Anda di halaman 1dari 24

Jurnal EKOBIS Vol 1 No.

1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA


PROVINSI SUMATERA SELATAN

Leo Budiriansyah
Leo.brsutp@ymail.com
Dosen Pengajar Universitas Tridinanti Palembang

ABSTRACT

This study aims to find out how is the level of employment and the influence of economic growth,
investment (domestic investment and foreign investment), and provincial minimum wage affect it in the province of
South Sumatra. The analytical tool used is Multiple Linear Regression with data obtained is secondary data that is
economic growth, domestic invesment, foreign investment, provincial minimum wage, and number of labor in
South Sumatera Province during period 2006-2015. The results showed that the absorption of labor force in South
Sumatra during the period 2006-2015 has a fluctuated value. More than 50 percent of the workforce is absorbed in
the agricultural sector. The rest is mostly absorbed by the trade and services sectors. Based on the regression
result, it is found that economic growth, domestic invesment, foreign investment have a significant and positive
effect on employment, while provincial minimum wage also has significant influence but has negative relation to
employment in South Sumatera Province.
Keyword : Labor Force, domestic investment, foreign investment

1. PENDAHULUAN ekonomi meningkat maka berarti terjadi peningkatan


kapasistas produksi barang dan jasa dalam suatu
wilayah sehingga secara teori peningkatan ini
Keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu
menandakan adanya ekspansi dalam kegiatan
daerah tidak terlepas dari penanganan masalah
produksi yang kemudian meningkatkan penyerapan
ketenagakerjaan khususnya kesempatan kerja dan
tenaga kerja di berbagai sektor ekonomi. Dengan
penyerapan tenaga kerja serta pengangguran.
demikian roda perekonomian akan terus bergulir
Perluasan penyerapan tenaga kerja diperlukan untuk
sehingga mencapai tujuan pembangunan ekonomi itu
mengimbangi laju pertumbuhan penduduk usia muda
sendiri.
yang masuk ke pasar tenaga kerja.
Ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan Dornbusch, et al (2001: 89) menyatakan bahwa
kerjadan penciptaan lapangan kerja akan ouput nasional (sebagai representasi dari
menyebabkan tingginya angka pengangguran. pertumbuhan ekonomi) merupakan fungsi dari modal
Kemudian, meningkatnya angka pengangguran akan fisik, tenaga kerja dan kemajuan teknologi yang
mengakibatkan pemborosan sumber daya dan potensi dicapai. Faktor penting yang mempengaruhi
angkatan kerja yang ada, meningkatnya beban pengadaan modal fisik adalah investasi, dalam arti
masyarakat, dan mendorong terjadinya peningkatan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi diduga
keresahan sosial, serta manghambat pembangunan akan membawa dampak positif terhadap tingkat
ekonomi dalam jangka panjang (Depnakertrans, penyerapan tenaga kerja.
2013).
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi
Secara teoritis terdapat keterkaitan antara dengan penyerapan tenaga kerja secara teoritis juga
pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan ditunjukkan melalui Hukum Okun. Menurut Mankiw
tingkat penyerapan tenaga kerja. Jika pertumbuhan (2007: 249-251) Hukum Okun adalah relasi negatif

60
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

antara pengangguran dan PDB (GDP). Hukum Okun %


5,31 4,70 4,50
Pertumbuhan
merupakan pengingat bahwa faktor-faktor yang
menentukan siklus bisnis pada jangka pendek sangat Sumber: Diolah dari “Provinsi Sumatera Selatan
berbeda dengan faktor-faktor yang membentuk Dalam Angka 2016” (BPS)
pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Hukum Okun
(Okun’s law) merupakan hubungan negatif antara Berdasarkan data di atas, PDRB Sumsel atas
pengangguran dan PDB, yang mengacu pada dasar harga konstan 2010 nilainya terus meningkat
penurunan dalam pengangguran sebesar satu persen selama 2013-2015. Akan tetapi, jika melihat angka
dikaitkan dengan pertumbuhan tambahan dalam PDB pertumbuhannya, PDRB Sumsel terus menurun sejak
yang mendekati dua persen. Dengan kata lain, tahun 2012-2015. Hal ini menunjukkan bahwa
Hukum Okun menggambarkan apabila PDB pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan
meningkat sebesar dua persen maka akan terjadi terus mengalami kontraksi dalam 4 tahun terakhir.
peningkatan penyerapan tenaga kerja yang kemudian Kondisi ekonomi global yang terpuruk
menurunkan angka pengangguran sebesar satu berpengaruh terhadap melemahnya harga komoditas
persen. ekspor karena permintaan belum cukup kuat. Salah
Pertumbuhan ekonomibertautan erat dengan satu sumber perlambatan pertumbuhan ekonomi
peningkatan produksi barang dan jasa, yang antara Sumsel dari sisi permintaan adalah ekspor. Kegiatan
lain diukur dengan besaran yang disebut Produk ekspor mengalami kontraksi cukup dalam pada
Domestik Bruto(PDB) pada tingkat nasional dan periode 2012-2015. Penurunan tersebut terutama
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk disebabkan penurunan nilai ekspor komoditas karet
daerah, baik propinsi maupun kabupaten/kota. yang memiliki kontribusi terbesar dalam komposisi
ekspor Sumatera Selatan (BPS Sumsel, 2016).
Provinsi Sumatera Selatan adalah salah satu Melemahnya permintaan pasar dunia terhadap
provinsi di Indonesia yang mengalami fluktuatif komoditi karet Sumsel sangat berpengaruh terhadap
dalam tingkat pertumbuhan ekonominya. menurunnya pertumbuhan PDRB beberapa
Berdasarkan data BPS, pertumbuhan Provinsi kabupaten/kota di Sumatera Selatan terutama pada
Sumatera Selatan terus mengalami penurunan pada daerah-daerah penghasil karet utama.
periode 2012-2015. Penurunan ini mengikuti tren
penurunan pertumbuhan ekonomi skala nasional. Tabel 2 berikut ini menggambarkan
Rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera perkembangan PDRB kabupaten/kota di Provinsi
Selatan selama 2010-2015 adalah 5,6 persen Sumatera Selatan selama periode tahun 2010-2015.
pertahun. Tabel 2
Tabel 1 berikut ini menggambarkan Perkembangan PDRB Kabupaten/Kota Provinsi
perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Selatan dari Sumatera SelatanPeriode 2012-2015 (dalam milyar
tahun 2013-2015. Rupiah)
Tabel 1 Kabupaten/ PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010

Perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Kota 2012 2013 2014 2015


SelatanPeriode 2013-2015 (dalam juta Rupiah) Ogan
Komering 7.376,01 7.704,61 7.987,73 8.230,96
Periode Ulu
PDRB
Sumsel
2013 2014 2015 Ogan
Komering 14.230,59 15.135,83 15.902,78 16.668,45
PDRB atas Ilir
dasar harga 232.175.048 243.093.768 254.022.862
konstan 2010 Muara Enim 26.374,75 28.158,76 29.041,41 31.253,27

61
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

Lahat 9.479,39 9.937,39 10.317,90 10.537,52 yang dicapai kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera
Musi Rawas 9.245,29 9.788,57 10.510,08 11.049,70 Selatan selama periode 2012-2015.
Musi
35.290,94 36.683,31 38.397,35 39.272,81 Tabel 3
Banyuasin

Banyuasin 13.777,76 14.628,96 15.380,59 16.236,00


Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera SelatanPeriode 2012-2015
Ogan
Komering 4.056,98 4.267,95 4.503,08 4.707,44 Pertumbuhan ekonomi
Ulu Selatan Rata
Kabupaten/Ko
201 201 201 -
Ogan ta 2014
Komering 6.951,88 7.435,45 7.821,52 8.354,95 2 3 5 Rata
Ulu Timur
Ogan Komering
Ogan Ilir 5.121,36 5.492,92 5.852,73 6.122,37 5,26 4,46 3,67 3,05 4,11
Ulu
Empat
2.582,01 2.721,11 2.836,12 2.963,78
Lawang Ogan Komering
6,56 6,36 5,07 4,81 5,70
Pali 3.352,72 3.577,67 3.577,35 3.736,27
Ilir

Musi Rawas
4.104,39 4.190,45 4.606,18 4.759,31
Muara Enim 8,27 6,76 3,13 7,62 6,45
Utara
Lahat 5,28 4,83 3,83 2,13 4,02
Palembang 70.090,31 74.193,37 78.079,09 82.329,66

Prabumulih 3.496,88 3.674,19 4.097,01 4.295,41 Musi Rawas 0,85 5,88 7,37 5,13 4,81
Pagar Alam 1.641,56 1.735,06 1.814,40 1.892,92 Musi Banyuasin 7,25 3,95 4,67 2,28 4,54
Lubuk
Linggau
2.943,70 3.042,98 3.235,62 3.439,78 Banyuasin 6,15 6,18 5,14 5,56 5,76

Sumber: Sumatera Selatan Dalam Angka (BPS), 2016 Ogan Komering


5,26 5,20 5,51 4,54 5,13
Ulu Selatan
Dari tabel di atas, Kota Palembang merupakan
daerah penyumbang PDRB terbesar di Provinsi Ogan Komering
7,20 6,96 5,19 6,82 6,54
Sumatera Selatan dengan rata-rata PDRB selama Ulu Timur
tahun 2012-2015 adalah sebesar 76.173 milyar rupiah Ogan Ilir 8,03 7,26 6,55 4,61 6,61
per tahun atau sekitar 32 persen dari total rata-rata
PDRB Sumsel per tahun. Daerah penyumbang Empat Lawang 6,11 5,39 4,23 4,50 5,06
terbesar bagi PDRB Sumsel lainnya adalah Musi
Pali 7,30 6,71 -0,01 4,44 4,61
Banyuasin. Selama tahun 2012-2015, Kabupaten Musi
Banyuasin menyumbang PDRB sebesar 37. 411 Musi Rawas
milyar rupiah per tahun atau sekitar 16 persen dari 2,58 2,10 9,92 3,32 4,48
Utara
total rata-rata PDRB Sumsel per tahun. Sementara
Kota Pagar Alam menjadi daerah penyumbang PDRB Palembang 7,75 5,85 5,24 5,44 6,07
terkecil yaitu hanya sebesar 1.771 milyar rupiah per
11,5
tahun atau sekitar 0,7 persen dari PDRB Sumsel per 8,32 5,07 4,84 7,44
Prabumulih 1
tahun selama periode 2012-2015.
Pagar Alam 6,27 5,70 4,57 4,33 5,22
Seiring menurunnya angka pertumbuhan
ekonomi Provinsi Sumatera Selatan, penurunan Lubuk Linggau 6,35 3,37 6,33 6,31 5,59
pertumbuhan ekonomi juga terjadi di sebagian besar
kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Tabel Sumber: Sumatera Selatan Dalam Angka (BPS), 2016
berikut menggambarkan laju pertumbuhan ekonomi

