Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS PENGARUH KEPADATAN PENDUDUK, UMP,

RATA-RATA LAMA SEKOLAH DAN TINGKAT


PENGANGGURAN TERBUKA TERHADAP TINGKAT
MIGRASI TENAGA KERJA INDONESIA (STUDI KASUS 5
PROVINSI DI INDONESIA 2011-2022)

Ajeng Setyo Rini1, Sudati Nur Sarfiah2, Yustirania Septiani3


Ekonomi Pembangunan, Universitas Tidar, Indonesia
E-mail Corresponding Author:

Abstract

The growth of the labor force in Indonesia is not proportional to the


availability of jobs, thus encouraging increased mobilization among the
population to migrate to other areas with higher employment opportunities.
The purpose of this study is to determine the effect of independent variables,
which are population density, provincial minimum wage, average length of
schooling and open unemployment rate on the level of Indonesian labor
migration as the dependent variable in 5 provinces, namely West Nusa
Tenggara, Lampung, Central Java, East Java, North Sumatera in 2011-2022.
The method used in this research is quantitative descriptive analysis using
panel data regression analysis. The type of data used is secondary data within
12 years from 2011 - 2022. The results showed that the population density,
provinvial minimum wage and the open unemployment rate had a significant
positive effect on the level of labor migration in Indonesia, while the average
length of schooling had a significant negative effect on the Indonesian Labor
migration rate variable.

Keywords: population density, provincial minimum wage, average years of


schooling, open unemployment rate, labor migration rate

PENDAHULUAN
Perencanaan pembangunan ekonomi di Indonesia berorientasi pada
kendala yang berkaitan dengan permasalahan pertumbuhan ekonomi dan
penduduk. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya kelahiran, kematian
dan perpindahan penduduk (migrasi). Pertumbuhan angkatan kerja yang tidak
sebanding dengan tersedianya lapangan kerja akan mendorong meningkatnya
mobilisasi di kalangan penduduk. Mereka meninggalkan daerah asalnya menuju
daerah lain yang dianggap dapat memberikan harapan.
Tingginya jumlah pengangguran di Indonesia dan menyempitnya lapangan
pekerjaan membuat sebagian besar penduduk memilih untuk bermigrasi keluar
negeri guna mendapatkan pekerjaan. Kondisi pembangunan ekonomi negara-
negara berkembang dalam beberapa dasawarsa ini tidak sanggup menyediakan
kesempatan kerja yang lebih banyak daripada pertambahan penduduk, sehingga
masalah pengangguran dari tahun ke tahun semakin serius. Apabila hal ini tidak
segera diatasi dan dicari jalan keluarnya, maka akan dapat menimbulkan
kerawanan sosial dan berpotensi menambah tingkat kemiskinan (Siswosoemarto,
2012:460-461).

Gambar 1. Rata-Rata Jumlah Migrasi TKI Tahun 2011-2022

Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Sumatera Utara adalah provinsi dengan tingkat migrasi tertinggi dibanding
provinsi lainnya di Indonesia dengan jumlah penduduk masing-masing. Sehingga,
lima provinsi di atas merupakan provinsi yang dipilih penulis untuk diteliti karena
memiliki jumlah migrasi TKI terbanyak dibandingkan provinsi lainnya di
Indonesia.
Menurut Brown dan Sanders dalam Santoso (2011) mengatakan migrasi
merupakan akibat adanya kepuasan maupun ketidakpuasan individu maupun
rumah tangga secara keseluruhan terhadap tempat yang ada. Jika kepuasan dari
tempat yang baru itu cukup menyimpang dari kebutuhan maupun harapan, maka
individu akan mempertimbangkan untuk mencari lokasi baru.

1200
1000
800
600
400
200
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

NTB Lampung Jawa Tengah


Jawa Timur Sumatera Utara
Gambar 2. Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) di 5 provinsi tahun 2011-2022

