Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS VARIABEL JARAK TEMPAT TINGGAL KE TEMPAT KERJA, BEBAN TANGGUNGAN

KELUARGA, USIA, UPAH, DAN JENIS KETERAMPILAN YANG DIMILIKI TERHADAP


PELUANG KERJA PENDUDUK PEDESAAN

Oleh:
Muhammad Adi Mulya

Dosen Pembimbing:
Dr. Sasongko, SE.,MS

ABSTRAK

Kesempatan kerja masih menjadi masalah yang utama bagi pembangunan ekonomi, yang dikarenakan
ketimpangan antara kesempatan kerja dengan jumlah penduduk yang ada. Saat ini, pembangunan yang ada belum
bisa menyerap tenaga kerja dengan jumlah yang banyak menyebabkan angka pengangguran meningkat dari tahun
ke tahun. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh variabel jarak tempat tinggal ke tempat kerja, beban
tanggungan keluarga, usia, upah dan jenis keterampilan terhadap peluang kerja penduduk pedesaan. Penelitian ini
bersifat explanatory research (penelitian penjelasan) dengan unit analisis berupa penduduk yang sedang mencari
kerja yang berhubungan dengan jarak tempat tinggal ke kota, beban tanggungan keluarga, usia, upah, jenis
keterampilan yang dimiliki. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Snowball sampling. Populasi
dalam penelitian ini adalah penduduk Desa Tejo Kecamatan Kanor yang sudah menjadi tenaga kerja (menurut
data BPS 2014) yaitu sebanyak 1.787 jiwa dan diambil sampel sebanyak 100 responden. Data dikumpulkan
melalui metode wawancara langsung dengan kuisioner dan dianalisis secara statistik dengan metode analisis
Logistic Regression Model. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel usia berpengaruh signifikan terhadap
peluang kerja (0,032 <0,050) dengan pengaruh negatif, waktu tempuh berpengaruh signifikan terhadap peluang
kerja (0,017<0,050) dengan pengaruh negative. Beban tanggungan berpengaruh signifikan terhadap peluang kerja
(0,009<0,050) dengan pengaruh negatif. Keterampilan berpengaruh signifikan terhadap peluang kerja
(0,012<0,050) dengan pengaruh negatif. Serta variabel upah berpengaruh signifikan terhadap peluang kerja
(0,007<0,050) dengan pengaruh positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan positif
variabel antara upah terhadap peluang kerja, dan hubungan signifikan negatif antara variabel jarak tempat tinggal,
beban tanggungan, usia, jenis keterampilan terhadap terhadap peluang kerja.

Kata Kunci: Peluang kerja, Penduduk desa, Regresi logistik.

A. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat memperluas kesempatan kerja dan mengarahkan pembagian pendapatan
secara merata. Hasil pembangunan secara nyata tercermin dalam pendapatan masyarakat, peningkatan
kesempatan kerja dan pembangunan secara fisik yang semuanya merupakan hasil nyata dari seluruh upaya dari
pembangunan. Mengingat sektor pembangunan saling terkait satu dengan yang lain, maka kelemahan dalam suatu
sektor akan membatasi efisiensi dan efektivitas secara keseluruhan.
Kesempatan kerja masih menjadi masalah yang utama bagi pembangunan ekonomi. Hal ini dikarenakan
ketimpangan antara kesempatan kerja dengan jumlah penduduk yang ada. Dengan pembangunan yang ada belum
bisa menyerap tenaga kerja dengan jumlah yang banyak menyebabkan angka pengangguran meningkat dari tahun
ke tahun. Usaha peningkatan kesempatan kerja memang sangat diperlukan, mengingat penduduk pedesaan masih
menggantungkan pendapatan dari sektor pertanian, maka seharusnya sektor pertanian bisa dikembangkan dan
diserap pada sektor selain pertanian.
Di Kabupaten Bojonegoro, sektor pertanian masih menjadi sektor yang paling dominan pada sejumlah
daerah. Dengan luas wilayah sebesar 76.916 hektar menggantungkan ekonomi daerahnya pada sektor pertanian.
Jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai 1.209.973 jiwa, dan yang bekerja di sektor pertanian sebesar 355.722
jiwa. (BPS Kab.Bojonegoro, 2013). Sektor pertanian dirasa belum memberikan kesejahteraan yang pasti bagi
perekonomian masyarakat di Desa Tejo Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro. Sektor pertanian juga kurang
dinikmati oleh masyarakat terutama para generasi muda. Mereka lebih memilih berkerja sebagai pergawai atau
buruh pabrik karena dirasa lebih menjanjikan dan tidak tergantung pada musim. Selain itu juga, sektor pertanian

