Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan

Volume 15, Nomor 1, April 2014, hlm.48-54

EFEK PENINGKATAN UPAH MINIMUM TERHADAP


TINGKAT PENGANGGURAN

Jihad Lukis Panjawa1, Daryono Soebagiyo2


1,2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kampus A Yani Tromolpos 1 Pabelan, Kartasura, Surakarta 57102, Indonesia


Phone: +62 271 717417, E-mail korespondensi: daryono51@ymail.com

Naskah diterima: Maret 2013; disetujui: Maret 2014


Abstract: This research aims to analyze the determinants of unemployment rate in Surakarta
Residency. The analytical method used in this study is panel data regression. Data panel is a
combination of cross section that includes seven regencies in Surakarta and time series during
15 years from 1999-2013. The results showed that Fixed Effects Model (FEM) is the most ap-
propriate. Based on simultaneous test, minimum wage, Gross Domestic Product (GDP), infla-
tion, and the number of population simultaneously have an impact on the unemployment rate.
Based on the effect validity test, the minimum wage and population has significant positive
effect on the unemployment rate, Gross Domestic Product (GDP) has significant negative
effect on the unemployment rate, while inflation does not have significant effect on the unem-
ployment rate.
Keywords: domestic regional gross product; inflation; minimum wage; population; unem-
ployment rate
JEL Classification: E24

Abstrak: Studi ini bertujuan menganalisis faktor-faktor penentu tingkat pengangguran se-
Karesidenan Surakarta. Teknik analisis yang digunakan dalam studi ini adalah regresi data
panel. Data panel merupakan gabungan data cross section yang meliputi tujuh kabu-
paten/kota di Karesidenan Surakarta dan time series selama 15 tahun dari tahun 1999-2013.
Hasil studi menunjukkan bahwa Fixed Effect Model (FEM) merupakan model regresi data
panel yang paling tepat. Berdasarkan uji simultan, upah minimum, Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), inflasi, jumlah penduduk secara serempak memiliki pengaruh ter-
hadap tingkat pengangguran. Berdasarkan uji validitas, upah minimum dan jumlah
penduduk memiliki pengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengangguran, Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengang-
guran, sedangkan inflasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran.
Kata kunci: produk domestik regional bruto; inflasi; upah minimum; jumlah penduduk; ting-
kat pengangguran
Klasifikasi JEL: E24

PENDAHULUAN wilayah. Peningkatan jumlah lapangan kerja


dan jenis peluang kerja bagi masyarakat daerah
merupakan tujuan utama dalam setiap pemba-
Pembangunan ekonomi daerah merupakan
ngunan ekonomi. Sedangkan lapangan peker-
proses pengelolaan sumber daya yang tersedia
jaan yang lebih kecil dibanding angkatan kerja
oleh pemerintah daerah dan masyarakat, serta
akan menyebabkan pengangguran. Pengang-
kemitraan antara sektor swasta dan pemerintah
guran yang tinggi termasuk dalam masalah
daerah dalam penciptaan lapangan kerja baru
ekonomi dan sosial. Pengangguran akan menjadi
dan merangsang perkembangan ekonomi suatu
persoalan ekonomi karena menyianyiakan sum-
berdaya yang berharga dan angka penganggur- paten (Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, dan
an yang tinggi berarti menyianyiakan produksi Sragen) dari tujuh kabupaten/kota se-Eks
barang dan jasa yang sebenarnya mampu Karesidenan Surakarta mengalami peningkatan
diproduksi oleh pengangguran (Samuelson dan pada tahun 2012, sedangkan Boyolali, Klaten
Nordhaus, 2004). dan Surakarta mengalami penurunan.
Pada sisi lain, inflasi yang makin meningkat
disertai dengan penurunan laju pertumbuhan
ekonomi menyebabkan proporsi penduduk yang Tabel 1. Tingkat Pengangguran di Indonesia, Jawa
belum dewasa menjadi tambah tinggi dengan Tengah dan Karesidenan Surakarta Tahun 2009-2012
jumlah anggota keluarga bertambah lebih besar (dalam Persen)
menyebabkan pertambahan penduduk yang Kota/Kabupaten 2009 2010 2011 2012
tidak seimbang. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia 7,90 7,10 6,60 6,20
yang meningkat maka produksi barang dan jasa Jawa Tengah 7,33 6,21 5,93 5,63
akan meningkat pula sehingga meningkatkan Boyolali 5,51 3,90 5,24 4,52
standar hidup. Laju pertumbuhan ekonomi yang Klaten 6,36 4,50 6,21 3,66
Sukoharjo 8,28 7,40 5,48 5,98
tinggi biasanya akan memperluas kesempatan
Wonogiri 5,03 4,70 3,41 3,60
kerja dan menurunkan tingkat pengangguran. Karanganyar 8,26 6,62 5,51 5,79
Sedangkan tingkat upah merupakan salah Sragen 5,78 4,09 5,69 6,00
satu faktor yang mempengaruhi tingkat Surakarta 10,44 8,73 6,36 6,07
pengangguran. Upah merupakan kompensasi Sumber: Jawa Tengah dalam Angka 2009-2013