62
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

Berikut ini Gambar 1 menunjukkan grafik


pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya,
Sumatera Selatan.
secara teori pertumbuhan ekonomi memiliki
hubungan terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja. Gambar 1
Tabel berikut ini menggambarkan keadaan
ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Selatan periode Grafik Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan
2011-2015. Tenaga KerjaSumatera Selatan Tahun 2012-2015

Tabel 4 Pertumbuhan Ekonomi


Keadaan Ketenagakerjaan di Provinsi Pertumbuhan Penyerapan tenaga kerja
SumateraSelatanPeriode 2012-2015 6,83 6,59
5,31
Keadaan Tahun
-0,57 -1,93 4,50
4,70 0,08
Tenaga
Kerja 2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014 2015

Penduduk
3.532.932 3.464.620 3.692.806 3.695.866
yang Bekerja Sumber: Diolah dari data BPS, 2016
Penganggur 213.441 182.376 192.868 238.921
Dari gambar di atas terlihat pertumbuhan
Jumlah ekonomi dan penyerapan tenaga kerja Provinsi
Angkatan 3.746.373 3.646.996 3.885.674 3.934.787 Sumatera Selatan tidak berjalan dalam tren yang
Kerja
sama. Selama tahun 2012-2015 pertumbuhan ekonomi
Tingkat cenderung turun sementara penyerapan tenaga kerja
Pengangguran 5,70 5,00 4,96 6,07
(%)
pertumbuhannya mengalami fluktuatif. Pada tahun
2012 hingga 2013 pertumbuhan tenaga kerja
Sumber: Sumatera Selatan Dalam Angka (BPS), 2016 mengalami penurunan bahkan hingga mencapai nilai
persentase yang negatif. Hal ini artinya jumlah
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk
penduduk yang bekerja terus berkurang selama
yang bekerja selama tahun 2011 hingga 2013
periode tersebut. Pada tahun 2014, pertumbuhan
mengalami penurunan sebesar 88.484 orang tenaga
jumlah tenaga kerja melonjak drastis dari -1,93 persen
kerja. Penurunan jumlah penduduk yang bekerja ini
menjadi 6,59 persen pertahun. Kemudian pada tahun
dibarengi dengan penurunan jumlah angkatan kerja
2015 persentase pertumbuhan tenaga kerja kembali
sejak tahun 2011 hingga 2013 yaitu sebesar 123.677
menurun tajam menjadi 0,08 persen pertahun.
orang. Tingkat penurunan angkatan kerja yang lebih
besar dibanding penurunan jumlah tenaga kerja Problematika ketenagakerjaan di Provinsi
(penduduk yang bekerja) menyebabkan persentase Sumatera Selatan tidak jauh berbeda dengan
tingkat pengangguran juga terus turun selama tahun permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia pada
2011-2013 yaitu dari 5,77 persen menjadi 5 persen. umunya. Baik itu menyangkut tingkat pengangguran
Jumlah penduduk yang bekerja kembali mengalami yang masih relatif tinggi, maupun tingkat
kenaikan sejak tahun 2014 hingga 2015 yaitu produktivitas tenaga kerja yang masih belum optimal.
meningkat sebesar 231.246 orang tenaga kerja sejak Salah satu tantangan terbesar adalah menciptakan
tahun 2013. Peningkatan jumlah tenaga kerja ini juga lapangan kerja atau usaha yang layak bagi angkatan
diiringi dengan peningkatan jumlah angkatan kerja kerja yang harus diantisipasi dari sejak dini sebelum
sebesar 287.791 orang. Porsi peningkatan jumlah terjadi peningkatan karena perubahan struktur umur
penduduk yang bekerja jauh lebih kecil dibanding penduduk. Tantangan itu mencakup dua aspek
peningkatan angkatan kerja sehingga mengakibatkan sekaligus, yaitu penciptaan lapangan kerja baru bagi
angka pengangguran kembali naik sejak tahun 2013- angkatan kerja yang belum bekerja, dan peningkatan
2015 yaitu menjadi 6,07 persen. produktivitas kerja bagi mereka yang sudah berkerja

63
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

sehingga dapat memperoleh imbalan kerja yang Jumlah penduduk yang bekerja di berbagai
memadai untuk dapat hidup secara layak/decent living daerah di Sumatera Selatan cenderung mengalami
(BPS, 2016: 2). fluktuasi selama tahun 2011-2015. Kota Palembang
sebagai daerah pusat pertumbuhan di Sumatera
Berikut ini tabel 5 yang menggambarkan
Selatan merupakan daerah yg memiliki rata-rata
jumlah penduduk yang bekerja menurut
jumlah penduduk bekerja per tahun paling besar yaitu
kabupaten/kota di Sumatera Selatan tahun 2013-2015.
624.781 orang tenaga kerja. Sementara Kota Pagar
Tabel 5 Alam adalah daerah yang memiliki rata-rata jumlah
Jumlah Penduduk Yang Bekerja penduduk berkerja per tahun paling kecil yaitu hanya
Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan 63.169 orang tenaga kerja.
Tahun 2013-2015
Rata- Masalah penyerapan tenaga kerja dan
Kabupaten/
Jumlah Penduduk Yang Bekerja Rata pengangguran merupakan masalah serius yang harus
(orang) Per
Tahun
di perhatikan oleh pemerintah. Faktor utama besarnya
Kota
angka pengangguran adalah keterbatasan lapangan
2013 2014 2015
kerja. Masalah ini sudah pasti akan memberikan
Ogan
133.549 149.945 155.208 146.548
tekanan berat pada perekonomian serta dampak buruk
Komering Ulu bagi sosial seperti kriminalitas dan lain sebagainya.
Ogan Salah satu langkah strategis pemerintah untuk
361.153 373.278 343.665 359.118
Komering Ilir menciptakan lapangan pekerjaan yang baru agar
Muara Enim 341.978 350.439 282.665 333.637 mengurangi penangguran di Provinsi Sumatera
Selatan adalah pemerintah harus menggalang dana
Lahat 184.178 184.770 197.591 187.377
investasi baik dari pemerintah daerah, pemerintah
Musi Rawas 296.100 310.699 193.051 273.007 pusat, masyarakat maupun investasi luar negeri
Musi dengan cara memperbaiki iklim bisnis dan
239.585 268.495 269.140 261.889
Banyuasin memangkas birokrasi perizinan. Peningkatan investasi
Banyuasin 323.299 367.665 360.305 349.733
diharapkan akan menggairahkan pertumbuhan sektor
produksi yang kemudian akan meningkatkan
Oku Selatan 169.324 184.990 186.238 176.531
pertumbuhan ekonomi yang tentu saja juga berimbas
Oku Timur 288.110 294.632 321.099 306.042 pada peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat
Ogan Ilir 202.054 205.412 202.337 199.748
terciptanya lapangan kerja baru.
Tabel berikut ini menggambarkan Nilai
Empat
105.127 108.160 115.421 110.551 Realisasi Investasi dari jenis Penanaman Modal Asing
Lawang
(PMA)maupun Penanaman Modal Dalam Negeri
PALI * * 87.253 87.253 (PMDN) di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009-
Musi Rawas 2013.
* * 79.422 79.422
Utara
Tabel 6
Palembang 600.408 661.192 663.315 624.781
Nilai Realisasi Investasi Di Sumatera Selatan
Prabumulih 73.231 78.001 82.887 74.932 Tahun 2010-2013
Nilai Realisasi
Pagar Alam 58.433 62.482 72.798 63.169 Investasi
2010 2011 2012 2013
Lubuk
88.091 93.246 83.471 87.586
Linggau PMDN
(juta Rp) 663.096 4.779.372 9.921.818 12.179.098
Sumber: Diolah dari “Sumatera Selatan Dalam
PMA (ribu
Angka 2012-2016” (BPS) US $) 44.811 994.344 2.370.152 6.230.734
*Data tidak tersedia
Sumber: Diolah dari data BPS, 2016

64
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

Realisasi PMDN Sumatera Selatan selama Tabel 7 di atas mengungkapkan bahwa


tahun 2010-2013 rata-rata mencapai 11.376.736 juta penyerapan tenaga kerja di Sumatera Selatan selama
rupiah per tahun. Berdasarkan data BPS, Nilai tahun 2012-2015 paling banyak terjadi pada lapangan
realisasi PMDN tersebut didominasi sekitar 40 persen usaha pertanian. Hal ini sejalan dengan persentase
oleh investasi di sektor pertanian, 30 persen di sektor investasi (PMDN dan PMA) berdasarkan lapangan
industri pengolahan, sisanya adalah investasi di sektor usaha yang telah dibahas sebelumnya. Rata-rata
listrik-gas-air bersih, pertambangan, serta persentase penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian
perdagangan-hotel-restoran. selama tahun 2012-2015 adalah54,8 persen dari total
Sementara untuk PMA, rata-rata investasi yang jumlah tenaga kerja. Hal ini berarti lebih dari separuh
masuk ke Provinsi Sumatera Selatan selama tahun jumlah keseluruhan tenaga kerja yang ada di Sumatera
2009-2013 1.967.154 ribu US$. Data BPS Selatan bekerja di sektor pertanian. Kontribusi
menunjukkan nilai realisasi PMA di Sumatera Selatan penyerapan tenaga kerja terbesar selanjutnya adalah
juga didominasi oleh investasi pada sektor pertanian pada sektor usaha perdagangan dan jasa-jasa
yaitu sekitar 35 persen, sektor industri pengolahan (termasuk di dalamnya usaha hotel dan restoran).
sekitar 32 persen, dan sisanya oleh sektor Sektor perdagangan menyerap tenaga kerja rata-rata
pertambangan, perdagangan-hotel-restoran, listrik- 14,71 persen sedangkan sektor jasa-jasa sebesar 12,01
gas-air minum dan bangunan. persen. Sektor usaha yang paling kecil menyerap
Tabel berikut ini mengungkapkan persentase tenaga kerja adalah sektor listrik, air dan gas dengan
jumlah penyerapan tenaga kerja berdasarkanlapangan rata-rata persentase sebesar 0,18 persen dari total
usaha di Sumatera Selatan 2013-2015. tenaga kerja di Sumatera Selatan.
Tabel 7 Sektor pertanian memang masih menjadi sektor
utama dalam perekonomian Sumatera Selatan.
Persentase Jumlah Tenaga Kerja Menurut BPS (2016: 67), lapangan usaha pertanian
BerdasarkanLapangan UsahaProvinsi Sumatera mencakup sublapangan usaha pertanian, kehutanan,
Selatan Tahun 2012-1015 dan perikanan yang terdiri atas tanaman pangan,
tanaman holtikutura, tanaman perkebunan,
Lapangan Usaha 2013 2014 2015 peternakan, jasa pertanian dan perburuan,
sublapangan usaha kehutanan dan penebangan kayu,
serta sublapangan usaha perikanan. Lapangan usaha
Sektor Primer
ini masih menjadi tumpuan harapan dalam penyerapan
- Pertanian 54,86 53,37 54,74 tenaga kerja.
- Pertambangan 1,49 1,02 1,56 Pada tahun 2015, lapangan usaha pertanian,
Sektor Sekunder
kehutanan dan perikanan memberi kontribusi terhadap
PDRB atas harga berlaku sebesar 16,58 persen.
- Industri 4,48 5,05 4,7 Sublapangan usaha tanaman perkebunan merupakan
- Listrik, Air, dan Gas 0,19 0,17 0,17 penyumbang terbesar terhadap lapangan usaha
pertanian yaitu tercatat sebesar 34,6 persen dari
- Bangunan 3,82 4,32 4,54
seluruh nilai tambah pertanian, kehutanan, dan
Sektor Tersier perikanan. Investasi terbesar juga ada pada
sublapangan usaha tanaman perkebunan. Sekitar 99
- Perdagangan 15,46 11,96 16,82
persen atau hampir keseluruhan dari investasi sektor
- Angkutan/Komunikasi 3,63 5,65 3,64 pertanian baik PMDN maupun PMA direalisasikan
- Keuangan 2,24 1,72 1,61 untuk sublapangan usaha tanaman perkebunan.
- Jasa-Jasa 13,44 9,76 12,22 Seperti yang telah dibahas sebelumnya,
menurut data BPS, realisasi investasi terbesar kedua
Sumber: Situasi Ketenagakerjaan Sumsel, 2017

