Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS KEPENDUDUKAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH

STUDI KASUS KOTA MALANG

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kependudukan

Yang diampu oleh Octa Dwi Sofyan, SAP, MAP

Disusun oleh :

Mahmud Septiawan (22113366)

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI (STIA) MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Analisis Analisis Kependudukan
Dalam Perencanaan Wilayah Studi Kasus Kota Malang. Dengan tujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Kependudukan. Makalah ini berisi tentang analisis studi kasus yang ada di
Kota Malang.

Dalam kesempatan ini Penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini diantaranya kepada;

1. Octa Dwi Sofyan, SAP, MAP sebagai dosen pengajar


2. Teman-teman prodi Administrasi Publik

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kami mohon maaf jika masih banyak terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini.

Untuk itu kritik serta saran yang membangun selalu terbuka untuk kebaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat terutama mahasiswa.

Malang, 11 Maret 2022

Mahmud Septiawan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1.Latar Belakang.................................................................................................................1

1.2.Rumussan Masalah...........................................................................................................2

1.3.Tujuan..............................................................................................................................2

BAB II.......................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.......................................................................................................................3

2.1 Konsep Penduduk.............................................................................................................3

2.2 Konsep Perencanaan Wilayah..........................................................................................4

2.3 Konsep Analisis Kependudukan......................................................................................5

2.4 Analisis Kependudukan dalam Perencanaan Wilayah.....................................................9

BAB III....................................................................................................................................23

PENUTUP...............................................................................................................................23

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................23

3.2 Saran...............................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................25

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Fenomena kependudukan (demografi) di Indonesia terus mengalami


perkembangan. Atribut ikutan yang berada di dalamnya meliputi pertumbuhan
penduduk, struktur penduduk (usia, jenis kelamin, persebaran penduduk). Kondisi
demikian diakibatkan adanya interkasi antara komponen-komponen kependudukan
(kelahiran, kematian, dan migrasi) dan berimplikasi pada suatu keruangan. Dampak
yang dirasakan tidak terbatas pada keruangan yang bersifat makro, melainkan
berdampak secara menyeluruh dalam kehidupan manusia.

Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya.
Selain itu, secara geografis kota Malang terletak berada di antara Kabupaten Malang
serta Kota Batu. Hal ini diharapkan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat pada
khususnya, letak dijadikan sebagai potensi unggulan pengembangan dan
pembangunan kota Malang pada masa yang akan datang. Percepatan pembangunan,
pertumbuhan ekonomi, serta pemeuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat Kota
Malang harus dijadikan sebagai kerangka acuan keruangan di Kota Malang. Kondisi
demikian berimplikasi pada kondisi kependudukan di Kota Malang.

Kota Malang sebagai salah satu pusat pertumbuhan (growth pole)


setidaknya.telah mempengaruhi komponen dalam kependudukan. Munculnya daya
tarik sebagai faktor pendorong pada penduduk di daerah asal menjadikan asal
interaksi antar komponen kependudukan di Kota Malang. Pertambahan penduduk
pada daerah tujuan, perubahan struktur pendudukan merupakan penciri alami adanya
interaksi antara komponen pendudukan (fertilitas, mortalitas, dan migrasi) dengan
keruangan.

Berdasarkan gambaran kondisi kependudukan di Kota Malang di atas dapat


diambil sebuah kesimpulan bawasannya fenomena kependudukan bersifat dinamis.
Kompleksitas fenomena kependudukan di Kota Malang menjadikan perlunya
pengkajian lebih mendalam dan komperhensif. Pada akhirnya berimplikasi pada
didapatkan informasi kependudukan yang dapat dipertanggung jawabkan
keberadaannya.

1
1.2. Rumussan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, berikut ini adalah beberapa rumusan masalahnya.

1. Bagaimana konsep penduduk?

2. Bagaimana konsep perencanaan wilayah?

3. Bagaimana konsep analisis kependudukan?

4. Bagaimana analisis kependudukan Kota Malang dalam perencanaan wilayah?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dalam makalah ini sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui konsep penduduk

2. Untuk mengetahui konsep perencanaan wilayah

3. Untuk mengetahui konsep analisis kependudukan

4. Untuk mengetahui analisis kependudukan Kota Malang dalam Perencanaan


Wilayah

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Penduduk

Penduduk adalah orang dalam mantranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota
masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu
tempat dalam batas wilayah tertentu (Mantra, 2019).

Menurut Thomas Robert Malthus yang bekerja sebagai seorang pendeta menyatakan
bahwa penduduk apabila tidak ada batasan akan berkembang biak dengan cepat dan
memenuhi dengan cepat beberapa badian dari permukaan bumi ini. tingginya
pertumbuhan pendudukini disebabkan karena hubungan kelamin laki-laki dan perempuan
tidak bisa dihentikan. Disamping itu beliau juga berpendapat bahwa manusia untuk hidup
memerlukan bahan makan, sedangkan laju pertumbuhan baham makanan jauh lebih
lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk apabila tidak diadakan
pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia akan mengalami
kekurangan bahan makanan. Inilah sumber dari kemelaratan dan kemiskinan manusia.

Untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi kependudukan suatu wilayah


diperlukan data yang akurat mengenai aspek-aspek kuantitas dan kuallitas penduduk.
Tingkat akurasi data yang diperoleh sangat mempengaruhi ketelitian hasil kependudukan
yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Khusus di negara
Indonesia lembaga yang bertugas mengumpulkan, menglah, dan memplubikasikan data
kependudukan adalah Badan Pusat Statistik (BPS). Data BPS didapat melaui sensus yang
dilakukan oleh pemerintah setiap 10 tahun sekali.

Sensus penduduk dikenal juga dengan sebutan cacah jiwa adalah kegiatan pencacahan
penduduk pada suatu tempat dan waktu tertentu. Sensus penduduk merupakan metode
pengumpulan data yang paling akurat, tetapi hanya memberikan data penduduk pada saat
sensus penduduk itu dilakukan. Sensus penduduk pelaksanaannya dengan sistem pasif
yang artinya pencatatan keadaan penduduk dilakukan oleh lembaga berwenang. Selain
melalui sensus, untuk memperoleh data atau informasi kependudukan juga dilakukan
melalui cara registrasi. Registrasi penduduk merupakan sumber data dinamis karena
mencatat kejadian-kejadian kependudukan yang terjadi setiap saat.

3
2.2 Konsep Perencanaan Wilayah

Perencanaan mempunyai banyak definisi dan arti. Kata perencanaan itu sendiri dapat
diasosiasikan pada aktivitas, suatu proses, sebuah profesi, dan sebagai disiplin
(Dempster, 1998). Perencanaan yang akan dibahas dalam artikel ini, tentunya adalah
perencanaan sebagai suatu disiplin ilmu. Definisi perencanaan sebagai disiplin sangat
luas, mulai dari yang pragmatikal seperti perencanaan adalah apa yang perencana
lakukan (Vicker dalam Alexander: 1992) sampai pada skala yang luas. Meski bervariasi,
terlihat bahwa fokus utama dari perencanaan adalah orientasi tentang masa depan dan
cara-cara atau metode untuk mencapainya. Walau perencanaan berorientasi ke masa
depan, perencanaan juga berorientasi pada masa sekarang. Berorientasi pada masa depan,
berarti melakukan pemikiran tentang kondisi masa sekarang sebagai hasil dari masa lalu,
dan melihat kemungkinan apa yang bisa dicapai pada masa depan (Dempster, 1998).
Karenanya, merencana berarti melakukan pemikiran tentang kondisi sekarang dan lalu
dan melihat kemungkinan yang dapat dicapai pada masa depan, dan menyusun rangkaian
tindakan untuk mewujudkan apa yang dipikirkan. Kenyataan ini memberikan
pemahaman bahwa pada tataran general dan abstrak, perencanaan adalah menyusun apa
yang kita pikirkan ke dalam tindakan, sebagaimana yang disimpulkan Friedman (1987)
bahwa perencanaan adalah upaya untuk menghubungkan pengetahuan ilmiah dan teknis
kepada tindakan-tindakan di domain publik. Dalam melihat bentuk-bentuk perencanaan
sebagai upaya mewujudkan apa yang dipikirakan dalam tindakan nyata (to link
knowledge and action) ini, beberapa teorisi berfokus pada bentuk kegiatan, seperti
pengambilan keputusan (Conyers, 1984; Faludi dalam Almendinger 2002), sedangkan
sebagian teorisi lainnya berfokus pada proses (Brooks, 2001; Healey, 1987; Forester,
1989).