1
dirasa belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat akan lapangan perkerjaan, karena pada musim kemarau
kegiatan petani adalah menganggur.
Dalam upaya pengembangan sumberdaya manusia, perluasan kerja telah lama diletakkan sebagai dasar
perencanaan pengembangan perdesaan (rural development planning) (Effendi,1994:28). Beberapa strategi baik
langsung seperti program padat karya, maupun tidak langsung seperti pusat – pusat industri, program instensifikasi
pertanian, telah diterapkan. Peluang kerja bukan pertanian, yang diharapkan mampu menampung kelebihan
sumberdaya manusia (tenaga kerja) pedesaan. Peluang kerja bukan pertanian adalah kegiatan ekonomi seperti
industri rumah tangga, industri pengolahan pertanian, bengkel reparasi, usaha angkutan, perdagangan, dan semua
kegiatan yang dilakukan untuk tujuan diluar kegiatan pertanian yang dilakukan dikawasan perdesaan.
Masalah peluang kerja di pedesaan tampaknya akan terus berlanjut pada tahun – tahun mendatang, karena
angkatan kerja yang menyelasaikan pendidikan terus bertambah sebagai akibat meluasnya kesadaran untuk
bersekolah dan tersedianya sarana pendidikan. Mengingat terbatasnya lahan yang dapat digarap khususnya di
Jawa dan sektor pertanian tenaman pangan cenderung berkurang kemampuan dalam menyerap tambahan tenaga
kerja, maka cukup beralasan jika perlu dipikirkan strategi pengembangan sumberdaya pedesaan yang dapat
menciptakan peluang kerja pedesaan. Variabel yang mempengaruhi peluang kerja penduduk perdesaan adalah
jarak tempat tinggal ke tempat kerja, beban tanggungan keluarga, usia, upah, dan jenis keterampilan yang dimiliki
terhadap peluang kerja penduduk pedesaan.
Jarak tempat tinggal responden ke tempat bekerja merupakan jarak yang harus ditempuh responden menuju
tempat bekerja. Semakin dekat jaraknya maka semakin besar peluang mendapatkan pekerjaan. Beban tanggugan
keluarga responden dapat diartikan sebagai jumlah seluruh anggota keluarga yang harus ditanggung dalam satu
keluarga. Asumsinya semakin banyak jumlah keluarga maka kebutuhan dalam keluarga tersebut semakin banyak.
Usia responden mempunyai hubungan terhadap responsibilititas seseorang akan penawaran tenaga kerjanya.
Semakin meningkat umur seseorang semakin besar penawaran tenaga kerjanya. Selama masih dalam usia
produktif, karena semakin tinggi usia semakin tinggi tanggung jawab yang harus ditanggug. Meskipun pada titik
tertentu penawaran akan menurun seiring dengan usia yang makin bertambah. Upah responden dapat didefinisikan
sebagai seluruh pendapatan yang diterima oleh responden yang diukur dalam rupiah. Asumsinya semakin besar
upah diluar sektor pertanian maka responden akan memilih bekerja diluar sektor pertanian. Jenis keterampilan
responden mempunyai hubungan terhadap responsibilitas seseorang akan penawaran tenaga kerjanya. Semakin
banyak jenis keterampilan yang dimiliki maka semakin besar peluang mendapatkan pekerjaan.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas adalah “Bagaimana pengaruh
variabel jarak tempat tinggal ke tempat kerja, beban tanggungan keluarga, usia, upah dan jenis keterampilan
mempengaruhi peluang kerja penduduk pedesaan”.

B. LANDASAN TEORI

Teori Migrasi Todaro


Menurut Todaro (2002) teori migrasi ini bertolak dari asumsi bahwa migrasi dari desa ke kota pada dasarnya
merupakan suatu fenomena ekonomi. Keputusan seorang individu untuk melakukan migrasi ke kota merupakan
keputusan yang telah dirumuskan secara rasional. Teori Todaro mendasarkan diri pada pemikiran bahwa arus
migrasi itu berlangsung sebagai tanggapan terhadap adanya perbedaan pendapatan antara desa dengan kota.
Namun, pendapatan yang dipersoalkan disini bukan pendapatan yang aktual, melainkan pendapatan yang
diharapkan (expected income). Para migran senantiasa mempertimbangkan dan membanding-bandingkan pasar-
pasar tenaga kerja yang tersedia bagi mereka di sektor pedesaan dan perkotaan, kemudian memilih salah satu
diantaranya yang sekiranya akan dapat memaksimalkan keuntungan yang diharapkan diukur berdasarkan besar
kecilnya angka selisih antara pendapatan riil dari pekerjaan di kota dan dari pekerjaan di desa. Angka selisih
tersebut juga senantiasa diperhitungkan terhadap besar kecilnya peluang migran yang bersangkutan untuk
mendapatkan pekerjaan di kota.

Beban Tanggungan
Menurut (Simanjuntak, 1985) jaminan penghasilan yang lebih baik dari sekedar memenuhi KFM
(Kebutuhan Fisik Minimum) sangat penting bukan saja dalam rangka kemanusiaan, akan tetapi juga untuk
meningkatkan produktivitas kerja pekerja dan kelangsungan hidup perusahaan. Produktivitas dipengaruhi banyak
faktor seperti tingkat gizi, kesehatan, jumlah keluarga, yang ditanggung pekerja. Namun bagi pekerja yang
berpengahasilan kecil, tingkat gizi, kesehatan, dan jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor penting untuk
memotivasi peningkatan produktivitas kerja. Betapa pun baiknya menajemen yang digunakan tetapi apabila
kondisi untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti jumlah tanggungan keluarga, gizi yang kurang, dan kesehatan
yang kurang baik membuat produktivitas kerja karyawan upah mereka harus cukup untuk memenuhi beban
tanggungan atau kebutuhan hidup mereka agar mereka termotivasi untuk meningkatkan produktivitas kerja
mereka.

2
Dari pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa faktor beban tanggungan sangat berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas kerja pekerja karena beban tanggungan seperti jumlah keluarga yang ditanggung
membuat pekerja termotivasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara meningkatkan produktivitas kerja
mereka, sehingga mereka dapat terpenuhi melalui upah yang diterima pekerja dari perusahaan.

Usia
Simanjuntak (1985) mengemukakan peningkatan tingkat partisipasi kerja dipengaruhi oleh faktor usia ini
pada dasarnya dipengaruhi oleh dua hal yaitu 1). Semakin tinggi tingkat umur, semakin kecil proporsi penduduk
yang bersekolah, dan 2). Semakin tua seseorang, tanggung jawabnya terhadap keluarga menjadi semakin besar.
Setelah mencapai umur tua, TPK turun kembali. Ini sesuai dengan kenyataan bahwa dalam umur tersebut, banyak
orang yang pensiun dan secara fisik kurang mampu bekerja lagi. Menurut Simanjuntak diatas dapat diartikan
bahwa faktor usia yang sangat mempengaruhi tingkat partisipasi kerja (TPK) bila seorang tenaga kerja memasuki
usia tua atau memasuki usia yang tidak produktif lagi maka bisa dikatakan akan mempengaruhi tingkat
produktivitas kerja yang dihasilkan oleh pekerja tersebut.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa usia merupakan faktor yang sangat penting dalam
produktivitas tenaga kerja, apabila usia beranjak naik maka tingkat produktivitas kerja akan naik, dan apabila usia
pekerja menjelang usia tua maka tingkat produktivitas kerja akan menurun, sehingga bisa dikatakan faktor usai
sangat penting terhadap tingkat partisipasi kerja dalam meningkatkan produktivitas suatu perusahaan.