Kepadatan penduduk pada yang semakin meningkat tiap tahunnya seiring


dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah pula, tetapi tidak berbanding
lurus dengan luas wilayahnya yang tetap. Hal tersebut akan menimbulkan
permasalahan yaitu terjadinya persaingan dalam mendapatkan pekerjaan. Pada
akhirnya seorang individu memutuskan untuk melakukan migrasi ke luar negeri
sebagai tujuan memperbaiki perekonomian keluarganya ketika di wilayah tempat
tinggalnya sudah tidak lagi terpenuhi. Sesuai dengan yang dinyatakan
Tjiptoherijanto dalam Listyarini (2011) dimana migrasi internasional yang
semakin banyak dilakukan hampir di seluruh negara-negara di dunia dipandang
sebagai keputusan yang rasional karena adanya tekanan yang dihadapi penduduk
di dalam negeri.
Ida Bagus Mantra dalam Saraswatu (2010) menjelaskan bahwa motivasi
utama seseorang melakukan perpindahan dari daerah asal ke kota tujuan adalah
motif ekonomi. Motif ini berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi antar
daerah. Kondisi yang paling dirasakan menjadi pertimbangan rasional dimana
individu melakukan mobilitas ke negara-negara lain adalah adanya harapan untuk
mendapatkan pekerjaan dan memperoleh pendapatan yang lebih besar dari daerah
asal. Upah minimum yang diterapkan di tiap daerah dirasa masih belum bisa
untuk memenuhi standar kehidupan yang layak bagi masyarakat sehingga hal ini
menjadi salah satu faktor untuk tenaga kerja melakukan migrasi ke luar negeri.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2022, 5 provinsi
yang menjadi fokus penelitian masih memiliki rata-rata pendidikan terakhir yaitu
hanya sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama atau SMP. Sedangkan standar
pekerjaan yang ada di Indonesia masih menuntut minimal berpendidikan setara
SMA. Kecil kemungkinan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dan
penghasilan yang layak dengan latar belakang tamatan SD dan SMP di dalam
negeri membuat seseorang memutuskan untuk melakukan migrasi.
Sesuai dengan UU No. 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri syarat pendidikan calon TKI
yaitu berpendidikan sekurang-kurangnya lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) atau sederajat. Namun kemudian terdapat perubahan oleh keputusan
Mahkamah Konstitusi bahwa pasal tentang pendidikan minimal SMP dianggap
tidak berlaku dan digantikan dengan batas minimal lulus Sekolah Dasar (SD) atau
bisa membaca dan menulis.
Meskipun TKI memiliki pendidikan yang rendah, Pemerintah telah
membuat kebijakan untuk melakukan pendidikan dan pelatihan guna memenuhi
persyaratan calon TKI. bekerja di luar negeri terutama di sektor informal yang
tidak memiliki keahlian khusus dan pendidikan yang tinggi akan memperoleh
pendapatan lebih besar. Hal itu menjadi salah satu harapan para TKI saat
melakukan migrasi guna mengubah kehidupan menjadi lebih baik. Faktor lain
yang dapat menjadi pendorong migrasi tenaga kerja adalah semakin meningkatnya
angka pengangguran yang diakibatkan karena persediaan lapangan pekerjaan yang
pertambahannya tidak sebanding dengan banyaknya pencari kerja.
Menurut latar belakang diatas, variabel kepadatan penduduk, upah
minimum provinsi, rata-rata lama sekolah, dan tingkat pengangguran terbuka yang
pada akhirnya dari 4 (empat) variabel tersebut akan digunakan untuk meneliti
tingkat migrasi tenaga kerja Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahu mengenai pengaruh variabel kepadatan penduduk, Upah Minimum
Provinsi, rata-rata lama sekolah dan tingkat pengagguran terbuka terhadap migrasi
TKI di Indonesia.
METODE
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode data panel dengan analisis kuantitatif
tentang pengaruh Kepadatan Penduduk, Upah Minimum Provinsi, Rata-rata Lama
Sekolah dan Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) tahun 2011-2022. Menurut Basuki (2016) regresi data panel
merupakan teknik regresi yang menggabungkan data runtut waktu (time series)
dengan data sialang (cross section).

Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2013), variable penelitian adalah suatu atribut, sifat,
atau nilai dari orang, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel
dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel independen dan
variabel dependen. Penelitian ini menggunakan variabel kepadatan penduduk,
upah minimum provinsi, rata-rata lama sekolah, dan tingkat pengangguran
terbuka sebagai variabel independen. Sedangkan variabel dependen dalam
penelitian ini adalah tingkat migrasi tenaga kerja di Indonesia tahun 2011-2022.
Y : Tingkat Migrasi Tenaga Kerja Indonesia
X1 : Kepadatan Penduduk
X2 : Upah Minimum Provinsi
X3 : Rata-Rata Lama Sekolah
X4 : Tingkat Pengangguran Terbuka

Teknik Pengumpulan Terbuka


Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu sumber
data yang diperoleh dari media perantara atau secara tidak langsung yang berupa
buku, catatan, bukti yang telah ada, dan arsip yang dipublikasikan atau tidak
dipublikasikan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah melalui studi
pustaka dan dokumentasi (Sugiyono, 2012)
Studi pustaka dilakukan melalui penelitian terdahulu untuk mendapatkan
informasi yang berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti. Dalam
penelitian ini karena data upah minimum provinsi, kepadatan penduduk, rata-rata
lama sekolah, dan tingkat pengangguran terbuka diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Indonesia dan data tingkat migrasi tenaga kerja diambil dari Badan
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI).

