Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PENGARUH TINGKAT UPAH MINIMUM,

INFLASI, DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP


PENGANGGURAN DI KOTA MALANG (1996 – 2013)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Ayudha Lindiarta
0910210029

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALISIS PENGARUH TINGKAT UPAH MINIMUM, INFLASI, DAN

JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENGANGGURAN DI KOTA

MALANG (1996 – 2013)

Yang disusun oleh :


Nama : Ayudha Lindiarta
NIM : 0910210029
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 24 Juni 2014

Malang, 24 Juni 2014


Dosen Pembimbing,

Dr. Susilo, SE.,MS.


NIP. 19601030 198601 1 001
Analisis Pengaruh Tingkat Upah Minimum, Inflasi, dan Jumlah Penduduk Terhadap
Pengangguran di Kota Malang (1996 – 2013)
Ayudha Lindiarta
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
Email: lindiartaayudha@gmail.com

ABSTRAK

Masalah pengangguran merupakan masalah yang sangat komplek yang dialami oleh
setiap negara berkembang. Secara ekonomi makro, pengangguran menjadi permasalahan pokok
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan tingkat pengangguran, dapat dilihat
ketimpangan atau kesenjangan distribusi pendapatan yang diterima suatu masyarakat. Pokok dari
permasalahan ini bermula dari terjadinya kesenjangan antar variabel yang mempengaruhi
pengangguran dengan rendahnya tingkat penyerapan tenaga kerja yang ada. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat upah minimum, infkasi, dan jumlah
penduduk terhadap pengangguran yang terjadi di Kota Malang tahun 1996 – 2013.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda, uji
hepotesis menggunakan pengujian secara parsial (Uji t), simultan (Uji F), Uji koefisien
Determinan (R2), dan dengan Uji asumsi klasik. Data – data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data pengangguran, upah minimum, inflasi, dan jumlah penduduk Kota Malang tahun
1996 – 2013.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel UMK mempunyai pengaruh
negatif tang tidak signifikan terhadap variabel pengangguran dengan nilai sig t (0,296) > α =
0,05, variabel inflasi mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap variabel
pengangguran dengan nilai sig t (0,039) < α = 0,05, dan variabel jumlah penduduk mempunyai
pengaruh negatif yang signifikan terhadap variabel pengangguran dengan nilai sig t (0,025) < α
= 0,05, sedangkan secara simultan variabel UMK, inflasi, dan jumlah penduduk mempunyai
pengaruh yang signifikan.

Kata kunci: Pengangguran, Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK), Inflasi, Jumlah Penduduk
A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta
memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, ini membuaat Indonesia pantas disebut sebagai
negara yang kaya akan sumber daya alam maupun sumber daya manusiannya. Hal ini seharusnya
dapat memberikan keuntungan untuk perekonomian di Indonesia. Namun faktanya sekarang,
banyak warga Indonesia yang tidak memiliki pekerjaan atau dengan kata lain menjadi
pengangguran. Secara ekonomi makro, pengangguran menjadi permasalahan pokok baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
Setiawan (2013:2) mengatakan bahwa pengangguran dapat terjadi sebagai akibat dari
tingginya tingkat perubahan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan adanya lapangan
pekerjaan yang cukup luas serta penyerapan tenaga kerja yang cenderung kecil persentasenya, hal
ini disebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan penciptaan lapangan kerja untuk menampung
tenaga kerja yang siap bekerja. Atau dengan kata lain, di dalam pasar tenaga kerja jumlah
penawaran akan tenaga kerja yang ada lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah permintaan
tenaga kerja.
Masalah pengangguran ini merupakan masalah yang selalu menjadi persoalan bangsa
Indonesia yang sulit untuk dipecahkan. Hal ini mengingat jumlah kepadatan penduduk indonesia
yang terus bertambah dan tidak diiringi dengan tingginya permintaan akan tenaga kerja dan
kurangnya jumlah lapangan pekerjaan yang ada. Berikut merupakan tabel jumlah pengangguran di
Indonesia dari tahun 2010 sampai tahun 2013.

Tabel 1: Jumlah Pengangguran Indonesia tahun 2010 - 2013 (Juta Jiwa)


Juta Jiwa
Jumlah 2010 2011 2012 2013
Pengangguran 8,32 7,70 7,24 7,39
Sumber: BPS, 2013 (diolah)

Masalah pengangguran juga dialami oleh seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia, tidak


terkecuali pengangguran yang terjadi di kota Malang. Menarik untuk diamati bahwa Malang
merupakan Kota besar dan berkembang yang memiliki banyak industri dan banyak menyerap
banyak tenaga kerja. Akan tetapi dalam kenyataannya tingkat pengangguran yang terjadi di Kota
Malang masih sangat tinggi. Berikut merupakan tabel jumlah pengangguran di Kota Malang dari
tahun 2010 sampai tahun 2013.