4
2.3 Konsep Analisis Kependudukan

Analisis kependudukan memiliki beberapa aspek yang perlu dikaji untuk digunakan
dalam perencanaan wilayah. Adapun aspek tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Sebaran Penduduk
Persebaran penduduk erat kaitannya dengan kondisi wilayah. Dalam artian
lain, persebaran penduduk yang terdapat pada wilayah selalu mengacu pada
pengembangan wilayah atau regional development (Firman, T, 1996). Oleh sebab
itu, persebaran penduduk pada tiap wilayah mencerminkan karakteristik khas
pada keruangan tertentu.
Secara sederhana persebaran penduduk dengan menekankan pada daya tarik
wilayah juga dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar dalam kehidupannya. Hal ini
sejalan dengan pendapat Daniel Malthus dalam Harmadi, S. H. B. (2008)
menyatakan bahwa kondisi kependudukan selalu di “batasi” dengan sumber-
sumber subsistensi pangan pada wilayah tertentu. Oleh karena itu jelaslah
persebaran penduduk pada suatu wilayah sangat dipengaruhi kondisi keruangan.
2. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan suatu kondisi dimana pada suatu wilayah
terdapat kesenjangan antara jumlah penduduk yang ada dengan daya dukung dan
daya tampung wilayah tersebut (over population). Secara teoritis, kepadatan
penduduk dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi penduduk (jumlah penduduk)
yang menempati tiap satuan luasan (km2) pada wilayah tertentu (Darsyah, M. Y.,
& Wasono, R, 2013).
Munculnya berbagai permasalahan sosial pada suatu wilayah merupakan
cerminan mengenai kepadatan penduduk pada suatu wilayah. Kepadatan yang
terjadi pada suatu keruangan akan memunculkan persepsi kepada masyarakat
yang merasakan dan tercermin dalam pola perilakunya (Halim, 2008 dan Gifford,
2002 dalam Suhaeni. H, 2011). Kondisi demikian ditakutkan berpengaruh
terhadap kondisi individu sebagai pelaku dasar dalam kehidupannya yang
bertempat tinggal pada keruangan tersebut. Berikut adalah rumus perhitungan
untuk mengidentifikasi kepadatan penduduk pada suatu wilayah (Muta’ali, L,
2015) :

5
 Kepadatan Penduduk
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk =
Luas Wilayah
 Kepadatan Pemukiman
Luas Lahan Pemukiman
Kepadatan Pemukiman =
Luas Wilayah
 Kepadatan Rumah
Jumlah Luas Rumah
Kepadatan Penduduk =
Luas Wilayah
 Kepadatan Fisiologis
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk Fisiologis =
Luas Lahan Pertanian
 Kepadatan Penduduk Agraris
Jumlah Penduduk Petani
Kepadatan Penduduk =
Luas Lahan Pertanian

3. Dinamika Penduduk
Kajian mengenai kependudukan selalu berkembang dinamis. Hal ini
dikarenakan kependudukan sebagai objek kajian kependudukan selalu
berkembang mengikuti perkembangan zaman (Damayanti, A., & Hidayat, F,
2017). Perkembangan zaman mencerminkan tuntutan dan tantangan yang
dihadapi sehingga dalam hal ini mempengaruhi kondisi kependudukan baik
secara kualitas maupun kuantitasnya.
Dinamika kependudukan merupakan suatu pengkajian erat kaitannya dengan
satuan waktu. Hal ini dikarenakan penduduk selalu mengalami perubahan secara
temporal. Perubahan tersebut sangat erat hubungannya dipengaruhi proses
kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan penduduk (migrasi)
(Waluya. B). Oleh karena itu, dalam kajian demografis istilah dinamika
kependudukan sering dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk.

6
4. Komposisi Penduduk
Gambaran kondisi penduduk pada suatu wilayah dengan didasarkan pada
kriteria tertentu merupakan definisi dari komposisi penduduk. Hal ini sejalan
dengan pendapat Saidi Rili (1983) dan Mantra (2000) dalam Waluya, B yang
menyatakan bahwa komposisi penduduk menggambarkan struktur/susunan
kondisi kependudukan yang sama. Dalam hal ini dapat diambil kesimpulan
bahwa komposisi penduduk selalu dikaitkan dengan keberadaan atribut/variable
sebagai penggambaran fenomena demografis pada keruangan tertentu.

Gambar 0.1 Contoh Jenis Piramida Penduduk (Staetsky, L.D & Boyd.J
(2015)
Berdasarkan jenis atributnya, komposisi penduduk dibagi menjadi tiga.
Komposisi penduduk didasarkan atas kondisi geografis (lokasi), biologis (jenis
kelamin dan usia), dan kondisi sosial (status perkawinan, identitas sosial,
pendidikan, mata pencaharian, dll) (Waluya, B). Beberapa atribut di atas
merupakan kunci dasar dalam analisa kependudukan.
5. Kualitas Penduduk
Kualitas penduduk adalah keadaan penduduk dilihat dari beberapa aspek
meliputi tingkat pendidikan, kesehatan, dan daya belinya. Penduduk yang
berkualitas jika memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, sehat jasmani rohani,
dan kaya/kebutuhan terpenuhi. Dalam upaya pembangunan pada dasarnya
mengusakan penungkatan kualitas penduduk. Suatu wilayah yang penduduknya
besar tetapi jika kualitasnya rendah maka tidak memberikan apa-apa bahkan