Teknik Analisis Data

Regresi Data Panel


Model regresi data panel yaitu model regresi dengan menumpuk observasi
data time series dengan data cross section. Dengan kata lain dalam regresi data
panel kita melakukan observasi terhadap suatu unit individu yang sama dari waktu
ke waktu (Gujarati dan Porter, 2012).
Penelitian ini menggunakan regresi data panel dengan model logaritma
dengan persamaan variabel dependennya adalah Tingkat Migrasi Tenaga Kerja
(Y) untuk variabel independennya yaitu Kepadatan Penduduk (X1), Upah
Minimum Provinsi (X2), Rata-Rata Lama Sekolah (X3), dan Tingkat
Pengangguran Terbuka (X4), dengan persamaan :
Y = α + β 1 log X 1+ β 2 log X 2 + β 3 log X 3 + β 4 log X 4 + ε

Dimana
Y : tingkat migrasi tenaga kerja
α : konstanta
β 1 β 2 β3 β 4 : koefisien regresi
X1 : kepadatan penduduk
X2 : upah minimum provinsi
X3 : rata-rata lama sekolah
X4 : tingkat pengangguran terbuka
t : Waktu
i : Provinsi
ε : error

Dalam penelitian ini analisis regresi data panel menggunakan penentuan


model estimasi melalui pendekatan Common Effect, Fixed Effect dan Random
Effect. Uji asumsi klasik tidak diperlukan dalam analisis data panel karena data
panel dapat meminimalkan bias yang kemungkinan besar muncul dalam hasil
analisis, memberi lebih banyak informasi, variasi, dan degree of freedom
(Gujarati, 2012).

Uji Kesesuaian Model


Uji Chow. Uji ini digunakan untuk mengetahui model mana yang lebih
baik dalam mengestimasi data panel antara Pooled Least Square atau Fixed Effect
Model. Jika nilai probabilitas < α maka model yang tepat digunakan untuk
mengestimasi data panel adalah Fixed Effect Model (FEM). Sebaliknya, jika
probabilitas ˃ α maka model yang tepat digunakan untuk mengestimasi data panel
adalah Pooled Least Square (PLS). Tingkat signifikan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 5 %.
Uji Hausman. Uji ini digunakan untuk mengetahui model mana yang
lebih baik dalam mengestimasi data panel di antara Random Effect Model atau
Fixed Effect Model. Jika nilai probabilitas < α maka model yang tepat digunakan
untuk mengestimasi data panel adalah Fixed Effect Model (FEM). Sebaliknya, jika
probabilitas ˃ α maka model yang tepat digunakan untuk mengestimasi data panel
adalah Random Effect Model (REM). Tingkat signifikan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 5%.

Uji Statistik
Uji statistik bertujuan untuk mengetahui seberapa besar keterkaitan
variabel bebas terhadap variabel terikat.

Uji Koefisien Determinasi R-squared (R2). Pengukuran kecocokan model


dilakukan dengan memperhatikan besarnya koefisien determinisai (R²). Model
dianggap baik atau cocok apabila R² sama dengan 1. R² sekaligus menunjukkan
besar pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai
R² mendekati angka nol berarti kemampuan variabel-variabel bebas atau variabel
independen (X) tidak dapat mempengaruhi variabel terikat atau variabel dependen
(Y). Jika nilai R² mendekati angka satu berarti variabel-variabel bebas atau
variabel independen (X) dapat mempengaruhi variabel terikat atau variabel
dependen (Y).

Uji t (Uji Parsial). Uji t adalah pengujian yang bertujuan untuk


mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak pada masing-masing
variabel independen. Dengan Uji t pada dua sisi dikemukakan hipotesis sebagai
berikut :
H0 : β1, β2, β3, β4 = 0
Artinya variabel-variabel Kepadatan Penduduk, Upah Minimum Provinsi, Rata-
rata Lama Sekolah dan Tingkat Pengangguran Terbuka secara parsial tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI).
H1 : β1, β2, β3, β4 ≠ 0
Artinya variabel-variabel Kepadatan Penduduk, Upah Minimum Provinsi, Rata-
rata Lama Sekolah dan Tingkat Pengangguran Terbuka secara parsial memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel Migrasi Tenaga Kerja Indonesia
(TKI).
Dalam penelitian ini tingkat signifikan yang digunakan adalah 5%. Jika nilai
probabilitas < α = 5% (0.05) maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti
variabel independen secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai probabilitas ˃ α = 5% (0.05) maka H0
diterima dan H1 ditolak yang berarti variabel independen secara parsial tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Uji F Statistik (Uji Simultan). Uji F satistik digunakan untuk mengetahui


apakah variabel Kepadatan Penduduk, Upah Minimum Provinsi, Rata-rata Lama
Sekolah dan Tingkat Pengangguran Terbuka secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Hipotesis Uji F statistik
adalah sebagai berikut:
Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0
Artinya variabel-variabel independen secara simultan atau bersama-sama tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI).
H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ 0
Artinya variabel-variabel independen secara simultan atau bersama-sama
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI).
Jika nilai probabilitas < α = 5% (0.05) maka H0 ditolah dan H1 diterima, yang
berarti variabel independen secara simultan atau bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dan berlaku sebaliknya.