Upah
Menurut (Simanjuntak, 1985), upah yaitu pembayaran yang diperoleh karena berbagai bentuk jasa yang
disediakan dan diberikan oleh tenaga kerja kepada pengusaha. Menurut (Mankiw, 2000), upah sebagai
kompensasi yang diterima oleh satu unit tenaga kerja yang berupa jumlah uang yang dibayarkan kepadanya.
Sedangkan menurut Sumarsono (2005) mendefinisikan upah sebagai suatu penerimaan sebagai imbalan dari
pengusaha kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau dilakukan dan dinyatakan atau dinilai
dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan perundang – undangan serta
dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan karyawan termasuk tunjangan, baik untuk
karyawan itu sendiri maupun untuk keluarganya.
Menurut Undang–Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, upah adalah
hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi
kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang – undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Keterampilan Kerja
Keterampilan menunjukan kesanggupan atau kecakapan karyawan dalam menyelesaikan tugas dan
tanggung jawabnya dalam pekerjaan. Keterampilan sangat penting karena bertujuan untuk mengukur sejauh mana
karyawan bisa sukses dalam melakukan tugas dan pekerjaannya. Menurut Robbins (2000), pada dasarnya
keterampilan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:
a. Basic literacy skill
Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti
membaca, menulis dan mendengar.
b. Technical skill
Keahlian teknik merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang dimilki, seperti menghitung
secara tepat, mengoperasikan komputer.
c. Interpersonal skill
Keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain
maupun dengan rekan kerja, seperti pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja
dalam satu tim.
d. Problem solving
Menyelesaikan mesalah adalah proses aktivitas untuk menajamkan logika, beragumentasi dan penyelesaikan
masalah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan alternatif dan menganalisa serta
memilih penyelesaian yang baik.
Sedangkan menurut Eduard L Pesewarissa (2008), keterampilan kerja adalah para karyawan dalam
menduduki jabatannya mempunyai kemampuan keterampilan sacara teknis, kemampuan dalam hubungan
kemanusiaan, dan keterampilan secara konseptual. Keterampilan kerja yang dimiliki karyawan sangat membantu
dalam penyelesaian tugas seorang karyawan.

3
Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja mengandung pengertian besarnya ketersedian usaha produksi untuk memperkerjakan
tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi, yang dapat berarti lapangan pekerjaan atau kesempatan yang
tersedia untuk bekerja yang ada dari suatu saat dari kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja dapat tercipta apabila
terjadi permintaan tenaga kerja di pasar tenaga kerja, sehingga dengan kata lain kesempatan kerja juga
menunjukan permintaan terhadap tenaga kerja (Soedarsono, 1998). Kesempatan kerja berubah dari waktu ke
waktu, perubahan tersebut terutama terjadi akibat perubahan dalam perekonomian. Hal ini sesuai konsep dalam
ekonomi bahwa permintaan tenaga kerja merupakan permintaan turunan (derived demand) dari masyarakat
terhadap barang dan jasa dalam perekonomian. Apabila perekonomian berkembang maka penyerapan tenaga kerja
juga bertambah. Pertumbuhan ekonomi mampu membawa pengaruh positif bagi kesempatan kerja dan
produktivitas tenaga kerja.
Perluasan kesempatan kerja merupakan suatu usaha untuk mengembangkan sektor-sektor penampungan
kesempatan kerja dengan produktivitas rendah. Usaha perluasan kesempatan kerja tidak terlepas dari faktor-faktor
yang seperti pertumbuhan jumlah penduduk dan angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi, tingkat produktivitas
tenaga kerja, atau kebijaksanaan mengenai perluasan kesempatan kerja itu sendiri. Kebijakan negara dalam
kesempatan kerja meliputi upaya-upaya untuk mendorong pertumbuhan dan perluasan kesempatan kerja di setiap
daerah serta perkembangan kuantitas dan kualitas angkatan kerja yang tersedia agar dapat memanfaatkan seluruh
potensi pembangunan di daerah masing-masing.

Teori Pembangunan Arthur Lewis


Teori pembangunan Arhur Lewis (Lincoln Arshad, 1999) pada dasarnya membahas proses pembangunan
yang terjadi antara daerah desa dan kota, yang mengikutsertakan proses urbanisasi yang terjadi di antara kedua
tempat tersebut. Teori ini juga membahas pola investasi yang terjadi di sektor modern dan juga sistem penetapan
upah yang berlaku di sektor modern, yang pada akhirnya akan berpengaruh besar terhadap arus urbanisasi yang
ada.
Mengawali teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya akan terbagi
menjadi dua, yaitu pertama, perekonomian tradisional (di daerah pedesaan) dimana perekonomian ini mempunyai
ciri yaitu mengalami surplus tenaga kerja, tingkat hidup masyarakat yang berada pada kondisi subsisten akibat
perekonomian yang bersifat subsisten pula. Hal ini ditandai dengan nilai produktivitas marginal tenaga kerja yang
bernilai nol, yaitu fungsi produksi sektor pertanian telah sampai pada tingkat berlakunya hukum Low of
Diminishing Return. Kedua, perekonomian industri (di daerah perkotaan), perekonomian ini mempunyai ciri yaitu
tingkat produktivitas yang tinggi dari input yang digunakan, termasuk tenaga kerja. Hal ini menyiratkan bahwa
nilai produktivitas marginal bernilai positif. Dengan demikian, perekonomian perkotaan akan menjadi daerah
tujuan bagi para pekerja yang berasal dari pedesaan, karena nilai produktivitas merginal dari tenaga kerja positif
maka menunjukan bahwa faktor produksi belum berada pada kondisi optimal yang mungkin dicapai, sehingga
industri industri di perkotaan masih menyediakan lapangan kerja dimana akan diisi oleh pekerja dari pedesaan.