yang diterima oleh satu unit kerja berupa


jumlah uang yang dibayarkan. Upah tenaga
Tabel 1 menunjukkan tingkat Kabupaten
kerja sangat penting untuk kedua belah pihak.
Sukoharjo pada tahun 2012 sebesar 5,98 persen,
Bagi pihak produsen, upah merupakan biaya
meningkat dari tahun 2011 dengan nilai 5,48
produksi yang harus ditekan seefisien mung-
persen. Pada tahun 2012 tingkat pengangguran
kin. Bagi pihak pekerja, upah merupakan sum-
Kabupaten Wonogiri sebesar 3,60 persen, pada-
ber penghasilan bagi dirinya, keluarganya dan
hal tahun 2011 hanya sebesar 3,41 persen.
menjadi sumber pembelanjaan masyarakat.
Tingkat pengangguran di Kabupaten Karang-
Tinggi rendahnya upah merupakan faktor
anyar pada tahun 2012 sebesar 5,79 persen,
penting yang menentukan taraf hidup masya-
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya
rakat.
sebesar 0,25 persen. Peningkatan pengangguran
Tingkat Pengangguran yang cukup tinggi
juga terjadi di Kabupaten Sragen, pada tahun
dibandingkan dengan Jawa Tengah dan Indo-
2011 sebesar 5,69 persen dan pada tahun 2012
nesia pada tahun 2009 terjadi di Kabupaten/
tingkat pengangguran sebesar 6 persen.
Kota Sukoharjo, Karanganyar dan Surakarta,
Berdasarkan uraian di atas, studi ini ber-
namun pada tahun 2010 tingkat pengangguran
tujuan untuk melihat pengaruh PDRB, inflasi,
tinggi hanya terjadi di Sukoharjo dan Surakarta.
jumlah penduduk dan upah minimum terha-
Dibandingkan dengan Indonesia, Kabupaten/
dap tingkat pengangguran se-Eks-Karesidenan
Kota di Karesidenan Surakarta lebih rendah,
Surakarta pada tahun 1999-2013, yaitu: (1)
namun jika dibandingkan dengan Jawa Tengah,
untuk menganalisis pengaruh PDRB terhadap
Surakarta saja yang tingkat penganggurannya
tingkat pengangguran di Eks-Karesidenan
lebih tinggi pada tahun 2011. Tingkat pengang-
Surakarta pada tahun 1999-2013, (2) untuk
guran Indonesia pada tahun 2012 lebih tinggi
menganalisis pengaruh inflasi terhadap tingkat
dibandingkan Jawa Tengah dan Kabupa-
pengangguran di Eks-Karesidenan Surakarta
ten/Kota di Karesidenan Surakarta, namun jika
pada tahun 1999-2013, (3) untuk menganalisis
dibandingkan dengan Jawa Tengah, ada bebe-
pengaruh upah minimum terhadap tingkat
rapa kabupaten/kota di Karesidenan Surakarta
pengangguran di Eks-Karesidenan Surakarta
yang tingkat penganggurannya lebih tinggi,
pada tahun 1999-2013. dan (4) untuk meng-
antara lain: Sukoharjo, Karanganyar, Sragen
analisis pengaruh jumlah penduduk terhadap
dan Surakarta. Tingkat pengangguran di objek
tingkat pengangguran di Eks-Karesidenan
studi berfluktuasi dari 2009-2012. Empat kabu-