65
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

setelah pada sektor pertanian adalah pada sektor kabupaten/kota; (c) Upah minimum sektoral provinsi
industri. Sementara kontribusi sektor industri terhadap (UMSP) yaitu upah minimum yang berlaku secara
PDRB Sumatera Selatan pada tahun 2015 adalah sektoral di satu provinsi;(d) Upah minimum sektoral
sebesar 18,27 persen. Angka tersebut merupakan kabupaten/kota (UMSK) adalah upah minimum yang
terbesar kedua setelah kontribusi sektor pertambangan berlaku secara sektoral di wilayah kabupaten/kota.
dan penggalian terhadap PDRB Sumatera Selatan.
Tabel berikut ini menggambarkan
Akan tetapi persentase penyerapan tenaga kerja pada
perkembangan Upah Minimum Provinsi (UMP)
sektor ini tergolong kecil yaitu hanya sekitar 4,95
Sumatera Selatan tahun 2011-2015.
persen dari total jumlah tenaga kerja di Sumatera
Selatan. Besarnya persentase penyerapan tenaga kerja Tabel 8
ini tidak sebanding dengan besarnya nilai realisasi
investasi pada sektor industri serta besar kontribusinya Perkembangan Upah Minimum Provinsi Sumatera
terhadap PDRB Sumatera Selatan.Sangat besar SelatanTahun 2011-2015 (Rupiah)
kemungkinan investasi pada sektor ini lebih bersifat Tahun Upah Minimum Provinsi
padat modal bukan padat karya sehingga lapangan
usaha yang terbentuk pada sektor ini lebih kepada 2011 1.048.440
pengembangan teknologi dan penggunaan peralatan
mesin serta tidak terlalu banyak menyerap tenaga 2012 1.195.220
kerja. 2013 1.630.000
Berdasarkan teori permintaan dan penawaran 2014 1.825.600
tenaga kerja, salah satu faktor yang menentukan
tingkat penyerapan tengah kerja adalah tingkat upah 2015 1.974.346
yang berlaku. Tingkat upah di Indonesia diatur dalam
Sumber: Sumatera Selatan Dalam Angka (BPS), 2016
kebijakan upah minimum. Kebijakan upah minimum
merupakan sistem pengupahan yang telah banyak Catatan: 5 hari kerja (1 bulan = 21 hari kerja)
diterapkan di beberapa negara, yang pada dasarnya peraturan 03/97 Bab IV
bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, upah minimum
merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk 6 hari kerja (1 bulan = 25 hari kerja)
mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak pasal 9 ayat 4
menurun dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari. Kedua, sebagai alat proteksi bagi perusahaan
untuk mempertahankan produktivitas pekerja Menurut Sumarsono (2009), ada tiga komponen
(Simanjuntak, 2001: 21). : (a) Kebutuhan Fisik Minimum (KFM); (b) Indeks
Harga Konsumen; dan (c) Pertumbuhan ekonomi
Kebijakan upah minimum di Indonesia daerah. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 13
ditetapkan oleh pemerintah untuk menjamin tahun 2012, faktor faktor yang dipertimbangankan
kesejahteraan para pekerja. Penetapan upan minimum dalam penetapan upah minimum adalah : (a) Nilai
sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 1 Kebutuhan Kehidupan Layak (KHL); (b) Produktifitas
tahun 1999 pasal 1 ayat 1 mendefinisikan upah makro (perbandingan jumlah Produk Domestik
minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri Regional Bruto (PDRB) dengan jumlah tenaga kerja
dari upah pokok termasuk tunjangan tetap, berlaku di periode yang sama); (c) Pertumbuhan Ekonomi
untuk pekerja yang masa kerjanya kurang dari 1 (Nilai PDRB); (d) Kondisi pasar tenaga kerja
tahun.Upah minimum terdiri dari 4 jenis yaitu: (a) (perbandingan jumlah kesempatan kerja dengan
Upah minimum provinsi (UMP) yaitu upah Minimum jumlah pencari kerja di daerah tertentu pada periode
yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di satu yang sama); (e) Kondisi usaha yang tidak mampu
provinsi; (b) Upah minimum kabupaten/kota (marginal), ditunjukan oleh perkembangaan
(UMK)yaitu upah minimum yang berlaku di wilayah keberadaan jumlah usaha marginal di daerah tertentu

66
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

pada periode yang sama. 23 Penetapan upah minimum antara 15-64 tahun. Pertumbuhan penduduk tiap tahun
dihitung didasarkan pada Kebutuhan Fisik Minimum akan berpengaruh terhadap pertumbuhan angkatan
(KFM), Kemudian terjadi perubahan penghitungan kerja (Tarmizi, 2012: 18).
didasarkan pada Kebutuhan Hidup Minimum (KHM).
Ketenagakerjaan menurut pasal 1 UU No. 13
Upah Minimum Provinsi cenderung terus naik Tahun 2003 adalah segala hal yang berhubungan
setiap tahunnya diakibatkan oleh perubahan- dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan
perubahan dalam komponen yang menjadi faktor sesudah masa kerja. Hal yang berhubungan dengan
penetapan Upah Minimum. Secara teori, hal ini tentu tenaga kerja pada waktu sebelum masa kerja misalnya
berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran adalah kesempatan kerja, perencanan tenaga kerja dan
tenaga kerja sehingga akan berdampak pada jumlah penempatan tenaga kerja, sedangkan hal sesudah masa
penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Selatan. kerja, misalnya adalah masalah pensiun.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini
akan menganalisis bagaimana kondisi tingkat
penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Selatan 2.1.2. Konsep Angkatan Kerja, Bukan Angkatan
dan pengaruh pertumbuhan ekonomi, investasi, dan Kerja dan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja
tingkat upah minimum terhadap penyerapan tenaga
Konsep angkatan kerja yang paling luas ialah
kerja di Provinsi Sumatera Selatan?
angkatan kerja menyeluruh atau total labor force,
yang dirumuskan sebagai keseluruhan angkatan
kerja dari semua individu yang tidak di lembagakan
II TELAAH TEORITIS berusia 16 tahun atau lebih tua dalam satu minggu,
2.1. Landasan Teori termasuk angkatan militer, baik tenaganya yang
2.1.1. Teori Tenaga Kerja digunakan maupun tidak digunakan (Afrida, 2003:
Menurut Ehrenberg dan Smith (2012: 27), 99).
tenaga kerja adalah orang yang umurnya di atas 16
tahun dan sedang dipekerjakan oleh perusahaan. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15
tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan
Sitanggang dan Nachrowi (2004: 25) namun sementara tidak bekerja dan pengangguran
menyatakan bahwa tenaga kerja adalah sebagian dari (BPS, 2016: xli). Penduduk usia kurang 15 tahun
keseluruhan penduduk yang secara potensial dapat meski telah bekerja untuk memenuhi kebutuhan
menghasilkan barang dan jasa. Sehingga dari hidupnya tidak termasuk angkatan kerja. Sementara
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tenaga definisi bukan angkatan kerja menurut BPS adalah
kerja adalah sebagian penduduk yang dapat penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih
menghasilkan barang dan jasa bila terdapat sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan
permintaan terhadap barang dan jasa. kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.
Tenaga kerja (manpower) adalah penduduk Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah adalah kelompok penduduk tertentu dimana dapat
seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat dihitung dari perbandingan antara jumlah angkatan
memproduksi barang dan jasa jika permintaan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam
terhadap tenaga kerja mereka, dan jika mau kelompok yang sama. Tingkat Partisipasi Angkatan
berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Subri, 2012: Kerja dapat dinyatakan untuk seluruh penduduk dalam
59). usia kerja dan dapat pula dinyatakan untuk suatu
Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi kelompok tertentu seperti kelompok laki-laki,
sumberdaya manusia yang sangat dibutuhkan dalam kelompok wanita di kota, kelompok tenaga terdidik,
proses pembangunan menyongsong era globalisasi. kelompok umur 10-14 tahun di desa dan lain-lain
Tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja yaitu (Simanjuntak,1985: 36).