7
dapat cenderung merugikan. Hal ini dikarenakan penduduk yang bodoh, sering
sakit, dan miskin tetap harus mendapatkan makanan dan pelayanan berbagai
fasilitas yang lebih tinggi dari pada biasanya. Terdapat beberapa faktor yang
menjadi ukuran kualitas penduduk meliputi tingkat pendidikan, kesehatan, dan
daya beli.
Faktor selanjutnya yaitu kesehatan penduduk. Faktor ini penting diperhatikan
dan ditingkatkan, dikarenakan ketika penduduk sering sakit, maka akan
berpengaruh terhadap tingkat produktifitas atau penghasilan. Selanjutnya dilihat
dari daya belinya. Daya beli penduduk terkait dengan pendapatannya. Jika
pendapatannya tinggi maka daya belinya akan tinggi. Sebaliknya jika
pendapatannya rendah maka daya belinya juga rendah. Tingkat pendapatan
seseorang biasanya terkait dengan kualitas lainnya, yaitu tingkat pendidikannya
dan kebugarannya. Semakin tinggi tingkat pendidikannya memiliki peluang
untuk memperoleh pendapatan yang tinggi. Begitu pula orang yang sehat akan
banyak memperoleh pendapatan daripada orang yang sakit-sakitan.
6. Pelayanan Penduduk
Pelayanan penduduk adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas
orang lain secara langsung. Namun pada dasarnya juga berarti sebuah aktivitas
atau kegiatan dari pihak satu ke pihak lainnya untuk memberikan manfaat.
Adanya pelayanan ini akan menjadi salah satu ukuran dalam kepuasan dan
kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya kepuasan dan kesejahteraan masyarakat
pun juga akan menjadi capaian pembangunan wilayah. Pelayanan penduduk ini
dapat dibagi menjadi pelayanan pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.
7. Perilaku Penduduk
Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya.
Perilaku penduduk memberikan kontribusi dalam pembangunan dan perencanaan
wilayah. Hal ini dapat memberikan dukungan maupun sebagai faktor pelemah
terkait perencanaan pengembangan wilayah yang ada.
8. Kegiatan Penduduk
Kegiatan penduduk merupakan sekumpulan tindakan yang dilakukan setiap
hari untuk mencapai tujuan kehidupan setiap individu. Kegiatan ini meliputi
kegiatan sosial, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Selain itu juga meliputi
aspek mata pencaharian penduduk. Hal ini akan dianalisis sebagai dasar

8
penentuan perencanan yang sesuai dengan keadaan dan karakteristik penduduk
yang tinggal pada suatu daerah.
9. Partisipasi Penduduk
Partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta atau keterlibatan yang berkaitan
dengan keadaaan lahiriahnya. Hal ini menjadi pendukung yang penting dalam
pencapaian tujuan perencanaan pembangunan wilayah. Partisipasi ini baik secara
lisan ataupun tindakan akan sama-sama memiliki kontribusi. Kebijakan terkait
perencanaan wilayah ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat sehingga ketika
partisipasi masyarakat semakin tinggi maka semakin besar ketercapaian tujuan
perencanaan wilayah.

2.4 Analisis Kependudukan dalam Perencanaan Wilayah

a. Kondisi Geografris
Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah
Surabaya.Selain itu kota Malang juga memiliki letak yang sangat strategis
ditengah-tengah wilayah kabupaten Malang. Hal ini diharapkan bahwa sarana dan
prasarana perkotaan yang dimiliki dapat menunjang kegiatan perekonomian
secara dinamis sehingga menjadi simultan perubahan kota ke arah industri dan
jasa, termasuk pariwisata dan pendidikan. Pertumbuhan ekonomi Kota Malang
tahun 2018 tumbuh 5,72 persen, Sedangkan di tahun 2016-2017 sebesar 5,69
persen. Hal itu menunjukkan tren baik sehingga pertumbuhan ekonomi di tahun
2019 terindikasi akan terus membaik. Pertumbuhan dan share Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) tertinggi menurut lapangan usaha tahun 2018,
pertumbuhan tertinggi di 18 jasa perusahaan sebesar 7,84 persen, jasa kesehatan
7,32 persen dan real estate 7,01 persen. “Sedangkan kontribusi tertinggi pada
bidang perdagangan sebesar 29,91 persen, industri 25,38 persen dan konstruksi
12,73 persen,” Untuk melihat struktur ekonomi Kota Malang dapat dilihat dari
peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap PDRB. Kegiatan
ekonomi yang mempunyai peranan terbesar berdasarkan data menurut harga
berlaku adalah sektor tersier yang menyumbangkan sekitar 61% dengan
sumbangan terbesar diberikan oleh subsektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 38,51%. Kemudian diikuti dengan sektor sekunder sekitar 37% dengan
sumbangan terbesar diberikan oleh subsektor industri pengolahan, dan sektor
primer yang mempunyai sumbangan terkecil sekitar 0,36%. Dapat disimpulkan

9
sebagian besar perekonomian Kota Malang digerakan oleh sektor tersier dengan
subsktor unggulannya yaitu perdagangan, hotel dan restoran. Kemudian sektor
sekunder dengan subsktor unggulannya yaitu industri pengolahan. Potensi
Ekonomi Kota Malang meliputi produk-produk sebagai berikut : 1) Keramik
Lokasi : Kerajinan ini berpusat di daerah Dinoyo – Mt Haryono. Bahan : Tanah
Keramik 2) Gerabah Lokasi : Kerajinan ini berpusat di Jl. Mayjen Panjaitan –
Malang. Bahan : Tanah Liat 3) Kripik Tempe Lokasi : Kerajinan ini berpusat di
Sanan – Malang. Bahan : Kedelai 4) Mebel Lokasi : Kerajinan ini berpusat di Jl
Simpang Teluk – Malang. Bahan : Kayu 5) Rotan Lokasi : Kerajinan ini berpusat
hampir di seluruh Malang. Bahan : Kayu Rotan 6) Emping Jangung Lokasi :
Kerajinan ini berpusat di Jl Simpang Teluk – Malang Bahan : Jagung 7) Saniter
Lokasi : Industri ini berpusat di daerah Jl Candi – Malang 8) Kompor Lokasi :
Industri ini berpusat di daerah Merjosari dan Tlogomas Malang. Perekonomian
Kota Malang saat ini lebih mengembangkan sektor industri daripada sektor
pertanian, dengan menyerap banyak tenaga kerja. Lahan pertanian 19 yang masih
luas berada di Kecamatan Kedungkandang, dan ada beberapa penduduk bekerja
sebagai petani. Hasil pertanian di Kecamatan Kedungkandang yaitu tanaman padi
dan tanaman palawija. Kegiatan sektor pertanian Kota Malang masih terlihat
yaitu kegiatan pertanian padi. Untuk mengurangi tingkat kemiskinan, dengan cara
meningkatkan pendapatan per kapita dan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Kualitas penduduk yang baik dimulai dari tingkat pendidikan, serta
pengembangan soft skill. Banyaknya jumlah fasilitas pendidikan mulai dari taman
kanak-kanak sampai perguruan tinggi dengan kualitas bermutu, dapat
dimanfaatkan penduduk Kota Malang untuk mendapatkan pendidikan yang lebih
tinggi dan menjadi masyarakat semakin berkualitas. Sumber daya manusia yang
dihasilkan dari setiap perguruan tinggi yang ada di Kota Malang akan membuat
masyarakat semakin berkualitas. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas hasil
produksi dari sumber daya alam yang dimiliki Kota Malang untuk diolah, dan
menciptakan lapangan kerja baru untuk menyerap lebih banyak tenaga kerja.
Sehingga akan mengurangi angka kemiskinan yang ada di Kota Malang, karena
adanya pendapatan yang diperoleh setiap penduduk berbeda, bagi masyarakat
berpendapatan rendah hal ini menjadi salah satu faktor penghambat untuk tidak
menempuh pendidikan sampai ke perguruan tinggi.

10
b. Analisis Kependudukan
Persebaran Penduduk dan kepadatan penduduk merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan. Ketika terdapat konsentrasi penduduk pada suatu wilayah,
maka secara otomatis akan terlihat pula nilai kepadatan penduduk pada wilayah
tersebut. Oleh karena itu pada pembahasan di makalah ini keduanya menjadi satu
kajian analisis. Pada tahun 2017 jumlah kependudukan kota Malang mencapai
861.4141 jiwa yang tersebar di lima kecamatan. Konsentrasi penduduk secara
berurutan (terbesar-terkecil meliputi kecamatan Lowokwaru, Sukun,
Kedungkandang, Blimbing, dan Klojen). Berikut adalah table yang menunjukkan
jumlah penduduk kota Malang perkecamatan..

