009 kembali turun menjadi 5,07 persen. Pemulihan ekonomi yang cepat
di Sumatera Utara menyebabkan pertumbuhan ekonomi tahun 2010
kembali mencapai angka 6,35 persen. Pada tahun 2007, pendapatan
perkapita Sumut telah mencapai Rp14,166 juta dan pada tahun 2010,
pendapatan perkapita Rp21,108 juta.

Pada tahun 2011 - 2013, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara terus


mengalami peningkatan. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi
mencapai 6,58 persen dengan pendapatan perkapita Rp 23,991 juta.
PDRB perkapita atas dasar harga berlaku Provinsi Sumatera Utara 2012
kembali meningkat mencapai sebesar 26,569 juta. Pada tahun 2013,
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sedikit menurun akibat
melemahnya ekspor dan krisis ekonomi global, dan hanya tumbuh
sebesar 6,01%. Pendapatan perkapita Sumut tahun 2013 mencapai
Rp30,311 juta.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
122
Capaian pendapatan perkapita Sumut jika dibandingkan dengan angka
PDB per kapita nasional masih berada di bawahnya. Lebih
memprihatinkan lagi terjadi kesenjangan dari tahun ke tahun yang
semakin melebar. Pada tahun 2005, pertumbuhan PDB per kapita Rp.
12,588 juta per orang, sedangkan PDRB per kapita Sumut Rp 11,331 juta
per orang. Terjadi selisih Rp. 1,227 juta per orang. Tahun 2012
pertumbuhan PDB perkapita Nasional Rp. 33,748 juta per orang,
sedangkan PDRB per kapita Sumut Rp. 26,659 juta per orang. Terjadi
selisih Rp. 7,089 juta per orang. Ini menunjukkan PDRB per kapita
masyarakat Sumut terus tertinggal dari PDB perkapita nasional.

Gambar 5.3 Estimasi Pendapatan Perkapita Sumatera Utara Tahun


2035

120

99,50
100
Pendapatan perkapita (Rp juta)

80

60

40
30,31

20
4,40
0,56
0
1990 1999 2013 2035

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera


Utara
Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil sekitar 6,0% - 7,0% per
tahun, maka pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara
diperkirakan akan terus mengalami peningkatan hingga mencapai
Rp99,50 juta perjiwa pada tahun 2035. Perekonomian Sumatera Utara
secara umum didominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor
pertanian, dan sektor perdagangan, hotel dan restauran; sektor jasa-
jasa, serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

Pemerintah telah menyusun MP3KI dan juga MP3EI, maka yang


tertuang dalam master plan tersebut merupakan bagian dari strategi
peningkatan kualitas penduduk dari sisi ekonomi. Karena persoalan
pemerataan hasil pembangunan merupakan masalah mendesak dan

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
123
penting di Indonesia, maka strategi untuk mengatasi masalah tersebut,
baik yang tertuang dalam MP3EI maupun MP3KI, harus menjadi
prioritas.

Strategi di tiga dimensi tersebut sekaligus merupakan strategi untuk


meningkatkan IPM. Namun karena ketertinggalan Indonesia dalam hal
IPM dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya adalah pada bidang
pendidikan, maka tampaknya sektor tersebut perlu menjadi prioritas
dalam strategi peningkatan IPM.

Gambar 5.4. Roadmap Kondisi Kualitas Kependudukan Diinginkan

ROADMAP ROADMAP ROADMAP ROADMAP ROADMAP


2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030 2031-2035

Peningkatan Terwujudnya
kualitas Pencapaian Peningkat kualitas
Pencapaian pendidikan, kualitaspen ankualitas penduduk
kualitas kesehatan duduk penduduk yang
pendidikan, dan ekonomi kreatif dan kreatif dan beriman,
kesehatan yang mapan inovatif inovatif maju,
dan yang untuk untuk mandiri,
ekonomi didukung meningkat meningkat mapan dan
penduduk terciptanya kan kerja -kan kerja berkeadilan
yang mapan good produktif produktif di dalam
governance kebhinekaan

Akhir dari peningkatan kualitas penduduk adalah terwujud kualitas


penduduk atau masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju,
mandiri, mapan dan berkeadilan di dalam kebhinekaan adalah :

1).Terwujudnya penduduk atau masyarakat Sumatera Utara yang


beriman yaitu masyarakat yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, masyarakat yang mengamalkan ajaran agamanya dengan
sepenuh hati, konsisten dan konsekuen, masyarakat yang memiliki
sikap yang kuat untuk saling menghargai dan menghormati antar
sesama pemeluk agama dalam bingkai keluarga besar masyarakat
Sumatera Utara.

2).Terwujudnya penduduk atau masyarakat Sumatera Utara yang maju,


yaitu masyarakat yang berpengetahuan dan sadar akan supremasi
hukum serta selalu menggunakan nurani dan akal sehat dalam
mengambil keputusan, dapat mengikuti dan menyesuaikan diri

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
124
dengan perkembangan global, namun tetap mempertahankan identitas
masyarakat Sumatera Utara yang majemuk.

3).Terwujudnya penduduk atau masyarakat Sumatera Utara yang mandiri


serta percaya diri, yaitu masyarakat yang memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan potensi daerah dan karenanya dapat menetapkan dan
melaksanakan kebijakan pembangunan daerah berdasarkan prakarsa
dan aspirasi masyarakat itu sendiri.

4).Terwujudnya penduduk atau masyarakat Sumatera Utara yang mapan


yaitu masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
secara berimbang jasmani dan rohani, memiliki daya tahan terhadap
pengaruh luar yang bersifat merusak, mampu meningkatkan kualitas
kehidupannya termasuk lingkungan hidup yang semakin layak dengan
tingkat kesenjangan yang semakin kecil.

5).Terwujudnya penduduk atau masyarakat yang berkeadilan di dalam


kebhinekaan yaitu masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban atau
proporsional dalam lingkup masyarakat yang hidup secara harmonis,
sehingga tidak ada kelompok masyarakat yang merasa terpinggirkan
atau terlupakan.

