Anda di halaman 1dari 15

OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN TRANTIBUMLINMAS DENGAN

PENATAAN MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN BUNGURSARI


KOTA TASIKMALAYA

Andi Dina Noor Fitria Rahman


NPP. 31.0815
Asdaf Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan
Program Studi Praktek Perpolisian Tata Pamong

ABSTRAK
Permasalahan/Latar Belakang (GAP): Penelitian ini berfokus kepada permasalahan yang
marak terjadi dikalangan masyarakat yaitu adanya masyarakat miskin yang dapat
menimbulkan adanya kesenjangan ekonomi dan kesenjangan sosial sehingga terjadi konflik di
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya. Dengan adanya dasar permasalahan tersebut ,
penulis membahas optimalisasi penyelenggaraan trantibumlinmas dalam penataan masyarakat
miskin di Kecamatan Bungursari. Tujuan: Penelitian ini bertujuan guna mendeskripsikan
bagaimana upaya optimalisasi dalam penyelenggaran trantibumlinmas dalam penataan
masyrakat miskin di Kecamatan Bungursari. Metode: Metode yang diterapkan pada penlitian
ini memakai tekhnik kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan induktif. Data
yang didapatkan pada penelitian ini menerapkan tekhnik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Hasil/ Temuan: Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa optimalisasi
penyelenggaraan trantibumlinmas sudah baik dalam melaksanakan tugas penertiban, namun
terdapat beberapa kendala. Kesimpulan: Optimalisasi Penyelenggaraan Trantibumlinmas
dalam Penataan Masyarakat Miskin terlaksanakan dengan baik. Tetapi dihadapi dengan
beberapa kendala pada saat proses perencanaan pada saat pelaksanaannya. Menghadapi
masalah tersebut, Satgaslinmas melakukan usaha dalam menangani permasalahan yang ada.
Kata Kunci: Optimalisasi, Trantibumlinmas, Ekonomi, Satgaslinmas