Tabel 2: Jumlah Pengangguran Kota Malang tahun 2010 – 2013 (Jiwa)


Jiwa
Jumlah 2010 2011 2012 2013
Pengangguran 11.817 11.700 10.175 10.019
Sumber: BPS, 2013 (diolah)

Masalah tingginya tingkat pengangguran yang terjadi di Kota Malang juga tidak terlepas
dari tingginya jumlah penduduk Kota Malang itu sendiri. Meskipun tidak selalu mengalami
kenaikan di setiap tahunnya, akan tetapi jumlah penduduk di Kota Malang bisa dikatakan masih
tinggi, hal itu terlihat dari tabel jumlah penduduk Kota Malang dari Tahun 2010 sampai tahun
2013 berikut ini.

Tabel 3 Jumlah Penduduk Kota Malang Tahun 2010 – 2013 (jiwa)


Tahun Jumlah Penduduk Prosentase
2010 820.243 -
2011 894.653 8,31%
2012 893.833 0,09%
2013 845.683 5,69%
Sumber: BPS, 2013 (diolah)

Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kota Malang mengalami
kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kota Malang
mencapai 820.243 jiwa. Hingga pada akhir tahun 2013 jumlah penduduk di Kota Malang
mengalami penurunan hingga mencapai 845.683 jiwa atau mengalami penurunan sebesar 5,69%
dari tahun sebelumnya.
Salah satu indikator untuk meningkatkan kesejahteraan adalah dengan penetapan tingkat
upah minimum. Tjiptoherijanto, (1996:79) mengatakan bahwa upah atau gaji dapat dipandang
sebagai imbalan atau balas jasa kepada para pekerja terhadap output produksi yang telah
dihasilkan. Berikut merupakan besaran jumlah UMK Kota Malang dari tahun 2010 sampai dngan
tahun 2013:

Tabel 4 Besaran tingkat Upah Minimum Kota Malang dari tahun 2005 sampai dengan tahun
2013
Tahun Besaran UMK Kota Malang
2010 Rp. 1.006.263,-
2011 Rp. 1.079.887,-
2012 Rp. 1.132.254,-
2013 Rp. 1.340.300,-
Sumber: BPS, 2013 (diolah)

Dari data yang diperoleh tentang besaran tingkat Upah Minimum Kota Malang diatas
terlihat bahwa, besaran tingkat Upah Minimum Kota Malang dari tahun ke tahun selalu mengalami
kenaikan.
Sementara itu Sihombing (2009) mengatakan bahwa inflasi adalah suatu keadaan
dimanaharga barang – barang secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu
yang lama dan terus menerus. Oleh karena itu, tinggi rendahnya tingkat inflasi yang terjadi di
suatu negara dapat mengukur baik atau buruknya suatu perekonomian negara tersebut. Oleh karena
itu perlu adanya kebijakan yang tepat dari pemerintah untuk mengawasi laju inflasi yang terjadi di
negara tersebut. Berikut merupakan tabel tingkat inflasi Kota Malang dari tahun 2010 sampai
dengan tahun 2013.

Tabel 5 Tingkat inflasi Kota Malang tahun 2010 – 2013 (%)


Prosentase
Tingkat Inflasi 2010 2011 2012 2013
6,7% 6,0% 4,9% 7,9%
Sumber: BPS, 2013 (diolah)

Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk
mengetahui pengaruh tingkat upah minimum, inflasi, dan jumlah penduduk terhadap
pengangguran yang terjadi di Kota Malang.
Dengan penjelasan yang dijabarkan di atas, maka pokok masalah yang dirumuskan
dalam penelitian ini adalah :
1. Apa pengaruh tingkat upah minimum terhadap pengangguran yang terjadi di Kota
Malang?
2. Apa pengaruh tingkat inflasi terhadap pengangguran yang terjadi di Kota Malang?
3. Apa pengaruh jumlah penduduk terhadap pengangguran yang terjadi di Kota Malang?

