DI KOTA MALANG
(Studi Kasus: TPA Supit Urang Desa Mulyorejo Kota Malang)
ABSTRAKSI
Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Jumlah atau volume
sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang atau material yang gunakan
sehari-hari. Sampah di mata masyarakat secara umum cenderung dianggap sebagai hal yang
meresahkan karena keberadaannya yang menjijikkan, berbau menyangat dan banyak lalat, namun
di sisi lain sampah tidak lagi bisa dianggap sebagai sesuatu yang membuat resah akan tetapi justru
membawa berkah tersendiri bagi mereka yang menjadi pemulung sampah.
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
metode kuantitatif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kawasan TPA Supit Urang Kota
Malang, menunjukkan bahwa; Pemulung mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
pengumpulan sampah dari beberapa titik yang ada pada Tempat Penampungan Sementara (TPS) di
berbagai sudut Kota Malang hingga sampah terkumpul di Tempat Pembuangan Akhir Supit Urang
yang berlokasi di Dusun Mulyorejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Pemulung sampah
mengelola sampah dengan cara menyortir hasil, kemudian menjualnya kepada pengepul sampah.
Adapun hal yang paling mempengaruhi dalam peningkatan pendapatan di antara kelima variabel
yang meliputi curahan waktu kerja, status pekerjaan, usia pekerja, pengalaman, dan jarak, variabel
usia memberikan pengaruh yang dominan terhadap pendapatan pemulung di kota Malang.
A. PENDAHULUAN
Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba
gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor utama yang
menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di kota
harus mempunyai strategi, yaitu bagaimana bisa memanfaatkan dan menikmati segala fasilitas
yang serba menjanjikan tersebut namun juga bisa mengatasi tantangan dan permasalahan yang ada
di dalamnya.
Penyebab utama terjadinya perkembangan kota adalah berkembangnya kehidupan
industri di dalamnya. Kehidupan industri yang membutuhkan tenaga kerja yang banyak memberi
dan mewarnai harapan orang untuk selalu mencari kehidupan di kota. Masalah perkotaan yang
semakin meningkat pada dasarnya dipicu oleh semakin bertambahnya penduduk di daerah
perkotaan. Daya tarik kota yang semakin mengundang perhatian masyarakat pedesaan untuk
melakukan perpindahan ke kota demi meningkatkan pendapatan, semakin menambah populasi
penduduk dan mempersempit tata ruang kota.
Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, kota ini juga
dikenal sebagai kota pendidikan, karena banyaknya fasilitas pendidikan yang tersedia dari mulai
tingkat Taman Kanak-kanak, SD sampai Pendidikan Tinggi dan jenis pendidikan non-formal
seperti kursus bahasa asing dan kursus komputer, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun swasta. Selain itu Kota Malang merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur
karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Hal menyebabkan aktivitas ekonomi di Kota Malang
relatif tinggi. Aktivitas ekonomi tersebut akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat di Kota Malang menjadi salah satu
pendorong dalam perpindahan penduduk dari daerah sub-urbannya. Jumlah penduduk Kota
Malang setiap tahunnya mengalami peningkatan secara relatif. Seiring dengan hal itu,
pertumbuhan penduduk di Kota Malang juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah
penduduk Kota Malang dapat dilihat pada Gambar 1
Pada Gambar 1 terlihat jumlah penduduk Kota Malang yang meningkat secara stabil
setiap tahunnya. Hal ini menjelaskan bahwa ada faktor yang menyebabkan pertumbuhan penduduk
meningkat, salah satunya karena ada mobilitas penduduk ke Kota Malang. Pertambahanpenduduk
yang terjadi disebabkan salah satunya karena tingkat migrasi masuk di Kota Malang. Migrasi
terjadi antara lain karena disebabkan oleh kondisi sosial dan ekonomi dari seorang individu, di
mana seseorang tersebut sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya apabila tetap berada di
daerah asalnya. Migrasi merupakan suatu proses memilih (selective process) yang mempengaruhi
individu-individu dengan karakteristik-karakteristik ekonomi, sosial, pendidikan dan demografis
tertentu. Seseorang melakukan mobilitas ke Kota Malang dipengaruhi beberapa faktor. Mantra
(2003) menjelaskan bahwa motivasi utama orang melakukan perpindahan dari daerah asal
kedaerah tujuan adalah motif ekonomi yaitu adanya kesempatan untuk memperoleh pekerjaan
yang lebih baik dan memperoleh pendapatan yang lebih besar. Motif ini berkembang karena
adanya ketimpangan ekonomi antar daerah.