HASIL DAN PEMBAHASAN/RESULTS AND DISCUSSION

Hasil Estimasi Regresi Data Panel


Dalam mengestimasi hasil regresi data panel, terlebih dahulu perlu
dilakukan pemilihan model terbaik antara Common Effect Model, Fixed Effect
Model dan Random Effect Model.

Uji Chow
Tabel 1. Hasil Uji Chow

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 0.616356 (4,41) 0.0053


Cross-section Chi-square 2.919686 4 0.0071

Sumber : Data Sekunder yang diolah menggunakan Eviews 10

Pada Tabel 1 diatas diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.0053 yang


berarti nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan α = 5% atau 0.0053 <
0.05. Maka model terbaik yang digunakan adalah Fixed Effect Model.

Uji Hausman

Tabel 2. Hasil Uji Hausman

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section
random 2.465425 4 0.6508

Sumber : Data sekunder yang diolah menggunakan Eviews 10

Pada tabel 2 diatas diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.6508 yang berarti
nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikan α = 5% atau 0.6508 > 0.05.
Maka model terbaik yang digunakan adalah Random Effect Model.

Hasil Random Effect Model


Dari hasil Uji Chow dan Uji Hausman, maka pada penelitian ini
menggunakan model data panel yang paling tepat yaitu Random Effect Model
(REM) yang dapat dijelaskan melalui tabel estimasi hasil regresi sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Regresi Panel Random Effect Model

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 9.0203 2.9268 3.081947 0.0030


X1 0.84562 9.368324 6.388082 0.0000
X2 0.43416 0.010061 0.431508 0.0027
X3 -0.47763 0.48793 -3.031436 0.0435
X4 0.5858. 0.41176 1.423330 0.0045

Sumber : Data sekunder yang diolah menggunakan Eviews 10

Berdasarkan tabel hasil regresi data panel menggunakan model random effect
diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 9.0203 + 0.84562 X1 + 0.43416 X2 - 0.47763 X3 + 0.5858 X4 + ԑ


Dimana:
Y : Migrasi Tenaga Kerja Indonesia
X1 : Kepadatan Penduduk
X2 : Upah Minimum Provinsi
X3 : Rata-rata Lama Sekolah
X4 : Tingkat Pengangguran Terbuka
ԑ : Error

Hasil yang diperoleh dari persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Pada hasil persamaan regresi, variabel Kepadatan Penduduk memiliki arah
hubungan yang positif terhadap migrasi tenaga kerja Indonesia. Hal ini berarti
hipotesis yang menyatakan bahwa Kepadatan penduduk mempengaruhi
migrasi tenaga kerja Indonesia di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lampung,
Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun 2011-2022 dapat
diterima. Hubungan ini mempunyai arti apabila kenaikan 1% kepadatan
penduduk, maka akan menambah migrasi tenaga kerja Indonesia sebesar
0.84562%.
2. Variabel upah minimum provinsi memiliki hubungan yang positif. Hal ini
berarti hipotesis yang menyatakan bahwa upah minimum provinsi
mempengaruhi migrasi tenaga kerja Indonesia di Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun
2011-2022 dapat diterima. Hubungan upah minimum provinsi mempunyai arti
apabila kenaikan 1% upah minimum provinsi, maka akan meningkatkan
migrasi tenaga kerja Indonesia sebesar 0.43416%.
3. Variabel Rata-Rata Lama Sekolah memiliki hubungan yang negatif. Hal ini
berarti hipotesis yang menyatakan bahwa Rata-Rata Lama Sekolah
mempengaruhi migrasi tenaga kerja Indonesia di Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun
2011-2022 dapat diterima. Hubungan Rata-Rata Lama Sekolah mempunyai
arti apabila kenaikan 1% Rata-Rata Lama Sekolah, maka akan mengurangi
migrasi tenaga kerja Indonesia sebesar (-0.47763%).
4. Variabel Tingkat Pengangguran Terbuka memiliki hubungan yang positif. Hal
ini berarti hipotesis yang menyatakan Tingkat Pengangguran Terbuka
mempengaruhi migrasi tenaga kerja Indonesia di Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun
2011-2022 dapat diterima. Hubungan ini mempunyai arti apabila kenaikan
satu tahun Tingkat Pengangguran Terbuka, maka akan menambah migrasi
tenaga kerja Indonesia ke Luar Negeri sebesar 0.5858%.

