BIDANG KEGIATAN
PKM-ARTIKEL ILMIAH
Oleh :
Radha Wahyu Prahesti 202010160311232
Keisha Laurinda 202010160311234
Devi Kusuma Wardani 202010160311237
(Keisha Laurinda)
(Eko Handayanto, Drs., M.M.) NIM. 202010160311234
NIP. 196805231992031001
Deskripsi Bisnis................................................................................................ 1
Analisis Keuangan............................................................................................ 5
Valuasi................................................................................................................ 11
Ringkasan Investasi.......................................................................................... 11
Resiko Investasi................................................................................................. 13
Deskripsi Bisnis
Harga batu bara acuan pada Februari 2021 mengalami kenaikan seiring dengan
sentimen yang dibentuk oleh supercycle komoditas. Harga batu bara acuan (HBA)
Februari ditetapkan sebesar US$87,79 per ton atau reli sebanyak 15,7 persen dari
bulan sebelumnya sebesar US$75,84 per ton. Terjadi peningkatan harga komoditas
pada Tahun 2021 mempengaruhi penjualan, laba serta net profit perusahaan dan terus
naik pada 2022 seiring berjalannya pemulihan ekonomi global.
Boikot batu bara Rusia oleh Uni Eropa dan Jepang membuat harga emas hitam
melambung sepanjang pekan ini. Harga batu bara acuan Newcastle (Australia) ditutup
di US$ 349,75/ton, melonjak 9,26% dibandingkan sebelumnya. Faktor
melambungnya harga batu bara masih disebabkan ketatnya pasokan. Setelah Uni
Eropa dan Jepang melarang impor batu bara dari Rusia, pasar batu bara menjadi
sangat ketat karena ketidakseimbangan antara permintaan pasokan dan permintaan
makin melebar.
Pada tahun 2020, ekonomi Indonesia mengalami penurunan dibanding tahun lalu
yaitu sebesar 2,07% dibanding tahun 2019 sebesar 5,02%. Selain itu, menurut Badan
Pusat Statistik, laju inflasi tahunan 2020 adalah sebesar 1.68% yaitu terendah dalam
20 tahun terakhir. Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat di
tahun 2020 sedikit melemah sebesar Rp.14,572/1USD dibanding rata-rata kurs tahun
2019 sebesar Rp.14,146.33/1USD.
Sepanjang tahun 2020, Harga Batu Bara Acuan (HBA) untuk batubara dengan nilai
kalori 6.322 GAR mengalami penurunan cukup signifikan yaitu sebesar 9,52% dari
rata-rata sebesar USD 65,93/ton pada awal tahun 2020 menjadi USD 59,65/ton di
bulan Desember 2020. Penurunan harga ini menjadi faktor yang sangat besar dalam
menyumbang penurunan laba kotor di tahun 2020 dibanding tahun lalu.
Selain memberi kepastian dan kesesuaian dengan rezim, PP ini diharapkan mampu
menangkap momentum pertumbuhan positif sektor pertambangan batubara saat ini.
Hal ini terutama karena sektor ini mampu tumbuh positif sebesar 6,6% (yoy) di tahun
2021, lebih tinggi dari pertumbuhan PDB nasional. PP ini menjadi relevan dalam
memanfaatkan momentum peningkatan kontribusi sektor pertambangan batubara
terhadap perekonomian melalui APBN.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Desember 2021
memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar
3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility
sebesar 4,25%. Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar
dan sistem keuangan, di tengah perkiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia juga terus mengoptimalkan
seluruh bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem
keuangan serta mendukung upaya perbaikan ekonomi lebih lanjut.
Indonesia memiliki potensi sumber daya batubara yang cukup melimpah. Jumlah
cadangan batubara siap tambang yang ada di Indonesia hingga tahun 2008 tercatat
sebanyak 7,12 miliar ton. Produksi batubara Indonesia tahun 2008 mencapai 231,18
juta ton, penjualan batubara dalam negeri 69,44 juta ton dan ekspor sebesar 160,08
juta ton.Pada tahun 2025 nanti, kebutuhan batubara dalam negeri diperkirakan akan
mencapai angka 192,33 juta ton, masing-masing digunakan oleh PLTU sebesar 99,86
juta ton, industri semen 30,58 juta ton, industri tekstil 17,59 juta ton, industri kertas
2,92 juta ton dan industri lainnya sebanyak 41,39 juta ton.
Dari sisi ekspor, pada tahun 2025 diperkirakan ekspor batubara akan mengalami
kenaikan hingga 260,92 juta ton. PKP2B masih akan menjadi eksportir batubara
terbesar yang menguasai 94,03% pasar ekspor, sedangkan KP dan BUMN menguasai
3,55% dan 2,43%. Dengan asumsi adanya pemakaian batubara dalam negeri dan
ekspor tidak tercatat mencapai 51,66 juta ton, maka diperkirakan jumlah produksi
batubara Indonesia pada tahun 2025 akan mencapai 504,92 juta ton.