Kota Malang walaupun mempunyai potensi yang lebih, baik dari segi pendidikan,
ekonomi, pemerintahan, dan wisatanya namun ada persoalan yang dihadapi masyarakat sampai
saat ini yakni masalah lingkungan akibat sampah. Sampah timbul karena adanya peningkatan
aktivitas manusia yang beraneka ragam. Sejalan dengan perkembangan kota, volume sampah juga
meningkat secara drastis dan dengan jenis sampah yang semakin beraneka ragam.
Berbicara mengenai penanganan sampah, tidak dapat dilepaskan dari keterlibatan
pemulung sampah yang sangat membantu mengurangi volume sampah.Berdasarkan data Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang Tahun 2010, diketahui bahwa pengurangan volume
sampah oleh aktifitas pemulung diperkirakan mencapai 3,99 persen ditingkat kelurahan, 3,8 persen
di Tempat Pembuangan Sementara (TPS), dan untuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sekitar
3,08 persen dari total sampah masuk TPA. Cukup besarnya pengurangan volume sampah yang
dapat dilakukan pemulung sampah membuat peran pemulung dalam penanganan sampah perlu
diperhatikan.
Pemulung barang bekas identik dengan gelandangan, yang sebagian masyarakat umum
memandang pekerjaan tersebut merupakan suatu pekerjaan yang hina, namun bagi pemulung
pekerjaan ini memiliki makna yang sangat besar karena dilakukan dengan cara halal. Pemulung
merupakan bagian dari anggota masyarakat, mereka dengan anggota masyarakat lainnya juga sama
halnya berusaha, bekerja mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Bekerja sebagai pemulung bukanlah harapan dan cita-cita. Tidak seorang pun yang
menginginkan predikat semacam itu melekat pada dirinya. Namun, situasi kemiskinan struktural
yang sudah melekat dalam kehidupannya mendorong terciptanya pemulung sebagai mata
pencaharian guna mempertahankan hidup dalam pemenuhan kebutuhan. Cukup besarnya andil
yang dilakukan pemulung dalam rangka pengurangan volume sampah kota membuat peran
pemulung dalam penanganan sampah perlu diperhatikan. Oleh karena itu, penulis merasa perlu
melakukan suatu kajian yang mendalam mengenai latar belakang seseorang memilih bekerja
sebagai pemulung, seberapa besar penghasilan yang diperoleh pemulung dan faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi besar kecilnya pendapatan pemulung. Adapun tujuan penelitian ini adalah
mengetahui beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan pemulung di kota
Malang.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada
waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.Tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. (UU. Ketenagakerjaan, 2003).
Tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik
sebagai pejabat negara, pengusaha, buruh, pengangguran, dan sebagainya untuk memenuhi
keperluan masyarakat (Soepomo, 2001:3).
x 100%
Mantra (2003: 231), menjelaskan angka TPAK dipengaruhi oleh faktor jumlah
penduduk yang masih sekolah maupun mengurus rumah tangga. Kedua faktor tersebut
dipengaruhi pula oleh keadaan ekonomi, sosial dan budaya.
Tingkat Pengangguran
Pengangguran adalah angka yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan
kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan. Sedangkan orang yang menganggur dapat
didefinisikan sebagai orang yang tidak bekerja dan yang secara aktif mencari pekerjaan
selama empat minggu sebelumnya, sedang menunggu panggilan kembali untuk suatu
pekerjaan setelah diberhentikan atau sedang menunggu untuk melapor atas pekerjaan yang
baru dalam waktu empat minggu (Mulyadi dalam Setiawan, 2010).
Tim penulis demografi UI (2010: 201), mendefinisikan pengangguran sebagai
bagian dari angkatan kerja yang pada saat pencacahan sedang aktif mencari pekerjaan.
pengangguran dikelompokkan menjadi 4 golongan yang meliputi:
1) Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) meliputi:
a. Mereka yang mencari pekerjaan
b. Mereka yang mempersiapkan usaha
c. Meraka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapat
pekerjaan
d. Mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja
2) Setengah Penganggur (Underemployed)
Setengah menganggur adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (35 jam
seminggu). Setengah menganggur terdiri dari:
a) Setengah pengangguran terpaksa, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja
normal dan masih mencari pekerjaan atau bersedia menerima pekarjaan.
b) Setengah menganggur sukarela, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja
normal dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain.