Efek Peningkatan Upah Minimum ... (Jihad Lukis Panjawa, Daryono Soebagiyo) 49
Surakarta pada tahun 1999-2013. sebagai variabel dikontrol, sedangkan inflasi,
Studi yang dilakukan oleh Amir (2007) ten- GDP, nilai tukar dan pertumbuhan penduduk
tang pengaruh inflasi dan pertumbuhan eko- sebagai variabel kontrol. Hasil regresi dalam
nomi terhadap pengangguran di Indonesia studi menunjukkan bahwa semua variabel
tahun 1980-2005, disimpulkan bahwa ada kontrol memiliki dampak positif yang signifi-
pengaruh negatif signifikan antara pertumbuh- kan terhadap tingkat pengangguran untuk
an ekonomi dengan tingkat pengangguran, Pakistan. Variabel GDP berpengaruh negatif
sedangkan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran, sedang inflasi, nilai
terhadap pengangguran. Sementara, studi yang tukar dan pertumbuhan penduduk berpenga-
dilakukan oleh Pitartono dan Hayati (2012) ruh positif di India. Variabel GDP dan inflasi
yang menggunakan analisis kuantitatif dengan berpengaruh negatif terhadap pengangguran,
metode analisis statistik deskriptif dan analisis sedang pertumbuhan penduduk dan nilai tukar
korelasi, disimpulkan bahwa variabel jumlah berpengaruh positif di China. Hasil uji kointe-
penduduk menunjukkan hubungan positif sig- grasi menunjukkan adanya hubungan jangka
nifikan dengan tingkat pengangguran. Variabel panjang antarvariabel untuk semua model.
tingkat inflasi tidak berhubungan signifikan Untuk hasil kausalitas Granger di Pakistan,
dengan tingkat pengangguran. Variabel upah tidak ada hubungan dua arah di antara salah
minimum kabupaten/kota menunjukkan satu variabel, namun kausalitas searah yaitu
hubungan positif dan signifikan dengan tingkat GDP mempengaruhi pengangguran dan pe-
pengangguran. Sementara, variabel laju per- ngangguran mempengaruhi nilai tukar. Hasil
tumbuhan PDRB menunjukkan hubungan yang kausalitas Granger dua arah di India tidak ter-
tidak signifikan dengan tingkat pengangguran. jadi, namun inflasi mempengaruhi pengang-
Chow (2013) melakukan studi serupa di guran. Hasil kausalitas Granger di China mem-
Bangladesh pada tahun 2000-2011 menggu- buktikan adanya hubungan dua arah antara
nakan model persamaan regresi tunggal seder- nilai tukar dan pengangguran, dan hubungan
hana. Variabel kontrol dalam studi tersebut yang searah antara pengangguran dengan inflasi,
adalah pertumbuhan GDP, kurs, dan tingkat dan pertumbuhan penduduk dengan pengang-
inflasi sementara variabel dikontrol yaitu tingkat guran.
pengangguran. Hasil regresi menunjukan tingkat
inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap METODE PENELITIAN
tingkat pengangguran, sedangkan pertumbuhan
GDP dan kurs memiliki pengaruh negatif signi- Jenis data yang digunakan adalah data
fikan. Sementara, studi yang dilakukan Akbar sekunder yang diperoleh Badan Pusat Statistik
dan Achma (2013) menunjukkan PDRB berpe- dan Bank Indonesia. Studi ini menggunakan
ngaruh negatif signifikan, sedangkan inflasi, gabungan data cross section di tujuh Kabupa-
upah, dan beban tanggungan penduduk berpe- ten/Kota di Karesidenan Surakarta dan data
ngaruh positif signifikan. runtut waktu selama 15 tahun yaitu dari tahun
Prasaja (2013) melakukan studi pengaruh 1999-2013. Gabungan data cross section dan
investasi asing, jumlah penduduk dan inflasi runtut waktu disebut data panel yang memberi
terhadap pengangguran terdidik di Jawa Tengah lebih banyak informasi dan variasi, sedikit
Periode 1980-2011 dengan regresi log linier kolinearitas antar variabel, lebih banyak derajat
OLS. Hasil Studi menunjukkan investasi asing kebebasan dan efisien (Gujarti, 2012). Fungsi
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap persamaan model adalah sebagai berikut:
pengangguran terdidik. Inflasi berpengaruh
secara tidak signifikan, sedangkan jumlah pendu-
duk memiliki pengaruh positif signifikan terha- UE = f(PDRB, INF,UMK, POPL) 1)
dap variabel dikontrol dalam studi.
Aurangzeb (2013) melakukan peneitian di
India, Cina dan Pakistan tahun 1980-2009. Alat di mana: UE adalah variabel Tingkat Pengang-
analisis yang digunakan adalah regresi, kointe- guran; PDRB adalah variabel Produk Domestik
grasi dan kausalitas Granger. Pengangguran Regional Bruto; INF adalah variabel Inflasi;