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat explanatory research (penelitian penjelasan) yaitu penelitian yang menggunakan data
yang sama dimana peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel – variabel melalui pengujian hipotesis
(Hasan, 2002). Unit analisis dalam penelitian ini adalah penduduk yang sedang mencari kerja yang berhubungan
dengan jarak tempat tinggal ke kota, beban tanggungan keluarga, usia, upah, jenis keterampilan yang dimiliki.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tejo Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro pada bulan April tahun
2016. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Snowball sampling, yaitu prosedur sampling yang
menjadikan responden awal dipilih berdasarkan metode-metode probabilitas (misalnya simple random sampling).
Dengan demikian, semakin lama kelompok responden semakin besar bagaikan bola salju (snowball) yang
menggelinding dari puncak bukit ke bawah (Muhammad, 2008:176). Dimana dalam penentuan besar jumlah
sampel yang akan diambil akan digunakan rumus Slovin sebagai berikut (Bambang, 2005):

Keterangan:
N : Jumlah Polulasi
n : Jumlah Sampel
e : Nilai kritis yang diinginkan (persen kelonggaran karena penarikan sampel ditetapkan 10%)

4
Dalam penelitian ini jumlah populasi yang diambil dari jumlah penduduk yang sudah menjadi tenaga kerja
di Desa Tejo Kecamatan Kanor menurut data BPS 2014, yaitu sebanyak 1.787 jiwa. Dari hasil perhitungan
tersebut sampel yang dihasilkan adalah 99,99 maka dibulatkan menjadi 100 responden.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara metode wawancara langsung yang
dipandu dengan kuisioner pada sampel yang telah ditentukan dengan maksud untuk mendapatkan informasi dari
obyek penelitian. Data kemudian dianalisis secara statistik dengan metode analisis Logistic Regression Model
untuk mengestimasi peluang kerja penduduk pedesaan berdasarkan faktor – faktor yang mempengaruhinya yaitu
jarak tempat tinggal, beban tanggungan, usia, upah dan jenis keterampilan.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Desa Tejo merupakan salah satu dari 25 Desa dalam wilayah Kecamatan Kanor. Berdasarkan posisi
geografis Desa Tejo memiliki batas-batas : Utara Desa Canga’an dan Simbatan, Selatan Kecamatan Sumberrejo,
Barat Desa Sarangan, Timur Desa Pesen dan Samberan. Luas wilayah Desa Tejo adalah 221 ha, dengan komposisi
sebesar 192 ha merupakan lahan sawah, 11 ha lahan bukan sawah dan 18 ha bukan pertanian. Jumlah penduduk
di Desa Tejo sebanyak 1.787 jiwa dengan komposisi 881 jiwa laki-laki dan 906 jiwa perempuan.
Tabel 1. Komposisi jumlah penduduk menurut jenis kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki – laki 881
2 Perempuan 906
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro

Sementara ditinjau dari lapangan pekerjaan penduduk setempat dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Jenis pekerjaan penduduk Desa Tejo
No Jenis Pekerjaan Jumlah Presentase
1 Petani 275 23,4%
2 Buruh Tani 401 34,1%
3 Peternak 79 6,7%
4 Pedagang 121 10,3%
5 PNS/TNI/Polri 56 4,7%
6 Pensiunan - -
7 Pengusaha 113 9,6%
8 Jasa Angkutan 15 1,2%
9 Buruh Industri 13 1,1%
10 Buruh Bangunan 44 3,7%
11 Jasa Perseorangan 50 4,2%
12 Lain – lain 6 0,5%
Jumlah 1.173 100%
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro

Desa Tejo merupakan desa yang mengandalkan sektor pertanian dimana sebanyak 676 penduduk bekerja
disektor pertanian. Sementara jumlah petani di Kecamatan Kanor sebanyak 31.100 orang. Petani Desa Tejo
memberikan sumbangsih sebanyak 2,17 % untuk tenaga kerja sektor pertanian di Kecamatan Kanor. Sementara
produksi pertanian Desa Tejo seperti padi, jagung dan ubi kayu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Luas Panen dan produksi sawah dan ladang Desa Tejo
Uraian Padi Jagung Ubi Kayu
Luas Panen (Ha) 192 39 1
Produksi (Ton) 6,46 93,6 12,3
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro

Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin
Dari keseluruhan populasi yang dijadikan responden dalam penelitian ini,yaitu petani yang berjumlah 100
orang, digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu pria dan wanita. Maka diperoleh data mengenai jenis kelamin
reponden dengan rincian seperti ditunjukan oleh Tabel 4.4 sebagai berikut:

5
Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Pria 85
2 Wanita 15
Jumlah 100
Sumber : Data Primer diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 4 tersebut, dapat diketahui bahwa reponden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak
85 orang dan untuk berjenis perempuan sebanyak 15 orang. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa reponden
yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada yang berjenis kelamin perempuan.
2. Usia Responden
Dari hasil pengumpulan data melalui metode kuisioner, yang disebarkan kepada seluruh responden
penelitian, dapat diperoleh data mengenai umur seluruh responden penelitian. Dari 100 orang responden dalam
penelitian ini, dapat dilihat rincian mengenai umur reponden yang ditunjukan dalam tabel 5 berikut :
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden
No Usia Jumlah
1 20 – 25 tahun 14
2 26 – 30 tahun 11
3 31 – 35 tahun 15
4 36 – 40 tahun 21
5 41 – 45 tahun 14
6 > 45 tahun 25
Jumlah 100
Sumber : Data Primer diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 5 tersebut, dapat diketahui bahwa responden dengan usia 20-15 tahun sebanyak 14
orang. Responden usia 26-30 tahun sebanyak 11 orang. Responden usia 31-35 tahun sebanyak 15 orang.
Responden 36-40 tahun sebanyak 21 orang. Responden usia 41-45 tahun sebanyak 14 orang. Dan yang terakhir
responden usia lebih dari 45 tahun sebanyak 25 responden . Hal ini menunjukan bahwa mayoritas petani adalah
golongan muda.
3. Beban Tanggungan
Beban tanggungan keluarga disini adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan rumah tangga
responden. Responden yang belum menikah pun ada yang sudah memiliki tanggungan keluarga seperti untuk
membiayai hidup orang tua atau saudara. Jumlah responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat
pada tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan
No Jumlah Tanggungan Jumlah
1 0 3
2 1 16
3 2 49
4 3 31
5 4 1
Jumlah 100
Sumber : Data Primer diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 6 tersebut, dapat diketahui sebanyak 49 responden memiliki beban tanggungan
berjumlah 2 orang. Sebanyak 31 responden memiliki beban tanggungan 3 orang. Dan sebanyak 16 responden
memiliki beban tanggungan 1 orang. Selanjutnya 3 responden yang tidak memiliki beban tanggungan. Yang
terakhir 1 responden yang memiliki 4 orang tanggungan. Hal tersebut menunjukan bahwa memiliki beban
tanggungan akan lebih giat dalam mencari pekerjaan selain disektor pertanian.
4. Upah
Upah merupakan imbalan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau dilakukan, dinyatakan atau
dinilai dalam bentuk uang. Dan berikut adalah karakteristik responden berdasarkan jumlah upah yang diterima,
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Upah
No Pendapatan Jumlah
1 < Rp. 1.000.000 19
2 Rp.1.000.000 – Rp. 3.000.000 46
3 > Rp. 3.000.000 35
Jumlah 100
Sumber : Data Primer diolah, 2016