3) Pengangguran Tidak Kentara (Disguised Unemployment)
Pengangguran tidak kentara dimasukkan dalam kegiatan bekerja karena memenuhi
persyaratan dari definisi bekerja, tetapi jika dilihat dari segi produktivitas mereka adalah
penganggur.
4) Pengangguran Friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran karena tenggang waktu sebelum
mendapat pekerjaan. seseorang yang sudah berhenti bekerja seringkali tidak langsung
mendapat pekerjaan baru. Selama seseorang aktif mencari pekerjaan yang baru maka ia
berstatus menganggur.
we E
Pada gambar 2 terlihat bahwa jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk
bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja yang diminta, yaitu masing-masing
sebesar Ne pada tingkat upah keseimbangan We. Titik keseimbangan berada di titik E.
Di sini tidak terjadi excess supply maupun excess demand for labor. Pada tingkat upah
keseimbangan We semua orang yang ingin bekerja telah dapat bekerja, berarti tidak ada
yang menganggur. Secara ideal keadaan ini disebut full employment.
b. Ketidakseimbangan Permintaan Dan Penawaran Tenaga Kerja
Ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja (demand of labor) dan penawaran
tenaga kerja (supply of labor) pada suatu tingkat upah tertentu dapat berupa:
1. Lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja (adanya
excess supply of labor)
2. Lebih besarnya permintaan dibandin penawaran tenaga kerja (adanya excess demand
of labor).
W W
Excess Supply SL SL
W1 N
W2
Of Labor
Excess
DL demand DL
0 N
0 N1 N2 N3 N4
Kurva 1 Kurva 2
Pendapatan
Pendapatan merupakan sejumlah uang yang dibelanjakan oleh rumah tangga selama
periode tertentu yang meliputi upah, gaji, deviden, bunga yang diterima, pendapatan
perusahaan sendiri, pembayaran tunjangan sewa dan lainnya (Case dan Fair, 2006: 427).
Menurut Rosyidi (2004: 110), menjelaskan bahwa pendapatan merupakan sejumlah
penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode
tertentu baik dalam bentuk harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Menurut jenisnya
pendapatan diklasifikasikan antara lain:
1. Pendapatan pribadi (Personal Income)
Pendapatan pribadi disebut juga sebagai pendapatan perseorangan yaitu semua jenis
pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima
penduduk suatu negara.
2. Pendapatan disposibel (Disposibel Income)
Pendapatan disposibel (Disposibel Income) yaitu pendapatan yang siap dibelanjakan
oleh setiap pemiliknya dan dapat digunakan unuk keperluan apapun sesuai
kehendaknya. Perhitungan pendapatan disposibel diperoleh melalui perhitungan
pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima
pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang disebut sebagai
pendapatan disposibel.
3. Pendapatan nasional (National Income)
Pendapatan nasional (National Income) yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-
jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun.
Mankiw, (2003: 577) menyebutkan pendapatan masyarakat dapat dibagi menjadi
dua yaitu:
a. Pendapatan Permanen (Permanent Income)
Pendapatan Permanen (Permanent Income) yang selalu diterima pada
periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya seperti upah dan gaji.
Pendapatan permanen disebut sebagai pendapatan normal.
b. Pendapatan Sementara (Transitory Income)
Pendapatan Sementara (Transitory Income) Pendapatan sementara ialah
pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.
C. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
metode kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan
tentang hal itu terjadi. Penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah,
keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan
data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep juga menjawab pertanyaan
sehubungan dengan status subyek penelitian.