67
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

Menurut BPS (2015:5), Tingkat partisipasi 1. Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi
angkatan kerja (TPAK) adalah perbandingan antara rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila
jumlah penduduk yang termasuk angkatan kerja digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik, maka
dengan penduduk usia kerja atau tenaga kerja. Ukuran akan terjadi hal hal berikut :
ini secara kasar dapat menerangkan tentang a) Naiknya tingkat upah akan meningkatkan
kecenderungan tenaga kerja untuk aktif bekerja atau biaya produksi perusahaan, yang selanjutnya
akan meningkatkan pula harga per unit barang
mencari kerja yang sifatnya mendatangkan
yang diproduksi. Biasanya para konsumen
kesempatan berpenghasilan baik berupa uang atau
akan memberikan respon yang cepat apabila
barang. Makin tinggi angka TPAK merupakan terjadi kenaikan harga barang, yaitu
indikasi meningkatnya kecenderungan penduduk usia mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi
ekonomi aktif (angkatan kerja) untuk mencari mau membeli barang yang bersangkutan.
pekerjaan atau melakukan kegiatan ekonomi. Jumlah Akibatnya banyak produksi barang yang tidak
penduduk usia kerja, kebutuhan penduduk untuk terjual, dan terpaksa produsen menurunkan
bekerja, dan berbagai faktor sosial, ekonomi dan jumlah produksinya. Turunnya target produksi,
demografis merupakan besaran-besaran yang mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja
mempengaruhi TPAK. yang dibutuhkan. Penurunan jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan karena pengaruh
turunnya skala produksi disebut dengan efek
skala produksi atau scale effect.
2.1.3. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja b) Apabila upah naik (asumsi harga dari barang
Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan barang modal lainya tidak berubah), maka
jumlah tenaga kerja yang di butuhkan oleh perusahaan pengusaha ada yang lebih suka menggunakan
atau instansti tertentu. Biasanya permintaan tenaga teknologi padat modal untuk proses
kerja akan di pengaruhi oleh tingkat upah dan produksinya dan menggantikan kebutuhan
perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan
permintaan hasil produksi (Afrida, 2003: 205). Seperti barang-barang modal seperti mesin dan lain-
layaknya teori dasar permintaan dalam ekonomi, lain. Penurunan jumlah tenaga kerja yang
permintaan tenaga kerja juga dijelaskan dengan dibutuhkan karena adanya penggantian atau
menggunakan kurva permintaan tenaga kerja. penambahan penggunaan mesin-mesin disebut
dengan efek substitusi tenaga kerja atau
Menurut Tarmizi (2012: 18), bila upah substitution effect.
meningkat maka permintaan akan mengalami 2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan
penurunan, sebaliknya, permintaan tenaga kerja akan tenaga kerja :
meningkat bila upah turun. Dengan demikian a) Naik turunnya permintaan pasar akan hasil
hubungan antara permintaan tenaga kerja dengan produksi dari perusahaanyang bersangkutan.
tingkat upah merupakan hubungan yang terbalik dan Apabila permintaan hasil produksi
perusahaanmeningkat, maka produsen
karena itu, slope kurva permintaan tenaga kerja
cenderung untuk menambah kapasitas
bersifat ‘downward’. Selanjutnya pada gambar di atas, produksinya. Untuk maksud tersebut produsen
dalam jangka pendek, kurva permintaan tenaga kerja akan menambahpenggunaan tenaga kerjanya.
adalah DSR dengan upah W1 dan tenaga kerja L1 (titik b) Apabila harga barang-barang modal turun,
a). Kemudian upah turun dari W1 ke W2, terjadi efek maka biaya produksi akanturun dan tentunya
output, tenaga kerja bertambah menjadi L2 (titik b). mengakibatkan pula harga jual perunit barang
Dalam jangka panjang (DLR), modal tidak konstan akan turun. Pada keadaan ini produsen
(variabel) dan karena itu terjadi juga efek subtitusi cenderung untuk meningkatkan produksi
yang selanjutnya akan meningkatkan jumlah tenaga barangnya karena permintaan bertambah
kerja menjadi L3 (titik c) banyak. Disampingitu permintaan tenaga
kerja dapat bertambah besar karena
Menurut Sumarsono (2009: 25), permintaan peningkatan kegiatan perusahaan. Keadaaan
tenaga kerja dipengaruhi : ini menyebabkan bergesernya kurva

68
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

permintaan tenaga kerja ke arah kanan. Keterbatasan kesempatan kerja sering kali
Pergeseran ini karena pengaruhskala produksi terjadi karena ketidakmampuan sektor-sektor
atau scale effect. Efek selanjutnya akan terjadi menampung limpahan tenaga kerja yang disebabkan
bilaharga barang-barang modal turun adalah oleh laju pertumbuhan penduduk. Karena laju
efek substitusi. Keadaan ini dapat terjadi pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan
karena produsen cenderung untuk menambah pertumbuhan sektor perekonomian kalaupun ada
jumlah barang modal (mesin) sehingga terjadi
hanya berhasil dalam waktu jangka pendek.
kapital intensif dalam proses produksi. Jadi
secara relatif penggunaan tenaga kerjanya Secara teoritis, ada tiga cara pokok untuk
akanberkurang. menciptakan kesempatan kerja atau berusaha dalam
jangka panjang. Cara pertama adalah dengan
Belaante dan Jackson (2000:131) menyatakan memperlambat laju pertumbuhan penduduk yang
permintaan dan penawaran tenaga kerja akan diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan sisi
menentukan tingkat upah pada keseimbangan. penawaran tenaga kerja. Tetapi seperti dikemukakan
di atas, cara ini tidak memadai lagi bagi Indonesia
karena angka kelahiran memang telah relatif rendah
dan dampaknya terhadap pertumbuhan tenaga kerja
2.1.4. Kesempatan Kerja dan Penyerapan Tenaga
kurang signifikan dalam jangka pendek. Cara kedua
Kerja
Kesempatan kerja mengandung pengertian adalah dengan meningkatkan intensitas pekerja dalam
bahwa besarnya kesediaan usaha produksi untuk menghasilkan output (labour intensity of output).
mempekerjakan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam Tetapi dalam jangka panjang, cara ini tidak selalu
proses produksi, yang dapat berarti lapangan berhasil karena tidak selalu kondusif bagi
pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Cara
bekerja yang ada dari suatu saat dari kegiatan ketiga adalah melalui pertumbuhan ekonomi. Cara ini
ekonomi. Kesempatan kerja dapat tercipta apabila bukan tanpa kualifikasi karena secara empiris terbukti
terjadi permintaan tenaga kerja di pasar kerja, bahwa pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja
sehingga dengan kata lain kesempatan kerja juga tidak terdapat hubungan otomatis atau niscaya, tetapi
menujukkan permintaan terhadap tenaga kerja. justru tantangannya menjadi riil, karena hubungan
yang tidak otomatis itu, maka peranan pemerintah
Badan Pusat Statistik (BPS) telah menjadi strategis dan crucial untuk merancang strategi
mengembangkan indikator Tingkat Kesempatan Kerja pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga
(TKK). Tingkat Kesempatan Kerja adalah indikator "ramah" terhadap ketenagakerjaan (Mahalli, 2008:
yang menggambarkan kesempatan seseorang untuk 128).
terserap pada pasar kerja. Dengan kata lain indikator
ini menghitung peluang seorang penduduk usia kerja Pertumbuhan kesempatan kerja tentu akan
yang termasuk angkatan kerja untuk bekerja. Tingkat diiringi dengan naiknya tingkat penyerapan tenaga
Kesempatan Kerja dihitung dengan mencari kerja. Menurut Simanjuntak (2001), penyerapan
persentase dari perbandingan antara jumlah penduduk tenaga kerja adalah penduduk yang bekerja terserap
bekerja dengan jumlah angkatan kerja. Rumus dan tersebar di berbagai sektor. Menurut Kuncoro
Tingkat Kesempatan Kerja adalah sebagai berikut: (2005), penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya
(https://sirusa.bps.go.id) lapangan kerja yang sudah terisi yang tercermin dari
banyaknya jumlah penduduk bekerja.
Konsep penyerapan tenaga kerja dalam
= % penelitian ini adalah jumlah penduduk usia kerja yang
bekerja dalam berbagai sektor ekonomi. Sementara
untuk melihat bagaimana kondisi pertambahan
penyerapan tenaga kerja yang terjadi akibat perubahan

69
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

pertumbuhan ekonomi digunakan elastisitas kalau dibandingakan pendapatan nasional lainya.


penyerapan tenaga kerja. Produk Domestik Bruto (PDB) dapat diartikan
sebagai nilai barang-barang dan jasa yang
2.1.5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diproduksikan di dalam negara tersebut dalam tahun
Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi para
tertentu. Produk Domestik Bruto atau dalam istilah
ahli ekonom menggunakan data Produk Domestik
Inggrisnya Gross Domestic Product (GDP), adalah
Bruto (PDB) yang mengukur pendapatan setiap orang
nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang
dalam perekonomian. Berapa besar perubahan
diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga
pertumbuhan perekonomian suatu negara diukur
negara negara tersebut dan negara asing (Sukirno,
dalam kurun waktu pertahun. Apakah pertumbuhanya
2010:34-35).Pendapatan perkapita atau PDRB
meningkat atau malah semakin menurun yang
merupakan jadi tujuan pembangunan ekonomi
disebabkan oleh berbagai faktor-faktor seperti
(economic development) adalah suatu proses kenaikan
perubahan tenaga kerja, modal, investasi dan sumber
pendapatan perkapita riil secara terus menerus
daya alam yang tersedia di suatu negara.
dalam jangka panjang yang diiringi dengan
Sebagai tolak ukur yang paling banyak dipakai perubahan kearah yang lebih baik dalam berbagai hal,
utuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu baik struktur ekonomi ekonomi (menjadi lebih
daerah adalah Produk Domestik Regional moderen), distribusi kekayaan, sikap, cara pandang
Bruto(PDRB) adalah hasil produk barang dan jasa terhadap sesuatu, peraturan, kesejahteraan, politik
orang-orang dan perusahaan. Dinamakan bruto karena dan lain-lain. Atau dengan kata lain perubahan yang
memasuki komponen penyusutan. Dinamakan sejalan dan melengkapi juga yang terjadi harus terjadi
domestik karena batasannya adalah suatu wilayah dalam modal manusia, teknologi, sosial dan
atau negara, sehingga didalamnya termasuk hasil- kelembagaan agar dapat mewujudkan pertumbuhan
hasil barang dan jasa perusahaan serta yang dihitung ekomomi jangka panjang.
adalah produksi barang dan jasa.
Menurut Tarigan(2007:21) PDRB atau
Produk Domestik Bruto (GDP) mengukur pendapatan regional di bedakan atas dua bentuk yaitu
pendapatan dan pengeluaran total pada perekonomian. hargaberlaku dan hargakonstan :
Karena GDP adalah ukuran yang paling luas untuk
a. Pendapatanregionalyangdidalamnyamasihada
keseluruhan kondisi perekonomian (Mankiw,
unsurinflansinya dinamakan
2007:247). pendapatanregional atas dasarharga berlaku.
Menurut Meier dan Rouch (2000) dalam b. Pendapatanregionaldenganfaktorinflasiyangs
Arsyad (2010:3), selama dekade 1950-an hingga awal udahditiadakanmerupakan
dekade1960-an, kebijakan-kebijakan pembangunan pendapatanregionalatashargakonstan,artinyah
argaprodukdidasarkan atas hargapadatahun
ditunjukan terutama sekali pada maksimisasi
tertentuyangdisebut tahundasar.
pertumbuhan Gross National Product (GNP) melalui
proses modal dan akumulasi industrilalisasi.
2.1.6. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Jumlah nilai akhir produksi barang dan jasa Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan
yang dihasilkan oleh sektor-sektor tersebut selama output per kapita dalam jangka panjang. Di sini,
satu tahun fiskal di sebut dengan Gross Domestic proses mendapat penekanan karena mengandung
Product (GDP) atau Gross National Product (GNP) unsur dinamis. Para teoretikus ilmu ekonomi
yang dalam bahasa Indonesianya disebut dengan pembangunan masa kini, masih terus
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk menyempurnakan makna, hakikat dan konsep
Nasional Bruto (PNB) (Arsyad, 2010:20) pertumbuhan ekonomi. Para teoretikus tersebut
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya
Dinegara berkembang, yang sering juga diukur dengan penambahan PDB dan PDRB saja,
digunakan sebagai “Dunia Ketiga” konsep Produk tetapi juga diberi bobot yang bersifat immaterial
Domestik Bruto adalah konsep yang paling penting
70
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