50 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014: 48-54
UMK adalah variabel Upah Minimum untuk data panel yang dapat digunakan, yaitu Metode
POPL adalah variabel Jumlah Penduduk. Pooled Ordinary Least Square (PLS), Fixed Effect
Model (FEM) dan Random Effect Model (REM).
Tingkat pengangguran adalah presentase Pemilihan model data panel yang taepat dapat
angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan. digunakan dengan uji Chow dan uji Hausman.
Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan Uji Chow digunakan untuk memilih antara
kegiatan dalam perekonomian yang menyebab- model PLS dan FEM. Uji Hausman memilih
kan barang dan jasa yang diproduksi mening- antara model FEM dan REM. Setelah penentuan
kat demi kemakmuran masyarakat (Todaro, model yang tepat, langkah selanjutnya perlu
2011). Salah satu pengukur pertumbuhan eko- dilakukan uji-uji eksistensi model, uji determi-
nomi adalah Produk Domestik Regional Bruto nan dan uji validitas pengaruh.
(PDRB) atas dasar harga berlaku yang dinyata-
kan dalam juta rupiah. Inflasi adalah perubah-
Tabel 2. Hasil regresi
an tingkat harga secara keseluruhan yang di-
nyatakan dalam satuan persen Upah Minimum Koefisien Model
Variabel
berupa rata–rata upah minimum Kabupaten/ PLS FEM REM
Kota di Karesidenan tahun 1999-2013 yang C 9,531135 -10,29146 8,738802
dinyatakan dalam rupiah. Sementara, pendu- PDRB 2,18E-07 -8,17E-07 -2,04E-07
duk adalah mereka yang sudah menetap di INF -0,026588 -0,004207 -0,022018
suatu wilayah paling sedikit 6 bulan atau UMK -1,01E-06 1,16E-05 4,44E-06
POPL -5,21E-06 1,76E-05 -4,54E-06
kurang dari 6 bulan tetapi bermaksud untuk
Error term 277,1570 135,7684 217,5884
menetap yang dinyatakan dalam jiwa. R2 0,310106 0,662048 0,205376
Model regresi data panel secara umum bisa Prob.F-
0,000000 0,000000 0,000115
dirumuskan sebagai berikut1: Statistik