B. KAJIAN PUSTAKA

Pokok dari permasalahan dalam penelitian ini bermula dari kesenjangan yang terjadi
antara jumlah pengangguran di Kota Malang yang cukup tinggi terhadap tingkat upah minimum
(UMK), inflasi, dan jumlah penduduk

Hubungan Upah Minimum Terhadap Pengangguran


David Ricardo mengemukakan bahwa suatu teori yang disebut teori nilai kerja. Upah
kerja menurut Ricardo tergantung pada keperluan subsistensi, yaitu kebutuhan minimum yang
diperlukan para pekerja agar dapat bertahan hidup. Kebutuhan minimum menurut Ricardo
tergantung pada pada lingkungan dan adat istiadat. Menurut Ricardo, ketika standart umum
kehidupan meningkat, upah minimum yang dapat dibayarkan kepada pekerja juga meningkat.
Sementara itu Mankiw (1999) Mengatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya
pengangguran adalah adanya kekakuan upah ( Wage rigidity ). Kekakuan upah adalah gagalnya
upah melakukan penyesuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya. Seperti
yang terlihat dalam kurva kekakuan upah berikut ini:

Gambar 1 Kurva Kekakuan Upah Riil

Upah riil penawaran

pengangguran
upah riil
yang kaku permintaan

tenaga kerja

Sumber: Mankiw, 1999

Gambar diatas menunjukkan mengapa kekakuan upah menyebabkan pengangguran.


Ketika upah riil diatas tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan, jumlah tenaga
kerja yang ditawarkan melebihi jumlah yang diminta. Perusahaan harus mendistribusikan
kelangkaan pekerjaan di antara para pekerja. Kekakuan upah riil mengurangi tingkat penemuan
pekerjaan yang mempertinggi tingkat pengangguran.

Hubungan Inflasi Dengan Pengangguran


Mankiw (1999:28) mengatakan bahwa inflasi adalah kenaikan dalam keseluruhan tingkat
harga. Secara umum inflasi adalah suatu gejala naiknya harga secara terus menerus ( berkelanjutan
) terhadap sejumlah barang. Kenaikan yang sifatnya sementara tidak dapat dikatakan inflasi dan
kenaikan harga terhadap satu jenis komoditi juga tidak dikatakan inflasi.
Tingkat inflasi memiliki pengaruh terhadap tingkat pengangguran. Apabila tingkat inflasi
yang dihitung adalah inflasi yang terjadi pada harga-harga secara umum maka tingginya tingkat
inflasi yang terjadi akan berakibat pada peningkatan pada tingkat bunga (pinjaman). Akibatnya
dengan tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi investasi untuk mengembangkan sektor-sektor
yang produktif Sukirno (2005).
Teori yang signifikan dalam menjelaskan sebab akibat inflasi adalah Kurva Phillips,
seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 2 Kurva Philips

Sumber: Mankiew, 1999


Kurva Philips ini hanya berlaku pada tingkat inflasi ringan dan dalam jangka pendek. Hal
ini disebabkan karena adanya kenaikan harga yang membuat perusahaan meningkatkan jumlah
produksinya dengan harapan memperoleh laba yang lebih tinggi. Namun, jika inflasi yang terjadi
adalah hyper inflation, kurva Philips tidak berlaku lagi. Pada saat inflasi tinggi yang tidak
dibarengi dengan kemampuan masyarakat, perusahaan akan mengurangi jumlah penggunaan
tenaga kerja sehingga jumlah pengangguran akan bertambah.

Hubungan Jumlah Penduduk terhadap Pengangguran


Secara umum penduduk adalah setiap orang yang berdomisili atau bertempat tinggal di
dalam wilayah suatu negara dalam waktu yang cukup lama. Haryanto (2013:23) menjelaskan
bahwa jumlah penduduk menunjukkan total manusia atau penduduk yang menempati suatu
wilayah pada jangka waktu tertentu. Malthus berpendapat tentang hubungan antara populasi, upah
riil, dan inflasi. Ketika populasi buruh tumbuh lebih cepat dari pada produksi makanan, maka upah
riil turun, karena pertumbuhan penduduk menyebabkan biaya hidup yaitu biaya makanan naik..
Ketika upah riil di suatu wilayah tinggi, maka akan mempengaruhi pengangguran. Ketika terjadi
peningkatan upah riil maka suatu perusahaan akan mengurangi jumlah buruhnya, sementara
penawaran tenaga kerja yang ada masih tetap tinggi. Ketika penawaran tenaga kerja lebih tinggi
dari pada permintaan tenaga kerja maka akan terjadi pengangguran. Artinya Malthus beranggapan
bahwa terdapat pengaruh positif antara pengangguran dengan jumlah penduduk
Pendapat berbeda justru dikemukakan oleh Emili Durkheim. Ia beranggapan bahwa
pengangguran dan jumlah penduduk memiliki hubungan yang negatif. Ketika jumlah penduduk
meningkat maka akan ada persaingan setiap orang untuk lebih meningkatkan pendidikan dan
ketrampilan yang dimilikinya. Dengan demikian setiap orang berlomba untuk mendapatkan
pekerjaan dan akan menekan tinggi nya jumlah pengangguran.