seperti kenikmatan, kepuasan, dan kebahagiaan, merupakan pengingat bahwa faktor-faktor yang
dengan rasa aman dan tenteram yang dirasakan menentukan siklus bisnis pada jangka pendek sangat
masyarakat luas (Arsyad, 2010: 27). berbeda dengan faktor-faktor yang membentuk
pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Hukum Okun
Pertumbuhan ekonomi (economic growth)
(Okun’s law) merupakan hubungan negatif antara
bertautan erat dengan peningkatan produksi barang
pengangguran dan PDB, yang mengacu pada
dan jasa, yang antara lain diukur dengan besaran yang
penurunan dalam pengangguran sebesar satu persen
disebut produk domestik bruto (PDB) pada aras
dikaitkan dengan pertumbuhan tambahan dalam PDB
nasional dan produk domestik regional bruto (PDRB)
yang mendekati dua persen. Dengan kata lain, Hukum
untuk daerah, baik propinsi maupun kabupaten/kota.
Okun menggambarkan apabila PDB meningkat
BPS (2016:12) menyebut pertumbuhan ekonomi
sebesar dua persen maka akan terjadi peningkatan
sebagai pertumbuhan produksi riil, baik secara sektor
penyerapan tenaga kerja yang kemudian menurunkan
maupun totalitasnya. Disebut pertumbuhan produksi
angka pengangguran sebesar satu persen.
riil karena harga yang digunakan dalam menilai suatu
produksi dari tahun ke tahun menggunakan harga Pertumbuhan ekonomi yang tidak mendorong
pada tahun tertentu sehingga perubahan harga (inflasi) penyerapan tenaga kerja akan menyebabkan
tidak mempengaruhi nilai produksinya. Penilaian ini terjadinya masalah pengangguran dan kemiskinan
dapat dilakukan atas dasar harga berlaku (current yang bisa berujung pada timbulnya ketidakstabilan
price) pada tahun perhitungan, atau atas dasar harga sosial. Sementara penyerapan tenaga kerja yang tidak
konstan (constant price) dari suatu tahun yang dipilih mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi akan
sebagai tahun dasar (base year). menciptakan gangguan dalam tercapainya
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
2.1.7. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Dalam model sederhana tentang pertumbuhan
Pada uraian sebelumnya telah dikemukakan ekonomi, pada umumnya pengertian tenaga kerja
bahwa adanya kaitan erat antra pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai angkatan kerja yang bersifat
dengan penyerapan tenaga kerja. Jika pertumbuhan homogen. Menurut Lewis, angkatan kerja yang
ekonomi meningkat maka berarti terjadi peningkatan homogen dan tidak terampil dianggap bisa bergerak
kapasistas produksi barang dan jasa dalam suatu dan beralih dari sektor tradisional ke sektor modern
wilayah sehingga secara teori peningkatan ini secara lancar dan dalam jumlah tidak terbatas. Dalam
menandakan adanya ekspansi dalam kegiatan keadaan demikian, peranan pertumbuhan ekonomi
produksi yang kemudian meningkatkan penyerapan mengandung sifat elastisitas yang tinggi.
tenaga kerja di berbagai sektor ekonomi. Meningkatnya permintaan atas tenaga kerja (dari
sektor tradisional) bersumber dari ekspansi kegiatan
Dornbusch, et al (2001: 89) menyatakan
sektor modern. Dengan demikian salah satu faktor
bahwa ouput nasional (sebagai representasi dari
yang berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja
pertumbuhan ekonomi) merupakan fungsi dari modal
adalah pertumbuhan ekonomi.
fisik, tenaga kerja dan kemajuan teknologi yang
dicapai. Faktor penting yang mempengaruhi Upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi
pengadaan modal fisik adalah investasi, dalam arti yang mampu menciptakan lapangan kerja yang
bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi diduga akan optimal dari segi jumlah, produktivitas dan efisiensi
membawa dampak positif terhadap tingkat memerlukan kebijakan yang memperhitungkan
penyerapan tenaga kerja. kondisi internal maupun perkembangan eksternal.
Kondisi tersebut merunpakan input bagi pengambil
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi
keputusan (Asaddin dan Mansoer, 2001).
dengan penyerapan tenaga kerja secara teoritis juga
ditunjukkan melalui Hukum Okun. Menurut Mankiw 2.1.8. Upah
(2007:249-251), Hukum Okun adalah relasi negatif Upah yang diberikan tergantung (Sulistiawati,
antara pengangguran dan PDB (GDP). Hukum Okun 2012) : (a) Biaya keperluan hidup minimum pekerja

71
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

dan keluarganya; (b) Peraturan Undang-undang yang Penetapan upah minimum dihitung
mengikat tentang upah minimum pekerja; (c) berdasarkan berbagai komponen. Menurut Sumarsono
Produktivitas marginal tenaga kerja;(d) Tekanan yang (2009), ada tiga komponen: (a) Kebutuhan Fisik
dapat diberikan oleh serikat buruh dan serikat Minimum (KFM); (b) Indeks Harga Konsumen; dan
pengusaha;(e) Perbedaan jenis pekerjaan. (c) Pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No 13 tahun 2012 faktor faktor
Pengertian upah menurut Undang-Undang
yang dipertimbangankan dalam penetapan upah
Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 Bab I Pasal 30
minimum adalah : (a) Nilai Kebutuhan Kehidupan
Ayat 1 adalah hak pekerja atau buruh yang diterima
Layak (KHL); (b) Produktifitas makro (perbandingan
dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan
jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja,
dengan jumlah tenaga kerja di periode yang sama); (c)
atau peraturan perundang-undangan termasuk
Pertumbuhan Ekonomi (Nilai PDRB); (d) Kondisi
tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya
pasar tenaga kerja (perbandingan jumlah kesempatan
atas suatu pekerjaan dan jasa yang akan dilakukan.
kerja dengan jumlah pencari kerja di daerah tertentu
Upah yang diterima oleh pekerja dapat pada periode yang sama); (e) Kondisi usaha yang
dibedakan menjadi dua (BPS, 2016) yaitu: (a) Upah tidak mampu (marginal), ditunjukan oleh
Nominal adalah upah yang diterima buruh sebagai perkembangaan keberadaan jumlah usaha marginal di
balas jasa pekerjaan yang telah dilakukan; (b) Upah daerah tertentu pada periode yang sama.
Riil menggambarkan daya beli dari pendapatan atau
Penetapan upah minimum awalnyadihitung
upah yang diterima buruh. Upah riil dihitung dari
berdasarkan pada Kebutuhan Fisik Minimum (KFM)
besarnya upah nominal dibagi dengan Indeks Harga
namun kemudian terjadi perubahan penghitungan
Konsumen (IHK). Pengupahan di Indonesia pada
didasarkan pada Kebutuhan Hidup Minimum (KHM).
umumnya di dasarkan kepada tiga fungsi upah
Perubahan itu disebabkan tidak sesuainya lagi
(Sumarsono, 2003) : 56) yaitu: (a) Menjamin
penetapan upah berdasarkan kebutuhan fisik
kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya;
minimum, sehingga timbul perubahan yang disebut
(b) Mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang;
dengan KHM, tetapi penetapan upah minimum
(c) Menyediakan insentif untuk mendorong
berdasarkan KHM mendapat koreksi cukup besar dari
peningkatan produktifitas tenaga kerja.
pekerja yang beranggapan, terjadi implikasi pada
2.1.9. Upah Minimum rendahnya daya beli dan kesejahteraan masyarakat
Penetapan upah minimum sesuai dengan terutama pada pekerja tingkat level bawah. Beberapa
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 1 tahun 1999 pendekatan dan penjelasan langsung terhadap pekerja,
pasal 1 ayat 1 mendefinisikan upah minimum adalah penetapan upah minimum berdasarkan KHM dapat
upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok berjalan dan diterima pihak pekerja dan pengusaha.
termasuk tunjangan tetap, berlaku untuk pekerja yang
Menurut Tarmizi (2012: 112), sebelum
masa kerjanya kurang dari 1 tahun. Upah minimum
regulasi, pasar berada dalam keseimbangan dengan
terdiri dari 4 jenis: (a) Upah minimum provinsi
tingkat upah dan jumlah pekerja tertentu. Jika upah
(UMP) yaitu upah minimum yang berlaku untuk
minimum diberlakukan di atas upah pasar, maka
seluruh kabupaten/kota di satu provinsi; (b) Upah
penetapan upah minimum tersebut akan menghasilkan
minimum kabupaten/kota (UMK)yaitu upah minimum
suatu situasi dimana penawaran tenaga kerja akan
yang berlaku di wilayah kabupaten/kota; (c) Upah
lebih besar dari permintaan tenaga kerja (Qs > Qd).
minimum sektoral provinsi (UMSP) yaitu upah
Berarti terjadi ekses supply dan hal ini akan
minimum yang berlaku secara sektoral di satu
meningkatkan pengangguran. Jika upah minimum di
provinsi; (d) Upah minimum sektoral kabupaten/kota
bawah upah pasar, berarti terjadi ekses demand yaitu
(UMSK) adalah upah minimum yang berlaku secara
permintaan lebih besar dari penawaran tenaga kerja
sektoral di wilayah kabupaten/kota.
(Qd > Qs). Dengan mekanisme pasar, upah minimum
akan bergerak naik sehingga mencapai upah pasar.