6
Berdasarkan tabel 7 tersebut, dapat diketahui bahwa dari 100 responden menunjukan besar reponden
memiliki pendapatan antara Rp. 1.000.000 – Rp. 3.000.000 yaitu sebanyak 46 responden. Beberapa responden
menuturkan bahwa pendapatan yang diterima tidak menentu perbulannya, karena pendapatan petani sendiri
tergantung dari musim. Dimana biasanya pada bulan-bulan kemarau mereka mencari pekerjaan lain untuk
meningkatkan pendapatan mereka.

5. Jarak Tempat Tinggal


Jarak tempat tinggal menunjukan berapa lama perjalanan yang ditempuh responden menuju tempat kerja.
Dan berikut untuk mengetahui lamanya perjalanan yang ditempuh responden dapat dilihat dari tabel 8 berikut:
Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal
No Jarak Tempat Tinggal Jumlah
1 0 menit 16
2 1 – 10 menit 38
3 11 – 20 menit 14
4 21 – 30 menit 25
5 > 30 menit 7
Jumlah 100
Sumber : Data Primer diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 8 tersebut, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden ke tempat kerja dengan
waktu tempuh 1 – 10 menit sebanyak 38 responden. Responden dengan jarak tempuh 21 – 30 menit sebanyak 25
responden. Untuk responden dengan jarak tempuh 0 menit sebanyak 16 responden. Sedangkan responden dengan
jarak tempuh 11 – 20 menit sebanyak 14 responden. Dan yang terakhir responden dengan jarak tempuh lebih dari
30 menit sebanyak 7 responden.
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa responden yaitu petani sebagian besar memiliki pekerjaan
sampingan yang jarak tempuhnya tidak jauh dari tempat tinggal yaitu antara 1 -10 menit perjalanan. Sedangkan
responden dengan jarak tempuh 0 menit adalah responden yang memiliki pekerjaan dirumah tanpa harus
menempuh perjalanan keluar rumah.

6. Keterampilan Yang Dimiliki


Keterampilan yang dimiliki responden yaitu keterampilan teknis yang disesuaikan dengan pekerjaan selain
disektor non-pertanian memiliki pengaruh pada peluang kerja responden di sektor non-pertanian. Dan berikut
karakteristik responden berdasarkan keterampilan yang dimiliki dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Keterampilan Yang Dimiliki
No Keterampilan Orang
1 Pertanian 35
2 Non-Pertanian 65
Jumlah 100
Sumber : Data Primer diolah, 2016
Dari data tersebut dapat dilihat 100 responden yang ada, dalam hal ini petani yang memiliki ketarampilan
selain bertani yaitu sebanyak 71 responden. Dan yang memiliki keterampilan hanya dibidang pertanian sebanyak
29 responden. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki keterampilan lain selain
bertani.

Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menjelaskan mengenai gambaran umum dari data yang diperoleh selama penelitian.
Statistik deskriptif dapat menjelaskan nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standart deviasi dari data dalam
skala rasio, sedangkan data dalam skala nominal dapat dijelaskan dari frekuensi atau jumlahnya.
Tabel 10. Deskriptif Variabel Usia, Waktu tempuh, Beban, Tanggungan dan Upah
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Usia 100 20 63 41,56 9,098
Waktu.tempuh 100 0 60 14,80 12,369
Beban.tanggungan 100 0 5 2,19 0,961
Upah 100 0 1000000 286100 223736,16
Valid N (listwise) 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa usia minimum responden yang menjadi sampel pada penelitian
ini adalah 20 tahun dengan usia maksimum 63 tahun. Rata-rata usia responden sebesar 41,56 tahun dengan
standart deviasi sebear 9,098. Waktu tempuh responden dari rumah ketempat kerja bervariasi mulai dari 0 menit

7
hingga 60 menit. Rata-rata waktu tempuh ini sebesar 14,80 menit dengan standart deviasi sebesar 12,369. Pada
variabel beban tanggungan diperoleh rata-rata sebesar 2,19 dengan standart desiasi sebesar 0,961 dimana beban
tanggungan minimum sebanyak 0 orang dan maksimum sebanyak 5 orang. Upah yang diterima responden dari
pekerjaan sampingan ini beragam mulai dari Rp 0 hingga Rp 1.000.000,-. Rata-rata variabel upah ini sebesar Rp
286,100 dengan standart deviasi sebesar 223.736,16.

Tabel 11. Distribusi FrekuensiVariabel Ketrampilan dan Peluang Kerja


Variabel Frekuensi Prosentase
Ketrampilan
Tidak 35 35,0
Ya 65 65,0
Peluang kerja
Tidak 22 22,0
Ya 78 78,0
Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas, responden yang memiliki ketrampilan kerja selain bertani sebanyak 65 orang
dan 35 orang lainnya tidak memiliki ketrampilan kerja selain bertani. Dari 100 responden yang diteliti, terdapat
78 orang yang memiliki peluang kerja dan 22 orang tidak memiliki peluang kerja.