C. METODE PENELITIAN

Populasi Penelitian dan Metode Pengumpulan Data


Penelitian ini dilakukan dengan data sekunder berbentuk time series dari tahun 1996
sampai dengan 2013 pada Kota Malang. Data ini diperoleh dari dari perpustakaan, website, jurnal
atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian ini, antara lain Badan Pusat Statistik Jawa
Timur, dan Badan Pusat Statistik Kota Malang.

Metode Analisis
Motode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Sedangkan untuk analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear
berganda.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui hubungan variabel
dalam perekonomian yang diwakili oleh variabel pengangguran terhadap tingkat upah minimum,
tingkat inflasi, dan jumlah penduduk. Hubungan tersebut memiliki hubungan secara fungsional
dengan formulasi sebagai berikut:

Y = f X1,X2, ……………..................................................1
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 еt…………………..…......2
Keterangan :
Y = Pengangguran
β0 = Konstanta
β1,β2 = Koefisien Regresi
X1 = Tingkat upah minimum
X2 = Inflasi
X3 = Jumlah penduduk
et = error term
D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum mengetahui keterkaitan antar variabel dalam penelitian ini, berikut merupakan
gambaran umum variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian.

Grafik 1 Perkembangan Tingkat Pengangguran di Kota Malang Tahun 1996 - 2013

Sumber: BPS Kota Malang (diolah)

Dari grafik diatas terlihat bahwa jumlah pengangguran yang terjadi di Kota Malang dari
tahun 1996 sampai dengan tahun 2006 masih menunjukkan tingkat fluktuasi yang sangat
mencolok. Pada tahun 1996 jumlah pengangguran yang terjadi di Kota Malang sebanyak 26.376
jiwa. Dan keadaan ini terus mengalami peningkatan yang signifikan sampai pada tahun 1999 yang
berjumlah 43.202 jiwa. Sedangkan pada tahun 2000 jumlah pengangguran yang ada turun menjadi
26.546 jiwa, yang kemudian terjadi kenaikan yang cukup signifikan pada tahun 2002 sebanyak
40.889 jiwa. Selepas dari tahun 2005, jumlah pengangguran yang terjadi di Kota Malang
cenderung mengalami kenaikan dan penurunan yang bisa dikatakan lebih stabil. Dari tahun 2006
yang berjumlah 10.257 jiwa, mengalami penurunan hingga menjadi 10.019 jiwa pada akhir 2013.

Grafik 2 Perkembangan Tingkat UMK Kota Malang Tahun 1996 – 2013

Sumber: BPS Kota Malang (diolah)

Tingkat upah minimum yang terjadi di Kota Malang cenderung mengalami kenaikan
yang stabil dari tahun ke tahun. Dari tahun 1996 yang hanya sebesar Rp. 40.740,- meningkat
menjadi Rp. 135.353,- pada tahun berikutnya. Hingga pada tahun 2002 telah meningkat menjadi
Rp. 443.000,- . Upah minimum Kota Malang tersebut terus mengalami peningkatan sedikit demi
sedikit dari tahun ketahun, hingga pada tahun 2013 upah minimum Kota Malang telah mencapai
Rp. 1.340.300,- . Dengan keadaan yang demikian, diharapkan para pekerja yang ada dapat
meningkatkan skill yang dimilikinya dan juga dapat meningkatkan produktifitas.
Grafik 3 Perkembangan Tingkat Inflasi Kota Malang Tahun 1996 – 2013

Sumber: BPS Kota Malang (diolah)

Dari data diatas terlihat bahwa tingkat inflasi yang terjadi di Kota Malang dari tahun 1996
sampai dengan tahun 2013 cenderung mengalami kenaikan dan penurunan yang cukup stabil di
kisaran 0 – 15%. Hanya saja pada tahun 1998 terjadi lonjakan inflasi yang sangat tinggi yaitu
sebesar 93,16%. Setelah tahun 1998, keadaan inflasi Kota Malang relatif kecil, yaitu sebesar
1,49% dan meningkat lagi menjadi 10,62% pada tahun 2000. Keadaan yang fluktuatif tersebut
terus terjadi hingga tahun 2013. Pada tahun 2013 inflasi Kota Malang sebesar 7,92%.