UEit = α + β1PDRBit + β2 INFit + β3 UMKit +


Uji Chow atau Likelihood Ratio digunakan untuk
β4 POPLit + uit. 2) memilih model antara Pooled Ordinary Least
Square dan Fixed Effect Model. H0: Model PLS
di mana: UE adalah variabel Tingkat Pengang- tepat dengan HA: Model FEM tepat. Output E-
guran untuk wilayah ke-i dan waktu ke-t; views menunjukkan Prob. F atau Prob.Chi-
PDRB adalah Produk Domestik Regional Bruto square signifikan (0,0000<0,05). Kesimpulannya,
untuk wilayah ke-i dan waktu ke-t; INF adalah H0 ditolak yang berarti model FEM tepat. Hasil
variable Inflasi untuk wilayah ke-i dan waktu pengolahan ditunjukkan pada tabel 3.
ke-t; UMK adalah variabel Upah Minimum
untuk wilayah ke-i dan waktu ke-t; POPL ada- Tabel 3. Uji Chow
lah variabel Jumlah Penduduk untuk wilayah
ke-i dan waktu ke-t; i adalah Kota/ Kabupaten; Effects Test Statistic d.f. Prob.
t adalah waktu; u adalah variabel faktor gang-
Cross-section F 16,315194 (6,94) 0,0000
guan.
Menurut Juanda (2012), ada tiga metode Cross-section
Chi-square 74,931526 6 0,0000
1 Modifikasi dari jurnal Aurangzeb and Khola Asif.
“Factors Effecting Unemployment: A Cross Country
Analysis”. International Journal of Academic Research in Uji Hausman digunakan untuk memilih
Business and Social Sciences, 3:1 (January2013). 219- model regresi data panel yang paling baik
230 dan Pitartono, Ronny dan Banatul Hayati.
“Analisis Tingkat Pengangguran di Jawa Tengah
antara Fixed Effect Model dan Random Effect
Tahun 1997-2010”. Diponegoro Journal of Economics, Model. H0: Model PLS tepat dengan HA: Model
1:1 (2012).1-10. Model panel lihat Gujarati, Damodar FEM tepat. Output E-views menunjukkan Chi-
N dan Dawn C. Porter.Dasar-Dasar Ekonometrika. square atau p-value (0,0000<0,05). Kesimpulan-
Edisi 2 (Jakarta: Salemba Empat. 2012). 235-269