Lokasi penelitian dalam proposal ini di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang,
Desa Mulyorejo, Kecamatan Sukun Kota Malang. Pemilihan lokasi/daerah penelitian ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa TPA Supit Urang menjadi lahan bagi beberapa anggota
keluarga pemulung.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling atau pemilihan sampel yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil
subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan
tertentu. (Arikunto, 2006:139)
Menurut Sugiyono (2009:78), purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel
dengan cara mengambil subyek yang didasarkan atas tujuan tertentu. Sedangkan menurut
Soemantri (2006:83), purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel yang dilakukan
berdasarkan karakteristik yang ditetapkan terhadap elemen populasi target yang disesuaikan
dengan tujuan atau masalah penelitian.
Berdasarkan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive random sampling,
maka jumlah sampel yang diambil peneliti sejumlah setengah dari hasil penghitungan populasi
dengan menggunakan Rumus Slovin yaitu 40 sampel yang akan diteliti mengenai pendapatan
pemulung di kota Malang.
Sebagian besar pemulung di kota Malang memiliki potensi ekonomi yang masih
rendah, baik secara individu maupun keluarga besarnya. Minimnya potensi ekonomi ini
menyebabkan minimnya berbagai fasilitas yang dibutuhkan dalam beraktivitas baik di TPA
maupun di luar TPA di kota Malang. Pemulung menggunakan peralatan seadanya untuk
mengumpulkan bahan sampah yang bernilai ekonomis, kemudian memilah-milah bahan
tersebut berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.
Perolehan nilai pendapatan secara ekonomis bagi para pemulung di TPA didapatkan
pada saat truck pengangkut sampah datang di TPA Supit Urang, sampahnya dibongkar dan
dikeluarkan semuanya. Pemulung berkerumun dan secara individu mengumpulkan semua
sampah yang dianggap mempunyai nilai ekonomis, memilah-milah berdasarkan jenisnya,
dan selanjutnya di bawa ke pengepul. Namun, sebelum menimbang sampah tersebut,
pengepul melakukan penyortiran ulang untuk menghindari kecurangan penambahan berat
sampah. Setelah proses penyortiran oleh pengepul selesai, maka pengepul akan menimbang
sampah dan membayar dengan sejumlah uang yang sesuai harga pasaran sampah
berdasarkan jenisnya kepada pemulung sampah. Alur proses pengelolaan sampah oleh
pemulung dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut:
Sampah
Pemulung
Sortir Ulang
Penimbangan
Analisis Data
Hasil Analisis Regresi Berganda
Analisis ekonometrika merupakan analisis yang menggunakan model statistik dalam
menjelaskan perilaku suatu variabel ekonomi. untuk menjawab rumusan masalah kedua
yakni menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pemulung di Kota
Malang, maka penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda dengan rumus:
α+β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ε
Berdasarkan hasil analisi regresi di atas, maka dapat dirumuskan suatu persamaan
regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = 80277,278 – 2660.883 X1 – 353,748 X2 + 2988,874 X3 + 171,709 X4 – 607,711 X5+ε
Dari persamaan regresi berganda di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = Variabel terikat yang nilainya akan diprediksi oleh variabel bebas. Dalam penelitian
ini yang menjadi variabel terikat adalah pendapatan pemulung yang nilainya diprediksi oleh
curahan waktu kerja, status pekerjaan, usia, pengalaman, dan jarak.
α = 80277,278 merupakan nilai konstan yaitu besarnya pendapatan pemulung jika variabel
bebas yang terdiri atas curahan waktu kerja, status pekerjaan, usia, pengalaman, dan jarak
mempunyai nilai = 0
X1 = Koefisien regresi (X1) sebesar 2660,883 dengan tanda negatif. Jika variabel waktu
berubah mengalaimi kenaikan 1 jam maka pendapatan pemulung akan menurun
sebesar Rp2660,883.
X2 = Koefisien regresi (X2) sebesar 353,748 dengan tanda negatif. Jika variabel usia
berubah mengalami kenaikan 1 maka pendapatan pemulung akan menurun sebesar
Rp. 353,748.
X3 = Koefisien regresi (X3) sebesar 2988.874dengan tanda positif. Jika variabel status
pekerjaan merupakan pekarjaan utama maka pendapatan pemulung akan meningkat
sebesar Rp. 2988.874.
X4 = Koefisien regresi (X4) sebesar 171.709 dengan tanda positif. Jika variabel
pengalaman berubah mengalaimi kenaikan 1 tahun maka pendapatan pemulung akan
naik sebesar Rp. 171.709.