72
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

2.2. Penelitian Terdahulu


Chusna (2013) mengkaji tentang pengaruh
2.1.10. Investasi laju pertumbuhan sektor industri, investasi, dan upah
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di
atau pembelanjaan penanaman-penanaman modal dan
provinsi jawa tengah tahun 1980-2011. Tujuan
perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
menambah kemampuan memproduksi barang-barang
dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian umum dan pengaruh pertumbuhan sektor industri,
(Sukirno, 2010: 107). Mesin digerakkan oleh tenaga investasi dan upah terhadap penyerapan tenaga kerja
kerja atau sumber-sumber serta bahan-bahan dikelola sektor industri di Jawa Tengah. Penelitian ini
oleh manusia. Menurut Samuelson (2005: 198), dianalisis menggunakan analisis regresi linear
investasi meliputi penambahan stok modal atau berganda. Kesimpulan dari penelitian ini
barang-barang inventaris dalam waktu satu tahun. menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor industri
Investasi merupakan langkah mengorbankan menunjukkan tren yang semakin menurun sedangkan
konsumsi dimasa mendatang. investasi, upah dan penyerapan tenaga kerja sektor
Sedangkan menurut Dumairy (2000: 81), industri menunjukkan tren yang semakin meningkat,
investasi adalah penambahan barang modal secara laju pertumbuhan sektor industri tidak berpengaruh
netto positif. Seseorang yang membeli barang modal terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri,
tetapi ditujukan untuk mengganti barang modal yang
sedangkan investasi dan upah berpengaruh terhadap
aus dalam proses produksi bukanlah merupakan
penyerapan tenaga kerja sektor industri di Jawa
investasi, tetapi disebut dengan pembelian barang
modal untuk mengganti (replacement). Pembelian Tengah.
barang modal ini merupakan investasi yang akan Pangastuti (2015) melakukan penelitian
datang. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka tentang analisis faktor faktor yang mempengaruhi
dapat ditarik kesimpulan bahwasanya investasi atau
penyerapan tenaga kerja di provinsi jawa tengah tahun
penanaman modal adalah pengeluaran atau
pembelanjaan yang dapat berupa beberapa jenis 2008-2012. Tujuan dari penelitian ini untuk
barang modal, bangunan, peralatan modal dan barang- menganalisis pengaruh PDRB, Upah minimum
barang inventaris yang digunakan untuk menambah Kabupaten/ Kota (UMK), Pengangguran, serta
kemampuan memproduksi barang dan jasa atau untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap penyerapan
meningkatkan produktivitas kerja sehingga terjadi tenaga di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2012.
peningkatan output yang dihasilkan dan tersedia untuk Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
masyarakat. penelitian ini adalah studi dokumentasi, sehingga
Investasi pada hakekatnya merupakan awal tidak diperlukan teknik sampling serta kuesioner.
kegiatan pembangunan ekonomi. Investasi dapat Analisis kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan
dilakukan oleh swata, pemerintah atau kerjasama regresi linier berganda dengan Metode Random Effect
antara pemerintah dan swasta. Investasi merupakan (REM). Hasil penelitian menunjukan pengaruh PDRB
suatu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah
terhadap penyerapan tenaga kerja memiliki hubungan
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan untuk
yang negatif terhadap penyerapan tenaga kerja.
jangka panjang dapat menaikkan standar hidup
masyarakatnya (Mankiw, 2007: 62). Sementara UMK, pengangguran dan PAD memiliki
Investasi merupakan komponen utama dalam pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.
menggerakan roda perekonomian suatu negara. Secara Variabel PDRB, Upah Minimum Kabupaten/Kota
teori peningkatan investasi akan mendorong volume (UMK), serta Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak
perdagangan dan volume produksi yang selanjutnya berpenengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga
akan memperluas kesempatan kerja yang produktif kerja. Sementara variabel penganguran berpengaruh
dan berarti akan meningkatkan pendapatan perkapita signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Oleh
sekaligus bisa meningkatkan kesejahteraan karena itu, perlu dikajinya faktor-faktor lain yang
masyarakat. dapat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Jawa
Tengah antara lain jumlah perusahaan, nilai produksi,
suku bunga dan lain sebagainya.
73
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

Dimas dan Woyanti (2009), melakukan produktivitas rendah yang umumnya terserap di sektor
penelitian tentang penyerapan tenaga kerja di DKI primer, sektor yang menyerap sebagian besar tenaga
jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk kerja. Kedua, penyerapan tenaga kerja berpengaruh
menganalisis pengaruh pertumbuhan GDP (PDRB), positif namun tidak signifikan terhadap kesejahteraan
upah dan investasi terhadap penyerapan tenaga kerja sosial. Pengaruh penyerapan tenaga kerja terhadap
di Kota Jakarta tahun 1990-2004. Teknik analisis yang kesejahteraan sosial memiliki koefisien path sebesar
digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil 0,08 dengan nilai probabilitas signifikansi (Sig)
menunjukkan bahwa pertumbuhan GDP memiliki sebesar 0,332. Hasil penelitian ini menunjukkan
pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di bahwa peningkatan penyerapan tenaga kerja tidak
Jakarta, sedangkan variabel upah dan investasi menyebabkan peningkatan kesejahteraan sosial pada
berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga provinsi di Indonesia karena: (1). Upah minimum
kerja. Pengaruh negatif ini diakibatkan oleh investasi yang diterima oleh tenaga kerja lebih rendah dari
yang masuk lebih menitikberatkan kepada bisnis padat kebutuhan dasar minimum, (2) upah minimum yang
modal dibanding padat karya sehingga investasi tidak diterima tenaga kerja lebih rendah dari tingkat
meningkatkan penyerapan tenaga kerja. pendapatan pajak.
Sobita dan Suparta (2014) melakukan Arida et al (2015) melakukan penelitian
penelitian tentang pertumbuhan ekonomi dan tentang analisis permintaan dan penawaran tenaga
penyerapan tenaga kerja di Lampung. Penelitian ini kerja pada sektor pertanian di Provinsi Aceh. Analisis
bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
independen PDRB riil, Upah riil, harga Modal bidang model ekonometrika dengan persamaan tunggal
pertanian, dan Indeks Harga Implisit terhadap variabel berganda yaitu metode Ordinary Least Square (OLS)
dependen Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi atau metode kuadrat terkecil. Metode ini digunakan
Lampung. Penelitian ini menggunakan data sekunder untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
yaitu data PDRB riil, Upah riil, harga Modal di bidang permintaan dan penawaran tenaga kerja pada sektor
pertanian, dan Indeks Harga Implisit dari 10 pertanian di Provinsi Aceh. Pada persamaan
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung periode 2008- permintaan tenaga kerja, faktor-faktor yang dianalisis
2012. Metode analisis data yang digunakan adalah adalah luas lahan pertanian, upah tenaga kerja sektor
analisis data kuantitatif (statistik) dengan pertanian dan investasi sektor pertanian. Pada
menggunakan analisis data panel. Hasil penelitian ini persamaan penawaran tenaga kerja, faktor-faktor yang
menunjukan bahwa variabel independen PDRB riil dianalisis adalah jumlah penduduk di pedesaan, upah
dan harga Modal di bidang pertanian secara signifikan tenaga kerja sektor pertanian dan pengangguran di
berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. pedesaan Provinsi Aceh. Hasil analisis permintaan
Kenaikan PDRB riil dan Modal di bidang pertanian tenaga kerja menunjukkan bahwa variabel investasi
akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. sektor pertanian dan lahan berpengaruh positif dan
Sementara itu Variabel Upah riil secara signifikan signifikansi terhadap permintaan tenaga kerja, dan
berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga variabel pekerja sektor pertanian memberikan dampak
kerja. Kenaikan Upah riil akan menurunkan negatif namun tidak signifikan terhadap permintaan
penyerapan tenaga kerja. tenaga kerja. Hasil analisis penawaran tenaga kerja
menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja di sektor
Sulistiawati (2012) melakukan penelitian
pertanian dan pengangguran di pedesaan berpengaruh
tentang pengaruh upah minimum terhadap penyerapan
positif dan berpengaruh signifikan terhadap pasokan
tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat di provinsi
tenaga kerja, sedangkan kualitas variabel penduduk
di Indonesia. Data yang digunakan adalah data
memberikan pengaruh positif namun tidak signifikan
sekunder periode 2006-2010. Metode analisis yang
terhadap pasokan tenaga kerja.
digunakan adalah model analisis path. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa kenaikan upah minimum
akan mengurangi penggunaan tenaga kerja dengan

74
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta


nasional atau swasta asing yang berdomisili di
III METODE PENELITIAN Indonesia, yang disisihkan/disediakan guna
3.1. RuangLingkupPenelitian menjalankan sesuatu usaha.
Penelitian ini menitikberatkan pada masalah 4. Penanaman Modal Asing (PMA) adalah modal
ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Selatan dengan yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan
mengkaji seberapa besar pengaruhpertumbuhan waraga negara asing, badan usaha asing, badan
ekonomi, investasi, dan upah minimum sektoral hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia
terhadap perubahan penyerapan tenaga kerja di yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki
Sumatera Selatan pada periode tahun 2006-2015. oleh pihak asing. Penanaman modal asing
merupakan kegiatan menanam modal untuk
3.2. Jenis dan Sumber Data melakukan usaha di wilayah negara Republik
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal
adalah data sekunder yang dirilis oleh Badan Pusat asing, baik yang menggunakan modal asing
Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan. Data yang sepenuhnya maupun berkongsi dengan penanam
dikumpulkan merupakan data Produk Domestik modal dalam negeri.
Regional Bruto (PDRB) atas harga konstan, data 5. Upah minimum provinsi adalah upah minimum
investasi PMA dan PMDN di Sumatera Selatan, data yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di
perkembangan upah minimum provinsi Sumatera satu provinsi
6. Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja
Selatan, serta data jumlah penduduk yang bekerja di
(berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh
sektor-sektor ekonomi Provinsi Sumatera Selatan.
penduduk dalam suatu negara yang dapat
Data yang diteliti adalah data periode tahun 2006- memproduksi barang dan jasa.
2015. 7. Angkatankerjaadalahpendudukberumur15tahunk
eatasyangbekerja,
sementaratidakbekerjaatausedang
3.3. Metode Pengumpulan Data mencaripekerjaan.
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data 8. Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan
yang digunakan melalui pendekatan kepustakaan maksud memperoleh atau membantu
(Library Research) yakni dilakukan dengan memperoleh pendapatan (keuntungan) dan
mendapatkan data sekunder yang berasal dari data lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara
terus menerus dalam seminggu yang lalu
instansi yang terkait.
(termasuk pada pekerjaan keluarga tanpa upah
3.4. Definisi Operasional Data yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan
Definisi operasional variabel pada penelitian ekonomi).
ini adalah sebagai berikut: 9. Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah penduduk
usia kerja yang bekerja dalam berbagai sektor
1. Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan ekonomi. Jumlah penyerapan tenaga kerja dalam
produksi barang dan jasa, yang diukur dengan penelitian ini diwakilkan oleh jumlah penduduk
besaran yang disebut produk domestik bruto yang bekerja dalam satu periode.
(PDB) pada aras nasional dan produk domestik
regional bruto (PDRB) untuk daerah, baik 3.5. Teknik Analisis Data
propinsi maupun kabupaten/kota. 3.5.1. Regresi Berganda
2. Investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan Alat analisis yang digunakan dalam
penanaman-penanaman modal dan perlengkapan- penelitian ini adalah analisis regresiberganda dengan
perlengkapan produksi untuk menambah metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode
kemampuan memproduksi barang-barang dan kuadrat terkecil melalui software SPSS 23.
jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.
3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Untuk analisis penyerapan tenaga kerja
adalah bagian daripada kekayaan masyarakat Sumatera Selatan, model yang dibentuk adalah
Indonesia, termasuk hak-hak dan benda-benda, sebagai berikut:
75
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