Sementara itu, laju pertumbuhan produksi dari tahun 2010-2025 diperkirakan akan
mengalami kenaikan rata-rata sebesar 4,9% per tahun.Berdasarkan kondisi tersebut,
maka cadangan batubara siap tambang sebesar 7,12 juta ton itu apabila tidak dikelola
dengan baik dikhawatirkan akan habis dalam kurun waktu yang relatif singkat. Oleh
karena itu, perlu langkah-langkah antisipatif berupa konsep kebijakan yang dapat
menjaga kelangsungan ketersediaan energi batubara dalam negeri secara
berkesinambungan.
Terdapat perubahan atas sejumlah kebijakan akuntansi yang berlaku sejak 1 Januari
2020 yang memiliki dampak yang signifikan terhadap kegiatan usaha Perseroan,
yakni:
2. PSAK 73 “Sewa”
Runtuhnya permintaan batu bara tahun 2020 ternyata lebih kecil dari
perkiraan. Bahkan sebelum pandemi, batubara menghadapi prospek yang sulit untuk
tahun 2020. Permintaan ditekan oleh musim dingin yang sejuk di Utara Belahan
bumi, harga gas alam yang rendah dan pertumbuhan energi terbarukan yang kuat.
Ketika permintaan listrik dan harga gas alam anjlok seiring krisis Covid-19
meningkat, pembangkit listrik tenaga batu bara menanggung beban dampak.
Berkurangnya aktivitas industri juga memukul batu bara permintaan, meskipun
dengan cara yang lebih terbatas (Abdi, 2020).
IEA mengungkapkan ada sedikit tanda bahwa konsumsi batu bara dunia akan
menurun secara substansial di tahun-tahun mendatang, dengan meningkatnya
permintaan di beberapa negara Asia yang mengimbangi penurunan di tempat lain.
penurunan akan lebih tajam lagi tanpa pemulihan ekonomi yang kuat di China yang
merupakan konsumen batu bara terbesar di dunia pada paruh kedua tahun ini.
Ekonomi China, India, dan Asia Tenggara bertanggung jawab atas sebagian besar
pertumbuhan, meskipun Amerika Serikat dan Eropa mungkin juga mengalami
kenaikan konsumsi batu bara pertama mereka dalam hampir satu dekade.
Masa depan batubara sebagian besar akan ditentukan di Asia. Saat ini, Cina
dan India menyumbang 65% dari permintaan batu bara global. Dengan memasukkan
Jepang, Korea, Taiwan dan Asia Tenggara, pangsa itu meningkat menjadi 75%.
China, yang saat ini menyumbang setengah dari konsumsi batu bara dunia, akan
sangat berpengaruh. Dari 27 perusahaan tambang yang terkenal di Indonesia PT.
Atlas Resource Tbk menduduki posisi ke terakhir untuk saat ini . Posisi pertama di
pegang oleh PT. Bayan Resource Tbk.
Banyak tambang batu bara di Indonesia, tambang skala kecil maupun skala
besar. Untuk saat ini PT. Atlas Resource menduduki peringkat ke 27 dari perusahaan
tambang yang terkenal di Indonesia. Posisi PT. Atlas Resource untuk saat ini menjadi
following dan peringkat bisa berubah sewaktu waktu dilihat dari penjualan, laba serta
net profit perusahaan.
Analisis Keuangan
PT. Atlas Resources Tbk didirikan pada tanggal 26 Januari 2007 di PT. Atlas
Resources Tbk (perusahaan kami) adalah salah satu produsen batubara terkemuka di
Indonesia. Selama 10 tahun beroperasi, kami telah mencapai pertumbuhan bisnis
yang pesat melalui akuisisi, upaya eksplorasi dan pengembangan, yang awalnya
berfokus pada area pertambangan batubara regional kecil. Sejak awal, kami telah
terlibat dalam pengembangan banyak proyek, termasuk proyek eksplorasi dan
produksi di lahan milik tambang PT. Atlas
Pada tahun 2019 PT. Atlas Resource Tbk. mengalami EVA yang positif
yaitu sebesar 20.838 selanjutnya pada tahun 2020 mengalami kembali EVA
yang negatif yaitu sebesar -6.741 dan tahun 2021 mengalami EVA negatif
sebesar -39.517. Apabila EVA>0 maka perusahaan mempunyai nilai tambah dan
berarti laba yang dihasilkan perusahaan sudah melebihi harapan investor serta
mampu menutupi biaya yang timbul untuk memperoleh keuntungan tersebut. Namun
jika EVA<0 maka perusahaan tidak mempunyai nilai tambah dan laba yang
diperoleh perusahaan tidak sesuai dengan harapan tingkat pengembalian yang
diharapkan oleh investor serta biaya-biayanya tidak tertutupi.
Artinya PT. Atlas Resources, Tbk ini tidak mampu menciptakan nilai
tambah selama 2 tahun (tahun ,2015,2016). Pada tahun 2019 memiliki nilai tambah.
Nilai Economic Value Added (EVA) yang negatif pada PT. Atlas Resources, Tbk
terjadi karena adanya penurunan terhadap laba sebelum bunga dan pajak. Di
mana peunurunan laba terjadi pada setiap tahun selama periode penelitian.