Efek Peningkatan Upah Minimum ... (Jihad Lukis Panjawa, Daryono Soebagiyo) 51
nya, H0 ditolak yang berarti model FEM tepat. Surakarta tahun 1999-2013. Hal ini sejalan
Hasil pengolahan ditunjukkan pada tabel 4. dengan studi Pitartono (2012) yang menunjuk-
kan bahwa tingkat pengangguran tidak dipe-
ngaruhi oleh inflasi. Terjadinya kenaikan harga
Tabel 4. Uji Hausman barang dan jasa secara umum (inflasi) bukan
Test Chi-Sq. Chi-Sq. karena naiknya permintaan barang dan jasa
Prob. tetapi lebih disebabkan karena kenaikan harga
Summary Statistic d.f.
Cross-section BBM. Amir (2007) menjelaskan hubungan
54,648473 4 0,0000
random negatif antara tingkat inflasi dan penangguran
dalam kurva Phillips. Peningkatan inflasi akan
menyebabkan terjadinya penurunan pengang-
Hasil uji Chow dan uji Hausman menun-
guran. Sementara kenaikan permintaan agregat
jukkan bahwa model Fixed Effect Model (FEM)
merupakan cerminan dari inflasi yang menun-
adalah model yang paling tepat. Pemilihan
jukkan hubungan antara inflasi dan pengang-
model FEM juga didukung pernyataan Jugde
guran. Ketika pemintaan agregat meningkat,
(Gujarati, 2012) dari hasil beberapa observasi
maka akan sesuai dengan teori permintaan.
mengenai penentuan dalam menentukan model
Upah minimum memiliki pengaruh positif
fixed effect atau random effect yang paling baik,
signifikan terhadap tingkat pengangguran di
yang menyatakan apabila jumlah times series (T)
Karesidenan Surakarta tahun 1999-2013. Di
lebih besar daripada jumlah cross section (N),
mana kenaikan upah minimum akan menye-
model fixed effect yang dipakai. Oleh karena itu,
babkan peningkatan pengangguran di objek
dalam mengestimasi menggunakan model FEM.
studi. Penyebab terjadinya pengangguran aki-
Hasil regresi ditunjukkan pada tabel 5 (Lampiran).
bat adanya kekakuan upah (wage rigidity) yaitu
Selain uji regresi di atas dilakukan juga
ketidakmampuan upah dalam melakukan pe-
pengujian Cross Section Dummy variabel seperti
nyesuaian sampai di titik ekuilibrium, di mana
pada tabel 6.
penawaran tenaga kerja sama dengan permin-
taan tenaga kerja. Pengangguran yang disebab-
Tabel 6. Cross Section Fixed Dummy Variable kan kekakuan upah akibat penyesuaian antara
jumlah pekerja yang menginginkan pekerjaan
Cross section Effect dan jumlah pekerjaan yang tersedia. Namun,
Boyolali -2,530407 meningkatnya tingkat upah membuat penawar-
Klaten -3,415151 an tenaga kerja bertambah, sehingga membuat
Sukoharjo 2,629128
permintaan tenaga kerja berkurang. Akibatnya
Wonogiri -4,470521
Karanganyar 0,757091 terjadi surplus tenaga kerja atau pengangguran.
Sragen -2,048128 Penyebab kekakuan upah antara lain: peraturan
Surakarta 9,077989 upah minimum, serikat pekerja dan efisiensi
upah (Mankiw, 2012).
Jumlah penduduk berpengaruh positif dan
Pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan signifikan terhadap tingkat pengangguran di
PDRB nominal memiliki pengaruh negatif dan Karesidenan Surakarta tahun 1999-2013. Arti-
signifikan terhadap pengangguran di Karesi- nya, jumlah penduduk yang terus bertambah
denan Surakarta tahun 1999-2013. Artinya, akan menyebabkan pengangguran terus mening-
kenaikan tingkat pengangguran disebabkan ka- kat. Jumlah penduduk yang terus meningkat,
rena pertumbuhan ekonomi menurun. Adanya menyebabkan banyak penduduk yang masuk
fleksibilitas ini, suatu perekonomian mempu- dalam kategori angkatan kerja. Berbeda halnya
nyai kebebasan yang tak terbatas dalam menen- jika angkatan kerja yang meningkat akan
tukan kombinasi antara modal dan tenaga kerja menyebabkan kesempatan kerja juga mening-
yang digunakan untuk menghasilkan tingkat kat. Hal ini apabila tidak disertai dengan pen-
output tertentu (Arsyad, 2010). ciptaan lapangan kerja baru, maka akan banyak
Sementara itu, pengaruh inflasi tidak signi- penduduk yang tidak memperoleh pekerjaan
fikan terhadap pengangguran di Karesidenan (pengangguran).