Grafik 4 Pekembangan Jumlah Penduduk Kota Malang Tahun 1996 – 2013

Sumber: BPS Kota Malang (diolah)

Dari grafik diatas, maka terlihat bahwa jumlah penduduk Kota Malang cenderung
mengalami peningkatan setiat tahunnya. Pada tahun 1996 jumlah penduduk Kota Malang
berjumlah 698.895 jiwa. Keadaan tersebut terus mengalami peningkatan sampai tahun 2001 yaitu
sebanyak 741.815 jiwa. Pada tahun berikutnya jumlah penduduk Kota Malang mengalami
penurunan yang signifikan, dari 741.815 jiwa menjadi 571.244 jiwa pada tahun 2002. Selepas
tahun 2002, jumlah penduduk yang ada kembali mengalami tren kenaikan. Hingga pada tahun
2011 jumlah penduduk Kota Malang sudah mencapai 894.653 jiwa, dan mengalami penurunan
kembali pada tahun 2012 dan tahun 2013. Pada tahun 2012 jumlah penduduk Kota Malang turun
menjadi 893.833 jiwa, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan kembali menjadi 845.683 jiwa.

Hasil Estimasi dan Uji Statistik


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 1996 - 2013 dan
menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan software spss.

Persamaan Regresi
Persamaan regresi digunakan mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
Tabel 6 Persamaan Regresi

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 88904.643 22484.206 3.954 .001
X1 -.007 .007 -.238 -1.085 .296
X2 185.721 81.530 .315 2.278 .039
X3 -.083 .033 -.539 -2.512 .025

Sumber: Data sekunder (Diolah)

Berdasarkan pada Tabel 6 didapatkan persamaan regresi sebagai berikut :


Y = 88904,643 – 0,007 X1 + 185,721 X2 – 0,083 X3
Dari persamaan di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Pengangguran akan menurun sebesar 0,007 orang untuk setiap tambahan satu satuan X1
(UMK). Jadi apabila UMK mengalami peningkatan 1 satuan, maka Pengangguran akan
menurun sebesar 0,007 orang dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.
2. Pengangguran akan meningkat sebesar 185.721 orang untuk setiap tambahan satu satuan
X2 (Inflasi), Jadi apabila Inflasi mengalami peningkatan 1 satuan, maka Pengangguran
akan meningkat sebesar 185.721 orang dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap
konstan.
3. Pengangguran akan menurun sebesar 0,083 orang untuk setiap tambahan satu satuan X3
(Jumlah penduduk), Jadi apabila jumlaha penduduk mengalami peningkatan 1 satuan,
maka Pengangguran akan menurun sebesar 0,083 orang dengan asumsi variabel yang
lainnya dianggap konstan.

Koefisien Determinasi (R2)


Untuk mengetahui besar kontribusi variabel bebas (UMK (X1), Inflasi (X2), dan Jumlah
penduduk (X3)) terhadap variabel terikat (Pengangguran) digunakan nilai R2, nilai R2 seperti dalam
Tabel 7 dibawah ini:

Tabel 7 Koefisien Korelasi dan Determinasi

Adjusted
Model R R Square R Square
1 .869 .755 .702

Sumber : Data sekunder (diolah)


.
2
Dari analisis pada Tabel 4.5 diperoleh hasil R (koefisien determinasi) sebesar 0,755.
Artinya bahwa 75,5% variabel Pengangguran akan dipengaruhi oleh variabel bebasnya, yaitu
UMK(X1), Inflasi (X2), dan Jumlah penduduk (X3). Sedangkan sisanya 24,5% variabel
Pengangguran akan dipengaruhi oleh variabel-variabel yang lain yang tidak dibahas dalam
penelitian ini.