4.2.1. Uji Asumsi Klasik


Keterangan: 4.2.1.1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji
PTkP = Penyerapan Tenaga Kerja
apakah dalam sebuah model regresi, variabel
PE = Pertumbuhan Ekonomi independen dan dependen mempunyai distribusi
normal atau mendekati normal. Pengujian ini
PMDNP = Penanaman Modal Dalam Negeri menggunakan pendekatan grafik Normal P-P of
PMAP = Penanaman Modal Asing Regresion Standardized Residualyang didapat dari
output perhitungan regresi. Dasar pengambilan
UMP = Upah Minimum Provinsi keputusan adalah jika data menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti garis diagonal, maka
β0 = Konstanta
memenuhi asumsi normalitas.
β1 - β4 = Koefisien regresi Berikut ini gambar 4.1 yang menggambarkan
Normal P-P of Regresion Standardized Residual.
e = error term (variabel pengganggu)
Gambar 2
Untuk memenuhi persyaratan asumsi klasik,
maka sebelum dilakukan regresi terlebih dahulu akan Grafik Normal P-P of Regresion Standardized
dilakukan uji asumsi klasik yaitu berupa uji Residual.
normalitas, heterokedastisitas, multikolinearitas, dan
autokorelasi. Setelah uji asumsi klasik dilakukan
maka akan dilakukan uji statistik parsial dan simultan.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada
Provinsi Sumatera Selatan
Analisis penyerapan tenga kerja Provinsi
Sumatera Selatan dilakukan dengan melakukan
estimasi terhadap pengaruh dari variabel pertumbuhan
Sumber: Data olahan, 2016
ekonomi, penanaman modal asing, penanaman modal
dalam negeri, dan upah minimum provinsi terhadap Berdasarkan gambar di atas terlihat data
variabel terikat penyerapan tenaga kerja. Namun menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
sebelumnya terlebih dahulu akan dilakukan uji asumsi garis diagonal, dengan demikian dapat ditarik
klasik yang bertujuan untuk mengetahui apakah model kesimpulan bahwa data terdistibusi dengan normal
regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk dan memenuhi persyaratan asumsi normalitas.
melakukan penaksiran. Suatu model dikatakan baik 4.2.1.2. Uji Multikolinearitas
apabila bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Multikolineritas dapat dideteksi pada model
Estimator) yaitu memenuhi asumsi klasik atau regresi apabila terdapat variasi bebas yang saling
terhindar dari masalah-masalah multikolinieritas, berkorelasi kuat satu sama lain yaitu dengan melihat
autokorelasi dan heteroskedastisitas. Untuk nilai VIF dan Tolerance pada output hasil regresi.
mendapatkan hasil memenuhi sifat tersebut dilakukan Suatu model regresi dikatakan bebas dari
pengujian asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikolinearitas jika nilai VIF berada di sekitar
uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji angka 1 sedangkan nilai Tolerance mendekati angka 1
autokorelasi. Setelah melakukan uji asumsi klasik (Santoso, 2017: 366).
akan dilakukan uji statistik parsial dan simultan.

76
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

Berdasarkan output regresi didapat Gambar Scatter Plot di atas menunjukkan


kesimpulan dari nilai tolerance dan VIF yang bahwa gambar titik-titik tersebar merata dan tidak
disajikan dalam rangkuman sebagai berikut. membentuk suatu pola tertentu misalnya pola naik
atau pola turun. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa model regresi tidak mengalami masalah
Tabel 9 heterokedastisitas dan memenuhi asumsi
Rangkuman Hasil Uji Multikolinearitas homokedastisitas.
Hasil Uji
Multikolinearitas
4.2.1.4. Uji Autokorelasi
Variabel Bebas Kesimpulan Berdasakan hasil regresi didapati nilai
VIF Tolerance Durbin-Watson (DW) adalah 2,459 sedangkan
Pertumbuhan Tidak terjadi berdasarkan tabel statistik Durbin-Watson dengan
1,072 0,814
Ekonomi multikolinearitas nilai probabilita 0,05, jumlah n sebanyak 10, dan
Tidak terjadi jumlah k sebanyak 4, didapati nilai dl = 0,3760 serta
PMDN 1,226 0,851
multikolinearitas nilai du = 2,4137. Dengan angka yang demikian maka
Tidak terjadi pengujian autokorelasi mencapai kriteria du(2,4137)<
PMA 1,024 0,899
multikolinearitas DW (2,459)< 4 – du(4 – 2,4137) sehingga dapat
Upah Minimum Tidak terjadi
disimpulkan model regresi tidak mengalami masalah
1,245 0,867
Provinsi multikolinearitas autokorelasi.
Sumber: Data olahan, 2016
4.2.2. Koefisien Determinasi (R2)
Tabel di atas memperlihatkan bahwa nilai VIF Berikut ini tabel 10 yang memuat rangkuman
pada masing-masing variabel bebas berada di sekitar outputperhitungan regresi yang telah dilakukan.
angka 1 sedangkan nilai Tolerance-nya mendekati 1. Tabel 10
Berdasarkan nilai tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada variasi Rangkuman Output Regresi
variabel-variabel bebas.
HASIL REGRESI NILAI
4.2.1.3. Uji Heterokedastisitas R square 0,936
Untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat Konstanta (α) 2.999.917,543
ada tidaknya pola tertentu pada grafik plot (scatter
Koefisien regresi 1 (β1) 0,732
plot) yang diperoleh melalui output perhitungan
regresi. Jika gambar tersebar tidak merata dan tidak Koefisien regresi 2 (β2) 0,717
membentuk suatu pola berarti model regresi bebas
heteroskedastisitas. Koefisien regresi 3 (β3) 0,723

Gambar 2 Koefisien regresi 4 (β4) -0,628

Grafik Scatter Plot Standar error 129.706,101

Durbin Watson (DW) 2,459

F – Hitung 18,201
- Pertumbuhan
T - Hitung 3,077
ekonomi
variabel:
- PMDN 3,325
Sumber: Data olahan, 2016

77
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

- PMA 2,876 4.2.3. Uji Statistik


4.5.3.1. Uji F (Simultan)
- Upah minimum Nilai F hitung seperti yang telah dipaparkan di
-3,129
provinsi atas adalah 18,201. Dengan probabilita 0,05, nilai
degree of freedom 1 (df1 = k – 1) adalah 4 dan degree
Sumber: Data olahan, 2017
of freedom 2 (df 2 = n – k) adalah 7, maka didapat
Dari tabel di atas, didapati nilai koefisien nilai F tabel yaitu sebesar 5,19. Dengan
determinasi (R2/Rsquare) adalah sebesar 0,936. Hal membandingkan F hitung dengan F tabel maka di
ini berarti variabel bebas dipengaruhi oleh variabel dapat bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel.
terikat sebesar 93,6 persen sementara 6,4 persen Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel
lainnya ditentukan oleh variabel lain yang berada di pertumbuhan ekonomi, PMDN, PMA dan Upah
luar model regresi. minimum provinsi secara simultan berpengaruh
Berdasarkan nilai koefisien regresi (nilai β1) signifikan terhadap variabel penyerapan tenaga kerja.
dapat disimpulkan bahwa kenaikan penyerapan tenaga
kerja sebesar 1 % didorong oleh kenaikan 4.5.3.2. Uji t (Parsial)
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,732 %. Sementara Nilai t hitung pada masing-masing variabel
berdasarkan nilai koefisien regresi (nilai β2) telah dipaparkan pada tabel 4.7 di atas. Untuk nilai t
menyatakan bahwa kenaikan penyerapan tenaga kerja tabel didapat dengan probabilita 0,05 pengujian dua
sebesar 1 % didorong oleh kenaikan PMDN sebesar arah, nilai degree of freedom (df = n – k) adalah 5,
0,717 %. Kemudian berdasarkan nilai koefisien maka didapat nilai t tabel yaitu sebesar 2,57058.
regresi (nilai β3) dapat disimpulkan bahwa kenaikan Dengan membandingkan t hitung dengan t tabel maka
penyerapan tenaga kerja sebesar 1 % didorong oleh didapat kesimpulan seperti pada tabel berikut ini.
kenaikan PMA sebesar 0,723 %. Selanjutnya
Tabel 1
berdasarkan nilai koefisien regresi (nilai β4) dapat
disimpulkan bahwa kenaikan penyerapan tenaga kerja Hasil Uji Statistik Parsial (Uji t)
sebesar 1 % didorong oleh penurunan upah minimum
Nilai t- Nilai t-
provinsi sebesar 0,628 %. No.
Variabel Bebas
hitung tabel
Kesimpulan
Berdasarkan nilai konstanta, standar error, dan
Pertumbuhan
koefisien regresi yang didapat pada tabel di atas, maka 1
Ekonomi
3,077 Signifikan
persamaan regresi yang terbentuk adalah sebagai
2 PMDN 3,325 Signifikan
berikut. 2,57058
3 PMA 2,876 Signifikan

Upah Minimum
4 -3,129 Signifikan
Provinsi
Nilai koefisien regresi bernilai positif untuk
Sumber: Data olahan, 2017
variabel pertumbuhan ekonomi, PMDN, dan PMA
menunjukkan hubungan yang searah yang artinya Dari tabel di atas terlihat nilai t hitung seluruh
kenaikan pada variabel-variabel tersebut akan variabel bebas lebih besar dari t-tabel sehingga
menyebabkan kenaikan pada penyerapan tenaga kerja kesimpulan yang diambil adalah masing-masing
atau sebaliknya. Nilai koefisien regresi bernilai variabel bebas memiliki pengaruh yang signifikan
negatif untuk variabel upah minimum menunjukkan terhadap penyerapan tenaga kerja. Tanda negatif yang
hubungan berkebalikan yaitu apabila upah minimum ada pada nilai t hitung variabel upah minimum
mengalami kenaikan maka akan cenderung menunjukkan hubungan berkebalikan antara upah
menurunkan jumlah penyerapan tenaga kerja atau minimum provinsi dengan penyerapan tenaga kerja.
sebaliknya.