52 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014: 48-54
Selain itu, ketiadaan sumber pendukung, DAFTAR PUSTAKA
lambatnya perkembangan lapangan kerja akan
mengakibatkan tenaga buruh, pengangguran Amir, A. (2007). Pengaruh inflasi dan pertumbuhan
dan kekurangan lapangan kerja semakin serius. ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia.
Sementara dampak dari peningkatan penduduk Aurangzeb and Khola, A. (2013). Factors effect-
yang cepat akan mengurangi pendapatan, ing unemployment: A cross country
tabungan dan investasi yang membuat pem- analysis. International Journal of Academic
bentukan modal menjadi lambat dan kesem- Research in Business and Social Sciences, 3
patan kerja semakin sedikit, akibatnya pekerjaan (1), hlm. 219-230.
berkurang dan terjadi pengangguran (Jhingan,
Badan Pusat Statistik. (2013) Jawa Tengah dalam
2000).
angka (1999-2014). Semarang: Badan Pusat
Statistik Jawa Tengah.
SIMPULAN Chow, Mohammad Shafiur Rahman. (2013).
Determinants of Unemployment in Bang-
Hasil perhitungan dengan data panel untuk ladesh: A Case Study. Developing Country
menjelaskan determinan pengangguran di Studies Vol. 4, No.3
Karesidenan Surakarta maka dapat diperoleh
Gujarati, D. N dan Dawn C. P. (2012). Dasar-
kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Peng-
Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba
ujian model menggunakan uji Chow menunjuk-
Empat.
kan bahwa model FEM lebih tepat digunakan
http://amriamir.wordpress.com, diakses tang-
daripada model PLS. Sementara pada uji
gal 20 Agustus 2013)
Hausman menunjukkan model FEM lebih tepat
digunakan dibandingkan dengan model REM. Jhingan, M.L. (2007). Ekonomi pembangunan dan
Oleh karena itu, studi ini memutuskan meng- perencanaan. Jakarta: PT Raja Grafindo
gunakan model FEM karena model FEM lebih Persada.
tepat dari model PLS dan REM; Kedua, PDRB Juanda, B dan Junaidi. (2012). Ekonomi Deret
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Waktu. Bogor: PT Penerbit IPB Press.
tingkat pengangguran, upah minimum dan Mankiw, N. G. (2012). Makroekonomi. Jakarta:
jumlah penduduk berpengaruh positif signifi- Erlangga.
kan terhadap tingkat pengangguran, sedangkan
Mankiw, N. G. (2012). Pengantar Ekonomi Mikro.
inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
Jakarta: Salemba Empat
tingkat pengangguran di Eks-Karesidenan
Surakarta tahum 1999-2013. Pitartono, R dan Banatul, H. (2012). Analisis
Berdasarkan dari hasil studi di atas, maka tingkat pengangguran di Jawa Tengah
diberikan saran pada pemerintah Eks-Karesi- Tahun 1997-2010. Diponegoro Journal Of
denan Surakarta hendaknya tanggap dalam Economics 1 (1), hlm.1-10.
mengatasi pengangguran baik secara langsung Prasaja, Mukti. (2013). Pengaruh investasi asing,
maupun tidak langsung. Secara langsung jumlah penduduk, dan inflasi terhadap
pemerintah menambah lapangan kerja baru, pengangguran terdidik di Jawa Tengah
sedangkan cara tidak langsung pemerintah periode tahun 1980-2011. Economics Devel-
hendaknya memberikan pengembangan kewi- opment Analysis Journal. Vol.2, No.3.
rausahan dan kegiatan pemberdayaan masyara- Samuelson A, P dan Willam, D. N. (2003). Ilmu
kat. Pemerintah hendaknya melakukan usaha- Mikro Ekonomi. Jakarta: PT. Media Global
usaha untuk meningkatkan investasi. Investasi Edukasi.
yang dimaksud adalah investasi padat karya, Samuelson A. P. (2004). Ilmu makro ekonomi.
bukan padat modal. Jakarta: PT. Media Global Edukasi.
Simanjuntak, P. J. (1985). Pengantar Ekonomi
Sumber Daya Manusia.Jakarta: LPFE UI.
Soebagiyo D., dkk. (2013). Analisis Daya Saing
Daerah dan Implikasinya terhadap Pem-

Efek Peningkatan Upah Minimum ... (Jihad Lukis Panjawa, Daryono Soebagiyo) 53
bangunan Wilayah di Jawa Tengah. Pene- bangunan Wilayah di Jawa Tengah. Pene-
litian PUPT-Dikti Tahap 1 2013. litian PUPT-Dikti Tahap 2 2014.
Soebagiyo D., dkk. (2013). Analisis Daya Saing Todaro, P. M. (2011). Pembangunan Ekonomi.
Daerah dan Implikasinya terhadap Pem- Jakarta: Erlangga.

LAMPIRAN

Tabel 5. Regresi Fixed Effect Model

Variabel Prob.F
Hasil Regresi R2
C PDRB INF UMK POPL Stat

Koefisien -10,29146 -8,17E-07 -0,004207 1,16E-05 1,76E-05 0,000 0,6621


Prob.t-Stat 0,0559 0,0000 0,7660 0,0000 0,0061

54 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014: 48-54

Anda mungkin juga menyukai