Beberapa kebijakan yang akan dilaksanakan dalam bidang pendidikan di


Sumatera Utara sebagai berikut;

1. Pemerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan

Targetnya adalah meningkatkan APK/APM/Melek huruf serta


meningkatnya rata-rata lama sekolah, pada setiap jenjang, jalur dan
jenis pendidikan memberikan kesempatan kepada semua penduduk
usia prasekolah dan usia sekolah, baik umum, kejuruan, keagamaan,
maupun pendidikan khusus, serta memberikan keadilan bagi seluruh
lapisan masyarakat yang plularistik termasuk dalam meningkatkan
pemberian pendidikan dari wajib belajar 9 tahun menjadi wajib belar 12
tahun. Demikian pula perluasan kesempatan belajar bagi Anak luar
Biasa (ALB) dan Anak Berkebutuhan khusus (ABK), memperbanyak
pendidikan informal dengan memberdayakan perempuan yang berdaya
saing global, melaksanakan Pendidikan Menengah Universal (PMU) yang
bekualitas di kab/kota serta mengembangkan Pendidikan tinggi disetiap
kab/kota sesuai kebutuhan daerah dan berdaya saing global.

2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
125
Targetnya adalah meningkatkan mutu kurikulum pada setiap jalur, jenis
dan jenjang pendidikan sehingga memberikan dukungan yang berarti
bagi bakal kehidupan peserta didik dimasa depan, baik berkenaan
dengan nilai-nilai budaya dan kearifan local (daerah), budi pekerti,
kecakapan hidup, dan jiwa entrepreneur, iptek, olah raga dan seni,
kesehatan dan lingkungan hidup. Serta aspek-apsek pembentuk
karakter kehidupan berbangsa dan bernegara lainnya. Dengan
penyiapan berbagai fasilitas, dan melakukan pemetaan dan
kesejahteraan guru mengembangkan dan meningkatkan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) di daerah yang berorientasi pada potensi
daerah setempat untuk memenuhi peluang pasar kerja tingkat daerah,
nasional maupun internasional.

3. Peningkatan Manajemen pendidikan

Targetnya agar meningkatkan kemampuan pengelolaan program


pembangunan pendidikan, baik yang diselanggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat yang meliputi perbaikan kurikulum, proses
pembelajaran, kualifikasi dan kompetensi guru, penyediaan sarana dan
prasarana yang mendukung proses edukasi.

4. Peningkatan Tata kelola, Akuntabilitas, dan pencitraan Publik

Targetnya adalah menciptakan proses perencanaan pembangunan


pendidikan lebih partisipasif, terkoordinasi, dan lebih menyeluruh
terhadap jalur, jenis dan kelembagaan satuan pendidikan.
Meningkatkan pembiayaan dan anggaran serta laporan dan
pertanggungjawabannya secara transparan pada setiap
penyelenggaraan satuan pendidikan. mensinerjikan kebijakan dan
mengatur batas-batas kewenangan penyelenggaraan evaluasi pendidikan
antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota dan lembaga satuan
pendidikan serta meningkatkan kualitas, data dan informasi pendidikan
yang cepat, akurat dan dapat dipercaya.

5. Peningkatan Peranserta Masyarakat, dunia perusahaan, dan stake


holders

Targetnya adalah diarahkan pada kebersamaan memikul tanggung


jawab antara pemerintah, masyarakat dan peran serta didik sebagai
bagian dari subjek pembelajaran, yang dinamis, adaptif, dan penuh
inisiatif. merintis, membangun, dan mengembangkan inovasi-inovasi
pendidikan lebih bersifat antisipatif kearah peningkatan kualitas,
relevansi dan daya saing pendidikan.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
126
Tabel 5.2. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan
Parameter Peningkatan Kualitas Penduduk Provinsi
Sumatera Utara 2010-2035

Periode Roadmap 2010-2035


Indikator/
Parameter 2010 2015 2020 2025 2030 2035

Pendidikan
Lama sekolah >15 8,9 10,2 11,4 12,6 13,8 15,0
tahun keatas (tahun)
15,6 18,5 21,4 24,2 27,1 30,0
Angka Partisipasi
Sekolah Usia 19-24
Tahun (%)

Kesehatan
- Angka Kematian Bayi 25 23 22 21 20 20
( per 1000 lahir
hidup)
- Angka Kematian Ibu 249 240 225 200 200 180
(per 100.000 lahir
hidup)
- Angka Harapan 71 72 73 74 75 75
Hidup (tahun )
- Prevalensi Gizi 23 20 18 16 12 8
Kurang dan
Buruk(%)
Ekonomi
- Daya Beli (ribu 633,33 645,1 653,8 662,5 671,3 680,0
rupiah perkapita
pertahun)
- Pendapatan Perkapita 21,24 35,6 49,9 64,1 78,4 99,50
(juta rupiah)
- Gini Rasio 0,253 0,239 0,226 0,212 0,199 0,186
 Standard WHO, Prevalensi gizi kurang dan buruk adalah 5-9 %.

5.3 Roadmap Penataan Persebaran dan Mobilitas Penduduk yang


Dinginkan dan Pokok-Pokok Pembangunan

Menyangkut aspek mobilitas penduduk, kondisi yang diinginkan adalah


terjadinya persebaran penduduk yang lebih merata antar daerah
kabupaten/kota sehingga konsentrasi penduduk terkendali. Demikian
juga halnya dengan urbanisasi, diharapkan agar penduduk tidak
berbondong – bonding datang keperkotaan yang pada gilirannya
menimbulkan masalah baru yang tidak kalah peliknya. Patut disadari
bahwa urbanisasi tidak semata-mata karena perpindahan penduduk dari
desa kekota, tetapi juga karena daerah – daerah dengan kategori urban
semakin banyak jumlahnya karena fasilitas dan hasil pembangunan yang
merata. Kondisi persebaran penduduk yang diinginkan adalah persebaran
penduduk yang merata dan pengaturan mobilitas sesuai dengan potensi

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
127
daerahnya. Tentunya yang diharapkan adalah adanya penataan dan
persebaran yang proporsial sesuai daya dukung alam dan lingkungan. Ini
berarti pemerintah harus dapat menata keberadaan penduduk melalui
perpindahan penduduk baik local maupun regional.