ABSTRACK
Problems/Background (GAP): This research focuses on problems that are rife among the
community, namely the existence of poor people which can lead to economic inequality and
social inequality resulting in conflict in Bungursari District, Tasikmalaya City. With this basic
problem in mind, the author discusses optimizing the implementation of trantibumlinmas in
structuring the poor in Bungursari District. Purpose: This study aims to describe how efforts
are made to optimize the implementation of trantibumlinmas in structuring the poor in
Bungursari District. Method: The method applied to this research uses descriptive qualitative
techniques using an inductive approach. The data obtained in this study applied observation,
interview and documentation techniques. Results/ Findings: The results of this study illustrate
that optimizing the implementation of trantibumlinmas has been good in carrying out the task
of controlling, but there are several obstacles. Conclusion: Optimizing the Implementation of
Trantibumlinmas in Managing Poor Communities is well implemented. But faced with several
obstacles during the planning process at the time of implementation. Facing these problems,
the Satgaslinmas made efforts to deal with existing problems.
Keywords: Optimization, Tantibumlinmas, Economy, Satgaslinmas
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pergeseran paradigma dari generasi milenial ke generasi Z memang sudah
memberikan banyak perkembangan sosial di masyarakat saat ini. Generasi Z terlahir di
era teknologi digital yang maju, sehingga mereka cenderung lebih melek teknologi
daripada generasi sebelumnya. Hal ini mempengaruhi cara mereka berinteraksi,
mendapatkan informasi, dan terlibat dalam aktivitas sosial.Keberagaman dalam
masyarakat menjadi semakin kentara dengan adanya generasi Z. Mereka tumbuh dalam
lingkungan yang lebih inklusif, di mana perbedaan latar belakang, budaya, dan
identitas diterima secara lebih terbuka. Ini menghasilkan masyarakat yang plural dan
terbuka, yang dikenal sebagai "open society". Masyarakat yang terbuka ini memiliki
potensi untuk mendorong pembangunan yang lebih maju dan berkelanjutan.Sejak
zaman kuno hingga saat ini, manusia selalu mencari kehidupan yang nyaman dalam
keberagaman dan keamanan. Perkembangan sejarah manusia ditandai oleh perjuangan
untuk mencapai kehidupan yang aman dan harmonis dalam konteks pluralitas
masyarakat. Oleh karena itu, keberagaman dan keamanan menjadi faktor penting dalam
mencapai tujuan pembangunan suatu wilayah.
Ketahanan untuk mempertahankan proteksi dan mengatasi ancaman gangguan
terhadap ketentraman dan ketertiban merupakan faktor yang sangat penting dalam
percepatan pembangunan suatu daerah, seperti yang dikemukakan oleh Kuncoro. Fokus
utama dalam otonomi daerah adalah mengarahkan pembangunan dan meningkatkan
pelayanan serta kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan otonomi daerah dapat diukur
melalui terwujudnya kehidupan yang adil dan baik, terutama dalam hal pendapatan
masyarakat dan menciptakan rasa aman sebagai proteksi untuk kemajuan pembangunan
itu sendiri. Prinsip otonomi daerah menyatakan bahwa daerah memiliki kewenangan
yang luas dalam mengurusi urusan pemerintah daerah, yang tidak termasuk dalam
urusan yang ditetapkan oleh undang-undang. Dengan demikian, daerah memiliki
kebebasan dalam membuat kebijakan, memberikan pelayanan, serta melibatkan
masyarakat dalam proses pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan
mereka.Eksistensi Pedagang
Peningkatan kesejahteraan masyarakat harus didukung oleh ketentraman dan
ketertiban yang tercipta di wilayah tersebut. Ketentraman dan ketertiban merupakan
kondisi di mana tidak ada gangguan terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat. Hal
ini melibatkan berbagai aspek, termasuk keamanan fisik, penegakan hukum yang
efektif, perlindungan terhadap hak asasi manusia, serta penanganan konflik dan
kekerasan. Ketentraman dan ketertiban yang terjaga secara baik akan menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan. Masyarakat akan merasa
aman dan terlindungi, sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif dalam proses
pembangunan dan memanfaatkan peluang yang ada. Dalam konteks ini, peran
pemerintah daerah sangatlah penting dalam menciptakan dan menjaga ketentraman dan
ketertiban melalui kebijakan, penegakan hukum, dan kolaborasi dengan berbagai pihak
terkait.
Penertiban umum merupakan salah satu upaya pemerintah atau otoritas yang
bertanggung jawab untuk menjaga ketertiban dan keamanan di masyarakat secara
menyeluruh. Tujuan dari penertiban umum adalah untuk menciptakan lingkungan yang
aman, tertib, dan harmonis bagi seluruh warga negara.Penertiban umum melibatkan
berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk penegakan hukum, pengawasan