Hasil Uji Hipotesis

Uji Koefisien Determinasi (R2)


Uji R-squared (R2) ini dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependennya

Tabel 4. Uji Koefisien Determinasi


R-squared 0.678462
Sumber : Data sekunder yang diolah menggunakan Eviews 10
Tabel di atas menunjukkan nilai R-squared sebesar 0,678462 atau 67,85 %
yang berarti variabel independen berupa kepadatan penduduk, upah minimum
provinsi, rata-rata lama sekolah dan tingkat pengangguran terbuka dapat
menjelaskan variabel dependen yaitu migrasi tenaga kerja Indonesia sebesar
67.85%. Sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat
dalam penelitian ini sebesar 32.15 %.

Uji t Statistik (Uji Parsial)


Uji ini dilakukan untuk melihat variabel independen secara masing-masing
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kriteria
variabel bebas akan dianggap berpengaruh signifikan jika probabilitas (t-statistik)
< α = 5% (0.05) maka H0 ditolak dan H1 diterima dan sebaliknya jika probabilitas
(t-statistik) ˃ α = 5% (0.05) maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Tabel 5. Hasil Uji t-tatistik

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 9.0203 28764.82 3.135880 0.0030


X1 0.84562 9.207200 6.499871 0.0000
X2 0.43416 0.009888 0.439059 0.0027
X3 -0.47763 4789.487 -3.084485 0.0435
X4 0.5858. 4045.335 1.448238 0.0045
Sumber : Data Sekunder yang diolah menggunakan Eviews 10

Tabel uji t-statistik di atas menunjukan hasil nilai probabilitas dari


variabel-variabel independen. Dengan hasil hipotesis sebagai berikut:
1. Pada variabel kepadatan penduduk memiliki nilai probabilitas sebesar 0.000
lebih kecil dari α = 5% (0.000 < 0.05) yang berarti H 0 ditolak dan H1 diterima,
maka ada pengaruh yang signifikan antara kepadatan penduduk terhadap
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
Lampung, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun 2011-
2022.
2. Pada variabel upah minimum provinsi (UMP) memiliki nilai probabililas
0.0027 lebih besar dari α = 5% (0.0027 < 0.05) yang berarti H 0 ditolak dan H1
diterima, maka ada pengaruh yang signifikan antara upah minimum provinsi
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun
2011-2022.
3. Pada variabel rata-rata lama sekolah mimiliki nilai probabilitas sebesar 0.0435
lebih kecil dari α = 5% (0.0435 < 0.05) yang berarti H 0 ditolak dan H1
diterima, maka ada pengaruh yang signifikan antara rata-rata lama sekolah
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun
2011-2022.
4. Pada variabel tingkat pengangguran terbuka mimiliki nilai probabilitas sebesar
0.0045 lebih kecil dari α = 5% (0.0045 < 0.05) yang berarti H 0 ditolak dan H1
diterima, maka ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pengangguran
terbuka terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Nusa
Tenggara Barat, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur
pada tahun 2011-2022.

Uji F Statistik (Uji Simultan)


Uji ini dilakukan untuk melihat variabel-variabel independen secara
simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen. Dengan kriteria pengaruh signifikan, jika probabilitas (F-statistik) < α
= 5% (0.05) maka H0 ditolak dan H1 diterima dan sebaliknya jika probabilitas (F-
statistik) ˃ α = 5% (0.05) maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hipotesis uji F
statistik adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak ada pengaruh secara berupa kepadatan penduduk, upah minimum
provinsi, dan rata-rata lama sekolah dan tingkat pengangguran terbuka
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun
2011-2022.
H1 : Ada pengaruh secara simultan berupa kepadatan penduduk, upah minimum
provinsi, dan rata-rata lama sekolah dan tingkat pengangguran terbuka
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun
2011-2022.

Tabel 6. Uji F-statistik


F-statistic 23.73808
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 10

Nilai Probabilitas (F-statistik) di atas sebesar 0.000000 < α = 5%


(0.000000 < 0.05), sedangkan nilai F statistic > F Tabel yaitu sebesar 23,73808 >
2,543 yang berarti menolak H0 dan menerima H1. Maka dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh secara simultan atau bersama-sama antara
kepadatan penduduk, upah minimum provinsi, dan rata-rata lama sekolah dan
tingkat pengangguran terbuka terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa
Timur pada tahun 2011-2022.