Dalam upaya pencapaian kondisi yang diinginkan yaitu terjadinya


persebaran penduduk yang lebih merata antar daerah kabupaten / kota
sehingga konsentrasi penduduk terkendali maka strategi diperlukan
adalah :

- Menumbuhkan kondisi kondusi bagi terjadinya migrasi internal yang


harmonis Melindungi penduduk yang terpaksa pindah karena keadaan
(pengungsi) Memberikan kemudahan, perlindungan, dan pembinaan
terhadap para migrant internasional dan keluarganya
- Menciptakan keserasian, keselarasan, dankeseimbangan daya dukung
dan daya tamping lingkungan
- Mengendalikan kuantitas penduduk di suatu daerah/wilayah tertentu
- Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, melalui
penciptaan wirausaha baru
- Memperluas kesempatan kerja produktif
- Meningkatkan kualitas hubungan industrial yang harmonis.
- Meningkatkan ketahanan dan pertahanan nasional.
- Menurunkan angka kemiskinan dan mengatasi pengangguran.
- Meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia.
- Meningkatkan infrastruktur permukiman, meningkatkan daya saing
wilayah baru, meningkatkan kualitas lingkungan, dan meningkatkan
penyediaan pangan bagi masyarakat.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
128
Untuk mencapai tujuan tersebut, pengarahan mobilitas penduduk perlu
dilakukan dengan beberapa strategi sebagai berikut :

1) Mengupayakan peningkatan mobilitas non permanen dengan cara


menyediakan berbagai fasilitas sosial, ekonomi, budaya, dan
administrasi di beberapa daerah yang diproyeksikan sebagai daerah
tujuan mobilitas penduduk

2) Mendorong ketersedianya lahan pemukiman transmigrasi baru yang


legal, clean and clear (C2) agar dikemudian hari warga transmigrasi
mendapat suatu kepastian menuju masa depan.

3) Mengurangi mobilitas penduduk kekota megapolitan, seperti Jakarta


dan supaya hal itu tidak terulang di luar Jawa, dengan adanya penataan
wilayah penyangga untuk mengembangkan daerah tujuan transmigrasi
yang secara khusus diintegrasikan dengan kota besar sekitarnya.

4) Transmigrasi seharusnya tidak terkesan membuang penduduk


kewilayah terpencil, tetapi benar-benar menonjolkan napas distribusi
penduduk.

Untuk tujuan ini, perlu tiga pendekatan dalam kebijakan pengarahan


mobilitas penduduk yakni :

1) Mengurangi peran pusat dan meningkatkan promosi daerah-daerah


tujuan baru sehingga penduduk terangsang untuk melakukan
perpindahan secara spontan.

2) Membuat regulasi yang menguntungkan bagi daerah tujuan dengan


sasaran menghambat/mengurangi minat penduduk yang tidak
berkualitas berpindah kedaerah lain (mobilitas bukan sekadar
pemindahan kemiskinan). Penduduk miskin adalah tanggung jawab
daerah asal/kelahiran.

3) Membuat kebijakan yang berskala nasional dan berujung pada


kepentingan nasional, misalnya transmigrasi kepulau terdepan,
peningkatan kualitas prasarana dan sarana ekonomi, serta peningkatan
akulturasi dan asimilasi cultural antara pendatang dan penduduk asli.

Penyusunan road-map kebijakan pengarahan mobilitas penduduk tidak


semata-mata atas dasar pertimbangan hukum, tetapi juga didasari oleh
fakta sosiologis dan dinamika lingkungan sosio-kultural dan politik
pascareformasi. Berdasarkan pertimbangan ini, maka roadmap pengarahan

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
129
mobilitas penduduk secara tegas berbasis pada UU No. 25 Tahun 2004
tentang Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 17 Tahun 2007
tentang RPJPN 2005-2025, UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
pendudukdan Pembangunan Keluarga, dan RPJP Daerah Sumatera Utara.
Disamping itu, basis kondisi sosiologis serta dinamika sosio-kultural dan
politik mengamanatkan penyusunan strategi pengerahan mobilitas
penduduk perlu mempertimbangkan berbagai kondisi perkembangan
lingkungan global, nasional, dan daerah. Basis ini pun secara nyata
mencermati sejauh mana komitmen pemerintah provinsi dan
kota/kabupaten terhadap aspek mobilitas penduduk sehingga menjadi
bagian yang integral dan menentukan bagi perkembangan dan keberhasilan
pembangunan penduduk dan pembangunan berkelanjutan di wilayahnya
dalam koridor kepentingan nasional.

Pada titik ini, pengerahan mobilitas penduduk perlu menjamin kepastian


pelibatan elemen dearah. Fakta yang berkembang menunjukkan bahwa
pengerahan mobilitas penduduk saat ini tidak semata dilakukan oleh
pemerintah, tetapi juga elemen masyarakat sipil dan pasar. Oleh karena
itu, penting untuk mereposisi dan mengidentifikasi peran yang harus
dimainkan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Mereka
memiliki kewenangan dan perannya masing-masing. Demikian juga peran
dan kewenangan LSM maupun Civil Society Organization (CSO). Semua
elemen harus memiliki peran strategis dalam pelaksanaan pemb angunan
kependudukan. Kebijakan mobilitas daerah harus memperhatikan
perkembangan–perkembangan spesifik daerah, misalnya kemungkinan
dampak masuknya penduduk kedaerah industry baru, cara mengantisipasi
dan memitigasi kemungkinan dampak negative bagi daerah tujuan,
dampak bagi keseimbangan penduduk local dan pendatang, serta
kemungkinan marginalisasi penduduk lokal. Dengan demikian, penting
dirumuskan sebuah kebijakan lokal yang dapat merespon shal-haltersebut,
misalnya melalui perda pengendalian penduduk.