kegiatan publik, pengaturan lalu lintas, penanganan konflik sosial, dan pemeliharaan
ketentraman. Masalah penertiban umum seringkali disebabkan karena adanya
kesenjangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang ada di tengah masyarakat.
Kesenjangan ekonomi merujuk pada ketidakseimbangan dalam distribusi
kekayaan, pendapatan, atau kesempatan ekonomi di antara individu, kelompok, atau
wilayah. Hal ini dapat terjadi dalam skala lokal, nasional, maupun global. Kesenjangan
ekonomi sering kali menjadi dampak dari ketimpangan struktural dalam sistem
ekonomi, kebijakan publik yang tidak adil, diskriminasi, dan faktor-faktor sosial
lainnya. Dampak dari kesenjangan ekonomi yang signifikan dapat sangat merugikan
masyarakat dan menghambat pembangunan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan.
Kemiskinan merupakan pada kondisi ketika seseorang atau sekelompok orang
tidak memiliki akses yang memadai terhadap sumber daya dan kesempatan untuk
memenuhi kebutuhan dasar mereka. Hal ini meliputi kekurangan dalam aspek
ekonomi, pendidikan, kesehatan, perumahan, pangan, dan akses terhadap layanan
publik. Kemiskinan bisa disebabkan oleh berbagai faktor kompleks, termasuk
ketidakadilan sosial, ketimpangan ekonomi, kurangnya peluang, konflik, dan
perubahan lingkungan. Dampak kemiskinan dapat sangat merugikan individu dan
masyarakat, menghambat perkembangan sosial dan ekonomi, serta melanggengkan
siklus kemiskinan antargenerasi.
Kesenjangan sosial adalah ketidakseimbangan atau perbedaan yang signifikan
dalam akses terhadap sumber daya, hak-hak, kesempatan, dan kualitas hidup antara
individu, kelompok, atau lapisan masyarakat. Kesenjangan sosial dapat terjadi dalam
berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, kesehatan, perumahan, pekerjaan,
pendapatan, gender, etnisitas, dan kesempatan politik.
Sebagai usaha untuk melakukan penertiban dan ketenraman umum yang
disebabkan oleh kesenjangan ekonomi dan sosial. Secara terstruktur pemerintah Kota
Tasikmalaya dengan melalui camat melakukan koordinasi terhadap dinas terpaut dan
melibatkan berbgai elemen. Pemerintah kota Tasikmakaya menerbitkan suatu aplikasi
Kelurahan On Mobile (KELOM) yang digunakan dalam penyelenggaraan pendataan
warga miskin dan stunting dimana data warga miskin dan stunting ini diperlukan
sebagai salah satu upaya aagar terwujudnya kesejahteraan yang merata bagi warga
Kota Tasikmalaya, dengan data tersebut pemerintah membuat program bantuan yang
diberikan kepada warga. Dengan adanya data warga miskin dan stunting tersebut
mendukung perbaikan kesenjangan ekonomi di lingkup masyarakat dan tentunya akan
mengurangi kesenjangan sosial yang ada. Kesenjangan ekonomi dan kesenjangan
sosial yang tinggi tentu akan menyebabkan konflik di tengah masyarakat. Dengan
begitu, dengan adanya tersebut penguatan fungsi satgas linmas ditingkatkan guna
menghindari dan dapat mengatasi konflik di tengah masyarakat serta dapat terwujud
ketertiban dan keamanan. Kegiatan Trantibumlinmas sendiri berpedoman kepada
Peraturan Menteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI) No. 26 Tahun 2020 yang
berfungsi sebagai landasan dalam penyelenggaraan trantibumlinmas.
Berangkat dari fenomena tersebut, menarik untuk melakukan kajian mengenai
optimalisasi ketentraman dan ketertiban perlindungan masyarakat dengan penataan
masyrakat miskin dalam upaya mengadakan penertiban masyarakat yang baik di
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya. Topik yang diangkat dalam penelitian ini
dapat memberikan kontribusi untuk menambah kajian keilmuan mengenai peran
penting Satuan Tugas Perlindungan Masyarakat di Kecamatan Bungursari.
I.2. Kesenjangan Masalah yang Diambil
Masalah keamanan dan ketertiban umum kini masih menjadi permasalahan yang cukup
besar berada di tengah masyarakat. Terkhusus di Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya. Dengan adanya masalah kesenjangan ekonomi dan kesenjangan sosial
yang ada di tengah masyarakat menimbulkan suatu konflik sehingga menyebabkan
keamanan dan ketertiban terganggu sehingga menimbulkan keresehan kepada waga
Kecamatan Bungursari.
I.3. Kajian Literatur Terdahulu
Kajian sebelumnya yang di sebutkan memberikan gambaran tentang upaya optimalisasi
peran Satlinmas (Satuan Perlindungan Masyarakat) dalam menciptakan ketentraman
dan ketertiban umum di lingkungan masing-masing. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Satlinmas berperan penting dalam penanggulangan tanggap bencana, operasi
penertiban, pengamanan pemilu, dan kegiatan sosial masyarakat lainnya.Pengkaji M.
Fauza Azima (2018) menunjukkan bahwa upaya pembinaan Satlinmas telah efektif dan
berhasil menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Ini menunjukkan bahwa
Satlinmas memiliki potensi untuk berkontribusi dalam menciptakan ketentraman dan