2. Regresi Logistik
Regresi logistik digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat dengan
syarat bahwa nilai pada variabel terikat adalah 0 dan 1 (biner). Hasil pengujian disajikan sebagai berikut.
Pengujian Kelayakan Model Regresi
1) Perbandingan -2 Log Likelihood
Perbandingan nilai -2 log likelihood dilakukan dengan membandingkan nilai -2 log likelihood pada model
yang hanya melibatkan konstanta dengan nilai -2 log likelihood pada model yang melibatkan konstanta dan
variabel bebas. Nilai -2 log likelihood pada model yang melibatkan konstanta dan variabel bebas yang lebih kecil
dari nilai -2 log likelihood pada model yang hanya melibatkan konstanta menunjukkan bahwa model dengan
melibatkan variabel bebas lebih baik daripada model tanpa melibatkan variabel bebas.
Tabel 12. Hasil Perbandingan -2 Log Likelihood
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log Coefficients
likelihood Constant Usia Waktu Beban Ketrampilan Upah
tempuh tanggungan (1)
1 59,353 3,488 -,019 -,042 -,486 -1,067 ,002
2 40,180 6,946 -,060 -,059 -,989 -1,664 ,003
3 30,824 11,165 -,100 -,075 -1,803 -2,487 ,005
4 25,227 16,058 -,119 -,097 -3,265 -3,817 ,008
5 21,606 23,566 -,149 -,135 -5,410 -5,973 ,011
Step 1 6 19,337 35,638 -,208 -,200 -8,555 -9,386 ,014
7 18,837 42,878 -,244 -,240 -10,486 -11,523 ,017
8 18,803 45,408 -,256 -,255 -11,152 -12,290 ,018
9 18,803 45,622 -,257 -,256 -11,208 -12,358 ,019
10 18,803 45,623 -,257 -,256 -11,209 -12,358 ,019
11 18,803 45,623 -,257 -,256 -11,209 -12,358 ,019
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 105,382
d. Estimation terminated at iteration number 11 because parameter estimates changed by less than ,001.
Nilai -2 log likelihood pada model dengan melibatkan variabel bebas yaitu Block =1 (59,353) yang lebih
kecil dari model tanpa melibatkan variabel bebas yaitu Block = 0 (105,382). Artinya, penambahan variabel bebas
(Block = 1) pada model regresi logistik adalah lebih baik daripada tanpa variabel bebas (Block = 0) sehingga
model regresi logistik yang digunakan adalah layak.
2) Uji Omnibus
Uji omnibus dapat diartikan sebagai uji serempak atau simultan untuk mengetahui apakah secara bersama-
sama terdapat pengaruh yang nyata dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian dilakukan dengan
membandingkan selisih nilai -2 log likelihood (disebut dengan chi square hitung) dengan chi square tabel.Apabila

8
nilai chi square hitung lebih besar dari nilai chi square tabel atau nilai signifikansi lebih kecil dari alpha maka
dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang nyata secara simultan atau bersama-sama antara variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Tabel 13. Hasil Uji Omnibus
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 86,579 5 .000
Block 86,579 5 .000
Model 86,579 5 .000

Nilai Chi-Square hitung yang didapatkan adalah 86,579 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan
nilai pembanding chi-square dengan derajat bebas 5 pada alpha 5% adalah sebesar 11,070. Karena nilai Chi-
Square hitung (86,,579) lebih besar dari Chi-Square tabel (11,070) atau nilai signifikansi (0,000) lebih kecil dari
alpha 5% (0,050), maka dapat disimpulkan bahwa model dengan mengikutsertakan variabel bebas adalah lebih
baik dan dapat digunakan dalam model atau dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel bebas Usia, Waktu tempuh, Beban tanggungan, Ketrampilan dan Upah secara simultan atau bersama-
sama terhadap variabel terikat Peluang Kerja.
3) Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi menjelaskan seberapa besar pengaruh variabel bebas dalam mempengaruhi variabel
terikat. Metode yang digunakan adalah Cox & Snell R Square dan Negelkerke R Square. Metode Cox & Snell R
Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada regresi berganda yang didasarkan pada teknik
estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Negelkerke R
Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox & Snell R Square untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi
dari 0 (nol) sampai 1 (satu) atau dari 0% hingga 100%. Nilai Negelkerke R 2 dapat diinterpretasikan seperti nilai
R2 pada regresi berganda (Ghozali, 2012). Hasil pengujian disajikan sebagai berikut.
Tabel 14. R Square
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 18,803 0,579 0,889

Berdasarkan tabel 14 tersebut, didapatkan nilai Cox & Snell R Square sebesar 0,579 dan nilai Negelkerke
R Square sebesar 0,889. Hal itu menunjukkan bahwa besarnya pengaruh variabel bebas Usia, Waktu tempuh,
Beban tanggungan, Ketrampilan dan Upah terhadap variabel terikat Peluang Kerja adalah sebesar 88,9% dan
pengaruh lain terhadap variabel terikat Peluang Kerja selain variabel bebas Usia, Waktu tempuh, Beban
tanggungan, Ketrampilan dan Upah adalah sebesar 11,1%.
4) Uji Hosmer dan Lemeshow
Uji hosmer dan lemeshow digunakan untuk menguji apakah data prediksi dan data observasi adalah sama,
atau dengan kata lain pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah model yang digunakan mampu untuk
memprediksi dengan baik atau tidak. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai chi square hitung dengan
chi square tabel, di mana apabila nilai chi square hitung lebih kecil dari nilai chi square tabel atau nilai signifikansi
lebih besar dari alpha 5% maka dapat dikatakan bahwa model yang terbentuk mampu untuk memprediksi data
observasi dengan baik.
Tabel 15. Hasil Uji Hosmer dan Lemeshow
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 3,652 8 .887

Berdasarkan tabel 15 tersebut, didapatkan nilai Chi square hitung sebesar 3,652 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,887. Nilai Chi square tabel pada derajat bebas 8 dan taraf nyata 5% sebesar 15,507. Karena nilai Chi
square hitung lebih kecil dari nilai Chi square tabel (3,652<15,507) atau nilai signifiknasi lebih kecil dari alpha
5% (0,887 >0,050), maka disimpulkan bahwa model yang digunakan memiliki probabilitas prediksi yang sama
dengan probabilitas yang diamati atau model yang terbentuk mampu untuk memprediksi data observasi dengan
baik dan model tersebut telah layak digunakan.