Berbicara tentang pengerahan penduduk, maka dalam jangka pendek


maupun menengah dan panjang, perlu dirumuskan beberapa sasaran
pengarahan mobilitas penduduk yang antara lain meliputi hal berikut :

1. Pemodelan rekayasa sosial yang memungkinkan integrasi antara


penduduk pendatang dan penduduk asli
2. Pengembangan kebijakan lokal yang pro masyarakat asli tanpa
mengurangi hak hidup pendatang

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
130
3. Pengembangan regulasi yang memungkinkan adanya migration selection
berdasarkan kapasitas pendidikan dan keterampilan, aspek politik, dan
kelembagaan
4. Penguatan peran elemen masyarakat sipil (CSO, NGO, dan universitas)
dalam capacity building permukiman baru hasil kebijakan mobilitas
formal
5. Pengembangan forum komunikasi antarwarga di daerah-daerah tujuan
mobilitas
6. Penguatan kelembagaan keluarga migrant dalam konteks kebijakan
kesehatan reproduksi
7. Strategi pengembangan daerah penyangga perkotaan dan
pengembangan ekonomi perdesaan sehingga mengurangi minat
penduduk desa melakukan urbanisasi
8. Pemodelan pengembangan ekonomi makro dan distribusi kesejahteraan
yang merata sehingga semakin mengurangi distorsi biaya hidup antar
daerah
9. Memikirkan kembali keterkaitan antara pendidikan, Pelatihan dan
kesempatan kerja
10. Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dan masyarakat
transmigrasi
11. Desentralisasi kewenangan pengarahan mobilitas penduduk
12. Mendorong perluasan kesempatan kerja dan penempatan tenaga kerja.
13. Pengembangan kajian akademis terkait pemodelan mobilitas penduduk
dan dikaitkan dengan kepentingan daerah (sesuai dengan dokumen
perundangan), dengan tujuan pengembangan dan mengonstruksikan
proposisi/teori menengah terkait dengan proses-proses migrasi yang
berhasil diidentifikasi dari studi terkait kondisi masyarakat Sumatera
Utara untuk menjawab tantangan tujuan-tujuan pengerahan penduduk,
mengaitkan kebijakan pengerahan mobilitas penduduk dengan konteks
perkembangan ekonomi, politik, budaya, dan lingkungan fisik migran,
baik lokal, regional maupun global, membangun kerangka konseptual
baru yang memungkinkan untuk menjawab tantangan pengarahan
mobilitas penduduk, serta pengembangan strategi-strategi baru terkait
dengan pengarahan mobilitas penduduk, baik internal maupun regional.
Untuk tercapainya tujuan-tujuan pengarahan mobilitas penduduk tersebut,
maka perlu sejak awal dipastikan bahwa PP, perda, dan berbagai aturan
pelaksana lainnya telah dapat diselesaikan. Beberapa peraturan yang
dibutuhkan untuk meng implementasikan tujuan itu adalah sebagai berikut :

i. Penataan dan penyebaran penduduk antar daerah kabupaten/kota

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
131
ii. Kebijakan mobilitas penduduk non permanent

iii. Kebijakan ketenagakerjaan dalam mencapai hubungan industrial


harmonis

iv. Penataan persebaran penduduk melalui kerjasama antar daerah

v. Pengarahan mobilitas penduduk melalui pengembangan daerah


penyangga

vi. Pedoman pengelolaan urbanisasi di perkotaan

vii. Pedoman pelayanan terhadap penduduk musiman serta tatacara


pengumpulan data, analisis mobilitas, dan persebaran penduduk.
Sementara itu, pada tataran perda, dibutuhkan adanya perda tentang
kebijakan mobilitas penduduk.

Gambar 5.5. Roadmap Kondisi Penataan Persebaran dan Mobilitas


Kependudukan Diinginkan

ROADMAP ROAD MAP ROADMAP ROADMAP ROADMAP


2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030 2031-2035

Peningkatan
mobilitas non
permanen
Penataan dengan cara Terjadinya
Penataan persebaran menyedia-kan persebaran
Penataan dan dan berbagai penduduk
dan penyebaran Pengaraha fasilitas yang lebih
penyebaran penduduk nmobilitas sosial, merata
penduduk antar penduduk ekonomi, antar
antar daerah melalui budaya, dan daerah
daerah kabupaten/ pengemban ad ministrasi kabupaten/
kabupaten/ Kota sesuai gan daerah di beberapa kota
kota daya penyangga daerah yang sehingga
dukung diproyeksikan konsentrasi
sosial dan sebagai penduduk
lingkungan daerah tujuan terkendali
mobilitas dan
penduduk harmonis

Tabel 5.3. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan


Parameter Penataan Persebaran Dan Mobilitas Penduduk
Provinsi Sumatera Utara 2010-2035

Indikator/ Periode Roadmap 2010-2035


Parameter 2010 2015 2020 2025 2030 2035

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
132
 Laju Pertubuhan
Penduduk Setiap 1.1 1,5 1,0 1,0 0,5 0,5
Kab/Kota (%)

 Migrasi Neto Antar


-13 -10 -10 -5 -5 -2
Daerah Kab/Kota (%)

 Pertumbuhan
Penduduk Perkotaan
(%) 5 4 3 3 2 2

Sumber : Kerjasama BPS dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuandan


Perlindungan Anak

5.4. Roadmap Pembangunan Keluarga yang Diinginkan dan Pokok-pokok


Pembangunan

Kondisi yang diinginkan melalui pembangunan keluarga adalah


Terwujudnya keluarga Sumatera Utara yang berkualitas meliputi :

a) Keluarga yang bertakwa kepadaTuhan YME, yaitu keluarga


Berdasarkan pernikahan yang sah menurut agama dan hukum Negara
b) Keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan harmonis
yangBerkeadilan dan berkesetaraan gender dengan jumlah anak yang
ideal (dua).
c) Keluarga yang berketahanan sosial, yaitu Keluarga yang Memiliki
perencanaan sumberdaya keluarga, keluarga Berwawasan nasional,
keluarga yang berkontribusi kepada Bangsa dan Negara serta
berpartisipasi dalam kegiatan bela negara, taat membayar pajak,
patuh terhadap peraturan perundangan yang berlaku.

1. Pokok-pokok pembangunan keluarga


a) Membangun keluarga yang bertaqwa kepadaTuhanYang Maha
Esa;
b) Membangun iklim berkeluarga berdasarkan perkawinan yang sah;
c) Membangun keluarga berketahanan, sejahtera, sehat, maju,
mandiri, dan harmonis yang berkeadilan dan berkesetaraan
gender;
d) Membangun keluarga yang berwawasan nasional dan
berkontribusi kepada masyarakat, bangsa, dan negara;
e) Membangun keluarga yang mampu merencanakan sumberdaya
keluarga.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
133
2. Sasaran pembangunan keluarga
a) Seluruh keluarga dan semua siklus kehidupan keluarga
b) Keluarga yang memiliki potensi dan sumber kesejahteraan social
dan
ekonomi.
c) Keluarga rentan secara ekonomi, sosial, lingkungan, maupun
budaya;
d) Keluarga yang bermasalah secara ekonomi, sosial, fisik dan psikis.

