JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Ayudha Lindiarta
0910210029
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 24 Juni 2014
ABSTRAK
Masalah pengangguran merupakan masalah yang sangat komplek yang dialami oleh
setiap negara berkembang. Secara ekonomi makro, pengangguran menjadi permasalahan pokok
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan tingkat pengangguran, dapat dilihat
ketimpangan atau kesenjangan distribusi pendapatan yang diterima suatu masyarakat. Pokok dari
permasalahan ini bermula dari terjadinya kesenjangan antar variabel yang mempengaruhi
pengangguran dengan rendahnya tingkat penyerapan tenaga kerja yang ada. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat upah minimum, infkasi, dan jumlah
penduduk terhadap pengangguran yang terjadi di Kota Malang tahun 1996 – 2013.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda, uji
hepotesis menggunakan pengujian secara parsial (Uji t), simultan (Uji F), Uji koefisien
Determinan (R2), dan dengan Uji asumsi klasik. Data – data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data pengangguran, upah minimum, inflasi, dan jumlah penduduk Kota Malang tahun
1996 – 2013.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel UMK mempunyai pengaruh
negatif tang tidak signifikan terhadap variabel pengangguran dengan nilai sig t (0,296) > α =
0,05, variabel inflasi mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap variabel
pengangguran dengan nilai sig t (0,039) < α = 0,05, dan variabel jumlah penduduk mempunyai
pengaruh negatif yang signifikan terhadap variabel pengangguran dengan nilai sig t (0,025) < α
= 0,05, sedangkan secara simultan variabel UMK, inflasi, dan jumlah penduduk mempunyai
pengaruh yang signifikan.
Kata kunci: Pengangguran, Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK), Inflasi, Jumlah Penduduk
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta
memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, ini membuaat Indonesia pantas disebut sebagai
negara yang kaya akan sumber daya alam maupun sumber daya manusiannya. Hal ini seharusnya
dapat memberikan keuntungan untuk perekonomian di Indonesia. Namun faktanya sekarang,
banyak warga Indonesia yang tidak memiliki pekerjaan atau dengan kata lain menjadi
pengangguran. Secara ekonomi makro, pengangguran menjadi permasalahan pokok baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
Setiawan (2013:2) mengatakan bahwa pengangguran dapat terjadi sebagai akibat dari
tingginya tingkat perubahan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan adanya lapangan
pekerjaan yang cukup luas serta penyerapan tenaga kerja yang cenderung kecil persentasenya, hal
ini disebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan penciptaan lapangan kerja untuk menampung
tenaga kerja yang siap bekerja. Atau dengan kata lain, di dalam pasar tenaga kerja jumlah
penawaran akan tenaga kerja yang ada lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah permintaan
tenaga kerja.
Masalah pengangguran ini merupakan masalah yang selalu menjadi persoalan bangsa
Indonesia yang sulit untuk dipecahkan. Hal ini mengingat jumlah kepadatan penduduk indonesia
yang terus bertambah dan tidak diiringi dengan tingginya permintaan akan tenaga kerja dan
kurangnya jumlah lapangan pekerjaan yang ada. Berikut merupakan tabel jumlah pengangguran di
Indonesia dari tahun 2010 sampai tahun 2013.
Masalah tingginya tingkat pengangguran yang terjadi di Kota Malang juga tidak terlepas
dari tingginya jumlah penduduk Kota Malang itu sendiri. Meskipun tidak selalu mengalami
kenaikan di setiap tahunnya, akan tetapi jumlah penduduk di Kota Malang bisa dikatakan masih
tinggi, hal itu terlihat dari tabel jumlah penduduk Kota Malang dari Tahun 2010 sampai tahun
2013 berikut ini.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kota Malang mengalami
kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kota Malang
mencapai 820.243 jiwa. Hingga pada akhir tahun 2013 jumlah penduduk di Kota Malang
mengalami penurunan hingga mencapai 845.683 jiwa atau mengalami penurunan sebesar 5,69%
dari tahun sebelumnya.
Salah satu indikator untuk meningkatkan kesejahteraan adalah dengan penetapan tingkat
upah minimum. Tjiptoherijanto, (1996:79) mengatakan bahwa upah atau gaji dapat dipandang
sebagai imbalan atau balas jasa kepada para pekerja terhadap output produksi yang telah
dihasilkan. Berikut merupakan besaran jumlah UMK Kota Malang dari tahun 2010 sampai dngan
tahun 2013:
Tabel 4 Besaran tingkat Upah Minimum Kota Malang dari tahun 2005 sampai dengan tahun
2013
Tahun Besaran UMK Kota Malang
2010 Rp. 1.006.263,-
2011 Rp. 1.079.887,-
2012 Rp. 1.132.254,-
2013 Rp. 1.340.300,-
Sumber: BPS, 2013 (diolah)
Dari data yang diperoleh tentang besaran tingkat Upah Minimum Kota Malang diatas
terlihat bahwa, besaran tingkat Upah Minimum Kota Malang dari tahun ke tahun selalu mengalami
kenaikan.