ketertiban umum di lingkungan setempat. Pengkaji sebelumnya oleh Wulan Kinasih
dan Joko Pramono (2018) menyoroti optimalisasi peran Satlinmas di Kelurahan
Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa Satlinmas berperan dalam menciptakan ketentraman dan
ketertiban umum di lingkungan masing-masing, sesuai dengan tugas dan peran yang
diatur dalam peraturan pemerintah.
II. METODE
Kajian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan induktif,
metode yang digunakan memungkinkan pengkaji terlibat langsung dalam kejadian atau
peristiwa yang terjadi di lokasi, sehingga dapat melakukan pengamatan, analisis,
mencatat dan mendeskripsikan (menggambarkan) permasalahan sesuai dengan fakta
yang ada di lapangan. Kemudian, setelah mengkaji fakta di lapangan selanjutnya
dilakukan penarikan kesimpulan dengan adanya kumpulan masalah yang sifatnya
khusus di lapangan, maka diperoleh suatu gambaran yang bersifat general terhadap
masalah yang ada. Dengan adanya kajian ini, pengkaji berharap dapat mendeskripsikan
secara mendalam berupa data-data yang didapatkan di lapangan. Agar dapat
memperoleh kesimpulan terhadap permsalahan mengenai bagaimana proses
Trantibumlinmas di Kecamatan Bungursari Kota Tasikmlaya beserta dengan hambatan
yang didapatkan dalam proses Trantibumlinmas.
Pengkaji menerapkan pengumpulan data dengan tekhnik wawancara, observasi dan
dokumentasi. Informan yang ada pada kajian ini didapatkan dari 25 orang yang diambil
dari Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban Umum maupun staff Kecamatan
Bungursari serta beberapa masyarakat Kecamatan Bungursari yang berada di wilayah
Kota Tasikmalaya serta masyarakat sekitar yang bersedia berkontribusi dalam kajian
ini.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengkaji menganalisis mengenai optimalisasi pemberdayaan masyarakat dalam
deteksi dini potensi gangguan ketentraman dan ketertiban umum dengan menerapkan
tiga dimensi yaitu efisiensi, efektivitas, dan ekonomis dimana hal tersebut merupakan
perspektif yang berkaitan engan konteks penerapan kebijakan dan upaya peningkatan
ketertiban sosial.
III.1. Kendala yang dihadapi dalam optimalisasi penyelenggaraan trantibumlinmas dalam
penataan masyarakat miskin
Permasalahan sering kali muncul dalam kondisi heterogen masyarakat karena adanya
perbedaan dan kontradiksi antara individu-individu dan kelompok-kelompok di
dalamnya. Heterogenitas masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti
perbedaan budaya, agama, etnisitas, dan latar belakang sosial-ekonomi. Namun,
penting juga untuk mengakui bahwa faktor internal, yaitu nilai-nilai, keyakinan, sikap,
dan tindakan individu, juga berkontribusi terhadap keadaan heterogen masyarakat.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa setiap individu dalam masyarakat
memiliki peran dan tanggung jawab untuk bekerja sama demi menciptakan tatanan
masyarakat yang baik. Kerjasama dan kolaborasi antarindividu dan kelompok adalah
kunci dalam menghadapi perbedaan dan konflik yang mungkin muncul. Hal ini
melibatkan penghargaan terhadap keberagaman, toleransi, dialog, dan kesediaan untuk
mencapai kompromi. Selain itu, penting juga untuk mengembangkan pemahaman dan
kesadaran akan pentingnya norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Dengan membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya kerjasama,
saling menghormati, dan mengutamakan kepentingan bersama, masyarakat dapat
bekerja menuju tatanan yang lebih harmonis.
Dalam menjelaskan kendala yang dihadapi oleh pengkaji dalam memperoleh
data masyarakat miskin yaitu kadang kala aplikasi Kelom sering mengalami server
down sehingga menghamabat kegiatan pendataan masyrakat miskin .Selain itu masalah
yang dihadapai oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sebagai pelaksana
pembinaan Satlinmas, untuk mengarahkan dan meningkatkan kompetensi Satlinmas
sebagai garda terdepan dalam trantibum di desa/kelurahan, terdapat beberapa faktor
yang perlu diperhatikan. Kendala dalam Dimensi Efektivitas yaitu eketivitas Satlinmas
dalam menjalankan tugasnya sebagai penyelenggara ketentraman dan ketertiban umum
di desa/kelurahan dapat dihadapkan pada tantangan seperti kurangnya pemahaman dan
kesadaran masyarakat tentang peran dan pentingnya kerjasama dengan Satlinmas. Hal
ini dapat menghambat upaya-upaya Satlinmas dalam melakukan deteksi dini potensi
gangguan, mengambil tindakan preventif, dan mengatasi permasalahan yang timbul.
Selain itu, kurangnya koordinasi antara Satlinmas, aparat desa/kelurahan, dan pihak-
pihak terkait lainnya juga dapat menjadi kendala dalam mencapai efektivitas yang
optimal.
Kendala dalam Dimensi Efisiensi yaitu Efisiensi Satlinmas berkaitan dengan
penggunaan sumber daya yang tersedia secara efisien. Kendala yang mungkin dihadapi
adalah terbatasnya anggaran dan sumber daya manusia yang memadai. Keterbatasan ini