3. Strategi yang disuguhkan dalam pembangunan keluarga


i. Pembangunan Keluarga yang bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha
Esa,

strategi yang dilakukan adalah melalui:


(a). Pendidikan Agama (etika dan moral )

(b). Pendidikan Sosial Budaya

Indikatorkeberhasilannya :
a) Keluarga menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan
masing- masing dengan baik dan benar
b) Keluarga menaati nilai, norma, dan aturan agama
c) Keluarga memelihara kerukunan antar umat beragama

4. Strategi untuk membangun iklim berkeluarga berdasarkan


perkawinan yang
saha dalah dilakukan dengan hal berikut :
a. Meningkatkan pelayanan lembaga penasihat perkawinan
b. Meningkatkan peran dan fungsi keluarga
c. Komitmen Pemerintah hanya mengakui perkawinan antara laki-
laki dengan perempuan
d. Perkawinan yang sah dilakukan menurut hukum agama dan
negara
e. Perkawinan mensyaratkan diketahui oleh keluarga dan
masyarakat

Indikator keberhasilannya :

a) Keluarga dibangun dari perkawinan menurut hukum agama dan


negara.
b) Keluarga dibangun dari perkawinan antara laki-laki dengan
perempuan,

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
134
c) Keluarga dibangun dari perkawinan yang diketahui oleh keluarga
dan masyarakat.
d) Setiap perkawinan tercatat di lembaga yang berwenang dengan
dibuktikan oleh kepemilikan akta nikah.

5. Strategi untuk membangun keluarga harmonis, sejahtera, sehat,


maju, dan Mandiri adalah sebagai berikut :
a) Peningkatan ketahanan keluarga berwawasan gender
b) Pengembangan perilaku hidup sehat pada keluarga (sehat
fisik/reproduksi, sehat psikologis, sehat sosial, dan sehat
lingkungan)
c) Pendidikan dan pengasuhan anak
d) Pengembangan ketahanan keluarga dan ketahanan pangan
keluarga
e) Peningkatan ketahanan keluarga dengan berbasis kelembagaan
lokal

Indikator keberhasilannya sebagai berikut :

a. Keluarga berketahanan (kuat, bertahan hidup, beradaptasi)


b. Keluarga sejahtera (pendapatan per kapita/bulan tidak miskin,
rumah layak huni, mempunyai tabungan)
c. Keluarga sehat (kecukupan pangan dan gizi, tidak berpenyakit,
sehat fisik dan psikhis)
d. Keluarga maju (partisipasi pendidikan, partisipasi kerja)
e. Keluarga mandiri (kemandirian social ekonomi)
f. Keluarga harmonis (tidak bercerai,tidak ada kekerasan dalam
rumah tangga, tidak ada perdagangan manusia, tidak ada
kenakalan anak dan remaja)

6. Strategi Membangun keluarga yang berwawasan kebangsaan dan


sebagai Pelaku pembangunan yang memberikan kontribusi kepada
masyarakat, bangsa, dan Negara adalah melalui :

a) Pendidikan
b) Pembinaan
c) Kebudayaan
Indikator keberhasilannya adalah
a) Keluarga berketahanan sosial,
b) Berwawasan kedepan (menguasai iptek),

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
135
c) Pelaku pembangunan yang berkontribusi kepada masyarakat,
bangsa,
dan negara.
7. Strategi Membangun keluarga yang mampu merencanakan sumberdaya
Keluarga adalah:
a) Merencanakan sumberdaya dengan pendampingan manajemen.
b) konsultasi perkawinan, pengasuhan anak, manajemen keuangan
rumah tangga,
c) manajemen waktu dan pekerjaan keluarga.
Indikator keberhasilannya adalah :

a. Keluarga mempunyai perencanaan berkeluarga.


b.Keluarga mempunyai perencanaan investasi anak.
c.. Keluarga mempunyai perencanaan keuangan.
Gambar 5.6. Roadmap Kondisi Pembangunan Keluarga Diinginkan

ROADMAP ROAD MAP ROADMAP ROADMAP ROADMAP


2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030 2031-2035

Terciptanya Peningkatan
Peningkatan kondisi dan
Terciptanya dan keluarga yang bertambahn Terwujudnya
kondisi bertambahny berkualitas yakondisi keluarga kecil
keluarga bercirikan
akondisi keluarga yang
sejahtera,
berdasarkan keluarga sejahtera,
sehat, maju, berkualitas,
perkawinan berdasarkan mandiri, sehat, maju,
yang sah perkawinan berkeadilan
dengan mandiri,
dan yang sah jumlah anak dengan dan
bertakwa dan ideal (dua) jumlah anak berkesetaraan
kepada bertakwa dalam ideal dua gender serta
Tuhan Yang kepada keharmonisan dalam berdaya saing
Maha Esa Tuhan Yang yang keharmonis
Maha Esa berkeadilan an yang
dan
berkeadilan
berkesetaraan
gender
dan
kesetaran
gender

Tabel 5.4. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan


Parameter Pembangunan Keluarga Provinsi Sumatera Utara
2010-2035

Indikator/ Periode Roadmap 2010-2035


Parameter 2010 2015 2020 2025 2030 2035

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
136
 Persentase penduduk 7
miskin 11 10 8 6 5

 Rata-rata banyaknya
anak dalam keluarga 4 4 3 3 2 2

 Persentase Keluarga
Pra Sejahtera 11 10 9 8 6 5
 Angka Perceraian (%
dari yang nikah periode 7 6 5 4 3 2
periode 1 thn)
 Indeks Pembangunan
Gender (IPG) 70* 71 73 73 74 75
* Pembangunan Manusia Berbasis Gender Tahun 2006-2012,
Kerjasama BPS dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuandan
Perlindungan Anak

5.5. Roadmap Pembangunan Data base Kependudukan Diinginkan dan


Pokok-Pokok Pembangunan

Kondisi yang diinginkan pada pembangunan database kependudukan


adalah terwujudnya database kependudukan yang memiliki akurasi dan
tingkat kepercayaan yang tinggi serta dikelola dalam suatu system yang
integrative, muda diakses oleh para pemangku kepentingan, serta menjadi
bagian dari sistem pendukung keputusaan (Decision Support System).