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Kota Malang Perkecamatan. (Kota
Malang Dalam Angka 2019).

Jumlah Luas Wilayah


Kecamatan
Penduduk/Jiwa (km2)
Lowokwaru 195.692 38.89
Sukun 192.251 20.97
Kedungkandang 190.274 8.83
Blimbing 179.368 17.77
Klojen 103.129 27.6
Kota Malang 861.414 110.03

Berdasarkan data di atas persebaran penduduk di Kota Malang berada di


Kecamatan Lowokwaru. Secara sederhana, besarnya jumlah penduduk yang ada
pada kecamatan juga di pengaruhi oleh seberapa luas wilayah tersebut. Dalam
artian lain satuan luasan disini mengindikasikan seberapa besar (kuantitas) dalam
menampung jumlah penduduk. Pada table di atas pula terdapat relevansi antara
besarnya jumlah penduduk dan luasnya suatu wilayah berbanding lurus.

c. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk merupakan struktur atau gambaran penggolongan atau
pengelompokkan penduduk berdasarkan kriteria atau atribut tertentu. Komposisi

11
penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan
pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang sama.
Karakteristik atau atribut dalam komposisi penduduk, misalnya komposisi
berdasarkan geografis, biologis, dan sosial. Atribut tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut: 1) Komposisi penduduk geografis, biasanya didasarkan atas
pemilahan karakteristik lokasi, seperti penduduk pedesaan dan perkotaan. 2)
Komposisi penduduk biologis, misalnya berdasarkan jenis kelamin dan usia. 3)
Komposisi penduduk sosial, biasanya berdasarkan identitas sosial, seperti status
perkawinan, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian. Kota Malang memiliki
komposisi penduduk, dimana akan diketahui beberapa hal seperti struktur umur,
rasio ketergantungan, piramida, pendidikan dan mata pencaharian. Berdasarkan
data BPS Penduduk Kota Malang tahun 2019 Lapangan Usaha Jenis Kelamin
Luas Lahan Pertanian Laki-laki Perempuan Sektor Pertanian, Kehutanan,
Perkebunan, dan Perikanan 7.970 549 1.006 ha Total 8.519 1.006 ha 23 maka
dapat ditentukan komposisi pendudukan wilayah Kota Malang. Adapun data
tersebut sebagai berikut. Tabel 2.5 Data Penduduk Kota Malang Berdasarkan
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2014
Sumber: BPS Kota Malang Dalam Angka 2019
Tabel 2.6 Data Penduduk Kota Malang Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Sumber: BPS Kota Malang dalam Angka 2019

1. Pengelompokan Rasio
a) Struktur Umur
Struktur umur dibagi menjadi presentase kelompok umur anak dan umur tua
(tidak produktif) dan umur produktif. Berdasarkan tabel jumlah penduduk
berdasarkan umur dan jenis kelamin 2018 Kota Malang, komposisi umur anak
(0- 14 tahun) sebesar 21,66 persen (dibawah 30 persen). Komposisi umur tua
(65+ tahun) sekitar 5,68 persen (dibawah 10 persen). Penduduk Kota Malang
termasuk Penduduk Intermediate. Dengan komposisi umur produktif (15–64
tahun) sekitar 72,65 persen.
b) Dependency Ratio
Perhitungan Dependency Ratio tahun 2014 dan 2018 DR = ((0-14 th. + 65+
th.) : 15-64 th)*100 = ((183.388+ 47.957) : 614.628)*100 = 37,63% = 38%
(tahun 2014) DR = ((0-14 th. + 65+ th.) : 15-64 th)*100 = ((187.660 + 49.235)

12
: 629.323)*100 = 37,64% = 38% (tahun 2018) (Sumber data BPS Kota Malang
dalam Angka 2019) Artinya, angka ketergantungan di Kota Malang sebesar
37,63% (tahun 2014) dan 37,64% (tahun 2018) atau dapat diartikan bahwa
terdapat 100 penduduk produktif yang menanggung 38 orang tidak produktif.
Tingginya 25 ketergantungan ini diprediksi akan menurun pada kurun waktu
yang cepat ketika terjadi bonus demografi. Meskipun pada kurun waktu 5
tahun telah mengalami peningkatan 0,01% depedency ratio. Ketika terjadi
bonus demografi, akan lebih banyak jumlah penduduk yang produktif
dibandingkan yang tidak produktif. Beberapa tahun kedepan diprediksikan
akan terjadi bonus demografi. Hal ini diyakini, karena Jawa Timur merupakan
salah satu provinsi di Indonesia yang saat ini mengalami bonus demografi,
sehingga kemungkinan besar dua hingga sepuluh tahun kemudian angka
depedency ratio akan menurun secara signifikan.

2. Sex Rasio
SR = (ΣLaki-laki/ΣPerempuan)*100 = (427.078/428.991)* 100 = 99,55 (Data
Penduduk tahun 2018, Sumber data BPS Kota Malang dalam Angka 2019)
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa setiap 100 perempuan
terdapat 99,55 laki-laki. Angka 99,55 dapat dibulatkan menjadi 100 orang
lakilaki. Angka tersebut tergolong normal, perbedaan jumlah laki-laki dan
perempuan tidak signifikan atau cukup seimbang. Hal ini mengindikasikan
bahwa tingkat kesehatan di Kota Malang sudah cukup baik (angka kematian
pada ibu melahirkan rendah). 3. Struktur Agama Perhitungan komposisi
penduduk berdasarkan agama di Kota Malang sebagai berikut. SA = (Σ
Islam/Σ Penduduk) = (811.073/ 904174)*100 = 89.7% Perhitungan struktur
agama di atas menggunakan data jumlah penduduk yang beragama Islam Kota
Malang tahun 2018 (tidak menggunakan data jumlah penduduk pendatang).
Hasil perhitungan struktur agama di Kota Malang sebesar 89.7% penduduk
Kota Malang beragama Islam. Presentase agama selebihnya 26 yaitu 10,29%
merupakan total agama non-Islam. Agama ini yaitu Protestan, Katolik, Hindu,
Budha, dan lain sebagainya.