dapat mempengaruhi kemampuan Satlinmas dalam melaksanakan tugas-tugasnya
dengan optimal. Selain itu, kurangnya pelatihan dan peningkatan kompetensi bagi
anggota Satlinmas juga dapat menjadi kendala dalam mencapai efisiensi yang
diharapkan.
Dalam menentukan keadaan tentram dan tertib, seperti yang dikemukakan oleh
Ermaya Suradinata, terdapat dua faktor penentu yang sama yaitu ketentraman dan
ketertiban itu sendiri. Kendala-kendala yang dihadapi dalam optimalisasi peran serta
masyarakat dalam Satlinmas dapat mencakup kurangnya partisipasi aktif masyarakat,
kurangnya koordinasi dan kolaborasi antara Satlinmas dan masyarakat, serta tantangan
sosial dan lingkungan.
III.2. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam Optimalisasi Penyelenggaraan
Tantibumlinmas dalam Penataan Masyarakat Miskin.
Peran serta masyarakat sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi
Satlinmas dan meningkatkan ketentraman serta ketertiban umum. Kesadaran
masyarakat dalam aktif berperan serta menjadi faktor kunci dalam mencapai tujuan
tersebut. Partisipasi aktif masyarakat mempermudah pelaksanaan tugas dalam
pendataan masyarakat miskin melalui aplikasi Kelom di Kecamatan Bungursari guna
menghasilkan data masyarakat miskin menjadi lebih mudah dan mendukung kegiatan
Satlinmas dan memungkinkan terjadinya regenerasi internal organisasi.
Dalam konteks Satlinmas, dimana sebagian besar anggota sudah lanjut usia,
diperlukan regenerasi melalui peran serta masyarakat dengan cara meningkatkan
eksistensi Satlinmas dan memperbaiki kinerja organisasi dari dalam. Dengan
meningkatkan eksistensi Satlinmas, masyarakat akan lebih melihat dan mengenali
peran serta kontribusi organisasi tersebut, sehingga masyarakat akan terbuka untuk
aktif berperan serta dalam penanganan ketentraman dan ketertiban umum di
lingkungannya.
Pemerintah memiliki peran penting sebagai fasilitator dalam mendukung kinerja
aplikasi Kelom dalam pendataan masyarakat miskin dan stunting serta organisasi
Satlinmas untuk mencapai tujuan sangat berkaitan antara keduanya sesuai dengan
apayang diharapkan. Pemerintah sebagai pelopor harus menjadi panutan bagi
masyarakat. Pemerintah juga menjadi garda terdepan dalam peningkatan kapasitas
sever aplikasi Kelom dan Satgaslinmas dalam optimalisasi penyelenggaraan
Trantibumlinmas.
IV. KESIMPULAN
Dalam penyelenggaran optimalisasi trantibumlinmas, terdapat beberapa
kekurangan yang dapat disimpulkan dari analisis pengkakji. Pertama, perhatian
terhadap masalah aplikasi yang sering mengalami server down sehingga menghambat
pendataan masyrakat miskin menjadi salah satu kekurangan. Kebutuhan personil
Satlinmas dalam melaksanakan tugas trantibumlinmas di lapangan perlu didukung
dengan sarana dan prasarana yang memadai. Keterbatasan anggaran dapat menghambat
pelaksanaan tugas dan kinerja Satlinmas.
Masyarakat merasa eksistensi Satlinmas kurang karena kurangnya pemenuhan
kebutuhan dasar, seperti seragam Satlinmas. Hal ini menyebabkan masyarakat tidak
sepenuhnya mengetahui keberadaan dan peran sebenarnya dari Satlinmas yang
bertujuan untuk melaksanakan trantibumlinmas di tengah masyarakat. Serta adanya
struktur organisasi dan penetapan personil Satlinmas masih belum jelas dan terkesan
saling tumpang tindih. Kurangnya koordinasi antara pimpinan daerah dan Satuan Polisi
Pamong Praja sebagai pihak yang bertanggung jawab atas Satlinmas menjadi faktor
penyebabnya. Ketidakjelasan ini dapat menghambat optimalisasi kegiatan
trantibumlinmas.
Dalam analisis pengkaji, terdapat penggunaan teori optimalisasi peningkatan
peran serta masyarakat dalam Satlinmas dengan mengacu pada dimensi efektivitas dan
efisiensi. Meskipun terdapat beberapa aspek yang sudah dianggap optimal, namun
kendala-kendala yang terjadi dapat diidentifikasi dan menjadi fokus perbaikan ke
depan.
V. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rieneka Cipta
Kurniawan, Luthfi J. 2008. Paradigma Kebijakan Pelayanan Publik. Jakarta: Intrans-
MP3.
Soyomukti, Nurani. 2016. Pengantar Sosiologi: Dasar Analisis, Teori & Pendekatan
Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-Kajian
Strategis. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Suradinata, Ermaya. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Ramadhan.
Menteri Dalam Negeri. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomer 26 Tahun 2020
Tentang
Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketentraman Maysarakat Serta Pelindungan
Masyarakat.
Indonesia, 2020.
Tarigan, Danaria dkk. 2020. Persepsi Masyarakat dalam Pelaksanaan Ketentraman
Dan Ketertiban Masyarakat di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang. Jurnal
Ilmu Pemerintahan, Administrasi Publik, dan Ilmu Komunikasi (JIPIKOM) Volume 2
Nomor 2. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Medan Area