Pengaruh Kepadatan Penduduk Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia


Dalam penelitian ini kepadatan penduduk memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan nilai
probabilitas sebesar 0.000 dan nilai koefisien sebesar 0.84562. Sehingga dapat
diinterpretasikan ketika kenaikan 1% Kepadatan Penduduk, maka akan
menambah 0.84562% migrasi tenaga kerja Indonesia.
Hasil ini sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu yang menjadi
tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Menurut teori Malthus pertumbuhan
penduduk searah dengan deret ukur namun produksi pertanian tidak lebih cepat
dari deret hitung. Sehingga, pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan
pertumbuhan pangan akan menimbulkan kondisi ekonomi yang subsisten. Dengan
kata lain, jika sumber daya di suatu daerah tidak dapat mendukung perkembangan
penduduk maka akan menyebabkan migrasi ke daerah lain. Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan tingkat kepadatan penduduk yang sangat
padat menurut kriteria kepadatan penduduk disebabkan karena menjadi pusat
permukiman dan daerah pusat pertumbuhan ekonomi. Jadi, hal ini tidak
mempengaruhi individu melakukan migrasi.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Agbola dan Acupan (2010) yang menganalisis mengenai tenaga kerja
internasional di negara Filipina dan melihat faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi jumlah tenaga kerja Internasional di negara tersebut. Hasil
penelitian menunjukkan kesesuaian dengan penelitian ini dimana kepadatan
penduduk memiliki hubungan positif terhadap arus migrasi tenaga kerja.
Hasil penelitian juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitria
(2023) yang menganalisis faktor-faktor yang menjadi determinan para TKI
bermigrasi ke luar negeri. Hasil analisis menunjukkan kesamaan dimana variabel
kepadatan penduduk berpengaruh positif signifikan terhadap migrasi Tenaga
Kerja Indonesia ke luar negeri.

Pengaruh Upah Minimum Provinsi Terhadap Migrasi Tenaga Kerja


Indonesia
Dalam penelitian ini upah minimum provinsi memiliki hubungan positif
dan signifikan terhadap migrasi tenaga kerja Indonesia dengan nilai probabilitas
sebesar 0.0027 dan nilai koefisien sebesar 0.43416. Sehingga dapat
diinterpretasikan ketika kenaikan 1% Upah Minimum Provinsi , maka akan
menambah 0.43416 % migrasi tenaga kerja Indonesia. Hal ini dikarenakan
kenaikan upah minimum provinsi akan diikuti oleh kenaikkan Kebutuhan Hidup
Layak (KHL). Sehingga, adanya peningkatan pada upah minimum tidak berarti
meningkatkan kesejahteraan para pekerja, karena dibarengi dengan peningkatan
biaya hidup. Oleh karena itu, adanya Expected Income atau pendapatan yang
diharapkan jika bekerja ke negara lain akan mendapatkan upah lebih besar jika
dibandingkan di negara asal.
Hasil penelitian juga sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
Martin dan Termos (2015) serta Najmutsaqib (2018) yang menganalisis tentang
pengaruh upah terhadap migrasi tenaga kerja, dimana upah minimum berpengaruh
positif signifikan dalam meningkatkan migrasi TKI ke luar negeri. Upah menjadi
salah satu faktor penentu bagi tenaga kerja melakukan migrasi. Kecenderungan
alamiah para tenaga kerja dalam mencari pekerjaan adalah dengan mengusahakan
upah yang sebanding atau bahkan bisa lebih besar dari upah di daerahnya. Pada
studi kasus 5 provinsi yang diambil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
Upah Minimum Provinsi yang diberlakukan masih dibawah daerah provinsi lain
sehingga hal ini mendorong para tenaga kerja untuk melakukan migrasi guna
mencari pekerjaan yang lebih layak.