Sementara itu Sihombing (2009) mengatakan bahwa inflasi adalah suatu keadaan
dimanaharga barang – barang secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu
yang lama dan terus menerus. Oleh karena itu, tinggi rendahnya tingkat inflasi yang terjadi di
suatu negara dapat mengukur baik atau buruknya suatu perekonomian negara tersebut. Oleh karena
itu perlu adanya kebijakan yang tepat dari pemerintah untuk mengawasi laju inflasi yang terjadi di
negara tersebut. Berikut merupakan tabel tingkat inflasi Kota Malang dari tahun 2010 sampai
dengan tahun 2013.
Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk
mengetahui pengaruh tingkat upah minimum, inflasi, dan jumlah penduduk terhadap
pengangguran yang terjadi di Kota Malang.
Dengan penjelasan yang dijabarkan di atas, maka pokok masalah yang dirumuskan
dalam penelitian ini adalah :
1. Apa pengaruh tingkat upah minimum terhadap pengangguran yang terjadi di Kota
Malang?
2. Apa pengaruh tingkat inflasi terhadap pengangguran yang terjadi di Kota Malang?
3. Apa pengaruh jumlah penduduk terhadap pengangguran yang terjadi di Kota Malang?
B. KAJIAN PUSTAKA
Pokok dari permasalahan dalam penelitian ini bermula dari kesenjangan yang terjadi
antara jumlah pengangguran di Kota Malang yang cukup tinggi terhadap tingkat upah minimum
(UMK), inflasi, dan jumlah penduduk
pengangguran
upah riil
yang kaku permintaan
tenaga kerja
C. METODE PENELITIAN
Metode Analisis
Motode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Sedangkan untuk analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear
berganda.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui hubungan variabel
dalam perekonomian yang diwakili oleh variabel pengangguran terhadap tingkat upah minimum,
tingkat inflasi, dan jumlah penduduk. Hubungan tersebut memiliki hubungan secara fungsional
dengan formulasi sebagai berikut:
Y = f X1,X2, ……………..................................................1
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 еt…………………..…......2
Keterangan :
Y = Pengangguran
β0 = Konstanta
β1,β2 = Koefisien Regresi
X1 = Tingkat upah minimum
X2 = Inflasi
X3 = Jumlah penduduk
et = error term
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum mengetahui keterkaitan antar variabel dalam penelitian ini, berikut merupakan
gambaran umum variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian.
Dari grafik diatas terlihat bahwa jumlah pengangguran yang terjadi di Kota Malang dari
tahun 1996 sampai dengan tahun 2006 masih menunjukkan tingkat fluktuasi yang sangat
mencolok. Pada tahun 1996 jumlah pengangguran yang terjadi di Kota Malang sebanyak 26.376
jiwa. Dan keadaan ini terus mengalami peningkatan yang signifikan sampai pada tahun 1999 yang
berjumlah 43.202 jiwa. Sedangkan pada tahun 2000 jumlah pengangguran yang ada turun menjadi
26.546 jiwa, yang kemudian terjadi kenaikan yang cukup signifikan pada tahun 2002 sebanyak
40.889 jiwa. Selepas dari tahun 2005, jumlah pengangguran yang terjadi di Kota Malang
cenderung mengalami kenaikan dan penurunan yang bisa dikatakan lebih stabil. Dari tahun 2006
yang berjumlah 10.257 jiwa, mengalami penurunan hingga menjadi 10.019 jiwa pada akhir 2013.
Tingkat upah minimum yang terjadi di Kota Malang cenderung mengalami kenaikan
yang stabil dari tahun ke tahun. Dari tahun 1996 yang hanya sebesar Rp. 40.740,- meningkat
menjadi Rp. 135.353,- pada tahun berikutnya. Hingga pada tahun 2002 telah meningkat menjadi
Rp. 443.000,- . Upah minimum Kota Malang tersebut terus mengalami peningkatan sedikit demi
sedikit dari tahun ketahun, hingga pada tahun 2013 upah minimum Kota Malang telah mencapai
Rp. 1.340.300,- . Dengan keadaan yang demikian, diharapkan para pekerja yang ada dapat
meningkatkan skill yang dimilikinya dan juga dapat meningkatkan produktifitas.