X5 = Koefisien regresi (X5) sebesar 607.711dengan tanda negatif. Jika variabel jarak
berubah mengalaimi kenaikan 1 jam maka pendapatan pemulung akan menurun
sebesar Rp. 106.915.
ε = Nilai residu atau kemungkinan kesalahan dari model persamaan regresi yang
disebabkan karena adanya kemungkinan variabel lainnya yang dapat mempengaruhi
pendapatan pemulung tetapi tidak dimasukkan ke dalam model persamaan.
Hasil Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independent
(variabel bebas) secara bersama-sama atau secara keseluruhan terhadap variabel dependen
(terikat). Ketentuan Hipotesis diterima atau ditolak adalah sebagai berikut:
- Fhitung > Ftabel : Ho ditolak dan Ha diterima, dimana variabel-variabel bebas mempunyai
pengaruh terhadap variabel terikat.
- Fhitung < F tabel : Ho diterima dan Ha ditolak, dimana variabel-variabel bebas tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
Uji F bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peranan variabel bebas
terhadap variabel terikat secara bersama – sama:
- Ho : β=0 : seluruh variabel bebas (waktu kerja, status pekerjaan, usia pekerja,
pengalaman, dan jarak) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap pendapatan
pemulung.
- Ha : β=0 : seluruh variabel bebas (waktu kerja, status pekerjaan, usia pekerja,
pengalaman, dan jarak) secara bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan
pemulung.
Dari hasil analisis regresi berganda dapat diketahui Df1 = 5 dan Df2 = 34 diperoleh
Ftabel sebesar 2,490, sedangkan Fhitung diperoleh sebesar 13,810 sehingga dari perhitungan
di atas dapat diketahui bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian menunjukkan
bahwa variabel independent yaitu waktu kerja, status pekerjaan, usia, pengalaman, dan
jarak secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan
pemulung di kota Malang.
Hasil Uji T
Uji t atau uji parsial menunjukkan bahwa apakah setiap variabel bebas/predictor
dapat memberikan pengaruh pada variabel terikat/respon. Hipotesis pada uji t yaitu :
H0 : Variabel bebas/prediktor tidak mempengaruhi variabel terikat/respon
Ha : Variabel bebas/prediktor mempengaruhi variabel terikat/respon
Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independent, yaitu variabel
waktu kerja, status pekerjaan, usia, pengalaman, dan jarak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pendapatan pemulung di kota Malang maka digunakan uji t (t-test)
dengan cara membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Pada regresi linier berganda, kondisi
yang diharapkan adalah menerima hipotesis Ha. Hipotesis Ha diterima apabila nilai mutlak
t hitung ( |thit| ) bernilai lebih besar dari t tabel ( tdf (α/2)) atau nilai signifikansi lebih kecil
dari alpha (0.050) dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
- Jika ttabel < thitung< ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh
yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
- Jika thitung > ttabel atau thitung < ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada
pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Secara statistik analisis regresi secara parsial diperoleh hasil sebagai berikut:
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas berfungsi untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual pada suatu pengamatan ke pangamatan
yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap
maka disebut homokedastisitas, jika varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi bisa dilihat dari pola yang
terbentuk pada titi-titik yang terdapat pada grafik scaterplot. Dasar dalam
pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka
telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Adapun hasil uji heteroskedastisitas secara lengkap dapat disajikan pada gambar 6 di
bawah ini:
3. Uji Autokolerasi
Untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin Watson yang bisa
dilihat dari hasil uji regresi berganda. Pengujian asumsi ini menggunakan statistik uji
Durbin Watson. Hipotesis yang diharapkan dalam model regresi ini yaitu menolak
hipotesis H0 dan menerima hipotesis H1. Hipotesis H1 diterima apabila nilai uji d
berada di antara dU dan 4-dU (dU<d<4-dU).
Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson, diperoleh nilai DW adalah 2,304, dan nilai
pembanding dL sebesar 1.230 dan dU sebesar 1.785. Karena nilai d berada di antara
nilai 4-dU dan 4-dL yaitu ( 2.215 < 2.304 < 2.770 ), maka tidak dapat disimpulkan
apakah hipotesis H1 diterima atau tidak. Untuk pengujian lebih lanjut, digunakan uji
Run. Sedangkan pada uji Run, didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.423 dan karena
nilai signifikansi lebih besar dari alpha 5% ( 0.423 > 0.050 ), maka dapat diputuskan
bahwa hipotesis yang diterima adalah hipotesis Ha yaitu tidak terdapat autokorelasi
pada model.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai karakteristik pemulung di Kota Malang dan faktor-
faktor yang mempengaruhi pendapatannya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1) Berdasarkan data hasil perhitungan uji F diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,490, sedangkan
Fhitung sebesar 13,810 sehingga dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa H o ditolak
dan Ha diterima. Dengan demikian menunjukkan bahwa variabel independent yaitu waktu
kerja, status pekerjaan, usia, pengalaman, dan jarak secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pemulung di kota Malang.
2) Berdasarkan data hasil perhitungan uji T Variabel yang ditemukan berpengaruh secara
signifikan terhadap pendapatan pemulung di Kota Malang adalah adalah variabel curahan
Waktu Kerja (X1), Status Pekerjaan (X2), Usia (X3), dan Pengalaman (X4).
3) Pada masing-masing variabel dapat diuraikan bahwa variabel curahan waktu kerja (X 1)
sebesar 0,475, variabel usia (X2) sebesar 0,647, variabel status pekerjaan (X3) sebesar
0,318, variabel pengalaman kerja (X4) sebesar 0,228, dan variabel jarak (X5) sebesar
0,173. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel usia mempunyai pengaruh
dominan terhadap pendapatan pemulung di kota Malang.
Saran
Berdasarkan beberapa beberapa temuan dari penilitian ini, ada beberapa hal yang
dapat dijadikan saran, yaitu :
1. Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini terutama ditujukan bagi pemulung,
agar dalam bekerja pemulung selalu bersikap jujur yaitu dengan tidak mengambil barang
yang bukan miliknya untuk menciptakan persepsi yang baik pada warga.
2. Warga masyarakat hendaknya jarang terlalu meremehkan keberadaan pemulung dengan
hanya memandang dari segi lahiriyahnya saja, karena menjadi pemulung bisa jadi adalah
suatu pilihan, namun ada sebagian orang yang merasa hal tersebut merupakan suatu
keterpaksaan demi mempertahankan hidup dan menjaga harga diri daripada hanya
mengharap uluran tangan dari orang lain atas dasar belas kasihan. Di sisi lain keberadaan
pemulung ternyata memiliki andil dalam membantu Dinas Kebersihan guna mengurangi
jumlah sampah yang menumpuk di TPA setiap harinya. .
3. Bagi pihak lain dalam hal ini adalah bagi peneliti yang berminat melanjutkan penelitian
ini diharapkan untuk menyempurnakannya yaitu dengan menggunakan variabel lain
yang mempengaruhi pendapatan pemulung sehingga memberikan hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Case, Karl E, dan Fair, Ray. 2006. Prinsip-prinsip Ekonomi. Edisi Ke Delapan. Jakarta: Erlangga.
Kountur, Ronny. 2004. Metode Penelitian; Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: PPM.
Kusumastuti, Nanda Ayu. 2012. Pengaruh Faktor Pendapatan, Umur, Jumlah Tanggungan
Keluarga, Pendapatan Suami Dan Jarak Tempuh Ke Tempat Kerja Terhadap Curahan
Jam Kerja Pedagang Sayur Wanita (Studi Kasus Di Pasar Umum Purwodadi.
Http://Eprints.Undip.Ac.Id. Diakses tanggal 20 Februari 2013.
Nasution, S. 2007. Metode Research; Penelitian Ilmiah. Edisi Pertama. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
NN. Badan Pusat Statistik Kota Malang Dalam Angka 2014. www.malangkota.bps.go.id, diakses
tanggal 20 Februari 2013
Rosyidi, Suherman. 2004. Pengantar Teori Ekonomi; Pendakatan Kepada Teori Ekonomi Mikro
& Makro. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Setiawan, Satrio Adi. 2010. Pengaruh Umur, Pendidikan, Pendapatan, Pengalaman Kerja Dan
Jenis Kelamin Terhadap Lama Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik Di Kota
Magelang. http://eprints.undip.ac.id. Diakses tanggal 20 Februari 2013.
Tim Penulis Demografi UI. 2010. Dasar-dasar Demografi. Jakarta: Salemba Empat.