9
5) Hasil Prediksi Model
Hasil prediksi model adalah penjelasan lanjutan dari uji hosmer dan lemeshow untuk membandingkan
pengamatan observasi dengan pengamatan hasil prediksi dan mengatahui seberapa besar ketepatan prediksi. Hasil
pengujian disajikan sebagai berikut.
Tabel 16. Hasil Ketepatan Prediksi Model
Classification Tablea
Observed Predicted
Peluang.kerja Percentage Correct
Tidak Ya
Tidak 18 4 81,8
Peluang.kerja
Step 1 Ya 2 76 97,4
Overall Percentage 94,0
a. The cut value is ,500
Berdasarkan tabel 16 tersebut, diketahui tingkat keakuratan prediksi dari model regresi logistik yang
terbentuk. Data observasi awal di mana kriteria Y=0 (tidak terdapat peluang kerja) diketahui sebanyak 22
pengamatan.Berdasarkan prediksi dari model regresi logistik yang terbentuk didapatkan hasil bahwa 18 prediksi
kriteria adalah tepat dan 4 prediksi kriteria adalah tidak tepat. Tingkat keakuratan prediksi pada kriteria Y=0
sebesar 81,8%.
Data observasi awal di mana kriteria Y=1 (terdapat peluang kerja) diketahui sebanyak 78
pengamatan.Berdasarkan prediksi dari model regresi logistik yang terbentuk didapatkan hasil bahwa 76 prediksi
kriteria adalah tepat dan 2 prediksi kriteria adalah tidak tepat. Tingkat keakuratan prediksi pada kriteria Y=1
sebesar 97,4%.Secara keseluruhan model regresi logistic yang terbentuk mampu memprediksi ketepatan model
sebesar 94,0%.

Pengujian Hipotesis
Pada penelitian ini, untuk menjelaskan ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
pada persamaan regresi logistik dapat dilakukan dengan cara memandingkan nilai statistik Wald dengan nilai
pembanding Chi-Square pada derajat bebas (db) = 1 pada alpha 5% yaitu sebesar 3,841.Apabila nilai statistik
Wald lebih besar dari nilai Chi-Square tabelatau nilai signifikansi lebih kecil dari alpha 5% maka disimpulkan
terdapat pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
Tabel 17. Hasil Pengujian Parsial Hubungan Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)


Usia -0,257 0,119 4,611 1 0,032 0,774

Waktu tempuh -0,256 0,107 5,737 1 0,017 0,774

Beban tanggungan -11,209 4,303 6,784 1 0,009 0,000


Step
1a Ketrampilan (1) -12,358 4,905 6,348 1 0,012 0,000

Upah 0,019 0,007 7,237 1 0,007 1,019

Constant 45,623 16,407 7,733 1 0,005 6,514 x 1019

Persamaan regresi logistik yang terbentuk berdasarkan tabel 17 adalah sebagai berikut:
𝑷
Ln = 45,623 – 0,257Usia – 0,256 Waktu – 11,209 Beban – 12,358 Ketrampilan + 0,019 Upah + e
𝟏−𝑷

a. Variabel Usia
Berdasarkan hasil analisis pada variabel usia diperoleh nilai statistik Wald sebesar 4,611 dengannilai
signifikansi sebesar 0,032. Nilai Chi square tabel pada derajat bebas 1 dan taraf nyata 5% sebesar 3,841.
Karena nilai Wald lebih besar dari nilai Chi-Square tabel (4,611 > 3,841) atau nilai signifikansi lebih besar
dari alpha (0,032 <0,050) maka disimpulkan terdapat pengaruh signifikan variabel Usia terhadap pada variabel
terikat Peluang Kerja. Koefisien regresi variabel Usia yang bertanda negatif (-) menunjukkan bahwa
peningkatan faktor Usia mengakibatkan menurunnya peluang kerja seseorang. Atau dengan kata lain, orang
yang lebih muda mempunyai peluang kerja yang lebih besar daripada orang yang lebih tua.