d. Dinamika Penduduk

13
Dinamika penduduk akan dipaparkan dengan beberapa perhitungan
diantaranya yaitu pertambahan penduduk, pertumbuhan penduduk, pertumbuhan
penduduk geometrik, dan pertumbuhan penduduk eksponensial. Adapan
pemaparan hal tersebut sebagai berikut. 1. Pertambahan Penduduk Pertambahan
penduduk pada suatu wilayah dibagi menjadi pertumbuhan penduduk alami dan
pertumbuhan penduduk total. Berikut ini adalah perhitungan pertambahan
penduduk di Kota Malang (Berdasarkan data tahun 2018, Sumber: BPS Kota
Malang dalam Angka 2019):
a. Pertambuhan penduduk alami (Pa) Pa = L – M = 12.001 – 5.080 = 6.921
b. Pertambahan penduduk total (Pt) Pt = (L – M) + (I – E) = (12.001 – 5.080) +
(24.529 – 11.498) = 6.921 + 13031 = 19.952
Angka kelahiran dan kematian yang demikian memberikan gambaran bahwa
tingkat kesehatan masyarakat tergolong baik. Sehingga jumlah kelahiran tinggi
dibandingkan jumlah kematian. Selanjutnya tercermin dari keekonomian Kota
Malang yang mana banyak penduduk datang (migrasi masuk) dibandingkan
dengan migrasi keluar. Hal ini berarti keekonomian Kota Malang terbilang baik
dan menjadi salah satu tujuan migrasi. 27 2. Pertumbuhan Penduduk Tabel 2.7
Penduduk, Laju, dan Presentase Pertumbuhan Penduduk di Kota Malang 2019
Sumber: BPS Kota Malang dalam Angka 2019 Pertumbuhan penduduk 0,81%
per tahun (sensus 2000 sampai 2010). Pertumbuhan penduduk Kota Malang, yaitu
0,81%, hal ini tergolong lambat karena kurang dari 1. Sedangkan pertumbuhan
penduduk tahun 2010-2018 sebesar 0,68%. Lambatnya pertumbuhan penduduk
ini mengindikasikan bahwa program Keluarga Berencana sukses dilaksanakan di
Kota Malang. 3. Pertumbuhan Penduduk Geometrik P2028 = Po (1+r)t = 856.069
(1 + 0,68)10 = 856.069 (1,68)10 = 856.069 x 179,0988583 = 153.320.980,5
Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperkirakan jumlah penduduk di tahun
2028 adalah 153.320.980,5 jiwa. Hal tersebut akan menjadi bonus demografi di
Kota Malang. 4. Pertumbuhan Penduduk Eksponensial Pt = Po.ert = 856.069 x
2,7182818(0,68x10) = 856.069 x 897,8472277 = 768.619.178,4 28 Berdasarkan
perhitungan tersebut maka diperkirakan jumlah penduduk di tahun 2028 adalah
768.619.178,4 jiwa.

e. Kualitas Penduduk

14
Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik
yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat
sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk
mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang
bertaqwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak (Dirjen
Anggaran Kementerian Keuangan 2015). Selain itu kualitas penduduk juga dapat
dilihat dari jumlah penduduk, mobilitas, dan kepadatan pendudu, hal tersebut
dikarenakan semakin padat suatu wilayah maka akan berpengaruh terhadap
banyak hal, mulai dari kesehatan, ekonomi, pendidikan, dll. a) Jumlah Penduduk
dan Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Malang, 2010 dan 2017
Tabel 2.8Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan Di
Kota Malang Tahun 2017 Tabel disamping menunjukkan jumlah penduduk dan
pertumbuhan penduduk di Kota Malang pada tahun 2017, dari tabel tersebut
dapat diketahui bahwa pada tahun 2000 jumlah total penduduk di Kota Malang
adalah 29 756.982 jiwa, sedangkan pada tahun 2017, jumlah penduduk di Kota
Malng dalah 861.414 jiwa, hal tersebut menujukan bahwa pertumbuhan
penduduk per tahun di kota Malang adalah 0.81 yaitu tahun 2000-2010, dan 0.70
pada tahun 2010-2017. b) Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kecamatan di Kota Malang, 2013-2017 Tabel 2.9 Distribusi dan Kepadatan
Penduduk Menurut Kecamatan Di Kota Malang Tahun 2017 Tabel disamping
adalah tabel distribusi dan kepadatan penduduk di Kota Malang tahun 2017, Pada
tabel tersebut dapat dilihat bahwa setiap kecamatan memiliki kepadatan
penduduk yang berbeda-beda mulai dari yang terkecil 4769 per km2 sampai yang
terpadat yaitu 11679 per km2 , yang paling besar terdapat pada Kec. Klojen yaitu
11679 per km2 per km2 , disusul Kec. Blimbing 10093 per km2 , Kec. Sukun
9201 per km2 , Kec. Lokowaru 8658 per km2 , dan Kec. Kedungkandang 4769
per km2 . Hal tersebut dapat berubah sewaktu-waktu seiring berjalannya waktu
dikarenakan banyak hal, seperti pertumbuhan penduduk, perpindahan penduduk,
dll.

f. Pelayanan Penduduk
1. Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan (Fasilitas kesehatan) dalam hal ini
meliputi jenis fasilitas kesehatan mulai dari jumlah Rumah sakit, jumlah Rumah
bersalin, jumlah Puskesmas, jumlah Klinik/Balai kesehatan, jumlah Posyandu,

15
dan jumlah Polindes. Wilayah wilayah yang diambil bersasarkan dari beberapa
kecamatan yang tersebar di Kota Malang, yaitu: Kedung Kandang, Klojen,
Sukun, Blimbing, Lokowaru. Tabel 2.10 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut
Kecamatan di Kota Malang 2017 Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah
rumah sakit paling banyak terdapat di Kec. Klojen yaitu sejumlah 7 rumah sakit,
setelah itu disusul oleh Kec. Lokowaru 3 rumah sakit, Kec. Kedungkandang 2
rumah sakit, Kec. Sukun 1 rumah sakit, dan Kec. Blimbing 1 rumah sakit. Total
keseluruhan rumah sakit yang ada di Malang adalah 14 rumah sakit pada tahun
2017. Sedangkan untuk rumah bersalin, puskesmas, klinik atau balai kesehatan,
posyandu rata-rata paling banyak terdapat di Kec. Klojen, kecuali posyandu dan
puskesmas. Hal tersebut 31 dapat berubah sewaktu-waktu seiring berjalannya
waktu dikarenakan banyak hal, seperti pembangunan, pengadaan fasilitas
kesehatan dibeberapa lokasi, dll. 2. Pelayanan Pendidikan Fasilitas Pendidika
dalam hal ini meliputi jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Wilayah wilayah yang diambil
bersasarkan dari beberapa kecamatan yang tersebar di Kota Malang, yaitu:
Kedung Kandang, Klojen, Sukun, Blimbing, Lokowaru. Data yang diambil
meliputi jumlah sekolah, jumlah siswa, jumlah pengajar/guru, dan rasio siswa-
guru. a. Sekolah Dasar Tabel 2.11 Jumlah Sekolah, Murid, Guru, dan Rasio
Murid-Guru Sekolah Dasar (SD) Menurut Kecamatan Di Kota Malang 2017
Tabel diatas menunjukkan jumlah sekolah SD negeri dan swasta, murid, guru,
dan rasio murid-guru. Dapat dilihat diatas bahwa jumlah sekolah SD Negeri
paling banyak terdapat pada Kec. Lokowaru dan Kec. Kedungkandang yaitu
sebanyak 45 sekolah, kemudian disusul oleh Kec. Blimbing 44 sekolah, Kec.
Sukun 42 sekolah, dan Kec. Klojen 19 sekolah, total sekolah SD Negeri di Kota
Malang pada tahun 2017 adalah 195 sekolah. Berbeda halnya dengan Sekolah
Dasar swasta dimana jumlah sekolah paling banyak terdapat pada Kec. Klojen
sebanyak 23, disusul oleh Kec. Sukun 17, Kec. Lokowaru 15, Kec. Blimbing 14,
32 dan Kec. Kedungkandang 10 sekolah, total keseluruhan SD swasta di Kota
Malang pada tahun 2017 adalah 79 sekolah. Hal tersebut dapat berubah
sewaktuwaktu seiring berjalannya waktu dikarenakan banyak hal, seperti
pembangunan, pengadaan fasilitas pendidikan dibeberapa lokasi, dll. b. Sekolah
Menengah Pertama Tabel 2.12 Jumlah Sekolah, Murid, Guru, dan Rasio Murid-
Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Menurut Kecamatan Di Kota Malang