Dalam rangka menyikapi kondisi yang ada serta target capaian sampai
dengan tahun 2035 yang akan datang maka ditentukan arah dan
kebijakan pembangunan manajemen database dan informasi
kependudukan sebagai berikut :

1. Pembangunan sistem data dan informasi kependudukan melalui


pemantapan layanan Sistem Administrasi Kependudukan (SAK)

2. Pengembangan database kependudukan untuk menjadi acuan bagi


perencanaan pemerintah daerah dan pemanfaatan dunia bisnis,

3. Pemantapan fungsi dan peranan Database kependudukan Nasional


yang berlandaskan pada tertib administrasi kependudukan dan
layanan prima administrasi kependudukan,

4. Pengembangan sistem yang terhubung dengan data lain yang berasal


dari berbagai lembaga dan sesuai dengan data yang telah ada,

5. Pengembangan sistem yang telah terbangun menjadi bagian dari DSS


(Decision Support System) yang terintegratif.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
137
Selanjutnya, dalam keupayaan kondisi diinginkan maka strategi dan
pokok-pokok kebijakan dan program dilakukan terintegrasi dengan grand
design pengembangan databse kependudukan nasional adalah meliputi
tahapan :

1. Periode 2010-2015:

Fokus utama periode ini adalah pemantapan layanan Sistem


Administrasi Kependudukan (SAK) untuk instansi pemerintah terkait
lainnya atau lebih dikenal dengan konsep Government to Government
(G2G), layanan SAK untuk masyarakat atau dikenal dengan istilah
Government to Citizen (G2C), layanan Sistem Administrasi
Kependudukan (SAK) untuk dunia bisnis (G2B), dan Pemantapan
Sistem Administrasi Kependudukan (SIAK) dengan menggunakan
berbagai fitur yang telah dipersiapkan maupun yang disempurnakan
agar sesuai dengan amanat UU No. 23 Tahun 2006.

Pada periode ini juga mulai dikembangkan sistem identifikasi pengenal


tunggal dengan teknologi biometrik. Pendekatan pengembangan dan
penerapan, baik sisi fitur teknologi maupun dari sisi implementasi di
lapangan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.

2. Periode 2015-2020
Fokus periode ini terletak pada cara SAK dapat memberikan layanan
prima untuk mendukung hubungan sesama instansi pemerintah
(G2G), hubungan kepada masyarakat (G2C) dan hubungan dengan
dunia bisnis, atau dikenal dengan Goverment to Business (G2B).

Pada periode ini, ditargetkan database kependudukan akan menjadi


acuan bagi perencanaan pemerintah daerah dan pemanfaatan dunia
bisnis, seperti untuk kebutuhan marketing research, e-payment, e-
commerce, dan transaksi bisnis berbasis elektronik lainnya dengan
terlebih dahulu mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana
pendukung terutama dalam mempersiapkan perangkat keras maupun
perangkat lunak sistem teknologi informasinya.

3. Periode 2021–2025:

Fokus pada periode ini adalah pemantapan fungsi dan peranan


Database Kependudukan Daerah terintegrasi Nasional yang
berlandaskan pada tertib administrasi kependudukan dan layanan
prima administrasi kependudukan.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
138
Database Kependudukan Daerah ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pada pemerintah, dunia bisnis, dan dunia internasional.

Pada periode ini Database Kependudukan Daerah telah memiliki


tingkat kepercayaan (trust) yang tinggi dan diakui oleh dunia
internasional. Kepercayaan yang tinggi terhadap Database
Kependudukan Daerah dapat digunakan untuk mendukung kerja sama
multilateral bidang pertahanan dan keamanan, seperti cross border
cyber crime, bidang perekonomian (international investment), dan
bidang lainnya, sehingga daerah memiliki daya saing yang tinggi untuk
menghadapi persaingan global.

Pada periode ini juga diharapkan peranan SAK menjadi faktor daya
saing bangsa dan sebagai akselerator dalam mewujudkan iklim
masyarakat informasi (Information Society) dan masyarakat
berpengetahuan (Knowledge base society).

4. Periode 2026-2030:
Fokus strategi periode ini untuk mengembangkan database yang ada
terintegrasi dengan data lain terkait. Hal itu dilakukan dengan
mengembangkan sistem yang terhubung dengan data lain yang berasal
dari berbagai lembaga dan sesuai dengan data yang telah ada. Sistem
ini dikembangkan agar mudah diakses oleh pemangku kepentingan.

5. Periode 2031-2035:

Strategi yang dilakukan adalah mengembangkan sistem yang telah


terbangun menjadi bagian dari DSS (Decision Support System) yang
terintegratif.

Seterusnya program strategis dilakukan dalam kerangka pencapaian


kondisi diinginkan dengan Terciptanya pendayagunaan data dan
informasi kependudukan sebagai sistem pendukung pengambilan
keputusan adalah meliputi :

1. Melaksanakan layanan prima Sistem Administrasi Kependudukan


(SAK) untuk sesama instansi pemerintah Government to Government
(G2G), untuk masyarakat atau Government to Citizen (G2C), serta
Layanan Sistem Administrasi Kependudukan (SAK) untuk dunia
bisnis (G2B),

2. Menjadikan database dan Informasi kependudukan sebagai acuan


bagi perencanaan pemerintah daerah dan pemanfaatan dunia bisnis,

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
139
seperti untuk kebutuhan marketing research, e-payment, e-commerce,
dan transaksi bisnis berbasis elektronik lainnya

3. Menyediakan berbagai sarana dan prasarana pendukung terutama


dalam mempersiapkan perangkat keras maupun perangkat lunak
sistem teknologi informasinya.