Pengujian hipotesis
a. Hipotesis I (F test / Serempak)
Uji simultan menunjukkan bahwa apakah terdapat pengaruh dari variabel
bebas/prediktor terhadap variabel terikat/respon secara simultan. Hipotesis pada uji F yaitu :
H0 ditolak jika F hitung > F tabel
H0 diterima jika F hitung < F tabel
Tabel 7 Hasil Uji F/Serempak
ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2E+009 3 628891811.5 14.364 .000a
Residual 6E+008 14 43781006.79
Total 2E+009 17
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: Y

Sumber: Data sekunder (diolah)

Berdasarkan Tabel 7 nilai F hitung sebesar 14,364. Sedangkan F tabel (α = 0.05 ; db


regresi = 3 : db residual = 14) adalah sebesar 3,344. Karena F hitung > F tabel yaitu 14,364 >
3,344 atau nilai sig t (0,000) < α = 0.05 maka model analisis regresi adalah signifikan.

b. Hipotesis II (t Test / Parsial)


Uji parsial menunjukkan bahwa apakah setiap variabel bebas dapat memberikan
pengaruh pada variabel terikat. Hipotesis pada uji t yaitu :
H0 : Variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat
H1 : Variabel bebas mempengaruhi variabel terikat

Tabel 8 Hasil Uji t / Parsial

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 88904.643 22484.206 3.954 .001
X1 -.007 .007 -.238 -1.085 .296
X2 185.721 81.530 .315 2.278 .039
X3 -.083 .033 -.539 -2.512 .025

Sumber: Data sekunder (diolah)

t test antara X1 (UMK) dengan Y (Pengangguran) menunjukkan t hitung = 1,085.


Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual = 14) adalah sebesar 2,145. Karena t hitung < t tabel yaitu
1,085 < 2,145 atau nilai sig t (0,296) > α = 0.05 maka pengaruh X1 (UMK) terhadap Pengangguran
adalah tidak signifikan. Hal ini berarti H0 diterima.
t test antara X2 (Inflasi) dengan Y (Pengangguran) menunjukkan t hitung = 2,278.
Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual = 14) adalah sebesar 2,145. Karena t hitung > t tabel yaitu
2,278 > 2,145 atau nilai sig t (0,039) < α = 0.05 maka pengaruh X2 (Inflasi) terhadap
Pengangguran adalah signifikan pada alpha 5%. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
t test antara X3 (Jumlah penduduk) dengan Y (Pengangguran) menunjukkan t hitung =
2,512. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual = 14) adalah sebesar 2,145. Karena t hitung > t
tabel yaitu 2,512 > 2,145 atau nilai sig t (0,025) < α = 0.05 maka pengaruh X3 (Jumlah penduduk)
terhadap Pengangguran adalah signifikan pada alpha 5%. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1
diterima.

Asumsi – asumsi Klasik Regresi


1. Uji normalitas
Prosedur uji dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan ketentuan sebagai
berikut :
H0 : residual tersebar normal
H1 : residual tidak tersebar normal
Jika nilai sig. (p-value) > maka H0 diterima yang artinya normalitas terpenuhi.
Tabel 9 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz
ed Residual
N 18
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation 6004.577151
Most Extreme Absolute .139
Differences Positive .139
Negative -.094
Kolmogorov-Smirnov Z .591
Asymp. Sig. (2-tailed) .876
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Sumber: Data sekunder (diolah)

Dari hasil perhitungan didapat nilai sig. sebesar 0.876 (dapat dilihat pada Tabel 9) atau
lebih besar dari 0.05; maka ketentuan H0 diterima yaitu bahwa asumsi normalitas terpenuhi.

2. Uji Autokorelasi
Uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW-test). Hipotesis
yang melandasi pengujian adalah:
H 0 : ρ = 0 (tidak terdapat autokorelasi di antara sisaan)
H 1 : ρ ≠ 0 (terdapat autokorelasi di antara sisaan)

Tabel 10 Hasil Uji Autokorelasi

Durbin-
Model Watson
1 1.869

Sumber: Data sekunder (diolah)

Dari Tabel 10 diketahui nilai uji Durbin Watson sebesar 1,869 yang terletak antara 1.736
dan 2.264, maka dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak terdapat autokorelasi telah terpenuhi.

3. Uji Multikoleniaritas
Cara pengujiannya adalah dengan membandingkan nilai Tolerance yang didapat dari
perhitungan regresi berganda, apabila nilai tolerance < 0,1 maka terjadi multikolinearitas.
Tabel 11 Hasil Uji Multikolinieritas

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 X1 .364 2.749
X2 .917 1.091
X3 .381 2.624

Sumber: Data sekunder (diolah)

Pada hasil pengujian didapat bahwa keseluruhan nilai tolerance > 0,1 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas.
4. Uji Heterokesdatisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksamaan nilai
simpangan residual akibat besar kecilnya nilai salah satu variabel bebas. Prosedur uji dilakukan
dengan Uji scatter plot.