16
2017 T Tabel diatas menunjukkan jumlah sekolah SMP negeri dan swasta, murid,
guru, dan rasio murid-guru. Dapat dilihat diatas bahwa jumlah sekolah SMP
Negeri paling banyak terdapat pada Kec. Klojen yaitu sebanyak 45 sekolah,
kemudian disusul oleh Kec. Lokowaru 7 sekolah, Kec. Kedungkandang 6
sekolah, Kec. Blimbing 6 sekolah, dan Kec. Sukun 4 sekolah. Total sekolah SMP
Negeri di Kota Malang pada tahun 2017 adalah 32 sekolah. Berbeda halnya
dengan Sekolah Menengah Pertama swasta dimana jumlah sekolah paling banyak
terdapat pada Kec. Klojen sebanyak 18, disusul oleh Kec. Lokowaru 16, Kec.
Blimbing 15, Kec. Sukun 13, dan Kec. Kedungkandang 10 sekolah, total
keseluruhan SMP swasta di Kota Malang pada tahun 2017 adalah 72 sekolah. Hal
tersebut dapat 33 berubah sewaktu-waktu seiring berjalannya waktu dikarenakan
banyak hal, seperti pembangunan, pengadaan fasilitas pendidikan dibeberapa
lokasi, dll. c. Sekolah Menengah Atas Tabel 2.13 Jumlah Sekolah, Murid, Guru,
dan Rasio Murid-Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Menurut Kecamatan Di
Kota Malang 2017 Tabel diatas menunjukkan jumlah sekolah SMA negeri dan
swasta, murid, guru, dan rasio murid-guru. Dapat dilihat diatas bahwa jumlah
sekolah SMA Negeri paling banyak terdapat pada Kec. Klojen yaitu sebanyak 5
sekolah, kemudian disusul oleh Kec. Lokowaru 3 sekolah, Kec. Kedungkandang
3 sekolah, untuk Kec. Blimbing, dan Kec. Sukun tidak terdapat SMA negeri di 2
kecamatan tersebut. Total sekolah SMA Negeri di Kota Malang pada tahun 2017
adalah 11 sekolah. Berbeda halnya dengan Sekolah Menengah Atas swasta
dimana jumlah sekolah paling banyak terdapat pada Kec. Klojen sebanyak 14,
disusul oleh Kec. Lokowaru 10, Kec. Sukun 7, Kec. Blimbing 4, dan Kec.
Kedungkandang 4 sekolah, total keseluruhan SMA swasta di Kota Malang pada
tahun 2017 adalah 39 sekolah. Hal tersebut dapat berubah sewaktu-waktu seiring
berjalannya waktu dikarenakan banyak hal, seperti pembangunan, pengadaan
fasilitas pendidikan dibeberapa lokasi, dll.

g. Partisipasi Penduduk
Partisipasi masyarakat merupakan faktor utama yang menentukan
keberhasilan suatu program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Suatu
program dinyatakan berhasil apabila masyarakat yang bersangkutan ikut
berpartisipasi secara aktif dalam proses pembangunan pemerintah. Partisipasi
adalah keikutsertaan seseorang dalam pembangunan secara sadar baik dalam

17
tahap perencanaan, implementasi dan pemanfaatan dalam menerima hasil-hasil
pembangunan. Partisipasi masyarakat diartikan sebagai keterlibatan aktif warga
masyarakat, baik secara perorangan, kelompok atau kesatuan masyarakat dalam
proses pembuatan keputusan bersama, perencanaan dan pelaksanaan program dan
pembangunan masyarakat, yang dilaksanakan di dalam maupun diluar lingkungan
masyarakat atas dasar rasa kesadaran dan tanggungjawab (Soelaiman, 1985: 6).
Menurut Tjokroamidjojo (1977: 6) partisipasi masyarakat dalam pembangunan
dapat dilihat dari tiga sisi yaitu: 1. Perencanaan dan pengambilan keputusan 2.
Pelaksanaan (termasuk pendanaan) dan pengawasan 3. Pemanfataan dan
pemeliharaan jenis-jenisnya sebagai berikut: a. Partisipasi Buah Pikiran, yang
diberikan partisipan dalam anjang sono, pendapat, pertemuan atau rapat b.
Partisipasi Tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan untuk
perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain, dan sebagainya c.
Partisipasi Harta Benda, yang diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk
perbaikan kegiatan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain, dan
sebagainya d. Partisipasi Keterampilan dan Kemahiran, yang diberikan orang
untuk mendorong aneka ragam bentuk usaha dan industry e. Partisipasi Sosial,
yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban, misalnya turut arisan, koperasi,
melayat (dalam peristiwa kematian), kondangan, nyambungan dan mulang-
sambung. Adapun partisipasi masyarakat Kota Malang sebagai berikut. 35 1.
Peran aktif masyarakat dalam pembangunan seperti membayar pajak daerah dan
ikut serta dalam menciptakan suasana bersih dan nyaman adalah bagian utama
dari kesuksesan sebuah daerah. 2. Pada momen Ramadan dan menjelang Idul
Fitri, kebersamaan menjaga keamanan dan kondusifitas lingkungan harus terus
dijaga. Agar suasana damai dan aman tercipta, dengan harapan menambah
kekhusyuan umat muslim yang sedang menjalankan ibada puasa. 3.
Menggunakan hak pilihnya pada helatan Pilkada Kota Malang a. persentase
partisipasi sekolah kota malang 36 b. angka partisupasi murni dan angka
partisipasi kasar h. Perilaku Penduduk Kota Malang merupakan salah satu kota
tujuan urbanisasi di Indonesia khususnya urbanisasi mahasiswa. Berbagai
lembaga perguruan tinggi berdiri di Kota Malang, baik negeri maupun swasata.
Hal ini menjadikan faktor penarik bagi pelajar yang menentukan pilihan untuk
menimba ilmu kejenjangan pendidikan lebih tinggi. Urbanisasi mahasiswa
menuju Kota Malang tidak bisa dibendung dan tentu akan terus berlangsung.

18
Urbanisasi mahasiswa dipicu adanya perbedaan pertumbuhan fasilitas
pembangunan di bi dang pendidikan, khususnya antara daerah pedesaan dan
daerah perkotaan. Fasilitas perguruan tinggi dikota lebih lengkap da berkualitas,
bangunan gedung berdiri dengan megah dan mewah, 37 faktor lingkungan alam
pegunungan yang membawa hawa sejuk dan pemandangan yang sangt indah juga
menjadi salah satu daya tarik tersendiri dibanding kota lainnya. Urbanisasi
tentunya memberi dampah bagi kota-kota yang menjadi tujuan. Wujud nyata
adari perilaku sosial yang ditimbulkan adalah: 1. Perubahan interaksi dan
aktivitas masyarakat Meningkat dengan bertambahnya pendatang memungkinkan
banyaknya interaksi yang dapat dilakukan. Masyarakat bergaul, berkomunikasi,
dan bertukar cerita dengan pedagang sehingga hampir setiap waktu suasanan
ramai yang menghasilkan keragaman aktivitas rumah tangga, lalu lintas jalan
semakin padat. 2. Perubahan pola pikir dan wawasan masyarakat Ada pendatang
mahasiswa berdampak pada pandangan masyarakat terhadap semakin pentingnya
pendidikan sehingga memberikan stimulasi dan dorongan kepada keluarga untuk
bisa menyelesaikan pendidikannya sampai kejenjang yang lebih tinggi. Selain itu
juga pendatang dan masyarakat dapat dengan mudah beradaptasi dengan
pengembangan fikiran dan hati dimana dapat menerima kelompok baru dengan
intelek 3. Perubahan sikap pada masyarakat Dengan membuka kos-kosan
masyarakat menjadi bersikap terbuka pada semua masyarakat dan lebih bisa
menerima saran, menghormati antara pendatang dan masyarakat. Urbanisasi juga
berdampak kepada perekonomian. Perkembangan dan kebijakan ekonomi
pemerintah mempengaruhi perkembangan dengan beberapa aspek didalamnya 1.
Perkembangan penduduk perkotaan menunjukkan pertumbuhan dan intensitas
kegiatan kota. Hal ini terjadi karena pendatang akan menyesuaikan tingkah laku
hidup sebagai mana hidup dikota besar. 2. Kelengkapan fasilitas yang disediakan
oleh kota dapat menunjukkan adanya tingkat pelayanan bagi masyarakat 3.
Tingkat investasi yang hasilnya dapat menunjukkan tingkat pertumbuhan kota
hanya dapat tercapai dengan tingkah ekonomi yang tinggi. 4. Sikap konsumtif 38
Adanya tingkat urbanisasi yang tinggi dimanfaatkan oleh para infestor
berbondong-bondong untuk membangun pusat perbelanjaan dimana mereka tahu
semakin mereka dekat dengan sebuah institutut pendidikan disitulah perputaran
uang terjadi. Akan banyak orang yang membelanjakan uang mereka tampa
berfikir panjang. Gaya hidup mahasiswa yang mengikuti tren akan mempengaruhi