Penurunan laba terjadi karena beberapa faktor diluar penelitian, diantaranya
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia untuk lebih memperketat
urusan birokrasi di sektor pertambangan serta adanya penurunan aktivitas
ekonomi global yang menyebabkan permintaan batubara melemah.
Valuasi
Valuasi adalah proses analisis untuk menentukan proyeksi nilai atau nilai
terkini dari sebuah perusahaan. perhitungan nilai perusahaan tersebut biasanya
dilakukan dengan mengukur jumlah keseluruhan aset dari perusahaan. Nilai valuasi
perusahaan pun berubah-ubah, tergantung dengan performa dan kondisi keuangan
perusahaan. Terdapat beberapa rasio yang digunakan untuk menilai valuasi
perusahaan diantaranya price to earning ratio (PER), price to book value (PBV), PER
to growth (PEG), EV/EBITDA, RNAV dan DCF. PER dan PBV adalah valuasi yang
paling umum digunakan oleh kalangan investor. Namun, peneliti hanya menggunakan
rasio PBV dan PER untuk menilai perusahaan PT Atlas Resource, Tbk.
Rumus : V = Do (1+g) / ( k - g)
Keterangan :
V = harga wajar suatu saham
D1 = Dividen tahun sebelumnya
g = Long term growth
k = cost of equity
Berikut perhitungan harga wajar PT. Atlas Resources, Tbk.
V = Do (1+g) / (k-g)
= Do (1+g) / (k-g)
= 8.450.000 (1+0,05) / (4,8 - 0,05)
= 1.867.895 / lembar
Jadi, harga wajar untuk PT. Atlas Resources Tbk. adalah 1.867.895 / lembar.
Ringkasan Investasi
Resiko Investasi
a. Struktur Organisasi
Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Atlas Resource Tbk
c. Dewan Komisaris
Gambar 4. Nama dan Jabatan Komisaris
Selain itu, Komisaris Independen tidak mempunyai saham baik langsung maupun
tidak langsung pada Perseroan, tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Perseroan,
anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau pemegang saham utama Perseroan
serta tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang
berkaitan dengan kegiatan usaha Perseroan.
d. Pedoman dan Kode Etik Dewan Komisaris dan Direksi (Board Charter)
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris dan Direksi
mengacu kepada sebuah Pedoman Kerja (Board Charter) yang memungkinkan
mereka untuk dapat bekerja dengan lebih efektif dan efisien. Pedoman Kerja ini, di
antaranya memuat keanggotaan dan masa jabatan, tugas dan tanggung jawab, serta
rapat-rapat.
e. Prosedur dan Dasar Penetapan Remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi
Berdasarkan keputusan RUPST pada tanggal 28 Agustus 2020, Dewan Komisaris
memiliki wewenang untuk menentukan besarnya gaji atau remunerasi dan tunjangan
lainnya atau fasilitas lainnya bagi Direksi dan Dewan Komisaris. Pada tahun 2020,
Perseroan telah memberikan paket remunerasi bagi anggota Dewan Komisaris
sebesar US$0,148 juta dan Direksi sebesar US$0,856 juta
f. Hubungan antara Remunerasi dengan Kinerja Perseroan
Hubungan remunerasi dan kinerja Perseroan diatur dalam Kebijakan Perseroan dalam
hal Sumber Daya Manusia terkait Kompensasi dan Imbalan.
Daftar Pustaka
Abdi, M. N. (2020). Krisis Ekonomi Global dari Dampak Penyebaran Virus Corona
Primasari,Savitri Niken. 2017. Analisis Altman Z-Score, Grover Score, Springate dan
Zmijewski sebagai Signaling Financial Distress (Studi Empiris Industri
Barang-Barang Konsumsi di Indonesia). Accounting and Management Journal
Vol. 1 No. 1. Hal 23-43
Setyawan, Fajar Hari, Burhanudin, dan Rochmi Widayanti. 2018. Analisis Financial
Distress sebagai Prediktor Delisting PT Berau Coal Energy, Tbk. Jurnal
Manajemen dan Keuangan Vol. 7 No. 1.
4 NIM/NIDN 202010160311234
6 Email laurindakeisha@gmail.com
7 No. Telp. / HP 081216103168
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Jurusan - - IPS
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata
ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu Persyaratan dalam
pengajuan Makalah Penelitian.
(Keisha Laurinda)
Identitas Anggota 1
A. Identitas Diri
4 NIM/NIDN 202010160311232
6 Email radhawahyu0@gmail.com
7 No. Telp. / HP 089652824857
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Jurusan - - Administrasi
Perkantoran
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
Persyaratan dalam pengajuan Makalah Penelitian.
4 NIM/NIDN 202010160311237
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Jurusan - - IPA
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
Persyaratan dalam pengajuan Makalah Penelitian.
4 NIM/NIDN 0020126701
6 Email Warsono1967@umm.ac.id
7 No. Telp. / HP
082233322727
B. Riwayat Pendidikan
Jurusan Fakultas - -
Ekonomi dan
Bisnis
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
Persyaratan dalam pengajuan Makalah Penelitian.