78
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

4.2. Interpretasi Hasil Regresi penambahan mesin dan peralatan produksi saja, maka
Berdasarkan hasil regresi yang telah investasi tidak mampu mendorong peningkatan
dipaparkan di atas, diperoleh kesimpulan bahwa penyerapan tenaga kerja secara signifikan. Hal ini
pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh yang dikarenakan jika investasi lebih condong untuk
signifikan dalam menentukan porsi penyerapan tenaga meningkatkan modal yaitu mesin dan alat produksi
kerja. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan variabel saja, maka tentu tidak terjadi pertambahan
yang paling dominan berpengaruh terhadap penggunaan tenaga kerja. Namun apabila dana
penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut dapat dilihat investasi lebih banyak dialokasikan untuk peningkatan
dari nilai koefisien regresi variabel pertumbuhan kapasitas produksi melalui penambahan jumlah tenaga
ekonomi (β1) yang nilainya paling tinggi dari kerja atau membuka cabang produksi baru, maka
koefisien variabel lain. peran investasi jelas mampu mendorong pertumbuhan
Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka penggunaan tenaga kerja baru. Di Provinsi Sumatera
akan semakin tinggi tingkat penyerapan tenaga kerja Selatan investasi lebih banyak dialokasikan untuk
di Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan nilai proyek-proyek yang sifatnya tidak hanya padat modal
koefisien β1pada hasil regresi didapat bahwa kenaikan akan tetapi lebih diarahkan kepada padat karya
1 persen penyerapan tenaga kerja didorong oleh terutama di sektor usaha kecil menengah.
kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,732 persen. Upah minimum provinsi juga berpengaruh
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa apabila signifikan dan memiliki hubungan negatif terhadap
terjadi penambahan nilai produksi barang dan jasa penyerapan tenaga. Hal ini sesuai dengan teori dimana
dalam perekonomian Sumatera Selatan pada suatu tingkat upah akan selalu berkebalikan dengan jumlah
periode tertentu maka dapat diramalkan bahwa telah penggunaan tenaga kerja. Tingkat upah minimum
terjadi peningkatan penggunaan tenaga kerja pada akan selalu menjadi pertimbangan bagi sektor usaha
periode tersebut. Beberapa kajian teoritis dalam melakukan penambahan penggunaan tenaga
mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi kerja. Berdasarkan nilai koefisien β4pada hasil regresi
memiliki hubungan timbal balik dengan penyerapan didapat bahwa kenaikan 1 persen penyerapan tenaga
tenaga kerja. Hal ini berarti pertumbuhan ekonomi kerja didorong oleh penurunan upah minimum
dapat mendorong sektor usaha meningkatkan provinsi sebesar 0,628 persen
penggunaan tenaga kerja atau pertumbuhan ekonomi Secara teoritis, perusahaan hanya akan
dapat tumbuh akibat adanya peningkatan penggunaan membayar upah tenaga kerja sesuai dengan
tenaga kerja sehingga terjadinya pertambahan produktivitasnya, artinya tenaga kerja yang
produksi. produktivitasnya rendah akan menerima upah yang
Penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan rendah dan sebaliknya. Pada kenyataannya, upah
penanaman modal asing (PMA) juga berpengaruh minimum yang ditetapkan lebih banyak ditentukan
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di oleh aspek kenaikan tingkat harga dibandingkan
Sumatera Selatan. Investasi melalui PMDN dan PMA dengan kenaikan produktivitas. Produktivitas belum
berperan penting dalam menyokong perkembangan menjadi determinan utama dalam penentuan upah
sektor usaha Sumatera Selatan. Suntikan dana (Bappenas (2010: 61). Kenaikan tingkat upah
investasi mampu menggerakkan pemerintah maupun minimum akan selalu menjadi salah satu faktor
swasta untuk meningkatkan kapasitas produksi penentu bagi perusahaan untuk menghentikan
melalui peningkatan teknologi atau penambahan perekrutan tenaga kerja baru atau bahkan melakukan
tenaga kerja serta pembukaan lapangan kerja baru. PHK terhadap tenaga kerja lama.
Berdasarkan nilai koefisien β2dan β3 pada hasil regresi Pada dasarnya penerapan upah minimum
didapat bahwa kenaikan 1 persen penyerapan tenaga berfungsi untuk mencegah terjadinya eksploitasi
kerja didorong oleh kenaikan PMDN sebesar 0,717 perusahaan terhadap tenaga kerja melalui upah
persen dan kenaikan PMA sebesar 0,723 persen. rendah. Terkait hal di atas, pada prakteknya
Jika dana investasi lebih banyak diarahkan perusahaan-perusahaan yang tidak bersedia membayar
kepada peningkatan teknologi dalam hal ini misalnya pada tingkat upah minimum yang ditetapkan dengan

79
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

asumsi upah minimum tersebut lebih besar dari upah penambahan variabel lain, penambahan series
pasar, maka perusahaan tersebut akan melakukan tahun data, atau penggunaan alat analisis lain
efisiensi dengan cara mengurangi penggunaan tenaga agar diperoleh gambaran yang lebih baik tentang
kerja. Sementara perusahaan yang bersedia membayar faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan
pada tingkat upah minimum tersebut biasanya akan tenaga kerja di Sumatera Selatan.
melakukan eksploitasi tenaga kerja dalam bentuk
penambahan beban kerja pada pekerja. Di sisi lain, DAFTAR PUSTAKA
penetapan upah minimum juga dapat membuat
perusahaan menaikkan harga produknya untuk Afrida, BR. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia.
menutupi peningkatan biaya upah mereka sehingga Jakarta: Ghalia Indonesia
dapat memicu inflasi. Arida, Agustina, et al. 2015. Analisis Permintaan Dan
Penawaran Tenaga Kerja Pada Sektor
Pertanian Di Provinsi Aceh. Jurnal Agrisep
V KESIMPULAN DAN SARAN Vol (16) No. 1. Nanggroe Aceh Darussalam
5.1. Kesimpulan Asaddin, Fuad dan Mansoer, Faried Wijaya. 2001.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan
kesimpulan sebagai berikut: Kerja: Terapan Model Kebijakan Prioritas
1. Kondisi penyerapan tenaga kerja di Sumatera Sektoral Untuk Kalimantan Timur. Jurnal
Selatan selama periode 2006-2015 jumlahnya
Riset Akuntansi, Manajemen, dan Ekonomi.
berfluktuasi. Lebih dari 50 persen tenaga kerja
Vol. 1 No. 1.
terserap di sektor pertanian. Sisanya sebagian besar
terserap oleh sektor perdagangan dan jasa-jasa. Badan Pusat Statistik. 2016. Indikator Pembangunan
2. Berdasarkan hasil pengolahan data melalui regresi Sumatera Selatan Tahun 2016. BPS.
didapati bahwa pertumbuhan ekonomi, PMDN, Palembang
dan PMA berpengaruh signifikan dan positif Badan Pusat Statistik. 2016. Statistisk Daerah
terhadap pernyerapan tenaga kerja. Artinya, Sumatera Selatan Tahun 2016. BPS.
semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi, Palembang
PMDN, dan PMA maka cenderung akan Badan Pusat Statistik. 2016. Situasi Ketenagakerjaan
meningkatkan tingkat penyerapan tenaga kerja. Sumatera Selatan Tahun 2016. BPS.
Sementara untuk upah minimum provinsi memiliki Palembang
pengaruh yang juga signifikan namun negatif. Badan Pusat Statistik. 2016. Provinsi Sumatera
Artinya peningkatan upah minimum akan Selatan Dalam Angka Tahun 2016. BPS.
cenderung menurunkan jumlah penyerapan tenaga
Palembang
kerja.
Budiman, Arief. 1995.Teori Pembangunan Dunia
5.2. Saran Ketiga. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Adapun saran yang dapat penulis berikan Bappenas. 2010. Rencana Pembangunan Jangka
adalah sebagai berikut: Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 –
1. Mengingat besarnya peranan investasi bagi 2014. Buku II. Jakarta: Bappenas.
penyerapan tenaga kerja di Sumatera Selatan, Case, dan Fair. 2005. Prinsip-prinsip Ekonomi Mikro,
maka usaha penciptaan iklim bisnis yang sehat, Edisi IX, (Alih Bahasa Barlian Muhamad). PT
pembangunan infrastruktur, serta kemudahan INDEKS. Jakarta.
birokrasi sangat penting diwujudkan di Sumatera Chusna, Arifatul. 2013. Pengaruh Laju Pertumbuhan
Selatan agar mampu menarik minat investor Sektor Industri, Investasi, dan Upah Terhadap
untuk menanam modal. Pemerintah Provinsi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Di
Sumatera Selatan harus menyusun startegi Provinsi Jawa Tengah Tahun 1980-2011.
kebijakan yang tepat dan efektif terkait Economics Development Analysis Journal 2
permasalahan ini. (3) ISSN 2252-6889. Universitas Negeri
2. Penulis menyadari bahwa perlu adanya penelitian
Semarang. Semarang.
lanjutan yang lebih mendalam dengan alternatif

80
Jurnal EKOBIS Vol 1 No. 1 1 Desember 2017 ISSN Cetak: 2614-3631

Dimas dan Woyanti, Nenik. 2009. Penyerapan Tenaga Sumarsono, Sonny. 2009. Teori dan Kebijakan Publik
Kerja di DKI Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Ekonomi (JBE), Vol. 16, No. 1, hal. 32-41. Graha Ilmu
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Sukirno, Sadono, 2010. Teori Pengantar
Semarang. Makroekonomi, Edisi Ketiga. Raja Grafindo.
Dornbusch, R., Fischer, S., Startz, R. 2001. Jakarta.
Makroekonomi. Media Global Edukasi. Sulistiawati, Rini. 2012. Pengaruh Upah Minimum
Jakarta. Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan
Dumairy. 2004. Matematika Terapan Untuk Bisnis Kesejahteraan Masyarakat di Propinsi di
dan Ekonomi. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Indonesia. Jurnal EKSOS Vol. 8 No. 3
Ehrenberg, Ronald G & Smith Robert S. 2012. Oktober 2012 hal 195 - 211 ISSN 1693 –
Modern Labor Economics: Theory And 9093. Universitas Negeri Pontianak.
Public Policy. Prentice Hall. New York. Sobita, Nindya Eka dan Suparta,. 2014. Pertumbuhan
Kuncoro, Haryo. 2002.” Upah Sistem Bagi Hasil dan Ekonomi Dan Penyerapan Tenaga Kerja Di
Penyerapan Tenaga Kerja.” Jurnal Ekonomi Provinsi Lampung Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Kajian Ekonomi Negara Pembangunan Vol.3, N0 2, Juli 2014.
Berkembang, Vol. 7 No. 1, 2002. ISSN:1410- Universitas Lampung. Lampung
2641. Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional: Teori
Mankiw, N.Gregory. 2007. Makroekonomi, Edisi dan Aplikasi. Bumi Aksara. Jakarta.
Keenam. Erlangga. Jakarta. Tarmizi, Nurlina. 2012. Ekonomi Ketenagakerjaan.
Mahalli, Kasyful. 2008. Kesempatan Kerja dan Unsri Press. Palembang
Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan.
WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan &
Pengembangan Wilayah, Vol.3, No.3, April
2008. Medan.
Pangastuti, Yulia. 2015. Analisis Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Di
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2012.
Economics Development Analysis Journal 4
(2) 2015. Universitas Negeri Semarang.
Semarang.
Samuelson, Nordhaus. 2005. Economics 18th Edition.
Mc Graw Hill-Irwin. New York.
Santoso, Singgih. 2017. Menguasai Statistik dengan
SPSS 24. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Simanjuntak, Payaman. J. 2001. Pengantar Ekonomi
Sumberdaya Manusia. Lembaga Penerbit
FEUI. Jakarta.
Sitanggang, I. R. dan Nachrowi, N.D. 2004. Pengaruh
Struktur Ekonomi pada Penyerapan Tenaga
Kerja Sektoral: Analisis Model demometrik di
30 Propinsi pada 9 Sektor di Indonesia. Jurnal
Ekonomi dan Pembangunan Indonesia. Vol. 5.
No. 1. FEUI. Jakarta.
Subri, Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya
Manusia. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

81

Anda mungkin juga menyukai