4. Menyiapkan Sumber Daya Manusia professional yang mendukung


terselenggaranya layanan prima sistem administrasi kependudukan

5. Memantapkan fungsi dan peranan Database dan Informasi


Kependudukan Daerah terintegrasi Nasional yang berlandaskan
pada tertib administrasi kependudukan dan layanan prima
administrasi kependudukan.

6. Menjadikan Database dan Informasi Kependudukan Daerah untuk


dapat memberikan kontribusi pada pemerintah, dunia bisnis, dan
dunia internasional

7. Menjadikan Database dan Informasi Kependudukan Daerah memiliki


tingkat kepercayaan (trust) yang tinggi dan diakui oleh dunia
internasional untuk mendukung kerja sama multilateral bidang
pertahanan dan keamanan, seperti cross border cyber crime, bidang
perekonomian (international investment), dan bidang lainnya,
sehingga daerah memiliki daya saing yang tinggi untuk menghadapi
persaingan global.

8. Membangun masyarakat Sumatera Utara menjadi masyarakat


informasi (Information Society) dan masyarakat berpengetahuan
(Knowledge base society).

9. Membangun database dan Informasi kependudukan yang


terintegrasi dengan data lain terkait. mengembangkan sistem yang
terhubung dengan data lain yang berasal dari berbagai lembaga dan
sesuai dengan data yang telah ada agar mudah diakses oleh
pemangku kepentingan.

10. Mendukung dan Menyukseskan Pelaksanaan Sensus Penduduk,


Sensus Ekonomi, Sensus Pertanian, SUPAS, SUSENAS, SDKI,
Pendataan Keluarga/Mutasi Data Keluarga dan berbagai sensus
maupun survey lainnya.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
140
Gambar 5.7. Roadmap Kondisi Pengembangan Manajemen Database
Dan Informasi Kependudukan Diinginkan

ROADMAP ROAD MAP ROADMAP ROADMAP ROADMAP


2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030 2031-2035

Terciptanya Terciptanya
Terciptanya Tercipta integrasi pendayagun
Terciptanya pelayanan kondisi data dan aan data
tertib prima masyarakat informasi dan
administrasi administrasi berbasis kependuduk informasi
kependudukan kependudukan database dan -an dari kependuduk
Informasi berbagai -an sebagai
kependuduk- sumber sistem
an dalam suatu pendukung
database keputusan
dan bebas
diakses

Tabel 5.5. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan


Parameter Pengembangan Manajemen Database Dan Informasi
Kependudukan Provinsi Sumatera Utara 2010-2035

Periode Roadmap 2010-2035


Indikator 2011- 2016- 2021- 2026- 2031-
2015 2020 2025 2030 2035
Indikator Kualitatif
Periode konsolidasi ke dalam dan XXXX XXXX XXX XX XX
tertib administrasi kependudukan X
Periode pelayanan prima XXXX XXXX XXXX XXX XX
administrasi kependudukan X
Periode pengembangan masyarakat XXX XXXX XXXX XXXX XXX
berbasis pengetahuan (knowledge X
base society)
Periode integrasi data dan informasi XXX XXXX XXXX XXXX XXX
kependudukan dari berbagai X
sumber ke dalam suatu database
yang dapat diakses oleh berbagai
pihak yang memerlukan
Periode peningkatan XXX XXXX XXXX XXXX XXXX
pendayagunaan data dan informasi X
kependudukan sebagai Sistem

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
141
Pendukung Keputusan (Decision
Support System)
Indikator Kuantitatif
 Persentase penduduk dapat 50 60 70 80 90
menunjukkan catatan sipil
berupa akte kelahiran
 Persentase penduduk menguasai 10 20 40 60 80
akses computer

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
142
BAB VI

PENUTUP

Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan hasil Sensus Penduduk 2010


mengalami peningkatan jumlah penduduk sebesar 1,11 persen dengan jumlah
penduduk sekitar 13 juta jiwa yang sebelumnya sekitar 11,5 juta jiwa menurut
Sensus penduduk 2000. Keadaan ini tetap menempatkan Provinsi Sumatera
Utara posisi ke-4 terbesar jumlah penduduknya setelah Jawa Barat dengan
jumlah penduduk sekitar 43 juta jiwa, Jawa Timur sekitar 38 juta jiwa dan
Jawa Tengah sekitar 35 juta jiwa. Sejauh ini angka kelahiran di Provinsi
Sumatera Utara cukup tinggi, yaitu dengan angka kelahiran 3. Kondisi ini
cukup mengkuatirkan jika tidak ditangani sejak dini maka ancaman ledakan
penduduk di Provinsi Sumatera Utara tidak akan terbendung lagi. Ini berarti
masalah kependudukan tetap merupakan tantangan, diantaranya adalah
masalah kuantitas penduduk, kualitas penduduk, mobilitas penduduk,
database kependudukan, kesempatan kerja, kebutuhan pangan, kesehatan,
pendidikan, kemiskinan, urbanisasi, disparitas kepadatan penduduk, lansia
dan sebagainya.

Masalah kependudukan haruslah mendapat perhatian penuh dari pemerintah.


Dengan demikian pemerintah pusat maupun daerah harus memprioritaskan
pembangunan kependudukan. Penggalangan secara berkelanjutan perlu
dilakukan guna mewujudkan adanya komitmen semua pihak untuk
menyadari pentingnya akan pembangunan berwawasan kependudukan.
Realita adanya penurunan program-program kependudukan yang pernah
berjaya di masa lalu telah mengalami stagnasi saat ini dan jelas akan
memberikan pengaruh kepada upaya-upaya percepatan pembangunan
kesejahteraan, khususnya dalam meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) dan pencapaian target MDGs.

Disamping itu tantangan global yang menyangkut perubahan mendasar


dinamika kependudukan (transisi demografi, transisi epidemiologi dan transisi
pendidikan), perkembangan IPTEK dan berkembangnya peradaban baru yang
membuka cakrawala baru pandangan dunia, negara dan masyarakat,
kebijakan pasaran bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi,
perubahan lingkungan, demokratisasi dan reformasi pemberdayaan dan
kemitraan juga diperlukan keupayaan penyelesaian secara komprehensif,
sinergis dan berkelanjutan.