19
gaya hidup masyarakat terutama para remaja dan ibu-ibu. Perilaku yang
disebutkan diatas dimana dipicu oleh urbanisi ini akan mendorong perkembangan
kota baik dalam aspek perilaku masyarakatnya, fasilitas sosial dan perekonomian
menjadi berkembang.

h. Kegiatan Penduduk
Kegiatan masyarakat Kota Malang secara dominan lebih tertuju kepada
kegiatan ekonomi produksi sebagai berikut: 1. Pembuatan makanan Di malang
sendiri banyak masyarakta yang berkerja membuat makanan( industri kecil-
kecilan/inustri besar). Pembuatan makanan ini bertujua untuk mencukupi
kebutuhan masyarakat dan memperkarya keahlian 2. Pertanian/perkebunan
Produksi pertanian berupa bahan pokok kebutuhan. Barang pokok ini berupa
beras, umbi-umbian, keteta dan sayur mayur. Dalam rentan waktu tertentu sektor
pertanian ini dapat mengumpulkan berbagai makanan pokok. Di malang sendiri
masih banyak tanah yang cukup luas dan cocok dipergunakan dalam tanan-
menanam. Hal ini dapat menjadi pemasukan daerah jika hasil panen dapat dijual
di luar kota malang. 3. Jasa Banyak masyarakat malang yang berprofesi menjual
jasa salah satunya adalah sebagai pekerja Gojek. Mereka menjual jasa mengantar
pelanggan dengan aplikasi berbasis smartphone, bukan hanya pelanggan saja
pelanggan juga dapat memesan makan dari gojek dan akan diantarkan dimana
pelanggan beada seberapapun jauhnya itu. 4. Penyewaan kamar kos 39 Bagi
mahasiswa yang rumahnya jauh dimana tidak dapat ditempuh denga wakyu 1-2
jam akan memilih untuk menyewa kamar kos sebagai tempat beristirahat. Sistem
pembayaran kamar kos ini dapat bulanan, semesteran atau pun tahunan.

i. Permasalahan

Kemacetan Laluslintas Seiring dengan perkembangan Kota Malang yang


semakin maju. Pemerintah Kota Malang telah membuat enam rencana detail sub pusat
yaitu: rencana detail Malang Utara, Malang Timur Laut, Malang Timur, Malang
Tenggara, Malang Barat, dan Malang Tengah. Demi menunjang terwujudnya rencana
detail tersebut, maka pemerintah juga membuat rencana strategis dalam bidang
ekonomi dan sosial budaya.Pemerintah berharap setiap sub bagian wilayah dapat

20
menjadi pusat kota. Sehingga orientasi tempat tujuan masyarakat menjadi tersebar dan
pembangunan tercipta secara seimbang antar sub bagian wilayah di Kota Malang.
Namun perkembangan ini telah menjadi masalah publik. Banyak ruko yang dibangun
tanpa tempat parkir memadai. Ada tiga proyek apartemen yang menambah daya tarik
bagi pendatang. Dampak pembangunan ini dapat menyebabkan macet karena ruas
jalan tetap, serta berkurangnya resapan air. Padahal ruas jalan yang dilalui hanya itu
saja dan posisi wilayah Kota Malang berada di tengah-tengah Kabupaten Malang.
Sehingga kemacetan lalu lintas tidak dapat dihindari lagi di beberapa ruas jalan raya
yang ada di Kota Malang. Pada dasarnya faktor utama penyebab kemacetan di Kota
Malang adalah kapasitas jalan raya yang tidak seimbang dengan peningkatan jumlah
kendaraan bermotor. Buktinya, jumlah penjualan sepeda motor untuk wilayah Malang
Kota sebesar 1.700-1.800 unit/per bulan tahun 2013. Apabila jumlah penjualan per
bulan dikalikan satu tahun, maka diperkirakan terjual 20.400 unit/per tahun. Ditambah
lagi, jumlah penjualan kendaraan roda empat yang bisa mencapai 7.000 unit/per
bulan. Sehingga kita dapat membayangkan jumlah kendaraan yang keluar setiap
harinya di Kota Malang, tanpa ada penambahan kapasitas jalan raya. Oleh 40 karena
itu, pemerintah seharusnya mampu bertindak tegas untuk melakukan pembatasan
penjualan kendaraan bermotor di wilayah Malang Kota. Ternyata kemacetan lalu
lintas memberidampak terhadap masyarakat yang dapat dilihat dari segi waktu, biaya,
dan lingkungan. Berdasarkan waktu, kemacetan menyebabkan waktu tempuh
perjalanan lebih lama dan mejadi sering terlambat terutama saat masuk kerja atau
berangkat sekolah. Dampak kemacetan berdasarkan biaya, menyebabkan boros
bensin. Sedangkan dari segi lingkungan, kemacetan menimbulkan polusi udara
meningkat dan berpengaruh pula terhadap lingkungan sosial. Karena masyarakat
merasa terganggu dengan suara kendaraan atau biasa disebut polusi suara 2.
Permasalahan Lingkungan Jumlah penduduk yang besar serta terbatasnya kemampuan
yang dimiliki tenaga kerja akan menyebabkan rendahnya pendapatan yang diterima.
Hal ini membuat masyarakat berpenghasilan rendah mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan akan perumahan. Akhirnya, muncul daerah – daerah kumuh
terutama di kawasan pusat kota. Dengan kurangnya perhatian pemerintah, maka
kawasan tersebut menjadi semakin padat dan tidak terkendali. Hal ini dapat dilihat
pada kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas di Kelurahan Penanggungan,
Samaan, Oro-oro Dowo dan Kelurahan Kiduldalem di Kecamatan Klojen, Kelurahan
Polehan di Kecamatan Blilmbing, Kelurahan Jodipan, Kotalama dan Mergosono

