Anda di halaman 1dari 5

Kondisi Kemiskinan di Tapanuli Tengah

Profil Kabupaten Tapanuli Tengah

Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di pantai barat Provinsi Sumatera Utara. Bagian barat
kabupaten ini berbatasan dengan Lautan Hindia, bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Singkil
(Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam), bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara,
dan bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan. Pada tahun 2020, kabupaten yang
luas daerahnya mencakup sekitar 2.194,98 km2 ini berpenduduk sekitar 365.177 jiwa, dengan
kepadatan penduduk sekitar 148 jiwa per km. Secara administratif kabupaten ini terdiri dari 15
kecamatan dan 160 desa, dengan kepadatan penduduk bervariasi antar kecamatan. Kecamatan
Pandan, yang menjadi ibukota kabupaten, adalah kecamatan yang penduduknya paling padat dengan
kepadatan penduduk 1.409 jiwa per km2.

Tabel jumlah penduduk Tapanuli Tengah tahun 2020 berdasarkan umur dan jenis kelamin.

Hampir semua kecamatan terletak di pinggir pantai


yang membentang sepanjang 200 km2. Hanya dua kecamatan, yaitu Kecamatan
Sibabangun dan Kecamatan Sitahuis, yang terletak di daerah perbukitan dan tidak
mempunyai daerah pantai. Karena kabupaten ini terletak di sepanjang Pegunungan Bukit
Barisan, topografi daerah ini bervariasi antara dataran rendah sepanjang pantai dan
pegunungan yang berbukit-bukit, dengan ketinggian antara 0 sampai 1.266 meter di atas
permukaan laut.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) pada tahun
2014 sebesar 10,138,,83 Miliar Rupiah. Kategori pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan
kontributor utama dalam pembentukan nilai PDRB yaitu mencapai 48,18 persen. Selanjutnya
diikuti oleh Kategori Industri Pengolahan (12,14 persen), kategori konstruksi (10,41 persen) dan
kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (10,33 persen).
Sedangkan kategori yang lain hanya memberikan kontribusi dibawah 10 persen.

Beberapa dekade yang lalu, Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan daerah yang relatif
makmur. Pelabuhan Barus dan Sibolga ramai dengan kapal-kapal dagang yang mengangkut
produk-produk perikanan dan perkebunan. Ruas jalan sepanjang pantai barat yang melalui
Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan jalur perdagangan utama yang menghubungkan Aceh
(Kabupaten Singkil) dan Provinsi Sumatera Barat. Kemakmuran ini memudar sejak
dikembangkannya pelabuhan dan jalan utama di pantai timur Sumatera. Pengembangan kawasan
pantai timur ini mengambil alih sentra perdagangan di pantai barat sehingga perekonomian
Kabupaten Tapanuli Tengah menjadi sepi. Aktivitas di pelabuhan pun menurun, sementara akses
jalan dari pantai barat ke pantai timur yang sulit karena harus melalui daerah perbukitan
Pegunungan Bukit Barisan menghambat akses ke pusat perekonomian baru di pantai timur. Oleh
karena itu, Kabupaten Tapanuli Tengah menjadi makin tertinggal dari kabupaten-kabupaten
lainnya, meskipun kekayaan alamnya melimpah.

Profil Kemiskinan Tapanuli Tengah

Persoalan mendasar masyarakat Tapanuli Tengah adalah masalah kemiskinan dan pengangguran.
Keterbatasan yang di miliki daerah tapanuli tengah adalah permasalahn topografi wilayah
tapanuli tengah yang berbukit, sumber daya manusia, pengelolaan sumber daya alam,
insfrastruktur, akses informasi dan arus modal.

Komposisi Penduduk Miskin Tapanuli Tenga

Jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan terus meningkat dari 54.500 orang pada
tahun 1999, menjadi 55.500 pada 2002, 56.500 pada 2003 dan melonjak menjadi 87.070 pada
2004 hingga menjadi 365.177 jiwa pada Tahun 2020. Dibandingkan kabupaten-kabupaten lain
di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan kabupaten dengan proporsi
penduduk miskin terbesar kedua setelah Kabupaten Nias. Meskipun kemiskinan di Provinsi
Sumatera Utara cenderung menurun, kemiskinan di Kabupaten Tapanuli Tengah terus
meningkat. Baik indeks pembangunan manusia (IPM) maupun indeks kemiskinan manusia
(IKM) juga menunjukkan ketertinggalan kabupaten ini dibandingkan rata-rata provinsi. Pada
2002, IPM Kabupaten Tapanuli Tengah 65,8, sedikit lebih rendah daripada rata-rata provinsi
(68,8), sedangkan IKM kabupaten ini adalah 30,2, sedikit lebih tinggi dari rata-rata provinsi
(27,8). Semua indikator pembangunan manusia memperlihatkan bahwa Kabupaten Tapanuli
Tengah tertinggal di hampir semua aspek yang meliputi angka harapan hidup, pendidikan, daya
beli, dan akses ke air bersih, serta status gizi balita. Pencapaian yang menyamai rata-rata provinsi
hanya dalam aspek akses ke sarana kesehatan.

Jumlah penduduk Tapanuli Tengah menurut data BPS pada tahun 2013 adalah sebesar 324.006
jiwa. Angka kemiskinan di Tapanuli tengah pada tahun 2006 menunjukkan angka 93,10,
kemudian pada tahun 2007 turun menunjukkan angka 83,10, tahun 2008 turun menunjukkan
angka 60,40, tahun 2009 menunjukkan angka 57,01, tahun 2010 menunjukkan angka 52,20 tahun
2020 menjadi 47,190 . Angka tersebut tampak kembali turun pada tahun 2020 menjadi 47.190
jiwa. Pada tahun 2019 angka kemiskinan menunjukkan angka 46,990. Dimana menurut data
terakhir pada tahun 2020 terdapat penduduk miskin sebesar 47,190 jiwa. Jumlah tersebut
kembali naik sebesar 1800 jiwa setelah sebelum tahun 2019 hanya terdapat jumlah penduduk
miskin sebesar 46,990 jiwa.

Jumlah penduduk miskin Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 1999-2013


Grafik Jumlah penduduk miskin Tapanuli
Tengah Tahun 2013 - 2020

Garis Kemiskinan

Penurunan jumlah penduduk miskin berbanding terbalik dengan nilai


Garis Kemiskinan yang semakin meningkat selama Tahun 2012– 2020. Pada
Tahun 2020 Garis Kemiskinan Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar Rp 406646 ,-
mengalami peningkatan - dibanding tahun 2012 yaitu sebesar 296164

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri


dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan
(GKBM), terlihat bahwa peranan komoditas makanan masih jauh lebih besar
dibandingkan peranan komoditas bukan makanan (perumahan, sandang,
pendidikan dan kesehatan). Pada September 2012, sumbangan Garis kemiskinan
Makanan Terhadap Garis Kemiskinan sebesar 73,54 persen dan sumbangan Garis
Kemiskinan Bukan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 26,46 persen.

Tabel Indeks kedalam Kemiskinan (P1) dan Indeks keparahan kemiskinan (P2) di Kabupaten
Tepanuli Tengah tahun 2012- 2020
Jika dianalisis semakin mengecilnya Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index)
menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk semakin dekat dengan Garis Kemiskinan.
Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index) menggambarkan bahwa
ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin semakin kecil.

Anda mungkin juga menyukai