Formulir Penilaian Magang III Untuk Dosen Pembimbing Akademik


Data Praja Peserta Magang III
Nama : Andi Dina Noor Fitria Rahman
NPP : 31.0815
Kelas : H-1
Prodi : Praktik Perpolisian Tata Pamong
Fakultas : Perlindungan Mayarakat
Nama Pembimbing Praktisi : Dikki Ahadiyat Muttakin, S.STP., M.Si
Nama Pembimbing Akademik : Drs. Florianus Aser, M.Si
No Telp/HP Pembimbing Akademik : 082111069968

No Indikator Penilaian Nilai (0-100)


1. Kemampuan Menyusun Jadwal kegiatan harian;
2. Kemampuan melaksanakan Magang III sesuai dengan
jadwal kegiatan;
3. Kemampuan menyusun artikel sesuai template jurnal
pengabdian masyarakat;
4. Kesesuaian teori dan substansi artikel dengan kompetensi
Prodi
5. Kesesuaian prosedur pengumpulan data sesuai
metodologi penulisan artikel
6. Kemampuan menulis sesuai dengan teknik penulisan
artikel
7. Ketepatan kontriIbusi Prodi dalam penyelesaian masalah
yang di bahas.

Jumlah Total
Rata-Rata (Jumlah Total dibagi 7 (tujuh)
N HURUF MUTU (HM) ANGKA MUTU (AM) NILAI MURNI (NM)
O
1. A 3,86 – 4,00 91 – 100
2. A- 3,70 – 3,85 81 – 90
3. B+ 3,30 – 3,69 76 – 80
4. B 3,00 – 3,29 71 – 75
5. B- 2,75 – 2,99 65 – 70
6. C+ 2,50 – 2,74 60 – 64
7. C 2,00 – 2,49 55 – 59
8. D 1,00 – 1,99 45 – 54
9. E 0,00 – 0,99 <45
Mengetahui,
Ketua Prodi Pembimbing Akademik

Dra. Eva Eviany, M. Si Drs. Florianus Aser, M.Si


NIP.19680819 198903 2 001 NIP. 19690610 198903 1 001

Anda mungkin juga menyukai