Grafik 3 Perkembangan Tingkat Inflasi Kota Malang Tahun 1996 – 2013
Dari data diatas terlihat bahwa tingkat inflasi yang terjadi di Kota Malang dari tahun 1996
sampai dengan tahun 2013 cenderung mengalami kenaikan dan penurunan yang cukup stabil di
kisaran 0 – 15%. Hanya saja pada tahun 1998 terjadi lonjakan inflasi yang sangat tinggi yaitu
sebesar 93,16%. Setelah tahun 1998, keadaan inflasi Kota Malang relatif kecil, yaitu sebesar
1,49% dan meningkat lagi menjadi 10,62% pada tahun 2000. Keadaan yang fluktuatif tersebut
terus terjadi hingga tahun 2013. Pada tahun 2013 inflasi Kota Malang sebesar 7,92%.
Dari grafik diatas, maka terlihat bahwa jumlah penduduk Kota Malang cenderung
mengalami peningkatan setiat tahunnya. Pada tahun 1996 jumlah penduduk Kota Malang
berjumlah 698.895 jiwa. Keadaan tersebut terus mengalami peningkatan sampai tahun 2001 yaitu
sebanyak 741.815 jiwa. Pada tahun berikutnya jumlah penduduk Kota Malang mengalami
penurunan yang signifikan, dari 741.815 jiwa menjadi 571.244 jiwa pada tahun 2002. Selepas
tahun 2002, jumlah penduduk yang ada kembali mengalami tren kenaikan. Hingga pada tahun
2011 jumlah penduduk Kota Malang sudah mencapai 894.653 jiwa, dan mengalami penurunan
kembali pada tahun 2012 dan tahun 2013. Pada tahun 2012 jumlah penduduk Kota Malang turun
menjadi 893.833 jiwa, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan kembali menjadi 845.683 jiwa.
Persamaan Regresi
Persamaan regresi digunakan mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
Tabel 6 Persamaan Regresi
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 88904.643 22484.206 3.954 .001
X1 -.007 .007 -.238 -1.085 .296
X2 185.721 81.530 .315 2.278 .039
X3 -.083 .033 -.539 -2.512 .025
Adjusted
Model R R Square R Square
1 .869 .755 .702
Pengujian hipotesis
a. Hipotesis I (F test / Serempak)
Uji simultan menunjukkan bahwa apakah terdapat pengaruh dari variabel
bebas/prediktor terhadap variabel terikat/respon secara simultan. Hipotesis pada uji F yaitu :
H0 ditolak jika F hitung > F tabel
H0 diterima jika F hitung < F tabel
Tabel 7 Hasil Uji F/Serempak
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2E+009 3 628891811.5 14.364 .000a
Residual 6E+008 14 43781006.79
Total 2E+009 17
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 88904.643 22484.206 3.954 .001
X1 -.007 .007 -.238 -1.085 .296
X2 185.721 81.530 .315 2.278 .039
X3 -.083 .033 -.539 -2.512 .025
Unstandardiz
ed Residual
N 18
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation 6004.577151
Most Extreme Absolute .139
Differences Positive .139
Negative -.094
Kolmogorov-Smirnov Z .591
Asymp. Sig. (2-tailed) .876
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari hasil perhitungan didapat nilai sig. sebesar 0.876 (dapat dilihat pada Tabel 9) atau
lebih besar dari 0.05; maka ketentuan H0 diterima yaitu bahwa asumsi normalitas terpenuhi.
2. Uji Autokorelasi
Uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW-test). Hipotesis
yang melandasi pengujian adalah:
H 0 : ρ = 0 (tidak terdapat autokorelasi di antara sisaan)
H 1 : ρ ≠ 0 (terdapat autokorelasi di antara sisaan)
Durbin-
Model Watson
1 1.869
Dari Tabel 10 diketahui nilai uji Durbin Watson sebesar 1,869 yang terletak antara 1.736
dan 2.264, maka dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak terdapat autokorelasi telah terpenuhi.
3. Uji Multikoleniaritas
Cara pengujiannya adalah dengan membandingkan nilai Tolerance yang didapat dari
perhitungan regresi berganda, apabila nilai tolerance < 0,1 maka terjadi multikolinearitas.
Tabel 11 Hasil Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 X1 .364 2.749
X2 .917 1.091
X3 .381 2.624
Pada hasil pengujian didapat bahwa keseluruhan nilai tolerance > 0,1 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas.
4. Uji Heterokesdatisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksamaan nilai
simpangan residual akibat besar kecilnya nilai salah satu variabel bebas. Prosedur uji dilakukan
dengan Uji scatter plot.
Dependent Variable: Y
Regression Standardized Predicted
1
Value
-1
-1 0 1 2
Dari hasil pengujian tersebut didapat bahwa diagram tampilan scatterplot menyebar dan
tidak membentuk pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga dapat disimpulkan
bahwa sisaan mempunyai ragam homogen (konstan) atau dengan kata lain tidak terdapat gejala
heterokedastisitas.
Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan yang telah dilakukan diatas, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Variabel tingkat upah minimum dan variabel pengangguran yang terjadi di Kota Malang
berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Hal ini bisa dikatakan bahwa ketika variabel tingkat
upah minimum naik maka variabel pengangguran yang ada akan turun. Akan tetapi dalam
penelitian ini terdapat pengaruh yang tidak signifikan antar kedua variabel tersebut. Parameter
upah minimum yang ada tidak berpengaruh secara nyata terhadap permintaan akan tenaga kerja,
karena pada umumnya upah bersifat kaku. Upah tidak langsung berubah ketika ada suatu
perubahan melainkan akan direspon dalam jangka panjang.
Variabel inflasi dan variabel pengangguran yang ada di Kota Malang berpengaruh positif
dan signifikan. Hal ini berarti ketika variabel inflasi naik maka variabel pengangguran juga akan
naik. Untuk kasus di Kota Malang pada khususnya, kenaikan harga – harga atau inflasi pada
umumnya disebabkan karena adanya kenaikan biaya produksi, bukan karena kenaikan permintaan.
Dengan kenaikan biaya produksi inilah yang menyebabkan perusahaan akan mengurangi para
pekerja yang ada, karena suatu perusahaan akan memilih memaksimalkan produksinya dengan
jumlah pekerja yang sedikit dan dengan biaya produksi yang tinggi.
Variabel jumlah penduduk dan variabel pengangguran yang terjadi di Kota Malang
berpengaruh negatif dan signifikan. Hal ini berarti kerika variabel jumlah penduduk tinggi maka
variabel pengangguran akan turun. Hal ini terjadi karena pada kasus pengangguran yang terjadi di
Kota Malang didominasi oleh pengangguran yang terdidik. Secara tidak langsung bahwa ketika
jumlah penduduk tinggi dan diikuti dengan banyaknya pengangguran terdidik maka pengangguran
akan terserap, karena dengan keadaan yang demikian maka akan mendorong sertiap orang berloba
– lomba untuk mendapatkan pekerjaan
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan
dapat bermanfaat bagi pemerintah, perusahaan maupun bagi pihak-pihak lain. Adapun saran yang
diberikan, antara lain:
Pertama, Diharapkan pihak pemerintah dapat mempertahankan serta meningkatkan mutu
dari Jumlah penduduk, karena variabel Jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang dominan
dalam mempengaruhi Pengangguran, diantaranya yaitu dengan cara menyelenggarakan
pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan untuk pencari kerja, sehingga Pengangguran akan menurun.
Kedua, Diharapkan pihak perusahaan juga harus bisa berperan aktif dalam menekan
jumlah pengangguran yang ada dan menciptakan stabilisasi perekonomian nasional. Hadirnya
perusahaan – perusahaan di tengah masyarakat diharapkan mampu memberikan kontribusi riil
dalam mengatasi permasalahan nasional yaitu pengangguran.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2013. Data Pengangguran Kota Malang. Malang: Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik. 2013. Data Upah Minimum Kota Malang. Malang: Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik. 2013. Data Inflasi Kota Malang. Malang: Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik. 2013. Data Jumlah Penduduk Kota Malang. Malang: Badan Pusat Statistik
Dajan, Anto. 1987. Pengantar Metode Statistik Jilid II. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia
Fitra Kincaka Rizka. 2007. Analisis Tingkat Pengangguran dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya Di Indonesia. Skripsi Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Undip.
Semarang
Haryanto, Tri. 2013. Geografi Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Klaten: Intan Pariwara
Mankiw, N. Gregory. 1999. Teori Ekonomi Makro Edisi Keempat. Jakarta: Airlangga
Melayu S.P Hasibuan, 1996, Organisasi dan Motivasi, Dasar Peningkatan Produktivitas,
Jakarta: bumi aksara putra
Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafika Persada
Setiawan, A. hendra. 2013. Analisis Pengruh DRB, Tingkat UMK, Tingkat Inflasi dan Beban /
Tanggungan Penduduk Terhadap Pengangguran Terbuka di Kota Magelang
Periode 1990 - 2010. UNDIP. Journal of economics. Volume 2, nomor 3, Tahun 2013,
Halaman 1 – 14
Suroto. 1986. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Sandra, Neneng. 2004. Dampak Kebijakan Upah Minimum Terhadap Tingkat Upah dan
Pengangguran di Pulau Jawa. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Soesastro, Hadi. 2005. Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia Dalam Setengah
Abad Terakhir. Yogyakarta: Kanisius
Tjiptoherijanto, Prijanto. 1996. Sumber Daya Manusia Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta:
Lembaga Penerbit FEUI
Wibisono, Gunawan. 2012. Hubungan Antara Inflasi dan Pengangguran Dalam Kurva Phillips
(Online) http://gunawanw23.blogspot.com. Diakses: 16 Mei 2014