Abstract
PENDAHULUAN
Perencanaan pembangunan ekonomi di Indonesia berorientasi pada
kendala yang berkaitan dengan permasalahan pertumbuhan ekonomi dan
penduduk. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya kelahiran, kematian
dan perpindahan penduduk (migrasi). Pertumbuhan angkatan kerja yang tidak
sebanding dengan tersedianya lapangan kerja akan mendorong meningkatnya
mobilisasi di kalangan penduduk. Mereka meninggalkan daerah asalnya menuju
daerah lain yang dianggap dapat memberikan harapan.
Tingginya jumlah pengangguran di Indonesia dan menyempitnya lapangan
pekerjaan membuat sebagian besar penduduk memilih untuk bermigrasi keluar
negeri guna mendapatkan pekerjaan. Kondisi pembangunan ekonomi negara-
negara berkembang dalam beberapa dasawarsa ini tidak sanggup menyediakan
kesempatan kerja yang lebih banyak daripada pertambahan penduduk, sehingga
masalah pengangguran dari tahun ke tahun semakin serius. Apabila hal ini tidak
segera diatasi dan dicari jalan keluarnya, maka akan dapat menimbulkan
kerawanan sosial dan berpotensi menambah tingkat kemiskinan (Siswosoemarto,
2012:460-461).
Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Sumatera Utara adalah provinsi dengan tingkat migrasi tertinggi dibanding
provinsi lainnya di Indonesia dengan jumlah penduduk masing-masing. Sehingga,
lima provinsi di atas merupakan provinsi yang dipilih penulis untuk diteliti karena
memiliki jumlah migrasi TKI terbanyak dibandingkan provinsi lainnya di
Indonesia.
Menurut Brown dan Sanders dalam Santoso (2011) mengatakan migrasi
merupakan akibat adanya kepuasan maupun ketidakpuasan individu maupun
rumah tangga secara keseluruhan terhadap tempat yang ada. Jika kepuasan dari
tempat yang baru itu cukup menyimpang dari kebutuhan maupun harapan, maka
individu akan mempertimbangkan untuk mencari lokasi baru.
1200
1000
800
600
400
200
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2013), variable penelitian adalah suatu atribut, sifat,
atau nilai dari orang, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel
dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel independen dan
variabel dependen. Penelitian ini menggunakan variabel kepadatan penduduk,
upah minimum provinsi, rata-rata lama sekolah, dan tingkat pengangguran
terbuka sebagai variabel independen. Sedangkan variabel dependen dalam
penelitian ini adalah tingkat migrasi tenaga kerja di Indonesia tahun 2011-2022.
Y : Tingkat Migrasi Tenaga Kerja Indonesia
X1 : Kepadatan Penduduk
X2 : Upah Minimum Provinsi
X3 : Rata-Rata Lama Sekolah
X4 : Tingkat Pengangguran Terbuka
Dimana
Y : tingkat migrasi tenaga kerja
α : konstanta
β 1 β 2 β3 β 4 : koefisien regresi
X1 : kepadatan penduduk
X2 : upah minimum provinsi
X3 : rata-rata lama sekolah
X4 : tingkat pengangguran terbuka
t : Waktu
i : Provinsi
ε : error
Uji Statistik
Uji statistik bertujuan untuk mengetahui seberapa besar keterkaitan
variabel bebas terhadap variabel terikat.
Uji Chow
Tabel 1. Hasil Uji Chow
Uji Hausman
Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section
random 2.465425 4 0.6508
Pada tabel 2 diatas diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.6508 yang berarti
nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikan α = 5% atau 0.6508 > 0.05.
Maka model terbaik yang digunakan adalah Random Effect Model.
Berdasarkan tabel hasil regresi data panel menggunakan model random effect
diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Hasil yang diperoleh dari persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Pada hasil persamaan regresi, variabel Kepadatan Penduduk memiliki arah
hubungan yang positif terhadap migrasi tenaga kerja Indonesia. Hal ini berarti
hipotesis yang menyatakan bahwa Kepadatan penduduk mempengaruhi
migrasi tenaga kerja Indonesia di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lampung,
Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun 2011-2022 dapat
diterima. Hubungan ini mempunyai arti apabila kenaikan 1% kepadatan
penduduk, maka akan menambah migrasi tenaga kerja Indonesia sebesar
0.84562%.
2. Variabel upah minimum provinsi memiliki hubungan yang positif. Hal ini
berarti hipotesis yang menyatakan bahwa upah minimum provinsi
mempengaruhi migrasi tenaga kerja Indonesia di Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun
2011-2022 dapat diterima. Hubungan upah minimum provinsi mempunyai arti
apabila kenaikan 1% upah minimum provinsi, maka akan meningkatkan
migrasi tenaga kerja Indonesia sebesar 0.43416%.