Pengaruh Rata-rata Lama Sekolah Terhadap Migrasi Tenaga Kerja


Indonesia
Dalam penelitian ini tingkat pendidikan memiliki hubungan negatif dan
signifikan terhadap migrasi tenaga kerja Indonesia dengan nilai probabilitas
sebesar 0.0435 dan nilai koefisien sebesar -0.47763. Sehingga dapat
diinterpretasikan ketika kenaikan 1% Rata-rata lama sekolah, maka akan
mengurangi 0.47763 % migrasi tenaga kerja Indonesia. Hal ini dikarenakan
masyarakat dengan lulusan sekolah dasar dan menengah akan kalah bersaing
dengan lulusan SMA dan perguruan tinggi. Lowongan pekerjaan akan terisi oleh
mereka yang memiliki pendidikan tinggi. Sehingga untuk mendapatkan pekerjaan
dengan pendidikan rendah, tenaga kerja akan cenderung mendapatkan pekerjaan
pada sektor-sektor informal yang tidak memerlukan keahlian khusus atau hanya
mengandalkan kekuatan sendiri seperti asisten rumah tangga, pengasuh,
pelayanan restoran, dan buruh lainnya.
Tenaga kerja dengan pendidikan yang rendah namun mereka ingin
memiliki tingkat pendapatan yang tinggi, maka mereka mempunyai kesempatan
untuk melakukan migrasi tenaga kerja ke luar kota atau bahkan ke luar negeri
sebagai upaya dalam mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang lebih besar
dengan tingkat pekerjaan yang sama di daerah asal. Dengan demikian semakin
rendah pendidikan seseorang maka meningkatkan migrasi tenaga kerja Indonesia.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang diteliti oleh
Puspitasari dan Kusreni (2017) yang menganalisis tentang “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja ke Luar Negeri Berdasarkan Provinsi di
Indonesia” serta penelitian oleh Juliana et al (2023) yang menganalisis tentang
pengaruh pendidikan, kemiskinan dan tingkat pengangguran terhadap pekerja
migran ke luar negeri, dimana hasil penelitian sama-sama menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan dari tenaga kerja maka akan mengurangi
tingkat migrasi tenaga kerja ke luar negeri. Tenaga kerja dengan pendidikan yang
relatif lebih tinggi akan lebih mudah mendapatkan kesempatan kerja dibanding
dengan tenaga kerja yang berpendidikan rendah, sehingga migrasi TKI hanya diisi
oleh tenaga kerja yang memilik tingkat pendidikan SD atau SMP. Teori yang
dikemukakan oleh Todaro (2006) yang menyatakan bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang akan mendorong meningkatkan migrasi tenaga kerja ke luar
negeri tidak berlaku di Indonesia pada umumnya dan di wilayah studi penelitian
khususnya. Hal ini dikarenakan sistem kesempatan kerja di Indonesia masih
mengandalkan tingkat pendidikan yang tinggi atau minimal SMA sederajat dan
dibatasi oleh umur, sehingga tenaga kerja dengan keterampilan dan pendidikan
kerja lebih cenderung memilih bermigrasi ke luar negeri dengan anggapan bahwa
negara-negara seperti di Eropa dan negara-negara maju lainnya lebih
menyediakan kesempatan kerja yang lebih bervariatif tanpa batasan pendidikan
dan batasan umur serta upah yang lebih besar dari daerah asal.

Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka Terhadap Migrasi Tenaga Kerja


Indonesia
Hasil penelitian menunjukkan nilai probabilitas jumlah pengangguran
terbuka dalam mempengaruhi migrasi Tenaga kerja indonesia adalah sebesar
0.0005 atau lebih kecil dari alpha (0,0045 < 0,05). Nilai tersebut mengartikan
bahwa variabel jumlah pengangguran terbuka secara parsial signifikan
mempengaruhi migrasi TKI pada Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lampung,
Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun 2011-2022. Nilai
koefisien jumlah pengangguran terbuka sebesar 0,5858 mengartikan bahwa
hubungan tingkat pengangguran terbuka dan migrasi TKI bersifat positif atau
berbanding lurus, artinya setiap terjadi peningkatan jumlah pengangguran terbuka
sebesar 1 % akan menyebabkan jumlah Migrasi TKI bertambah sebanyak
0,5858% dengan asumsi variabel independen lainnya dianggap tetap atau nol
(cateris paribus).
Hasil penelitian ini, yang menyatakan bahwa semakin tinggi jumlah
pengangguran terbuka maka akan semakin tinggi pula angka Migrasi TKI,
didukung secara teoritik dan empirik. Teori yang dikemukakan oleh Todaro
(2006) menyatakan bahwa motivasi utama seseorang untuk mengambil keputusan
bermigrasi ialah motif ekonomi, yang mana mobilitas ini dilakukan dengan dua
harapan yakni untuk memperoleh pekerjaan dan harapan untuk memperoleh
pendapatan yang lebih tinggi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Puspitasari dan Kusreni (2016) serta penelitian oleh Hermawan (2018) dimana
angka pengangguran berpengaruh meningkatkan angka migrasi tenaga kerja di
Indonesia. Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut, jumlah lapangan pekerjaan
yang tersedia dianggap tidak dapat mengimbangi jumlah pencari kerja, maka
pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) dapat dijadikan peluang serta solusi
dalam mengentaskan pengangguran. Keberadaan TKI di luar negeri telah
meringankan beban Pemerintah dalam menekan jumlah pengangguran di
Indonesia, yang kemudian secara perlahan juga akan mengatasi masalah sosial
ekonomi.