Keupayaan penyelesaian permasalahan tersebut diantaranya adalah


diperlukannya komitmen dari semua pihak baik kalangan pelaksana program

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
143
(birokrat), stakeholders, swasta, LSM, teknokrat, akademisi, semua
kelembagaan/institusi masyarakat dan dukungan DPRD tentunya. Disamping
itu, juga perlu adanya penggalangan dan peningkatan koordinasi,
keterpaduan, penyerasian serta kemitraan lintas sektor dan fungsional perlu
dilakukan melalui advokasi, sosialisasi, promosi dan fasilitasi dalam
menentukan program-program serta kebijakan pembangunan berwawasan
kependudukan dan berkelanjutan yang mengarah ke masa depan.

Secara garis besar Pembangunan Kependudukan meliputi lima aspek penting:


Pertama, berkaitan dengan kuantitas penduduk antara lain jumlah , struktur
dan komposisi, laju pertumbuhan penduduk serta penyebaran penduduk.
Kedua, berkaitan dengan kualitas penduduk yang berhubungan dengan status
kesehatan dan angka kematian, tingkat pendidikan dan angka kemiskinan.
Ketiga, berkaitan dengan mobilitas penduduk seperti tingkat migrasi yang
mempengaruhi persebaran penduduk antara wilayah, baik antar pulau
maupun antara perkotaan dan pedesaan. Kelima, berkaitan dengan
keterpaduan dan penyerasian kebijakan kependudukan agar mempunyai arah
sasaran bersama yang tepat dan tidak tumpang tindih dalam keterpaduan
yang berkelanjutan.

Untuk mengatasi persoalan tersebut di atas, maka sudah sewajarnya daerah


baik provinsi maupun kabupaten/kota merumuskan acuan bagi
pembangunan kependudukan di masa mendatang dalam bentuk Grand Design
Pembangunan Kependudukan (GDPK) Tahun 2011-2035. Grand Design
Pembangunan Kependudukan adalah suatu dokumen rumusan perencanaan
pembangunan kependudukan daerah untuk jangka waktu 35 tahun ke depan
dan dijabarkan setiap 5 tahunan yang berisi tentang kecenderungan
parameter kependudukan, issue-issue penting kependudukan dan program-
program pembangunan kependudukan yang meliputi pengendalian kuantitas
penduduk, pembangunan kualitas penduduk, pembangunan keluarga,
penataan persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk serta pembangunan
database kependudukan.

Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) selain diperlukan sebagai


arah bagi kebijakan kependudukan di masa depan dan secara khusus juga
diharapkan dapat sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJP) Provinsi Sumatera Utara.Dengan arah, kebijakan dan pokok-
pokok pembangunan kependudukan yang tertuang dalam Grand Design
Pembangunan Kependudukan diharapkan akan terwujudnya kondisi
penduduk yang berkualitas sebagai modal pembangunan untuk mencapai

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
144
Sumatera Utara yang mandiri, maju, adil, dan sejahtera sebagai keupayaan
mendukung Visi Pembangunan Sumatera Utara,yakni ―Terwujudnya
masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju, mandiri, mapan dan
berkeadilan di dalam kebhinekaan‖ di masa depan.

Grand Desaign pembangunan kependudukan ini diharapkan untuk


ditindaklanjuti dalam bentuk sosialisasi, advokasi serta monitoring terhadap
berbagai pemangku kepentingan dan kebijakan baik pada tingkat Provinsi
maupun pada tingkat Kab/Kota. Pada masing – masing Kab/Kota agar
mempersiapkan Grand Desaign Pembangunan Kependudukan sesuai dengan
kondisi kependudukan dan kebutuhan pembangunan di daerah masing-
masing dalam rangka pembangunan yang berwawasan kependudukan.

GUBERNUR SUMATERA UTARA,

ttd.

GATOT PUJO NUGROHO

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
145
DAFTAR PUSTAKA

Adioetomo, Sri Murtiningsih. 2005. “Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan


antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi‖ Pidato
Pengukuhan Guru Besar Fakultas Ekonomi UI. Jakarta: FE-UI.

Badan Pusat Statistik. 2000. Sensus Penduduk 2000. Jakarta.

——. 2002. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002. Jakarta.

——. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta.

——. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta.

——. 2010. Sensus Penduduk 2010. Jakarta.

——. 2011. Survei Angkatan Kerja Nasional 2011. Jakarta.

——. 2010. Sumatera Utara Dalam Angka 2009. Medan : BPS

Badan Koodinasi Keluarga Berencana Nasional, 2010. Survei Demografi dan


Kesehatan Indonesia 2007 Provinsi Sumatera Utara. Jakarta : BKKBN.

-------,2010. Hasil Pendataan Keluarga Provinsi Sumatera Utara tahun 2009.


Medan : BKKBN.

-------,2010. Snapshot Berbagai Indikator Kesehatan Reproduksi : Sumatera


Utara. Jakarta ; BKKBN.

-------,2011. Profil : Hasil Pendataan Keluarga Dan Pemutakhiran Data Keluarga


Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010. Medan : Perwakilan BKKBN.

-------,2011. Rakerda: Pembangunan Kependudukan Dan Keluarga Berencana


Tahun 2011. Medan : BKKBN.

Faturochman, dkk, 2004. Dinamika Kependudukan Dan Kebijakan. Yogyakarta


: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM.

Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN, 1995. Transisi


Demografi, transisi pendidikan, dan transisi Kesehatan di Indonesia.
Jakarta : Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Riset Kesehatan Dasar


2010. Jakarta : Kementerian Kesehatan .

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
146
Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2012. Grand Design
Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Jakarta : Kementrian
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Mantra, Ida Bagus, 1985. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta : Nur


Cahaya.

Nasution, Muhammad Arifin, 2008. Perencanaan Pembangunan Daerah.


Medan : USU Press.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, 2008. Rencana Pembangunan Jangka


Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2025.

Permana, Ida bagus, 2011. Kebijakan Dan Strategi Oprerasional Pengendalian


Penduduk. Jakarta : BKKBN.

Riyadi, 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah : Strategi Menggali Potensi


Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
147
LAMPIRAN

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


SUMATERA UTARA 2011 - 2035
148
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
149
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
150
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
151
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
152
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
153
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
154
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
155
GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
SUMATERA UTARA 2011 - 2035
156

Anda mungkin juga menyukai