3. Variabel Rata-Rata Lama Sekolah memiliki hubungan yang negatif. Hal ini
berarti hipotesis yang menyatakan bahwa Rata-Rata Lama Sekolah
mempengaruhi migrasi tenaga kerja Indonesia di Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun
2011-2022 dapat diterima. Hubungan Rata-Rata Lama Sekolah mempunyai
arti apabila kenaikan 1% Rata-Rata Lama Sekolah, maka akan mengurangi
migrasi tenaga kerja Indonesia sebesar (-0.47763%).
4. Variabel Tingkat Pengangguran Terbuka memiliki hubungan yang positif. Hal
ini berarti hipotesis yang menyatakan Tingkat Pengangguran Terbuka
mempengaruhi migrasi tenaga kerja Indonesia di Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun
2011-2022 dapat diterima. Hubungan ini mempunyai arti apabila kenaikan
satu tahun Tingkat Pengangguran Terbuka, maka akan menambah migrasi
tenaga kerja Indonesia ke Luar Negeri sebesar 0.5858%.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan data yang dilakukan,
maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Kepadatan Penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lampung, Sumatera
Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun 2011-2022. Hal ini
dikarenakan, kepadatan penduduk yang sangat padat menurut kriteria
kepadatan penduduk di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur
merupakan pusat permukiman, pusat peradapan, dan pusat aktivitas sosial
ekonomi atau pusat pertumbuhan.
2. Upah Minimum Provinsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lampung,
Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun 2011-2022.
Artinya, semakin tinggi Upah Minimum Provinsi di Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur, maka akan
menaikan migrasi tenaga kerja Indonesia. Hal ini dikarenakan kenaikkan
Upah Minimum Provinsi akan diikuti oleh kenaikkan Kebutuhan Hidup
Layak (KHL). Sehingga, peningkatan upah tidak berarti akan meningkatkan
kesejahteraan para pekerja, karena dibarengi dengan peningkatan biaya hidup
3. Rata-rata Lama Sekolah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia di di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lampung,
Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Artinya, semakin rendah rata-
rata lama sekolah individu di provinsi atau wilayah maka akan meningkatkan
migrasi tenaga kerja Indonesia. Hal ini dikarenakan pendidikan yang dimiliki
individu untuk bersaing bekerja di daerah asal rendah, sehingga mencari
peluang pekerjaan di negara lain.
4. Tingkat Pengangguran Terbuka berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia di di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
Lampung, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Artinya, semakin
tinggi tingkat pengangguran terbuka di suatu wilayah maka akan
meningkatkan migrasi tenaga kerja Indonesia. Hal ini dikarenakan ketika
masyarakat tidak dapat bersaing pada lapangan pekerjaan yang telah tersedia
di dalam daerah, maka sebagian diantaranya akan bersedia melakukan
migrasi, dengan harapan mereka mendapatkan status pekerjaan dan tidak lagi
menganggur.
5. Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata
Lama Sekolah berpengaruh signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, Lampung, dan Sumatera Utara. Sehingga jika terjadi perubahan pada
nilai kepadatan penduduk, kemiskinan, upah minimum provinsi, dan Rata-
rata Lama Sekolah suatu provinsi secara bersamaan maka akan turut serta
mengubah jumlah migrasi Tenaga kerja Indonesia tersebut.
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pemerintah pusat maupun daerah diharapkan dapat mengupayakan
pemerataan persebaran penduduk dan mengoptimalkan penyediaan
kesempatan kerja bagi para angkatan kerja agar dapat menyerap lebih banyak
tenaga kerja dan mengurangi angka pengangguran.
2. Diharapkan peningkatan upah minimum provinsi dapat memenuhi kebutuhan
hidup layak bagi para pekerjanya. Sehingga tidak dibarengi dengan
peningkatan pada biaya hidup.
3. Diharapkan pemerintah dapat meningkatkan pendidikan para Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) sehingga mengurangi para pekerja yang tidak terlatih dan
meningkatkan pekerja pada bidang profesional. Peningkatan pada kesadaran
akan wajib belajar 12 tahun juga perlu digalakkan dengan lebih giat dan
merata sampai ke daerah terpencil agar tingkat pendidikan dan kualitas SDM
di Indonesia menjadi lebih baik.
4. Diharapkan pemerintah pusat dapat bersinergi dengan pemerintah daerah dan
sektor swasta untuk mendorong investasi di dalam negeri dan dapat menyebar
sampai ke daerah-daerah agar dapat memaksimalkan terbukanya lapangan
pekerjaan bagi tenaga kerja di Indonesia agar angka pengangguran dapat
menurun.
DAFTAR PUSTAKA