10
b. Variabel Waktu Tempuh
Berdasarkan hasil analisis pada variabel Waktu Tempuh diperoleh nilai statistik Wald sebesar 5,737 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,017. Nilai Chi square tabel pada derajat bebas 1 dan taraf nyata 5% sebesar 3,841.
Karena nilai Wald lebih besar dari nilai Chi-Square tabel (5,737> 3,841) atau nilai signifikansi lebih besar dari
alpha (0,017<0,050) maka disimpulkan terdapat pengaruh signifikan variabel Waktu Tempuh terhadap pada
variabel terikat Peluang Kerja. Koefisien regresi variabel Waktu Tempuh yang bertanda negatif (-)
menunjukkan bahwa peningkatan faktor Waktu Tempuh mengakibatkan menurunnya peluang kerja seseorang.
Atau dengan kata lain semakin dekat tempat tinggal ke tempat kerja cenderung memiliki peluang kerja yang
lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tinggalnya jauh dari tempat kerja sehingga membutuhkan waktu
tempuh yang lebih lama.
c. Variabel Beban Tanggungan
Berdasarkan hasil analisis pada variabel Beban Tanggungan diperoleh nilai statistik Wald sebesar 6,784
dengan nilai signifikansi sebesar 0,009. Nilai Chi square tabel pada derajat bebas 1 dan taraf nyata 5% sebesar
3,841. Karena nilai Wald lebih besar dari nilai Chi-Square tabel (6,784 > 3,841) atau nilai signifikansi lebih
besar dari alpha (0,009<0,050) maka disimpulkan terdapat pengaruh signifikan variabel Beban Tanggungan
terhadap pada variabel terikat Peluang Kerja. Koefisien regresi variabel Beban Tanggungan yang bertanda
negatif (-) menunjukkan bahwa peningkatan faktor Beban Tanggunganmengakibatkan menurunnya peluang
kerja seseorang. Atau dengan kata lain semakin banyak beban tanggungan seseorang maka akan cenderung
memiliki peluang kerja yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang mempunyai beban tanggungan
yang lebih sedikit.
d. Variabel Ketrampilan
Berdasarkan hasil analisis pada variabel Ketrampilan diperoleh nilai statistik Wald sebesar 6,348 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,012. Nilai Chi square tabel pada derajat bebas 1 dan taraf nyata 5% sebesar 3,841.
Karena nilai Wald lebih besar dari nilai Chi-Square tabel (6,348> 3,841) atau nilai signifikansi lebih besar dari
alpha (0,012<0,050) maka disimpulkan terdapat pengaruh signifikan variabel Ketrampilan terhadap pada
variabel terikat Peluang Kerja. Koefisien regresi variabel Ketrampilan yang bertanda negatif (-) menunjukkan
bahwa peningkatan faktor Ketrampilanmengakibatkan meningkatnya peluang kerja seseorang. Atau dengan
kata lain semakin banyak Ketrampilan seseorang maka akan cenderung memiliki peluang kerja yang lebih
tinggi dibandingkan dengan orang yang mempunyai Ketrampilan yang lebih sedikit.
e. Variabel Upah
Berdasarkan hasil analisis pada variabel Upah diperoleh nilai statistik Wald sebesar 7,237 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,007. Nilai Chi square tabel pada derajat bebas 1 dan taraf nyata 5% sebesar 3,841.
Karena nilai Wald lebih besar dari nilai Chi-Square tabel (7,237> 3,841) atau nilai signifikansi lebih besar dari
alpha (0,007<0,050) maka disimpulkan terdapat pengaruh signifikan variabel Upah terhadap pada variabel
terikat Peluang Kerja. Koefisien regresi variabel Upah yang bertanda negatif (+) menunjukkan bahwa
peningkatan faktor Upahyang ditawarkan mengakibatkan meningkatnya peluang kerja seseorang. Atau dengan
kata lain semakin tinggiUpahyang ditawarkan maka akan cenderung memiliki peluang kerja yang lebih tinggi
dibandingkan dengan orang yang mempunyai Upah yang lebih rendah.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, berkenaan dengan variabel – variabel yang mempengaruhi
peluang kerja penduduk pedesaan Desa Tejo Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro, dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat kurang dari seperempat responden yang tidak memiliki peluang kerja diluar sektor pertanian. Dalam
arti responden hanya bekerja disektor pertanian.
2. Terdapat hubungan signifikan positif variabel antara upah terhadap peluang kerja. Dan terdapat signifikan
negatif antara variabel jarak tempat tinggal, beban tanggungan, usia, jenis keterampilan terhadap terhadap
peluang kerja.

Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan hasil penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk meningkatkan peluang memperoleh pekerjaan diluar sektor pertanian disarankan para penduduk
pedesaan memiliki keterampilan lain diluar bertani. Adapun keterampilan dapat diperoleh dari lembaga formal
maupun non-formal. Dengan memiliki keterampilan diluar bertani maka diharapkan peluang kerja penduduk
pedesaan akan semakin besar.

11
2. Pemerintah perlu mengadakan pelatihan atau upaya lainnya yang dapat meningkatkan keterampilan penduduk
pedesaan. Dengan adanya pelatihan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan penduduk
pedesaan, sehingga pada akhirnya semakin besar peluang mendapatkan pekerjaan.
3. Penduduk pedesaan diharapkan memiliki jiwa wirausaha dengan demikian akan muncul berbagai jenis
lapangan pekerjaan baru yang akan menyerap tenaga kerja penduduk pedesaan. Dengan berwirasuaha
penduduk pedesaan tidak hanya bergantung pada pendapatan yang bersifat musiman, seperti bertani.
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dan perbandingan penelitian
yang serupa di masa mendatang khususnya mengenai peluang kerja penduduk pedesaan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2014, Kecamatan Kanor Dalam Angka. Jawa Timur.
Chotib.2007. Perkiraan Pola Migrasi Antar Provinsi di Indonesia Berdasarkan “Indeks Ketertarikan
Ekonomi”. Jakarta : Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Findley. 1997. Migrasi dan dampak Migrasi, Semarang : UNNES
Gujarati, Damodar. 2009. Basic Econometrics. The McGrow Hill Companies Inc.New York.
Khoerudin, H. 1992. Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta : Liberti
Indriantoro dan Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama.
BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.
Imam Ghazali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Iqbal M Hasan. 2002. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia.
Lincolin Arsyad. 1999. Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.
Mankiw, Gregory N. 2000. Teori Makro Ekonomi Ed. 4.Jakarta: Erlangga
Merizal, Yos. 2008. Analisis Pengaruh Pendidikan, Tingkat Upah Minimum Kabupaten dan Kesempatan Kerja
Terhadap Pengangguran Terdidik di Kabupaten Semarang. UNDIP Press.
Mulyadi S. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Rahmawati, Fadhilah dan Vincent Hadiwiyono. 2004. Analisis Waktu Tunggu Tenaga Kerja Terdidik di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2003. Surakarta
Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengantar Ekonomi SUmber Daya Manusia. Penerbit FEUI (Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia): Jakarta
Soedibjo. S, Bambang. 2005. Pengantar Metode Penelitian. STIE-STMIK Pasim. Bandung.
Sudarsono, dkk. 1988. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Karunia Jakarta
Sugianto dkk, 2001, Teknik Sampling, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sumarsono, Sonny. 2005. Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia dan Ketenagakerjaan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Sutomo, Vincent Hadiwiyono dan Prihartini BS. 1999. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lama
Mencari Kerja Terdidik di Kabupaten Klaten Tahun 1996.
Todaro, Michael P, 2002, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Kedua, Terjemahan
Undang-undang No. 13 Tahun 2003. Ketenagakerjaan.

12

Anda mungkin juga menyukai