Gambar 3 Uji Heteroskedastisistas


Scatterplot

Dependent Variable: Y
Regression Standardized Predicted

1
Value

-1

-1 0 1 2

Regression Standardized Residual

Sumber: Data sekunder (diolah)

Dari hasil pengujian tersebut didapat bahwa diagram tampilan scatterplot menyebar dan
tidak membentuk pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga dapat disimpulkan
bahwa sisaan mempunyai ragam homogen (konstan) atau dengan kata lain tidak terdapat gejala
heterokedastisitas.

Pembahasan dan Hasil


Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, kita dapat mendalami dan
memperluas wawasan guna menjawab lebih rinci dan detail tentang variabel – variabel yang
mempengaruhi pengangguran di Kota Malang pada penelitian ini.
Pertama, variabel upah minimum mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan
terhadap variabel pengangguran. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Neneng
Sandra (2004) yang berjudul “Dampak Kebijakan Upah Minimum Terhadap Tingkat Upah dan
Pengangguran di Pulau Jawa”. Dimana upah minimum yang telah ditetapkan oleh pemerintah
berdampak tidak signifikan terhadap pengangguran, dimana dugaan parameter upah riil tidak
berpengaruh secara nyata terhadap permintaan tenaga kerja karena pada umumnya upah bersifat
kaku. Upah tidak langsung berubah ketika ada suatu perubahan melainkan akan direspon dalam
jangka panjang.
Kedua, variabel Inflasi mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap variabel
Pengangguran. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kincaka Rizka (2007) dengan
penelitian yang berjudul analisis tingkat pengangguran dan faktor – faktor yang mempengaruhinya
di Indonesia. Dimana dalam penelitian tersebut variabel inflasi berpengaruh positif terhadap
variabel pengangguran. Dengan menggunakan pendekatan dari Philips dengan menghubungkan
antara inflasi dengan pengangguran untuk kasus di Kota Malang berbeda. Dalam penelitian yang
telah dilakukan diatas terlihat bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap pengangguran. Artinya
jumlah pengangguran akan meningkat seiring dengan peningkatan inflasi. Dari hasil diatas maka,
penggambaran dari kurva Phillips yang menghubungkan inflasi dengan pengangguran untuk kasus
di Kota Malang tidak tepat digunakan sebagai kebijakan untuk menekan tingkat pengangguran
yang ada karena dalam kurva Philips ini hanya berlaku pada saat tingkat inflasi tinggi dan pada
waktu jangka pendek saja.
Ketiga, variabel jumlah penduduk mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap
variabel jumlah penduduk. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Farid Alghofari (2010) dengan
judul Analisis tingkat pengangguran di Indonesia tahun 1980 - 2007. Dimana dalam penelitian
tersebut variabel jumlah penduduk memiliki ikatan yang kuat terhadap variabel pengangguran. Hal
ini mengindikasikan bahwa kenaikan jumlah penduduk sejalan dengan jumlah pengangguran.
Pendapat Malthus tentang “natural law” atau hukum alamiayah yang mempengaruhi jumlah
penduduk juga mendukung tentang penelitian ini, bahwa pertumbuhan jumlah penduduk akan
bertambah lebih cepat dibandingkan dengan jumlah bahan makanan. Akibatnya pada suatu saat
akan terjadi perbedaan yang besar antara jumlah penduduk dengan kebutuhan hidup.
E. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan yang telah dilakukan diatas, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Variabel tingkat upah minimum dan variabel pengangguran yang terjadi di Kota Malang
berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Hal ini bisa dikatakan bahwa ketika variabel tingkat
upah minimum naik maka variabel pengangguran yang ada akan turun. Akan tetapi dalam
penelitian ini terdapat pengaruh yang tidak signifikan antar kedua variabel tersebut. Parameter
upah minimum yang ada tidak berpengaruh secara nyata terhadap permintaan akan tenaga kerja,
karena pada umumnya upah bersifat kaku. Upah tidak langsung berubah ketika ada suatu
perubahan melainkan akan direspon dalam jangka panjang.
Variabel inflasi dan variabel pengangguran yang ada di Kota Malang berpengaruh positif
dan signifikan. Hal ini berarti ketika variabel inflasi naik maka variabel pengangguran juga akan
naik. Untuk kasus di Kota Malang pada khususnya, kenaikan harga – harga atau inflasi pada
umumnya disebabkan karena adanya kenaikan biaya produksi, bukan karena kenaikan permintaan.
Dengan kenaikan biaya produksi inilah yang menyebabkan perusahaan akan mengurangi para
pekerja yang ada, karena suatu perusahaan akan memilih memaksimalkan produksinya dengan
jumlah pekerja yang sedikit dan dengan biaya produksi yang tinggi.
Variabel jumlah penduduk dan variabel pengangguran yang terjadi di Kota Malang
berpengaruh negatif dan signifikan. Hal ini berarti kerika variabel jumlah penduduk tinggi maka
variabel pengangguran akan turun. Hal ini terjadi karena pada kasus pengangguran yang terjadi di
Kota Malang didominasi oleh pengangguran yang terdidik. Secara tidak langsung bahwa ketika
jumlah penduduk tinggi dan diikuti dengan banyaknya pengangguran terdidik maka pengangguran
akan terserap, karena dengan keadaan yang demikian maka akan mendorong sertiap orang berloba
– lomba untuk mendapatkan pekerjaan

Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan
dapat bermanfaat bagi pemerintah, perusahaan maupun bagi pihak-pihak lain. Adapun saran yang
diberikan, antara lain:
Pertama, Diharapkan pihak pemerintah dapat mempertahankan serta meningkatkan mutu
dari Jumlah penduduk, karena variabel Jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang dominan
dalam mempengaruhi Pengangguran, diantaranya yaitu dengan cara menyelenggarakan
pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan untuk pencari kerja, sehingga Pengangguran akan menurun.
Kedua, Diharapkan pihak perusahaan juga harus bisa berperan aktif dalam menekan
jumlah pengangguran yang ada dan menciptakan stabilisasi perekonomian nasional. Hadirnya
perusahaan – perusahaan di tengah masyarakat diharapkan mampu memberikan kontribusi riil
dalam mengatasi permasalahan nasional yaitu pengangguran.

DAFTAR PUSTAKA

Alghofari, Farid. 2010. Analisis Tingkat Pengangguran di Indonesia Tahun 1980-2007.


Jurnal Pengangguran, Vol.1, (No. 1).

Ambargo, Hardiono. 2012. Pengangguran. ( Online ) http://dhino-ambargo.blogspot.com.


Diakses: 1 Februari 2014

Badan Pusat Statistik. 2013. Data Pengangguran Kota Malang. Malang: Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik. 2013. Data Upah Minimum Kota Malang. Malang: Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik. 2013. Data Inflasi Kota Malang. Malang: Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik. 2013. Data Jumlah Penduduk Kota Malang. Malang: Badan Pusat Statistik

Dajan, Anto. 1987. Pengantar Metode Statistik Jilid II. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia

Fitra Kincaka Rizka. 2007. Analisis Tingkat Pengangguran dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya Di Indonesia. Skripsi Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Undip.
Semarang

Gujarati, Damodar. 2002. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga

Haryanto, Tri. 2013. Geografi Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Klaten: Intan Pariwara

Mankiw, N. Gregory. 1999. Teori Ekonomi Makro Edisi Keempat. Jakarta: Airlangga

Melayu S.P Hasibuan, 1996, Organisasi dan Motivasi, Dasar Peningkatan Produktivitas,
Jakarta: bumi aksara putra

Moekijat, 1999, Kamus Manajemen, Bandung: Penerbit Mandar Maju

Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Manullang. 1974. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia

Riechell. 2011. Mobilitas Penduduk. (Online) http://riechell.wordpress.com. Diakses: 5 Juli 2014

Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafika Persada

Setiawan, A. hendra. 2013. Analisis Pengruh DRB, Tingkat UMK, Tingkat Inflasi dan Beban /
Tanggungan Penduduk Terhadap Pengangguran Terbuka di Kota Magelang
Periode 1990 - 2010. UNDIP. Journal of economics. Volume 2, nomor 3, Tahun 2013,
Halaman 1 – 14

Sihombing, Ruben. 2009. Pengertian dan Dampak Inflasi. ( Online )


http://sihombingruben.blogspot.com. Diakses: 29 Januari 2014

Suroto. 1986. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press

Sandra, Neneng. 2004. Dampak Kebijakan Upah Minimum Terhadap Tingkat Upah dan
Pengangguran di Pulau Jawa. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Sugiono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Soesastro, Hadi. 2005. Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia Dalam Setengah
Abad Terakhir. Yogyakarta: Kanisius

Tjiptoherijanto, Prijanto. 1996. Sumber Daya Manusia Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta:
Lembaga Penerbit FEUI

Wibisono, Gunawan. 2012. Hubungan Antara Inflasi dan Pengangguran Dalam Kurva Phillips
(Online) http://gunawanw23.blogspot.com. Diakses: 16 Mei 2014

Anda mungkin juga menyukai