Pengaruh Kepadatan penduduk, Upah Minimum Provinsi (UMP), Rata-rata


Lama Sekolah (RLS), dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terhadap
Tingkat Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Pada hasil analisis data yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa nilai
F hitung adalah 23,73808 dimana nilai F hitung > F tabel yaitu 23,73808 > 2,543
dengan nilai Probabilitas (F-statistik) sebesar 0.000000 < α = 5% (0.000000 <
0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan atau
bersama-sama antara kepadatan penduduk, upah minimum provinsi, dan rata-rata
lama sekolah dan tingkat pengangguran terbuka terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lampung, Sumatera Utara,
Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun 2011-2022.
Besarnya koefisien determinasi (R2) adalah 0,678462 yang berarti 67,85
% migrasi tenaga kerja Indonesia ke luar negeri dipengaruhi oleh kepadatan
penduduk, upah minimum provinsi, rata-rata lama sekolah dan tingkat
pengangguran terbuka dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain di luar model
penelitian.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi migrasi tenaga kerja ke luar negeri
adalah adanya faktor tanggungan keluarga dan biaya. Adanya tuntutan untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga serta biaya awal yang dibutuhkan sebagai
modal untuk mengikuti pelatihan sampai diberangkatkan untuk bekerja ke luar
negeri sebagai TKI dapat menjadi pertimbangan meningkat atau menurunnya
angka migrasi TKI ke luar negeri.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Najmutsaqib
(2018) dan Fitria (2023) dimana dalam penelitiannya menunjukan bahwa terdapat
pengaruh secara simultan antara variabel-variabel bebas yang digunakan dalam
penelitian yaitu kepadatan penduduk, UMP, dan rata-rata lama sekolah yang
secara simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap migrasi
tenaga kerja.
Hasil penelitian juga sesuai dengan Hermawati (2018) dimana hasil penelitiannya
juga menyatakan bahwa variabel-variabel bebas yaitu pendidikan, pengangguran
dan kemiskinan secara simultan berpengaruh terhadap migrasi tenaga kerja
Indonesia ke Luar Negeri.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan data yang dilakukan,
maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Kepadatan Penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lampung, Sumatera
Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun 2011-2022. Hal ini
dikarenakan, kepadatan penduduk yang sangat padat menurut kriteria
kepadatan penduduk di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur
merupakan pusat permukiman, pusat peradapan, dan pusat aktivitas sosial
ekonomi atau pusat pertumbuhan.
2. Upah Minimum Provinsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lampung,
Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun 2011-2022.
Artinya, semakin tinggi Upah Minimum Provinsi di Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur, maka akan
menaikan migrasi tenaga kerja Indonesia. Hal ini dikarenakan kenaikkan
Upah Minimum Provinsi akan diikuti oleh kenaikkan Kebutuhan Hidup
Layak (KHL). Sehingga, peningkatan upah tidak berarti akan meningkatkan
kesejahteraan para pekerja, karena dibarengi dengan peningkatan biaya hidup
3. Rata-rata Lama Sekolah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia di di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lampung,
Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Artinya, semakin rendah rata-
rata lama sekolah individu di provinsi atau wilayah maka akan meningkatkan
migrasi tenaga kerja Indonesia. Hal ini dikarenakan pendidikan yang dimiliki
individu untuk bersaing bekerja di daerah asal rendah, sehingga mencari
peluang pekerjaan di negara lain.
4. Tingkat Pengangguran Terbuka berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia di di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
Lampung, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Artinya, semakin
tinggi tingkat pengangguran terbuka di suatu wilayah maka akan
meningkatkan migrasi tenaga kerja Indonesia. Hal ini dikarenakan ketika
masyarakat tidak dapat bersaing pada lapangan pekerjaan yang telah tersedia
di dalam daerah, maka sebagian diantaranya akan bersedia melakukan
migrasi, dengan harapan mereka mendapatkan status pekerjaan dan tidak lagi
menganggur.
5. Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata
Lama Sekolah berpengaruh signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, Lampung, dan Sumatera Utara. Sehingga jika terjadi perubahan pada
nilai kepadatan penduduk, kemiskinan, upah minimum provinsi, dan Rata-
rata Lama Sekolah suatu provinsi secara bersamaan maka akan turut serta
mengubah jumlah migrasi Tenaga kerja Indonesia tersebut.
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pemerintah pusat maupun daerah diharapkan dapat mengupayakan
pemerataan persebaran penduduk dan mengoptimalkan penyediaan
kesempatan kerja bagi para angkatan kerja agar dapat menyerap lebih banyak
tenaga kerja dan mengurangi angka pengangguran.
2. Diharapkan peningkatan upah minimum provinsi dapat memenuhi kebutuhan
hidup layak bagi para pekerjanya. Sehingga tidak dibarengi dengan
peningkatan pada biaya hidup.
3. Diharapkan pemerintah dapat meningkatkan pendidikan para Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) sehingga mengurangi para pekerja yang tidak terlatih dan
meningkatkan pekerja pada bidang profesional. Peningkatan pada kesadaran
akan wajib belajar 12 tahun juga perlu digalakkan dengan lebih giat dan
merata sampai ke daerah terpencil agar tingkat pendidikan dan kualitas SDM
di Indonesia menjadi lebih baik.
4. Diharapkan pemerintah pusat dapat bersinergi dengan pemerintah daerah dan
sektor swasta untuk mendorong investasi di dalam negeri dan dapat menyebar
sampai ke daerah-daerah agar dapat memaksimalkan terbukanya lapangan
pekerjaan bagi tenaga kerja di Indonesia agar angka pengangguran dapat
menurun.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai