Anda di halaman 1dari 18

Analisis Hubungan Pengaruh Pengangguran Tehadap Upah Minimum,

Usia Angkatan Kerja dan Pendidikan di Indonesia Tahun 2003-2023

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Penilaian Akhir


Dalam Mata Kuliah Ekonometrika II

Disusun Oleh :
Anggi Anggriawan 2111021031
Wahyu Muhammad Ali Shobirin 2111021038
Maulana Muhammad Yahya 2111021060
Muhammad Taufiqurrahman Afrendi 2151021007

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
ABSTRAK

Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks yang dihadapi oleh pemerintah
Indonesia diera Globalisasi ini. Bertambahnya jumlah penduduk yang semakin besar di setiap
tahunnya membawa dampak bertambahnya jumlah angkatan kerja yang berarti jumlah orang
yang mencari pekerjaan meningkat. teori pertumbuhan modern menekankan pentingnya
peranan pemerintah terutama dalam meningkatkan pembangunan modal manusia (human
capital) melalui pendidikan dalam rangka mendorong dan meningkatkan produktivitas. Pada
penelitian ini menjelaskan tentang hubungan pengaruh pengangguran terhadap upah minimum,
usia angkatan kerja serta pendidikan di Indonesia dari tahun 2003-2023. Dengan fokus pada
variabel independen yaitu upah minimum, usia angkatan kerja serta pendidikan. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder yang diambil langsung
dari badan pusat statistik. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi linear berganda,
uji asumsi klasik dengan alat bantu STATA. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan dari 3
variabel independen yaitu upah minimum memiliki hubungan positf terhadap pengangguran
sedangkan usia angkatan kerja dan pendidikan memiliki hubungan negatif terhadap
pengangguran dan yang paling berpengaruh secara simultan terhadap pengangguran adalah
usia angkatan kerja.

Kata Kunci : Pengangguran, Upah Minimum, Usia Angkatan Kerja, Pendidikan

ABSTRAC
Unemployment is a very complex problem faced by the Indonesian government in this era of
globalisation. Modern growth theory emphasises the importance of the government's role,
especially in improving human capital development through education in order to encourage
and increase productivity. This study explains the relationship between the effect of
unemployment on minimum wage, labour force age and education in Indonesia from 2003-
2023. With a focus on independent variables, namely minimum wage, labour force age and
education. This type of research is quantitative research using secondary data taken directly
from the central statistics agency. The research method used is multiple linear regression,
classical assumption test with STATA tools. The result of the research that has been done from
3 independent variables, minimum wage has positive relationship to unemployment while
labour force age and education has negative relationship to unemployment and the most
influential simultaneously to unemployment is labour force age.
Keywords: Unemployment, Minimum Wage, Labour Force Age, Education
LATAR BELAKANG
Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks yang dihadapi oleh
pemerintah Indonesia diera Globalisasi ini. Pembangunan ekonomi sebuah negara dapat dilihat
keberhasilannya dari beberapa indikator perekonomian, salah satunya adalah tingkat
pengangguran. Berdasarkan tingkat pengangguran dapat dilihat kondisi suatu Negara apakah
perekonomiannya berkembang atau lambat dan atau bahkan mengalami kemunduran.
Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam
angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan
tersebut (Sadono, 2003). Pengangguran dapat terjadi akibat ketidakseimbangan pasar tenaga
kerja. Hal ini menunjukan bahwa jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga
kerja yang diminta. (Setya et al., n.d.)
Masalah pengangguran sudah menjadi suatu persoalan yang tidak lazim dihadapi oleh
negara-negara berkembang seperti Indonesia. Bertambahnya jumlah penduduk yang semakin
besar di setiap tahunnya membawa dampak bertambahnya jumlah angkatan kerja yang berarti
jumlah orang yang mencari pekerjaan meningkat. Oleh karena itu pemerintah harus segera
memikirkan masalah pengangguran ini sehingga dapat memutuskan strategi dalam upaya
penanganan masalah tingkat pengangguran yang terus meningkat ini.
Dalam pengangguran terdapat pengangguran terbuka (open unemployment) yaitu
tenaga kerja yang menganggur penuh, dan setengah pengangguran (underemployment) yaitu
penggunaan tenaga kerja yang lebih rendah dari jam kerjanya yang normal. Dalam jenis
penganguran terbuka ini banyak ditemukan dikota yang sedang berkembang.

Berdasarkan hasil data tersebut dapat diketahui pengangguran di Indonesia pada tahun
2003 sampai 2023 dapat diketahui bahwa pengangguran tertinggi terjadi pada tahun 2005
sebesar 11,24% sedangkan pengangguran terendah terjadi pada tahun 2019 yaitu sebesar
5,23%. Perkembangan angka pengangguran di Indonesia selama 20 tahun terakhir mengalami
penurunan walaupun awalnya naik dari tahun 2003 sampai tahun 2005 tapi setelah itu terus
menurun sampai tahun 2019 lalu Kembali meningkat pada tahun 2020 dikarenakan adanya
pandemi covid-19 yang mengguncang perekonomian sehingga membuat terjadinya
pengurangan pekerja dan terjadinya berbagai PHK yang berimbas pada meningkatnya angka
pengangguran.
Berbagai penelitian terdahulu mengungkapkan sejumlah fakta jika terdapat suatu
hubungan yang erat antara penyerapan tenaga kerja berdasarkan tingkat pendidikan dengan
tingkat pengangguran yang terjadi. teori pertumbuhan modern menekankan pentingnya
peranan pemerintah terutama dalam meningkatkan pembangunan modal manusia (human
capital) melalui pendidikan dalam rangka mendorong dan meningkatkan produktivitas dimana
pertumbuhan produktivitas tersebut pada gilirannya merupakan motor penggerak pertumbuhan
ekonomi, modal manusia dalam terminologi ekonomi digunakan untuk bidang pendidikan dan
berbagai kapasitas manusia lainnya yang ketika bertambah dapat meningkatkan produktivitas
karena pendidikan memainkan kunci dalam kemajuan perekonomian di suatu negara. (Alam,
2016).

Berdasarkan hasil data tersebut dapat diketahui rata-rata upah minimumdi Indonesia
pada tahun 2003 sampai 2023 dapat diketahui bahwa upah minimum tertinggi terjadi pada
tahun 2023 sebesar Rp.2.923.309,-.sedangkan pengangguran terendah terjadi pada tahun 2003
yaitu sebesar Rp.414.700,-. Perkembangan angka pengangguran di Indonesia selama 20 tahun
terakhir mengalami kenaikan setiap tahunnya tetapi kenaikan upah minimum tersebut sempat
tersendak di tahun 2020 sampai 2022 dikarenakan adanya pandemi covid-19 yang
mengguncang perkeonomian sehingga membuat terjadinya pengurangan pekerja dan
terjadinya berbagai PHK yang berimbas pada meningkatnya angka pengangguran serta
rendahnya kenaikan tingkat upah minimum.
Hubungan besaran upah yang berpengaruh terhadap jumlah pengangguran
dijelaskan oleh Kaufman dan Hotckiss (1999). Tenaga kerja yang menetapkan tingkat upah
minimumnya pada upah tertentu, jika seluruh upah yang ditawarkan besarnya dibawah upah
tersebut, seseorang akan menolak mendapatkan upah tersebut dan akibatnya menyebabkan
pengangguran.Pada kondisi perekonomian yang belum mencapai posisi full employment suatu
waktu produsen mengurangi produksinya (karena barang banyak yang belum laku), maka
permintaa tenaga kerja akan turun.(Nindya & Susilo, n.d.)
Berdasarkan hasil data tersebut dapat diketahui persentase usia Angkatan kerja di
Indonesia pada tahun 2003 sampai 2023 dapat diketahui bahwa pengangguran tertinggi terjadi
pada tahun 2023 sebesar 69,48% sedangkan pengangguran terendah terjadi pada tahun 2015
yaitu sebesar 65,76%. Perkembangan angka usia Angkatan kerja di Indonesia selama 20 tahun
terakhir mengalami fluktuatif dikarenakan adanya kenaikan serta penurunan pada tahun 2003
sampai tahun 2006 mengalami penurunan lalu meningkat sampai tahun 2010 lalu mengalami
fluktuatif sampai menurun pada tahun 2015 lalu setelahnya selalu meningkat hingga tahun
2023.
Angakatan kerja memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pengangguran di
darah TPT tinggi dari pada daerah TPT rendah secara signifikan. Angkatan kerja (labor
force) adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap untuk
bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Penduduk yang bekerja
adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk
memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh. Tenaga kerja ini
adalah penduduk yang berusia antara 15 sampai 64 tahun. Mankiw (2006) medefinisikan
angkatan kerja sebagai jumlah orang yang sedang bekerja danorang yang menganggur. Tingkat
pengangguran didefinisikan sebagai presentasi dari angkatan kerja yang tidak bekerja.
Berdasarkan hasil data tersebut dapat diketahui perkembangan Pendidikan di Indonesia
pada tahun 2003 sampai 2023 dapat diketahui bahwa ptingkata Pendidikan tertinggi terjadi
pada tahun 2023 sebesar 71,23%. sedangkan Tingkat pendidikan terendah terjadi pada tahun
2003 yaitu sebesar 60,92%. Perkembangan angka Pendidikan di Indonesia selama 20 tahun
terakhir mengalami kenaikan setiap tahunnya dari tahun 2003 sampai 2013 akan tetapi
kenaikan tersebut sempat melandai di tahun 2014 sampai 2023.
Permasalahan pengangguran sangat kompleks untuk dibahas dan diteliti mengingat
betapa pentingnya hal ini untuk menilai kemajuan perekonomian suatu negara. Tingkat
pengangguran yang tinggi dapat menimbulkan berbagai macam persoalan seperti gejolak sosial
hingga politik yang dapat menganggu stabilitas ekonomi negara. Pengangguran juga dapat
dikaitkan dengan beberapa indikator seperti tingkat pendidikan, pertumbuhan ekonomi, dan
inflasi. (Marliana, 2022).

TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Pengangguran adalah seseorang yang ingin memiliki pekerjaan akan tetapi belum
mendapatkannya serta orang tersebut tidak memiliki peran dalam proses produksi barang dan
jasa (Mankiw, 2006:131), kemudian menurut teori Keynes yang menyatakan bahwa
pengangguran yang ada di masyarakat disebabkan oleh kekukarangan permintaan umum
terhadap barang dan jasa sehingga tingkat upah yang ada di pasar tenaga kerja menjadi tidak
fleksibel.
Maksudnya adalah ketika perekonomian suatu negara mengalami pelambanan atau
penurunan, maka permintaan barang dan jasa dimasyarakat akan berkurang yang menyebabkan
produksi peusahaan pun menurun dan banyak tenaga kerja yang tidak dipakai lagi oleh
perusahaan karena untuk efisiensi tenaga kerja maka dengan begitu angka penganguran akan
meningkat.
Modal fisik dan sumber daya alam merupakan factor produksi yang bersifat positif,
akan tetpi jika suatu negara tidak mengembangkan keahlian dan pengetahuan masyarakatnya
dan tidak memanfaatkan potensi mereka secara efektif dalam pelaksanaan pembangunan
ekonomi dan pengelolaan ekonomi nasional, maka untuk selanjutnya negara tersebut tidak
akan bisa mengembangkan apapun (Todaro, 2000:384).
Upah adalah imbalan yang diterima oleh pekerja dari apa yang telah dikerjakan dsn
dinyatakan dalam bentuk uangdan ditetapkan berdsarkan kesepakatan, peraturan perundang-
undangan, atau perjanjian kerja dan termasuk tunjangan kerja dan keluarganya baik dari
pengusaha atau pemberi kerja (UU No.13 Tahun 2003).
Agar pengupahan tidak semena-mena dalam yang akan diberikan terhadap para pekerja
maka dibuatlah sebuah kebijakan tentang pengupahan salahsatumya adalah upah minimum.
Menurut Adi Nugroho Upah muncul dikarenakan adanya intervensi dari pemerintah
dikarenakan pasar tenaga kerja yang belum berimbang dimana penawaran tenaga kerja lebih
tinggi daripada permintaan tenaga kerja sehingga para pengusaha dengan leluasa bisa
menentukan upah.
Menurut Badan Pusat Statistik, angkatan kerja adalah penduduk usia kerja berumur 15
tahun atau lebih yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan
pengangguran. Jadi usia angkatan kerja mencakup semua manusia yang diglongkan
berdasarkan umur baik mencakup orang yang bekerja dan tidak bekerja. Disebut tidak
menganggur apabila angkatan kerja tersebut memiliki kemampuan serta siap kerja dan meiliki
upaya untuk mencari pekerjaan dalam empat minggu terakhir ( Kurniawan & Budi, 2015;
2019).
Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh D.S. Priyarsono dan B.K. Wardhana (2019) yang berjudul
"Determinants of Unemployment in Indonesia: Evidence from the Annual Labor Force
Survey". Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran
Indonesia dengan menggunakan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016. Studi
ini menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti pendidikan, usia, jenis kelamin, lokasi geografis
dan industri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengangguran di Indonesia.
Terkait dengan pendidikan, penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin besar kemungkinan mereka akan tetap menganggur. Sementara itu,
pengangguran di kalangan usia muda (15-24 tahun) lebih tinggi dalam kaitannya dengan usia
dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Selain itu, studi ini menunjukkan bahwa lokasi
geografis juga memiliki dampak yang signifikan, karena daerah perkotaan memiliki tingkat
pengangguran yang lebih tinggi daripada daerah pedesaan.
Penelitian oleh Farid Alghofari (2010) yang berjudul “Analisis Tingkat Pengangguran
Di Indonesia Tahun 1980-2007”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan jumlah
penduduk, tingkat inflasi, besaran upah, dan pertumbuhan ekonomi terhadap jumlah
pengangguran di Indonesia dari tahun 1980-2007. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
didasarkan pada teori pertumbuhan klasik, teori pertumbuhan David Ricardo, teori
pertumbuhan ekonomi, teori A.W. Phillips yang menganalis hubungan tingkat inflasi dan
pengangguran, teori inflasi, dan teori upah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Analisis kuantitatif dengan pendekatan statistic deskritif, yaitu mendeskripsikan data dan
grafik yang tersaji dan analisis korelasi untuk mengetahui besarnya tingkat hubungan antar
variabel. Berdasarkan analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa jumlah penduduk, besaran
upah, dan pertumbuhan ekonomi memiliki kecenderungan hubungan positifdan kuat terhadap
jumlah pengangguran. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan jumlah penduduk dan
angkatan kerja, besaran upah, dan pertumbuhan ekonomi sejalan dengan kenaikan jumlah
pengangguran. Sedangkan tingkat inflasi hubungannya positif dan lemah, hal ini
mengindikasikan tingkat inflasi tidak memiliki hubungan terhadap jumlah pengangguran.
Mengadaptasi dari kurva Phillips, menunjukkan bahwa analisis kurva Phillips yang
menggambarkan hubungan tingkat inflasi dengan pengangguran tidak cocok diterapkan di
Indonesia. Hal ini disebabkan inflasi di Indonesia disebabkan oleh kenaikan barang-brang,
bukan kenaikan permintaan akibat kenaikan upah yang tinggi.
Penelitian oleh M. Wardiansyah; Yulmardi; Zainul Bahri (2016) yang berjudul
“Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran (Studi kasus provinsi-
provinsi se-Sumatera)”. Penelitian ini menganalisis perkembangan tingkat pengangguran di
provinsi-provinsi se-Sumatera; menganalisis pengaruh upah terhadap tingkat pengganguran di
provinsi-provinsi se-Sumatera; menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat
pengganguran provinsi-provinsi se-Sumatera. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perkembangan tingkat pengangguran tertinggi diperoleh Provinsi Bengkulu, sedangkan
perkembangan tingkat pengangguran terendah di Provinsi Sumatera Selatan. Selanjutnya, hasil
analisis regresi menunjukkan bahwa Upah minimum provinsi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap tingkat pengangguran. Jika upah minimum naik sebesar 1%, akan
menyebabkan penurunan pada tingkat pengangguran sebesar 0,0029%. Laju pertumbuhan
ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran. Jika pertumbuhan
ekonomi naik sebesar 1%, akan menyebabkan penurunan pada tingkat pengangguran sebesar
0,23%
Penelitian oleh Elang Satrio Prakoso (2020) yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat
Pendidikan, Upah Minimum, Inflasi dan Investasi terhadap Tingkat Pengangguran di Indonesia
Periode 2010-2019” penelitian ini memiliki membahas bagaimana pengaruh dari Tingkat
Pendidikan, Inflasi, Investasi Asing, dan Upah Minimum terhadap tingkat pengangguran di
Indonesia. Menggunakan data selama sepuluh tahun dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2019. Dengan teknik analisis data yang digunakan adalah regresi data panel menggunakan
EViews. Hasil pengujian menunjukan bahwa secara simultan, keempat variabel bebas memiliki
pengaruh yang signifikan, sedangkan secara parsial, Tingkat Pendidikan, Inflasi dan Upah
Minimum memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan, sedangkan Investasi Asing tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengangguran di Indonesia pada tahun
2010-2019.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang diterapkan adalah deskriptif kuantitatif dan sumber datanya
adalah data panel sekunder. Data panel sekunder diperoleh dari institusi yang relevan dengan
penelitian ini. Data panel mencakup keterkaitan antara cross section dan time series. Dengan
menggabungkan kedua jenis data tersebut, kualitas dan kuantitas data dapat ditingkatkan
melalui pendekatan yang tidak mungkin dilakukan hanya dengan satu jenis data. (Gujarati
2012). Penelitian ini mempergunakan tiga variabel independen yaitu usia tenaga kerja, tingkat
pendidikan, dan upah minimum, serta satu variabel dependen yaitu pengangguran. Sumber data
yang digunakan adalah BPS.

Tabel 3.1 Deskripsi Data

Variabel Simbol Satuan pengukuran Sumber Data


Upah Minimum X1 Rupiah BPS
Usia Angkatan Kerja X2 Persentase BPS
Tingkat Pendidikan X3 Persentase BPS
Pengangguran Y Persentase BPS

Wilaayah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah di Indonesia. Peneliti
menggunakan data sekunder yang mencakup periode antara tahun 2003 hingga 2023. Data
tersebut digunakan untuk mengamati pengaruh variabel bebas (variabel independen) terhadap
variabel terikat (variabel dependen).Dalam pengumpulan data, digunakan teknik purposive
sampling. Purposive sampling merupakan salah satu metode pengambilan sampel yang
dilakukan secara sengaja oleh peneliti. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
Analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah regresi linier
berganda. Regresi linier berganda adalah metode yang sering digunakan untuk menguji
pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dalam suatu
persamaan linier, dengan skala pengukuran interval atau rasio. Dalam analisis regresi berganda,
efek dari variabel independen (karena adanya korelasi antara variabel independen) dapat diukur
baik secara individual maupun secara bersama-sama terhadap variabel yang diteliti.
Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk melihat prediksi nilai dari Tingkat
Pendidikan (X1), Upah Minimum (X2), Usia Angkatan Kerja (X3) terhadap tingkat
Pengangguran (Y) di Indonesia, sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh antara
variabel independen (X1, X2, dan X3) dengan variabel dependen (Y).
Model persamaannya adalah sebagai berikut :

Y = a + β1X1 + β2X2+ β3X3+ e

Dimana :

Y = Pengangguran
a = Konstanta
X1 = Tingkat Pendidikan
X2 = Upah Minimum
X3 = Usia Angkatan Kerja
β1 = Koefisien regresi Tingkat Pendidikan
β2 = Koefisien regresi Upah Minimum
β3 = Koefisien regresi Usia Angkatan Kerja
e = Error term
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan statistik parametrik. Statistik
parametrik adalah metode statistik yang didasarkan pada asumsi tentang distribusi data yang
digunakan. Menurut para ahli, statistik parametrik adalah pendekatan yang melibatkan estimasi
dan pengujian hipotesis tentang parameter-parameter populasi berdasarkan sampel data. Para
ahli menyatakan bahwa statistik parametrik menggunakan pendekatan matematis yang lebih
formal dan membutuhkan asumsi tertentu tentang populasi yang sedang diteliti. Syarat-syarat
tersebut umumnya tidak diuji dan dianggap sudah dipenuhi. Dalam penelitian ini digunakan
tingkat signifikan (𝑎) 0,05 atau 5% untuk menguji apakah hipotesis yang di ajukan dalam
penelitian ini diterima atau ditolak dengan cara menguji nilai F. Untuk menguji masing-masing
variabel independen secara terpisah terhadap tingkat kemiskinan dilakukan dengan menguji
nilai t dengan uji dua sisi pada tingkat signifikansi (𝑎) 0,05 atau 5%. Kriteria pengujian yang
digunakan adalah menerima hipotesis jika nilai t hasil perhitungan adalah positif signifikan.
Regresi data panel adalah metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data
yang terdiri dari pengamatan lintas waktu (time series) dan pengamatan lintas individu (cross-
section). Data panel menggabungkan informasi dari berbagai individu yang diamati secara
berulang dalam beberapa periode waktu. Dalam regresi data panel, variabel dependen (variabel
yang ingin diprediksi) dan variabel independen (variabel yang digunakan sebagai prediktor)
dapat bervariasi baik secara lintas waktu maupun lintas individu. Dengan menggunakan data
panel, kita dapat mengontrol efek individu atau karakteristik yang konsisten dari setiap unit
pengamatan, serta memodelkan variasi dan hubungan lintas waktu.
Uji Asumsi Klasik
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui serangkaian uji statistik yang dilakukan
dalam analisis regresi untuk memeriksa apakah asumsi-asumsi klasik terpenuhi.
Uji normalitas adalah sebuah metode statistik yang digunakan untuk menguji apakah
suatu variabel atau data mengikuti distribusi normal atau tidak. Tujuan dari uji
normalitas adalah untuk memastikan bahwa data memenuhi asumsi distribusi normal
yang sering digunakan dalam berbagai analisis statistik. Jarque-Bera test: Uji ini
menguji asumsi normalitas dengan melihat kemiripan skewness (kecondongan) dan
kurtosis (keruncingan) data dengan distribusi normal. Jika nilai p lebih besar dari
tingkat signifikansi yang ditentukan, maka dapat disimpulkan bahwa data mengikuti
distribusi normal.
𝑯𝟎 : Residual berdistribusi normal (Probabilitas dan Jarque-Bera > 0,05)
𝑯𝒂 : Residual tidak berdistribusi normal (Probabilitas dan Jarque-Bera < 0,05)
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah residual dari model yang
terbentuk memiliki varians yang konstan atau tidak. Suatu model yang baik adalah model yang
memiliki varians dari setiap gangguan atau residualnya konstan. Heteroskedastisitas adalah
keadaan dimana asumsi tersebut tidak tercapai, dengan kata lain dimana adalah ekspektasi dari
eror dan adalah varians dari eror yang berbeda tiap periode waktu. Apabila nilai Prob. F hitung
lebih besar dari 0,05 maka 𝑯𝟎 diterima yang artinya regresi linier terbebas dari
heteroskedastisitas.
𝑯𝟎 : Tidak terjadi heteroskedastisitas (Probabilitas F-statistik > 0,05)
𝑯𝒂 : Terjadi heteroskedastisitas (Probabilitas F-statistik < 0,05)
Uji autokorelasi, juga dikenal sebagai uji autokorelasi residual, digunakan untuk
memeriksa apakah terdapat korelasi antara residual dalam data deret waktu. Autokorelasi
terjadi ketika nilai residual pada waktu tertentu terkorelasi dengan nilai residual pada waktu
sebelumnya atau berikutnya. Uji LM (Lagrange Multiplier) juga dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya autokorelasi dalam model regresi. Uji LM adalah salah satu metode
pengujian yang digunakan dalam analisis autokorelasi. Dalam uji LM, dilakukan pengujian
hipotesis nol bahwa tidak ada autokorelasi pada model regresi. Statistik uji LM didasarkan pada
estimasi residual dan estimasi residual kuadrat dari model regresi. Uji LM kemudian menguji
apakah ada hubungan linear antara estimasi residual dan estimasi residual kuadrat. Jika terdapat
hubungan linear yang signifikan, hal ini mengindikasikan adanya autokorelasi pada model.
dilihat dari nilai probabilitas F hitung, yaitu lebih besar dari 0,05. Apabila nilai F hitung lebih
besar dari 0,05 maka 𝑯𝟎 diterima dan disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. Sebaliknya
apabila lebih kecil dari 0,05 maka 𝑯𝟎 ditolak dan disimpulkan data regresi terkena
autokorelasi. 𝑯𝟎 : Tidak terjadi autokorelasi (Probabilitas F-statistik > 0,05) 𝑯𝒂 : Terjadi
autokorelasi (Probabilitas F-statistik < 0,05).
Tujuan dari uji multikolinearitas adalah untuk memeriksa adanya korelasi yang tinggi antara
dua atau lebih variabel independen dalam model regresi. Multikolinearitas dapat menyebabkan
masalah dalam analisis regresi, seperti kesulitan dalam menentukan kontribusi masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen, koefisien regresi yang tidak stabil, atau
interpretasi yang salah tentang pengaruh variabel independen. Suatu regresi dikatakan terjadi
multikolinearitas apabila nilai matrik korelasi (correlation matrix) < 0,85.
𝑯𝟎 : Tidak terjadi multikolinearitas (correlation matrix < 0,85)
𝑯𝒂 : Terjadi multikolinearitas (correlation matrix > 0,85)
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Deskriptif Statistik

Berdasarkan hasil data tersebut dapat dilihat bahwa variabel Y yaitu pengangguran
memiliki nilai terendah sebesar 5.23% dan nilai terbesar sebesar 11.24% dengan nilai
rata-rata sebesar 7.23% dan memilki nilai standar deviasi sebesar 1.84% artinya nilai
standar deviasi lebih kecil daripada rata-ratanya maka tidak terjadi penyimpangan data
serta semakin akurat dengan rata-rata dan semakin serupa nilai-nilai pada variabel Y.
Sedangkan variabel X1 yaitu upah minimum memiliki nilai terendah sebesar
Rp.414700,- dan nilai terbesar sebesar Rp.2.923.309,- dengan nilai rata-rata sebesar
Rp.1.510.042,- dan memilki nilai standar deviasi sebesar Rp.867.598,10 artinya nilai
standar deviasi lebih kecil daripada rata-ratanya maka tidak terjadi penyimpangan data
serta semakin akurat dengan rata-rata dan semakin serupa nilai-nilai pada variabel X1.
Kemudian variabel X2 yaitu usia angkatan kerja memiliki nilai terendah sebesar
65.76% dan nilai terbesar sebesar 69.48% dengan nilai rata-rata sebesar 67.27% dan
memilki nilai standar deviasi sebesar 0.84% artinya nilai standar deviasi lebih kecil
daripada rata-ratanya maka tidak terjadi penyimpangan data serta semakin akurat
dengan rata-rata dan semakin serupa nilai-nilai pada variabel X2.
Kemudian variabel X3 yaitu pendidikan memiliki nilai terendah sebesar 60.92% dan
nilai terbesar sebesar 71.23% dengan nilai rata-rata sebesar 67.32% dan memilki nilai
standar deviasi sebesar 3.85% artinya nilai standar deviasi lebih kecil daripada rata-
ratanya maka tidak terjadi penyimpangan data serta semakin akurat dengan rata-rata
dan semakin serupa nilai-nilai pada variabel X3.
Analisis Data Panel
Regresi Linear Berganda

Dari hasil regresi menggunakan stata diperoleh hasil regresi sebagai berikut:
Y=β0+β1X1+β2X2+β3X3+e
Y=99,26377 + 1,52 X1 – 0,669972 X2 – 0,7316377 X3 + e
Keterangan:
Y= Pengangguran,
X1 = Upah Minimum,
X2 = Usia Angkatan Kerja,
X3 = Pendidikan,
e = Standar Eror.

Dari persamaan regresi diatas dapat diinterpretasikan:


Nilai konstanta dari hasi; regresi sebesar 99,26. Artinya apabila semua variabel
independen nilainya 0, maka faktor yang mempengaruhi pengangguran sebesar 99,26.
Koefisien X1 (Upah Minimum) sebesar 1,52 artinya setiap kenaikan satu rupiah upah
minimum maka pengangguran akan menaik sebesar 1,52. Koefisien dari upah
minimum bernilai positif itu artinya upah minimum memiliki hubungan positif dengan
pengangguran.
Koefisien X2 (Usia angkatan kerja) sebesar -0,6699 artinya setiap kenaikan satu satuan
usia angkatan kerja maka pengangguran akan menurun sebesar 0,6699. Koefisien dari
usia angkatan kerja bernilai negatif artinya usia angkatan kerja memiliki hubungan yang
tidak searah dengan pengangguran.
Koefisien X3 (Pendidikan) sebesar -0,7316 artinya setiap kenaikan satu tahun
pendidikan maka pengangguran akan menurun sebesar 0,7316. Koefisien dari
pendidikan bernilai negatif artinya pendidikan memilik hubungan yang tidak searah
dengan pengangguran.

Uji Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil uji koefisien R2 sebesar 0,8889 artinya 88,89% tingkat


pengangguran dipengaruhi oleh variabel upah minimum, usia angkatan kerja dan
pendidikan. Sedangkan sisanya sebesar 11,11% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dijelaskan dalam penelitian ini.

Uji statistik t

Jika nilai signifikan uji t > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Berdasatkan
data tersebut dapat dilihat bahwa variabel X1 ( Upah Minimum), X2 (Usia Angkatan
Kerja) dan X3 (Pendidikan) memiliki nilai kurang dari 0,05 maka tidak ada pengaruh
yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Uji Normalitas

Dari tabel tersebut dapat diketahui nilai probabilitas variabel Y sebesar 0.02067
< 0,05. Artinya memilki nilai sig.<0,05 yang berarti variabel Y memiliki data tidak
berdistribusi normal. Sedangkan diketahui nilai probabilitas variabel X1 sebesar
0.03729 <0,05. Artinya memilki nilai sig.<0,05 yang berarti variabel X1 memiliki data
tidak berdistribusi normal. Kemudian diketahui nilai probabilitas variabel X2 sebesar
0.47114 > 0,05. Artinya memilki nilai sig.>0,05 yang berarti variabel X2 memiliki data
berdistribusi normal. Lalu diketahui nilai probabilitas variabel X3 sebesar 0.00256 <
0,05. Artinya memilki nilai sig.<0,05 yang berarti variabel X3 memiliki data tidak
berdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas

Jika nilai toleransi (1/VIF)>0,10 dan nilai VIF<10, maka lolos uji
multikolinearitas. Maka berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
X1 memiliki nilai VIF sebesar 11.26 > 10 dan nilai 1/VIF sebesar 0,088 < 0,10 maka
variabel X1 tidak lolos uji multikolinearitas. Kemudian berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa variabel X2 memiliki nilai VIF sebesar 9.63 < 10 dan nilai 1/VIF
sebesar 0,1038 > 0,10 maka variabel X2 lolos uji multikolinearitas. Lalu berdasarkan
data tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel X3 memiliki nilai VIF sebesar 2.00 <
10 dan nilai 1/VIF sebesar 0,5011 > 0,10 maka variabel X3 lolos uji multikolinearitas.

Uji Heteroskedasitas

Jika sig.>0,05, maka lolos uji heteroskedasitas. Berdasarkan data tersebut dapat
dilihat bahwa nilai prob sebesar 0,7734 > 0,05 maka dapat disimpukan bahwa tidak
terjadi heteroskedasitas atau lolos uji heteroskedasitas.

Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey LM test for autocorrelation

lags(p) chi2 df Prob > chi2

1 0.155 1 0.6940

H0: no serial correlation

Jika nilai DW berada diantara (-2 < +2 ) maka lolos uji autokorelasi.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa nilai DW nya adalah sebesar 0.6940 yang
artinya (-2 < 0,2982 < 2 ) maka tidak ada autokorelasi atau lolos uji autokorelasi.
Hasil pembahasan
Berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan menggunakan analisis
regresi linier berganda ketiga variabel independen memilki pengaruh negatif terhadap
variabel dependen dengan uji koefisien determinan R2 diketahui ketiga variabel
tersebut memiliki pengaruh sebesar 88,89% terhadap pengangguran.
Pengaruh Upah minimum terhadap pengangguran. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Soeharjoto dan Mitha Rachma Oktavia yang
menyatakan bahwa upah minimum tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat pengangguran di indonesia pada tahun 2015-2018(Soekapdjo & 2Oktavia,
2021).
Pengaruh usia angkatan kerja terhadap pengangguran. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh frida ayu badria Yang menyatakan secara parsial
jika TPAK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran di lima provinsi
dengan tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia pada tahun 2011-2020
(“210717168_frida Ayu Badria,” n.d.)
Pengaruh pendidikan terhadap pengangguran. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Samsul arifin dan Firmansyah yang menyatakan Variabel
tingkat pendidikan berpengaruh negatif terhadap pengangguran di Provinsi Banten,
karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi seseoarang memiliki skill, motivasi,
dan agresitifitas tinggi dalam mencari kerja(Arifin, n.d.)

PENUTUP
Kesimpulan dari hasil analisis penelitian dan pembahasan terhadap data dengan
judul “Analisis Hubungan Pengaruh Pengangguran Tehadap Upah Minimum, Usia
Angkatan Kerja dan Pendidikan di Indonesia Tahun 2003-2023” yaitu berdasar hasil regresi
linear berganda dari tiga variabel independen ternyata upah minimum memiliki pengaruh
yang positif terhadap pengangguran sedangkan usia ngkatan kerja serta pendidikan
memiliki pengaruh yang negatif. Artinya ketika variabel upah minimum tersebut
mengalamai peningkatan maka pengangguran akan mengalami peningkatan begitu pula
sebaliknya ketika variabel usia angkatan kerja serta pendidikan mengalami peingkatan
maka penganguraan akan menurun.
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi R2 sebesar 88,09%. Ketika
pengangguran dipengaruhi oleh tiga variabel independen tersebut bisa menjelaskan
variabel pengangguran sebesar 88,89% sedangkan sisanya sebesar 11,11% dijelaskan oleh
variabel lain diluar dari penelitian ini.
Berdasarkan hasil uji signifikansi parameter individual atau uji t dari hasil
hitung t tabel diketahui jika dari tiga variabel independen hanya variabel usia angkatan
yang memiliki tingkat signifikansi secara simultan terhadap pengangguran
Dari hasil penelitian “Analisis Hubungan Pengaruh Pengangguran Tehadap
Upah Minimum, Usia Angkatan Kerja dan Pendidikan di Indonesia Tahun 2003-2023”:
terdapat saran yang dapat diberikan kepada pemerintah agar lebih memprioritaskan
kebijakan menaikan upah minimum, meningkatkan kualitas pendidikan serta lebih
memberikan kesempatan kerja terhadap semua golongan usia angkatan kerja. Dengan lebih
memperhatikan 3 prioritas tersebut diharapkan bisa mengurangi presentase tingkat
pengangguran di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Frida, A. (2021). PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, TINGKAT PARTISIPAN ANGKATAN


KERJA, DAN UPAH MINIMUM PROVINSI TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA
TAHUN 2011-2020.
Alam, S. (2016). TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA (TELAAH
SERAPAN TENAGA KERJA SMA/SMK DAN SARJANA). In Jurnal Imiah BONGAYA (Manajemen
& Akuntansi.
Arifin, S. (n.d.). PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN KESEMPATAN KERJA TERHADAP
PENGANGGURAN DI PROVINSI BANTEN.
Ekonomi, J. I., & Sutansyah Effendy, R. (n.d.). FOKUS EKONOMI PENGARUH UPAH MINIMUM
TERHADAP PENGURANGAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI INDONESIA.
http://ejournal.stiepena.ac.id/index.php/fe
Marliana, L. (2022). Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Pertumbuhan Ekonomi dan Upah
Minimum terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia. Ekonomis: Journal of Economics and
Business, 6(1), 87. https://doi.org/10.33087/ekonomis.v6i1.490
Nindya, S., & Susilo, S. (n.d.). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengangguran (Studi Kasus: 11
Provinsi di Indonesia Periode 2006-2015).
Setya, S., Badan, N., Nasional, P., & Banyuwangi, K. (n.d.). ANALISIS PENGARUH TINGKAT
PENGANGGURAN TERBUKA, INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, DAN UPAH MINIMUM
TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2011-2015.
Soekapdjo, S., & Oktavia, M. R. (2021). Pengaruh Inflasi, Indeks Pembangunan Manusia, Dan Upah
Minimum Provinsi Terhadap Pengangguran Di Indonesia. Jurnal Ecodemica Jurnal Ekonomi
Manajemen Dan Bisnis, 5(2), 94–102. https://doi.org/10.31294/eco.v5i2.10070
Widarjono, A. (2009). Ekonometrika pengantar dan aplikasinya. Yogyakarta: Ekonisia.
Dermawan Wibisono, 2005. Metode Penelitian & Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Ghazali, I. 2018. Aplikasi analisis multivariate dengan provram IBM SPSS 25. Universitas Diponegoro:
Semarang.
Sangadji, E. M. (2010). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian.
LAMPIRAN
Variabel Data
Tahun Pengangguran Upah Minimum Usia Angkatan Pendidikan (%)
(%) (Rp) Kerja (%)
2003 9,67 414700 67,86 60,92
2004 9,86 458500 67,55 61,28
2005 11,24 507697 66,79 62,12
2006 10,28 602702 66,16 61,87
2007 9,11 672480 66,99 64,02
2008 8,39 745709 67,18 64,77
2009 7,87 841530 67,23 64,39
2010 7,14 908824 67,72 64,95
2011 7,48 988829 66,78 65,36
2012 6,13 1088903 67,76 67,05
2013 6,17 1296908 66,77 68,52
2014 5,94 1584391 66,6 71,2
2015 6,18 1790342 65,76 70,91
2016 5,61 1997819 66,34 71,12
2017 5,5 2074151 66,67 70,65
2018 5,3 2268874 67,31 70,71
2019 5,23 2455662 67,53 70,77
2020 7,07 2672371 67,77 71,09
2021 6,49 2687724 67,8 70,54
2022 5,86 2729463 68,63 70,33
2023 5,32 2923309 69,48 71,23

Anda mungkin juga menyukai