21
diKecamatan kedungkandang. Selain itu terdapat di sepanjang pinggiran Kali
Amprong di Kelurahan Madyopuro dan Lesanpuro di Kecamatan Kedungkandang.
Selain di pinggir sungai, kawasan kumuh juga terdapat di sepanjang rel kereta api di
kelurahan Kotalama, Ciptomulyo, Klojen, Rampal Celaket, Purwantoro, Kebonsari,
Polowijen, Blimbing dan Purwodadi. Permasalahan lain yang mucul adalah
pencemaran, baik udara maupun air. Kawasan – kawasan kumuh akan menyebabkan
terjadinya penurunan kualitas air sungai. Dari sisi udara, masih belum berkembangnya
upaya penghijauan membuat ruang terbuka hijau di Kota Malang mengalami
perkembangan yang tidak signifikan. Ruang terbuka hijau yang ada saat ini sebagian
besar merupakan peninggalan jaman Belanda. Pembangunan kawasan pemukiman
baru di pinggir 41 kota masih belum diimbangi dengan upaya menyediakan lahan
hijau yang labih baik. Masalah lain yang muncul adalah kurangnya kesadaran warga
untuk menjaga dan memelihara drainase. Akibatnya, setiap hujan datang, selalu
timbul genangan – genangan air, bahkan merata di seluruh penjuru kota. Ketinggian
genangan air bervariasi hingga 50 cm. Meski Kota Malang dilalui oleh beberapa
sungai besar, namun aliran air ke sungai – sungai tersebut tidak lancar. Hal ini akan
menimbulkan efek berantai pada tergerusnya lapisan tanah subur, rusaknya jalan dan
trotoar serta terhambatnya arus lalu lintas. 3. Masalah Ekonomi Berkaitan dengan
ekonomi, masalah yang muncul adalah terkonsentrasinya kegiatan perekonomian
hanya pada wilayah tertentu saja. Kawasan alun – alun menjadi titik sentral
perekonomian Kota Malang. Kemudian perkembangan kota bergerak ke arah utara
(yakni ke arah Surabaya) dan barat laut (yakni ke arah Batu). Aktivitas ekonomi di
kawasan – kawasan tersebut sangat tinggi. Hal ini akan menarik masyarakat untuk
bertempat tinggal, berusaha dan mencari pengasilan di kawasan – kawasan yang
bernilai ekonomi tinggi. Dampak yang terjadi adalah adanya ketimpangan
perekonomian antara wilayah pusat dengan pinggiran, penyebaran penduduk yang
tidak merata, yang bisa merembet pada masalah rendahnya kualitas lingkungan,
kemacetan bahkan sampai pada masalah sosial dan keamanan. Masih terdapat daerah
– daerah yang tergolong lambat berkembang, seperti kawasan Buring dan Mulyorejo.
Selain jarang penduduk, di kedua daerah ini tidak terdapat pusat keramaian atau pusat
pertumbuhan ekonomi. 4. Pelayanan Terdapat kecenderungan fungsi pelayanan masih
terpusat di kawasan tertentu saja. Pusat pendidikan yang terlalu terkonsentrasi di
sekitar dua universitas utama yakni Universitas Brawijaya (UB) dan Universitas
Negeri Malang (UM) menarik perguruan tinggi lain untuk mendirikan kampus di

22
sekitar kawasan yang sama. Hal yang terjadi adalah kepadatan penduduk yang sangat
tinggi, kawasan pemukiman yang tidak terkendali serta kepadatan lalu lintas terutama
di kawasan Tlogomas, Jl. Gajayana, Sumbersari, dan Bendungan Sutami. 42 Aktivitas
perdagangan yang terpusat pada ruas jalan – jalan protokol menyebabkan terjadinya
konsentrasi perekonomian hanya terbatas pada jalan – jalan utama saja. Kawasan
lainterutama yang jauh dari jalan protokol akan berkembang dengan perlahan. Kondisi
ini sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan kota. Mobilitas dan aktivitas
warga hanya akan bertumpuk di kawasan – kawasan tertentu saja. Daya dukung kota
akan semakin terbatas dan melemah seiring dengan pesatnya kemajuan ekonomi di
kawasan tersebut.

23
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemaparan makalah di atas dapat diambil kesimpulan bawasannya


fenomena kependudukan bersifat dinamis. Sifat kedinamisan diakibatkan karena sifat
dari objek kajian demografi (penduduk) yang terus berkembang seiring dengan
perkembangan zaman. Pada akhirnya akan berimplikasi pada atribut kependudukan
(kelahiran, kematian, dan migrasi) pada suatu ruang. Kota Malang sebagai salah satu
kota besar di Provinsi Jawa Timur memiliki kondisi kependudukan yang dinamis.
Adanya pembangunan dan pengembangan wilayah yang terus intensif dilakukan
menjadikan daya tarik bagi penduduk di daerah asal. Dalam hal ini terjadinya
penambahan penduduk pada daerah tujuan dan berpengaruh pada fenomea demografis di
Kota Malang. Berkaca pada pernyataan dan kenyataan di atas maka perlu dilakukannya
pendeskripsian dan pengidentifikasian fenomena kependudukan di Kota Malang secara
komperhensif. Pembuatan makalah ini merupakan salah satu upaya akademis dalam
pengkajian fenomena kependudukan di Kota Malang. Keluaran berkaitan dengan
pembuatan malakah ini adalah hasil kajian fenomena kependudukan yang insyaa Allah
akan bermanfaat bagi kelompok maupun pembaca.

24
3.2 Saran

Menurut kami, masih banyak hal-hal di Indonesia yang perlu diperbaiki demi
menyambut era globalisasi. Bidang-bidang dasar seperti pengembangan wilayah, politik,
ekonomi, pembangunan, sosial & budaya, serta hukum harus banyak mengalami
perubahan mengarah kepada yang lebih baik. Globalisasi tidak bisa kita hindari, tetapi
kita perlu untuk tetap menanamkan pengamalan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945
demi terciptanya Indonesia yang lebih maju namun tetap mempertahankan ciri ke-
Indonesia-an-nya. Kami yakin meskipun secanggihcanggihnya perubahan zaman nanti,
apabila kita tetap berpegang teguh terhadap 46 kedua pedoman tersebut, maka kehidupan
negara ini akan menjadi semakin baik kedepannya. Pengembangan potensi wilayah yang
baik adalah pengembangan yang pro terhadap rakyat lingkungan secara menyeluruh
sehingga partisipasi masyarakat terhadap usaha pemerintah dalam hal tersebut juga dapat
maksimal, selama ini sudah banyak usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam hal
mengembangakan potensi suatu wilayah, namun hal tersebut dirasa kurang maksimal
dikarenakan kurangnya dukungan oleh sebagian masyarakat, sehingga saran untuk
kedepannya adalah melakukan pengembangan wilayah yang pro terhadap masyarakat
dan memperhatikan dampak terhadap lingkungan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistika. 2018. Kota Malang dalam Angka Tahun 2018.
Badan Pusat Statistika. 2019. Kota Malang dalam Angka Tahun 2019.
BAPPEDA KOTA MALANG. Analisis Dampak Sosial Ekonomi Budaya Urban
Mahasiswa Terhadap Masyarakat Kota Malang.
Darsyah, M. Y., & Wasono, R. (2013). Pendugaan IPM pada Area Kecil di Kota
Semarang dengan Pendekatan Nonparametrik. In Proceedings of the National Seminar on
Statistic Diponegoro University, Semarang.
Damayanti, A., & Hidayat, F. (2017). Dinamika Penduduk Dan Kebutuhan Air. JURNAL
GEOGRAFI, 2(2), 49-70.
Firman, T. (1996). Urbanisasi, Persebaran Penduduk dan Tata Ruang di Indonesia. Journal
of Regional and City Planning, 7(21), 66-72.
Harmadi, S. H. B. (2008). Pengantar Demografi. Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Mantra, Ida Bagoes. 2000. Demografi Umum. Edisi
kedua.Yogyakarta: pustaka pelajar
Muta’ali, L. (2015). Teknik analisis regional. Untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang Dan
Lingkungan. Yogyakarta. Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG).

26

Anda mungkin juga menyukai